3 kerangka pemikiran

advertisement
19
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Perdagangan Internasional
Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor
(factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor komoditi yang
produksinya memerlukan faktor produksi yang secara relatif berlimpah. Dengan
demikian perdagangan mendorong sumberdaya ke dalam sektor-sektor yang
mempunyai keunggulan komparatif. Kondisi lainnya adalah adanya perbedaan
penawaran dan permintaan antar negara (Hasyim 1986). Kelebihan permintaan
domestik terhadap penawaran domestik akan mendorong suatu negara melakukan
permintaan impor, sedangkan kelebihan penawaran domestik terhadap permintaan
domestik akan mendorong suatu negara untuk melakukan penawaran ekspor.
Mekanisme terjadinya permintaan-penawaran domestik dan permintaan imporpenawaran ekspor, secara grafis, dapat dilihat pada Gambar 2.
Panel A
Panel B
Panel C
(Pasar komoditi X
di negara 1)
(Hubungan
perdagangan
internasional untuk
komoditi X)
(Pasar komoditi X
di negara 2)
Px/Py
Px/Py
Px/Py
Sx
S
Sx
P3
E
B
P2
P1
A’
P3
B’
E*
P2
Dx
D
A
E’
Dx
0
Q
0
Q
0
Q
Keterangan:
Px/Py = Harga relatif untuk komoditi X (jumlah komoditi Y yang harus dikorbankan oleh
suatu negara dalam rangka memproduksi satu unit tambahan komoditi X)
Q
= Jumlah komoditi X
Sx
= Kurva penawaran komoditi X
Dx
= Kurva permintaan komoditi X
Gambar 2 Mekanisme terjadinya perdagangan internasional (Salvatore 1997)
Gambar 2 menunjukkan kasus dua negara dengan komoditi tertentu,
dimana kurva Dx dan kurva Sx dalam panel A dan C masing-masing
melambangkan kurva permintaan dan kurva penawaran untuk komoditi tertentu di
negara 1 dan negara 2. Tanpa adanya perdagangan internasional, negara 1 akan
berproduksi dan mengkonsumsi di titik A berdasarkan harga relatif komoditi
tertentu sebesar P1, sedangkan negara 2 akan berproduksi dan mengkonsumsi di
20
titik A’ berdasarkan harga relatif P3. Dengan asumsi bahwa sebelum terjadinya
perdagangan internasional, harga domestik untuk komoditi tertentu di negara 1
relatif lebih murah dibandingkan dengan harga domestik di negara 2; jika
produsen di negara 1 berproduksi lebih banyak daripada tingkat permintaan
domestiknya, maka akan terjadi kelebihan penawaran (excess supply) sebesar BE,
sedangkan jika negara 2 mengalami peningkatan permintaan sehingga tingkatnya
lebih tinggi dari pada produksi domestiknya sebesar B’E’ maka terjadi kelebihan
permintaan (excess demand).
Apabila kemudian terbuka hubungan antara negara 1 dan negara 2, maka
akan timbul perdagangan antar kedua negara tersebut (dalam hubungan
perdagangan ini diasumsikan biaya transportasi dan pajak adalah nol). Kelebihan
produksi negara 1 selanjutnya akan diekspor ke negara 2 dan negara 2 akan
mengimpor kekurangan kebutuhannya dari negara 1. Panel B menunjukkan
kuantitas impor yang diminta oleh negara 2, yang sama dengan kuantitas ekspor
komoditi tertentu yang ditawarkan oleh negara 1 (diperlihatkan oleh perpotongan
antara kurva D dan kurva S setelah suatu komoditi diperdagangkan diantara kedua
negara). Dengan demikian, keseimbangan di pasar internasional terjadi pada titik
E*, sehingga P2 merupakan harga relatif ekuilibrium untuk komoditi tertentu
setelah perdagangan internasional berlangsung.
Penawaran Ekspor, Permintaan Impor, dan Pembentukan Harga Dunia
Penawaran Ekspor
Penawaran suatu komoditi adalah jumlah komoditi yang bersedia
ditawarkan oleh produsen pada suatu pasar dan tingkat harga serta waktu tertentu.
