15 BAB II KAJIAN TEORITIK dan TINJAUAN PUSTAKA Bab ini

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORITIK dan TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini merupakan bagian yang membahas mengenai tinjauan pustaka.
Fungsi kajian tinjauan pustaka menurut buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Universitas Pendidikan Indonesia adalah sebagai landasan teoretik dalam analisis
temuan. Bahasan mengenai kajian pustaka memuat komponen sebagai berikut :
1. Teori-teori utama dan teori-teori turunannya dalam bidang yang dikaji.
2. Penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, antara
lain mengenai prosedur, subyek, dan temuan.
3. Posisi teoritik peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti,
yang diturunkan dalam sub-judul kerangka pemikiran dan hipotesis.
Dari pemaparan diatas, hubungannya dengan penelitian yang dikaji adalah
bahwa dalam bab ini akan dikemukakan mengenai kajian teoritik dan tinjauan
kepustakaan sebagai hasil penelusuran terhadap beberapa teori dan konsep yang
relevan dengan kajian yang dibahas, yaitu mengenai Peran Menteri Luar Negri Ali
Alatas dalam Mempertahankan Timor Timur Sebagai Bagian dari Wilayah NKRI
Tahun 1991-1999. Selain itu, tinjauan pustaka ini berisi tentang pendapat dari
berbagai sumber yang berhubungan atau relevan dengan penelitian yang penulis
kaji, sehingga dapat membantu peneliti dalam menganalisis permasalahanpermasalahan dalam penelitian ini.
15
16
2.1 Teori Diplomasi dan Hubungan Internasional.
2.1.1 Diplomasi
Dalam Roy (1991 : 2) Harold Nicholson yaitu seorang pengkaji dan
praktisi dalam bidang diplomasi pada abad ke dua puluh menegaskan bahwa
dalam bahasa yang lebih mutakhir kata diplomasi digunakan untuk menegaskan
paling tidak 5 hal yang berbeda. Dari kelima hal tersebut empat hal yang paling
penting adalah politik luar negeri, negosiasi, mekanisme pelaksanaan negosiasi
dan suatu cabang dinas luar negri. Harold Nicholson pun menyatakan bahwa
interpretasi yang kelima adalah suatu kualitas abstrak yang dalam arti baik
merupakan keahlian dalam pelaksanaan negosiasi internasional.
Menurut KM Panikar dalam Roy (1991:3) menyatakan bahwa Diplomasi,
dalam hubungannya dengan politik internasional, adalah seni mengedepankan
kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain. Svarlien juga
menyatakan bahwa diplomasi adalah seni
dan ilmu perwakilan Negara dan
perundingan. Kata yang sama juga telah dipakai untuk menyatakan secara umum
keseluruhan kompleks hubungan luar negri suatu Negara, yaitu departemen luar
negri termasuk perwakilan luar negrinya.
Sedangkan menurut Harold Nicolson, diplomasi itu adalah:
1. The management of internal relation by means negotiation;
2. Skill or address in the conduct of international intercourse and
negotiations.
3. The method by which these relations are adjusted and managed by
ambassadors and envoys; and
17
4. The bussines of art of the diplomatic;
Niam, M. 2009. Pengertian hukum diplomatic. [Online].
Tersedia :
http://masniam.wordpress.com/2009/04/28/pengertian-hukum-diplomatik/.
(30
Mei 2011).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa diplomasi yang
sangat erat dihubungkan dengan hubungan antar Negara, adalah seni
mengedepankan kepentingan suatu Negara melalui negosiasi dengan cara-cara
damai apabila mungkin, dalam berhubungan dengan Negara lain.
Dalam diplomasi ini terdapat dua teori yang dikembangkan oleh Nicholson
yaitu teori warrior dan teori shop keeper (merchantile). Teori warrior
menggambarkan politik kekuatan, sangat memperhatikan prestise nasional dan
status negara itu untuk mencapai kemenangan. Sedangkan teori shop keeper
(merchantile) lebih mengedepankan negosiasi yang bersifat menguntungkan
secara politis dan bersifat memuaskan dengan cara konsiliasi dan kompromi.
