kalam insya` thalabi dalam surat al-kahfi

advertisement
KALAM INSYA’ THALABI DALAM SURAT AL-KAHFI
Fathul Lailatul Khoiriah
Nurul Murtadho
Yusuf Hanafi
Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang,
Jl. Semarang 5 Malang
E-mail: [email protected]
Abstract: The purpose of this reseach is to analyse form and meaning of kalam insya’ thalabi in
surah al-kahfi. This reseach is using the descriptive method of content analysis. The procedur of
data analysis includes tables and classification of kalam insya’ thalabi. The result of this reseach
reveals that there are 48 verses of kalam insya’ thalabi in surah al-kahfi. Those are amar
(command) 20 verses, nahi (prohibition) 6 verses, istifham (question) 17 verses, nida’ (call) 2
verses, and tamanni (hope) 3 verses.
According to its form, kalam insya’ thalabi in surah al-kahfi has several forms including amar
(command), nahi (prohibition), istifham (question), nida’ (call), and tamanni (hope). Based on the
meaning, kalam insya’ thalabi has two meanings. The first is denotative (haqiqi) and the second is
connotative (idhafi). Denotative means the sentence expression does not have a certain purpose,
while connotative means the sentence has a certain purpose depends on the context and the
situation expressed by the sentence.
The other meanings of kalam insya’ thalabi that can be found in the verses of surah al-kahfi are
ta’jiz (weaken), iltimas (expression to the same age), tahdid (threat), irsyad (guidance), doa
(prayer), taubikh (insult), and taqrir (confirmation).
Key words: kalam insya’ thalabi, surah al-kahfi
‫ يهدف هذا البحث الكيفي إىل حتليل كالم اإلنشاء الطليب و أنواعه و معانيه يف سورة‬:‫املخلص‬
. ‫ أما اكتساب املعلومات ابستخدام اجلداو‬.‫ أما طريقة هذا البحث فهي طريقة وصفية حتليلية‬.‫الكهف‬
‫ آايت‬٦ ‫ آية لألمر و‬٢٠‫ آية وهي‬٤٨ ‫ونتيجة هذا البحث أن كالم اإلنشاء الطليب يف سورة الكهف‬
‫ و أنواعه مخسة وهي األمر والنهي‬.‫ آايت للتمين‬٣ ‫ آية للنداء و‬٢ ‫آية لالستفهام و‬١٧‫للنهي و‬
،‫ ومن انحية معانيه أن كالم اإلنشاء الطليب مبعىن حقيقى فهو معىن أصلي‬.‫واالستفهام والنداء والتمين‬
‫واملعىن اإلاضايف يتكون من معىن التعجيز والتحقري وااللتماس والتحديد واإلراا والتقرير والتعجب‬
.‫والتقرير وغري ذلك‬
‫ سورة الكهف‬،‫الكخلمات الرئيسة كالم اإلنشاء الطليب‬
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk dan makna kalam
insya thalabi dalam Surat al-Kahfi. Dalam penelitian ini digunakan metode
deskriptif analisis isi (content analisis). Prosedur analisis data meliputi tabelisasi
dan klasifikasi kalam insya’. Hasil penelitian ini, dapat dikemukakan bahwa
kalam insya’ thalabi dalam Surat al-Kahfi 48 ayat yaitu amar (perintah) 20, nahi
(larangan) 6 ayat, istifham (pertanyaan) 17, nida’ (panggilan) 2, dan tamanni
1
2
(harapan) 3 ayat. Adapun dilihat dari segi bentuknya, ayat-ayat Surat al-Kahfi
terdapat berbagai bentuk kalam insya’ thalabi yang meliputi amar (perintah), nahi
(larangan), istifham (pertanyaan), nida’ (panggilan), dan tamanni (harapan).
Adapun dari segi makna kalam insya’ thalabi mempunyai makna haqiqi yaitu
makna asli dan makna idhafi di antaranya adalah ta’jiz (melemahkan), iltimas
(ungkapan kepada yang sebaya), tahdid (ancaman), irsyad (petunjuk), dan doa
(permohonan), taubikh (menghina) dan taqrir (penegasan).
Kata kunci: kalam insya’ thalabi, surat al-Kahfi.
Dalam memahami al-Quran umat Islam harus memahami bahasanya juga, yaitu
bahasa Arab. Bahasa yang digunakan al-Quran sangatlah indah, namun hanya
orang tertentu saja yang bisa menikmatinya (Qutb, 1978). Hal ini karena berbagai
disiplin ilmu yang harus dikuasai untuk memahami al-Quran, di antaranya ilmu
Sharaf, Nahwu, I’lal dan Balaghah. Al-Ghulayayniy (1987) menyatakan,
turunnya al-Quran dan Hadits melahirkan tiga belas ilmu, yaitu: Sharaf, I’rab,
Nahwu, Rasm, Ma’ani, Bayan, Badi’, Urdh, Qawafi, Ghard Syi’ir, Insya’,
Khithobah, Sejarah Sastra dan Kajian Bahasa.