Faktor-faktor yang menentukan tingkat penawaran adalah harga jual komoditi
yang bersangkutan, serta faktor-faktor lainnya yang dapat disederhanakan sebagai
faktor nonharga. Antara harga dan jumlah komoditi yang akan ditawarkan
berhubungan secara positif, dengan semua faktor yang lain tetap sama (ceteris
paribus), yaitu jika harga naik maka jumlah yang ditawarkan akan meningkat dan
sebaliknya. Penawaran ekspor suatu negara (pengekspor/eksportir) merupakan
selisih antara produksi domestik dan konsumsi domestik ditambah dengan jumlah
stok domestik tahun lalu. Dengan demikian maka ekspor suatu komoditi dapat
didefinisikan sebagai berikut:
Xt = Qt -Ct +St-1 …………….……….…………….. (1)
Dimana:
Xt
Qt
Ct
St-1
:
:
:
:
Jumlah ekspor komoditi tertentu pada tahun ke t
Jumlah produksi domestik komoditi tertentu pada tahun ke t
Jumlah konsumsi domestik komoditi tertentu pada tahun ke t
Jumlah stok domestik komoditi tertentu pada tahun ke t-1
Apabila tidak ada stok, maka ekspor suatu komoditi secara sederhana sama
dengan selisih antara jumlah produksi dengan jumlah yang ditawarkan (diminta)
di pasar domestik. Dengan asumsi bahwa impor suatu komoditi negara
pengekspor relatif kecil dibandingkan dengan jumlah produksinya, maka hal ini
dapat diabaikan. Konsumsi domestik negara produsen pada umumnya relatif
stabil, sehingga dapat diabaikan. Ekspor yang dilakukan oleh suatu negara
21
bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik, sehingga faktor tingkat
harga dan nilai tukar mata uang suatu negara akan sangat mempengaruhi tingkat
ekspornya. Berdasarkan hal-hal ini, maka fungsi penawaran ekspor suatu negara
atas komoditi tertentu dapat ditulis sebagai berikut:
Xt =f Pt ,Qt ,ERt ,Zt
Dimana:
Pt
Qt
ERt
Zt
:
:
:
:
..………………….…………….. (2)
Harga ekspor komoditi tertentu pada tahun ke t
Jumlah produksi komoditi tertentu pada tahun ke t
Nilai tukar mata uang negara pengekspor tertentu pada tahun ke t
Faktor-faktor lainnya
Permintaan Impor
Permintaan impor suatu negara (pengimpor/importir) merupakan selisih
antara konsumsi domestik dengan produksi domestik ditambah sisa stok pada
tahun yang lalu. Dengan demikian, permintaan impor komoditi suatu negara dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Mt =Ct - Qt +St-1
Dimana:
Mt
Ct
Qt
St-1
:
:
:
:
………….………….…………….. (3)
Jumlah impor komoditi tertentu pada tahun ke t
Jumlah konsumsi domestik komoditi tertentu pada tahun ke t
Jumlah produksi domestik komoditi tertentu pada tahun ke t
Jumlah stok domestik komoditi tertentu tahun ke t-1
Permintaan impor, secara umum, dipengaruhi oleh harga komoditi itu
sendiri, harga komoditi substitusi impor, tingkat pendapatan negara pengimpor,
jumlah penduduk, dan sebagainya. Dengan demikian fungsi permintaan impor
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Mt =f PMt ,Yt ,PSt ,Popt ,Zt
Dimana:
PMt
Yt
PSt
Popt
Zt
:
:
:
:
:
….………………….…………….. (4)
Harga impor komoditi tertentu pada tahun ke t
Pendapatan negara pengimpor pada tahun ke t
Harga komoditi substitusi dari komoditi impor tertentu pada tahun ke t
Jumlah penduduk negara pengimpor tahun ke t
Faktor-faktor lainnya
Pembentukan Harga Dunia
Harga terbentuk karena adanya perpotongan antara kurva penawaranpermintaan antara kedua negara yang terlibat dalam perdagangan, sehingga harga
relatif menggambarkan kuantitas impor yang diinginkan sama dengan kuantitas
ekspor yang ditawarkan. Oleh sebab itu, harga komoditi yang diperdagangkan di
dunia (secara internasional) juga dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhi permintaan impor, penawaran ekspor, atau karena pengaruh
kedua-duanya secara bersama-sama. Selain itu, harga komoditi di pasar dunia juga
dipengaruhi oleh harga tahun sebelumnya. Persamaan harga komoditi di pasar
internasional (dunia) dapat ditulis sebagai berikut:
22
PWt =f XWt , MWt , PWt-1
Dimana:
PWt
XWt
MWt
PWt-1
:
:
:
:
…….……………….…………….. (5)
Harga komoditi tertentu di pasar dunia (internasional) pada tahun ke t
Jumlah ekspor negara pengekspor komoditi tertentu pada tahun ke t
Jumlah impor negara konsumen komoditi tertentu pada tahun ke t
Harga komoditi tertentu di pasar dunia (internasional) pada tahun ke t-1
Elastisitas
Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran (Es) adalah angka yang menunjukkan berapa persen
jumlah barang yang ditawarkan berubah, bila harga berubah satu persen.
