Perda RTRW - JDIH Setjen Kemendagri

advertisement
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN
NOMOR 11 Tahun 2005
TENTANG
MASTER PLAN AGROPOLITAN KABUPATEN KUNINGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KUNINGAN
Menimbang
:
a. bahwa untuk lebih mengoperasionalkan Peraturan Daerah Nomor
21 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Kuningan Sampai Dengan Tahun 2013 diperlukan upaya pengaturan
yang lebih spesifik berupa perencanaan dalam bidang agropolitan;
b. bahwa untuk mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan ruang
bidang agribisnis dipandang perlu adanya panduan bagi Pemerintah
Daerah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan;
c. bahwa sebagai panduan untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan
tersebut telah disusun Master Plan Agropolitan Kabupaten
Kuningan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a ,b dan c, untuk menjamin kepastian hukum dalam
pelaksanaannya, Master Plan Agropolitan Kabupaten Kuningan perlu
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Mengingat
:
1.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan
Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara
Tahun 1950);
2.
Undang –undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, tambahan
lembaran Negara Nomor 3478 );
3.
Undang – undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3501 );
4.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lemaran Negara Nomor 4437);
5.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
(Lembaran Negara 1999 Nomor 3888);
6.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 50 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4386 );
7.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389) ;
8.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 33 , Tambahan Lembaran Negara Nomor
3817);
9.
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2003
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat
(Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 2 Seri E);
10.
Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 6 Tahun 2004
tentang Pola Dasar Kabupaten Kuningan Tahun 20042008(Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 6
Seri D
,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 44).
11.
Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 7 Tahun 2004
tentang Program Pembangunan Daerah (Propeda) Kabupaten
Kuningan Tahun 2004-2008
12.
Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 8 Tahun 2004
tentang Rencana Stratejik (Renstra) Kabupaten Kuningan Tahun
2004-2008
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUNINGAN
dan
BUPATI KUNINGAN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TENTANG MASTER PLAN
AGROPOLITAN KABUPATEN KUNINGAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
a. Daerah adalah Kabupaten Kuningan;
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kuningan;
c. Bupati adalah Bupati Kuningan;
d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kuningan;
2
e. Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang
yang mampu memacu berkembangnya sistem & usaha agribisnis
sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan
pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya.
f. Master Plan adalah rencana induk pengembangan wilayah dengan
memperhatikan seluruh potensi baik potensi fisik, sumber daya alam
dan sumberdaya manusia.
g. Master Plan Agropolitan adalah Masterplan Agropolitan Kabupaten
Kuningan
h. Wilayah adalah Ruang kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait dengan batas dan sistem yang ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional;
i. Kawasan adalah bagian dari suatu wilayah (region) yang memiliki
fungsi tertentu;
j. Masyarakat adalah orang perorangan dan kelompok orang, termasuk
masyarakat hukum adat atau badan hukum;
k. Distrik adalah wilayah strategis yang memiliki pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi potensial berdasarkan keunggulan geografis
dan produk unggulan yang berorientasi pada pasar local, regional,
dan global, serta mendorong perkembangan fungsinya sebagai
andalan pengembangan ekonomi wilayah dan penggerak kegiatan
ekonomi kawasan di sekitarnya.
l. APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Kuningan.
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN, FUNGSI DAN KEDUDUKAN
Bagian Pertama
Tujuan dan Sasaran
Pasal 2
Tujuan Penyusunan Master Plan Agropolitan adalah:
a. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan dengan memperhatikan dan meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia;
b. Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan
keamanan;
c. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui
percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan
antara desa dengan kota untuk mendorong berkembangnya sistem
agribisnis berbasis kerakyatan, secara bertahap, berkelanjutan dan
terdesentralisasi di kawasan agropolitan.
