full-text-4 - Jurnal JP3

advertisement
UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN GURU DALAM PEMBELAJARAN
MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMPN 2 WLINGI SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Imam Sapingi
Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar
Email : [email protected]
Abstrak: Disiplin guru mempunyai peran penting dalam prestasi belajar siswa. Efek dari
ketertiban guru dalam pembelajaran mempengaruhi capaian kinerja sekolah secara efektif dan
optimal. Kondisi yang ditemukan di SMPN 2 Wlingi pada akhir semester ganjil tahun pelajaran
2014/2015 adalah tingkat disiplin guru dalam proses pembelajaran masih rendah sehingga
kontribusi capaian prestasi siswa dalam pembelajaran atau akademik belum optimal. Keterbatasan
sarana, prasarana, iklim-budaya, keterlambatan dalam kehadiran dinas, dan interaksi sosial warga
sekolah yang kurang kondusif menjadi masalah dalam pencapaian prestasi belajar. Untuk itulah
diperlukan layanan bantuan profesional dengan supervisi klinis. Dari hasil analisis data dan
berdasarkan refleksi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I, dengan tindakan keteladanan kepala
sekolah, pemantauan ke seluruh kelas, pemantauan presensi dinas harian, dan kunjungan kelas
diperoleh peningkatan kehadiran dinas dan kelengkapan administrasi pembelajaran. Sedangkan
dari hasil analisis dan refleksi pada siklus II, dengan hasil tindakan pada siklus I yang ditingkatkan
dengan tindakan kunjungan rumah, dialog curah pendapat, pembinaan kolektif dalam rapat,
pembinaan khusus pada rapat bidang-bidang tertentu, motivasi kepangkatan, penghargaan pada
guru yang berprestasi dan pemberian ucapan serta hadiah ulang tahun pada setiap guru dan
karyawan yang berulang tahun pada bulan berjalan di acara rapat dinas dan pembinaan bulanan,
diperoleh hasil peningkatan disiplin kerja dari angka penyimpangan disiplin 20% menjadi 0,6%.
Peningkatan prosentase kelulusan dan rata-rata nilai hasil UN dari prosentase kelulusan 99,15%
dengan rata-rata 6,95 menjadi lulus 100% dengan rata-rata 7,25. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa supervisi klinis yang dilaksanakan oleh kepala sekolah di SMPN 2 Wlingi
pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 memberikan kontribusi yang signifikan dalam
peningkatan disiplin dan kinerja guru dalam pembelajaran.
Kata Kunci: Peningkatan Disiplin Guru, Supervisi Klinis.
PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajaran merupakan
layanan utama dalam pengelolaan satuan
penyelenggaraan pendidikan. Pembelajaran
adalah bentuk aktivitas nyata dari
implementasi dan aplikasi kurikulum.
Pembelajaran dijadwalkan secara reguler
dalam program kerja di suatu sekolah.
Pembelajaran merupakan media dan strategi
pencapaian tujuan pendidikan. Salah satu
faktor pendukung keberhasilan pendidikan
ditentukan oleh efektivitas pengelolaan
proses pembelajaran. Guru merupakan kunci
utama terciptanya proses pembelajaran yang
efektif. Proses pembelajaran yang efektif
terwujud jika terdapat interaksi dan
komunikasi langsung antara guru dan siswa
dalam melakukan pembahasan materi
esensial yang terpilih, terorganisasi, dan
terprogram dengan alokasi waktu dalam
kegiatan belajar mengajar yang telah
ditentukan. Interaksi dan komunikasi atau
kontak langsung antara guru dan siswa atau
peserta didik dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) sangat ditentukan oleh
kedisiplinan guru dan komitmennya dalam
pengelolaan proses pembelajaran. Indikasi
kedisiplinan guru dalam pengelolaan proses
pembelajaran yang efektif tampak dari
ketepatan waktu seorang guru dalam
memasuki kelas yang menjadi tangggung
jawabnya.
