TENTIR I MODUL SARAF JIWA Nichi, Devi, Christopher, Ganda

advertisement
TENTIR I
MODUL SARAF JIWA
Demensia
Nichi, Devi, Christopher, Ganda, Icha, Oke, Anissa, Annisa PN, Fitri, Sisca, Aline, Aghis
Daftar Isi:
Kuliah 1. Neuropatologi…………………………………………………………………………………
Kuliah 2. Konsep umum psikiatri dan kesehatan jiwa…………………………….
Kuliah 3. Penyebab umum gangguan jiwa…………………………………………………..
Kuliah 4. Stres dan mekanisme adaptasi………………………………………………….
Kuliah 6. Analisis cairan otak………………………………………………………………………
Kuliah 8. Psikopatologi dan simtomatologi…………………………………………………
Kuliah 9. Gambaran dan gejala klinis gangguan jiwa………………………………..
Kuliah 10. Parasit penyebab infeksi otak………………………………………………….
Kuliah 11. Gangguan kesadaran…………………………………………………………………….
1
12
15
18
24
26
28
33
36
SELAMAT BELAJAR!!!
Kuliah 1. NEUROPATOLOGI
Rino Pattiata, Hartono Tjahjadi, Rahmiati
Tanda atau Gejala
Sakit Kepala
Penyebab Intrakranial
Penyebab ekstrakranial
Kekakuan Leher
Koma/penurunan
kesadaran
Serangan Epilepsi
Refleks-refleks Abnormal
Berlebihan
Terganggu
Defisit Otot
Wasting (massa otot
berkurang drastis)
Weakness/Kelemahan
Gangguan
sensorik
dan/atau parestesia
Defek lapang
atau kebutaan
pandang
Dasar Patologis
Peningkatan tekanan intrakranial
Peregangan atau tekanan pada pembuluh darah
intracranial
Distorsi atau inflamasi meninges
Rujukan dari sinus-sinus paranasalis, sendi-sendi
servikal atau temporomandibular, gigi, telinga, dll
Iritasi atau inflamasi meninges
Metabolic, misalnya: hipoglikemia, ketoasidosis,
diinduksi obat, gagal hepatic
Lesi batang otak, misalnya: infark, perdarahan
Lesi hemisfer serebral, misalnya: perdarahan
intraserebral atau ekstraserebral, infark,
infeksi, trauma
Tinnitus
ketulian
dan/atau
Hilang fungsi neuron karena iskemia, cedera
toksik atau penyakit neurodegeneratif
Paroxysmal neuronal discharges (impuls neuronal
tiba-tiba), baik idiopatik atau yang berasal dari
focus penyakit/cedera kortikal
Lesi traktus kortikospinalis
Neuropati perifer atau penyakit serebellum
Hilangnya stimulus trofik dari neuron-neuron
motorik bawah (lower motor neuron, LMN)
Miopati
Penyakit yang secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi fungsi:
Neuron-neuron atas atau bawah, konduksi
neuromuscular, fungsi otot
Penyakit yang secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi fungsi: Neuron-neuron
kortikal, traktus kortikospinalis, saraf perifer
Penyakit yang elibatkan ata, saraf optic atau
korteks visual (misalnya, katarak, tumor yang
intrinsic atau ekstrinsik terhadap jaras saraf
optik, iskemia)
Gangguan transmisi bunyi melalui meatus
eksternal (misalnya karena lilin) atau melalui
middle ear ossicles, atau penyakit yang
mempengaruhi organ Corti atau saraf auditori
Introduksi
Yang akan dibahas di sini dibagi menjadi 4 kelompok penyakit, yakni:
 Malforasi congenital
 Traumatik
 Neoplasma
 Degenerative
1
DEFEK OTAK KONGENITAL


Defek dysraphic (tidak menutupnya suatu sambungan dengan baik)
tuba neuralis
Hidrosefalus
Malformasi Sistem Saraf Pusat (SSP) Kongenital
 Defek morfologis SSP yang telah terbentuk sejak lahir karena proses
perkebangan abnormal
 Penyebab: pada mayoritas kasus tidak diketahui, abnormalitas genetic
dan kromosomal, lingkungan (misalnya, infeksi, obat-obatan, nutrisional),
multifaktorial
 Pola anatoik malformasi mencerminkan tahap pebentukan SSP pada saat
cedera
 Tipe dan contoh penting
o Defek disrafik tuba neuralis (misalnya, anensefali, ensefalokel,
mielomeningokel, spina bifida)
o Anoali otak depan (forebrain) (misalnya, holoprosensefali (spectrum
malformasi yang ditandai dengan tidak terpisahnya sempurna
hemisfer serebral di garis tengah), agenesis korpus kalosum, defek
migrasi neuronal, mikroensefali)
o Defek fossa posterior (malformasi Arnold-Chiari dan Dandy-Walker)
Arnold-chiarichiari type II malformationfossa posterior kecil,
vermis serebellum yang turun ke bawah ke foramen magnum,
deformitas medulla.
Dandy-walkerpembesaran fossa posterior, vermis serebellum tidak
ada atau rudimenter
o Hidromielia, siringomielia
Hidromeliaekspansi kanalis sentralis korda spinalis yang dilapisi
ependima secara multisegmental yang diskontinu atau secara
konfluen
Syringomyeliapembentukan rongga yang terisi cairan pada bagian
dalam korda.
Defek Disrafik Tuba Neuralis
 Mencerminkan gangguan penutupan aspek dorsal kolum vertebra
 Disrafisme spinal mencakup suatu spectrum kondisi congenital yang
mengakibatkan defek pada arkus neuralis yang dapat menjadi celah
tempat herniasi meninges atau elemen neural lainnya.
 Bervariasi dari anoali yang ringan (misalnya, spina bifida okulta) sampai
yang berat (misalnya, anensefali, mielomeningokel, rakiskisis)
 Variasi tersebut dapat dikelompokan menjadi:
o Terbuka jika kulit di atasnya tidak intak, mengakibatkan bocornya
cairan serebrospinal
o Okulta jika defek tertutup baik oleh kulit yang penuh ketebalannya.
Kedua variasi tersebut membutuhkan pendekatan yang berbeda.
Gambar bisa dilihat pada slide.
Disfarisme terbuka (meningokel, mielomeningokel, rakiskisis)diakibatkan
oleh
gagalnya
neurulasi
primerrisiko
bocornya
cairan
serebrospinalmengakibatkan meningitis setelah lahir. Beratnya deficit
neurologis bergantung pada derajat alformasi dan tingkat letak defek
(semakin tinggi, semakin buruk prognosisnya.
Disrafisme Tertutup/Okulta, misalnya spina bifida okultagejalanya
terdapat sacral dimple (seperti lesung pipi tetapi terdapat di daerah
sacral)
Defek Tuba Neuralis (Neural Tube Defect, NTD)
 Transformasi piringan neural menjadi tuba neuralis terjadi pada hari ke
22-28 gestasi/kehamilan
 NTD terjadi karena gagalnya penutupan sebagian tuba neuralis
 Ditandai dengan abnormalitas yang melibatkan jaringan neural dan
tulang/jaringan lunak yang di atasnya.
 Merupakan jenis malforasi SSP yang paling umum, frekuensi variasi
geografis dan etnis luas, tingkat rekurensi sebesar 4-5%
 Etiologi: tidak diketahui, beberapa berhubungan dengan gangguan
kromosomal (trisomi 13), factor-faktor lingkungan (misalnya defisiensi
folat), interaksi factor-fakor genetic dan lingkungan yang dicurigai
berdasarkan penelitian pada tikus.
Perkembangan tuba neuralis normal dalam rahim:
2
Karena defek terjadi pada kehamilan yang sangat awal, suplemen folat yang
terbukti efektif dalam mencegah NTD harus diberikan dala rangka
antisipasi kehamilan.
Anensefali
 Factor genetic
 Gagal tertutupnya neuropore anterior
 Malformasi yang umum (kedua setelah NTD)
 Wajah seperti kodok (mata besar)
 Area serebrovaskulosa
 Hipotalamus yang tidak berkembang baik
 Hyperplasia korteks adrenal
 UltifaktorialSuplementasi asam folat
 2/3 kasus meninggal dalam rahim, 1/3 meninggal 1 minggu seteleh lahir
 Gagal tertutupnya tuba neural mengakibatkan kurang tertutupnya
struktur tulang yang di atasnya (cranium) dan tidak adanya kalvarium
(tengkorak), kulit, dan jaringan subkutan region ini.
 Otak yang terekspostidak terbentuk lengkap atau bahkan tidak ada sama
sekali. Pada kebanyakan kasus, basis tengkorak hanya terdiri dari
fragmen jaringan neural dan ependimal serta sisa-sisa/residu meninges.
 Akrania (tidak lengkapnya atau tidak ada sama sekali cranium) akibat
cedera pada fetus antara hari ke 23 dan 26 kehamilan
Mielomeningokel
 Herniasi korda spinalis dan meninges yang malformasi melalui defek pada
vertebra.
 Biasanya berhubungan dengan Arnold-Chiari dan hidrosefalus
 Paling umum pada lumbosakral
Hidrosefalus
 Dilatasi ventrikel serebrum
 Bukan suatu malformasi, tetapi merupakan suatu deformasi karena
peningkatan tekanan dalam ventrikel
 Penyebab:
o Congenital
 Obstruksimisalnya karena ada jaringan parut hasil proses
penyembuhan infeksi CMV di akuaduk
 Defek filtrasimisalnya karena meningitis pada granulasi araknoid
3
o Didapat
 Karena hilangnya jaringan otakmisalya atrofi otak karena sudah
tua
 Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal yang berlebihan
dalam system ventricular otak
 Sirkulasi cairan serebrospinal normal:
o Dihasilkan oleh pleksus koroideusnormal dibentuk 600-700 mL/hari
o Dari ventrikel lateralis, CSF (cerebrospinal fluid) memasuki ventrikel
ketiga melalui foramina Monro,
o Lalu mengalir menuju ventrikel keempat melalui akuaduk
o Kemudian keluar melalui foramina Luschka dan Magendi dan kemudian
mengalir melalui ruang subaraknoid, granulasi araknoid yang
diabsorpsi melalui sirkulasi vena.
 Penyebab hidrosefalus
o Primer
 Peningkatan produksi CSF (misalnya pada tumor
pleksus koroideus)
 Obstruksi aliran CSF (hidrosefalus nonkomunikans,
misanya karena destruksi akuaduk oleh infeksi
virus)
 Penurunan reabsorpsi CSF (karena meningitis)
o Sekunder
 Atrofi otak dan dilatasi ventrikel kompensatorik
karenanya (hidrosefalus ex vacuo, yakni penyakit
Alzheimer’s)
Situs obstruksi pada jalur CSF
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Subarachnoid space
Arachnoid granulation
Choroid plexus
Lateral ventricleforamen Monro
3rd ventricle
Cerebral aqueduct
4th ventricle
Exit foramina Luschka & Magendike granulasi subaraknoid untuk
diabsorpsi
TRAUMA
Kecelakaan adalah penyebab kematian utama di bawah usia 45 tahun
Merupakan penyebab kematian ke-4 pada populasi negara industry
Kekuatan fisis dapat menyebabkan 4 jenis cedera kepala:
 Kontusio dan laserasi kulit kepalapaling tidak signifikan secara
klinis
 Fraktur tengkorak, yang dapat dipersulit dengan bocornya CSF,
meningitis, fragmen tulang yang tidak pada tempatnya, dan
kelumpuhan saraf cranial
 Cedera vascular: hematoma epidural, subdural, subaraknoid
 Cedera parenkim otak/intraserebral: kontusio, laserasi, cedera
aksonal difus
Jenis cedera bergantung pada:
 Bentuk benda yang menyebabkan traumatumpul, tajam, peluru
 Kekuatan impakkepala sedang bergerak atau statis, arah cedera
(coup atau countercoup)
Cedera dapat diklasifikasikan menjadi terbuka atau tertutup
Konkusiosindrom klinis perubahan kesadaran sekunder karena trauma
pada otak (tanpa cedera structural)
Cedera Vaskularhematoma epidural, subdural, subaraknoid
4
Hematoma Epidural
 Laserasi arteria, biasanya arteri meningea mediaakumulasi darah
cepat
 Trauma pada bagian temporal
 Mungkin terjadi interval lusid (pasien pulih tanpa gejala) selama 4-8 jam
 Menyebabkan gejala seperti SOL (space-occupying lesion) apabila
hematoma mencapai volume 30-50 mLvertigo,muntah-muntah, sakit
kepala hebat
 Bila hematoma terus bertambah, tekanan intracranial dapat melebihi
tekanan venasinus venosus terkompresiiskemia
 Reflex Cushingbradikardia yang terjadi sebagai reflex sebagai
respons fisiologis terhadap peningkatan tekanan intracranial (TIK),
biasanya terlihat pada stadium terminal cedera kepala akut dan dapat
menandai akan segera timbulnya herniasi
 Selalu berhubungan dengan fraktur tengkorak, kecuali pada anak kecil
 Merupakan kedaruratan neurosurgical yang membutuhkan evakuasi
hematombila tidak tertangani, akan terjadi herniasi dan kematian.
Hematoma Subduralantara dura dan araknoid
 Merupakan penyebab umum kematian pada kecelakaan
 Vena penyambung terputus (laserasi)akumulasi darah bisa cepat atau
lambat
 Presentasi klinis dapat akut, subakut, atau kronis
 Brain coiling
 Tamponade local 25-30 cc
 Dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan riwayat trauma
 Terjadi organisasi bila korban selamat
 Komplikasi: kejang, hidrosefalus, demensia
 Bisa terjadi herniasi, terutama herniasi subfalcine
 Lebih ringan daripada hematoma epidural, gejala lebih lama untuk timbul
 Darah bisa diabsorpsi total bila lesi tidak terlalu luas
5
Cedera parenkim otak traumatic
 Kontusiobiasanya lesi berbentuk wedge yang berhubungan dengan
edema, perdarahan, dan nekrosis
 Trauma tumpul pada kepala yang tidak bergerakkontusio otak pada
situs yang terkena pukulan (kontusio coup)
 Kepala yang bergerak menabrak massa yang diamkontusio otak pada
situs yang terkena pukulan dan parenkim otak yang ada disisi seberang
impak (konstusio coup dan contracoup)
 Kepala yang sedang berotasi menabrak mass yang diamcedera aksonal
difus (shearing substansia alba, sferoid aksonal, koma)
Kontusio berdasarkan kekuatan impak
Perdarahan Subaraknoid
 2/3 disebabkan oleh rupture aneurisma (biasanya terjadi
perdarahan massifbiasanya tidak tertolong), 1/3 oleh kecelakaan
 Perdarahan di dalam parenkim otak
Cedera otak intraserebral/parenkimal
Konkusio
 Hilangnya kesadaran transien karena trauma, tidak terjadi cedera
structural
 Kesadaran bergantung pada fungsi neuron spesifik, terutama pada
formasio retikularis batang otak
 Konkusio biasa terjadi pada pertandingan tinju yang gerakannya member
impak pada batang otak dan menyebabkan paralisis fungsional neuron
formasio reticularis
 Pukulan pada area temporal-parietal dapat menyebabkan fraktur
tengkorak tetapi tidak selalu menyebabkan konkusio
Kontusio
 Memar
 Dapat menyebabkan kematian dengan kekuatan yang lebih besar
 Bersifat permanen, dapat menyebabkan sekuela
 Mengaktivasi fagositosis
Efek tancapan peluru:blast effect of bullet wound
6
Pada peluru kecepatan tinggiterjadi herniasi langsung
Pada kecepatan rendahterjadi perdarahan, edema
menyebabkan herniasi
Cedera spinal
yang
akhirnya
Neoplasma:
Dianggap ganas karena lokasinya (pada ruang sempit di tengkorak)
 Pada anak-anak mayoritas tumor (70%) terletak infratentorial (pada
fossa posterior)
 Pada dewasa, mayoritas tumor (70%) terletak supratentorial
Gejala:
 Sensorik/motorik
 Kejang
 Peningkatan tekanan intracranial
Tumoro SSP Primer
Klasifikasi berdasarkan perkiraan asal sel:
 Glioma, meliputi
o Astrositomamisalnya astrositoma fibriler (difus), astrositoma
anaplastik, glioblastoma multiforme, astrositoma pilositik
o Oligodendrogliomaoligodendroglioma,
oligodendroglioma
anaplastik
o Ependimomaependimoma, ependimoma anaplastik
 Tumor neuronalmisalnya gangliositoma, neuroblastoma serebral
 Tumor embrional yang berdiferensiasi burukmisalnya medulloblastoma
 Meningiomasmeningioma
 Tumor selubung saraf misalnya schwannoma, neurofibroma
 Tumor adenohipofisealadenoma pituitari
System WHO menunjukkan grading histologist neoplasma SSP primer:
grade I-IV (grade IV paling ganas)
Cedera hiperekstensi menyebabkan lesi di bagian posterior spinal
Cedera hiperfleksi menyebabkan lesi di bagian anterior spinal
TUMOR SSP
Dapat primer atau metastasis (sekundersekitar 50%)
Pada anak-anaktumor SSP merupakan 20% kanker
Tumor SSP primer sangat jarang bermetastasis ke luar SSP. Akan tetapi,
25% pasien kanker mengalami metastasis ke SSP
Lokasi tumor pada SSP merupakan penentu morbiditas dan mortalitas yang
sangat penting.
Tumor SSP primer yang paling umum yakni astrositoma.
Glioma
Tumor SSP primer:
 Tumor glial: 60% astrositik
 Nonglial tumor:
o 17% meningeal
o 8% selubung saraf
Astrositomas: (bergantung gambaran histologist)pada histology sel
normal, sel jarang-jarang, tetapi pada astrositoma, sel-sel jadi jauh lebih
padat, pleomorfik, dan hiperkromatik,dll
 Astrositoma fibrilerterdapat garis tipis-tipis halus
 Astrositoma pilositikterdapat rongga-rongga kista
7
Astrositoma gemistositiksel-sel gendut, sitoplasma banyak,
eosinofilik
 Astrositoma anaplastik
 Glioblastoma multiformemerupakan astrositoma yang ditambah
gambaran nekrosis, proliferasi vaskuler banyak sekalisudah ganas
dan lebih cepat lagi tumbuhnya.
Oligodendrogliomagambaran histologis mirip telur kodok (inti relative
uniform, sitoplasma jernih
Ependimoma ada gambaran histologist rosette (seperti bunga) di
sekeliling pembuluh darahdisebut perivascular rosette
Lokasi Neoplasma SSP

