Modul Sosiologi Komunikasi [TM13]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Sosiologi
Komunikasi
KOMUNIKASI DAN
SISTEM
KEMASYARAKATAN
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Broadcasting
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
85005
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Pada materi ini akan membahas
mengenai -ciri dan pola perilaku
komunikasi masyarakat tradisional
dan masyarakat modern.
Mahasiswa diharapkan dapat
memahami dan memaparkan
mengenai ciri-ciri dan pola perilaku
komunikasi masyarakat tradisional
dan masyarakat modern.
Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan
Pengertian masyarakat yaitu sekumpulan orang yang, terdiri dari berbagai
kalangan, baik golongan mampu ataupun golongan tak mampu, yang tinggal di dalam satu
wilayah dan telah memiliki hukum adat, norma-norma serta berbagai peraturan yang siap
untuk ditaati.
Masyarakat menurut Gillin dan Gillin adalah sekelompok manusia yang mempunyai
kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan. Sedangkan
menurut Selo Soemardjan adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan. Dari beberapa pakar ahli sosiologi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
masyarakat merupakan sekelompok orang atau manusia yang mempunyai sifat yang
kompleks dan hubungannya diikat oleh kesatuan persamaan yang sangat erat.
Pusat peradaban kehidupan masyarakat manusia yang kita kenal sebagai kota,
berawal dari desa. Istilah kota dan desa merupakan terminologi yang muncul berkenaan
dengan era Modernisasi.
Suatu keadaan masyarakat
pasca-agraris yang
dalam
komponennya dikenali dengan industrialisasi, urbanisasi, negara-bangsa, struktur-struktur
birokrasi, pertumbuhan penduduk, struktur-struktur kelas baru, pasar-pasar kapitalis dunia,
dan sistem baru komunikasi. Ciri-ciri kehidupan masyarakat serupa itu dikenal sebagai
masyarakat modern yang menurut Marshall Berman, masyarakat modern memiliki
2016
2
Sosiologi Komunikasi
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pengalaman-pengalaman hidup modern dalam keadaan yang dualistis – di satu sisi terdapat
masyarakat pedesaan yang memiliki penanda berbeda dengan masyarakat perkotaan
dalam seluruh aspek kehidupannya
Dilihat dari sisi materi atau pengetahuannya masyarakat dapat dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu masyarakat tradisional (desa) dan masyarakat modern (kota). Oleh
karena itu kita perlu mengetahui apa itu masyarakat tradisional dan masyarakat modern.
MASYARAKAT TRADISIONAL
Dalam sebuah negara seringkali kita temukan masyarakat tradisional bahkan
masyarakat modernpun awalnya mereka berasal dari masyarakat tradisioal,karena
bertambanya ilmu pengetahuan serta adanya penemuan-penemuan baru mengakibatkan
pergeseran paradigma sehinga banyak masyarakat mengalihkan profesinya dari pertanian
ke industri. masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang mempunyai beragam
kebudayaan serta masih mempertahannya.
Masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang kehidupannya masih diikat oleh adat
istiadat nenek luhurnya atau adat istiadat yang lama. Oleh karena itu masyarakat tradisional
tidak mendapatkan perubahan yang mendasar dari perubahan-perubahan yang ada dalam
masa sekarang ini, walau memang tidak menutup kemungkinan masyarakat tradisional
sekarang sudah mengetahui tentang teknologi yang canggih namun mereka hidup masih
menggunakan dasar adat istiadat leluhur mereka. Dan yang lebih menonjol dari masyarakat
tradisional yaitu mereka hidup di daerah pedesaan yang secara geografis terletak
dipedalaman yang jauh dari keraimain. Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang
bisa kita juluki dengan nama masyarakat “paguyuban”. Masyarakat tradisional sangat erat
2016
3
Sosiologi Komunikasi
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
atau rukun dalam proses berkomunikasi dalam lingkunganya, interaksi diantara mereka itu
sangat erat sekali.
Adapun ciri-ciri kehidupan masyarakat tradisional adalah sebagai berikut:
1.