Dalam pandangan ilmu Ma’ani, kalam insya’ thalabi adalah kalimat yang
menghendaki terjadinya sesuatu yang belum terjadi pada waktu kalimat itu
diucapkan. Kalam insya’ thalabi ada yang berupa amar (kalimat perintah), nahi
(kalimat larangan), istifham (kalimat pertanyaan), nida’ (kalimat panggilan),
tamanni (kalimat harapan). Masing-masing jenis kalam insya’ thalabi ini
mempunyai macam-macam makna selain makna asli.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
(1)Ayat-ayat yang mengandung kalam insya’ thalabi dalam Surat al-Kahfi,
(2)Bentuk kalam insya thalabi dalam Surat al-Kahfi, (3)Makna yang terdapat
dalam kalam insya’ thalabi dalam Surat al-Kahfi.
Dalam penelitian ini surat yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah
Surat al-Kahfi karena dalam Surat al-Kahfi terdapat ayat-ayat yang menjelaskan
keimanan, hukum-hukum, dan kisah-kisah yang semuanya mengandung hikmah
dan pelajaran yang amat berguna bagi kehidupan manusia (Makhdhari, 2009).
Alasan lain pemilihan Surat al-Kahfi sebagai objek penelitian, karena Surat alKahfi berisi kisah-kisah inspiratif yang menggugah, yaitu kisah ashabul kahfi
yang rela menentang raja yang berkuasa di Negeri tersebut demi membela agama
3
Allah SWT, dan kisah Ya’juj Ma’juj serta kisah Dzulkarnain. Penelitian ini
membahas kalam insya’ thalabi secara menyeluruh yang meliputi kalam insya’
thalabi amar (kalimat perintah), nahi (kalimat larangan), istifham (kalimat
pertanyaan), nida’ (kalimat panggilan), tamanni (kalimat harapan). Judul
penelitian yang dipilih oleh penulis adala kalam insya’ thalabi dalam Surat alKahfi.
METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis kalam
insya’ thalabi dalam Surat al-Kahfi. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan
metode analisis isi (content analisis). Alasan yang mendukung digunakannya
analisis isi sebagai rancangan dalam penelitian ini adalah: (a) sumber data dalam
penelitian ini berupa dokumen, (b) masalah yang dianalisis adalah isi komunikasi,
(c) dan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan isi komunikasi
dan membuat inferensi (Zuchdi (dalam Ainin, 2010:12).
Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan oleh peneliti bahwa data dalam penelitian ini adalah kalam insya’ yang
terdapat dalam ayat-ayat al-Quran Surat al-Kahfi. Sedangkan sumber datanya
adalah ayat-ayat al-Quran Surat al-Kahfi yang terdiri atas 110 ayat. Instrumen
dalam penelitian ini berupa tabel penjaringan data, guna menjaga keabsahan data
dalam penelitian ini.
Data-data yang diperoleh diolah berdasarkan teknik analisis data kualitatif
untuk menganalisis data yang telah terkumpul, langkah yang dilakukan adalah
(1)Menandai ayat yang mengandung kalam insya’ thalabi (2)Memasukkan ke
dalam tabel jenis kalam insya’ (3)Mengklasifikasikan bentuk kalam insya’ thalabi
dengan menggunakan tabel (4)Mengklasifikasikan huruf istifham dan nida’
dengan menggunakan tabel (5)Mengklasifikasikan makna kalam insya’ thalabi
dengan menggunakan tabel (6)Membahas hasil penelitian (7)Menyimpulkan
4
HASIL
Surat al-Kahfi, memuat ayat-ayat yang mengandung kalam insya thalabi
yang terdiri atas (1)amar/perintah = 20 ayat, (2)nahi/larangan = 6 ayat, (3)
istifham/pertanyaan =
17
ayat,
(4)nida/panggilan = 2 ayat,
dan (5)
tamanni/harapan = 3 ayat.
-١٠:‫ الكهف‬- ً‫نك َر مْحَةً َوَهيِ مئ لَنَا ِم من أ مَم ِرَان َر َادا‬
َ ‫َربَّنَا آتِنَا ِمن لَّ ُد‬
“Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”.
ِ
ِ ِِ ِ
ِ ِ ِِ
-٢٢:‫ الكهف‬- ً‫َحدا‬
َ ‫فَ َال ُتَُا ِر فيه مم إَّال مَراء ظَاهراً َوَال تَ مستَ مفت فيهم ممن ُه مم أ‬
“Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka,
kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka
(pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka”.
