BAB 8

advertisement
BAB 9. METABOLISME
Metabolisme adalah total keseluruhan reaksi yang terjadi di dalam sel.
Metabolisme terdiri atas 2 jenis, yaitu katabolisme dan anabolisme. Katabolisme adalah
pemecahan molekul kompleks menjadi lebih kecil, sederhana dan disertai pelepasan
energi. Pelepasan energi ini dapat atau tidak dapat digunakan untuk mendorong reaksi
lainnya. Anabolisme adalah sintesis molekul kompleks dari beberapa molekul
sederhana dan memerlukan sejumlah energi. Pembahasan metabolisme tidak terlepas
dari konsep termodinamika.
KONSEP DASAR ENERGI
Hukum Termodinamika 1
Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Hal ini berarti dalam
sistem hidup energi dari lingkungan harus dapat ditangkap dan dikonversikan ke bentuk
lain. Hal ini dilakukan oleh organisme fotosintetik yang mampu menangkap energi panas
matahari menjadi energi kimia (ATP dan NADP) untuk proses biosintesis baik material
sel maupun cadangan makanan (Gambar 9.1). Organisme heterotrof juga mampu
menagkap energi dari makanan menjadi energi (Gambar 9.2).
Gambar 9.1 Penangkapan energi matahari oleh tanaman
Gambar 9.2 Penangkapan energi oleh organisme heterotrof (manusia)
Hukum Termodinamika 2
Pada setiap reaksi energi dapat kehilangan kemampuannya menghasilkan
kerja akibat sistem yang tidak teratur (disorder). Pada sistem hidup banyak sekali
energi yang terbuang percuma (entropi).
Energi bebas (G)
Semua reaksi dapat dideskripsikan sebagai berikut
DH = DG + TDS, di mana
H adalah total energi reaksi, S adalah jumlah energi yang
hilang (entropi), dan G adalah jumlah energi bebas. Reaksi di atas dapat diubah menjadi
DG = DH – TDS. Dengan demikian semakin tinggi entropi (DS), maka semakin tidak
teratur sebuah sistem (DG). Semakin rendah entropi, maka semakin teratur sebuah
sistem.
Reaksi Oksidasi Reduksi (Redoks)
Sebagian besar reaksi di dalam sel berlangsung dalam bentuk reaksi redoks.
Reaksi redoks merupakan konsep dasar metabolisme. Semua molekul memiliki elektron
dan setiap molekul berpotensi menerima atau mendonor elektron kepada molekul
lainnya.
NAD(P)+ + 2H+ + 2e+  NAD(P)H + H+
Potensial reaksi redoks untuk mendonasi elektron dapat diukur. Para ilmuwan dengan
susah payah akhirnya dapat menentukan nilai potensial redoks pada kondisi standar
(Eo) yang sebelumnya dianggap mustahil. Tabel 9.1 menunjukkan daftar reaksi redoks
yang umum terjadi dalam sel
Tabel 9.1 Sejumlah reaksi redoks yang terjadi di dalam sel
Reaksi Redoks
+
2H + 2e
H2
ferredoxin(Fe+3) + eferredoxin(Fe+2)
NAD(P)+ + 2H+ + 2eNAD(P)H + H+
+
S + 2H + 2e
H2S
-2
+
SO4 + 8H + 8e
H2S
+
pyruvate + 2H + 2e
lactate-2
+
FAD + 2H + 2e
FADH + H+
cytochrome b(Fe3+) + ecytochrome b(Fe+2)
+
ubiquinone + 2H + 2e
ubiquinone H2
+3
cytochrome c(Fe ) + e
cytochrome c(Fe+2)
NO3- + 2H+ + 2eNO2- + H2O
+
NO2 8H + 6e
NH4
+3
+2
Fe + e
Fe
O2 + 4H+ + 4e2H2O
PEMBAWA ENERGI
Eo
-0.42
-0.42
-0.32
-0.274
-0.22
-0.185
-0.18
0.075
0.10
0.254
0.421
0.44
0.771
0.815
Terdapat 3 aktivitas utama pemanfaatan energi di dalam sel, yaitu sintesis
molekul kompleks, transportasi molekul, dan mengerakan struktur sel. Bagaimana sel
memperoleh energi untuk aktivitas tersebut? Sel memperoleh energi langsung dari
reaksi metabolisme atau mengkonversi ke molekul pembawa energi.Terdapat 2 molekul
utama pembawa energi di sistem hidup, yaitu adenosin trifosfat (ATP) dan nikotamida
adenin dinukleotida (NAD+) (Gambar 9.3).
Gambar 9.3 Molekul pembawa energi ATP (atas) dan NAD+ (bawah)
ATP merupakan pembawa energi kimiawi dalam bentuk ikatan fosfat berenergi
tinggi. NAD+ merupakan pembawa hidrogen dan elektron dan terlibat pada berbagai
reaksi redoks. NAD+ dapat mengambil dan mentransport elektron dan proton. Ketika
NAD+ membawa proton dan elektron, maka dia berubah menjadi NADH + H+. Selain
ATP dan NAD+ terdapat molekul lain sebagai pembawa energi seperti asil fosfat. (Untuk
memudahkan penulisan, maka selanjutnya NAD+ cukup ditulis NAD, sedangkan NADH
+ H+ cukup ditulis NADH).