Elastisitas penawaran juga dapat dikaitkan dengan faktor-faktor atau variabelvariabel lain yang dianggap mempengaruhinya, seperti tingkat bunga, tingkat
upah, harga bahan baku, dan harga bahan antara lainnya. Elastisitas penawaran
dapat ditulis:
Es =
P
Persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan
Persentase perubahan harga
∂Q
Es = Q * ∂P
1.
2.
3.
%∂Q
∂Q Q
atau Es = %∂P = ∂P
P
…………………………………….…………………… (6)
Beberapa faktor yang menentukan elastisitas penawaran antara lain:
Jenis produk; kurva penawaran produk pertanian umumnya inelastis (lambat
merespon perubahan harga), sementara kurva penawaran produk industri
umumnya elastis (cepat merespon perubahan harga).
Sifat perubahan biaya produksi; penawaran akan bersifat inelastis bila
kenaikan penawaran hanya dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang
sangat tinggi, dan bila penawaran dapat ditambah dengan pengeluaran biaya
tambahan yang tidak terlalu besar, penawaran akan bersifat elastis.
Jangka waktu; jangka panjang atau jangka pendek.
Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit
barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhi
nya (ceteris paribus), tiga diantaranya yang penting yaitu harga barang itu sendiri,
harga barang lain, dan pendapatan. Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang
itu sendiri disebut elastisitas harga (price elasticity of demand); elastisitas yang
dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang (cross elasticity); dan
yang terkait dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan (income elasticity).
1. Elastisitas harga (price elasticity of demand)
Elastisitas harga (Ep) mengukur berapa persen permintaan terhadap
suatu barang (komoditi) berubah jika harganya berubah sebesar satu persen.
Dapat ditulis:
23
Ep =
P
Persentase perubahan jumlah barang yang diminta
Persentase perubahan harga
∂Q
Ep = Q * ∂P
a.
b.
c.
d.
2.
∂Q Q
P
………..…..……………………….…………………… (7)
Beberapa faktor yang menentukan tingkat elastisitas harga yaitu:
Tingkat substitusi; semakin sulit mencari substitusi suatu barang
(komoditi), maka permintaan semakin inelastis.
Jumlah pemakai; semakin banyak jumlah pemakai, maka permintaan
akan suatu barang semakin inelastis.
Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen; semakin besar
proporsi nya, maka permintaan cenderung lebih elastis.
Jangka waktu; tergantung jenis barang (komoditi) nya, durabel atau
nondurabel.
Elastisitas silang (cross elasticity)
Elastisitas silang (Ec) mengukur persentase perubahan permintaan
suatu barang sebagai akibat perubahan harga barang lain sebesar satu persen.
Dapat ditulis:
Persentase perubahan jumlah barang X yang diminta
Ec =
Persentase perubahan harga barang Y
∂Q
Py
Ec = Q * ∂P x
x
3.
%∂Q
atau Ep = %∂P = ∂P
y
%∂Q
∂Q Qx
atau Ec = %∂P x = ∂Px
y
y
Py
……..……..……………………….…………………… (8)
Elastisitas pendapatan (income elasticity)
Elastisitas pendapatan (Ei) mengukur persentase perubahan
permintaan suatu barang (komoditi) sebagai akibat perubahan pendapatan
sebesar satu persen. Dapat ditulis:
Ei =
I
Persentase perubahan jumlah barang yang diminta
Persentase perubahan pendapatan
∂Q
Ei = Q * ∂I
%∂Q
atau Ei = %∂I =
∂Q Q
∂I I
……………..…..………………….…………………… (9)
Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Kaitannya dengan dimensi waktu perubahannya, jika satu tahun atau
kurang, maka elastisitas yang dimaksud adalah elastisitas jangka pendek. Jika
lebih dari satu tahun, maka yang dimaksud adalah elastisitas jangka panjang.