Teori ini menganggap diplomasi sebagai usaha untuk menciptakan hubungan atau
kontak langsung secara bersahabat yang saling pengertian melalui konsensi timbal
balik.dalam kajian peran Ali Alatas, dapat penulis simpulkan, bahwa dari kedua
teori tersebut, yang digunakan oleh Ali Alatas adalah teori Shopkepper, hal ini
terlihat dari beberapa pembicaraan yang ia lakukan baik dengan pihak PBB
maupun dengan masyarakat Timor Timur itu lebih bersifat kompromi atau
negosiasi, dan mencoba mencari jalan tengah agar kedua belah pihak tidak ada
yang merasa dirugikan.
18
Dalam buku Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia Karya
Bantarto (1994 : 45) Ada beberapa bentuk diplomasi, empat diantaranya ialah
diplomasi pribadi (personal diplomacy by foreign secretary), diplomasi tingkat
tinggi (summit diplomacy), diplomasi konferensi (conference diplomacy), dan
diplomasi parlementer (parliamentary diplomacy). Diplomasi pribadi biasanya
dilakukan oleh seorang menteri luar negeri, sehigga terkesan mengurangi
efektivitas kerja seorang duta besar. Diplomasi tingkat tinggi berarti diplomasi
yang dilakukan oleh kepala-kepala negara atau kepala-kepala pemerintahan.
Diplomasi bentuk ini hanya akan terjadi jika ada kebutuhan yang bersifat basic.
Diplomasi konferensi merupakan diplomasi yang terjadi dalam forum-forum
multilateral. Alasan dipakainya diplomasi konferensi ini ialah karena banyaknya
masalah-masalah yang dihadapi negara-negara di dunia serta keinginan negaranegara baru dan kecil untuk berpartisipasi secara global dan saling ketergantungan
antar negara.
2.1.2 Hubungan Internasional
Salah satu faktor penyebab terjadinya hubungan internasional adalah
kekayaan alam dan perkembangan industri yang tidak merata. Hal tersebut
mendorong kerjasama antar negara dan antar individu yang tunduk pada hukum
yang dianut negaranya masing-masing.
Hubungan
internasional
merupakan
hubungan
antar
negara
atau
antarindividu dari negara yang berbeda-beda, baik berupa hubungan politis,
budaya, ekonomi, ataupun hankam.
19
Hubungan internasional dapat dipandang sebagai fenomena sosial maupun
sebagai disiplin ilmu atau bidang studi. Sebagai fenomena sosial, hubungan
internasional mencakup aspek yang sangat luas, yaitu kehidupan sosial umat
manusia yang bersifat internasional dan kompleks.
Menurut UU No. 37 Tahun 1999, hubungan internasional adalah setiap
kegiatan yang menyangkut aspek regional dan internasional yang dilakukan oleh
pemerintah di tingkat pusat dan internasional yang dilakukan oleh pemerintah
pusat dan daerah, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi
masyarakat, LSM atau Warga Negara.
Menurut Schwarzenberger dalam Mc Clelland C.A ( 1986 : VI) Ilmu
hubungan Internasional adalah bagian dari Sosiologi yang khusus mempelajari
masyarakat Internasional. Sementara itu Mc Clelland C.A dalam bukunya Ilmu
Hubungan Internasional Teori dan system (1990 : 20) menyebutkan bahwa
hubungan internasional adalah studi tentang keadaan-keadaan relevan yang
mengelilingi interaksi. Menurut Warsito Sunaryo Hubungan internasional
merupakan studi tentang interaksi antara jenis kesatuan-kesatuan sosial tertentu,
termasuk studi tentang keadaan relevan yang mengelilingi interaksi. Adapun yang
dimaksud dengan kesatuan-kesatuan sosial tertentu bisa diartikan sebagai :
negara, bangsa maupun organisasi negara sepanjang hubungan bersifat
internasional. Sedangkan menurut Daniel S.Papp hubungan internasional adalah
ilmu yang mempelajari masalah-masalah internasional dan sistem yang
membentuk hubungan Internasional serta para aktor yang terlibat di dalamnya.
Sedangkan menurut Daniel S.Papp Hubungan internasional adalah ilmu yang
20
mempelajari masalah-masalah internasional dan sistem yang membentuk
hubungan Internasional serta para aktor yang terlibat di dalamnya. (Pelana Z.