Proton
Proton atau ion hidrogen (H+) merupakan molekul penting dalam metabolisme
khususnya katabolisme. Hidrogen merupakan elemen terkecil dan hanya memiliki proton
dan elektron (tanpa neutron). Jika kita mengambil elektron maka hidrogen berubah
bentuk menjadi proton. Proten berperan penting dalam respirasi dan reaksi enzimatik
lainnya. Secara tidak langsung proton adalah pembawa energi. Hal ini karena aktivitas
translokasi proton pada ATPase mampu menghasilkan ATP dan transportasi proton via
membran sel dapat dikopling dengan aktivitas pergerakan flagela dan silia.
ENZIM
Sebagian besar reaksi metabolisme tidak terjadi secara spontan atau cepat,
tetapi memerlukan pendorong untuk terjadinya reaksi. Pendorong terdiri atas 2 bentuk
yaitu molekul anorganik dan organik. Pendorong anorganik disebut katalisator,
sedangkan pendorong organik disebut enzim. Baik katalisator dan enzim berperan
dalam menurunkan energi aktivasi reaksi, sehingga reaksi lebih mudah dan cepat
terjadi.
Enzim adalah protein yang berperan sebagai katalisator metabolisme. Ukuran
enzim bervariasi dari 1x104 Dalton sampai 1x106 Dalton. Selain protein, enzim juga
mengandung molekul lain yang disebut kofaktor. Enzim lengkap dengan kofaktor disebut
holoenzim, sedangkan enzim tanpa kofaktor disebut apoenzim (Gambar 9.4).
Gambar 9.4 Struktur enzim yang terdiri dari 4 domain protein (4 warna molekul).
METABOLISME SENTRAL
Untuk dapat hidup dan berkembang, organisme harus makan. Makanan
menyediakan sumber energi dan sumber karbon untuk biosintesis komponen sel. Pada
organisme heterotrof sumber energi merupakan senyawa hidrokarbon (...-C-C-C-...).
Senyawa organik dapat monomer maupun polimer. Pada umumnya organisme
heterotrof memerlukan glukosa sebagai sumber energi dan sumber karbon. Karena
glukosa merupakan sumber energi dan sumber karbon, maka proses katabolisme
glukosa disebut metabolisme sentral. Metabolisme sentral pada organisme baik
prokariota dan eukariota adalah glikolisis dan siklus asam sitrat.
Glikolisis merupakan proses pemecahan glukosa menjadi senyawa triosa (C3),
yaitu piruvat. Siklus asam sitrat atau siklus Krebs merupakan proses oksidasi senyawa
trikarboksilat menjadi senyawa sumber elektron atau sumber energi yang kemudian
difosforilasi oksidatif menjadi energi. Senyawa antara pada glikolisis dan siklus asam
sitrat menyediakan prekursor biosintesis asam amino.
Glikolisis
Pada eukariota glikolisis merupakan proses pemecahan glukosa menjadi piruvat
melalui jalur heksosa bisfosfat. Pada prokariota selain jalur heksosa bisfosfat, juga
terdapat jalur lain pemecahan glukosa menjadi piruvat. Terdapat 4 jalur (pathway)
glikolisis untuk katabolisme glukosa pada prokariota, yaitu jalur Embden Meyerhoff
Parnas (EMP) juga disebut heksosa bisfosfat, jalur Heksosa Monofosfat (HMP) juga
disebut fosfoketolase, jalur Pentosa fosfat (PP), dan jalur Etner Doudoroff (ED) juga
disebut ketoglukonat. Tiga jalur yang disebut belakangan, mengubah glukosa 6-fosfat
menjadi 6-fosfo-glukonat, sedangkan jalur EMP mengubah glukosa 6-fosfat menjadi
fruktosa 6-fosfat. Keempat jalur tersebut mempunyai persamaan, yaitu memecah
heksosa (glukosa) menjadi triosa, yaitu gliseraldehid 3-fosfat (tetapi melalui jalur
berbeda), mengoksidasi triosa, menjadi asam triosa, yaitu piruvat.
Sebagian besar prokariota memproses karbohidrat (glukosa) melalui jalur EMP
dan hanya beberapa prokariota saja yang tidak melalui jalur EMP. Sebagian prokariota
mempunyai lebih dari satu jalur katabolisme karbohidrat (glikolisis). E. coli
menggunakan jalur EMP sebagai jalur utama untuk mengonsumsi glukosa, sedangkan
jalur ED dipakai kalau sumber karbon adalah glukonat. Arkhaea Themoproteus tenax
menggunakan jalur EMP dan ED untuk mekatabolisme glikogen dan trehalosa.
Glikolisis via Jalur EMP
Pada jalur ini glukosa dipecah menjadi 2 piruvat (Gambar 9.5). Jalur EMP
mempunyai 4 tahapan penting katabolisme, yaitu fosforilasi ganda heksosa, pemecahan
heksosa bisfosfat menjadi 2 triosa fosfat, dan defosforilasi triosa bisfosfat menjadi energi
dan piruvat.
Tahap pertama fosforilasi ganda heksosa dimulai dari fosforilasi glukosa menjadi
glukosa 6-fosfat dengan bantuan heksokinase. Glukosa 6-fosfat diisomerisasi (mutasi
gugus karboksil dari karboksilat menjadi keto) menjadi fruktosa 6-fosfat dengan bantuan
fosfoglukoisomerase. Selanjutnya, fruktosa 6-fosfat difosforilasi menjadi fruktosa 1,6bisfosfat dengan bantuan fosfofruktokinase.