Sebagian besar guru di SMPN 2
Wlingi teridentifikasi hadir tepat waktu dan
lebih awal dari ketentuan jam masuk
sekolah. Dari yang hadir tepat waktu
terindikasi ada beberapa orang yang tidak
dengan segera masuk ke kelas yang menjadi
tanggung jawabnya. Berdasarkan hasil
pengamatan, pemantauan dan kajian
dokumen buku pikit, daftar hadir dan jurnal
kelas dapat didiskripsikan bahwa terdapat
beberapa guru (lebih kurang 20% guru) di
SMPN
2
Wlingi
yang
memiliki
kecenderungan kurang disiplin hadir tepat
waktu, baik hadir di sekolah maupun hadir
di
kelas
untuk
mengelola
proses
pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu
diperlukan
supervisi
klinis
untuk
meningkatkan
disiplin
guru
dalam
pengelolaan proses pembelajaran sehingga
mampu meningkatkan produktivitas dan
kinerja layanan dan hasil belajar yang
berkualitas dan berdaya saing.
Bertolak dari kondisi riel yang
didiskripsikan di atas disimpulkan ada
masalah kurang disiplinnya guru dalam
kehadiran di sekolah dan kelemahan proses
pembelajaran yang disebabkan oleh
seringnya keterlambatan guru masuk ke
kelas.
Untuk
memperbaiki
kondisi
kedisiplinan guru dan meningkatkan kinerja
dan produktivitas proses dan hasil
pembelajaran
yang
bermakna
dan
berkualitas dalam pencapaian standar
prestasi belajar siswa di SMPN 2 Wlingi
diperlukan kegiatan Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS) tentang upaya peningkatan
disiplin guru dalam pembelajaran melalui
supervisi klinis pada semester genap tahun
pelajaran 2014/2015.
Hasil observasi kedisiplinan guru
dan pemantauan pembelajaan di kelas dapat
dideskripsikan bahwa ada temuan masalah
yang memperkuat perlunya tindakan
supervisi klinis dan mendorong adanya
Penelitian Tindakan Sekolah. Temuan
masalah yang ada, yaitu: 1) adanya guru
yang terlambat datang ke sekolah,
menyimpang dari jadwal pelajaran yang
telah ditetapkan untuk diberlakukan secara
efektif, 2) adanya guru yang kurang disiplin
masuk di ruang kelas menurut jadwal yang
berlaku, 3) masih guru yang terlambat hadir
pada jam-jam pembelajaran hari efektif
sekolah, 4) masih terdapat guru yang hadir
di sekolah tidak terlambat, tetapi masih
sering terlambat masuk kelas yang menjadi
tanggung jawabnya sesuai jadwal yang
berlaku.
Untuk
mengatasi
masalah
keterlambatan hadir di sekolah dan masuk
ke kelas diperlukan tindakan cepat dan tepat.
Kegiatan penelitian tindakan yang dilakukan
diharapkan dapat: 1) menemukan solusi
untuk meningkatkan disiplin guru dalam
pengelolaan proses pembelajaran yang
efektif dengan tindakan supervisi klinis, 2)
menemukan strategi tindakan supervisi
klinis yang tepat untuk meningkatkan
disiplin guru dalam pengelolaan proses
pembelajaran yang efektif, 3) melakukan
evaluasi apakah disiplin guru dalam proses
pembelajaran dapat ditingkatkan dengan
supervisi klinis.
Out come yang diharapkan dari
tindakan supervisi klinis sebagai upaya
peningkatan disiplin guru SMPN 2 Wlingi
dalam pengelolaan pembelajaran yang
efektif di semester 2 tahun 2014/2015 akan
memberikan manfaat: 1) siswa mendapatkan
layanan prima dan perhatian yang besar
dalam fasilitasi pembelajaran, meningkatkan
terciptanya interaksi dan komunikasi yang
dimungkinkan
mampu
memberikan
kontribusi peningkatan prestasi sebagai
dampak positif meningkatnya disiplin
kehadiran guru dalam pengelolaan proses
pembelajaran
yang dijadikan obyek
penelitian tindakan sekolah; 2) guru dapat
meningkatkan pelaksanaan tugas dan
kewajiban di atas standar yang ditetapkan
dalam PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang
disiplin
PNS,
peningkatan
layanan
pembelajaran,
pemecahan
kesulitan
pengelolaan proses pembelajaran, dan
peningkatan
disiplin
kerja
dalam
pelaksanaan tugas sesuai standar yang ada
dalam ketetapan PP Nomor 19 Tahun 2005,
tentang SNP, membantu peningkatan
wawasan dan kompetensi tugas pokok dan
fungsi guru dalam peningkatan kinerja dan
pengembangan profesionalisme; 3) bagi
sekolah dan stake holders, penelitian
tindakan yang dilakukan dapat menambah
referensi,
dokumen
kepustakaan,
perbendaharaan ilmu pengetahuan, dan
sumber belajar bidang pendidikan dalam
pengelolaan kelas dan manajemen sekolah,
menemukan formula dan strategi yang tepat
untuk meningkatkan prestasi melalui
pengelolaan proses pembelajaran yang
efektif dengan tindakan supervisi klinis
terhadap peningkatan disiplin kehadiran
guru pada pembelajaran di kelas,
meningkatnya layanan dan capaian prestasi
belajar siswa, akuntabilitas publik dan
kinerja sekolah, keprofesionalan guru dalam
pembinaan karir pangkat, jabatan, dan
kesejahteraan serta kepuasan layanan
masyarakat dari dampak meningkatnya
kedisiplinan
kehadiran
guru
dalam
pengelolaan proses pembelajaran melalui
tindakan atau layanan bantuan supervisi
klinis.