ِ
ِ ‫إِ َّان َج َع ملنَا َما َعلَى ماأل مَر‬
-٧:‫ الكهف‬- ً‫َح َس ُن َع َمال‬
‫ض ِزينَةً ََّّلَا لنَ مب لُ َوُه مم أَي ُه مم أ م‬
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan
baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya”.
ِ ‫ي إِ َّما أَن تُع ِذب وإِ َّما أَن تَت‬
ِ ‫َاي ذَا الم َقرنَ م‬
-٨٦:‫ الكهف‬- ً‫َّخ َذ فِي ِه مم ُح مسنا‬
‫م‬
َ َ َ
"Hai Zulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap
mereka".
ِ
-٤٢:‫ الكهف‬- ً‫َحدا‬
َ ‫َاي لَمي تَِين َلم أُ ما ِرمك بَرِب أ‬
"Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Tuhanku".
Dalam Surat al-Kahfi, terdapat ayat-ayat yang mengandung bentuk kalam
insya’ thalabi amar yaitu fi’il amar dan fi’il mudhari’ didahului lam amar.
Menurut Al-Ghalayaini (2000:33) fi’il amar adalah sesuatu yang menunjukkan
pekerjaan (fi’il) dari seorang pelaku (fa’il) tanpa lam amar. Contoh ‫تعلم‬.‫ جئ‬،‫ اجتهد‬.
5
Sedangkan menurut Nadwi (1986:34) fi’il amar adalah tiap-tiap fi’il (kata kerja)
yang menunjukkan arti perintah dan menerima nun taukid (nun untuk menguatkan
kalimat) contoh ،‫اعم لن اح ترمن‬. Sedangkan fi’il mudhari’ Menurut Dayyab, dkk
(1990:5) adalah fi’il yang menunjukkan kejadian sesuatu pada waktu berbicara
atau sesudahnya, sedangkan ciri fi’il mudhari’ bisa didahului oleh ‫ ل م‬, seperti ‫لم‬
‫ يكتب‬dan pasti didahului dengan huruf mudharaah (‫)أنيت‬. Adapun fi’il mudhari’
yang didahului dengan lam amar, seperti ‫“ ليكتب‬Tulislah”, mempunyai arti
perintah.
Selain itu, surat al-Kahfi juga terdapat ayat-ayat yang mengandung bentuk
kalam insya’ thalabi nahi, istifham, nida’ dan tamanni. Redaksi untuk bentuk
nahi hanya satu yaitu fi’il mudhari, yang didahului dengan la nahi (Al-Jarim dan
Usman, 1998:263; Al-Hasyimi, 1960: 83; Kulaib dan Shaleh, 1990). Ayat-ayat
surat al-Kahfi juga mengandung huruf-huruf istifham yaitu ‫أي‬, ‫من‬, ‫كم‬, ‫أ‬, ‫ما‬, ‫هل‬, dan
‫كيف‬, dan hanya terdapat satu bentuk huruf nida’ yaitu ‫ي ا‬, serta mempunyai 2
bentuk kata tamanni yaitu ‫ ليت‬dan ‫لو‬.
Tabel 1.1 Bentuk Thalabi Amar dalam Surat al-Kahfi
No.
Bentuk Thalabi Amar
Jumlah
Sebaran Ayat
1.
Fi’il amar
23
18
2.
Fi’il mudhari’ didahului
3
2
26
20
lam amar
Jumlah
Tabel 1.2 Huruf Istifham dalam Surat al-Kahfi
No. Huruf Istifham
Jumlah
Sebaran Ayat
1.
‫أي‬
2
2
2.
‫من‬
2
2
3.
‫كم‬
1
1
4.
‫أ‬
7
7
5.
‫ما‬
1
1
6.
‫هل‬
3
3
7.
‫كيف‬
1
1
Jumlah
17
17
6
Dalam ayat-ayat yang terdapat dalam Surat al-Kahfi, peneliti menemukan
makna asli amar (perintah mengandung arti perintah) sebanyak 6 ayat dan makna
lain amar (kata perintah mengandung makna bukan perintah)yang lebih banyak
dari pada makna asli amar (perintah mengandung makna perintah) yaitu 14 ayat .
Jumlah tersebut mencakup semua makna lain amar yang terdiri atas 5 makna,
dengan urutan yang paling banyak jumlahnya yaitu ta’jiz (melemahkan), iltimas
(permintaan kepada yang sebaya), irsyad (petunjuk), tahdid (ancaman), doa.
Makna nahi ada 2 macam yaitu makna nahi asli (kata larangan bermakna
larangan) sebanyak 3 kata yang tersebar dalam 2 ayat dan makna lain nahi (kata
larangan bermakna bukan larangan) sebanyak 5 kata yang tersebar dalam 4 ayat.