2011. Pengertian Hubungan Internasional. [Online]. Tersedia : http://zonapelajar.blogspot.com/2011/03/pengertian-hubungan-internasional.html. (30 Mei
2011).
Maka, dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
hubungan Internasional adalah hubungan yang mengatur perilaku setiap negara
untuk berinteraksi dengan negara lain dalam bidang ekonomi, politik, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan.
Menurut
J David Singer teori hubungan internasional adalah sebuah
badan tetap penyamarataan deskriptif, prediksi dan penjelasan kekuasaan.
Kelebihan antara orang tradisional dengan definisi para ilmuan sangat banyak.
Keduanya mengakui penyamarataan yang diambil secara suara logis, dan punya
kemampuan untuk melukiskan, menjelaskan dan memprediksi.
Menurut Hugo de Groot dalam Hubungan Internasional terdapat beberapa
asas yang saling berkaitan satu sama lain, diantaranya yaitu :
a.
Asas Teritorial
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya. Menurut asas
ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di
wilayahnya. Jadi, terhadap semua barang atau orang yang berada di luar wilayah
tersebut, berlaku hukum asing (internasional) sepenuhnya.
21
•
Asas Kebangsaan
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya.
Menurut asas ini, setiap warga negara di manapun ia berada, tetap mendapat
perlakuan hukum dari negaranya. Asas ini mempunyai kekuatan exteritorial.
Artinya hukum dari negara tersebut tetap berlaku juga bagi warga negaranya,
walaupun berada di negara asing.
•
Asas Kepentingan Umum
Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan
mengatur kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini, negara
dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan peristiwa yang bersangkut
paut dengan kepentingan umum. Jadi, hukum tidak terikat pada batas-batas
wilayah suatu negara.
2.2 Diplomasi Indonesia dari Masa ke Masa
Diplomasi bagi bangsa Indonesia dianggap sebagai suatu cara yang efektif
untuk memperjuangkan pengakuan kedaulatan. Bahkan dalam sebuah buku karya
Muhammad Roem, tertulis judul “Diplomasi : Ujung Tombak Perjuangan RI”. Di
sisi lain, cara konfrontasi juga dianggap sebagai cara yang penting untuk
mencapai tujuan nasional. Namun, pada sepuluh tahun pertama Indonesia
merdeka cara yang pertama lebih diutamakan karena Indonesia belum mampu
membangun kekuatan militer yang hebat sehingga cara konfrontasi pun tidak akan
menghasilkan kekuatan yang seimbang dengan Belanda. Menurut Prof. Mestika
Zed, (1980 : 22) perundingan-perundingan yang dilakukan untuk mencapai
22
pengakuan kedaulatan merupakan perundingan intelektual dan lebih menghasilkan
daripada cara konfrontasi. Tokoh yang sangat berperan dalam diplomasi Indonesia
pada masa itu ialah Sutan Syahrir. Beliau memiliki pemikiran bahwa keterikatan
yang kuat dalam prioritas-prioritasnya baik yang diperlihatkan dalam orientasi
internasional maupun sikap yang ditampilkan dalam sifat politik dalam negeri,
diperkirakan Syahrir sebagai tujuan yang paling mungkin untuk memajukan
tujuan nasionalis yang diungkapkan dalam kalimat “Pembinaan pemerintahan kita
dalam cara-cara demokratis dan meningkatkan kepercayaan dunia bahwa kita
memiliki kemampuan menata bangsa dan negara kita secara berdisiplin, tanpa
mengubah hubungan-hubungan ekonomi, politik, dan budaya kita dengan dunia
luar.”
Militer dan diplomasi merupakan kedua strategi yang bermata ganda (twoprong strategy) yang digunakan secara simultan untuk mencapai kepentingan
nasional Indonesia.
Jika pada masa awal kemerdekaan, tujuan utama dari diplomasi Indonesia
adalah mencari pengakuan kedaulatan dari dunia internasional. Pada masa orde
baru, diplomasi Indonesia sudah mulai berkembang, tidak lagi hanya mencari
pengakuan kedaulatan saja, namun sudah turut serta dalam penyelesaian masalahmasalah internasional yang lebih kompleks.