1 Elastisitas penawaran
Hampir semua barang (komoditi) memiliki penawaran yang lebih
elastis dalam jangka panjang, dibandingkan dengan jangka pendeknya. Sebab,
dalam jangka panjang produsen mampu mengatasi kendala-kendala yang
muncul dalam jangka pendek. Untuk beberapa barang, penawaran dalam
jangka pendeknya inelastis sempurna (Es = 0). Tetapi tedapat juga barang
yang penawarannya justru lebih elastis dalam jangka pendek dibandingkan
24
2
dengan jangka panjang, misalnya untuk barang-barang yang dapat di daur
ulang (recycling).
Elastisitas permintaan
a. Elastisitas harga
Untuk barang-barang (komoditi-komoditi) yang habis dipakai
dalam waktu kurang dari satu tahun (barang tidak tahan lama/nondurable
goods), elastisitas harga lebih besar dalam jangka panjang dibandingkan
jangka pendek. Sedangkan untuk barang yang masa konsumsinya lebih
dari satu tahun (barang tahan lama/durable goods), permintaannya lebih
elastis dalam jangka pendek, dibandingkan dengan jangka panjang.
b. Elastisitas pendapatan
Elastisitas pendapatan dalam jangka panjang bagi barang
nondurabel lebih besar dibanding jangka pendek. Sebaliknya, barang
durabel elastisitas nya lebih besar dalam jangka pendek dibandingkan
dengan jangka panjang.
Ukuran-ukuran Elastisitas Penawaran dan Permintaan
Ukuran-ukuran elastisitas penawaran dan artinya, selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Ukuran-ukuran elastisitas penawaran
No
1.
Besar Elastisitas
Es = 0
Istilah
Inelastis
sempurna
2.
0 < Es < 1
Inelastis
3.
Es = 1
Elastisitas unit
4.
1 < Es < 
Elastis
5.
Es = 
Elastis
sempurna
Keterangan
Jumlah yang ditawarkan tidak
berubah (tetap/konstan) dengan
adanya perubahan harga.
Jumlah yang ditawarkan berubah
dengan persentase yang lebih
kecil dari pada perubahan harga.
Jumlah yang ditawarkan berubah
dengan persentase yang sama
dengan perubahan harga.
Jumlah yang ditawarkan berubah
dengan persentase yang lebih
besar dari pada perubahan harga.
Berapapun
jumlah
yang
ditawarkan, harga tidak berubah
(tetap/konstan).
Sementara itu, ukuran-ukuran elastisitas permintaan dan artinya dapat
dilihat pada Tabel 7.
25
Tabel 7 Ukuran-ukuran elastisitas permintaan
No
1.
2.
3.
Besar Elastisitas
Istilah
Elastisitas Harga
a. Ep = 0
Inelastis sempurna
b. 0 < Ep < 1
Inelastis
c. Ep = 1
Elastisitas unit
d. 1 < Ep < 
Elastis
e. Ep = 
Elastis sempurna
Elastisitas Silang
a. Ec > 0
(positif)
Barang substitusi
b. Ec < 0
(negatif)
Barang
komplemen
Elastisitas
Pendapatan
a. Ei > 0
(positif)
b. Ei < 0
(negatif)
c. 0 < Ei < 1
d. Ei > 1
Barang normal
Barang inferior
Barang kebutuhan
pokok (essential
goods)
Barang mewah
Keterangan
Jumlah yang diminta tidak
berubah (tetap/konstan) dengan
adanya perubahan harga.
Jumlah yang diminta berubah
dengan persentase yang lebih
kecil dari pada perubahan harga.
Jumlah yang diminta berubah
dengan persentase yang sama
dengan perubahan harga.
Jumlah yang diminta berubah
dengan persentase yang lebih
besar dari pada perubahan harga.
Berapapun jumlah yang diminta,
harga
tidak
berubah
(tetap/konstan).
Kenaikan
harga
barang
substitusi
berakibat
meningkatnya jumlah yang
diminta untuk barang ini (yang
disubstitusi).
Kenaikan
harga
barang
komplemen berakibat turunnya
jumlah yang diminta untuk
barang
ini
(yang
berkomplemen).
Jumlah yang diminta naik, saat
pendapatan naik.