Makna lain nahi ada 2 macam yaitu iltimas dan tahdid. Makna asli istifham (kata
pertanyaan bermakna bukan pertanyaan) sebanyak 4 kata yang tersebar dalam 4
ayat dan makna lain istifham (kata pertanyaan bermakna bukan pertanyaan), yang
tidak selalu formal atau makna sebenarnya. Makna lain istifham (kata pertanyaan
bermakna bukan pertanyaan) sebanyak 13 kata yang tersebar dalam 13 ayat,
makna istifham ada 6 macam yaitu taqrir (penegasan), tahqir (mencela), taubikh
(menghina), ta’ajub (heran), tamanni (harapan),dan ta’jiz (melemahkan). istifham
ada 6 macam yaitu taqrir (penegasan), tahqir (mencela), taubikh (menghina),
ta’ajub (heran), tamanni (harapan),dan ta’jiz (melemahkan). Makna nida’ hanya
mengandung makna nida’ lain (kata panggilan bermaksud untuk tidak
memanggil) sebanyak 2 kata yang tersebar dalam 2 ayat, yaitu takhyir (memilih)
dan makna iltimas (permohonan terhadap sesama). Makna tamanni hanya
mengandung makna tamanni lain (kata harapan bermakna bukan harapan)
sebanyak 3 kata yang tersebar dalam 3 ayat., sebagai makna ta’jiz (melemahkan),
makna penyesalan, makna ta’dzim (mengagungkan).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil temuan di atas, bahwa pada ayat 10 terdapat kata ‫آتِنَا‬
dan ‫ ه َِيئ‬yang merupakan kata perintah sehingga tegolong kalam insya’ thalabi
amar. Pada ayat 22 terdapat kata ‫ار‬
ِ ‫ ََل ت َست َف‬yang merupakan kata larangan
ِ ‫ ََل ت ُ َم‬dan ‫ت‬
kalam insya’ thalabi nahi karena ayat-ayat tersebut mengandung suatu larangan.
Sedangkan ayat ke-7 huruf ‫ أَي‬yang merupakan huruf istifham, maka ayat-ayat
7
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi kalam insya’ thalabi istifham. Pada ayat
86 terdapat huruf ‫ يا‬yang merupakan huruf nida’, maka ayat-ayat tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi kalam insya’ thalabi nida’.Dan pada ayat 18 terdapat
huruf َ‫ لَّيت‬yang merupakan huruf tamanni, maka ayat-ayat tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi kalam insya’ thalabi tamanni.
Berdasarkan penelitian ini, bentuk amar yang terdapat dalam aya-ayat
Surat al-Kahfi, memuat dua bentuk amar, yaitu fi’il amar dan fi’il mudhari’
didahului lam amar. Sedangkan isim fi’il amar dan masdar menjadi bentuk amar
tidak ditemukan. Bentuk nahi mempunyai satu bentuk saja yaitu fi’il mudhari’
yang didahului lam nahi (fi’il nahi). Huruf istifham yang terdapat dalam ayat-ayat
surat Al-Kahfi, memuat tujuh macam bentuk huruf istifham, yaitu ‫)همزة( أ‬, ‫هل‬, ‫ما‬,
‫من‬, ‫كيف‬, ‫كم‬, ‫ أَي‬. Sedangkan ‫أنَّى‬, ‫ متى‬, َ‫أَين‬, ‫ أيان‬tidak ditemukan. Bentuk huruf nida’
hanya satu yaitu huruf ‫ يا‬saja yang berarti wahai, dan haruf ini menghendaki suatu
tindakan untuk merespon stimulus orang yang memenggil. Dan mempunyai 2
bentuk huruf tamanni yaitu ‫ ليت‬dan ‫ لو‬yang mempunyai maksud mengharapkan
terjadinya sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Sehingga huruf-huruf tersebut
hanya sebagai harapan saja.