Pergantian kekuasaan dari rezim Orde Lama yang dipimpin Soekarno
menuju rezim Orde Baru yang dipimpin Soeharto memberikan perubahan yang
cukup mendasar dalam sifat diplomasi Indonesia. Soekarno dengan haluan politik
luar negeri yang revolusioner dan anti-imperialisme bersifat sangat konfrontatif.
23
Sebaliknya, setelah memasuki rezim Orde Baru, sifat politik luar negeri Indonesia
yang konfrontatif tersebut berganti dengan politik yang bersifat kooperatif. Pada
rezim Orde Baru, hubungan yang tidak baik dengan Barat mulai diperbaiki. Hal
ini dilakukan terutama karena orientasi politik luar negeri Indonesia berubah
haluan menjadi pembangunan ekonomi dalam negeri melalui kerja sama dengan
negara-negara lain.
Walaupun Orde Baru dianggap bobrok, namun kekuatan diplomasi
Indonesia dianggap kembali pada kejayaannya dengan kembali diperhitungkannya
keberadaan Indonesia dalam kancah politik dan ekonomi. Indonesia dipandang
sebagai negara tempat berinvestasi yang menjanjikan dan suara Indonesia
didengarkan di kawasan Asia Tenggara. Pada masa orde baru, landasan
operasional politik luar negeri Indonesia kemudian semakin dipertegas dengan
beberapa peraturan formal, diantaranya adalah ketetapan MPRS no. XII/
MPRS/1966 tanggal 5 Juli 1966 tentang penegasan kembali landasan
kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia. TAP MPRS ini menyatakan bahwa
sifat politik luar negeri Indonesia adalah:
1. Bebas aktif, anti-imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk
manifestasinya dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
2. Mengabdi kepada kepentingan nasional dan amanat penderitaan rakyat
Pemerintah Orde Baru menyadari bahwa untuk melakukan pembangunan,
Indonesia membutuhkan dana yang sangat besar. Karenanya kerja sama dengan
negara-negara lain ini mulai dibuka untuk mendapatkan bantuan luar negeri demi
24
melaksanakan pembangunan ekonomi dalam negeri. Diplomasi yang dilakukan
oleh Orde Baru banyak disebut sebagai ”Diplomasi Pembangunan” (Diplomacy
For Development). Salah satu hasil diplomasi pembangunan Orde Baru terkait
dengan upaya untuk mendapatkan bantuan luar negeri adalah Inter-Governmental
Group on Indonesia
Seperti yang diungkapkan dalam buku Diplomasi dari Masa ke Masa
(2004 : 25) diplomasi pembangunan Indonesia pada masa awal Orde Baru dapat
dikatakan berhasil dalam memperoleh bantuan luar negeri. Hal ini sesuai dengan
tujuan dari diplomasi ekonomi, yaitu mengamankan resources ekonomi yang
berasal dari luar negeri untuk pembangunan ekonomi luar negeri. Dalam hal ini,
resources ekonomi utama yang berusaha diamankan adalah bantuan luar negeri
yang berasal dari negara – negara maju. Pembentukan IGGI ini dapat kita anggap
sebagai pelaksanaan dari teori containment untuk mencegah Indonesia kembali
memihak blok Timur seperti pada masa Demokrasi Terpimpin. Indonesia dinilai
sebagai sebuah negara yang sangat strategis dalam pelaksanaan teori containment
ini karena merupakan negara Asia Tenggara yang cukup terkemuka. Karena itu,
penanaman pengaruh blok Barat pada Indonesia dinilai sangat penting untuk
menjaga dan meningkatkan pengaruh blok Barat di kawasan Asia Tenggara.