Tahap kedua pemecahan heksosa bisfosfat menjadi 2 triosa fosfat dimulai dari
pemecahan fruktosa 1,6-bisfosfat menjadi gliseraldehid 3-fosfat (G3P) dan dihidroksi
aseton dengan bantuan aldolase. Dihidroksi aseton fosfat dapat direduksi menjadi
gliserol 3-fosfat dengan bantuan gliserol fosfat dehidrogenase atau diisomerisasi
menjadi G3P dengan bantuan triosa fosfat isomerase, sehingga menghasilkan 2 triosa
bisfosfat (G3P).
Tahap ketiga defosforilasi triosa bisfosfat menjadi energi dan piruvat dimulai dari
fosforilasi G3P oleh fosfat anorganik menjadi triosa bisfosfat (1,3-difosfo gliserat)
dengan bantuan G3P dehidrogenase. Proses ini juga menghasilkan NADH (sumber
elektron bagi respirasi). 1,3-Difosfogliserat didefosforilasi (dikopling dengan sintesis
ATP) menjadi 3-fosfogliserat dengan bantuan fosfogliserokinase. Gugus fosfat dimutasi
dari posisi 3 ke posisi 2, sehingga menghasilkan 2-fosfogliserat dengan bantuan
fosfogliserat mutase. Pembentukan ikatan rangkap (dehidrasi) antara atom C no 2 dan
no 3, sehingga 2-fosfogliserat menjadi fosfoenol piruvat (PEP) dengan bantuan
enolase. PEP didefosforilasi (dipasangkan dengan sintesis ATP) menjadi piruvat dengan
bantuan piruvat kinase.
Dari semua reaksi di jalur EMP terdapat beberapa reaksi yang ireversibel (tidak
balik). Reaksi yang ireversibel adalah glukosa menjadi glukosa 6-fosfat, fruktosa 1,6
bisfosfat menjadi gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat, dan fosfoenol
privuvat menjadi piruvat. Hal ini bertujuan supaya proses glikolisis tidak berlangsung
bersamaan dengan proses glukoneogenesis.
Hasil akhir adalah 2 piruvat, 2 NADH, 2 ATP. Piruvat akan diposes lebih lanjut
melalui siklus asam sitrat. NADH dioksidasi lanjut pada respirasi atau fermentasi
tergantung ada tidaknya elektron akseptor dan enzim-enzim rantai respirasi.
Gambar 9.5 Glikolisis glukosa melalui jalur EMP.
Siklus Asam Sitrat
Apa yang terjadi dengan piruvat? Piruvat akan diurai menjadi CO2 dan
menghasilkan sejumlah energi melalui respirasi atau difermentasi. Jika difermentasi,
maka piruvat direduksi menjadi produk akhir fermentasi, seperti asam laktat dan etanol.
Jika direspirasi, piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA dan akhirnya menjadi CO2. Pada
tulisan ini dibahas respirasi aerob (oksidasi) piruvat.
Sebelum memasuki siklus asam sitrat, piruvat dioksidasi dulu menjadi asetil KoA
oleh kompleks piruvat dehidrogenase. Kompleks piruvat dehidrogenase E. coli terdapat
di mitokondria (eukariota) dan sitoplasma (prokariota) dan terdiri atas 3 enzim, yaitu
piruvat dehidrogenase (E1), dihidrolipoat transasetilase (E2), dan dihidrolipoat
dehidrogenase (E3).
Gambar 9.6 Proses oksidasi piruvat menjadi asetil KoA
Proses oksidasi piruvat menjadi asetil KoA cukup kompleks, karena melibatkan
perubahan yang terjadi pada kompleks multienzim (Gambar 9.6). Tahapan oksidasi
piruvat menjadi asetil KoA adalah sebagai berikut. Piruvat didekarboksilasi menjadi
asetaldehid aktif dan reaksi ini dikatalisis oleh E1. Asetaldehid aktif bereaksi dengan
disulfida asam lipoat-E2 menjadi karboksil-asam lipoat. Reaksi ini dikatalisisis E1.
Transasetilasi karboksil-asam lipoat, sehingga asam lipoat diganti KoA dan
menghasilkan asetil KoA. Reaksi ini dikatalisisis enzim 2 (E2). Sulfuridril asam lipoat-E2
dioksidasi oleh enzim 3 (E3) menjadi disulfida asam lipoat-E2. E3 tereduksi dan proton
diterima NAD , sehingga menghasilkan NADH.
Reaksi oleh kompleks piruvat dehidrogenase merupakan reaksi tidak dapat
membalik. Piruvat dehidrogenase dihambat umpan balik oleh asetil KoA dan dipacu oleh
piruvat dan AMP. AMP merupakan sinyal bagi proses oksidasi asetil KoA menjadi NADH
yang kemudian dioksidasi menghasilkan ATP.