Cirri: psammomatosaterdapat
terkalsifikasi konsentris)
banyak
jisim
psammoma
(struktur
Tumor SSP metastatik
Mencakup 50% tumor SSP pada pasien di rumah sakit
25% pasien kanker mengalami metastasis ke SSP
Metastasis paling umum dari paru, payudara, melanoma
Koriokarsinomatumor yang jarang terjadi dengan kemungkinan
metastasis ke otak yang besar
Karsinoma prostat merupakan tumor yang sering tetapi hampir tidak
pernah bermetastasis ke otak
Tumor ovarium, hodgkin’s disease juga sangat jarang bermetastasis ke SSP
Perbatasan antara gray dan white matter merupakan situs yang paling
umum dihinggapi
Batas dari otak normal secara makroskopis dan mikroskopis sangat khas
Seringkali berupa focus-fokus multiple yang terpisah dalam SSP
PENYAKIT NEURODEGENERATIF
Ditandai dengan disfungsi dan kematian progresif neuron-neuron
Pada penyakit ini, hilangnya neuron bersifat selektif, mempengaruhi satu
atau lebih kelompok neuron dan membiarkan sisanya intak
Sama seperti penyakit neurodegenerative umumnya yang mempengaruhi
orang lanjut usia, kelompok penyakit I menjadi semakin signifikan dengna
bertambahnya umur pada populasi pada masyarakat terindustrialisasi
Yang sering ditanya:
Medulloblastomadi vermis serebellum
Ependimomadi ventrikel ke-4
Glioma pontinepada anak-anak
Schwannoma akustikpada saraf cranial VIII
Adenoma pituitary
Dll
Meningioma
Tumor menempel pada meanings
Tipe penyakit neurodegenerative:
Gangguankognitif (demensia)mencakup degenerasi korteks serebri
(Misalnya pada penyakit Alzheimer, penyakit Pick)
Gangguan pergerakan
 Degenerasi neuron motorik. Kelemahan motorik (misalnya amyotrophic
lateral sclerosis, atrofi otot spinal)
 Degenerasi yang melibatkan serebellum dan traktus penghubungnya
(degenerasi
spinoserebellar).
Ataksia
serebellar
(misalnya
ataksiaFriedreich, ataksia-telangiektasia)
 Degenerasi yang melibatkan substansia nigra dan ganglia basalis. Defek
ekstrapiramidal: akinetik dan rigiditas (misalnya penyakit Parkinson,
kelumpulah supranuklir progresif)
8
 Degenerasi yang melibatkan ganglia basalis. Disregulasi pergerakan:
hiperkinesia (misalnya penyakit Huntington)
 Atrofi system multiple. Dapat bermanifestasi sebagai degenerasi
striatonigral, seperi atrofi olivopontoserebellar, atau sebagai disfungsi
system autonom (sindrom Shy-Drager) atau dengan gejala-gejala yang
tumpang tindih seperti di atas.
Fokus pada Gangguan Neurodegeneratif:
 Gangguan Kognitif (demensia) zdegenerasi yang melibatkan korteks
serebri, demensiamisalnya penakit Alzheimer dan penyakit Pick
 Gangguan pergerakandegenerasi yang melibatkan substansia nigra dan
ganglia basalis. Defek ekstrapiramidal akinetik dan rigiditas, misalnya
penyakit Parkinson
 Gangguan demielinisasimisalnya leukodistrofi dan sklerosis multipel
 Substansi toksik misalnya pada alkoholisme
Penyakit Alzheimer
Penyebab paling umum pada setengah kasus demensia (penyebab paling
sering kedua yakni penyakit vascular)
Demensia: gangguan fungsi okupasi atau social yang sebelumnya telah
dicapai karena gangguan memori persisten yang berhubungan dengan
gangguan fungsi intelektual pada satu atau lebih domain: bahasa,
kemampuan visuospasial, emosi, kepribadian, kognisi dengan kesadaran yang
normal.
Penaykit ini progresif dalam 5-10 tahunpasien menjadi imobil dan mute
3 kelompok utama, dengan asosiasi genetic molekuler yang berbeda:
 Sporadic (paling umum, 90%): risiko yang meningkat sebagai karier Apo
E4
 Familial: mutasi protein precursor amiloid (APP, kromosom 21),
presenilin-2 (protein pemroses APP pada kromosom 1), presenilin-1
(protein pemroses APP pada kromosom 14)
 Berhubungan dengna sindroma Down: trisomi 21
Factor risiko: penuaan, trauma kepala, menopause, tingkat edukasi rendah
Factor protektif: obat antiinflamasi dan antioksidan,estrogen, tingkat
edukasi tinggi
Penyakit neurologis yang bersifat insidious dan progresif yang ditandai:
Secara klinis dengan:
 Hilangnya memori (akhirnya demensia)
 Gangguan kognitif
Secara patologis dengan:
 Plak senilis yang mengandung Aβ dan neurofibrillary tangles yang
dibentuk oleh filament tau
Secara makroskopis:
 Atrofi korteks yang melibatkan terutama lobus frontal, temporal,
parietal dan hipokampus.
 Dilatasi ventrikel lateral
Penemuan mikroskopis kunci:
 Hilangnya neuron dan gliosis
 Plak neuritik
 Neurofibrillary tangles
Plak dan tangles dapat juga dilihat tanpa adanya demensia.
Diagnosis penyakit Alzheimer didasarkan pada jumlah plak neuritik yang
secara signifikan meningkat seiring usia dan riwayat klinis demensia.
Angiopati amiloid serebraldeposisi amiloid vascular pada korteks serebri.
Neuron menampilkan neurofibrillary tangle basofilik pada sitoplasmanya.
Pewarnaan perak mengilustrasikan struktur intraselular neurofibrillary
tangle.
9
 Otak menunjukkan atrofi girus lobus frontalis dan lobus temporalis
superior berat.
 Bagian mikroskopik jisim Pick basofilik besar tepat di bawah nucleus
 Impregnasi perak secara kuat mewarnai jisim Pick
Penyakit Pick
 Sklerosis lobar
 Hilangnya fungsi eksekutif yang diikuti dengan demensia yang dapat
dibedakan dengan penyakit Alzheimer
 Prototipik Demensia frontotemporal
 Sporadic
 Penyakit Pick sporadic menjadi simtomatik pada kehidupan dewasa
pertengahan dan berprogres tanpa henti sampai meninggal selama
periode 3-10 tahun.
Penyakit Parkinson
Parkinsonisme: rigiditas otot, bradikinesia, resting tremor, wajah tanpa
ekspresi, labilitas emosional, dan gangguan kognitif, termasuk demensia
pada tahap penyakit lanjut.
Penyebab:
 Penyebab paling umum: idiopathic Parkinson’s disease (PID)
 Penyebab lain meliputi penyakit vascular yang mencederai substansia
nigra, parkinsonisme yang diinduksi obat, kelumpuhan supranuklir
progresif, dll.
Onset tipikal IPD: decade ke-6-8
Insidensi sporadic di seluruh dunia 1/100 pada orang di atas 50 tahun
IPD diturunkan pada beberapa keluarga secara autosomal dominan
Penemuan patologis:
 Hilangnyaneuron, terutama pada substansia nigra
 Akumulasi jisim Lewy, yangdibentukoleh agregat α-synuclein filamentosa
Secara makroskopik substansia nigra yang terserang terlihat lebih pucat
(depigmentasi)
Perubahan mikroskopik substansia nigra dan lokus sereleus:
 Hilangnya neuron
 Makrofag yang terisi pigmen (neuromelanin)
 Gliosis
 Jisim Lewy dalam neuron
Jisim lewy tampaknya terlibat dalam penghancuran protein sitoskeletal
yang rusak; mengandung protein sitoskeletal dan protein yang terlibat
dalam metabolismenya: α-synuclein, ubikuitin, dll
Penyakit myelin
Penyakit di mana myelin hilang secara selektif dengna preservasi relative
struktur neural lainnya termasuk akson.
2 kategori utama:
 Yang berhubungan dengan metabolisme mielin abnormal:
leukodistrofi
10
Yang berhubungan dengan hilangnya myelin normal: penyakit
demielinisasi, paling umum: multiple sklerosis
Leukodistrofi: penyakit diturunkan, onsetnya tipikal pada bayi sampai
remaja, dengan melibatkan substansia alba secara difus, progresif tidak
terhentikan
Multiple sklerosis: penyakit sporadic, onset tipikal pada usia 20 atau 30
tahunan, focus demielinasi multiple pada waktu yang berbeda selama
perjalanan penyakit, perjalanan penyakit naik dan turun gejalanya

Leukodistrofi
Gangguan diturunkan pada pembentukan dan preservasi myelin
 Leukodistrofi metakromasiadefisiensi arylsulfatase A, penurunan
autosomal resesif, deposisi metachromatic sulfatides intra dan
ekstraselular.
 Penyakit Krabbedefisiensi galactocerebroside-beta-galactosidase,
penurunan secara autosomal resesif, akumulasi makrofag perivaskular
(sel Globoid) yang mengandung galactocerebroside yang tidak terdigesti.
 Adrenoleukodistrofidefek peroksisomal yang berhubungan dengan
ketidakmampuan mendegradasi asam lemak rantai sangat panjang,
penurunan secara resesif terkait kromosom X
 Potongan koronal otak menampilkan hilangnya myelin yang jelas pada
setengah bagian superior substansia alba lobus parietal
Adrenoleukodistrofi
Pada potongan koronal otak menampilkan perubahan degenerative pada
seluruh substansia alba
lingkungan yang paling umum dan suseptibilitas genetic. Destruksi myelin
terjadi dengan mediasi system imun
Klinis: episode deficit neurologis jelas karena lesi pada substansia alba ,
terdapat periode eksaserbasi dan remisi
Gejala yang umum:
 Motorik: pelihatan yang terganggu, kelemahan motorik
 Sensorik: parestesia, ataksia, dll
Patologi: focus multiple demielinasi di seluruh substansia alba
Patologi makroskopis: lesi (plak) abu-abu yang firm (keras), berbatas tegas,
multiple pada substansia alba, dapat meluas secara fokal menuju gray
matter.
Patologi mikroskopis: area yang kehilangan myelin berbatas tegas dengan
preservasi relative akson, infiltrat limfositik, hilangnya oligodendrosit,
makrofag busa, astrogliosis. Plak bayanganmielin hanya hilang sebagian
Penyakit toksin: Alkoholisme
 Efek toksik SSP alkoholisme kronik dapat berupa:
o Efek langsung etanol
o Efek nutrisional sekunder (misalnya defisiensi thiamin karena
alkoholisme)
 Efek langsung SSP: atrofi kortikal (serebral) dan degenerasi serebellum
 Degenerasi serebellum: atrofi dan hilang sel-sel granul terutama pada
bagian superior anterior vermis.
 Disfungsi serebellum terjadi pada sekitar 1% alkoholik kronis: ataksia
trunkal, cara jalan yang tidak stabil, nistagmus.
 Sindrom Wernicke
 Mielinolisis pontin sentral
Multiple sclerosis
Focus multiple demielinasi di seluruh substansia alba
Pada neuron sensorik dan motorik
Episode Eksaserbasi dan remisi bergantian
Prevalensi 1:1000 di USA, jarang pada daerah tropis, risiko relative yang
diasumsikan pada seorang individu bergantung pada lingkungan tempatnya
menghabiskan 15 tahun pertama kehidupannya
Pengaruh genetik: hubungan dengan antigen HLA tertentu; 25%
konkordansi pada kembar monozigotmenunjukkan peran patogenik agen
11
Kuliah 2. KONSEP UMUM PSIKIATRI DAN KESEHATAN JIWA
Oleh dr. A.A.A.A. Kusumawardhani, SpKJ
Definisi Kesehatan Mental (WHO):
Seseorang yang sehat mental / jiwanya adalah mereka yang:
 Merasa sehat dan bahagia
 Mampu menghadapi tantangan hidup
 Menerima orang lain apa adanya  mampu berempati dan tidak
berprasangka terhadap orang lain yang berbeda
 Bersikap positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain
Humaniora
Humaniora adalah salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari apa yang
diciptakan atau diperhatikan manusia.
 Tujuan dari Humaniora adalah membantu manusia
menjadi lebih
manusiawi dan beradab.
 Cabang-cabang Humaniora termasuk: teologi, filosofi, sejarah, filologi,
linguistik, kesusastraan, kesenian (pertunjukan, seni rupa), psikologi,
dan ilmu sosial.
 Humaniora dalam Kedokteran
Kedokteran termasuk juga sebagai cabang dari Humaniora karena
berhubungan dengan manusia  selalu digunakan kaidah Danner
Clouser: Lima kualitas pemikiran dalam berhubungan dengan pasien:
1. Kemampuan berpikir kritis  Why?? Apa yang menyebabkan
kondisi pasien ini? Mengapa dia sering merasa cemas??
2. Sudut pandang yang lentur (fleksibel)  menyesuaikan dengan nilai
yang pasien miliki
3. Tidak dogmatis
4. Peka akan nilai-nilai
5. Empati dan pengenalan diri
 Dalam hal ini, maka sebagai dokter tidak boleh memperlakukan pasien
hanya sebagai obyek, tapi melihatnya secara holistik
Untuk mencapai kondisi kesehatan mental yang optimal:
 Gunakan General Systems Theory sebagai framework
 Ilmu Kedokteran dan cabang lain dari humaniora seharusnya bekerja
bersama-sama dengan erat.
General Systems Theory
Diajukan oleh seorang filsuf Ludwig von Bertalanffy (1936-1968)
Dalam teori ini 1 sebab menghasilkan banyak akibat
Alam semesta, dunia, dan segala hal di dunia diorganisir oleh SISTEM
Suatu sistem adalah sebuah unit utuh, dan walaupun terbentuk dari
elemen-elemen yang lebih kecil, fungsinya bukan penjumlahan dari
elemennya, tapi merupakan hal yang terkait satu sama lain (saling
mempengaruhi antar elemennya)
 Kerusakan salah satu komponen sistem dapat mengganggu sistemsistem terkait
 Suatu sistem berfungsi secara seutuhnya, mampu mengatur dirinya
sendiri; juga dipengaruhi dan mendapat energi dari sistem-sistem
lainnya.