Pasal 3
Sasaran penyusunan Master Plan Agropolitan adalah:
a. Menyiapkan rencana pengembangan kawasan
berpotensi menjadi kawasan agropolitan;
3
pertanian
yang
b. Menyiapkan rencana pengembangan suatu kawasan agropolitan yang
diprioritaskan dan dilengkapi dengan :
1) Konsep pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis;
2) Konsep pengembangan dan penguatan kelembagaan sistem
agribisnis;
3) Konsep pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan
investasi;
4) Konsep peningkatan sarana dan prasarana umum penunjang
kegiatan ekonomi wilayah; dan
5) Konsep peningkatan sarana dan prasarana kesejahteraan sosial.
c. Terkendalinya pembangunan di Daerah baik yang dilakukan oleh
Pemerintah maupun oleh masyarakat;
d. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan
budidaya;
e. Tersusunnya
rencana
dan
keterpaduan
program-program
pembangunan di Daerah;
f. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor
pembangunan.
Bagian Kedua
Fungsi dan Kedudukan
Pasal 4
Fungsi Master Plan Agropolitan adalah :
a. Dasar Pemerintah Daerah dalam penetapan lokasi berkaitan dengan
penyusunan program/proyek pembangunan khususnya yang
berkaitan dengan pemanfaatan ruang;
b. Dasar perumusan rekomendasi dalam pemanfaatan ruang;
c. Pedoman untuk mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan
keseimbangan antar wilayah dan keserasian antara sektor dalam
bidang agribisnis.
Pasal 5
Kedudukan Master Plan Agropolitan adalah :
a. Dasar pertimbangan dalam penyusunan Program Pembangunan
Daerah;
b. Dasar dalam penyusunan rencana secara lebih rinci/detail.
4
BAB III
WILAYAH, SUBSTANSI, DAN JANGKA WAKTU RENCANA
Bagian Pertama
Wilayah Rencana
Pasal 6
(1) Lingkup wilayah Master Plan Agropolitan adalah Daerah dengan
batas yang ditentukan berdasarkan aspek administratif mencakup
wilayah daratan seluas 117.857,55 Ha.
(2) Batas-batas wilayah adalah sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Cirebon, sebelah Timur dengan Kabupaten Brebes Jawa
Tengah, sebelah Selatan dengan Kabupaten Ciamis dan sebelah
Barat berbatasan dengan Kabupaten Majalengka.
Bagian Kedua
Substansi Rencana
Pasal 7
(1)
Perencanaan umum pengembangan kawasan agropollitan ,
meliputi :
a. Pembagian distrik pengembangan agropolitan dan Strategi
pengembangannya.
b. Penyusunan perencanaan implementasi program-program
pengembangan agropolitan di setiap distrik, serta penyusunan
rencana implementasi program secara lebih terinci pada distrik
prioritas.
(2)
Distrik Prioritas dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
(3)
Substansi Rencana Agropolitan mencakup rencana struktur dan
pola pemanfaatan ruang, rencana sistem sarana dan prasarana
agropolitan .
Bagian Ketiga
Jangka Waktu Rencana
Pasal 8
Jangka waktu Master Plan Agropolitan direncanakan untuk waktu 10
(sepuluh) tahun, yaitu sampai dengan tahun 2014.
5
BAB IV
KEBIJAKAN PERENCANAAN AGROPOLITAN
Pasal 9
Kebijakan perencanaan agropolitan
kebijakan umum .
mencakup kebijakan dasar dan
Pasal 10
Kebijakan dasar adalah kebijakan yang ditetapkan selaras dengan
kebijakan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Pasal 11
Kebijakan Umum adalah kebijakan yang dilandasi Pola Pengembangan
Perencanaan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Daerah.
BAB V
RENCANA
Bagian pertama
Pembagian Distrik
Pasal 12
(1) Rencana pengembangan Agropolitan di Daerah dikelompokkan
menjadi 4 distrik, terdiri atas:
a. Distrik Kuningan;
b. Distrik Cilimus;
c. Distrik Ciawigebang;
d. Distrik Luragung.
(2) Masing-masing distrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi pusat primer (kawasan inti), pusat sekunder (kawasan
pendukung), dan kawasan layanan.
Pasal 13
(1) Pusat primer (kawasan inti) sebagaimana dimaksud pada pasal 12
ayat (2) adalah:
a. Distrik Kuningan di Kecamatan Kuningan;
b. Distrik Cilimus di kecamatan Cilimus;
c. Distrik Ciawigebang di Kecamatan Ciawigebang;
d. Distrik Luragung di Kecamatan Luragung.