Jumlah yang diminta turun, saat
pendapatan naik.
Jumlah yang diminta berubah
dengan persentase yang lebih
kecil dari pada perubahan
pendapatan.
Jumlah yang diminta naik, saat
pendapatan naik.
26
Nilai Tukar
Nilai tukar erat kaitannya dengan perdagangan internasional, karena nilai
suatu komoditi ekspor dinilai dengan satu satuan mata uang asing. Nilai tukar
antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara
untuk saling melakukan perdagangan (Mankiw 2003). Nilai tukar dibedakan
menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal
adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan nilai tukar riil adalah
harga relatif dari barang-barang diantara kedua negara. Nilai tukar riil menyatakan
tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk
barang-barang dari negara lain, sehingga nilai tukar riil sering disebut terms of
trade. Secara matematis nilai tukar riil dapat dirumuskan sebagai berikut:
Nilai tukar riil =
Dimana:
ϵ
E
:
:
P
P’
:
:
Nilai tukar nominal
Rasio tingkat harga
;
∈=e*
P
………..……………… (10)
P'
Nilai tukar riil
Nilai tukar nominal (nilai mata uang pengimpor per mata uang
pengekspor)
Tingkat harga di negara pengekspor
Tingkat harga di negara pengimpor
Jika nilai tukar riil tinggi, maka harga barang-barang di negara pengimpor
relatif lebih murah dibanding harga barang-barang di negara pengekspor.
Begitupun sebaliknya jika nilai tukar riil rendah, maka harga barang-barang di
negara pengimpor relatif lebih mahal dibanding harga barang-barang di negara
pengekspor. Dalam perekonomian yang hanya terdapat dua negara (negara I dan
II), apresiasi nilai tukar negara II terhadap nilai tukar perdagangan akan
meningkatkan permintaan impor barang oleh negara II. Peningkatan ini terjadi
karena harga barang di negara II relatif lebih mahal dari pada harga barang di
negara I, sehingga kondisi ini akan memacu negara II untuk memenuhi kebutuhan
domestiknya dengan meningkatkan impor dari negara I. Permintaan impor yang
semakin besar di negara II akan menggeser kurva permintaan di negara tersebut.
Daya Saing Lada Putih Indonesia
Amir (1993 dalam Hendayana dan Darwis 1998) menjelaskan bahwa
produk yang akan mampu memasuki pasar ekspor ditunjukkan oleh produk yang
mempunyai daya saing tinggi, dimana indikator daya saing dapat dilihat dari besar
kecilnya pangsa pasar komoditas yang diperdagangkan. Edizal (2007) mengatakan
bahwa daya saing merupakan kemampuan untuk mempertahankan pangsa pasar.
Dalam penelitian ini daya saing lada putih Indonesia didefinisikan sebagai
kemampuan lada putih Indonesia untuk mempertahankan pangsa pasarnya, serta
harapannya mampu untuk meningkatkan pangsa pasar tersebut. Edizal (2007),
yang melakukan analisis mengenai strategi peningkatan daya saing lada putih
Indonesia, menyebutkan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan daya saing lada putih Indonesia di pasar dunia (internasional).
Upaya-upaya tersebut dapat dijelaskan melalui Gambar 3.
27
P
S0
Pa
Pd
Pb
Pc
P0
1
4
2
3
D1
Q0
Qb Q a
D3
D2
D0
0
S1
Qc
Qd
Q
Keterangan:
P = Harga ekspor lada putih Indonesia
Q = Jumlah ekspor lada putih Indonesia
S = Penawaran ekspor lada putih Indonesia
D = Permintaan ekspor lada putih Indonesia
Gambar 3 Strategi peningkatan daya saing lada putih Indonesia di pasar
internasional (Edizal 2007)
Pada Gambar 3, Q adalah jumlah ekspor lada putih dan P adalah harga
ekspor nya. Misalkan kondisi awal keseimbangan berada pada P0 dan Q0, serta
kurva penawaran ekspor dan permintaan impor adalah S0 dan D0. Dengan asumsi
indikator daya saing adalah laba dan pangsa pasar, maka usaha peningkatan daya
saing lada putih Indonesia di pasar dunia (internasional) dapat ditempuh melalui
empat cara yaitu: (1) menggeser kurva permintaan ke kanan dengan kurva
penawaran tetap; (2) mengubah kemiringan kurva permintaan menjadi lebih
elastis dengan kurva penawaran tetap; (3) menggeser kurva permintaan ke kanan
diikuti dengan menggeser kurva penawaran ke kanan; dan (4) menggeser kurva
permintaan ke kanan, merubah kemiringan kurva permintaan menjadi lebih
elastis, dan juga diikuti oleh peningkatan penawaran dengan cara menggeser
kurva penawaran ke kanan.