Efektivitas peningkatan disiplin guru
dalam pengelolaan pembelajaran di SMPN 2
Wlingi dengan tindakan supervisi klinis
pada semester genap tahun 2014/2015
apabila pada akhir tahun pelajaran
2014/2015 ditemukan indikasi keberhasilan
yang berupa: 1) adanya peningkatan disiplin
guru dalam kehadiran di sekolah; 2) adanya
peningkatan
efektifitas
kegiatan
pembelajaran di kelas; 3) menurunnya
jumlah frekuensi angka keterlambatan guru
di sekolah maupun dalam mengawali
kegiatan pembelajaran di kelas; 4)
meningkatnya keikutsertaan dan partisipasi
guru dalam kegiatan upacara bendera, rapat
dinas, dan pelaksanaan pembimbingan,
fasilitasi dan pendampingan pembinaan
prestasi siswa pada kegiatan kurikuler,
reguler, ekstra kurikuler, dan pengelolaan
hasil penugasan siswa; 5) meningkatnya
prosentase kelulusan dan rerata nilai hasil
UN kelulusan kelas IX; 6) meningkatnya
jumlah siswa dan cabang perlombaan dalam
OSN, O2SN, FLS2N, dan kompetesi lain di
tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, dan
nasional; 7) meningkatnya jumlah angka
kenaikan kelas bagi siswa kelas VII dan VIII
sebagai indikasi meningkatnya pencapaian
KKM, menurunnya pelanggaran normatif,
dan efektifnya pengelolaan kelas dari para
guru; dan 8) meningkatnya nilai rata-rata
kelas tiap mata pelajaran berdasarkan
laporan Target Kurikulum dan Daya Serap
Siswa (TKDS).
Disiplin yaitu sikap patuh penuh
kerelaan pada semua aturan dan norma
dalam menjalankan tugas, kewajiban dan
tanggung jawab (kamus Bahasa Indonesia).
Kedisiplinan guru dalam kedinasan yaitu
ketaatan perilaku guru dalam menjalankan
tugas pokok kedinasan dengan penuh rasa
tanggung jawab dan tunduk pada aturan dan
semua ketetapan yang mengaturnya untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif.
Guru adalah pendidik profesional
yang memiliki tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah (UU Nomor 14 Tahun 2005).
Dengan demikian guru dituntut memiliki
kompetensi profesi dan melaksanakan tugas
pokok dan fungsi yang strategis dalam
sistem pendidikan. Dalam menjalankan
tugas pembelajaran, guru dituntut memiliki
kompetensi: 1) kompetensi pedagogik, 2)
kompetensi kepribadian, 3) kompetensi
sosial, dan 4) kompetensi profesional.
Keempat kompetensi itu akan selalu
tercermin pada implementasi tugas pokok
dan fungsi guru dalam konsep: 1) tugas
manusiawi yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa, 2) tugas kemasyarakatan yaitu
menjadi teladan yang digugu dan ditiru
dalam menjalankan keyakinan beragama dan
norma kemasyarakatan, 3) tugas profesional
yaitu mendidik, membimbing, mengarahkan,
melatih, mengajar, dan mengevaluasi
keberhasilan tugas profesi dan peserta
didiknya, dan 4) tugas manajerial yaitu
mengelola sumber belajar dan peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
mewujudkan visi-misi sekolah serta tujuan
pendidikan nasional.