Gambar 9.7 Siklus TCA/Krebs/Asam Sitrat
Asetil dari asetil KoA ditransfer ke asam oksaloasetat menjadi asam sitrat oleh
sitrat sintase. Proses ini menandakan dimulainnya siklus asam sitrat. Siklus asam sitrat
mempunyai nama lain, yaitu siklus asam sitrat dan siklus Krebs (Gambar 9.7). Reaksi
asetil KoA dan oksaloasetat menjadi sitrat yang dikatalisisis sitrat sintase. Dehidrasi
sitrat menjadi cis-akonitat yang dikatalisis akonitase. Hidrasi cis akonitat menjadi
isositrat yang juga dikatalisis akonitase. Dehidrogenasi isositrat menjadi oksalosuksinat
yang dikatalisis isositrat dehidrogenase. Dekarboksilasi oksalosuksinat menjadi ketoglutarat yang dikatalisis isositrat dehidrogenase. Dekarboksilasi dan dehidrogenasi
-ketoglutarat menjadi suksinil KoA yang dikatalisis -ketoglutarat dehidrogenase (perlu
KoA). Konversi suksinil KoA menjadi suksinat yang dikatalisis suksinat tiokinase.
Karena ada gugus KoA yang berenergi tinggi, maka dikopling dengan fosforilasi tingkat
substrat sehingga menghasilkan ATP. Dehidrogenasi suksinat menjadi fumarat yang
dikatalisis suksinat dehidrogenase. Penerima proton adalah FAD. Hidrasi fumarat
menjadi malat yang dikatalisis fumarase. Dehidrogenasi malat menjadi oksaloasetat
yang dikatalisis malat dehidrogenase.
Siklus asam sitrat menghasilkan 3 NADH, 1 FADH2 dan 1 ATP dari 1 molekul
asetil KoA dan 2 CO2. Karena siklus asam sitrat menghasilkan CO2, maka dimungkinkan
suatu dugaan bahwa terdapat organisme autotrof yang mampu melakukan jalur
kebalikan siklus asam sitrat untuk menambat CO2.
KATABOLISME LEMAK (-OKSIDASI ASAM LEMAK)
Hampir semua lemak terpusat di membran sel. Lemak di membran sel jarang
berbentuk trigliserida, tetapi dalam bentuk lebih kompleks, misalnya fosfolipid, glikolipid,
lipoprotein, dan lainnya. Sebagian besar lemak dalam membran sel adalah fosfolipid.
Asam lemak adalah rantai karbon metilen dengan gugus karboksil di salah satu
ujungnya. Asam lemak dapat berupa rantai metilen lurus, atau bercabang, bahkan
aromatik. Sebagian besar asam lemak dalam bakteri sudah teresterifikasi dengan
senyawa lain membentuk senyawa ester.
Sebagian prokariota (seperti Pseudomonas, Bacillus dan E. coli) dapat tumbuh
pada media yang mengandung lemak. Lemak lebih dulu dideesterifikasi menjadi asam
lemak. Asam lemak kemudian siap mengalami oksidasi menjadi asetil KoA. Karena
terjadi oksidasi di atom karbon , maka oksidasi tersebut dinamakan -oksidasi.
Pada prinsipnya -oksidasi mengurai atau memotong asam lemak menjadi satuan
(monomer) asetil KoA. Reaksi pada -oksidasi adalah sebagai berikut (Gambar 9.8).
Asam lemak memperoleh gugus KoA, sehingga membentuk asil KoA dengan bantuan
asil KoA sintetase. Reaksi ini memerlukan energi dari ATP. Kemudian, asil KoA
mengalami dehidrogenasi, sehingga menghasilkan asil KoA tidak jenuh (mengandung
ikatan rangkap pada atom karbon ). Hidrogen yang dihasilkan, ditangkap FAD+. Reaksi
ini dikatalisis asil KoA dehidrogenase. Hidrasi ikatan rangkap pada asil KoA tidak jenuh,
sehingga menghasilkan hidroksiasil KoA. Reaksi ini dikatalisis hidroksiasil KoA
hidrolase. Dehidrogenasi gugus hidroksil dari hidroksiasil KoA, sehingga menghasilkan
gugus keto. Reaksi ini dikatalisis hidroksiasil dehidrogenase. Hidrogen diterima oleh
NAD+. Pemutusan ikatan karbon-karbon pada posisi  akibat serangan KoA, sehingga
menghasilkan asil KoA (lebih pendek 2 atom karbon) dan asetil KoA. Reaksi ini
dikatalisis -ketothiolase. Asil KoA kemudian mengalami perulangan reaksi-reaksi
seperti di atas, sehingga menghasilkan asil KoA yang lebih pendek 2 atom C. Asetil KoA
dioksidasi menjadi NADH, FADH, ATP, dan CO2 melalui siklus asam sitrat atau
difermentasi melalui siklus reduktif-asam sitrat menghasilkan prekursor bagi biosintesis
asam amino.
Gambar 9.8 Katabolisme lemak
KATABOLISME ASAM AMINO
Asam amino dapat dipakai sebagai sumber energi. Asam amino terlebih dulu
dideaminasi menjadi asam keto. Deaminasi dapat terjadi dalam 3 model, yaitu
deaminasi dengan bantuan flavoprotein oksidase, dehidrogenase, dan transaminase.
Pada proses pertama deaminasi dapat dikopling dengan pembentukan energi. Pada
proses kedua deaminasi tidak dapat langsung dikopling dengan pembentukan energi.
Akan tetapi, pada proses ketiga deaminasi dapat dikopling dengan pembentukan energi.