Memiliki jiwa tolong menolong
Sistem tolong menolong dalam masyarakat tradisional atau pedesaan identik dengan
sukarela. Seperti contohnya dalam hal pertanian, disini bantuan dalam pekerjaan pertanian
tidak disewakan tetapi yang diminta dari sesama warga. Dalam hal ini kompensasinya itu
bukan bagian dari hasil pekerjaan, juga bukan upah, tetapi tenaga bantuan juga. Aktifitasaktifitas tolong menolong tampak terlihat sekali dalam lapangan kehidupan masyarakat
seperti halnya dalam aktifitas kehidupan rumah tangga, dalam menyiapkan dan
melaksanakan pesta atau upacara, dan dalam hal kecelakaan dan hal kematian dan
kesemuanya identik dengan kesukarelaan (tanpa pamrih).
2.
Suka gotong royong
Di samping adat istiadat tolong menolong antara warga desa dalam berbagai macam
lapangan aktivitas-aktivitas sosial, baik yang berdasarkan hubungan tetangga, ataupun
hubungan kekerabatan atau lain-lain hubungan yang berdasarkan efisiensi dan sifat praktis.
Ada pula aktivitas-aktivitas bekerjasama yang lain yang secara populer biasanya disebut
dengan istilah gotong royong. Hal ini adalah aktivitas bekerjasama antara sejumlah besar
warga desa untuk menyelesaikan proyek tertentu yang dianggap berguna bagi kepentingan
umum. Untuk membedakan aktifitas-aktifitas tolong menolong itu, ada baiknya aktifitasaktifitas sosial tersebut kita sebut kerja bakti, atau kita kalau mau memakai istilah “gotong
royong”, maka aktifitas-aktifitas yang lain itu disebut secara konsekuen “tolong menolong”,
seperti apa yang kami lakukan dalam uraian di atas itu. Mengenai gotong royong kerja bakti
kita harus juga membedakan antara (1) kerjasama untuk proyek-proyek yang timbul dari
inisiatif atau swadaya para warga sendiri an (2) kerjasama untuk proyek-proyek yang
dipaksakan dari atas. Kita bisa membayangkan bagaimana proyek-proyek macam pertama,
yang asal keputusan-keputusan rapat-rapat desa masyarakat sendiri dan yang disarankan
benar-benar sebagai suatu proyek yang beguna, dikerjakan bersama dengan amat rela dan
penuh semangat, sedangkan sebaliknya proyek-proyek macam kedua, yang sering sekali
tidak dipahami atau diketahui kegunaannya, oleh masyarakat dirasakan saja sebagai
kewajiban-kewajiban rutin yang amat tidak dapat dihindari, kecuali dengan cara mewakilkan
giliran mereka kepada orang lain.
Di dalam mengajukan proyek-proyek yang membutuhkan tenaga bersama dari
sebagian besar warga, pihak atasan atau siapa saja yang mengajukan proyek itu bagi
umum harus bisa meyakinkan warga akan kegunaan dari proyek itu bagi masyarakat
2016
4
Sosiologi Komunikasi
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sedemikian rupa sehingga warga akan merasakan proyek itu seolah-olah sebagai
proyeknya sendiri, dan sehingga perasaan paksaan itu menghilang. Dengan demikian
masyarakat akan bekerja serba rela dan bersemangat.
3.
Berjiwa gotong royong
Dasar-dasar dari aktifitas tolong menolong dan gotong royong sebagi suatu gejala
sosial dalam masyarakat desa pertanian, telah beberapa kali dianalisis oleh ahli-ahli ilmu
sosial. Sistem tolong menlong itu rupanya suatu teknik pengerahan tenaga yang mengenai
pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian atau spesialisasi khusus, atau mengenai
pekerjaan yang tidak menbutuhkan diferensiasi tenaga dimana semua orang dapat
mengerjakan semua tahap dalam penyelesaiannya. Kecuali itu sistem tolong menolong itu
rupa-rupanya mungkin dengan dengan dasar hubungan intensif, antara orang-orang yang
hidupberhadapan muka yang saling kenal mengenal sebagai manusia kongkrit dan tidak
sebagai suatu nomor yang abstrak saja, artinya antara orang-orang yang hidup dalam
masyarakat kecilyang berdasarkan prinsip-prinsip kelompok primer. Dipandang dari sudut
itu, maka tolong menolong itu dapat kita harapkan akan merupakan gejala sosial yang
universal; artinya ada dalam semua masyarakat di mana ada kelompok-kelompok primer di
dalamnya.