Sistem di dunia
Atom  molekul  sel  organ  individu  keluarga  kelompok/
organisasi  institute  Negara/pemerintahan  hubungan internasional
 dunia (termasuk ekologi)  alam semesta
 Setiap sistem dipengaruhi dan mendapat energi (positif atau negatif)
dari sistem lain, baik secara horizontal maupun vertikal.
Contoh:
 gangguan metabolisme pada level sel dari sebuah organ dapat
mempengaruhi:
1. Sel lain yang sehat dari organ tersebut
2. Fungsi dari organ tersebut
3. Organ-organ lain dari orang tersebut
4. Orang itu sendiri
5. Keluarganya
6. Sistem tempat kerjanya.
 Pertempuran atau perang antar kelompok atau negara
menyebabkan:
 Aksi brutal dan pembunuhan serta konsekuensinya
 Pengungsian besar-besaran, eksodus
 Kelangkaan makanan, kelaparan, penyakit, malnutrisi
 Tinggal di kamp pengungsi dengan konsekuensinya
dapat
12
 Perlakuan atau penegakan hukum yang diskriminatif dapat
menyebabkan:
 Perasaan tidak aman
 Hubungan tidak sehat antar kelompok
 Pengelompokan orang berdasarkan identitas sehingga terkotakkotak berdasarkan konsep nonpluralisme
 Depresi
 Perusakan ekologi yang disebabkan oleh alam atau manusia, misal
adanya penebangan hutan ilegal atau tak terkontrol dapat
menyebabkan:
Deforestasi, banjir, dan segala konsekuensinya
 Sungai terpolusi dari kompleks industri dapat menyebabkan limbah
beracun di air, dan jika diminum dapat menyebabkan:
 Keracunan logam berat
 Pertumbuhan fetus abnormal, dan bayi-bayi lahir cacat, dapat
tumbuh dengan disfungsi mental dan fisik yang berat, yang pada
akhirnya akan menyebabkan beban berat bagi keluarganya
 Keadaan ekonomi buruk akibat korupsi, manajemen salah, dapat
menyebabkan:
 Pemecatan masal
 Depresi bagi pencari nafkah
 Konflik antar anggota keluarga
 Hubungan emosional tidak sehat dalam keluarga
 Atmosfer kesehatan mental yang tidak sehat
 Sistem pendidikan tak sehat entah karena kebijakan pemerintah,
sistem sekolah, prinsip pendidikan keluarga, dapat menyebabkan:
Pertumbuhan kepribadian yang kaku, pikiran sempit, automatis, cara
berpikir yang tidak kritis, fanatik, gangguan kepribadian tertentu (mis.
dependen, anankastik, paranoid, narsisistik), melihat sudut pandang
kehidupan hanya dari diri sendiri atau nilai sendiri.
Memperhatikan General Systems Theory, terutama pada hubungan antara
sistem-sistem di dunia. Dalam hal ini perlu dibangun hubungan antar
manusia yang adekuat, termasuk perilaku manusia terhadap lingkungan dan
dampaknya terhadap orang lain. Hubungan manusia yang adekuat dilandasi
oleh Empati
EMPATI
 Adalah upaya dan kemampuan untuk mengerti, merasakan dan
meletakkan diri sendiri di tempat orang lain sesuai dengan:
 Identitas: nama, umur, kondisi fisik, status kesehatan, perkawinan, ras,
etnis, orientasi seksual(hetero, bi, homoseksual), tingkat pendidikan,
tradisi, budaya, agama/kepercayaan.
 Perasaan, cara berpikir, harapan, nilai dan perilaku seseorang TANPA
mencampur adukkan nilai-nilai pribadinya atau bereaksi secara
emosional apabila nilai-nilai orang yang diempatinya berbeda dengan
nilai-nilai pribadinya
 Dalam hal ini maka dokter diharapkan dapat memanajemen perbedaan
ilai, sosial, budaya, agama, dll
EMPATI berarti…
 Memiliki sikap tidak menghakimi (non judgemental) dan juga tidak
menyalahkan atau membenarkan.
 Menerima individu seperti apa adanya
 Mengerti nilai-nilai mereka
Dasar dari EMPATI adalah kasih sayang (brotherly love/ukhuwah
insannyyah) tanpa pamrih.
Ilmu Kedokteran memiliki 2 aspek secara bersamaan
 Aspek keilmuan : pendekatan terhadap individu sebagai obyek keilmuan
Contoh: apa yang menyebabkan mereka selalu sakit kepala??  lihat
aspek organik
Bagaimana mekanisme depresi?
 Aspek kemanusiaan : pendekatan individu sebagai manusia seutuhnya
(individu itu unik dan khas). Inilah yang harus didasari dengan EMPATI
Usaha untuk meningkatkan Kesehatan Mental
13
PSIKIATRI
 Adalah bidang ILMU KEDOKTERAN yang berfokus pada pendekatan
komprehensif dalam Ilmu Kedokteran dengan konsep bio-psiko-sosial,
dengan pendekatan eklektik holistik.
1. Pendekatan Komprehensif mencakup:
 Siklus kehidupan manusia
 Otak dan perilaku
 Ilmu-ilmu Psikososial
 Teori-teori Perkembangan & kepribadian: Freud, Jung, Adler,
Horney, Erikson, Piaget, Gestalt Therapy, Existential Psychiatry,
Behavior Therapy, Cognitive Therapy, Terapi keluarga
Teori perkembangan
Sejumlah ide yang koheren, mengandung hipotesis-hipotesis dan
asumsi-asumsi yang dapat diuji kebenarannya, dan berfungsi untuk
menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi perubahan-perubahan
perilaku dan proses mental manusia sepanjang rentang kehidupannya.
Contoh:
Teori Psikoseksual/Psikoanalisa
• Tokoh: Sigmund Freud
• Asumsi:
a) perilaku dan proses mental manusia dimotivasi oleh kekuatankekuatan dan konflik-konflik dr dalam—manusia memiliki sedikit
kesadaran & kontrol atas kekuatan tsb perilaku manusia mjd
lebih rasional-bisa diterima secara sosial
b) libido seksual mengikuti hukum kekekalan energi
Teori Psikososial
• Tokoh: Erik H.Erikson
• Asumsi:
a) perkembangan kepribadian manusia terjadi sepanjang rentang
kehidupan
b) perkembangan kepribadian manusia dipengaruhi oleh interaksi
sosial—hubungan dgn orang lain
c) perkembangan kepribadian manusia ditentukan oleh keberhasilan
atau kegagalan seseorang mengatasi krisis yang terjadi pd setiap
tahapan sepanjang rentang kehidupan.
3. Gangguan mental, psikiatri anak dan remaja, psikiatri geriatri, psikiatri
forensik
4. Terapi psikiatri: Terapi biologik dan Konseling / Psikoterapi
5. Masalah Kesehatan Mental
GANGGUAN JIWA / MENTAL
 adalah sindrom perilaku atau psikologis yang secara klinis bermakna
yang berkaitan dengan distress / penderitaan dan atau
disfungsi /
hendaya, dan bukan hanya respon wajar terhadap kejadian tertentu
atau terbatas pada konflik hubungan antara seseorang dengan
lingkungan
 standar kewajaran  penilaian bergantung lingkungan sekitarnya
Contoh: orang terekat kita meninggal  sedih sampai 1-2 minggu wajar
o Penting!! Gangguan jiwa tidak boleh disebut Gila  stigma negatif dan
menunjukan tidak empati
Psikiatri memiliki dua fungsi
 Sebagai pendekatan medis dasar yang komprehensif: mengerti
manusia dari perspektif biologis – psikologis dan sosial
Secara medis bagaimana?
 Sebagai cabang ilmu kedokteran berfokus pada gangguan mental,
masalah kesehatan mental, dan hubungan antara cabang-cabang
kedokteran lain dengan psikiatri (Consultation Liaison Psychiatry)
Apa efek operasi plastik ini terhadap kondisi mental pasien?
Pendekatan Dasar Psikiatri
1. Pendekatan eklektik, meliputi
 Perkembangan Ilmu kedokteran dasar
 Pengobatan medis klinis  perhatikan interaksi obat-obat yang
diberikan
 Cabang-cabang Humaniora lain (termasuk: psikologi, teologi,
filosofi, sejarah, linguistik, filologi, kesusastraan, kesenian, ilmu
sosial, antropologi.)
2. Pendekatan Holistik: mendekati seseorang secara utuh dan menyeluruh
sebagai seorang manusia dari aspek bio-psiko-sosialnya
Penilaian 5 axis:
2. Pemeriksaan Psikiatri
14
o
o
o
o
o
Axis 1: Lihat kondsi klinis pasien  bagaimana mood, fungsi kogitif,
perilaku, orientasi pasien, ada /tidak fobia, halusinasi
Axis 2 : lihat personality  narsisistik, melankolis, dll. Kenapa dinilai??
 terkait dengan terapi pada axis 1, misal orang melankolis akan
teratur minum obat (tepat waktu)
Axis 3: lihat kondisi pasien, apakah ada penyakit yang menyertai
(mungkin menjadi penyebab axis 1), contoh DM, kanker, dll
Axis 4: ada tidaknya stressor psikososial, misal kekerasan dalam rumah
tangga, kena PHK, dll
Axis 5: penilaian fungsi secara umum dari segi fungsi okuasi, sosial, dan
psikologis. Contoh: jika dia di PHK, bagaimana fungsinya sebagai kepala
keluarga, apakah berpengaruh terhadap interaksi dengan tetangganya
Konsep Holistik
 Seorang individu tidak hanya sekedar kombinasi dari gabungan elemen2
kecil atau organ-organ tubuhnya.
 Seorang individu adalah seorang yang unik, yang keunikannya secara
individual berdasarkan atas aspek biologisnya, ditambah sejarah
pribadinya dan perkembangan psiko-sosialnya ( budaya – tradisi – aspek
keagamaan), yang kemudian mempengaruhi cara berpikir, respons
emosional, perilaku dan persepsi subyektifnya tentang dirinya sendiri
dan dunia.
 Keunikan khas dari seseorang adalah unsur INTENSIONALITAS
(INTENTIONALITY), yang bisa merubah secara radikal perjalanan
hidupnya.
Pendekatan holistik dan komprehensif di kedokteran
Artinya:
 Merawat orang / individu / pasien bukan sebagai obyek atau obyek
medis semata, tetapi sebagai manusia unik secara komprehensif dan
holistic

Dan bukan sekedar bertujuan menurunkan hendaya dan disfungsi
l
TUJUAN UTAMA:
Meningkatkan kesehatan mental dan kualitas hidup.
Apakah perbedaan psikiatri dan psikologi?
-
-
Kalau psikiatri itu landasannya Ilmu Kedokteran Dasar, sedangkan
psikologi berlandaskan ilmu sosial. Oleh karena itu, banyak orang bilang
kalau psikiater bisa memberi obat ke pasien, sedangkan psikolog tidak
bisa.
Pada kondisi tertentu ada kerjasama antara keduanya  ada psikologi
klinik
Perbedaan Komprehensif dan holistik:
Komprehensif itu meliputi ekletik dan holistik. Holistik terkait sistem ain
di luar ilmu kedokteran dasar
- Dokter harus netral  memberikan alternatif2 ke pasien bukan
mengarahkan ke suatu pilihan tertentu
- Sekarang gangguan orientasi seksual tidak dimasukkan sebagai
gangguan jiwa  karena dinilai sebagi preferensi seseorang
Kuliah 3. Penyebab Umum Gangguan jiwa
dr. Nurmiati Amir


Gangguan jiwa disebabkan oleh multifactor. Ini penting diingat, jadi
penyebab gangguan jiwa itu tidak tunggal.
Apa saja faktor2nya?
 Gen tp tidak cukup gen saja yang bsa membuat kita gila
 Ekspresi gen bisa aja kita tdk membawa gen-nya, tapi di
kemudian hari ekspresi gen normal kita berubah karena
suatu hal
 Virus misal saat kehamilan. misalnya pada schizophrenia
 Toxin
 Nutrisi kelaparan pada trimester 1 dan 2 kehamilan
diduga meningkatkan risiko gangguan jiwa pada anaknya
nanti
 Trauma  perdarahan pada persalinan, kurangnya O2
selama persalinan, dll. Contoh umum hipertensi hebat
pada preeklamsia neuron tidak berkembang baik-atrofik
 bayi rentan schizophrenia
15









 Pengalaman/stressor  misalnya gempa yg hebat
Semua faktor ini ternyata bisa mempengaruhi struktur ataupun
fungsi otak apakah menyebabkan atrofi otak, ataukah aliran
darah dan metabolisme zat di otak yang terganggu, atau sinaps
menjadi tidak terbentuk, arsitektur otak tidak normal, atau
translokasi/ migrasi neuron ke tempat yang bukan tempatnya, dll 
gangguan jiwa
Bisa juga menyebabkan perubahan plastisitas dalam berespon
terhadap pengalaman misalnya seorang anak yang terkena abuse
setiap hari sejak kecil/punya pengalaman traumatic, maka akan
mengalami perubahan dlm memberikan respon, bisa dibilang
neuronnya menjadi sangat sensitive saat dia sudah dewasa, kalo
ada stressor lg, akan membangkitkan lg neuron yg sudah terbiasa
dgn stressor itu.
Gangguan jiwa itu bisa mempengaruhi kesadaran, kewaspadaan,
atensi, berbahasa, emosi, memori, dan proses pikir.
Terjadinya gangguan jiwa juga ditentukan oleh interaksi antara
predisposisi genetic dan risiko lingkungannya. Seseorang baru akan
sakit kalo dua-duanya tinggi. Kalau risiko lingkungan kecil/rendah
tapi genetic kita besar, maka mungkin kita tidak sakit.
Stressor psikososial dapat menyebabkan pengaruh/perubahan pada
sistem neuroendokrin
terjadi melalui dua aksis C-PHA
(Cortex-Pituitary-Hipotalamus- Adrenal axis) dan CSMA (Cortex
Simpato Medula-adrenal Axis) kalo stress semuanya jadi aktif.
Jalur yang C-PHA jika diaktifkan maka akan menyebabkan Adrenal
menghasilkan kortisol  kortisol inilah yg dinamakan dengan
hormone stress.
Kalau jalur yang CSMA aktif, maka akan meningkatkan produksi
norepinefrin yg menyebabkan rasa takut/kecemasan.
Stress yang bersifat akut dapat menyebabkan peningkatan pada
Lokus celeus yg ada di belakang otak merangsang peningkatan
medulla adrenal produksi norefinefrin meningkat  fungsi
vegetative (makan, seks) akan turun, kewaspadaan dan keterjagaan
meningkat misal, saat sedang takut tersesat di hutan, kita
cenderung tidak ingin tidur karena cemas.
Gangguan cemas; gejala cemas berlebihan, meliputi:
o Kemasan berlebihan yang berulang
Gejala fisik, misalnya gemetar, otot tegang, berdebardebar, pucat, konsentrasi buruk, sakit kepala, mual
o Tidak bisa tidur, kewaspadaan , mudah kaget
Stress dapat diakibatkan oleh hiperaktivitas aksis HPA
hipotalamus akan mengeluarkan CRH/corticotrophin releasing
hormone hipofisis akan menghasilkan ACTH  menyebabkan
adrenal cortex terangsang  keluar kortisol  kortisol yg tinggi
akan meningkatkan glukosa darah, menekan sistem imun, dan
menyebabkan pemecahan kolesterol meningkat.
Jd kalo kita cemas, aksis HPA kita akan hiperaktif. Dampaknya jika
berlarut2 akan bahaya  kortisol itu bersifat toksik terhadap
kornu anterior hipokampus bisa merusak sel makanya orang
stress bisa jd hipertensi, bingung, dll.
Pada gangguan cemas, neurotransmitter yg berperan adalah
noradrenalin, serotonin, dan dopamine. Bisa dilihat diagram di slide
8.
Ada 3 komponen depresi:
o Afek Sedih, Apatis, Anhedonia/ tidak bs senang, Tak
bertenaga , Tak bersemangat
o Kognitif rendah diri, konsentrasi turun, ragu2,
iritabilitas, rasa bersalah
o Fisik gangguan tidur, gangguan nafsu makan, gangguan
seksual, aktivitas fisik turun, BB berubah, ide bunuh diri
Stress yg menetap  menyebabkan lokus celeus teraktivasi dlm
jangka panjang norefinefrin turun penderita jadi belajar ada
dalam keadaan tidak berdaya anergia, anhedonia, libido turun.
Stress yang kronik akan merubah respon neurobehavioral
kortisol meningkat neurotransmitter turun tak berdaya, tak
ada harapan, apatis, depresi
regio otak utama yang mengalami disfungsi pada depresi antara lain
 Lobus frontal ,amygdale(pusat memori yg emosional),
hippocampus, HPA axis
o







Schizophrenia!!

Gangguan jiwa berat
16









Terdapat waham/kepercayaan yg tidak masuk akal yg tdk sesuai
dgn logika tapi dipertahankan oleh penderita, misal merasa diikuti.
Terdapat juga halusinasi, kekacauan isi pikir, katatonia, dll
Hendaya dalam fungsi sosial dan pekerjaan
Paling sedikit berlangsung satu bulan
Etiologi pasti  belum ditemukan.
Faktor: Genetik & Kejadian prenatal atau perinatal, misalnya toksik,
kelaparan, hipoksia, infeksi virus prenatal, penyalahgunaan zat oleh
ibu hamil, trauma kepala ketika persalinan dll.
Pada skizofrenia, ada abnormalitas pada sturktur otaknya.
Ada beberapa region otak yang terlibat /dpt mengalami kelainan
pada schizophrenia:
 Lobus temporalis, dikaitkan dgn: waham, halusinasi, tidak
dapat mengenal objek/wajah
 Lobus frontal, dikaitkan dgn: penurunan fungsi kognitif, tdk
mampu beratensi, motorik kurang, perilaku berencana
terganggu( misal mandi tapi tidak membilas badan), afek
tumpul(tidak senang, tidak sedih), isolasi sosial(hanya ingin
menyendiri) ,apati, dll.
 Sistem limbic pada skizofrenia jg terkena: Hipokampus,
Amigdale , Talamus , Girus singulat
Terjadi juga pelebaran ventrikel Neuron atrofi, mengecil, tidak
lg panjang dendritnya sehingga seolah2 dasar ventrikel melebar
Neurotransmitter
pada
skizofrenia:
Dopamin,
Serotonin,
Norepinefrin, Asetilkolin , dan Glutamat





Gangguan Mood Bipolar!!



Gangguan Bipolar maksudnya adalah = gabungan antara depresi dan
manik.
Manik artinya: perasaan gembira yg berlebihan, cenderung
hiperaktif, banyak bicara, meluap-luap ditandai dengan aktivitas
fisik yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa, yang
secara keseluruhan tidak sebanding dengan peristiwa positif yang
terjadi.
Penderita gangguan ini lebih banyak dr skizofrenia. Sesuai namanya,
ada dua kutub Kutub manik dan kutub depresi


Ada beberapa jenis bipolar bipolar 1, 2 , unclassified, dan
siklotimia.
Bipolar 1 bentuk penyakit yang paling berat
o Manik atau campuran  paling tidak 1 episode walau tidak
didahului depresi
o Impermen fungsi dan gejala yang jelas
o Biasanya dengan depresi berulang
Bipolar 2
o Hipomania ≥ 4 hari  hipomania adalah bentuk yang lebih
ringan dari episode mania/manic
o Tidak pernah manik atau campuran  pasien mendapatkan
1 atau lebih episode depresi mayor dengan setidaknya 1
episode hipomania, tapi tidak pernah manic full.
o depresi berulang
NOS/ not otherwise specified /unclassified
o Tidak memenuhi kriteria spesifik untuk bipolar I atau II,
o hipomania <4 hari
o Biasanya dengan depresi berulang
o Contoh: pasien dgn episode hipomanik tanpa episode depresi
atupun pasien bipolar akibat kondisi medis.
o Contoh lain: Pasien bipolar akibat obat antidepresan
biasanya mengalami episode mania spontan saat follow up.
Siklotimia lebih ringan, periode manik dan depresi tidak terlalu
berat, berlangsung hanya beberapa hari dan kambuh dalam selang
waktu yang tidak beraturan/ fluctuating mood disturbance.
o Paling tidak sudah mengalami selama ≥ 2 tahun  kronik
o Tidak memenuhi kriteria untuk depresi, manik, atau
campuran episode
o Distimia  jenis depresi tingkat ringan dan biasanya
terjadi pada anak muda
Bisa dilihat bahwa pada orang yg punya gangguan bipolar, jika kita
berikan antagonis asetilkolin, maka akan terjadi episode manik
Hiperaktivitas Motorik, Energik , Tidak Butuh Tidur , dan Percaya
Diri  . Sebaliknya jika kita berikan agonis asetilkolin bisa
memberikan pengaruh berupa depresi Retardasi psikomotor ,
Letargi, Gangguan tidur, dan Learned Helplessness.
obat untuk bipolar= mood stabilizer.
17