(2) Pusat sekunder (kawasan pendukung) sebagaimana dimaksud pada
pasal 12 ayat (2) adalah:
a. Distrik Kuningan di Kecamatan Kadugede;
b. Distrik Cilimus di Kecamatan Jalaksana;
c. Distrik Ciawigebang di Kecamatan Garawangi;
d. Distrik Luragung di Kecamatan Ciwaru.
6
(3) Kawasan Layanan sebagaimana dimaksud pada pasal 12 ayat (2)
adalah:
a. Distrik Kuningan terdiri dari Kecamatan Darma, Nusaherang,
Ciniru, Hantara, Selajambe dan Cigugur;
b. Distrik Cilimus terdiri dari Kecamatan Cipicung, Pasawahan,
Pancalang,
Karamatmulya,
Cigandamekar,
Japara
dan
Mandiracan;
c. Distrik Ciawigebang terdiri dari Kecamatan Cidahu, Kalimanggis,
Lebakwangi, dan Sindangagung;
d. Distrik Luragung terdiri dari Kecamatan Subang, Cibeureum,
Karangkancana, Maleber, Cilebak, Cibingbin, dan Cimahi.
Bagian kedua
Pengembangan Komoditas Unggulan dan Potensial
Pasal 14
(1) Komoditas unggulan dan potensial yang akan dikembangkan pada
Distrik Kuningan adalah :
a. Komoditi Pangan dan Hortikultura terdiri atas Jagung,
kentang, wortel, Bawang daun, cabe, tomat, mentimun dan
bayam;
b. Komoditi Perkebunan terdiri atas kopi, cengkeh,mlinjo, pala,
pinang, lada, jambu mete dan jahe;
c. Komoditi ternak dan ikan terdiri atas sapi perah, ikan tawar
berbagai jenis.
(2) Komoditas unggulan dan potensial yang akan dikembangkan pada
Distrik Cilimus adalah :
a. Komoditi Pangan dan Hortikultura terdiri atas ubi jalar,
bawang merah, petsai, buncis, kangkung, salak, durian dan
rambutan;
b. Komoditi Perkebunan terdiri atas
vanili, kapok, melinjo,
bamboo;
c. Komoditi ternak dan ikan terdiri atas lebah madu, domba,
ikan mas, tawes, mujahir, tambak, gurame dan nila.
(3) Komoditas unggulan dan Potensial yang akan dikembangkan pada
Distrik ciawigebang, adalah :
a. Komoditi Pangan dan Hortikultura terdiri atas padi, kacang
tanah, ubi kayu, terung, bayam, buncis, lengkuas,mangga,
rambutan dan durian;
b. Komoditi Perkebunan kayu dan Tebu;
c. Komoditi ternak dan ikan terdiri atas kerbau,sapi, ayam ras,
itik , dan ikan air tawar.
(4) Komoditas unggulan dan potensial yang akan dikembangkan pada
Distrik Luragung, adalah :
a. Komoditi Pangan dan Hortikultura terdiri atas kedelai, kacang
hijau, kacang panjang, dan kencur;
b. Komoditi Perkebunan kayu, aren, pandan, kemiri dan
kapolaga;
c. Komoditi ternak terdiri atas sapi potong, kambing, dan ayam
buras.
7
Pasal 15
Pengembangan
komoditi
unggulan
dimasing-masing
distrik
sebagaimana dimaksud pada pasal 14, untuk masing-masing
kecamatan ditetapkan dengan Keputusan Bupati yang disesuaikan
dengan prospek pengembangan masing-masing komoditi di tiap
kecamatan.