Cara pertama ditunjukkan oleh bergesernya kurva permintaan dari D0 ke
D1 dan keseimbangan berubah menjadi Pa-Qa pada kurva penawaran S0. Dengan
demikian terjadi peningkatan volume ekspor sebesar Q0-Qa pada harga ekspor
yang lebih tinggi dari P0 (yaitu Pa). Cara kedua ditunjukkan oleh berubahnya
kurva permintaan menjadi D2 (dari semula D0) dan pada kurva penawaran yang
tetap. Keseimbangan terjadi pada Pb-Qb dan terjadi peningkatan volume ekspor
sebesar Q0-Qb dengan harga lebih tinggi dari P0 (di Pb).
Cara ketiga ditunjukkan oleh bergesernya kurva permintaan dan
penawaran menjadi D1 (dari semula D0) dan S1 (dari semula S0). Keseimbangan
berada pada Pc-Qc pada harga lebih tinggi dari P0 (di Pc), dengan peningkatan
volume ekspor sebesar Q0-Qc. Cara yang keempat adalah dengan menggabungkan
cara pertama dan kedua, serta diikuti usaha peningkatan penawaran, yang
ditunjukkan oleh bergesernya kurva permintaan dan penawaran menjadi D 3 (dari
semula D0) dan S1 (dari semula S0). Keseimbangan berada pada Pd-Qd, dengan
28
harga yang lebih tinggi dari P0 (di Pd) dan terjadi peningkatan volume ekspor
sebesar Q0-Qd.
Kerangka Pemikiran Operasional
Penurunan produksi dan juga ekspor lada putih Indonesia, diikuti oleh
adanya desakan/tekanan terhadap pangsa pasar nya di dunia atau internasional,
yang berasal dari Vietnam dan dapat disubstitusinya komoditi lada putih dengan
lada hitam. Dengan demikian perlu dilihat berada dimanakah posisi atau daya
saing lada putih Indonesia di pasar lada putih dunia saat ini, akibat adanya adanya
desakan-desakan tersebut. Terlebih lagi karena pasar utama dari lada putih
Indonesia adalah masih pasar dunia. Hal ini berguna sebagai saran/informasi
dalam menentukan strategi-kebijakan yang tepat dalam rangka menjaga pangsa
pasar ekspor lada putih Indonesia yang sudah ada, serta harapannya untuk
meningkatkan pangsa pasar lada putih Indonesia di pasar lada putih dunia.
Oleh sebab itu, dilakukan analisis mengenai pasar lada putih Indonesia,
yang terdiri atas analisis volume perdagangan lada putih dunia serta analisis
permintaan impor lada putih dunia yang bersumber dari Indonesia dan Vietnam.
Analisis volume perdagangan lada putih dunia menggunakan model regresi linear
berganda logaritmik. Sedangkan analisis permintaan lada putih dunia yang
bersumber dari Indonesia dan Vietnam, dilakukan dengan meminjam atau
mengadopsi model AIDS (Almost Ideal Demand System). Analisis model AIDS
ini menggunakan pendekatan pangsa pasar (share). Kerangka pemikiran
operasional selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.
Kondisi Lada Putih Indonesia:
1. Produksi dan ekspor menurun
2. Ada desakan dari Vietnam (dengan tren peningkatan produksi dan ekspor lada
putihnya)
3. Dapat disubstitusi oleh lada hitam
4. Pasar utama lada putih Indonesia adalah pasar ekspor-impor
Posisi/daya saing lada putih Indonesia di pasar lada putih dunia (internasional)
saat ini?
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
volume perdagangan lada putih di dunia
(Model Regresi Linear Berganda
Logaritmik)
Analisis permintaan lada putih dunia yang
bersumber dari Indonesia dan Vietnam
(Adopsi Model AIDS/Almost Ideal
Demand System)
Saran bagi penetapan strategi-kebijakan pemasaran lada putih Indonesia
Alternatif strategi-kebijakan pemasaran lada putih Indonesia
Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional
Download