Dari aspek makna, hasil penelitian menunjukkan bahwa makna kalam
insya thalabi tidak selalu mengandung makna sebenarnya tetapi juga mengandung
makna lain yang sesuai konteks. Makna kalam insya thalabi dalam Surat al-Kahfi
meliputi; (1) amar (perintah) ada 2 macam yaitu makna hakiki (perintah
mempunyai makna perintah) dan makna idhafi (perintah mempunyai makna
bukan perintah). Makna hakiki seperti lafal
ِ
ِ
ِ
-٢٤:‫ب ِم من َه َذا َر َاداً –الكهف‬
َ َّ‫َواذْ ُكر َّرب‬
َ ‫ك إِ َذا نَس‬
َ ‫يت َوقُ مل َع َسى أَن يَ مهديَ ِن َرِب ألَقم َر‬
ْ “ingatlah”, yaitu ungkapan perintah untuk orang kedua tunggal
Kata ‫اذ ُكر‬
(laki-laki ‫)أن ت‬, dan dilihat dari konteks kalimatnya bahwa ungkapan tersebut
merupakan suatu perintah Allah kepada hambanya agar selalu ingat kepadaNya
jika menghadapi suatu kesulitan. Sedangkan makna idhafi amar sebanyak 17 kata
yang tersebar dalam14 ayat, yang terdiri atas 5 makna yaitu (a) ta’jiz
(melemahkan) contohnya -٢٢:‫ الكهف‬-‫َعلَ ُم بِعِدَِّتِِم َّما يَ معلَ ُم ُه مم إَِّال قَلِيل‬
‫قُل َّرِب أ م‬
8
Pada lafal ini penuturnya adalah Allah dan petuturnya adalah nabi Muhammad,
konteks kalimat ini diucapkan untuk melemahkan orang kafir yang tidak percaya
adanya Ashabul Kahfi. (b) iltimas (ungkapan kepada yang sebaya) contohnya
ِ ِ
-٦٢:‫ الكهف‬- ً‫صبا‬
َ ‫ آتِنَا َغ َد‬lafal ini penuturnya adalah nabi Musa
َ َ‫اءان لَ َق مد لَقينَا من َس َف ِرَان َه َذا ن‬
dan petuturnya adalah pelayan nabi Musa, konteks kalimat ini diucapkan ketika
nabi Musa bersama pelayannya berjalanan mencari nabi Khidir untuk menuntut
ilmu, (c) tahdid (ancaman) contohnya -٢١:‫ الكهف‬-‫َعلَ ُم بِِ مم‬
‫فَ َقالُوا ابْ نُوا َعلَمي ِهم بُمن يَاانً َّرب ُه مم أ م‬
pada lafal ini kata “‫( ”ا ْبنُوا‬dirikanlah), ungkapan ini penuturnya adalah Allah dan
petuturnya adalah orang kafir. Konteks kalimat pada ayat ini menunjukkan
ancaman kepada orang-orang yang dhalim kepada Allah, (d) irsyad (petunjuk)
ِ ‫ فَأْووا إِ َىل الم َك مه‬Lafal di atas memiliki makna irsyad, “‫”فَأ ُووا‬
contohnya ١٦:‫الكهف‬-‫ف‬
ُ
(berlindunglah), penuturnya adalah Allah dan petuturnya adalah Ashabul Kahfi ,
konteks kalimat ini diucapkan sbagai petunjuk bagi Ashabul Kahfi ketika Ashabul
Kahfi dikejar oleh parajurit suruhan raja Diqyanus, dan (e) doa (permohonan)
contohnya -١٠:‫ الكهف‬- ً‫ادا‬
َ ‫نك َر مْحَةً َوَهيِ مئ لَنَا ِم من أ مَم ِرَان َر‬
َ ‫ َربَّنَا آتِنَا ِمن لَّ ُد‬Lafal “‫”آتِنَا‬
(berikanlah) dan lafal “ْ‫( ” َه ِي ْئ‬sempurnakanlah), ungkapan ini penuturnya adalah
manusia dan petuturnya adalah Allah. Konteks kalimat ini diungkapkan sebagai
permohonan manusia kepada Allah SWT yang memohon agar diberikan rahmat
dan disempurnakan petunjuk yang lurus. Sehingga ayat ini mempunyai makna
doa. (2) nahi (larangan) ada 2 macam makna yaitu hakiki (larangan mempunyai
ِ
ِ ِِ ِ
ِ ِ ِِ
makna larangan) contohnya ً‫َحدا‬
َ ‫فَ َال ُتَُا ِر فيه مم إَّال مَراء ظَاهراً َوَال تَ مستَ مفت فيهم ممن ُه مم أ‬
َ di atas menjadi ungkapan larangan yang diungkapkan pihak atasan
lafal “ْ‫”َلْت ُ َم ِار‬
kepada pihak bawahan dan tidak ada maksud tertentu selain melarang. Ungkapan
diatas penuturnya adalah Allah dan petuturnya adalah nabi Muhammad. Konteks
ungkapan ini diucapkan karena Allah melarang nabi Muhammad bergaul dengan
orang kafir. Sedangkan makna idhafi nahi (larangan mempunyai makna bukan
larangan) yang terdiri atas 2 makna yaitu iltimas contohnya
ِ ‫ فَ َل تَسأَل ِْن عن ايء ح َّّت أ‬Lafal ini penuturnya adalah nabi
-٧٠:‫ الكهف‬- ً‫ك ِممنهُ ِذ مكرا‬
َ ‫ُحد‬
َ َ‫ث ل‬
‫ْ َ َم َ م‬
Khidir dan petuturnya adalah nabi Musa. Konteks kalimat ini diungkapkan ketika
9
nabi Khidir dan nabi Musa berjalan bersama, yang mana pada saat itu nabi Musa
menuntut ilmu kepada nabi Khidir, dan tahdid (ancaman) contohnya
ِ ِ َ‫ و َل تَ ُقولَن لِشيء إِِن ف‬lafal “ْ‫”و ََلْتَقُولَن‬
-٢٣:‫ الكهف‬- ً‫ك غَدا‬
َ (janganlah kamu
َ ‫اعل ذَل‬
َ
‫َم‬
mengatakan). Penutur kalimat ini adalah Allah dan petuturnya adalah manusia.