sistem dopamine memiliki beberapa jaras: bisa ke tubero
infundibular, substansia nigra (akibatnya bisa menurunkan
kemampuan motorik), mesolimbik, dan mesokortek sehingga
mempengaruhi semua fungsi dari jaras tersebut.
Pada bipolar juga terjadi perubahan pada fungsi otak:
o Aliran darah otak 
o Metabolisme otak 
o Hipofrontalitas
o Hemisfer kiri    Depresi
o Hemisfer kanan    Mania
Symptom negative pada skizofrenia bisa dikatakan serupa dengan
episode depresi pada bipolar karena memang yg terlibat adalah
prefrontal korteks pada symptom negative dapat dilihat
penderita akan apati, afek tumpul, miskin ide dan pembicaraan.
Pada depresi, penderita bipolar akan tidak bertenaga, sedih, dan
mengalami penurunan kognitif dan konsentrasi
Gejala waham dan halusinasi dapat ditemukan di kedua penyakit
baik bipolar maupun skizofrenia akibat gangguan pada sistem
limbic.
Kuliah 4. Stress dan Mekanisme Adaptasi
Dr. Noorhana, SpKJ
Kasus 1 : distress (dengan stressor bad news dari pacar)
Ada masalahnya : ditinggal pacar
Akibatnya : gangguan pada fungsi mata. Setelah diperiksa, tidak ada
kelainan organic. Jadi, Gangguan fungsi mata pada wanita ini terjadi akibat
konversi dari gangguan fungsi mental/kejiwaannya yang tidak mampu
menghadapi stressor
Organ dinyatakan patologis bila ditemukan adanya kelainan atau kerusakan
pada organ itu. Namun tidak demikian halnya dengan yang terjadi pada
jiwa seseorang; seseorang dapat mengalami nyeri kepala, atau muntahmuntah, atau tidak dapat melihat misalnya, tetapi setelah diperiksa secara
lengkap ternyata tidak dijumpai kelainan apapun pada organnya. Secara
anatomis, organnya normal, tetapi secara nyata diketahui bahwa fungsinya
berubah atau menyimpang atau terganggu.
Berubahnya fungsi suatu organ atau deviasi yang tampak pada
perilaku, perasaan dan pikiran seseorang, dapat disebabkan atau dicetuskan
oleh:
-
-
-
faktor organik, seperti akibat contussio, kerusakan sel-sel otak,
ketidakseimbangan hormon, atau terjadinya degenerasi jaringan
Perubahan yang terjadi misalnya adalah perilaku gaduh gelisah pada
pasien delirium akibat tumor otak
factor psikologik, yaitu terjadinya perubahan perilaku, pikran serta
perasaan seseorang sebagai bentuk manifestasi dari konflik
psikologik
Gabungan factor organic dan psikologik, Ini terjadi pada keadaan
dimana terdapat kelainan organik pada seseorang disertai kondisi
kejiwaan yang memungkinkan konflik dapat berkembang
Goncangan pada jiwa dapat berpengaruh pada alat-alat tubuh. Terdapat
beberapa unsure esensial dalam hubungan antara goncangan jiwa dan
gangguan fungsi-fungsi tubuh:
1.
suatu peristiwa yang menggoncangkan emosi dapat mencetuskan
gangguan fungsi atau penyakit tubuh –gangguan fungsi misalnya jadi
tidak bisa tidur, tidak bisa makan, yang akalu terjadi dalam waktu lama
bisa menyebabkan penyakit
2. semua respons emosional biasanya disertai perubahan fisiologik
tertentu (rasa jijik disertai mual, putus asa disertai hilangnya nafsu
makan, rasa takut disertai keringat)
3. respons fisik dapat menjadi berkepanjangan dan jauh melampaui
masa rangsangnya berlangsung, Ini dapat menyebabkan penyakit yang
mengganggu baik jasmani maupun jiwa, yang akibatnya kadang-kadang
gawat;
18
4. sikap, perilaku dan perkataan dokter berperan penting dalam perbaikan
atau memburuknya kondisi pasien---misalnya kalau ada orang yang
bilang benjolan itu harus dicurigai kanker, orang belum tentu percaya,
tapi kalau dokter yang bilang, orang bisa jadi takut dan tertekan
menemukan hukum ilmiah (scientific laws). Hukum ilmiah merupakan
ekspresi matematis dari hubungan antara ketiga faktor tersebut di
atas (struktur, kekuatan dan arah); hal tersebut dapat membantu kita
menjelaskan fenomena-fenomena secara kausalitas, yaitu dapat
menjelaskan dan memprediksi suatu hal dalam hubungan kausalitas.
Untuk menjelaskan hubungan antara goncangan jiwa dengan fungsi tubuh,
dalam psikiatri dikenal suatu pendekatan yang disebut dengan psikodinamik,
yaitu pendekatan yang digunakan untuk memahami apa yang terjadi
secara fungsional pada jiwa seseorang.
Apabila kita membahas suatu peristiwa fisik, kita lalu akan
bertanya:“Apakah penyebabnya?” Dalam membahas peristiwa-peristiwa
biologik, psikologik dan sosial, kita tidak hanya bertanya mengenai
penyebabnya, melainkan juga tentang tujuan dan latar belakangnya (halihwal fisik tersebut biasanya tidak menerangkan tentang makhluk hidup,
sebagaimana hal-hal yang bersifat biologik, terlebih psikologik dan sosial).
Jadi, bila kita berbicara tentang dinamik dan yang kita maksud adalah
fenomena fisik, maka yang dimaksud adalah mengenai struktur, kekuatan
dan arahnya; sedangkan apabila kita membahas mengenai dinamik dalam
biologik, psikologik dan sosial, bila kita bertanya tentang mengapa
fenomena tersebut terjadi, kita akan bertanya bukan hanya apa
penyebabnya, namun juga tujuannya, dengan maksud untuk menjelaskan
dan mencoba melakukan prediksi.
Untuk itu dibuatlah suatu model dari jiwa (mind) yang seolah-olah
mempunyai struktur atau anatomi tertentu, dan mempunyai kekuatan
yang dapat bergerak di dalam dan ke luar struktur itu, untuk mencapai
suatu tujuan tertentu, dengan arah yang tertentu pula. Tentunya yang
terjadi sebenarnya belum tentu atau bisa jadi tidaklah demikian; tetapi,
untuk mempelajari sesuatu secara ilmiah, sering kita memerlukan suatu
model tertentu, agar mudah dibayangkan sehingga lebih mudah
dimengerti. Mungkin hal ini tidak mudah, karena semua bidang dalam ilmu
kedokteran mengacu pada kuantitas (hal-hal yang kongkrit), dan bukannya
kualitas, sebagaimana yang akan dibahas dalam konsep psikodinamik ini.
Dalam mempelajari psikodinamika, hendaknya terlebih dahulu kita
mengetahui hal yang mendasarinya, yaitu konsep tentang dinamik, serta
aplikasi konsep tersebut dalam fenomena psikologik.
Dinamika merupakan suatu konsep ilmiah, yang mempelajari
peristiwa, dengan meninjaunya dari segi:
peristiwa-
kekuatan
struktur atau bentuk
dan arah (direction) dari gerakan
Misalnya, peristiwa beriaknya gelombang laut; gelombang itu mempunyai
bentuk atau struktur, yang bergerak atau berubah ke arah tertentu,
dipacu oleh suatu kekuatan tertentu.
Struktur, arah dan kekuatan-kekuatan ini saling berkaitan
(interrelated) dan masing-masing tergantung (interdependent) satu sama
lain dengan cara tertentu. Dengan mempelajari hal ini, kita dapat
Dengan demikian, bila kita berbicara mengenai psikodinamik, yang akan kita
bahas yaitu mengenai peristiwa-peristiwa psikologik, bukan hanya struktur,
kekuatan dan arahnya, namun juga mengenai pertumbuhan, perkembangan
dan tujuan (purpose). Misalnya, kita mempelajari jantung yang sedang
dalam keadaan palpitasi; tentu kita akan mempelajari anatomi, fisiologi,
kekuatan-kekuatan yang dapat menyebabkan denyut jantung menjadi lebih
cepat, serta bagaimana pertumbuhan, perkembangan serta tujuan atau
maksud dari keadaan palpitasi tersebut. Contoh lainnya, kita melihat
seseorang sedang berlari dan tampak di belakangnya berlari pula seorang
polisi. Tentunya kita akan bertanya, mengapa ia berlari? apa yang
menyebabkannya? karena dikejar polisi atau dapat pula karena sebab lain?
serta, apa maksudnya? misalnya untuk menyelamatkan diri, atau hanya
kebetulan saja mereka berlari secara berurutan.
Psikodinamik
merupakan suatu pendekatan konseptual yang memandang proses-proses
mental sebagai gerakan dan interaksi kuantitas-kuantitas energi psikik
19
yang berlangsung intra-individual (antar bagian-bagian struktur psikik) dan
inter-individual (antar orang).
Berkaitan dengan definisi tersebut, dalam mempelajari
psikodinamika, kita akan mempelajari struktur (yaitu kepribadian),
kekuatan (yaitu dorongan, drive, libido, instincts), gerakan (movement,
action), pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development), serta
tentang maksud dan tujuan fenomena-fenomena psikologik yang ada pada
seseorang.
Dalam mempelajari struktur kepribadian individu, kita akan
mengacu pada suatu model yang dasarnya ialah teori psikoanalisis klasik
Sigmund Freud (seorang pakar yang memperkenalkan dan mengembangkan
psikoanalisis). Walaupun teori ini kini tidak selalu dapat digunakan dalam
menganalisis dan digunakan dalam tatalaksana pasien, namun sebagai dasar,
kita tetap perlu mempelajarinya.
-
-
Ego
 terbentuk karena pertentangan (konflik) antara id dengan
lingkungan yang tidak selalu dapat memenuhi kebutuhannya
 Prinsip yang dianut oleh id yaitu pleasure principle, sedangkan
ego menganut prinsip realitas, bahwa kebutuhan atau dorongan
dapat ditunda sesuai dengan realitas yang ada
Superego
 terbentuk dari hasil absorbsi dan pengambilan nilai-nilai
norma dalam kultur, agama, hal-hal kebaikan yang
ditanamkan oleh orang tua; jadi bukan merupakan diferensiasi
dari id sebagaimana ego
 Superego merupakan wakil orang tua dalam diri anak, yang
mengingatkan akan hal-hal yang baik dan buruk, yang boleh dan
yang tidak
 Terbentuk pada usia antara 3 hingga 5 atau 6 tahun
Dalam mempelajari struktur kepribadian, tidak akan terlepas dan
akan bertumpang tindih dengan pertumbuhan dan perkembangannya, serta
dengan gerakan dari kekuatan (teori libido). Menurut teori ini, libido atau
energi psikis yang mempunyai kekuatan tertentu, bergerak intra-individu
dan inter-individu. Dalam keadaan seimbang, distribusinya sesuai dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu, dan disebut sebagai
keadaan equilibrium atau homeostasis
Ketiga elemen struktur kepribadian tersebut saling berinteraksi, dengan
kandungan energi psikis yang terdistribusi secara merata sesuai tingkat
perkembangan individu. Bila terjadi konflik di antaranya, individu akan
mengalami ketegangan, ketidakpuasan, kecemasan, dan atau gejala-gejala
psikologik lain. Sebaliknya, bila seorang anak tidak pernah mengalami
konflik sama sekali pun (disebut sebagai pemanjaan atau over indulgence),
akan mengalami hal yang sama.
Struktur kepribadian seseorang terdiri atas 3 komponen yaitu id,
ego dan superego.
Menurut Freud, konflik perlu dialami dalam batas tertentu agar seorang
individu belajar menunda keinginan, menyadari realitas sehingga mampu
mengatasi masalah-masalah yang dialami dalam hidupnya nanti. Tetapi,
kalau konflik yang dialami itu berlebihan dan berat derajatnya, maka
perkembangan kepribadian individu tidak akan optimal; perkembangan itu
akan terhambat karena ada sebagian energi psikik yang tertahan pada
suatu fase perkembangan tertentu (disebut sebagai fiksasi), sehingga
energi yang bergerak ke fase berikutnya akan berkurang jumlahnya.
-
Id (naluri, drive, instincts)
 telah ada sejak individu dilahirkan ke dunia ini
 Selain mempunyai struktur (yang bentuknya belum jelas ketika
lahir), id juga mempunyai kekuatan berupa dorongan.
Dorongan ini merupakan dorongan untuk memenuhi kebutuhan
biologis manusia, antara lain instink bernapas, lapar, seks
 Id biasanya mendominasi individu pada usia bayi hingga lebih
kurang satu setengah tahun.
 Dalam perkembangannya, sebagian dari id akan mengalami
diferensiasi menjadi ego.
Bila pada suatu saat, misalnya pada fase selanjutnya atau setelah dewasa
nantinya, individu mengalami suatu tekanan atau stresor psikososial yang
relatif berat untuknya, ia dapat kembali ke fase perkembangan saat fiksasi
itu dialami (disebut sebagai regresi). Cara-cara individu tersebut
20
mengatasi stresor itupun biasanya sesuai dengan tingkat regresi yang
dialaminya. Menurut Freud, psikopatologi akan timbul, bila konflik yang
bermakna dialami oleh individu pada masa lima tahun pertama
kehidupannya. Sulitnya, kita biasanya menjumpai pasien setelah dewasa
sehingga penelusuran penghayatan hal-hal psikologik yang bermakna tidak
mudah dilakukan, karena banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain
daya ingat, mekanisme defensi individu (akan dibahas kemudian), serta halhal nirsadar lainnya.
Teori klasik ini kini telah berkembang dan banyak mengalami modifikasi,
namun sebagai dasar, hingga kini teori ini tetap digunakan sebagai acuan,
agar lebih mudah mempelajari teori-teori baru. Psikodinamika yang kini
digunakan telah banyak berubah berdasarkan kemajuan perkembangan
teorinya, hasil-hasil penelitian serta pengalaman empirik, antara lain dasar
teorinya bukan hanya teori psikoanalisis klasik ini, melainkan juga teori
relasi-objek dan psikologi self.
Psychodynamic psychiatry (psikiatri dengan pendekatan psikodinamik) atau
psikiatri dinamik, telah berusia lebih kurang seabad; istilah dinamik
pertama kali digunakan oleh Leibniz untuk menekankan perbedaannya
dengan yang statis. Dalam abad ini, psikiatri dinamik modern disebutkan
sebagai suatu cabang psikiatri yang menjelaskan fenomena mental sesuai
dengan perkembangan konflik. Namun, dalam dua dekade terakhir ini,
psikiatri dinamik bukan hanya berpegangan pada konflik untuk menjelaskan
fenomena-fenomena mental dan gangguan jiwa.
Kini, psikodinamik didefinisikan sebagai: ‘suatu pendekatan dalam psikiatri,
untuk mendiagnosis dan memberikan terapi, yang dicirikan oleh cara
berpikir baik mengenai pasien maupun klinikusnya, yang didalamnya
termasuk konflik nirsadar, defisit dan distorsi struktur intrapsikik, serta
relasi-obyek internal. Yang penting diingat sekali lagi ialah bahwa
psikodinamik merupakan suatu pendekatan konseptual, yang merupakan
salah satu cara memandang suatu fenomena psikologik, yang amat
bermanfaat dalam menganalisis pasien serta merencanakan tatalaksana
yang komprehensif.
Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu biasanya berusaha sedapat mungkin - untuk memenuhi kebutuhannya, dengan segala
kemampuan fisik dan intelektual yang ada, di lingkungan tempat ia berada.
Hal ini senantiasa menghadapkan individu tersebut dengan masalah, oleh
karena kemampuan fisik dan intelektualnya pada saat tertentu berada
dalam batas tertentu, dan, lingkungannya tidak dengan sendirinya
bekerjasama dengannya, menyediakan hal-hal yang dibutuhkan, bahkan
kadang sebaliknya, justru melawan kebutuhan tersebut. Jadi, dalam upaya
memenuhi kebutuhannya, individu menghadapi kemungkinan bahwa
kebutuhannya tidak dipenuhi, atau tidak terpenuhi dengan memuaskan, atau
dengan kata lain terancam kegagalan.
Dalam upaya pemenuhan kebutuhannya, individu selalu atau senantiasa
melakukan perbuatan dan berperilaku sedemikian rupa demi tercapainya
tujuan tersebut, dan setidaknya menghindarkan atau meminimalkan
kegagalan.Untuk hal tersebut, manusia memiliki kemampuan yang besar,
karena, bila seseorang kurang berhasil mencapai pemuasan kebutuhannya
dalam realitas dan kurang berhasil menghindarkan ancaman kegagalan
dalam realitas, ia dapat “bergeser” (atau menggunakan) ke fantasinya.
Untuk menghadapi masalah tersebut, individu memiliki seperangkat cara
atau metode atau teknik, yang dapat dikerahkan, dan akan digunakan bila
diperkirakan efektif untuk menanggulangi masalah yang sedang dihadapi.
Cara-cara ini disebut mekanisme pertahanan atau defensi.
Mekanisme defensi dapat ditinjau dalam arti luas dan dalam arti sempit.
 Dalam arti luas, yaitu semua cara penanggulangan masalah, baik
yang rasional maupun irasional, yang sadar maupun nirsadar,
yang realistik maupun yang fantastic
 Dalam arti sempit, ialah mekanisme yang dipakai ego untuk
menyingkirkan ansietas dan yang mengandung potensi patogen
(potensi untuk membentuk gejala psikopatologik), yaitu
mekanisme yang berlangsung dengan pemindahan (shift) ke
fantasi dan pengolahan fantasi itu dilakukan dengan berbagai
cara, yang tidak disadari dan tidak rasional; dalam kepustakaan
psikiatri istilah ini lazim dipakai dalam arti sempit.
21
Lalu, apa yang dilakukan oleh individu bila menghadapi masalah? Biasanya
ia akan:
a. Mengadakan perubahan terhadap situasi yang dihadapi, mungkin memang
itu pernah dialaminya dan ia tahu cara mengatasinya; mungkin juga
situasi itu baru sehingga ia harus bereksperiman terlebih dahulu sebelum
menemukan cara yang tuntas
Mekanisme defensi diklasifikasikan dari yang paling imatur atau patologik
hingga yang matur. Beberapa mekanisme defensi yang tergolong matur
(Vaillant), yaitu: (ini definisi dari diktat, kalau yang dalam kurung diakhir
penjelasan itu dari kuliah)
1. Supresi: membuang pikiran-pikiran dan perasaan yang tidak dapat
diterima secara sadar
b. Menghindar dan menjauhkan diri dari situasi yang dihadapi (misalnya,
stressor ujian, lalu individu ini akan tidak masuk)
2. Altruisme: menangguhkan atau menganggap tidak penting kebutuhan atau
minat pribadi dibandingkan dengan orang lain (mencintai tanpa nafsu erotis)
Dari kedua macam cara ini kemungkinannya akan berhasil sehingga ia
merasa aman dan puas, atau bila kurang berhasil tetap ada sisa
ketidakamanan dan ketidakpuasan.
3. Sublimasi: mengganti dorongan-dorongan atau harapan-harapan (secara
nirsadar) yang tidak dapat diterima oleh alam sadar dengan alternatif lain
yang dapat diterima secara social (mengganti dengan sesuatu yang lebih
bermanfaat, contohnya, seseorang yang patah hati, kemudian
melampiaskannya dengan berolahraga)
c. Berusaha dan
ketidakpuasan.
belajar
untuk
hidup
dengan
ketidakamanan
dan
Dalam hal ini, individu menggunakan mekanisme defensi untuk menghadapi
dan mengatasi masalah-masalah kehidupan tersebut. Tidak ada seorang pun
dari kita yang tidak menggunakan mekanisme defensi ini. Semua mekanisme
defensi dilakukan oleh ego melawan tuntutan instinktual dari id (dorongan
untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia seperti instink bernapas, lapar,
seks).
Jadi, bila kita mendapatkan masalah oleh karena stressor tertentu,
akibatnya ekuilibrium terganggu, keadaan ini disebut stress, kemudian kita
akan berusaha menghadapinya dengan penyesuaian baru, apabila berhasil 
adaptasi, kalau tidak  dalam keadaan distress
Stress adalah keadaan nonspesifik yang oleh karena tuntutan tubuh yang
menyebabkan efek pada somatic dan mental. Ada dua macam, eustress dan
distress. Kalau eustress ialah stress yang dapat ditangani, setelah berhasil
akan menyebabkan adanya kepuasan. Kalau distress adalah stress yang
tidak dapat ditangani, menimbulkan feeling bad, tertekan. Stressor adalah
kondisi eksternal yang dapat mempengaruhi individu
4. Humor: kemampuan membuat hal-hal yang lucu untuk diri sendiri atau
pada situasi tempat individu berada, yang merupakan bagian dari jiwa yang
sehat. Contohnya (orang yang jatuh, kemudian menertawakan dirinya
sendiri, tidak melihat dari segi humor)
5. Antisipasi : contohnya seseorang yang akan melakukan ujian, dia akan
mencari tahu bahannya apa, dosen yang akan mengujinya siapa, dosennya
seperti apa akalu menilai, dll..
Beberapa mekanisme defensi yang lain (yang potensial patologik), yaitu :
1. Penyangkalan ( denial )
yaitu menganggap tidak ada sensasi-sensasi nyeri atau antisipasi suatu
peristiwa yang tidak menyenangkan. Mungkin inilah mekanisme yang paling
sederhana. Cara ini lazim digunakan untuk meringankan ansietas. Contohnya
antara lain anak kecil yang “tidak merasa sakit” ketika disuntik, orang
dewasa yang meyakini diri sendiri bahwa perkawinan, atau perceraian, atau
penggantian pekerjaan akan membereskan segala persoalan. (orang yang
sedang bermasalah seperti tidak lulus, ketika ditanya bilang “ itu bukan
masalah”)
22
2. Represi
perasaan-perasaan dan impuls yang nyeri atau tidak dapat diterima
(memalukan, membangkitkan rasa bersalah, membahayakan) didorong ke
luar kesadaran, tidak diingat, “dilupakan”. Ini dapat membentuk gejala
karena materi yang dilupakan itu mencari penyaluran dalam fungsi-fungsi
sistem badaniah tertentu (misalnya dalam sindrom histeria), atau terjadi
“lowongan” dalam pola ingatan. Hal-hal yang direpresikan dapat juga
bermanifestasi dalam ide-ide atau perasaan-perasaan yang dipegang teguh
dan kaku tanpa alasan yang masuk akal. (melupakan masalah)
3. Proyeksi :
kegagalan diri sendiri tapi menyalahkan ke orang lain atau pada “situasi”,
misalnya kalah dalam pertandingan karena wasitnya curang, tidak lulus ujian
karena dosennya sentimen, usaha merosot karena situasi umum. Cara ini
dapat meringankan kecemasan, rasa bersalah dan rasa gagal. Proyeksi
dapat meningkat sampai taraf ekstrim yang disertai penyimpangan persepsi
lingkungan, yaitu berupa waham kejaran dan halusinasi.
4. Introyeksi :
arti harafiahnya yaitu “memasukkan ke dalam diri”. Individu dapat
menyingkirkan ketakutan terhadap seseorang dan impuls-impuls
permusuhan terhadapnya dengan cara mengambil-alih (memasukkan ke
dalam diri) sifat-sifat orang tersebut. Hal ini dapat menjadi gejala
psikopatologik bila ia kemudian merasa “terancam dari dalam” yang
menjelma dalam kecenderungan untuk “menghukum diri” dan perasaan
bersalah irasional yang tidak dapat dikuasai. (orang yang melakukan
introyeksi bilang “kegagalah/masalah yang terjadi ini semua akibat saya”
padahal bukan sepenuhnya salah dia dalam realitanya)
5. Pembentukan reaksi (reaction formation)
mekanisme ini mempunyai hubungan dengan represi sebagai jalan untuk
mengolah atau menyalurkan materi yang direpresi. Terhadap impuls-impuls
dalam dirinya yang dirasakannya sebagai ancaman, individu menyusun sikap
reaktif terhadapnya; dengan demikian ia akan merasa aman dan percaya
bahwa impuls-impuls tersebut tidak ada. Namun, sikap reaktif ini sering
bersifat kaku dan seperti berlebihan, dan dapat membentuk gejala obsesi
dan kompulsi. Contohnya, seseorang yang merasa terancam misalnya oleh
impuls agresif atau seksual yang tercela (dari dalam dirinya), dapat
menjadi seorang dengan fanatisme religius yang kaku dan menentang segala
bentuk kesenangan bagi dirinya sendiri. (misalnya seorang bawahan yang
kesel banget sama bosnya, tapi dia malah bersikap sangat manis, jadi yang
dilakukan betentangan dengan apa yang dirasakan)
6. Peniadaan (undoing)
Mekanisme ini biasanya berkaitan Terdiri atas perbuatan-perbuatan
ritualistik yang mempunyai arti simbolik untuk meniadakan, menghapus,
melupakan suatu kejadian, pemikiran atau impuls. Individu tidak mengetahui
(tidak menyadari) hal yang “ditiadakan” olehnya; ia hanya mengalami suatu
dorongan yang kuat untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, yang
biasanya berulang kali.Contoh, seseorang kadang-kadang berkumur untuk
“menghapus” perkataan yang baru dikatakannya namun disesalkan karena
terdengar memalukan.
7. Isolasi :
Mekanisme ini memisahkan ingatan tentang peristiwa traumatik (peristiwa
yang membangkitkan ansietas) dari penghayatan emosinya. Pasien dapat
mengingat dan menceritakan peristiwa asalnya, tanpa menghayati emosi
yang berkaitan dengan peristiwa itu; emosi itu disalurkan pada obyek-obyek
lain yang tampaknya tidak relevan. (seseorang yang ingat kejadian
menyakitkan, namun dari luar terlihatnya kejadian itu tidak berpengaruh
apa-apa pada dirinya)
8. Penghalangan ( blocking ) :
Digunakan bila seseorang tidak dapat mengatasi emosinya dengan
penyangkalan dan represi; dengan demikian suatu fungsinya dihentikan,
dihadang. Mekanisme ini praktis selalu bersifat patologik; misalnya
frigiditas sebagai mekanisme defensi terhadap hal-ihwal seksual, pasivitas
yang ekstrim pada orang yang sebenarnya sangat hostil (bermusuhan) atau
sangat takut. Emosi yang “dihadang” demikian dapat disalurkan terhadap
obyek atau situasi lain yang tampaknya tak bersangkut paut.()
23
9. Regresi :
Mundur kembali pada jenis adaptasi yang lebih dini. Digunakan dalam usaha
untuk mengatasi atau menyesuaikan diri dengan situasi yang amat sukar
atau situasi buntu. Tingkat regresi memainkan peran penting dalam
penentuan sifat reaksi, apakah neurotik atau psikotik, yang dipertunjukkan
seseorang bila situasinya tidak dapat dihadapi secara konstruktif.
10. Displacement => contohnya kasus sinta
11. intelektualisasi
12. rasionalisasi
baik intelektualisasi maupun rasionalisasi keduanya adalah menyelesaikan
masalah hanya dengan kemampuan kognitif, tidak pakai perasaan
13. somatisasi ; sedih  muncul keluhan fisik
mechanisme coping  cara seseorang untuk menyelesaikan masalah
ujian  mek.copingnya : belajar
ujian  belajar  hasilnya bisa dua  lulus
tidak lulus  pakai mekanisme defense
Kenapa pada saat panik, ada orang yang buang-buang air, ada yang banyak
BAK  tergantung bagian tubuh mana yang paling lemah di orang itu
Kuliah 6. Analisis Cairan Otak
dr. Diana Aulia SpPK
Analisis cairan serebrospinal (CSS/CSF) = tes sampel CSF. CSF adalah
cairan jernih yang melindungi, melubrikasi, memberi nutrisi, dan
menyingkirkan sisa metabolisme sistem saraf pusat; serta mengandung
berbagai zat seperti glukosa, protein, leukosit --> kandungannya seperti
plasma dengan kuantitas yang berbeda.
CSF:
-
Melindungi otak dan medula
Diproduksi terutama mell.mek. sekresi selektif o/pleksus
khoroidalis, bukan ultrafiltrat
o Na, Cl, Mg > plasma
o Ca, K < plasma
Mengalir antara arachnoidea dan pia mater
Produksi: lihat diagram di slide
Volume N (1) dewasa 90-150 mL; (2) neonatus 10-60 mL --> sekitar
20 mL didaur dengan reabsorpsi o/villi arachnoidales
Ion dalam CSF = transpor aktif/difusi
Obat lipofilik (alkohol, anestesi) = tergantung kelarutannya dalam
lemak
Glukosa, urea, protein, kreatinin < darah
# Glukosa 60-70% dari plasma (50-80 mg/dL), protein <1% dari
plasma
# Protein ada nilai normal sendiri (tubuh 6000-7400 mg/dL, CSF
15-45 mg/dL --> periksa dengan mikroprotein)
Pungsi CSF: dilakukan secara aseptik
• L3-4 (dewasa)
•
L4-5 (anak)
• sisterna
• servikal
• ventrikular
Tekanan CSF: dewasa kira-kira 50-180 mmHg di posisi tidur miring, anak
kira-kira 10-100 mmHg
Indikasi analisis CSF:
Infeksi: meningitis, encephalitis, abses otak, sifilis
Perdarahan: perdarahan subarachnoid atau intraserebral
Degeneratif: multiple sclerosis, Alzheimer
Guillain-Barre syndrome: acute febrile polyneuritis
Tumor otak & leukemia: leukemia akut, limfoma
Forensik: obat-obatan (heroin), racun, overdosis aksidental/bunuh
diri
Terapi:
 Kemoterapi untuk leukemia & limfoma
24
Anestesi, media kontras radiografi --> amfoterisin untuk
meningitis jamur
Kontraindikasi analisis CSF:
Septisemia
Infeksi sistemik
Infeksi lokal tempat pungsi
Komplikasi analisis CSF:
Infeksi sistemik/lokal
Hernia tentorium #
Kelumpuhan/kematian
Perdarahan subdural/ekstradural
Sakit kepala --> kebocoran CSF
# Bila tekanan CSF tinggi, tidak boleh ambil CSF karena dapat
mengakibatkan hernia tentorium
Koleksi spesimen dilakukan dengan bantuan jarum pungsi dan pengukur
tekanan intrakranial, serta 3 tabung steril (yang akan digunakan masingmasing untuk memeriksa makroskopik//kimia/imunoserologi, mikrobiologi,
dan hitung-morfologi sel --> dengan antikoagulan). Ukur <30 menit-1 jam
karena lebih lama dari itu dapat terjadi lisis sel dan kontaminasi laktat.