Kelompok-elompok primer itu terutama ada dalam masyarakat pedesaan, tidak
hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara, di Asia umumnya, di Afrika, di Oceania, di
Amerika Latin, bhkan di Eropa dan Amerika Utara juga. Hanya di dalam masyarakat kota
yang kompleks, di mana arti dalam kelompok-kelompok primer itu sudah terdesak ke hanya
beberapa lapangan kehidupan yang khusus saja, sistem tolong menolong itu boleh
dikatakan terdesak juga. Dalam perusahaan-perusahaan yang modern, dengan suatu
diferensiasi dan spesialisasi yang kompleks, dengan suatu organisasi yang komplek,
dengan suatu organsasi yang luas, sistem tolong menolong rupa-rupanya tidak juga akan
memberi hasil yang efektif. Demikian sistem pengarahan tenaga secara tolong menolong,
terkait kepada struktur kelompok-kelompok primer dalam masyarakat. Jiwa tolong
menolong, gotong-royong dan jiwa berbakti merupakan ciri watak atau kepribadian
masyarakat tradisional.
4.
Musyawarah dan Berjiwa Musyawarah
Musyawarah adalah satu gejala sosial yang ada dalam banyak masyarakat
tradisional atau pedesaan umumnya. Artinya ialah keputusan-keputusan yang diambil dalam
rapat-rapat tidak berdasarkan satu mayoritas, yang menganut suatu pendirian tertentu,
melainkan seluruh rapat seolah-oleh suatu badan. Hal ini berarti bahwa pihak mayoritas dan
pihak minoritas mengurangi pendirian mereka, sehingga bisa mendekati dan aling toleransi.
2016
5
Sosiologi Komunikasi
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sebagai suatu cara berapat yabg tertentu, musyawarah itu rupa-rupanya harus ada
kekuatan
atau
tokoh-tokoh
yang
dapat
mendorong
proses
menyetarakan
dan
mengintegrasikan pendapat itu. Jiwa-jiwa musyawarah seperti itulah yang harus dimiliki
setiap orang dalam memecahkan masalah. Jiwa musyawarah merupakan suatu ekstensi
dari jiwa gotong royong. Tidak hanya dalam rapat-rapat saja, tetapi terutama dalam seluruh
kehidupan sosial, warga dari suatu masyarakat yang berjiwa gotong royong itu diharapkan
sudi dalam melepaskan sebagian pendapatnya atau sedikit mendekati atau mencakup
keseluruhan pendapat seluruh audien supaya tidak saling ngotot, menjatuhkan dan
membenarkan pendiriannya sendiri. Dilihat dari ciri kehidupan masyarakat tradisional diatas
dapat dilihat bahwa masyaraka tradisional memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini :
1. Afektifitas yaitu hubungan antar anggota masyarakat didasarkan pada kasih saying.
2. Orientasi kolektif yaitu lebih mengutamakan kepentingan kelompok/kebersamaan.
3. Partikularisme yaitu segala sesuatu yang ada hubungannya dengan apa yang
khusus berlaku untuk suatu daerah tertentu saja, ada hubungannya dengan
perasaan subyektif dan rasa kebersamaan.
4. Askripsi yaitu segala sesuatu yang dimiliki diperoleh dari pewarisan generasi
sebelumnya.
5. Diffuseness ( kekaburan ) yaitu dalam mengungkapkan sesuatu dengan tidak
berterus-terang.
Berdasarkan ciri-ciri morfologi, keadaan jumlah penduduk, kegiatan ekonomi, fenomena
sosial kultural, maupun aspek hukum maka kita dapat menyimpulan jika penduduk desa
memiliki ciri-ciri masyarakat yang didasarkan pada hubungan kekerabatan (geneologis)
hingga mengikat anggotanya untuk memiliki pola kesatuan hidup setempatan yang
berdekatan. Seluruh penduduk desa berasal dari satu keturunan yang beranak-pinak
membentuk satu wilayah pedesaan. Segolongan manusia ini terikat kesadaran dan identitas
akan “kesatuan kebudayaan” yang dapat kita sebut sebagai “suku bangsa” atau “Kelompok
etnis”.
Sistem Komunikasi Pedesaan. Komunikasi antarpersonal menjadi ciri-ciri komunikasi yang
umumnya dilakukan masyarakat desa. Komunikasi antarpersonal diartikan sebagai aktifitas
penyampaian pesan-pesan antara dua orang maupun kelompok kecil orang dengan
beberapa efek dan umpan balik. Model komunikasi yang umumnya dijumpai dalam
masyarakat pedesaan disebut juga sebagai “Model Alir Satu Tahap” atau One Step Flow
(Joseph A. Devito, Humman Communication, 1997 dalam Nurudin, 2003:132). Pola
komunikasi face to face communication atau komunikasi antarpersonal menempatkan
pemimpin opini atau pemuka pendapat (opinion leader) selaku orang-orang yang dapat
2016
6
Sosiologi Komunikasi
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mempengaruhi khalayak. Pesan media massa tidak langsung menerpa masyarakat
pedesaan tetapi terlebih dulu melalui pemimpin opini sebagai pihak yang melakukan proses
penterjemahan pesan berpedoman pada kultur setempat sebelum diartikulasikan kepada
khalayaknya.