Tugas professional guru tidak
terlepas dari konsep menciptakan komunitas
belajar dan menciptakan pembelajaran
efektif. Belajar adalah perubahan tingkah
laku atau perubahan sebagai hasil dari
pengalaman atau latihan yang berdasarkan
nilai-nilai yang ditentukan oleh agama, adat,
dan ilmu pengetahuan. Jadi seseorang
dikatakan belajar apabila telah menglami
perubahan tertentu. Misalnya semula tidak
mampu berbahasa inggris menjadi mahir
berbahasa inggris.
Teori
Conectionism
dengan
pelopornya Thonrdike berpendapat bahwa
belajar adalah membentuk hubungan
komunikasi antara rangsangan dan reaksi
dengan cara mencoba-coba (Trial and
Error). Dengan adanya perbuatan Trial and
Error itu, maka proses belajar dapat
dilukiskan sebagai berikut:
P-----R.1, P------R2, P -----R3, Pn-----Rn
P
adalah orang belajar karena
menghadapai masalah, untuk mengatasi
masalah itu ia mengadakan reaksi (R1). Bila
reaksi pertama tidak berhasail, maka ia
mengadakan raksi kedua (R2). Dan bila
reaksi kedua tidak berhasil maka ia
mengadakan reaksi ketiga (R3). Demikian
seterusnya sampai akhirnya ia mendapatkan
reaksi yang benar-benar cocok dengan
masalahnya (P). Jadi menurut teori ini orang
belajar kaerena menghadapi suatu masalah
dan masalah itu merupakan stimulus
terhadap individu, kemudian individu itu
mengadakan reaksi terhadap stimulus. Bila
reaksi itu berhasil maka terjadi hubungan
anatara reaksi dan stimulus, maka terjadilah
peristiwa belajar.
Adakah faktor yang mempengaruhi
efektivitas belajar? Faktor yang dimaksud
mempengaruhi efektivitas belajar dalam
pembahasan ini adalah situasi dan kondisi
yang sengaja diciptakan atau tidak oleh
lembaga pendidikan atau sekolah, sehingga
dapat mempengaruhi siswa terhadap prestasi
belajarnya. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi efektifitas pembelajaran,
yaitu: a) kematangan dan kesiapan siswa, b)
pendidik, c) peralatan pembelajaran dan
daya dukung lainnya. Jenis pembelajaran
dilihat dari tempat atau lokasi pelaksanaan
dibagi menjadi indoor learning dan outdoor
learning. Jika dilihat dari materi kajian dan
bentuk kegiatan, jenis pembelajaran dibagi
menjadi teori dan praktek.
Berdasarkan data empiris ada banyak
faktor dan komponen sistem yang memiliki
intervensi dan keberhasilan pembelajaran.
Komponen sistem yang dimaksud yaitu: 1)
peserta didik, 2) guru, 3) materi (content), 4)
media, 5) metode, 6) kurikulum, 7) visi dan
misi sekolah, 8) sarana dan prasarana, 9)
dana, serta 10) budaya dan iklim sekolah.
Suatu sekolah dikatakan efektif dan
kondusif jika terindikasi adanya capaian
standar budaya mutu, kepuasan stake
holders, lingkungan sosial sekolah yang
demokratis, lingkungan fisik sekolah yang
bersih,
indah,
sejuk,
aman
dan
menyenangkan. Budaya dan iklim sekolah
yang efektif dan kondusif akan memberikan
kontribusi yang positif dan signifikan dalam
pencapaian prestasi belajar siswa. Sekolah
efektif yang berprestasi dan memiliki
standar budaya mutu akan terpenuhi dengan
prinsip dan azas pengelolaan sekolah yang:
1) bertumpu pada visi dan misi sekolah, 2)
penciptaan komunikasi formal dan non
formal, 3) inovatif dan berani mengambil
resiko, 4) berorientasi pada kinerja, 5)
memiliki komitmen yang kuat, 6) evaluatif
berkesinambungan, 7) menyelenggarakan
sistem imbalan jelas, 8) memiliki tim kerja
yang solid, 9) memiliki kemampuan dan
keinginan, 10) tercipta suasana kegembiraan
dan kehormatan, 11) terbangun budaya jujur
dan disiplin, dan 12) mempuyai empati dan
akuntabel.