Konteks ungkapan ini merupakan larangan berkata apa yang belum diketahui
(berbohong). Sehingga pada ayat ini menunjukkan ancaman kepada orang-orang
yang berbohong. (3) istifham (pertanyaan) ada 2 macam yaitu (1) makna asli
(pertanyaan mempunyai makna pertanyaan) seperti ‫ض يَ موم‬
َ ‫َك مم لَبِثم تُ مم قَالُوا لَبِثم نَا يَ موماً أَمو بَ مع‬
Lafal ini menunjukkan makna istifham asli (kata pertanyaan bermakna
pertanyaan) karena dalam lafal ini penuturnya adalah salah satu Ashabul Kahfi
dan petuturnya adalah Ashabul Kahfi yang lain, dan konteks kalimat ini diucapkan
karena salah satu Ashabul Kahfi benar-benar bertanya kepada teman-temannya
sudah berapa lama mereka tinggal dalam Gua. (2) makna idhafi (pertanyaan
mempunyai makna bukan pertanyaan) yaitu (a)taqrir (penegasan) contohnya
ِ ‫اْلِمزبَ م‬
-١٢:‫ الكهف‬- ً‫صى لِ َما لَبِثُوا أ ََمدا‬
‫اه مم لِنَ معلَ َم أَي م‬
ُ َ‫ ُثَّ بَ َعثم ن‬Lafal ini penuturnya adalah
‫يأم‬
َ ‫َح‬
Allah SWT dan petuturnya adalah nabi Muhammad. Konteks kalimat ini
diucapkan sebagai ungkapan untuk mempertegas orang-orang kafir yang
menentang Rasulullah tentang kisah Ashabul Kahfi. (b) tahqir (mencela)
ِ
ِ ‫ إِ َّان َج َعلمنَا َما َعلَى ماأل مَر‬pada lafal ini
contohnya -٧:‫ الكهف‬- ً‫س ُن َع َمال‬
‫ض ِزينَةً ََّّلَا لنَ مب لَُوُه مم أَي ُه مم أ م‬
َ ‫َح‬
penuturnya adalah Allah dan petuturnya adalah nabi Muhammad. Konteks
ungkapan pertanyaan ini diucapkan untuk mencela, karena konteks kalimat pada
ayat tersebut menunjukkan celaan kepada orang-orang yang dhalim kepada nabi
Muhammad SAW. (c) taubikh (menghina) contohnya
-٦٨:‫ الكهف‬- ً‫صِ ُار َعلَى َما َلم ُِحت م بِِه ُب مارا‬
َ ‫ َوَكمي‬Lafal ini penuturnya adalah nabi Khidir
‫ف تَ م‬
petuturnya adalah nabi Musa. Konteks kalimat ini diucapakan sebagai
penghinaan nabi Khidir kepada nabi Musa, karena nabi Musa tidak sabar dalam
menuntut ilmu kepada beliau. (d) ta’ajub (heran) contohnya
ِ ‫اب َال ي غَا ِر‬
ِ َ‫ َما ِ َه َذا الم ِكت‬Lafal di atas mengandung
-٤٩:‫ الكهف‬-‫اها‬
َ‫ص‬
‫صغ َريةً َوَال َكبِ َريةً إَِّال أ م‬
َ ‫َح‬
َ ُ ُ
makna lain istifham, sebagai makna ta’ajub. Penutur dalam lafal ini adalah
10
manusia dan petuturnya Allah. Konteks kalimat ini diucapkan sebagai ungkapan
manusia yang heran terhadap kitab amal perbuatan mereka selama hidup di dunia
ketika datang hari pembalasan. (e) tamanni (harapan) contohnya
-٩٤:‫ الكهف‬- ً‫ك َب مرجاً َعلَى أَن َمَت َع َل بَمي نَ نَا َوبَمي نَ ُه مم َسدا‬
َ َ‫ فَ َه مل َمَن َع ُل ل‬Lafal di atas mengandung
makna lain istifham, sebagai makna tamanni. Penutur lafal ini adalah rakyat dan
petuturnya adalah raja Dzulqarnain. Konteks kalimat ini diucapkan sebagai
ungkapan harapan orang muslim kepada raja Dzulkarnain agar dibuatkan dinding
penghalang antara mereka dan Ya’jud dan Ma’jud.