Masuknya bantuan luar negeri tersebut juga bertujuan untuk mengendalikan
berbagai kebijakan dalam negeri Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mengamankan
kepentingan para negara kreditor tersebut di Indonesia, terutama kepentingan
ekonomi. Meskipun lambat laun hal tersebut menjadi seperti bom waktu bagi
Indonesia , di luar berbagai efek negatif yang disebabkan oleh bantuan luar negeri
25
yang masuk ke Indonesia, terbentuknya IGGI tetap dapat dilihat sebagai
keberhasilan diplomasi pembangunan pertama Indonesia, karena merupakan
bentuk kepercayaan luar negeri yang dilembagakan. Hal lain yang menjadi
sasaran politik luar negeri Indonesia dijelaskan secara lebih spesifik dan rinci pada
TAP MPR RI No. II/ MPR/ 1983 yang menandakan bahwa Indonesia sudah mulai
mengikuti dinamika politik internasional yang berkembang saat itu. Indonesia
berusaha untuk mengangkat hubungan yang lebih akrab dengan tetanggatetangganya yang satu kawasan melalui peningkatan hubungan ASEAN.
Setelah masa Orde baru tumbang, Indonesia mengalami guncangan yang
sangat hebat terutama dalam bidang ekonomi. Dalam kaitannya dengan kondisi
dalam negeri, politik luar negeri Indonesia sejak kejatuhan pemerintahan Orde
Baru pada tahun 1998 tidak dapat dilepaskan dari perubahan politik secara besarbesaran.
Di awal masa pemerintahannya, Habibie menghadapi persoalan
legitimasi yang cukup serius. Tidak hanya menangani masalah ekonomi yang
akut, ia juga harus menyelesaikan masalah HAM yang dihasilkan oleh
pemerintahan terdahulu. Untuk hal ini, Habibie berusaha mendapatkan dukungan
internasional melalui beragam cara. Diantaranya, pemerintahan Habibie
menghasilkan dua Undang- Undang (UU) yang berkaitan dengan perlindungan
atas hak asasi manusia
Selain itu, pemerintahan Habibie pun berhasil mendorong ratifikasi
empat konvensi internasional dalam masalah hak-hak pekerja. Pembentukan
26
Komnas Perempuan juga dilakukan pada masa pemerintahan Habibie yang
pendek tersebut.
Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Habibie menaikkan kembali
derajat
kepercayaan
internasional
terhadap
Indonesia.
Habibie
mampu
memperoleh simpati dari IMF dan Bank Dunia dengan keputusan kedua lembaga
tersebut untuk mencairkan program bantuan untuk mengatasi krisis ekonomi
sebesar 43 milyar dolar dan bahkan menawarkan tambahan bantuan sebesar 14
milyar dolar. Hal ini memperlihatkan bahwa walaupun basis legitimasi dari
kalangan domestik tidak terlampau kuat, namun dukungan internasional yang
diperoleh melalui serangkaian kebijakan untuk memberi citra positif kepada dunia
internasional memberikan dukungan bagi keberlangsungan pemerintahan Habibie
saat periode transisi menuju demokrasi dimulai. Anneysa, D. 2010. Politik Luar
Negri
Indonesia
Pasca
Orde
Baru.
[Online].
Tersedia
:
Http://Frenndw.Wordpress.Com/2010/01/13/Politik-Luar-Negeri-IndonesiaPasca-Orde-Baru/.( 30 Mei 2011))
Tetapi, Pemerintahan Habibie pula yang memberi pelajaran penting
bahwa kebijakan luar negeri, sebaliknya, juga dapat memberi dampak negatif bagi
kelangsungan pemerintahan transisi. Kebijakan Habibie dalam persoalan TimorTimur menunjukan hal ini dengan jelas. Habibie mengeluarkan pernyataan
pertama mengenai isu Timor-Timur pada bulan Juni 1998 dimana ia mengajukan
tawaran untuk pemberlakuan otonomi seluas-luasnya untuk provinsi Timor Timur.
Hingga pada akhirnya Indonesia harus kehilangan Timor- Timur melalui jajak
pendapat. Aksi kekerasan yang terjadi sebelum dan setelah referendum kemudian
27
memojokkan pemerintahan Habibie. Habibie kehilangan legitimasi baik dimata
masyarakat internasional maupun domestik. Di mata internasional, ia dinilai gagal
mengontrol TNI, yang dalam pernyataan-pernyataannya mendukung langkah
Presiden Habibie menawarkan refendum, namun di lapangan mendukung milisi
pro integrasi yang berujung pada tindakan kekerasan di Timor Timur setelah
referendum. Kejadian ini dianggap sebagai kejatuhan dari diplomasi Indonesia
yang telah mendapatkan pengakuan dari dunia Internasional (Ricklef , 2009 : 661).