Budaya jujur dan disiplin harus
diciptakan. Salah satu upaya penciptaan
kondisinya yaitu dengan supervise klinis
sebagai metode terpilih. Supervisi klinis,
mula-mula
diperkenalkan
dan
dikembangkan oleh Cogan, Goldhammer,
dan Weller di Universitas Harvard. Ada dua
asumsi yang mendasari praktik supervisi
klinik: (1) pengajaran merupakan aktivitas
yang sangat kompleks yang memerlukan
pengamatan dan analisis secara berhati-hati,
melalui pengamatan dan analisis ini
supervisor
pengajaran
akan
mudah
mengembangkan
kemampuan
guru
mengelola proses pembelajaran, (2) guruguru yang kompetensi profesional ingin
dikembangkan lebih menghendaki cara yang
kolegial dari pada cara yang outoritarian
(Sergiovanni, 1987). Supervisi klinis adalah
pembinaan kinerja guru dalam mengelola
proses pembelajaran (Sullivan & Glanz,
2005). Sedangkan menurut Cogan (1973),
kegiatan pembinaan performansi guru dalam
mengelola proses belajar mengajar. Menurut
Sergiovanni (1987) ada dua tujuan supervisi
klinis: pengembangan profesional &
motivasi kerja guru; dan memperbaiki
proses pembelajaran yang kurang efektif.
Tujuan khusus supervisi klinis
adalah sebagai berikut: 1) menyediakan
umpan balik yang obyektif terhadap guru,
mengenai pengajaran yang dilaksanakannya,
2)
mendiagnosis
dan
membantu
memecahkan masalah-masalah pengajaran,
3) membantu guru mengembangkan
keterampilannya menggunakan strategi
pengajaran, 4) mengevaluasi guru untuk
kepentingan promosi jabatan dan keputusan
lainnya,
dan
5)
membantu
guru
mengembangkan satu sikap positif terhadap
pengembangan
profesional
yang
berkesinambungan.
Langkah-langkah supervisi klinis
terdiri dari tiga tahap esensial yang
berbentuk siklus, yaitu: (1) tahap pertemuan
awal, (2) tahap observasi mengajar, dan (3)
tahap pertemuan balikan. Hal ini
dikemukakan oleh Alexander Mackie
College of advanced Education (1981) dan
Mantja (1984) bahwa pelaksanaan supervisi
klinis seperti Gambar 1.
Gambar 1. Pelaksanaan Supervisi Klinis
Pendekatan supervisi klinis terdiri
dari: 1) direktif yaitu tanggung jawab lebih
banyak pada supervisor, 2) kolaboratif yaitu
tanggung Jawab terbagi relatif sama antara
supervisor dan guru, dan 3) non-direktif
yaitu tanggung jawab lebih banyak pada
guru. Agar tindakan yang direncanakan
dalam supervisi klinis dapat mencapai
sasaran dan menghasilkan peningkatan
kinerja yang signifikan harus dipilih
pendekatan yang tepat. Dengan berpedoman
pada tabel perilaku supervisi klinis
diharapkan upaya peningkatan disiplin guru
di SMPN 2 Wlingi pada semesrter genap
tahun
pelajaran
2014/2015
dalam
pembelajaran dapat diwujudkan dengan
efektif dan berkesinambungan dengan
metode pada Tabel 1.
Keterkaitan supervisi klinis dengan
karakteristik guru atau perilaku guru dalam
proses pembelajaran diuraikan pada
kerangka berpikir (mind map) pada Gambar
2, 3a, 3b, 4a, dan 4b.