BAB VI
ARAHAN DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGROPOLITAN
Bagian pertama
Arahan pengembangan
Pasal 16
Guna memacu pembangunan pertanian dan peningkatan pendapatan
petani, pengembangan agropolitan diarahkan untuk:
a. mendorong dan menciptakan iklim perekonomian di daerah yang
kondusif bagi pembangunan sistem agribisnis.
b. menciptakan iklim perekonomian kondusif yang dilakukan melalui
instrumen makro ekonomi, baik fiscal maupun moneter serta
kebijakan lainnya yang dapat mendorong agar strategi
pembangunan sistem dan
usahatani
agribisnis
melalui
pengembangan kawasan agropolian dapat diimplementasikan.
c. mendayagunakan dan mengoptimalkan seluruh sumberdaya
melalui peningkatan pemafaatan dan penerapan iptek serta
kerjasama dan kemitraan sinergi antar pelaku pembangunan.
d. meningkatkan secara nyata dan terencana serta memacu
pemerataan pembangunan infrastruktur di kawasan pedesaan,
terutama
infrastruktur
yang
menunjang
pelaksanaan
pengembangan agropolitan serta infrastruktur dasar seperti untuk
kebutuhan pendidikan, kesehatan dan sosial lainnya.
e. berorientasi pada kekuatan pasar melalui pemberdayaan
masyarakat yang diarahkan pada upaya pengembangan usaha
budidaya pengembangan agribisnis hulu (penyediaan sarana
pertanian) dan agribisnis hilir (processing dan pemasaran) serta
jasa-jasa pendukung.
f. mempercepat pembangunan wilayah/daerah yang IPM-nya rendah
serta mengurangi dan sekaligus merehabilitasi wilayah/ daerah
kritis.
g. dapat dilakukan secara berkesinambungan sesuai dengan tahapan.
h. mempedomani upaya pelestarian sumber daya alam dan
lingkungan.
Bagian kedua
Kebijakan pengembangan
Pasal 17
Kebijakan pengembangan agropolitan mencakup kebijakan makro dan
kebijakan mikro.
8
Pasal 18
(1) Kebijakan makro sebagimana dimaksud pada pasal 17 adalah :
a. Mendorong terciptanya kelembagaan yang dapat meningkatkan
akses petani untuk memanfaatkan skim-skim kredit yang
tersedia.
b. Meningkatkan alokasi anggaran pemerintah baik melalui APBN,
APBD Propinsi Jawa Barat, maupun APBD Kabupaten Kuningan
untuk pengembangan kawasan-kawasan agropolitan.
c. Memfasilitasi dan menyediakan bantuan permodalan untuk
disalurkan kepada usaha agribisnis.
d. Memperluas dan memberdayakan lembaga keuangan
daerah/local yang beroperasi di sentra-sentra produksi
pertanian (BMT, BPR, dsb).
e. Mendorong agar terjadi peningkatan investasi yang lebih
menggairahkan pertumbuhan ekonomi di kabupaten Kuningan,
baik di sektor pertanian, maupun non pertanian.
f. Memberikan kemudahan dalam pelayanan bagi investor.
(2)
Kebijakan mikro sebagaimana dimaksud pada pasal 17 terdiri
dari berbagai komponen strategis pembangunan sistem
agribisnis sebagai suatu sistem agar dapat berlangsung optimal,
yang terdiri dari sub sistem hulu agribisnis, sub sistem budidaya
pertanian, sub sistem pengolahan, sub sistem pemasaran serta
sub sistem jasa dan kelembagaan pendukung.
(3)
Kebijakan mikro sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) secara
lebih rinci tercantum dalam Buku Master Plan Agropolitan.
BAB VII
PELAKSANAAN AGROPILITAN
Bagian Pertama
Umum
Pasal 19
(1)
Tugas dan Tanggungjawab pelaksanaan Master Plan Agropolitan
dilakukan oleh Bupati
(2)
Untuk melakukan pelaksanaan tugas dan tanggungjawab
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibentuk Kelompok Kerja
(Pokja) Agropolitan.
(3)
Pembentukan Pokja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Kedua
Pembiayaan
Pasal 20
Pembiayaan pelaksanaan Master Plan Agropolitan dianggarkan dalam
APBD.
9
BAB VIII
PENINJAUAN KEMBALI MASTER PLAN AGROPOLITAN
Pasal 21
(1) Master Plan Agropolitan yang telah ditetapkan dapat ditinjau
kembali pada Tahun 2009 dan Tahun 2014.