Setelah pemerintahan B.J Habibie berakhir tidak banyak perkembangan
dari diplomasi atau politik luar negri Indonesia, bahkan dapat dikatakan semakin
menurun. Hal ini terlihat dari banyaknya permasalahan-permasalahan yang tidak
diselesaikan secara baik melalui jalan diplomasi, dan adanya bebeapa
perundingan mengenai batas wilayah yang hasilnya dianggap merugikan bangsa
Indonesia. Diplomasi Indonesia pasca Reformasi ini,
lebih berfokus pada
pemulihan citra bangsa Indonesia dalam dunia Internasional.
2.3 Kiprah Menteri Luar Negeri Indonesia dalam Perdamaian Dunia
Dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.sesuai dengan pembukaan
UUD 1945, maka Indonesia ikut mengambil bagian dalam perdamaian dunia.
Keikutsertaan Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia ini tidak
terlepas dari peran beberapa menteri luar negeri Indonesia yang turut berperan
langsung dan mewujudkan cita-cita bangsa tersebut. Berikut beberapa menteri
28
luar Negeri Indonesia yang telah menyumbangkan tenaga, dan pikirannya untuk
perdamaian dunia.
2.3.1 Adam Malik
Adam Malik Batubara lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara, 22 Juli
1917. Adam Malik muda, di usia 17 tahun telah menjadi Ketua Partindo di
Pematang Siantar (1934-1935) untuk ikut aktif memperjuangkan kemerdekaan
bangsanya. Keinginannya untuk maju dan berbakti kepada bangsa mendorong
Adam Malik merantau ke Jakarta.
Pada usia 20 tahun, Adam Malik bersama dengan Soemanang, Sipahutar,
Armin Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna, mempelopori berdirinya
kantor berita Antara tahun 1937 berkantor di JI. Pinangsia 38 Jakarta Kota.
Dengan modal satu meja tulis tua, satu mesin tulis tua, dan satu mesin roneo tua,
mereka menyuplai berita ke berbagai surat kabar nasional. Sebelumnya, ia sudah
sering menulis antara lain di koran Pelita Andalas dan Majalah Partindo. (Beny.
2010.
Adam
Malik
.
[Online].
Tersedia
http://kakbenny.blogspot.com/2010/07/adam-malik-1917-1984.html.
30
:
Mei
2011)).
Akhir tahun 1950 atas penunjukan Soekarno, Adam Malik masuk ke
pemerintahan menjadi duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Uni Soviet
dan Polandia. Karena kemampuan diplomasinya, Adam Malik kemudian menjadi
ketua Delegasi RI dalam perundingan Indonesia-Belanda, untuk penyerahan Irian
Barat di tahun 1962. Selesai perjuangan Irian Barat (Irian Jaya), Adam Malik
memegang jabatan Menko Pelaksana Ekonomi Terpimpin (1965). Pada masa
29
semakin menguatnya pengaruh Partai Komunis Indonesia, Adam bersama Roeslan
Abdulghani dan Jenderal Nasution dianggap sebagai musuh PKI dan dicap
sebagai
trio
sayap
kanan
yang
kontra-revolusi.
Ketika terjadi pergantian rezim pemerintahan Orde Lama, posisi Adam Malik
yang berseberangan dengan kelompok kiri justru malah menguntungkannya.
Karir murni beliau sebagai Menteri Luar Negeri dimulai di kabinet Ampera I
pada tahun 1966. Pada tahun 1967, beliau kembali memangku jabatan Menteri
Luar Negeri di kabinet Ampera II. Pada tahun 1968, Menteri Luar Negeri dalam
kabinet Pembangunan I, dan tahun 1973 kembali memangku jabatan sebagai
Menteri Luar Negeri untuk terakhir kalinya dalam kabinet Pembangunan II. Di
tahun 1971, beliau sempat memimpin sidang umum PBB ke-26 sebagai Ketua
Sidang. Karir tertinggi beliau dicapai ketika berhasil memangku jabatan sebagai
Wakil Presiden RI yang diangkat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) di
tahun 1978. Beliau merupakan Menteri Luar Negeri RI di urutan kedua yang
cukup lama dipercaya untuk memangku jabatan tersebut setelah Dr. Soebandrio
(_____. 2010. Info Mentri Luar Negri Indonesia. [Online]. Tersedia :
http://menluri.info/web/author/admin (30 Mei 2011)).