Orang-orang yang dapat kita sebut sebagai pemimpin opini di pedesaan seperti sesepuh
desa, pejabat desa, guru, pemimpin keagamaan, maupun sekelompok orang yang memiliki
stratifikasi ekonomi di atas rata-rata mayoritas penduduk. Posisi pemimpin opini demikian
penting mengingat masyarakat desa dicirikan sebagai masyarakat homogen hingga ikatanikatan moral yang mengatur warganya demikian ekslusif. Dibutuhkan pihak-pihak yang
dipercaya dapat mengelola informasi hingga sesuai dengan norma-norma sosial warganya.
Media
Komunikasi
Pedesaan.
Masyarakat
pedesaan
tentunya
memiliki
saluran
berkomunikasi yang dipergunakan dalam menjalin interaksi sosial antar sesama anggota
komunitas. Saluran komunikasi yang dipergunakan dikenal sebagai media rakyat sebagai
sarana penyampaian nilai-nilai pandangan hidup (sosialisasi) bagi warganya secara turuntemurun. Media ini memfasilitasi warganya untuk dapat saling berinteraksi dan saling
bertukar informasi melalui mana media rakyat ini hadir dalam wujudnya ke dalam seni-seni
pertunjukan tradisi atau seni rakyat (folk culture).
Realita Komunikasi Pedesaan. Perkembangan media massa khususnya telepon dan internet
saat ini turut mempengaruhi pola komunikasi masyarakat pedesaan. Sekalipun sebaran
teknologi komunikasi tersebut kenyataannya belum maksimal menjangkau pelosok
pedesaan hingga wilayah pedalaman, sarana komunikasi ini berpeluang besar memberikan
pencerahan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat manusia
global. Pada gilirannya media massa memfasilitasi masyarakat desa untuk mendapatkan
informasi yang fleksibel hingga membentuk orientasi pikir baru tentang dunianya maupun
dunia di luar dirinya. Keterampilan membaca dan menulis atau literasi antara penduduk desa
dan kota berbeda. Jika di pedesaan secara umum masyarakatnya belum sepenuhnya
terbebas dari buta huruf sehingga mayoritas pesan yang disampaikan melalui media massa
tidak sepenuhnya mencapai tujuan. Keadaan ini merujuk pada penjelasan Teori Peluru dan
Teori Jarum Suntik, bahwa masyarakat pedesaan disituasikan selaku audience yang pasif
menerima informasi. Menjadi penting keberadaan pemuka pendapat selaku agen
penterjemah isi pesan media. Namun disadari atau tidak, posisi opinion leader dewasa kini di
pedesaan telah bergeser makna fungsionalnya. Contohnya, berkembangnya stasiun televisi
swasta masuk ke wilayah pedesaan sebagai sarana informasi sekaligus media hiburan telah
2016
7
Sosiologi Komunikasi
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menggantikan peran pemimpin opini, melalui televisi masyarakat desa memperoleh
pengetahuan baru. Revolusi komunikasi ini tengah merubah tatanan struktur sosial
masyarakat desa sehingga lambat laun masyarakat desa kini tengah berevolusi menjadi
masyarakat kota.
MASYARAKAT MODERN
Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan umat manusia pun mengalami
perubahan. Menurut para pemikir post modernis dekonstruksi, dunia tak lagi berada dalam
dunia kognisi, atau dunia tidak lagi mempunyai apa yang dinamakan pusat kebudayaan
sebagai tonggak pencapaian kesempurnaan tata nilai kehidupan. Hal ini berarti semua
kebudayaan duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, dan yang ada hanyalah pusat-pusat
kebudayaan tanpa periferi. Sebuah kebudayaan yang sebelumnya dianggap pinggiran akan
bisa sama kuat pengaruhnya terhadap kebudayaan yang sebelumnya dianggap pusat dalam
kehidupan manusia modern.