(2) Hasil peninjauan kembali dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Rincian selengkapnya Master Plan Agropolitan sebagaimana dimaksud
pada pasal 8 sebagaimana tercantum dalam naskah Master Plan
Agropolitan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Pasal 23
Master Plan Agropolitan sebagaimana dimaksud pada pasal 23
selanjutnya disusun rencana yang lebih rinci/detail yang ditetapkan
dengan peraturan Bupati.
Pasal 24
Peraturan Bupati untuk pelaksanaan Peraturan Daerah ini paling lama
dalam waktu 6(enam) bulan harus sudah diterbitkan.
Pasal 25
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Disahkan di Kuningan
Pada tanggal
BUPATI KUNINGAN
AANG HAMID SUGANDA
Diundangkan di Kuningan
Pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KUNINGAN
AMAN SURYAMAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2004 NOMOR
10
SERI
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN
NOMOR :
TENTANG
MASTER PLAN AGROPOLITAN KABUPATEN KUNINGAN
I.
UMUM
Untuk mengarahkan pemanfaatan ruang di Daerah agar serasi, selaras,
seimbang, berdayaguna, berhasilguna, berbudaya dan berkelanjutan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan, telah
ditetapkan Peraturan Daerah kabupaten Kuningan Nomor 21 Tahun 2004
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan sampai dengan
tahun 2013.
Selanjutnya dengan berpedoman kepada prinsip – prinsip penyusunan
kawasan pengembangan ekonomi terpadu, untuk perencanaan wilayah dalam
rangka pertumbuhan ekonomi di kabupaten kuningan dicoba disusun kelompok
(klaster) pertumbuhan ekonomi (kpe) dengan mengacu kepada visi dan misi
serta garis – garis besar yang terdapat dalam dokumen – dokumen perencanaan
nasional, propinsi jawa barat dan kabupaten kuningan.
Struktur perekonomian di daerah didominasi oleh sektor pertanian
dengan kontribusi yang relatif stabil. hal ini ditunjang oleh lahan pertanian yang
cukup subur yang dapat dimanfaatkan sebagai pertanian lahan basah dan lahan
kering.
Kenyataan telah membuktikan akan pentingnya peran strategis sektor
pertanian sebagai pilar penyangga atau basis utama ekonomi dalam upaya
peningkatan pendapatan masyarakat serta usaha kecil dan menengah yang
selama ini relatif mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi yang
melanda bangsa indonesia.
Sudah saatnya pembangunan ekonomi daerah yang menyangkut
sebagian besar ekonomi rakyat banyak tidak berhenti pada retorika saja,
melainkan harus sesegera mungkin diwujudkan dalam aksi nyata dan dukungan
kebijaksanaan makro ekonomi. Penerapan konsep pengembangan agropolitan
diharapkan mampu menjawab segala permasalahan dan tantangan mendasar
lemahnya ekonomi lokal.
Dalam konteks pengembangan ekonomi lokal dikenal metode
pengembangan ekonomi lokal didasarkan pada pendayagunaan sumber daya
unggulan lokal yang ada pada suatu wilayah. keutamaan dari pengembangan
ekonomi yang berorientasi dan berbasis lokal ini adalah penekanannya pada
11
proses peningkatan peran dan inisiatif-inisiatif masyarakat
pengembangan aktivitas ekonomi dan peningkatan produktivitas.
lokal
dalam
Pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah pada dasarnya ditentukan oleh
dua hal, yaitu pendayagunaan sumber daya fisik wilayah secara optimal serta
pengaturan dan pengorganisasian pelaku ekonomi untuk menciptakan sinergi.
kombinasi keduanya diharapkan dapat menghasilkan keunggulan komparatif
maupun keunggulan kompetitif.
Pengelompokan kawasan pertumbuhan akan membentuk kawasan
pertumbuhan suatu wilayah. Dengan demikian akan diketahui pula keungulan –
keunggulan yang berbasis lokal di wilayah tersebut. Hal ini merupakan dasar
untuk pengembangan kawasan agropolitan sehingga kawasan agropolitan yang
dibentuk benar-benar tepat sasaran.