Tabel 1. Perilaku Perilaku dalam Supervisi Klinis
Gambar 2. Karakteristik Guru
Gambar 3a. Karakteristik Guru Drop-Out
Gambar 3b. Karakteristik Guru Unfocuced Worker
Gambar 4a. Karakteristik Guru Analytical Observer
Gambar 4b. Karakteristik Guru Profesional
Teknik yang digunakan untuk
penyelesaian masalah dalam penelitian ini
yaitu 1) mencari dan mengumpulkan data,
menganalisis data, melakukan
kajian
berdasarkan pendekatan konsep teori dan
temuan hasil penelitian dari tindakantindakan efektif supervisi klinis dalam
pembelajaran, 2) menetapkan kerangka
berpikir analisis dan langkah-langkah praktis
yang dilakukan dalam supervisi klinis untuk
meningkatkan
disiplin
guru
dalam
pembelajaran
yang
efektif
menurut
pendekatan teori dan temuan hasil penelitian
masa lalu yang relevan. Teknik penyelesaian
masalah dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 5.
Gambar 5. Mekanesme Tindakan Supervise Klinis
METODE
Sasaran dalam penelitian ini yaitu
tenaga pendidik atau guru yang telah
ditemukan dalam pengamatan pelaksanaan
tugas kedinasan kurang disiplin dan sering
terlambat datang di sekolah maupun hadir di
kelas
dalam
pelaksanaan
proses
pembelajaran pada semester ganjil tahun
pelajaran 2014/2015. Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS) dilaksanakan mengambil
situs di SMP Negeri 2 Wlingi Kabupaten
Blitar. PTS dilaksanakan pada rentang
waktu 3 bulan yaitu tanggal 9 Januari 2015
sampai dengan 9 April 2015 pada semester
genap tahun pelajaran 2014/2015. Kegiatan
PTS direncanakan dalam susunan proposal
kegiatan pada akhir semester GanjilTahun
Pelajaaran 2014/2015 pada saat liburan
semester yaitu dalam rentang waktu tanggal
26 Desember 2014 sampai 2 Januari 2015.
Kegiatan penelitian ini dilakukan
setiap hari pada jam kerja yaitu sejak pukul
06.30 – 13.30 WIB selama 3 bulan, yaitu
tanggal 9 Januari – 9 April 2015 dengan cara
pengamatan, pengumpulan data, pengolahan
dan analisis data, diskusi dan refleksi hasil
penelitihan serta pelaporan. Data diperoleh
dengan
berbagai
teknik,
yaitu
pengamatan/observasi, kajian dokumen,
kunjungan kelas, dialog formal dan non
formal, hasil supervisi, dengar pendapat
dengan siswa dan pengisian angket dalam
rentang waktu 3 bulan, yaitu tanggal 9
Januari – 9 April 2015. Data yang
terakumulasi di peneliti diklasifikasi,
diverifikasi, diolah, dieditorial dalam entri
dan pengolahan data pada media komputer
sekaligus dianalisis sesuai teknik pada setiap
siklus kegiatan tindakaan berdasarkan
ketentuan dan instrumen yang telah
ditetapkan dalam perencanaan. Tindak lanjut
dari pengolahan dan analisis data, yaitu
melakukan kegiatan refleksi hasil penelitian
tindakan. Kegiatan ini dilakukan tanggal 10
– 12 April 2015. Pada kegiatan ini peneliti
melakukan; Evaluasi, pemantapan persepsi,
Interpretasi, Prediksi, Solusi, dan proyeksi,
sehingga didapatkan rumusan dan pola
masukan dari hasil kegiatan penelitian
tindakan yang manfaat untuk meningkatkan
kinerja dan profesinalisme guru dalam
layanan pembelajaran dan pembinaan
prestasi siswa. Hasil pengolahan dan analisis
data yang telah didiskusikan dengan konsep
dasar teori dan melalui proses refleksi yang
meliputi
tahap
evaluasi,
persepsi,
interpretasi, prediksi, solusi dan proyeksi
untuk selanjutnya disusun dalam kaidah
pelaporan hasil PTS, yaitu pada minggu
akhir bulan April 2015.