Rekomendasi pemeriksaan dan parameternya:
Routine
Macroscopic
Microscopic:
*Total cell count
*Differential cell count (stained smear) & cytologic
Glucose ( CSF / plasma ratio )
Protein
Useful in certain circumstances
Culture (bacteria, fungi, M. tuberculosis, viruses)
Gram’s stain, acid-fast stain
Fungal and bacterial antigens
VDRL test for syphillis
Hematology
Macroscopic
Nonne, Pandy
Microscopic
Cell count (WBC)
Differential WBC count (PMN & MN)
Cryptococcus (Indian Ink)
Blood Chemistry
Protein fluid
Electrolyte Cl fluid
Glucosa : fluid
Glucosa : serum
Bacteriology
Gram
BTA
Imunologi
VDRL
Cryptococcus Ag
CSF normal:
Jernih, tidak berwarna, seperti air biasa
Tidak ada bekuan/endapan
Hitung leukosit

Dewasa: 0 – 5 cells / uL

Neonatus: 0 – 30 cells / uL
Protein: 15 – 45 mg / dL (< 1 % plasma)
Glucose: 50 – 80 mg / dL (< 60% plasma)
Warna: jernih, kalau kemerahan bedakan antara tap lesion atau
perdarahan (tap lesion: darah makin menghilang), kalau
kekuningan/xantokrom kebanyakan karena bilirubin (dari lisis
eritrosit perdarahan atau hiperbilirubinemia)
Kekeruhan: bandingkan dengan akuades, keruh sedikit/pleositosis
mungkin karena meningitis TBC, ensefalitis sifilis, poliomielitis.
Keruh banyak mungkin karena meningitis purulenta
Sedimen: negatif
Bekuan:
negatif,
kalau
ada
mungkin
dari
darah/TBC
(kecil)/meningitis purulenta (besar)/sindrom Froin (masal)
Hitung sel: pleositosis ringan atau >500 mL
Adults
62 ± 34% lymphocytes
36 ± 20% monocytes & mesothelial cells
Neonates
20 ± 18% lymphocytes
72 ± 22% monocytes/mesothelial cells
25
Pemeriksaan kimia CSF: detailnya bisa dihafalkan dari slide, namun yang
perlu diperhatikan adalah kadar protein yang meningkat pada keadaan
abnormalitas akibat peningkatan permeabilitas sawar darah otak (LIHAT
tes Nonne dan Pandy). Ingat juga perhitungan rasio fraksi Ig plasma/CSF
tidak lagi dipakai sebagai indikator karena sulit dilakukan.
Untuk membedakan CSF/cairan hidung/telinga: lihat Tautransferin yang hanya dimiliki CSF. Glukosa CSF pada keadaan infeksi
bakteri (dan jamur) akan berkurang, demikian halnya dengan Cl - karena
dikonsumsi oleh bakteri.
Pemeriksaan serologi/mikrobiologi CSF: untuk menentukan etiologi
spesifik.
Pemeriksaan resiko kardiovaskular: detailnya bisa dihafalkan dari slide,
namun yang perlu diperhatikan adalah hsCRP yang dapat digunakan sebagai
penanda resiko dan FABP yang sekarang dikembangkan untuk dapat
digunakan untuk mendeteksi serangan jantung/stroke dini (spesifik
jantung/otak).
Kuliah 8. Psikopatologi dan Simtomatologi
Dr. Martina Wiwie S Nasrun
 Ketika berhubungan dengan psikiatri, kita harus memperhatikan sign
and symptoms.
o Sign: sesuatu yang objektif, yang kita (sebagai dokter) dapatkan
melalui  observasi, analisis, konfirmasi, dan eksplorasi (
allo/anamnesis, wawancara psikiatri, penilaian psikometrik). Misalnya:
agitasi
o Symptoms: subjektif, bedasarkan keluhan pasien ( keluhan utama,
penyerta, riwayat psikiatri, riwayat keluarga). Misalnya: pasien
depresi
KAMUS SIGN AND SYMPTOMS
Karena glossary ini banyak sekali dan semuanya seperti di slide, maka
sipend memutuskan untuk memberikan contoh dari kuliah atau dari
literatur lain yang memudahkan teman-teman mempelajari kondisi sign &
symptoms ini. Jadi sipend tidak mentranslate kuliah, harap membaca slide.
 Abstract thinking: gangguan dalam pembentukan konsep. Pasien sulit
membedakan sesuatu, misalnya apel dengan pir. Misalnya juga pada
orang autisme atau skizofrenia kalau disapa “Hai bos,selamat pagi” 
mereka bisa marah, karena mereka tidak merasa “bos”, tapi dipanggil
“bos”. Mereka berpikir secara concrete thinking, tidak bisa dengan
simbol. Bila diberi peribahasa yang sederhana, mereka tidak dapat
mengartikan dengan tepat. Pasien dapat mengartikan dengan sangat
concrete (tidak mengerti persimbolan), atau sangat abstrak.
 Abulia: ↓ kemampuan bertindak dan berpikir dan mengetahui akibat
dari suatu tindakan.
Contoh: pasien skizofrenia mengalami penurunan motivasi dan gangguan
untuk mewujudkan dari motivasi menjadi tindakan nyata. Pada akhir
hidupnya, pasien dapat hanya berserah menunggu kematiannya (tidak
ada motivasi hidup). Seorang kecanduan lem, bensin, toluene, merokok
ganja berat, dll, juga dapat mengalami abulia, disebut sindrom
amotivasional.
 Afek  keadaan perasaan sekarang. Mood terjadi dalam jangka waktu
lebih lama. Ibaratnya mood itu ‘musim hujan’, afek itu ‘keadaan cuaca,
panas/hujan/berawan’. Afek dapat diklasifikasikan:
o Restricted
o Blunted
o Flattened: emosi datar-datar saja. Apapun kejadiannya, baik senang
atau sedih, ekspresinya datar saja.
o Broad
o Labile
o Appropriate: ekspresi yang sesuai dengan idenya, pikiran, dan
perkataan. Misalnya: orang senang, mukanya juga berseri-seri  afek
appropriate
o Inappropriate: kebalikan appropriate, mis: kalau lagi cerita sedih, dia
malah senyum-senyum. Tapi ada juga beberapa daerah yang memang
budayanya senyum-senyum, tenang seperti itu. Ada juga orang yang
cerita biasa tapi cara ngomongnya seperti marah-marah. Yang
seperti itu bukan karena afek tidak sesuai, tapi memang kebudayaan.