dan (f) ta’jiz (melemahkan) contohnya
ِ ِ
ِ َّ ‫أَفَح ِس‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
-١٠٢ :‫ الكهف‬- ً‫ين نُُزال‬
َ ‫ين َك َفُروا أَن يَتَّخ ُذوا عبَا ي من ُونيأ مَوليَاء إ َّان أ مَعتَ مد َان َج َهن ََّم ل مل َكاف ِر‬
َ ‫ب الذ‬
َ َ
Lafal ini penuturnya adalah Allah SWT dan petuturnya adalah nabi Muhammad.
Konteks kalimat ini diungkapan Allah kepada nabi Muhammad sebagai ungkapan
untuk melemahkan orang-orang kafir yang menyekutukan Allah SWT.
(4) ) nida’ (panggilan) hanya memiliki 1 macam makna saja yaitu makna idhafi
(panggilan mempunyai makna bukan panggilan). Makna nida’ lain sebanyak 2
kata yang tersebar dalam 2 ayat, yang terdiri atas 2 macam, yaitu takhyir
ِ ‫ي إِ َّما أَن تُ َع ِذ‬
ِِ ِ
ِ ‫ َاي َذا الم َقرنَ م‬Penutur
(memilih) contohnya -٨٦:‫ الكهف‬- ً‫سنا‬
َ
‫ب َوإ َّما أَن تَتَّخ َذ فيه مم ُح م‬
‫م‬
dari kata lafal ini adalah Allah dan petuturnya adalah raja Dzulqarnain. Konteks
kalimat lafal ke-1 ini diungkapkan Allah agar raja Dzulkarnain memilih antara
berbuat baik atau menyiksa orang-orang yang dhalim kepada raja Dzulkarnain,
ketika itu banyak orang yang menentang raja Dzulqarnain.dan iltimas (perohonan
ِِ
ِ ‫وج ُم مف ِس ُدو َن ِيف ماأل مَر‬
terhadap sesama)-٩٤:‫ الكهف‬-‫ض‬
َ ‫وج َوَمأم ُج‬
َ ‫ قَالُوا َاي َذا الم َق مرنَ مي إ َّن ََيم ُج‬lafal ini
mengandung makna lain nida’, sebagai makna iltimas (permohonan terhadap
sesama). Penutur kalimat ini adalah rakyat raja Dzulqarnain dan petuturnya adalah
Dzulqarnain. Konteks kalimat ini diucapkan sebagai ungkapan permohonan orang
muslim kepada raja Dzulkarnain agar raja Dzulkarnain mampu menolong orang
muslim dari Ya’jud dan Ma’jud. Dan (5) tamanni (harapan) juga hanya memiliki
1 macam makna saja yaitu makna idhafi (harapan mempunyai makna bukan
harapan). Makna tamanni lain sebanyak 3 kata yang tersebar dalam 3 ayat, yang
terdiri atas 3 macam yaitu (a) ta’jiz (melemahkan) contohnya
11
ِ
ِ ِ ‫ لَ ِو اطَّلَعت لَولَّي‬Pada lafal ini mengandung makna
-١٨:‫ الكهف‬- ً‫ت ِممن ُه مم ُر معبا‬
َ ‫ت ممن ُه مم فَراراً َولَ ُملمئ‬
َ ‫م َ َم‬
lain tamanni, sebagai makna ta’jiz (melemahkan). Penutur kalimat ini adalah
Allah dan petuturnya adalah nabi Muhammad. Konteks kalimat ini sebagai
ungkapan Allah untuk melemahkan Dzulkarnain orang kafir yang tidak percaya
ِ
akan adanya Ashabul Kahfi. (b) Penyesalan contohnya ً‫حدا‬
َ َ‫َاي لَمي تَِين َلم أُ ما ِرمك بَرِب أ‬
Lafal ini mengandung makna lain tamanni sebagai makna penyesalan. Penutur
kalimat ini adalah orang yang menyesal akan perbuatannya yang telah
mempersekutukan Allah dan petuturnya adalah dirinya sendiri. Konteks kalimat
ini merupakan ungkapan penyesalan atas kelakuannya yang telah
mempersekutukan Allah SWT. Dan (c) ta’dzim (mengagungkan) contohnya
ِ
ِ
ِ ِ ِ ِ
-١٠٩:‫ الكهف‬- ً‫ات َرِب َولَ مو ِجمئ نَا مبِِثملِ ِه َم َد ا‬
ُ ‫لَّمو َكا َن المبَ محُر م َدا اً ل َكل َمات َرِب لَنَف َد المبَ محُر قَ مب َل أَن تَن َف َد َكل َم‬
lafal ini mengandung makna lain tamanni, sebagai makna ta’dzim
(mengagungkan). Penutur kalimat ini adalah nabi Muhammad dan petuturnya
adalah umat Islam. Konteks kalimat ini sebagai ungkapan nabi Muhammad yang
menjelaskan tentang ilmu Allah kepada umatnya dengan mengagungkan Allah
SWT. Nabi Muhammad menyatakan bahwa Allah lah zat yang Maha Agung,
Perkasa, dan Berkuasa.