Dalam buku 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia (2009 : 15), disebutkan
bahwa sebagai Menteri Luar Negeri dalam pemerintahan Orde Baru, Adam Malik
memiliki peranan yang cukup penting, diantaranya dalam memulihkan kembali
posisi Indonesia dalam keanggotaan PBB, serta penangguhan pembayaran hutang
luar negeri Indonesia peninggalan Orde Lama. Reputasinya dalam berdiplomasi
30
membuat Adam Malik terpilih sebagai Ketua Majelis Umum PBB pada tahun
1972.
Perannya yang menonjol dalam proses integrasi Timor Timur ke dalam
wilayah Negara RI adalah rangkaian pembicaraan yang dilakukannya dengan
Mentri Urusan Seberang Lautan Portugal, Dr.A.A de Santos yang menghasilkan
Roma's MOU tentang cara terbaik menyelesaikan proses dekolonisasi Timor
Timur. Ketika menjadi Mentri Luar Negeri, Adam Malik mempunyai sikap yang
jelas membawakan Politik Luar Negri "bebas-aktif", sikap bebas diartikan sebagai
Indonesia memiliki jalan dan pendirian sendiri dalam menghadapi pergaulan
dunia,
dan
aktif
berusaha
memelihara
perdamaian
dengan
meredakan
pertentangan antara bangsa bersama bangsa lain ia mendasarkan hal tersebut pada
keyakinannya bahwa pembangunan nasional hanya dapat dilaksanakan dalam
suasana aman dan damai. (Encik . 2011. Biografi H. Adam Malik. [Online].
Tersedia
:
http://id.shvoong.com/books/biography/2152909-biografi-adam-
malik/#ixzz1Qf6YUzRj (28 Juni 2011)).
2.3.2 Mochtar Kusumaatmadja
Mochtar Kusumaatmadja lahir di Jakarta, 17 April 1929, adalah seorang
akademisi dan diplomat Indonesia. Setelah lulus Fakultas Hukum Universitas
Indonesia pada tahun 1955, beliau meneruskan pendidikannya antara lain ke Yale
Law School dan Harvard Law School, Amerika Serikat. Kembali ke Indonesia,
beliau meneruskan pendidikannya di Universitas Padjadjaran, Bandung dan
meraih gelar doktor dalam bidang hukum pada tahun 1962. Beliau memulai karier
diplomasi pada usia 29 tahun, dan dikenal pintar dalam mencairkan suasana dalam
31
sebuah perundingan yang amat serius bahkan sering menegangkan. Beliau
merupakan seorang yang cepat berpikir dan serius namun sering pula
memunculkan lelucon yang mengundang senyum dan tawa. Listia. 2010. Biografi
Mochtar
Kusumaatmadja.
[Online].
Tersedia
:
http://jempolan07.multiply.com/journal?&page_start=60. (30 Mei 2011)).
Beliau pernah
menjabat sebagai Menteri Kehakiman dari tahun 1974
sampai 1978 dan Menteri Luar Negeri dari tahun 1978 sampai 1988. Wakil
Indonesia pada Sidang PBB mengenai Hukum Laut, Jenewa dan New York, ini
berperan banyak dalam konsep Wawasan Nusantara, terutama dalam menetapkan
batas laut teritorial, batas darat, dan batas landas kontinen Indonesia.