Dengan mengembangkan konsep agropolitan, akan diupayakan untuk
mengembangkan perdesaan. Sebab inti dari pengembangan agropolitan pada
dasarnya adalah memberikan pelayanan perkotaan di kawasan perdesaan atau
dengan istilah lain yang digunakan oleh friedmann adalah “kota di ladang”.
Dengan demikian petani atau masyarakat desa tidak perlu harus pergi ke
kota untuk mendapatkan pelayanan, baik dalam pelayanan yang berhubungan
dengan masalah produksi dan pemasaran maupun masalah yang berhubungan
dengan kebutuhan sosial budaya dan kehidupan setiap hari atau pelayanan
mengenai teknik berbudidaya pertanian maupun kredit modal kerja serta
informasi pasar. Dalam konsep agropolitan ini pusat pelayanan diberikan pada
wilayah setingkat desa, sehingga sangat dekat dengan pemukiman petani.
Besarnya biaya produksi dan biaya pemasaran dapat diperkecil dengan
meningkatkan faktor - faktor kemudahan pada kegiatan produksi dan
pemasaran. faktor – faktor tersebut menjadi optimal dengan adanya kegiatan
pusat agropolitan. Peran agropolitan dalam memperkecil biaya produksi dan
pemasaran dilakukan dengan cara melayani kawasan produksi pertanian
disekitarnya tempat berlangsung kegiatan agribisnis oleh para petani setempat,
sehingga berbagai macam fasilitas terdapat di pedesaan.
Melalui penerapan konsep agropolitan diharapkan dapat mengangkat
posisi petani agar mempunyai posisi tawar yang lebih baik terhadap pasar
dengan cara menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang
bersaing.
Pengembangan kawasan agropolitan dimaksudkan untuk meningkatkan
pendapatan / kesejahteraan petani melalui percepatan pengembangan wilayah
dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya
sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing tinggi, berbasis kerakyatan,
berkelanjutan dan terdesentralisasi di kawasan agropolitan. Sistem usaha
agribisnis membangun usaha budidaya dan juga usaha lain yang menunjang
budidaya seperti pasca panen, penyediaan alat – alat / sarana pertanian,
pemasaran dan jasa penunjang lainnya.
Agar konsep pengembangan agropolitan dapat dilaksanakan secara
optimal perlu disusun dokumen perencanaan dalam bentuk master plan
agropolitan kabupaten kuningan yang dapat menjangkau kurun waktu sekurang
12
- kurangnya untuk jangka waktu 10 tahun kedepan yaitu sampai dengan tahun
2014.
Mengingat master plan agrapolitan dimaksud merupakan kebijakan
Pemerintah Daerah, maka agar mengikat dan memiliki kepastian hukum perlu
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
II.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Pasal ini menjelaskan arti beberapa istilah yang digunakan dalam
Peraturan Daerah ini dengan maksud untuk menyamakan pengertian tentang
istilah-istilah itu, sehingga dengan demikian dapat dihindari kesalahpahaman
dalam menafsirkannya.
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
2
Cukup Jelas
3
Cukup Jelas
4
Cukup Jelas
5
Cukup Jelas
6
Cukup Jelas
7
Cukup Jelas
8
Cukup Jelas
9
Cukup Jelas
10
Cukup Jelas
11
Cukup Jelas
12
Cukup Jelas
13
Cukup Jelas
14
Cukup Jelas
15
Cukup Jelas
16
Cukup Jelas
17
Cukup Jelas
18
Cukup Jelas
13
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
19
Cukup Jelas
20
Cukup Jelas
21
Ayat (1)
Peninjauan kembali Master Plan Agropolitan secara berkala dapat
dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali.
Peninjauan kembali Master Plan Agropolitan yang disesuaikan
dengan kebutuhan, dimaksudkan untuk melakukan peninjauan
kembali guna mengakomodir aktifitas pembangunan yang bersifat
mendesak baik dalam rangka memenuhi perkembangan kebutuhan
Pemerintah maupun masyarakat yang tidak dapat dihindari,
meskipun masa berlakunya Master Plan Agropolitan masih kurang
dari 5 (lima) tahun.
Ayat (2)
Cukup Jelas
22
Cukup Jelas
23
Cukup Jelas
24
Cukup Jelas
25
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR
14
Download