Secara keseluruhan 20 asam amino didegradasi menjadi 6 senyawa antara yang
berada di metabolisme sentral, yaitu piruvat, asetil KoA, oksaloasetat, fumarat, suksinil
KoA, dan -ketoglutarat (Gambar 9.9). Besar-kecilnya energi yang dihasilkan tergantung
pada jenis senyawa antaranya.
Gambar 9.9 Katabolisme protein
BIOSINTESIS LEMAK
Biosintesis lemak dimulai dengan biosintesis asam lemak. Prekursor biosintesis
asam lemak adalah asetil KoA. Rute biosintesis asam lemak berbeda dengan rute oksidasi asam lemak (Gambar 9.10).
Gambar 9.10 Biosintesis asam lemak
Karboksilasi asetil KoA menjadi malonil KoA. Reaksi ini memerlukan energi dan
dikatalisis asetil KoA karboksilase. Penggantian gugus KoA dengan gugus ACP. Reaksi
ini dikatalisis malonil transasetilase. ACP merupakan target antibiotika pantotenamida
pada E. coli, sehingga mampu menghambat biosintesis asam lemak. Di tempat terpisah,
gugus KoA dari asetil KoA diganti dengan gugus ACP, sehingga menghasilkan asil ACP.
Reaksi ini dikatalisis ketoasil ACP sintase. Asil ACP dan malonil ACP mengalami
kondensasi, sehingga menghasilkan 3-ketoasil ACP dan melepaskan CO2 dan gugus
ACP. Reaksi ini dikatalisis ketoasil ACP sintase. Dehidrogensi 3-ketoasil ACP (pada C
no 3) sehingga menghasilkan 3-hidroksiasil ACP. Reaksi ini dikatalisis ketoasil ACP
reduktase. Dehidrasi pada C no 3, sehingga menghasilkan ikatan rangkap (senyawanya
disebut enoil asil ACP). Reaksi ini dikatalisis -hidroksiasil ACP dehidrase.
Dehidrogenasi pada ikatan rangkap enoil asil ACP, sehingga menghasilkan asil (C4)
ACP. Reaksi ini dikatalisis enoil asil ACP. Kemudian, Asil ACP mengalami
pemanjangan, yaitu berkondensasi dengan malonil ACP. Reaksi ini sama dengan reaksi
asetil ACP dan malonil ACP seperti di atas. Ketika jumlah karbon dirasa mencukupi, asil
ACP ditransfer ke membran fosfolipid. Proses ini dikatalisis gliserol fosfatase
asiltransferase. Proses inkorporasi fosfat akan dijelaskan pada tulisan berikutnya.
Biosintesis Fosfolipid
Fosfolipid merupakan asam lemak yang terikat kovalen dengan fosfat. Terdapat
berbagai jenis fosfolipid di bakteri, tetapi yang akan dibahas adalah fosfolipid yang
umum dijumpai (Gambar 9.11). Struktur fosfolipid dalam membran sel adalah amfibolik,
yaitu satu bagian molekul bermuatan (polar/hodrofilik) dan bagian yang lain tidak
bermuatan (nonpolar/hidrofobik). Area hidrofilik yang berisi fosfat dan hidrofobik yang
berisi asam lemak disebut kepala dan ekor.
Gambar 9.11 Senyawa fosfolipid pada prokariota, yaitu asam fosfatidil (X=H), fosfatidil
serin (X=serin), fosfatidil etanolamin (X=etanolamin), fosfatidil gliserol (X=gliserol), dan
kardiolipin (X=fosfatidil gliserol).
Beberapa sifat membran sel yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
Membran sel hanya dapat dilewati oleh air, gas, dan molekul hidrofob kecil. Membran
sel mampu melakukan kerja seluler, jika terdapat perbedaan muatan (proton dan ion
natrium) di seberang-menyeberang membran sel. Asam lemak yang mengisi area
hidrofob harus dalam kondisi cair (fluid). Kondisi ini untuk mempertahankan fungsi
membran sel. Fluiditas asam lemak terjaga, karena adanya asam lemak tidak jenuh (titik
beku asam lemak tidak jenuh lebih rendah dibandingkan asam lemak jenuh) dan asam
lemak bercabang.
Gambar 9.12 Biosintesis fosfolipid.
Biosintesis fosfolipid dimulai dari reduksi dihidroksi aseton fosfat (senyawa
antara glikolisis) menjadi gliseraldehid 3-fosfat (G3P) (Gambar 9.12). Dua molekul asil
ACP mentransfer gugus asam lemak ke G3P menghasilkan asam fosfatidat. Reaksi ini
dikatalisis gliseraldehid 3-fosfat asil transferase. Asam fosfatidat merupakan fosfolipid
pertama yang dihasilkan. Asam fosfatidat diproses lagi menjadi derivat fosfolipid lainnya,
misalnya fosfatidil serin, fosfatidiletanolamin, dan kardiolipin.