Penelitian ini dirancang dengan
pendekatan kualitatif, sehingga data primer
diperoleh sebagian bersumber dari hasil
observasi,
kajian
dokumen,
hasil
wawancara, dan isian angket. Data sekunder
diperoleh dari dokumen pelaksanaan tata
tertib sekolah, tata tertib pegawai, buku
piket, jurnal kelas, dan dokumen rekapitulasi
daftar hadir guru dan karyawan. Prosedur
penelitian
yang
dilakukan
adalah
menggunakan model penelitian tindakan
sekolah yang dikembangkan oleh Kemmis
dan Taggart (2000), dimana pada prinsipnya
ada empat tahap kegiatan yaitu; perencanaan
tindakan (planning), pelaksanaan tindakan
(action), observasi dan evaluasi proses
tindakan (observation and evaluation) dan
melakukan refleksi (reflecting).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi awal, ketidakhadiran Dinas
Harian dari 69 guru PNS pada semester
Ganjil Tahun 2014/2015 ada 37 orang guru
yang absensi dinas dengan keterangan (ijin,
sakit, dan alpa) lebih dari 5 kali, sumber:
Rekapitulasi Daftar Hadir Guru Semester I
Tahun 2014/2015 SMPN 2 Wlingi .
Ketidakhadiran Dalam Kegiatan Upacara
dari 69 guru dalam satu semester ada 29
orang yang tidak ikut dalam kegiatan
upacara lebih dari 2 kali sebulan, sumber:
Administrasi Wakasek Bidang Humas.
Ketidak Hadiran Dalam Rapat Dinas dan
Rapat Khusus dari 69 guru dalam satu
semester ada 23 orang yang absensi lebih
dari 3 kali, Sumber: Administrasi Wakasek
Bidang Humas. KKM ditetapkan merata,
tanpa proses dan dasar penetapan sesuai
petunjuk dalam standar SKL dengan
ketetapan sama yaitu 76, sumber: Domumen
I Kurikulum SMPN 2 Wlingi Tahun
2014/2015, Wakasek Bidang Kurikulum.
Tingkat kelululusan siswa kelas 9 adalah
99,15% dengan rata-rata 6,95, sumber
Aministrasi Wakasek Bidang Kurikulum.
Angka ketidak naikkan kelas pada jenjang
kelas 7 adalah 13 siswa dari 288 siswa,
berarti ada 4,50% siswa tinggal kelas,
sumber: Buku Notulen Rapat Dinas Pleno
Kenaikan Kelas, dan Administrasi Wakasek
Bidang Kurikulum. Angka ketidak naikan
kelas 8 adalah 9 siswa dari 288 siswa,
artinya ada 3,13% siswa tinggal kelas,
sumber: Buku Notulen Rapat Dinas Pleno
Kenaikan Kelas, dan Administrasi Wakasek
Bidang Kurikulum. Angka putus sekolah
ada 8 orang dalam satu tahun terakhir,
artinya prosentase dropout mencapai 0,93%,
sumber: Administrasi BK dan buku mutasi
siswa Kejuaraan pada bidang OSN, O2SN,
FLS2N, dan sejenisnya belum memuaskan,
artinya masih perlu prioritas pembinaan
untuk mencapai prestasi yang maksimal dan
mencapai juara umum di tingkat kabupaten,
sumber: Administrasi Wakasek Bidang
Kesiswaan. Keterlambatan guru dalam dinas
lebih dari 20 menit sejak dimulainya
pelajaran dalam setiap harinya mencapai 5-8
orang, sumber: Buku catatan Guru Piket.
Dalam
satu
tahun
terakhir
tidak
dilaksanakan supervisi akademik, sumber
responden hasil wawancara dengan para
guru.
Hasil pada siklus I: Hasil diskusi,
dengar pendapat, refleksi dan konfirmasi
peneliti menerima tanggapan dan masukan
impek tindakan supervise klinis dari siklus I
diperoleh umpan balik dari responden yaitu
siswa dan guru dengan simpulan hasil dan
progress; 1) ada peningkatan kehadiran, 2)
ketersediaan
instrumen
pembelajaran
sebagai panduan kegiatan pembelajaran
yang lebih lengkap dan implementatif, 3)
KBM berjalan lebih kondusif dari waktu
sebelumnya, 4) komunikasi sosial lebih
mencair, dan 4) prestasi bergerak meningkat
untuk semua segmen.
Hasil tindakan dan refleksi siklus II;
Dari hasil diskusi, refleksi dan konfirmasi
pada tahap siklus II diperoleh capaian; 1)
penurunan ketidakhadiran guru 0,4% tidak
ada 1 guru per bulan, 2) indek keterlambatan
guru masuk kelas 0,2% tidak ada 1 guru per
bulan, 3) tumbuhnya gairah kerja dan
semangat pelayanan pembelajran dan
pendampingan aksi siswa, 4) diperoleh
banyak capaian prestasi.