26
 Elation: perasaan ceria, senang, optimis, dan puas diri; sering ditemukan
pada orang manik  patologik. Mirip dengan elevated mood, namun
elevated mood hanya perasaan percaya diri dan lebih ceria dari normal,
tapi belum tentu patologis.
 Mood swings: perasaan bergantian antara elasi dan depresi.
 Agression: penuh gejolak, goal directed action secara verbal dan fisik.
Tampak seperti orang yang marah-marah dan ada tindakan fisik yang
dilakukan. Bedanya dengan agitasi cemas dengan motor restlessness;
misal pada orang cemas, jalan terus mondar-mandir tidak bisa berhenti.
 Agorafobia: takut tempat terbuka atau tempat asing. Bisa mengalami
panic attack; kalau sudah panic attack merupakan kasus emergensi
psikiatri. Biasanya dapat disembuhkan.
 Ambivalen: mengalami 2 perasaan/ impuls yang berlawanan, pada saat
bersamaan. Misalnya ada pasien skizo, dia takut ketinggian, tapi jika dia
berada di ketinggian, rasanya ia ingin terjun, tanpa bisa ia kendalikan.
 Anorexia: penurunan atau hilangnya nafsu makan. Pada a.nervosa, nafsu
bisa masih ada tapi pasien menolak makan. Biasanya pada artis-artis
yang ingin kurus, takut dicemooh publik kalau gendut. Kalau bulimia:
pasien terlihat makan banyak, enak-enak, tapi habis makan dimuntahkan
lagi.
 Autis: pemikiran diri sendiri yang egosentris dan narsistik, tidak sesuai
realita, dan subjektif, tidak dapat berpikir objektif. Dia senang dengan
keadaan hidupnya. Biasanya pasien yang diterapi suka marah-marah,
karena terapi mengganggu kesenangan pikiran autistiknya.
 Coprolalia: pasien suka mengeluarkan kata-kata kotor dan porno. Terjadi
pada sindrom Tourette: dibagi menjadi thick motoric dan thick vocalic
( coprolalia). Contoh: anak SD tiba-tiba pas lagi di kelas teriak-teriak
pas ujian. Sekolah dapat salah menilai anak itu cari perhatian, padahal
dia coprolalia.
 Delirium: penurunan kesadaran dan emosi. Biasanya didasari gangguan
lain. Dapat dikategorikan emergensi psikiatri karena saat delirium
terjadi gejala-gejala yang bisa membahayakan diri.
 Coprofagia: pasien memakan feses atau sesuatu yang kotor. Sering juga
ditemukan sedang mengais-ais sampah. Biasanya terjadi pada penderita
skizofrenia hebrefenik.
 Delusi/ waham:kepercayaan yang salah bedasarkan kenyataan, yang
dengan teguh tetap dipegang meskipun sudah terbukti fakta-fakta yang




bertentangan dan masyarakat lain tidak memegang nilai dan kepercayaan
itu.
Bedanya dengan bizzare: benar-benar aneh yang tidak mungkin terjadi.
Misalnya, waham: saya kemarin ditelepon SBY diminta menjadi menteri
keuangan. Bizzare: pacar saya dari dasar laut kemarin datang membawa
ubur-ubur emas.
 Pada bizzare, benar-benar tidak masuk akal. Waham lebih masuk
akal (ada kemungkinan terjadi) dan biasanya tertata dengan baik
(seperti ada skenario yang jelas).
Dementia: penurunan fungsi intelektual secara umum, tanpa gangguan
kesadaran; ditandai dengan kegagalan memori, kesulitan menghitung,
perubahan mood, gangguan penilaian dan abstraksi, penurunan
kemampuan berbahasa, gangguan orientasi, dll. Dementia sering terjadi
pada orang dengan retardasi mental.
 Dementia jarang terjadi pada anak. Contoh: anak 13 tahun, tumbuh
kembang baik, mengalami ensefalitis. Kondisi mentalnya regresi
menjadi seperti anak 5 tahun. Anak itu percuma diobati kalau
sedang dalam masa regresi. Tunggu dulu sampai masa regresinya
diselesaikan (anak kemunduran mental), baru diobati kemunduran
mentalnya.
 Dementia pada anak tidak lazim karena jika terjadi pada anak,
dementia biasa menggunakan termin ‘retardasi mental’.
Depersonalisasi: sensasi di mana tidak dapat mengenali dirinya sendiri,
bagian dari dirinya sendiri, atau lingkungannya. Contoh: seorang anak A
memukul temannya, B. Ketika temannya marah, anak A ‘bukan saya kok
yang mukul’. B: ‘tapi itu tangan kamu’. A: ‘bukan, itu bukan tangan saya,
bukan saya yang pukul’. Anak A (penderita) benar-benar tidak dapat
menyadari, bukan dibuat-buat.
Derealisasi: perubahan terjadinya perubahan terhadap keadaan
sekitarnya. Misalnya: ada banyak orang warna warni, tapi dia melihatnya
kaya kumpulan orang berbaju gelap (ingat: tanpa adanya kelainan visual
berhubungan), atau suami merasa istrinya bukan istrinya lagi, tapi
mahkluk dari planet mars.
Mourning. Biasanya batasan masa berduka yang termasuk kelainan
(mourning) jika masih sedih dan tidak menerima kematian/ kehilangan
seseorang > 100 hari.
27
 Disosiasi: gejalanya seperti kesurupan (bedakan dengan kesurupan
arwah, atau heatstroke/ amok )
 Echolalia: suka mengulang-ulang kata yang sama. Sering dijumpai pada
skizofrenia katatonia atau autisme verbal. Pada anak usia 2 tahun juga
suka mengulang-ulang kata, tapi tidak terus-menerus seperti echolalia.
 Encophresis: tidak dapa mengontrol BAB; enuresis: tidak dapat
mengontrol BAK  abnormal bila terjadi > 5 tahun.
 Halusinasi dan ilusi.
 Ilusi benar-benar ada objek pencetusnya, namun yang dilihat,
dirasakan, ditangkap penderita berbeda. Misalnya: ada orang sedang
ngobrol berdua, tapi penderita, A, yang mendengar obrolan mereka
merasa bahwa dua orang itu sedang membicarakan A.
 Halusinasi: tidak ada faktor pencetus. Misalnya: penderita merasa
tetangga sebelah bergosip tentang dia. Kata penderita ‘saya
mendengar mereka bergosip tentang saya dari kamar tidur’. Padahal
tetangganya tidak berbicara apapun.
 Hebrefenik: biasanya sering pada skizofrenik, pikirannya kacau.
Tampilannya sering kotor, baju tidak beres, bau, dll.
 Hipokondria: selalu merasa dirinya penyakitan. Dia tidak akan berhenti
mencari pengobatan sampai ada dokter yang mendiagnosis dia ‘sakit’ (
doctor shopping). Terkadang pasien ini sampai harus dioperasi supaya
pasien merasa tenang.
 Insight: penilaian sadar tentang kondisi dirinya.
 Pasien psikotik datang ke psikiater, dia mengerti alasan dia mengapa
dia ke psikiater supaya gangguannya sembuh  insight +/ baik
 Pasien tidak tahu alasan dia datang ke psikiater atau masuk RSJ.
Dia merasa keluarganyalah yang mestinya masuk RSJ  insight -/
buruk
 Liliputia: semua benda/ mahkluk jadi terlihat kecil bagi pasien. Bisa juga
merupakan ilusi.
 Loosening of associations: schizophrenic thinking atau gangguan bicara.
Penderita berbicara pindah-pindah topik, tapi tidak jelas tiap topiknya.
Beda dengan flight of ideas, penderita pindah-pindah topik tapi jelas
yang poin-poinnya dan dapat berhubungan.
 Melancholia: severe depressive state  biasa terjadi pada orang tua.
MENTAL
 Pembagian derajat keparahan
o Mild: bisa sekolah sampai 2-3 SMP
o Moderate: bisa sekolah sampai 1-2 SD
o Severe: bahkan tidak bisa bicara
o Profound: hanya tergeletak saja
 Mutisme: tidak dapat berbicara oleh sebab organik (contoh: abses) atau
fungsional. Pada orang mutisme dapat terlihat tanda-tanda dia melihat
halusinasi, hanya saja tidak bersuara.
 Bedanya dengan stupor: penurunan kesadaran dan reaktivitas
terhadap rangsangan ATAU sinonim dengan mutisme  tidak harus
terjadi gangguan kesadaran (contoh pada stupor katatonik, pasien
sadar dengan keadaan sekitarnya).
 Beda obsesi dan OCD (obsesif kompulsif)  obsesi hanya di pikiran,
OCD dilakukan akan yang dipikirkan. Contoh: obsesi  kuatir mobil
belum dikunci, kepikiran terus menerus; OCD  kuatir mobil belum
dikunci, bolak-balik mengecek mobil terus.
 Bedakan skizofrenia paranoid dengan gangguan paranoid.
 Skizo paranoid  terlihat sangat aneh wahamnya
 Gangguan paranoid/ gangguan waham  cerita penderita bisa sangat
meyakinkan dan tertata rapi. Misalnya: saya sudah punya dua anak
dari Guruh Sukarno Putra, tapi sekarang tidak bawa karena sedang
dititipi mbak Mega.
Kuliah 9. Gambaran dan Gejala Klinis Gangguan Jiwa
Suryo Dharmono

TOPIK BAHASAN
0. Pengertian Umum
1. Kesadaran & Fungsi Kognitif
2. Perilaku Motorik
3. Suasana Perasaan ( Mood & Affect )
4. Proses Pikir
5. Persepsi
6. Pembicaraan
7. RTA , Insight & Judgment
28

PENGERTIAN UMUM
1. Tanda klinis gangguan jiwa, adalah fenomena psikopatologi yang
secara obyektif dapat diamati
2. Gejala klinis gangguan jiwa, adalah fenomena psikopatologi yang
muncul dari keluhan pasien dan bersifat subyektif
3. Sindroma klinis gangguan jiwa, adalah kumpulan tanda dan gejala
klinis gangguan jiwa.
 KESADARAN & F/ KOGNITIF
Kesadaran atau sensorium adalah suatu kondisi kesigapan mental individu
dalam menanggapi rangsang dari luar maupun dari dalam. Gangguan
kesadaran seringkali merupakan pertanda kerusakan organik pada otak.
Terdapat berbagai tingkatan kesadaran, yaitu:
1. Kompos mentis: adalah suatu derajat optimal dari kesigapan mental
individu dalam menanggapi rangsang dari luar maupun dari dalam dirinya.
Individu mampu memahami apa yang terjadi pada diri dan lingkungannya
serta bereaksi secara memadai.
2. Apatia: adalah suatu derajat penurunan kesadaran, yakni individu
berespons lambat terhadap stimulus dari luar. Orang dengan kesadaran
apatis tampak tak acuh terhadap situasi disekitarnya.
3. Somnolensi: adalah suatu keadaan kesadaran menurun yang cenderung
tidur. Orang dengan kesadaran somnolen tampak selalu mengantuk dan
bereaksi lambat terhadap stimulus dari luar.
4. Sopor: adalah derajat penurunan kesadaran berat. Orang dengan
kesadaran sopor nyaris tidak berespons terhadap stimulus dari luar, atau
hanya memberikan respons minimal terhadap perangsangan kuat.
5. Koma: adalah derajat kesadaran paling berat. Individu dalam keadaan
koma tidak dapat bereaksi terhadap rangsang dari luar, meskipun sekuat
apapun perangsangan diberikan padanya.
6. Kesadaran berkabut: suatu perubahan kualitas kesadaran yakni individu
tidak mampu berpikir jernih dan berespons secara memadai terhadap
situasi di sekitarnya. Seringkali individu tampak bingung, sulit
memusatkan perhatian dan mengalmi disorientasi.
7. Delirium: suatu perubahan kualitas kesadaran yang disertai gangguan
fungsi kognitif yang luas. Perilaku orang yang dalam keadaan delirium
dapat sangat berfluktuasi, yaitu suatu saat terlihat gaduh gelisah lain
waktu nampak apatis. Keadaan delirium sering disertai gangguan persepsi
berupa halusinasi atau ilusi. Biasanya orang dengan delirium akan sulit
untuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian ( 3 P
terganggu)
8. Kesadaran seperti mimpi (Dream like state): adalah gangguan kualitas
kesadaran yang terjadi pada serangan epilepsi psikomotor. Individu
dalam keadaan ini tidak menyadari apa yang dilakukannya meskipun
tampak seperti melakukan aktivitas normal. Perlu dibedakan dengan tidur
berjalan (sleep walking) yang akan tersadar bila diberikan perangsangan
(dibangunkan), sementara pada dream like state penderita tidak bereaksi
terhadap perangsangan.
9. Twilight state: keadaan perubahan kualitas kesadaran yang disertai
halusinasi. Seringkali terjadi pada gangguan kesadaran oleh sebab
gangguan otak organik. Penderita seperti berada dalam keadaan separuh
sadar, respons terhadap lingkungan terbatas, perilakunya impulsif,
emosinya labil dan tak terduga.

FUNGSI KOGNITIF
Adalah kemampuan untuk mengenal/mengetahui mengenai benda atau
keadaan atau situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran
dan kapasitas intelejensi seseorang. Termasuk dalam fungsi kognisi
adalah; memori/daya ingat, konsentrasi/perhatian, orientasi,
kemampuan berbahasa, berhitung, visuospatial, fungsi eksekutif,
abstraksi dan taraf intelejensi.
1. Orientasi ( orang, tempat, waktu )
2. Atensi ( distractibility, hypervigilance )
3. Memori (amnesia,paramnesia,hypermnesia)
4. Intelejensi
5. Berbahasa & Berhitung ( afasia, akalkulia )
6. Gnosis ( agnosis, astereognosis )
7. Fungsi Eksekutif
8. Fungsi kognitif dapat di evaluasi dengan alat :Mini Mental State
Evaluation
 GANGGUAN MEMORI
Memori/daya ingat adalah proses penngelolaan informasi, meliputi
perekaman penyimpanan dan pemanggilan kembali. Terdapat beberapa jenis
gangguan memori/daya ingat, yaitu:
29
1. Amnesia: adalah ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau seluruh
pengalaman masa lalu. Amnesia dapat disebabkan oleh gangguan organik
di otak, misalnya; pada kontusio serebri. Namun dapat juga disebabkan
faktor psikologik misalnya pada gangguan stres pasca trauma individu
dapat kehilangan memori dari peristiwa yang sangat traumatis.
Berdasarkan waktu kejadian, amnesia dibedakan menjadi:
a. Amnesia anterograd, yaitu apabila hilangnya memori terhadap
pengalaman/informasi setelah titik waktu kejadian. Misalnya; seorang
pengendara motor yang mengalami kecelakaan, tidak mampu mengingat
peristiwa peristiwa yang terjadi setelah kecelakaan.
b. Amnesia
retrograd,
yaitu
hilangnya
memori
terhadap
pengalaman/informasi sebelum titik waktu kejadian. Misalnya, seorang
gadis yang terjatuh dari atap dan mengalami trauma kepala, tidak
mampu mengingat berbagai peristiwa yang terjadi sebelum kecelakaan
tersebut.
2. Paramnesia: Sering disebut sebagai ingatan palsu, yakni terjadinya
distorsi ingatan dari informasi/pengalaman yang sesungguhnya. Dapat
disebabkan oleh faktor organik di otak misalnya pada demensia. Namun
dapat juga disebabkan oleh faktor psikologik misalnya pada gangguan
disosiasi. Beberapa jenis paramnesia, antara lain:
a. Konfabulasi: adalah ingatan palsu yang muncul untuk mengisi kekosongan
memori. Biasa terjadi pada orang dengan demensia.
b. Deja Vu: adalah suatu ingatan palsu terhadap pengalaman baru. Individu
merasa sangat mengenali suatu situasi baru yang sesungguhnya belum
pernah dikenalnya.
c. Jamais Vu: adalah kebalikan dari Deja Vu, yaitu merasa asing terhadap
situasi yang justru pernah dialaminya.
d. Hiperamnesia: adalah ingatan yang mendalam dan berlebihan terhadap
suatu pengalaman
e. Screen memory: adalah secara sadar menutupi ingatan akan pengalaman
yang menyakitkan atau traumatis dengan ingatan yang lebih dapat
ditoleransi
f. Letologika: adalah ketidakmampuan yang bersifat sementara dalam
menemukan kata kata yang
tepat
untuk
mendeskripsikan
pengalamannya. Lazim terjadi pada proses penuaan atau pada stadium
awal dari demensi.
Berdasarkan rentang waktu individu kehilangan daya ingatnya, dibedakan
menjadi:
1. Memori segera (immidiate memory): adalah kemampuan mengingat
peristiwa yang baru saja terjadi, yakni rentang waktu beberapa detik
sampai beberapa menit
2. Memori
baru
(recent
memory):
adalah
ingatan
terhadap
pengalaman/informasi yang terjadi dalam beberapa hari terakhir
3. Memori jangka menengah (recent past memory): adalah ingatan terhadap
peristiwa yang terjadi selama beberapa bulan yang lalu.
4. Memori jangka panjang: adalah ingatan terhadap peristiwa yang sudah
lama terjadi (bertahun tahun yang lalu)


PERILAKU MOTORIK
1. Echopraxia : meniru gerakan
2. Katatonia : kekacauan psikomotor pada skizofrenia tipe katatonik
( eq : catatonic excitement, stupor, catalepsy, flexibilitas cerea )
3. Stereotipi : gerakan berulang dgn pola yang sama
4. Manerisme: Ingrained, habitual involuntary movement
5. Mutisme
: membisu
6. Akatisia : perasaan subyektif akan ketegangan otot-otot yang
mengakibatkan penderita menjadi bergerak-gerak gelisah, biasanya
karena efek samping obat antipsikotik.
7. Kompulsi : gerakan berulang yg bersifat impulsif
Perasaan (mood & afek)
1. Mood = suasana perasaan
a. Emosi yang bersifat pervasif dan bertahan lama, mewarnai
persepsi seseorang terhadap kehidupan.
2. Deskripsi mood
a. Euthym : normal
b. Hypothym
: murung-putus asa-depresif
c. Hyperthym
: elasi-ekspansif-euforik-manik
d. Empty : kosong-hambar
e. Irritable
: mudah tersinggung
f. Alexithymia
: sulit mengungkapkan perasaan
3. Afek :
a. Ekspresi emosi sesaat, dapat diamati dari ekspresi wajah,
gerak tubuh, irama suara.
30
b. Deskripsi Afek :
i. serasi / tidak serasi
ii. luas  terbatas  tumpul  datar
iii. labil/tegang/cemas
c. macam” afek
i. Afek luas: adalah afek pada rentang normal, yaitu
ekspresi emosi yang luas dengan sejumlah variasi
yang beragam dalam ekspresi wajah, irama suara
maupun gerakan tubuh, serasi dengan suasana yang
dihayatinya.
ii. Afek menyempit: menggambarkan nuansa ekspresi
emosi yang terbatas. Intensitas dan keluasan dari
ekspresi emosinya berkurang, yang dapat dilihat
dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang kurang
bervariasi.
iii. Afek menumpul: merupakan penurunan serius dari
kemampuan ekspresi emosi yang tampak dari
tatapan mata kosong, irama suara monoton dan
bahasa tubuh yang sangat kurang.
iv. Afek mendatar: adalah suatu hendaya afektif berat
lebih parah dari afek menumpul. Pada keadaan ini
dapat dikatakan individu kehilangan kemampuan
ekspresi emosi. Ekspresi wajah datar, pandangan
mata kosong, sikap tubuh yang kaku, gerakan
gerakan sangat minimal, dan irama suara datar
seperti ’robot’.
v. Afek serasi: menggambarkan keadaan normal dari
ekspresi emosi yang terlihat dari keserasian antara
ekspresi emosi dan suasana yang dihayatinya.
vi. Afek tidak serasi: kondisi sebaliknya yakni ekspresi
emosi yang tidak cocok dengan suasana yang
dihayati. Misalnya seseorang yang menceritakan
suasana duka cita tapi dengan wajah riang dan
tertawa tawa.
vii. Afek labil: Menggambarkan perubahan irama
perasaan yang cepat dan tiba tiba, yang tidak
berhubungan dengan stimulus eksternal.