Lebih jauh diungkapkan dalam buku 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia
bahwa Mochtar Kusumaatmadja pertama kali mengungkapkan konsep wawasan
nusantara tersebut pada konferensi hukum laut PBB di Jenewa. Namun, pada
konferensi tersebut konsep wawasan nusantara tersebut kurang mendapatkan
respon yang positif dari para peserta konferensi (Tim Narasi, 2009: 132). Pada
tahun 1961, dalam Konferensi Hukum Laut Internasional yang berlangsung di
Colombo dan Tokyo, ia kembali mengemukakan konsep hukum territorial ala
Indonesia tersebut. Namun, perjuangan Mochtar Kusumaatmadja tersebut kembali
mendapatkan hambatan, melalui sebuah telegram dari Jepang, ia dipecat oleh
Soekarno dari jabatannya sebagai guru besar di Universitas Padjadjaran, dan
sebagai wakil Indonesia di konferensi Hukum Laut tersebut, karena beliau
dianggap terlalu banyak mengkritik manifesto politik yang dikeluarkan oleh
Soekarno. Setelah Orde Lama runtuh Mochtar Kusumaatmadja kembali
32
meneruskan perjuangannya dengan mengungkapkan kembali konsep wawasan
nusantara dalam konsorsium ilmu hukum yang diketuainya. Lalu pada tahun 1978
beliau kembali meneruskan misi diplomatiknya, dan kembali menjadi delegasi
Indonesia dalam konferensi III PBB tentang hukum laut pada tahun 1982. Hingga
kemudian pada tahun 1994 hasil konvensi tersebut mulai diberlakukan secara
efektif.
Selain
prestasi tersebut, beliau
juga mendapatkan medali Tahun
Perdamaian Internasional. Medali tersebut merupakan penghargaan dunia
terhadap kegiatan Mochtar sebagai Ketua Komite Nasional Tahun Perdamaian
Internasional 1986.
Tokoh-tokoh menteri luar negeri tersebut penulis ambil sebagai contoh
karena penulis menganggap dua tokoh tersebut merupakan tokoh diplomat dari
sekian banyak menteri luar negeri Indonesia yang memiliki kecakapan dibanding
Soebandrio dan Roeslan Abdulghani. Kecakapan kedua tokoh tersebut terlihat di
zamannya masing-masing. Adam Malik yang ketika menjabat sebagai menteri
luar negeri terkenal dengan pembawaannya yang benar-benar menerapkan politik
bebas-aktif dalam ketika berdiplomasi dengan Negara-negara lain, bahkan ia pun
dikenal sebagai salah satu pendiri ASEAN pada tahun 1967. Disamping Adam
Malik, ada pula tokoh yang tidak dapat diabaikan begitu saja yaitu, menteri luar
negeri Mochtar Kusumaatmadja, dalam melaksanakan tugasnya, ia lebih berfokus
pada masalah hukum laut atau masalah territorial. Hal ini berdasarkan latar
belakang pendidikannya yang berasal dari bidang hukum. Ia menginginkan
Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki batas-batas territorial yang jelas,
33
sehingga Negara manapun tidak dapat keluar masuk wilayah Indonesia dengan
bebas. Hingga kemudian konsep wawasan nusantara yang digagasnya dapat
diterima dengan baik pada konvensi hukum laut PBB.
Berdasarkan deskripsi diatas dapat dilihat bahwa setiap tokoh memiliki
karakteristik masing-masing. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan
dari para tokoh tersebut maupun keadaan politik Indonesia pada waktu itu.
Pada perkembangannya, Indonesia memiliki tokoh-tokoh diplomat yang
juga memiliki kehandalan di bidang diplomasi. Salah satunya adalah Menteri Luar
Negeri Ali Alatas. Kepiawaiannya dalam berdiplomasi dengan Negara lain, tentu
tidak terlepas dari pengaruh kedua tokoh sebelumnya, yaitu Adam Malik dan
Mochtar Kusumaatmadja baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai
Menteri Luar Negeri, Ali Alatas telah memiliki banyak pengalaman dalam hal
berdiplomasi, misalnya dalam hal penyelesaian konflik di Kamboja, menggalang
suara dalam G77 serta menjadi fasilitator dan penghubung dalam perundingan
pemerintah Filiphina dengan MNLF.
Ali Alatas mendapat pengakuan dari
kalangan Internasional sebagai diplomat ulung, namun perjuangan diplomasinya
dalam penyelesaian masalah Timor Timur harus mengalami kegagalan, ketika
presiden BJ Habibie memberikan referendum dengan opsi merdeka atau otonomi
tanpa berkonsultasi dengannya. Hingga kemudian pada tahun 1999 Indonesia
harus rela kehilangan wilayah Timor Timur.
Download