Pretasi pada
cabang olah raga selalu pada posisi juara I,
II, III dan harapan I atau harapan II pada
Tingkat
Kabupaten/Provinsi
bahkan
Nasional, 5) Juara Adi Wiyata Nasional, 6)
Juara I dan Juara Umum Kejurda Drumband
Jatim, 7) Peringkat 3 hasin UN tahun 2015.
Dengan demikian tindakan supervisi klinis
mampu
mengatasi keterlambatan guru
dalam
pembelajaran
dan
mampu
meningkatkan disiplin kehadiran guru dalam
mewujudkan pembelajaran yang efektif dan
kondusif.
Berdasarkan data dalam penelitian
tindakan ini, bahwa pada pengamatan awal
terdapat temuan ada beberapa guru yang
datang terlambat, sering meninggalkan kelas
dengan berbagai alasan tanpa tugas dan
keterangan yang jelas, kurang disiplin, dan
perhatian guru pada siswa secara
keseluruhan belum optimal, hal ini
disebabkan oleh kurangnya perhatian,
penghargaan,
motivasi,
supervisi,
monitoring, evaluasi, keteladanan dan iklim
sosial sekolah yang kurang kondusif,
sehingga mempengaruhi kejenuhan guru
dalam melaksanakan tugas kedinasan untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif,
disamping juga ada penyebab lain yaitu
kondisi sosial ekonomi yang kurang
kondusif.
Setelah dilakukan tindakan Siklus I
ada hasil yang belum memuaskan, maka
pada siklus II lebih ditekankan pada
pembinaan, motivasi, dan pengakuan dengan
penghargaan yang manusiawi secara
berkesinambungan, maka menghasilkan
perubahan
dedikasi,
integritas
dan
kedisiplinan
yang
siqnifikan
dalam
pelaksanaan
tugas
kedinasan
dan
penyelenggaraan pengelolaan pembelajaran
dan bahkan pada berbagai prestasi akademik
UN dan non akademik baik pada event
OSN, O2SN, FLS2N, Kejurprov, Kejurda,
dan competisi yang lainnya SMPN 2 Wlingi
selalu mendapat tempat yang patut
dibanggakan oleh praktisi pendidikan dan
stake holders yang ada.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan siklus I dan II dapat
disimpulkan: 1) supervisi klinis dapat
meningkatkan disiplin guru dalam kegiatan
pembelajaran yang efektif, 2) supervisi
klinis dapat meningkatkan kehadiran guru
dan karyawan dan dapat mengurangi
keterlambatannya dalam melaksanakan
tugas kedinasan, sehingga pengelolaan kelas
lebih kondusif dan meningkatkan capaian
prestasi siswa dan kinerja sekolah.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh,
disarankan kepada pimpinan sekolah dalam
hal ini kepala sekolah, selalu memperhatikan
kebutuhan
para
guru,
misalnya:
menyediakan fasilitas, media/peralatan
pembelajaran yang memadai, selalu
memberikan motivasi kerja tanpa tekanan
dan penuh dengan keteladanan, memberikan
penghargaan pada yang berprestasi dan tetap
memperhatikan pada yang lemah, serta
sebaiknya juga tetap membangun dan
menciptakan hubungan komunikasi timbal
balik yang sehat, segar, dan harmonis
dengan guru dan karyawan secara merata,
adil, dan bijaksana melalui supervisi klinis
yang
terencana,
implementatif,
dan
berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajadt. 2011. Manfaat Prinsip
dan Azas Pengembangan Budaya
Sekolah. (online),
(http://akhmadsudrajad.wordpress.com/
2011/03/04, manfaat-prinsip-dan-asaspengembangan-budaya-sekolah/),
diakses 6 Oktober 2011.
Aunurahman. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
2005. Jakarta.
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008
tentang Guru. 2008. Jakarta.
Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan. 2010.
Jakarta.
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang
Standar Proses. 2007. Jakarta.
Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang
Standar Penilaian. 2007. Jakarta.
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan. 2007. Jakarta.
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru. 2007. Jakarta.
Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. 2003.
Jakarta.
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang
Kepala Sekolah. 2007. Jakarta.
Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. 2005. Jakarta.
Download