Kesimpulan
Ayat-ayat Surat al-Kahfi mengandung kalam insya’ thalabi yang meliputi
amar (perintah) sebanyak 26 kata yang tersebar dalam 20 ayat, nahi (larangan) 8
kata yang tersebar dalam 6 ayat, istifham (pertanyaan) 18 kata yang tersebar
dalam 18 ayat, nida’ (panggilan) 2 kata yang tersebar dalam 2 ayat dan tamanni
(harapan) 4 kata yang tersebar dalam 4 ayat.
Bentuk kalam insya thalabi dalam Surat al-Kahfi meliputi; (1) amar
(perintah) yang terdiri atas dua bentuk yaitu fi’il amar dan fi’il mudhari’ yang
didahului oleh lam amar. Kedua bentuk tersebut mempunyai ciri-ciri yang
berbeda. (2) nahi (larangan) yang terdiri atas satu bentuk saja yaitu berupa fi’il
nahi (fi’il mudhari’ yang didahului la nahi), (3) istifham (pertanyaan) yang
mengandung huruf-huruf istifham yaitu ‫أي‬, ‫من‬, ‫كم‬, ‫أ‬, ‫ما‬, ‫هل‬, dan ‫كيف‬, yang paling
banyak adalah huruf ‫)همزة( أ‬, (4) nida’ (panggilan) yang terdiri atas satu huruf saja
12
yaitu berupa ‫ي ا‬, (5) tamanni (harapan) yang terdiri atas 2 bentuk kata saja yaitu
‫ ليت‬dan ‫لو‬.
Dari aspek makna, hasil penelitian menunjukkan bahwa makna kalam
insya thalabi tidak selalu mengandung makna sebenarnya tetapi juga mengandung
makna lain yang sesuai konteks.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disampaikan saran-saran sebagai
berikut (1) hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam Surat al-Kahfi terdapat
ayat-ayat yang mengandung kalam insya thalabi dengan berbagai bentuk, maka
para peneliti karya sastra hendaknya melakukan penelitian lebih lanjut tentang
kalam insya’ thalabi maupun kalam insya’ ghairu thalabi dalam surat-surat lain
yang terdapat dalam al-Quran yang lebih banyak dan lebih panjang, (2) penelitian
ini memiliki keterbatasan, baik yang berkaitan dengan datanya, substansi
masalahnya, maupun metodenya (model analisisnya). Oleh karena itu, disarankan
kepada berbagai pihak yang berkompeten dengan ilmu ma’ani maupun tafsir alQuran untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan data, substansi
masalah, dan model analisisnya yang berbeda dan lebih komprehensif.
DAFTAR RUJUKAN
Ainin, Moh. 2010. Fenomena Pragmatik dalam Al-Quran. Malang: Misykat.
Al-Ghulayayniy. 1987. Jami’u Ad-Durus Al-Arabiyyah. Bairt: Al-Maktabah AlAshriyah.
Al-Hasyimy, Ahmad. 1960. Jawahirul Balaghah Fil Ma’ani Wal Bayan Wal
Badi’. Indonesia: Maktabah Dar Ihyaul Kutub Al-A’rabiyyah.
Al-Jarim, Ali dan Musthafa Usman.1998. Al-Balaghah Al-Wadhihah. Terjemahan
oleh Mujiyo Nurkholis, Bahrun Abu Bakar dan H.Anwar Abu Bakar.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Kulaib, Ahmad Taufiq dan Abu Shaleh, Abdul Qudus.1403. Kitabul Al-Balaghah,
Ilmu Al-Ma’ani Wa Al-Badi’. Riyadh: Idaratus Al Abhas wa Al Manahij wa
Al Kutubid Dirasiyyah, Jami’atu Al-Imam Muhammad bin Su’ud AlIslamiyyah.
Makhdhari, Moch. 2009. Mencerdaskan Pikiran dan Hati dengan Kemukjizatan
Surat Al-Kahfi. Jogjakarta: Diva Press.
Nadwi, Moh. 1986H.Tata Bahasa Arab. Surabaya: Putra Jaya.
Qutb. Sayid. 1978. At-Tashwir Al-Fani Fil Quran. Makkah: Daarusy Syuruq.
Download