PIKIRAN
Gangguan Bentuk Pikir :Ketidak mampuan mengorganisasikan
proses pikir membentuk ide bertujuan
Jenis-2 Gangguan Bentuk / Arus Pikir :
1. Inkoherensi
: gagasan satu dengan lain tidak
berhubungan, tidak logis, secara keseluruhan tidak dapat
dimengerti.
2. Asosiasi longgar: bentuk lebih ringan dari inkoherensi.
3. Asosiasi bunyi
: gagasan satu dengan yang lain dirangkaikan
oleh kesamaan bunyi
4. Neologisme : membentuk logika baru yang hanya dimengerti oleh
pasien
5. Sirkumstansial : penyampaian gagasan secara berbelit dan
cenderung terpaku pada detail
6. Tangensial: ketidakmampuan untuk mempertahankan gagasan
bertujuan
7. Flight of Ideas: gagasan yang bertubi-tubi melompat dari satu
topik ke topik lain
8. Verbigerasi: pengulangan kata tanpa tujuan
9. Preserverasi: pengulangan gagasan secara persisten/tidak
responsif terhadap stimulus baru
10. Blocking : Gahasan yang terhenti mendadak sebelum selesai
disampaikan.
Gangguan isi pikir : Di sini yang terganggu adalah buah pikirannya /
keyakinannya, dan bukan cara penyampaiannya. Bisa berupa waham,
obsesi, fobi, preokupasi dll
Waham : Keyakinan yang salah, tidak dapat dikoreksi, tiidak sesuai
dengan realitas dan budaya yang berlaku di lingkungan kehidupan
pasien.
1. Waham/delusi: satu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang
keliru, berdasarkan simpulan yang keliru tentang kenyataan
eksternal, tidak konsisten dengan intelegensia dan latar belakang
budaya pasien, dan tidak bisa diubah lewat penalaran atau dengan
jalan penyajian fakta. Jenis-jenis waham:
31
a. waham bizarre: keyakinan yang keliru, mustahil dan aneh
(contoh: makhluk angkasa luar menanamkan elektroda di otak
manusia)
b. waham sistematik: keyakinan yang keliru atau keyakinana yang
tergabung dengan satu tema/kejadian (contoh: orang yang
dikejar-kejar polisi atau mafia)
c. waham nihilistik: perasaan yang keliru bahwa diri dan
lingkungannya atau dunia tidak ada atau menuju kiamat
d. waham somatik: keyakinan yang keliru melibatkan fungsi tubuh
(contoh: yakin otaknya meleleh)
e. waham paranoid: termasuk di dalamnya waham kebesaran,
waham kejaran/persekutorik, waham rujukan (reference), dan
waham dikendalikan.
 waham kebesaran: keyakinan atau kepercayaan, biasanya
psikotik sifatnya, bahwa dirinya adalah orang yang sangat
kuat, sangat berkuasa atau sangat besar.
 waham kejaran (persekutorik): satu delusi yang menandai
seorang paranoid, yang mengira bahwa dirinya adalah korban
dari usaha untuk melukainya, atau yang mendorong agar dia
gagal dalam tindakannya. Kepercayaan ini sering dirupakan
dalam bentuk komplotan yang khayali, dokter dan keluarga
pasien dicurigasi bersama-sama berkomplot untuk merugikan,
merusak, mencederai, atau menghancurkan dirinya.
 waham rujukan (delusion of reference): satu kepercayaan
keliru yang meyakini bahwa tingkah laku orang lain itu pasti
akan memfitnah, membahayakan, atau akan menjahati dirinya.
 waham dikendalikan: keyakinan yang keliru bahwa keinginan,
pikiran, atau perasaannya dikendalikan oleh kekuatan dari
luar. Termasuk di dalamnya:
- thought withdrawal: waham bahwa pikirannya ditarik oleh
orang lain atau kekuatan lain
- thought insertion: waham bahwa pikirannya disisipi oleh
orang lain atau kekuatan lain
- thought broadcasting: waham bahwa pikirannya dapat
diketahui oleh orang lain, tersiar di udara
- thought control: waham bahwa pikirannya dikendalikan oleh
orang lain atau kekuatan lain
f. waham cemburu: keyakinan yang keliru yang berasal dari
cemburu patologis tentang pasangan yang tidak setia
g. erotomania: keyakinan yang keliru, biasanya pada wanita,
merasa yakin bahwa seseorang sangat mencintainya

PERSEPSI
 Persepsi = Proses pemindahan stimulus fisik menjadi
informasi psikologik
 Deskripsi gangguan persepsi :
1. Halusinasi : Penginderaan/persepsi sensoris tanpa adanya
stimulus eksternal
2. Ilusi : Salah persepsi/salah interpretasi terhadap stimulus
eksternal yg nyata
3. Derealisasi : persepsi subyektif bahwa lingkungan berubah
aneh/tidak nyata
4. Depersonalisasi : persepsi subyektif bahwa orang-orang
disekitarnya berubah asing/aneh
5. Fugue : menjadi identitas baru disertai amnesia terhadap
identitas lamanya

JENIS HALUSINASI
 Sesuai jenis penginderaan dibedakan ; halusinasi auditorik,
olfaktorik, visual, taktil ( raba ), dan gustatorik ( kecap )
 Sesuai tema halusinasi ; commanding, commenting, mood
congruent/incongruent
 halusinasi hipnagogik: persepsi sensorik keliru yang terjadi
ketika mulai jatuh tertidur, secara umum bukan tergolong
fenomena patologis
 halusinasi hipnapompik: persepsi sensorik keliru yang
terjadi ketika seseorang mulai terbangun, secara umum
bukan tergolong fenomena patologis
 halusinasi auditorik: persepsi suara yang keliru, biasanya
berupa suara orang meski dapat saja berupa suara lain
seperti musik, merupakan jenis halusinasi yang paling sering
ditemukan pada gangguan psikiatri
 halusinasi visual: persepsi penglihatan keliru yang dapat
berupa bentuk jelas (orang) atau pun bentuk tidak jelas
32