Asam fosfatidat kemudian bereaksi dengan sitidin trifosfat (CTP) menghasilkan
citidin difosfat diasil gliserol dan pirofosfat. Reaksi ini dikatalisis citidin difosfat digliseride
sintase. Penambahan sistein pada citidin difosfat diasil gliserol akan menghasilkan
fosfatidil serin. Reaksi ini dikatalisis fosfatidil serin sintase. Fosfatidil serin
dekarboksilase melakukan dekarboksilasi fosfatidil serin menghasilkan fosfatidil
etanolamin. Secara terpisah, citidin difosfat diasil gliserol bereaksi dengan gliserol fosfat
menghasilkan fosfatidil gliserol fosfat. Reaksi ini dikatalisis fosfatidil gliserol fosfat
sintase. Hidrolisis fosfatidil gliserol fosfat menghasilkan fosfatidil gliserol (dan
melepaskan fosfat). Reaksi ini dikatalisis fosfatidil gliserol fosfat fosfatase. Dua molekul
fosfatidil fosfat berekasi menghasilkan kardiolipin (difosfatidil gliserol). Reaksi ini
dikatalisis kardiolipin sintase.
BIOSINTESIS PROTEIN
Protein merupakan polipeptida dari 20 jenis asam amino. Ke-duapuluh asam
amino dapat dikelompokkan menjadi 6 kelompok berdasarkan prekursor masing-masing
(Tabel 9.2). Dapat dilihat bahwa prekursor 5 kelompok asam amino berasal dari
senyawa antara pada metabolisme sentral. Hanya histidin yang berasal dari fosforibosil
pirofosfat (PRPP) atau ATP. Meskipun sebenarnya PRPP berasal dari fosforilasi ribosa
5-fosfat dari jalur HMP.
Tabel 9.2 Prekursor asam amino
Prekursor
Asam amino
Oksaloasetat
Aspartat, asaparagin, metionon, lisin, treonin, isoleusin
Piruvat
Alanin, valin, leusin
3PGA
Serin, glisin, sistein
Glutamat, glutamin, arginin, prolin
-Ketoglutarat
Fenilalanin, tirosin, triptofan
PEP & E4P
Histidin
PRPP & ATP
Biosintesis Asam Amino
Pada dasarnya sintesis asam amino merupakan reaksi aminasi (pengikatan
gugus amin) karboksilat. Gugus amin biasanya berasal dari amonia. Akan tetapi,
pengikatan gugus amin ke karboksilat dapat langsung (1 tahap) atau tidak langsung (2
tahap). Pengikatan gugus amin langsung terdapat pada proses sintesis glutamat dari ketoglutarat (Gambar 9.13). Reaksi ini memerlukan glutamat dehidrogenase.
Gambar 813 Reaksi glutamat dehidrogenase
Gambar 9.14 Reaksi GS-GOGAT
Pengikatan gugus amin tidak langsung terjadi pada proses sintesis glutamat dari
-ketoglutarat dan memerlukan glutamat lainnya (Gambar 9.14). Pada reaksi ini gugus
amin lebih dulu diinkorporasi ke glutamat menghasilkan glutamin (dikatalisis glutamin
sintase/GS). Gugus amin ditransfer ke -ketoglutarat menghasilkan glutamat (dikatalisis
glutamin -oksoglutarat transaminase atau GOGAT). Glutamin yang kehilangan amida,
menjadi glutamat.
Dari kedua tipe reaksi di atas (GH dan GS-GOGAT) tampaknya reaksi GSGOGAT merupakan reaksi yang paling mungkin terjadi di alam. Hal ini karena reaksi GH
memerlukan kadar amonia yang tinggi di habitatnya, sedangkan reaksi GS-GOGAT
memerlukan sedikit amonia di habitatnya.
Sintesis asam amino lainnya memerlukan glutamat sebagai sumber nitrogen
(gugus amin) ke karboksilat. Reaksi ini merupakan proses transaminasi, sehingga
enzimnya disebut transaminase.
BIOSINTESIS NUKLEOTIDA
Nukleotida adalah polimer molekul purin atau pirimidin, ribosa atau deoksiribosa,
dan fosfat (Gambar 9.15). Jika tanpa fosfat, maka polimer tersebut dinamakan
nukleosida. Jadi nukleotida adalah nukleosida fosfat. Tiga molekul pirimidin penyusun
nukleotida adalah sitosin, timin, dan urasil dan nama nukleosidanya adalah sitidin,
timidin, dan uridin. Dua molekul purin penyusun nukleotida adalah guanin dan adenin
(Gambar 9.16) dan nama nukleosidanya adalah guanosin dan adenosin.
Gambar 9.15 Monomer nukleotida
Gambar 9.16 Molekul purin (atas) dan pirimidin (bawah)
Biosintesis Pirimidin
Berdasarkan asal atom karbon dan nitrogen, pirimidin disintesis dari aspartat,
amonia yang berasal dari glutamin, dan CO2 yang berasal dari karbonat (Gambar 9.17).
Gambar 9.17 Prekursor pirimidin (kiri) dan purin (kanan)
Sintesis nukleotida pirimidin dimulai dari fosforilasi aminasi karbonat (Gambar
9.18). Aminasi dan fosforilasi karbonat menjadi karbamoil fosfat. Reaksi ini dikatalisis
karbamoil fosfat sintetase. Selanjutnya, aspartat terikat pada karbamoil, sehingga
menghasilkan karbamoil aspartat (melepaskan fosfat). Reaksi ini dikatalisis aspartat
transkarbamoilase. Hidrasi karbamoil aspartat menjadi dihidroorotat. Reaksi ini
Gambar 9.18 Biosintesis pirimidin
dikatalisis dihidroorotase. Dehidrogenasi (oksidasi) dihidroorotat menjadi orotat. Reaksi
ini dikatalisis dihidroorotat dehidrogenase. Terikatnya 5-fosforibosil pirofosfat (disintesis
dari fosforilasi ribosa 5-fosfat) pada atom nitrogen dari orotat, sehingga menghasilkan
orotidin monofosfat (melepaskan pirofosfat). Reaksi ini dikatalisis orotat fosforibosil
transferase. Dekarboksilasi orotidin monofosfat menjadi uridin monofosfat (UMP).