(kilatan cahaya), sering kali terjadi pada gangguan medis
umum
halusinasi penciuman: persepsi penghidu keliru yang
seringkali terjadi pada gangguan medis umum
halusinasi pengecapan: persepsi pengecapan keliru seperti
rasa tidak enak sebagai gejala awal kejang, seringkali
terjadi pada gangguan medis umum
halusinasi taktil: persepsi perabaan keliru seperti phantom
libs (sensasi anggota tubuh teramputasi), atau formikasi
(sensasi merayap di bawah kulit)
halusinasi somatik: sensasi keliru yang terjadi pada atau di
dalam tubuhnya, lebih sering menyangkut organ dalam (juga
dikenal sebagai cenesthesic hallucination)
halusinasi liliput: persepsi keliru yang mengakibatkan obyek
terlihat lebih kecil (micropsia)
TILIKAN ( INSIGHT )
 Dalam arti luas tilikan sering disebut sebagai wawasan diri,
yaitu pemahaman seseorang terhadap kondisi dan situasi
dirinya dalam konteks realitas sekitarnya
 Dalam arti sempit adalah pemahaman pasien terhadap
penyakitnya
 Tilikan terganggu ; hilangnya kemampuan untuk memahami
kenyataan obyektif akan kondisi dan situasi dirinya
 Jenis tilikan
 Tilikan derajat 1: penyangkalan total terhadap
penyakitnya
 Tilikan derajat 2: ambivalensi terhadap penyakitnya
 Tilikan derajat 3: menyalahkan faktor lain sebagai
penyebab penyakitnya
 Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan butuh
bantuan namum tidak memahami penyebab sakitnya
 Tilikan derajat 5: menyadari penyakitnya dan faktorfaktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun
tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya
 Tilikan derajat 6 (sehat): menyadari sepenuhnya tentang
situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai
perbaikan
REALITY TESTING ABILITY (RTA)
Kemampuan seseorang untuk menilai realitas. Kemampuan ini akan
menentukan persepsi, respons emosi dan perilaku dalam berelasi dengan
realitas kehidupan. Kekacauan perilaku, waham, dan halusinasi adalah salah
satu contoh penggambaran gangguan berat dalam kemampuan menilai
realitas (RTA).
DAYA NILAI
Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang sesuai
dengan situasi tersebut.
1. Daya Nilai Sosial: kemampuan seseorang untuk menilai situasi secara
benar (situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari) dan bertindak yang
sesuai dalam situasi tersebut dengan memperhatikan kaidah sosial yang
berlaku di dalam kehidupan sosial budayanya. Pada gangguan jiwa berat
atau kepribadian antisosial maka daya nilai sosialnya sering terganggu.
2. Uji Daya Nilai: kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan
bertindak yang sesuai dalam situasi imajiner yang diberikan.
Kuliah 10. Parasit Penyebab Infeksi Otak
dr. Lisawati MS, PhD, SpPar.
Infestasi parasit pada sisten saraf dan jiwa yang dibahas di kuliah ini :
 Pembuluh darah saraf dan jiwa : Plasmodium falciparum
 Sistem saraf dan jiwa : Trypanosoma brucei rhodensiense, T. b.
gambiense, Toxoplasma gondii, Taenia solium
MALARIA
 Terutama disebabkan oleh P. falciparum yang akan bersekuestrasi pada
kapiler dalam sehingga terbentuk endapan yang mengoklusi
mikrosirkulasi dan terjadi gangguan atau kegagalan organ, dapat terjadi
di otak (malaria serebral), paru, ginjal, hati, usus halus, dll.
33
 P. falciparum hidup pada eritrosit dan menyebabkan ekspresi antigen
permukaan baru pada eritrosit yang terinfeksi, yaitu Pf-EMP-1 (P.
falciparum Erythrocyte Membrane Protein 1) oleh gen var. Ekspresi
antigen ini dapat menyebabkan
o cytoadhesion, eritrosit terinfeksi melekat pada reseptor pada
endotel kapiler otak
o autoagglutination dengan eritrosit terinfeksi lain
o rosette, perlekatan eritrosit normal pada eritrosit terinfeksi
o bridging cytoadhesion, eritrosit terinfeksi melekat dengan
trombosit dengan CD 36 yang melekat pada endotel kapiler otak
 Mekanisme di atas menyebabkan oklusi aliran pembuluh darah sehingga
terjadi
o penurunan suplai substrat ke otak
o produksi sitokin akibat peradangan oleh makrofag, terutama TNFα, IFN-γ, dan NO
o Penurunan permeabilitas selular yang menyebabkan kebocoran
plasma protein ke ruang perivaskular (parenkim otak dan CSF)
sehingga terjadi pengaktifan perisit, astrosit, dan microglia serta
peningkatan tekanan intrakranial dan edema otak
 Hal-hal tersebut akan mengakibatkan manifestasi klinis :
o ensefalopati difus → penurunan kesadaran, kejang
o tanda batang otak → disfungsi tanda vital
o tanda neurologik fokal → hemiparesis, kesulitan berbicara
o palsi saraf kranial → gangguan penglihatan dan pendengaran
 Diagnosis malaria serebral : usapan darah positif pada tahap aseksual P.
falciparum, namun tanpa infeksi bakteri maupun virus ataupun kelainan
metabolisme lainnya
 Pengobatan : injeksi obat antimalaria yang bersifat sangat cepat,
seperti artemisinin dan pengobatan suportif untuk kegagalan organ
 Sindrom neurologik post malaria (SNPM) merupakan timbulnya gejalagejala baru neurologis atau psikiatrik dalam 2 bulan (antara 6 jam
sampai 60 hari) sejak malaria akut. Penyebab masih tidak jelas, namun
dicurigai mekanisme imunologis
 Spektrum klinik SNPM sangat bervariasi, dapat berupa gejala akut
penurunan tingkat kesadaran, psokosis, kejang generalisata, fine
tremor, gejala serebellum, hipotensi postural, disfungsi batang otak,
polyneuritis.
 Pada SNPM, tidak ditemukan P.falciparum pada usapan darah, namun
ditandai dengan meningkatnya albumin dan sitokin (TNF-α, IL-2, dan IL6). Dapat bersifat self limiting atau dapat diobati dengan
kortikosteroid (kalau berhenti dengan tapering off)
TOXOPLASMOSIS
 Stadium T. gondii :
o Ookista, berasal dari feces kucing, dapat tidak sengaja termakan
o Kista (berisi bradizoit), pada daging hewan (babi, sapi, kambing)
yang telah terinfeksi, dapat termakan dan menginfeksi karena
belum matang
o Takizoit, stadium aktif yang menimbulkan gejala klinis, beredar
dalam peredaran darah
 Pada infeksi primer T. gondii biasanya (90%) tidak menimbulkan gejala,
namun dapat juga bermanifestasi, terutama menyerang hati, otak,
pembuluh limfe, dan retina. Dapat terjadi toxoplasma encephalitis pada
reaktivasi kembali T. gondii yang telah menjalani masa laten, biasanya
karena keadaan imunosupresi
 Patogenesis :
o Saat kista bradizoit atau ookista tertelan, parasit akan dikeluarkan
dari kista melalui proses pencernaan. Bradizoit tahan terhadap
pepsin dan menginvasi lapisan saluran GI. Dalam enterosit, parasit
berubah menjadi takizoit yang invasive. Takizoit ini memicu respon
sIgA spesifik. Dari saluran GI, parasit tersebut kemudian
menyebar ke berbagai organ, terutama system limfatik, otot
rangka, miokardium, retina, plasenta, dan CNS. Parasit menginfeksi
sel, bereplikasi, dan menginvasi sel sekitarnya, menyebabkan
gambaran khas necrosis fokal dikelilingi respon radang akut.
o Pada orang yang imunokompeten, respon imun humoral dan selular
bekerja sama mengendalikan infeksi. Takizoit tersekuesterasi oleh
berbagai mekanisme imun, termasuk induksi antibody anti parasit,
aktivasi makrofag, produksi interferon gamma dan stimulasi
limfosit T sitotoksik fenotip CD8+. Ketika takizoit dihancurkan
oleh system imun, terbentuk kista bradizoit, umumnya dalam CNS
dan retina. Pada orang yang immunocompromised karena jumlah
limfosit T CD 4 yang berkurang, takizoit persisten atau reaktivasi
34
menyebabkan destruksi fokal progresif yang menyebabkan
kerusakan organ (necrotizing encephalitis)
o Persistensi infeksi dengan kista bradizoit umum terjadi pada orang
yang imunokompeten. Infeksi ini biasanya subklinis. Meskipun
bradizoit berada dalam fase metabolic lambat, kista tetap
berdegenerasi dan rupture dalam CNS. Proses degenerasi ini,
ditambah munculnya kista baru merupakan sumber infeksi yang
dapat timbul kembali dan menyebabkan titer antibody persisten.
 Manifestasi klinis
o Lymphadenopati, demam, sakit kepala, myalgia, hepatosplenomegali,
retinokoroiditis, myokarditis, pneumonitis, dan ensefalitis
o Ensefalitis bersifat fokal dengan gejala utama kelemahan motorik
dan gangguan berbicara
o Dapat juga melibatkan batang otak sehingga menyebabkan lesi pada
saraf cranial, disfungsi serebral dengan disorientasi, penurunan
mental, letargi, sampai koma. Beberapa pasien memperlihatkan
gejala neuropsikiatrik : paranoid psikosis, dementia, kecemasan, dan
agitasi. Sedangkan keterlibatan medulla spinalis dan menyebabkan
gangguan sensorik dan motorik pada anggota gerak, disfungsi
kandung kemih dan usus, serta nyeri lokal
o Pada neonatal : Triad : hydrocephalus, kalsifikasi intracranial,
retinokoroiditis (+ retardasi psikomotor  Tetrade Sabin)
 Diagnosis dapat dilakukan dengan
o teknik neuroimaging CT Scan atau MRI dimana ditemukan lesi
multiple berbentuk cincin yang bertambah besar dengan massa dan
edema terutama pada perbatasan antara korteks dan medulla otak
o pemeriksaan CSF : inokulasiT. Gondii pada mencit atau sel kultur
atau dengan PCR
o pemeriksaan darah : dengan pemeriksaan serologi dikatakan positif
(infeksi akut) apabila titer IgG naik 4 kali lipat dari 2 kali
pemeriksaan dengan jarak 2 minggu
 Pengobatan
o Terapi inisial : Pyrimethamine + sulfadiazine + leucovorin (folinic
acid)
o Alternative : Pyrimethamine + sulfadiazine + klindamisin
o Adjunctive : kortikosteroid bila terlihat mass effect atau edema
o Supresif : Pyrimethamine + sulfadiazine + leucovorin
 Profilaksis : trimetoprim dan sulfametoksazol
NEUROSISTISERKOSIS
 Disebabkan Taenia solium dengan manusia sebagai hospes definitive,
apabila termakan telur cacing akan berkembang menjadi sistiserkosis,
bila termakan sistiserkosis dari hospes perantara, akan berkembang
menjadi taeniasis
 Sistiserkosis merupakan larva T. solium yang disebut sistiserkus
selulosae, berisi protoscolex yang dapat berkembang di jaringan
subkutan, mata, otot, dan otak  neurosistiserkosis
 Patogenesis
o Sistiserkus berbentuk seperti vesikel opak ovoid sampai bulat
berdiameter kurang lebih 1cm dengan dinding yang tipis.
Sistiserkus harus bertahan beberapa minggu sampai bulan untuk
menyelesaikan siklus hidupnya yang kemudian akan memodifikasi
system imun dgn:
o Sekresi taeniaestatin (inhibitor serine proteinase) yang mencegah
aktivasi komplemen, limfosit, dan produksi sitokin
o Dinding luarnya terdiri atas sulfated polysaccharides yang
“mengusir” komplemen
o Paramyosin diduga menghambat jalur klasik aktivasi komplemen
o Degenerasi (fibrosis dan kalsifikasi) menyebabkan respon inflamasi
: sitokin dari Th-1: IFN-γ dan IL-2
 Hal-hal di atas dapat mengakibatkan Kompresi mekanis dan kerusakan
jaringan tergantung lokasi sistiserkus tersebut seperti pada tabel
Location
Symptoms
Ventricle
Hydrocephalus due to mechanical obst → ICP ↑
Basilar
cisternal
Arachnoiditis → meningeal signs (seizures),
communicating hydrocephalus, vasculitis → stroke
Brain
parenchym
Seizures: focal then generalization or generalized
Ocular
Visual changes
Spinal
Myelopathy
35
 Diagnosis neurosistiserkosis
o Radiologi dengan CT Scan yang menunjukkan kista soliter atau
multiple berdiameter 5-20mm menunjukkan granuloma dan biasanya
pada perbatasan dan MRI
o Serologi : ELISA pada darah dan CSF
 Pengobatan bergantung pada stadium neurosistiserkosis (aktif atau
inaktif) dan lokasi kista : administrasi antihelminth dan steroid
TRYPANOSOMIASIS
 Dapat disebabkan oleh infeksi Trypanosoma brucei gambiense dan
Trypanosoma brucei rhodensiense dengan hospes lalat tse-tse untuk T.
brucei gambiense yaitu spesies Glossina palpalis, dan untuk T. brucei
rhodosiense vektornya Glossina morsitans.
 Pada Trypanosoma, terdapa Variant Surface Glycoprotein (VSG) yang
merupakan komponen utama dan juga dilepaskan ke hospes. VSG
menghindarkan lisis oleh aktivasi komplemen dan respon variasi antigen
serta menginduksi sekresi sel imun yang menyebabkan kerusakan
jaringan dan menstimulasi pertumbuhan parasit. VSG juga menginduksi
autoantibody terhadap eritrosit, hati, cardiolipid. DNA, RNA, dan
myelin dari sistem saraf pusat oleh sel B poliklonal dan sintesis sitokin.
 Di Afrika terjadi infeksi parasit endemic dengan disebut sleeping
sickness diawali dengan chancre pada lesi inisial tempat masuknya
parasit, kemudian menghilang setelah 2-3 minggu. Kemudian akan
berkembang menjadi
o Stadium 1 haemolymphatic : demam intermiten akibat invasi parasit
masuk ke sirkulasi darah, disertasi sakit kepala, malaise, kelelahan,
anoreksia, myalgia, arthralgia. Dilanjutkan dengan masuknya parasit
ke reticulo-endothelial system (adenolymphatic, limpa, dan hati) 
menyebabkan tanda winterbuttom (terdapat pembesaran kelenjar
getah bening subklavikula), hepatomegali, dan splenomegali
Kelainan neurologis dan endokrin dapat muncul apabila melibatkan
system saraf pusat seperti somnolen siang hari dan insomnia malam
hari, tanda psikiatrik (iritabilitas, perubahan karakter dan emosi,
impotensi, amenorea, dan infertilitas
o Stadium 2 meningoensefalitik, muncul gradual setelah beberapa
bulan atau tahun namun dapat bersifat reversible untuk beberapa
waktu. Gejala: psikiatrik (iritabilitas, kelesuan, sakit kepala,
perubahan kepribadian, kecenderungan bunuh diri, kekerasan),
tremor, hypertonia, ataksia, hyperaesthesia, dan perubahan siklus
bangun-tidur. Perkembangan gejala neurologis akan progresif dan
ditandai dengan invasi (CSF >5juta WBC/uL atau trypanosome
positif) dan pada fase terminal terjadi demyelinisasi dan atrofi
system saraf pusat (dementia, epilepsy, edema serebral, koma,
kegagalan multiorgan)
 Diagnosis dilakukan pada
o Stadium 1 usapan darah, Dekteksi antibody, biopsy organ
o Stadium 2 CSF, IgM
 Pengobatan dilakukan dengan
o Stadium haemolymphatic: suramin dan pentamidine
o Stadium meningoensefalitik : melarsoprol dan eflornithine
Kuliah 11. Gangguan Kesadaran
dr. Jofizal Jannis SpS (K)
Kesadaran adalah kesiagaan individu terhadap rangsangan eksternal dan
internal, yaitu terhadap persitiwa-peristiwa lingkungan dan suasana tubuh,
memori, serta pikirannya. Sedangkan koma adalah keadaan tidak sadar
total terhadap diri sendiri dan lingkungannya meskipun distimulasi dengan
kuat. Koma sebagai kegawatan maksimal fungsi susunan saraf pusat
memerlukan tindakan yang cepat dan tepat, sebab makin lama koma
berlangsung makin parah keadaan susunan saraf pusat sehingga
kemungkinan makin kecil terjadinya penyembuhan sempurna. Diantara
keadaan sadar dan koma terdapat berbagai variasi keadaan/ status
gangguan kesadaran. Ketika pasien datang ke IGD, harus ditentukan dulu
penyebab ketidaksadarannya: karena gangguan struktural atau penyakit
metabolik.
36
Sistem
Neuromodulator
Norepinephrine
Tempat Neuron
Berasal
Lokus koerolus
di pons
Serotonin
Raphe
nuklei
sepanjang garis
tengah
brain
stam
Dopamine
Acetylcholine
Substansi nigra
di midbrain dan
VTA
Dasar otak :
pons
dan
Midbrain
Struktur Inervasi
Fungsi Modulasi dari Sistem
Kosteks
Serebri,
talamus,
hipotalamus, bulbus
oktaforius,
Midbrain,
medula
spinalis
Proyeksi ke nukleus
bawah
sampai
medula spinalis
Atensi, Arousal, Siklus tidurbangun,
pembelajaran,
memori, anxiety, nyeri dan
mood
Nukleis
otak
Siklus tidur bangun, mood dan
emosi, perilaku agresi dan
depresi
Motor
control,
“Reward”,
motivation, pusat perilaku
kecanduan, pressure, euforia.
Siklus tidur bangun, arousal,
pembelajaran,
memori,
Informasi sensoris ke arah
talamus
atas
ke
Korteks dan bagian
sistem limbik
Serebrum
hipokampus
talamus
dan
Nyeri dan lokomosi
Ada dua komponen yang berperan pada kesadaran, yaitu formasio retilaris
dan hemisfer serebral. Formasio retikularis adalah suatu jaringan neuron
yang tersebar di dalam batang otak (mesensefalon, pons, dan medula
oblongata). Reticular activating system (RAS) merupakan bagian dari
formasio retikularis yang mendorong kesiagaan korteks dan membantu
mengarahkan perhatian ke kejadian-kejadian tertentu. RAS terdiri dari
serat-serat asendens yang berasal dari formasio retikularis yang membawa
sinyal ke atas untuk membangunkan dan mengaktifkan korteks serebrum.
Serat-serat asendens pada RAS tersebut menyebar secara difus ke
daerah korteks sehingga disebut juga sebagai diffuse ascending reticular
activating system (ARAS).
Pancaindra dari perifer ke daerah korteks perseptif primer disebut
lintasan asendens spesifik atau lintasan asendens lemniskal. Ada pula
lintasan asendens aspesifik yakni formasio retikularis di sepanjang batang
otak yang menerima dan menyalurkan impuls dari lintasan spesifik ke pusat
kesadaran pada batang otak bagian atas serta meneruskannya ke nukleus
intralaminaris talami yang selanjutnya disebarkan difus ke seluruh
permukaan otak.
Melalui lintasan aspesifik ini, suatu impuls dari perifer akan menimbulkan
rangsangan pada seluruh permukaan korteks serebri. Apakah perbedaan
sadar (wakefulness) dengan waspada (awareness)? Bedanya, dalam keadaan
aware, impulsnya melibatkan talamus, sehingga lintasan jarasnya aspesifik.
Berbagai peran neurotransmiter dalam SSP:
Etiologi Gangguan Kesadaran:
1. Lesi Supratentorial
Daerah supra dan infrateritorial dibatasi oleh tentorium serebeli. Pada
lesi supratentorial, gangguan kesadaran akan terjadi baik oleh
kerusakan langsung pada jaringan otak atau akibat penggeseran dan
kompresi pada ARAS karena proses tersebut maupun oleh gangguan
vaskularisasi dan edema yang diakibatkannya. Proses ini menjalar
secara radial dari lokasi lesi kemudian ke arah rostro-kaudal sepanjang
batang otak. Gejala-gejala klinik akan timbul sesuai dengan perjalan
proses tersebut yang dimulai dengan gejala-gejala neurologik fokal
sesuai dengan lokasi lesi.
2. Lesi infratentorial
Pada lesi infratentorial, gangguan kesadaran dapat terjadi karena
kerusakan ARAS baik oleh proses intrinsik pada batang otak maupun
oleh proses ekstrinsik.
3. Gangguan difus (metabolik)
Pada penyakit metabolik, gangguan neurologik umumnya bilateral dan
hampir selalu simetrik. Selain itu gejala neurologiknya tidak dapat
dilokalisir pada suatu susunan anatomik tertentu pada susunan saraf
pusat. Penyebab gangguan kesadaran pada golongan init erutama akibat
kekurangan 02, kekurangan glukosa, gangguan sirkulasi darah serta
pengaruh berbagai macam toksin.
Pemeriksaan
Pemeriksaan klinik penting untuk etiologi dan letaknya proses patologik
(hemisfer, batang otak atau gangguan sistemik). Pemeriksaan sistematis
dilakukan sebagai berikut :
37
Anamnesis
— penyakit-penyakit yang diderita sebelumnya.
— keluhan penderita sebelum terjadi gangguan kesadaran.
— obat-obat diminum sebelumnya.
— apakah gangguan kesadaran terjadi mendadak atau perlahan-lahan.
Pemeriksaan fisik
— tanda-tanda vital : nadi, pernapasan, tensi, suhu.
— kulit : ikterus, sianosis, luka-luka karena trauma
— toraks : paru-paru, jantung.
— abdomen dan ekstremitas
Pemeriksaan neurologis
1. Observasi umum
• gerakan primitif : gerakan menguap, menelan dan membasahi mulut.
• posisi penderita : dekortikasi dan deserebrasi.
2. Pola pernapasan : dapat membantu melokalisasi lesi dan kadang-kadang
menentukan jenis gangguan. (gambarnya lihat di slide)
• Cheyne-Stokes
Pernapasan makin lama makin dalam kemudian makin dangkal
• Hiperventilasi neurogenik sentral
Pernapasan cepat dan dalam dengan frekuensi ± 25 per menit. Lokasi
lesi pada tegmentum batang otak antara mesensefalon dan pons.
• Apnestik
Inspirasi yang memanjang diikuti apnea dalam; ekspirasi dengan
frekuensi 1 - 2/menit. Pola pernapasan ini dapat diikuti Klaster
("Cluster breathing") respirasi yang berkelompok diikuti oleh apnoe.
Ditemukan pada lesi pons.
• Ataksik
Pernapasan tidak teratur, baik dalamnya maupun iramanya. Lesi di
medulla oblongata dan merupakan stadium preterminal.
3. Kelainan pupil : perlu diperhatikan besarnya pupil (normal, midriasis,
miosis), bentuk pupil (isokor, anisokor), dan refleks.
Midriasis dapat terjadi oleh stimulator simpatik (kokain, efedrin,
adrenalin dan lain-lain), inhibitor parasimpatik (atropin, skopolamin dan
lain-lain). Miosis dapat terjadi oleh stimulator parasimpatik dan
inhibitor simpatik. Lesi pada mesensefalon menyebabkan dilatasi pupil
yang tidak memberikan reaksi terhadap cahaya. Pupil yang masih
bereaksi menunjukkan bahwa mesensefalon belum rusak. Pupil yang
4.
5.
6.
7.
melebar unilateral (anisokor) dan tidak bereaksi berarti adanya
tekanan pada nervus III yang mungkin dapat disebabkan oleh herniasi
tentorial.
Refleks sefalik : Refleks-refleks mempunyai pusat pada batang otak.
Dengan refleks ini dapat diketahui bagian mana batang otak yang
terganggu misalnya refleks pupil (mesensefalon), refleks kornea (pons),
Doll's head manoeuvre (pons), refleks okulo-auditorik (pons), refleks
okulo-vestibuler = uji kalori (pons), gag reflex (medulla oblongata).
Reaksi terhadap rangsang nyeri: Penderita dengan kesadaran menurun
dapat memberikan respons yang dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Sesuai (appropriate)
Penderita mengetahui dimana stimulus nyeri dirasakan. Hal ini
menunjukkan utuhnya sistem sensorik dalam arti sistem asendens
spesifik.
b. Tidak sesuai (inappropriate)
Dapat terlihat pada jawaban berupa rigiditas dekortikasi dan
rigiditas deserebrasi (dekortiksi adalah kerusakan pada korteks,
khususnya pada jaras motorik; sedangkan desebrasi adalah
kerusakan serebral yang lebih luas).
Fungsi traktus piramidalis : Bila terdapat hemiparesis, dipikirkan ke
suatu kerusakan struktural. Bila traktus piramidalis tidak terganggu,
dipikirkan gangguan metabolisme.
Pemeriksaan laboratorium :
— darah : glukose, ureum, kreatinin, elektrolit dan fungsi hepar.
— pungsi likuor untuk meningitis dan ensefalitis.
— funduskopi mutlak dilakukan pada tiap kasus dengan kesadaran
menurun untuk melihat adanya edema papil dan tanda-tanda
hipertensi.
— dan lain-lain seperti EEG, eko-ensefalografi, CT-scan dilakukan bila
perlu.
Dalam klinik dikenal tingkat-tingkat kesadaran sbb:
 Kompos mentis: Keadaan waspada dan terjaga pada seseorang yang
bereaksi sepenuhnya dan adekuat terhadap rangsang visuil, auditorik
dan sensorik.
 Apatis: sikap acuh tak acuh, tidak segera menjawab bila ditanya.
38




Delirium: kesadaran menurun disertai kekacauan mental dan motorik
seperti desorientasi, iritatif, salah persepsi terhadap rangsang
sensorik, sering timbul ilusi dan halusinasi.
Somnolen: penderita mudah dibangunkan, dapat lereaksi secara
motorik atau verbal yang layak tetapi setelah memberikan respons, ia
terlena kembali bila rangsangan dihentikan.
Sopor (stupor): penderita hanya dapat dibangunkan dalam waktu
singkat oleh rangsang nyeri yang hebat dan berulangulang.
Koma: tidak ada sama sekali jawaban terhadap rangsang nyeri yang
bagaimanapun hebatnya
Penentuan tingkat kesadaran
Batas antara berbagai derajat kesadaran tidak jelas. Untuk menentukan
derajat gangguan kesadaran dapat digunakan Glasgow Coma Scale (GCS).
Pada GSC tingkat kesadaran dinilai menurut 3 aspek :
1. kemampuan membuka mata : EYE opening = E
2. aktifitas motorik : MOTOR response = M
3. kemampuan bicara : VERBAL response = V
1. Kemampuan membuka mata
a. dapat membuka mata sendiri secara spontan : 4
b. dapat membuka mata atas perintah : 3
c. dapat membuka mata atas rangsang nyeri : 2
d. tak dapat membuka mata dengan rangsang : 1
nyeri apapun
2. Aktifitas motorik
Dinilai anggota gerak yang memberikan reaksi paling baik dan tidak dinilai
pada anggota gerak dengan fraktur/kelumpuhan. Biasanya dipilih lengan
karena gerakannya lebih bervariasi daripada tungkai.
a. mengikuti perintah : 6
b. adanya gerakan untuk menyingkirkan rangsangan yang diberikan pada
beberapa tempat: 5
c. gerakan fleksi cepat disertai dengan abduksi bahu : 4
d. fleksi lengan disertai aduksi bahu : 3
e. ekstensi lengan disertai aduksi : 2
f. tidak ada gerakan : 1
3. Kemampuan bicara
Menunjukkan fungsi otak dengan integritas yang paling tinggi.
a. orientasi yang baik mengenai tempat, orang dan waktu: 5
b. dapat diajak bicara tetapi jawaban kacau : 4
c. mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti : 3
d. tidak mengeluarkan kata, hanya bunyi : 2
e. tidak keluar suara : 1
E + M + V = 3 – 15
Penggolongan kerusakan otak berdasarkan GCS:
 Severe, with GCS ≤ 8
 Moderate, GCS 9 – 12
 Minor, GCS ≥ 13.
Pada koma yang dalam atau kematian, nilai GCS-nya = 3.
39
Download