Reaksi ini dikatalisis orotidin fosfat dekarboksilase. Fosforilasi uridin monofosfat menjadi
uridin difosfat (UDP). Reaksi ini dikatalisis nukleosidamonofosfat kinase. Fosforilasi
uridin difosfat menjadi uridin trifosfat (UTP). Reaksi ini dikatalisis nukleosidadifosfat
kinase. Uridin trifosfat merupakan prekursor uridin.
Terikatnya amonia pada uridin trifosfat menghasilkan sitidin trifosfat (CTP).
Reaksi ini memerlukan energi/ATP. Sitidin trifosfat merupakan prekursor sitidin. Timidin
disintesis dari metilasi UTP.
Biosintesis Purin
Atom karbon dari purin berasal dari format atau serin, glisin, dan karbon
dioksida. Atom nitrogen dari purin berasal dari aspartat, glisin, dan glutamin (Gambar
9.17).
Sintesis cincin purin dimulai dari terikatnya atom nitrogen glutamin pada
fosforibosil (berasal dari fosforibosil pirofosfat) menghasilkan 5-fosforibosilamin (Gambar
9.19). Reaksi ini dikatalisis fosforibosil pirofosfat amidotransferase. Tersisipnya glisin ke
5-fosforibosilamin, sehingga menghasilkan 5-fosforibosil glisinamida. Reaksi ini
memerlukan energi (ATP) dan dikatalisis fosforibosil glisinamida sintetase. Terikatnya
formil pada fosforibosil glisinamida, sehingga menghasilkan 5-fosforibosil N
formilglisinamida. Reaksi ini dikatalisis fosforibosil formilglisinamida sintetase.
Pengikatan gugus NH2 dari glutamin,sehingga menghasilkan 5-fosforibosil N
formilglisinamidin. Reaksi ini dikatalisis fosforibosil formilglisinamidin sintetase dan
memerlukan energi.
Pembentukan struktur cincin pada fosforibosil N formilglisinamidin, sehingga
menghasilkan 5-fosforibosil 5-aminoimidazol. Reaksi ini dikatalisis fosforibosil
aminoimidazol sintetase. Karboksilasi 5-fosforibosil 5-aminoimidazol, sehingga
menghasilkan asam 5-fosforibosil 5-aminoimidazol 4-karboksilat. Reaksi ini dikatalisis
fosforibosil aminoamidazol karboksilase. Terikatnya aspartat pada asam 5-fosforibosil 5aminoimidazol 4-karboksilat, sehingga menghasilkan asam 5-fosforibosil 4-N
suksinokarboksamida 5-aminoimidazol. Reaksi ini dikatalisis fosforibosilaminoamidazol
suksinokarboksamida sintetase. Terlepasnya 4 karbon yang semula berasal dari
aspartat dari reaksi sebelumnya (Jadi aspartat akhirnya hanya menyumbang nitrogen
saja), sehingga menghasilkan 5-fosforibosil 4-karboksamida 5-amidoimidazol.
Gambar 9.19 Biosintesis purin
Reaksi ini dikatalisis adenilosuksinat liase. Terikatnya formil ke 5-fosforibosil 4karboksamida 5-amidoimidazol, sehingga menghasilkan 5-fosforibosil 4-karboksamida
5-formamidoimidazol. Reaksi ini dikatalisis fosforibosil amidoimidazol karboksamida
formiltransferase. Pembentukan cincin (kedua) dari 5-fosforibosil 4-karboksamida 5formamidoimidazol, sehingga menghasilkan inosinat monofosfat (IMP). Reaksi ini
melepaskan air dan dikatalisis inosinat siklohidrolase. IMP merupakan prekursor dari
semua nukleotida purin.
REGULASI METABOLISME
Organisme mampu mengkatalisis lebih dari seribu reaksi kimia dalam jalur-jalur
metabolisme yang saling berkaitan. Semua reaksi dalam metabolisme dikatalisis oleh
enzim. Oleh karena itu, terdapat pengaturan (regulasi) enzim pada proses metabolisme.
Regulasi enzim terdapat dalam 2 bentuk, yaitu regulasi non-kovalen (noncovalent
bonding) dan regulasi modifikasi kovalen (covalent modification). Regulasi non-kovalen
adalah terikatnya efektor oleh (biasanya) produk pada daerah alosterik (allosteric
effector) secara nonkovalen (Gambar 9.20). Regulasi modifikasi kovalen adalah
menempelnya gugus kimia (misalnya fosfat atau nukleotida) pada enzim.
Gambar 9.20 Perubahan konformasi enzim sebelum penghambatan (kiri) dan setelah
penghambatan alosterik (kanan). Enzim (E) mempunyai 3 sisi pengikatan, yaitu sisi
koenzim (K), sisi alosterik (A), dan sisi aktif (SA). Ketika enzim mengikat penghambat
alosterik (PA), maka struktur sisi aktif berubah, sehingga tidak mampu menangkap
substrat (S).
Regulasi Nonkovalen
Inhibisi Umpan Balik (feedback inhibition)
Pada reaksi biosintesis produk akhir selalu berperan sebagai efektor alosterik
negatif pada percabangan enzim (Gambar 9.21). Penghambatan ini disebut inhibisi
umpan balik. Terdapat tiga pola inhibisi umpan balik, yaitu sederhana, kumulatif, dan
terkonsentrasi (Gambar 9.22).
Jika enzim dihambat oleh 1 produk akhir saja, maka disebut inhibisi umpan balik
sederhana. Jika enzim dapat dihambat oleh 2 produk akhir, maka disebut inhibisi umpan
balik kumulatif. Jika enzim dihambat oleh 2 produk akhir secara terus-menerus sampai
terjadi penghambatan, maka disebut inhibisi umpan balik terkonsentrasi.
A
B
-
C
D
-
E
F
+
K
G
H
L
I
M
+
J
Gambar 9.21 Regulasi pada metabolisme bercabang. Garis panah takputus
menunjukkan arah reaksi, garis panah terputus menunjukkan regulasi.
A
A
-
A
-
-
-
-
B
B
B
C
C
C
D
E
D
E
Gambar 9.22 Pola inhibisi umpan balik sederhana (kiri); kumulatif (tengah); dan
terkonsentrasi (kanan).
Pada inhibisi umpan balik kumulatif setiap produk akhir tidak mempunyai
efektivitas penuh menghambat aktivitas enzim. Akan tetapi, jika kedua produk akhir
bergabung, maka mampu menghambat aktivitas enzim secara signifikan. Misalnya
produk A menghambat enzim X sebesar 40%, produk B menghambat enzim X sebesar
50%. Maka produk A dab B menghambat enzim X sebesar 75% (bukan 40+50=90%).
Akan tetapi, inhibisi umpan balik terkonsentrasi tidak dapat dihambat oleh satu produk
saja.
Regulasi Positif
Metabolisme dapat diregulasi secara positif (dipacu). Regulasi seperti ini dapat
dilakukan oleh senyawa produk antara. Regulasi positif terdapat 2 pola, yaitu aktivasi
prekursor dan regulasi positif biasa.
Pada aktivasi prekursor enzim dipacu oleh senyawa antara pada jalur
metabolisme sama. Misalnya, enzim piruvat kinase (yang mengkatalisis reaksi PEP
menjadi piruvat ) diregulasi positif oleh fruktosa bisfosfat (jalur glikolisis). Fruktosa
bisfosfat merupakan prekursor PEP.
Pada regulasi positif biasa, jika enzim dipacu oleh senyawa antara pada jalur
metabolisme berbeda. Contoh PEP karboksilase yang mengkatalisis PEP menjadi
oksaloasetat (jalur biosinteis) di regulasi positif oleh asetil KoA (jalur katabolisme).
Regulasi Enzimatik
Banyak reaksi yang dikatalisis enzim regulatif merupakan percabangan reaksi.
Enzim regulatif adalah enzim yang dapat menentukan arah produk dari suatu substrat.
Biasanya enzim regulatif terdiri atas 2 jenis enzim yang mampu berinteraksi dengan
substrat yang sama. Pada metabolisme enzim regulatif biasanya ireversibel (tidak dapat
mengkatalisis balik).
Perubahan Bentuk Konformasi Enzim
Ketika efektor berikatan dengan enzim di daerah alosterik, terjadi perubahan
bentuk konformasi enzim, sehingga mengubah kinetika enzim. Asumsikan sebuah
enzim mempunyai 3 daerah pengikatan, yaitu substrat, efektor positif, dan efektor
negatif. Asumsikan juga enzim mempunyai 2 bentuk konformasi, yaitu A dan B. Jika
enzim mengikat efektor positif (misalnya koenzim), maka enzim berbentuk konformasi A,
sehingga enzim mampu mengikat substrat dan melakukan reaksi. Jika enzim mengikat
efektor negatif (misalnya penghambat alosterik), maka enzim berbentuk konformasi B, di
mana daerah substrat mengalami perubahan, sehingga tidak mampu mengikat substrat
(Gambar 9.20).
Regulasi Modifikasi Kovalen
Meskipun sebagian besar enzim diregulasi secara non-kovalen (efektor
alosterik), tetapi terdapat beberapa enzim atau protein yang diregulasi secara modifikasi
kovalen. Modifikasi kovalen pada enzim atau protein biasanya dilakukan oleh gugus
asetil, fosfat, metil, adenil, dan uridil. Modifikasi kovalen biasanya merupakan perlekatan
dapat pulih (tidak permanen). Sejumlah enzim yang mengalami modifikasi kovalen
tercantum dalam Tabel 9.3
Tabel 9.3 Enzim yang diregulasi secara modifikasi kovalen
Enzim
Glutamin sintetase E. coli
Isositrat liase E. coli
Isositrat dehidrogenase E. coli
Histidin protein kinase sebagian besar bakteri
Protein regulator fosforilasi sebagian besar bakteri
Sitrat liase pada Rhodopseudomonas
Protein kemotaksis E. coli
Modifikasi
Adenilisasi
Fosforilasi
Fosforilasi
Fosforilasi
Fosforilasi
Asetilasi
Metilasi
Download