Wajah kebudayaan yang sebelumnya dipahami sebagai proses linier yang selalu
bergerak ke depan dengan berbagai penyempurnaannya juga mengalami perubahan.
Kebudayaan tersebut tak lagi sekadar bergerak maju tetapi juga ke samping kiri, dan kanan
memadukan diri dengan kebudayaan lain, bahkan kembali ke masa lampau kebudayaan itu
sendiri.
Lokalitas kebudayaan karenanya menjadi tidak relevan lagi dan eklektisme menjadi
norma kebudayaan baru. Manusia cenderung mengadaptasi berbagai kebudayaan,
mengambil sedikit dari berbagai keragaman budaya yang ada, yang dirasa cocok buat
dirinya, tanpa harus mengalami kesulitan untuk bertahan dalam kehidupan.
2016
8
Sosiologi Komunikasi
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perubahan tersebut dikenal sebagai perubahan sosial atau social change.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya, namun perubahannya hanya
mencakup kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, kecuali organisasi sosial
masyarakatnya. Perubahan sosial tersebut bardampak pada munculnya semangatsemangat untuk menciptakan produk baru yang bermutu tinggi dan hal inilah yang menjadi
dasar terjadinya revolusi industri, serta kemunculan semangat asketisme intelektual.
Menurut Prof Sartono, asketisme dan expertise ini merupakan kunci kebudayaan akademis
untuk menuju budaya yang bermutu.
Sebagai homo faber, manusia mencipta dan bekerja, untuk memperoleh kepuasan
atau self fulfillment. Dalam kaca mata agama dan unsur untuk beribadah, suatu orientasi
kepada kepuasan batin dan menuju ke arah sesuatu yang transendental. Di sinilah yang
disebut etos bangsa itu muncul.
Sebenarnya etos bangsa kita juga sudah banyak disinggung oleh para pujangga
seperti dalam “Serat Wedatama” karya Mangkunegoro IV yang disebutnya sebagai
etos “mesu budi”. Etos ini merupakan suatu ajakan untuk mementingkan penampilan yang
bermutu baik lahir, maupun batin, atau kalau dalam bahasa modern disebut juga etos
intelektual.
Kemudian, etos intelektual inilah yang mendorong masyarakat untuk terus berkarya
dan terus menciptakan hal-hal baru guna meningkatkan kemakmuran hidupnya, sehingga
masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang modern. Sedangkan proses menjadi
masyarakat yang modern disebut dengan istilah Modernisasi. Jadi dengan kata lain,
modernisasi ialah suatu proses transformasi total, suatu perubahan masyarakat dalam
segala aspeknya.
Masyarakat modern yaitu masyarakat yang kehidupannya di kota, dan kebanyakan
masyarakat ini tinggal di tempat yang ramai tidak seperti masyarakat tradisional yang
kehidupannya di pedalaman. Kata Modern berasal dari bahasa latin “ Modo” = cara dan “
Ernus” = masa kini. Masyarakat modern identik dengan punya banyaknya pengetahuan dan
identik dengan alat elektronik yang maju dan mudahnya dalam mengikuti perubahan yang
ada pada jaman sekarang ini.
Alam tidak lagi hal yang amat vital dalam menunjang kehidupan mereka seperti yang
dialami masyarakat tradisional. Sebaliknya alam dikendalikan dengan kemampuan
pengetahuan
mereka
dalam
menunjang
kehidupan
yang
lebih
baik.
Masyarakat kota yang hidupnya mengalami gejala modernisasi umumnya hidup dari sektor
industri, selain itu mereka juga hidup dari sektor perdagangan kepariwisataan, dan jasa
lainnya. Jadi, kota yang sebagian besar warganya terlibat dalam kegiatan itu disebut kota
industri. Sistem mata pencaharian sektor industri mempengaruhi segi-segi kehidupan sosial
2016
9
Sosiologi Komunikasi
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
masyarakat modern antara lain mempengaruhi pembentukan sistem pelapisan sosial,
organisasi sosial, pola-pola perilaku, nilai dan norma sosial, kekuasaan dan wewenang dan
segi-segi kehidupan lainnya yang merupakan ciri-ciri masyarakat modern.
Karakteristik Masyarakat Modern diantaranya:
1.
Masyarakat cenderung instan
2.
Masyarakat serba diburu waktu
3.
Masyarakat berubah dari sifat kolektif ke individualistic
4.
Meniru gaya hidup masyarakat global (kekinian)
5.
Ingin melakukan banyak hal sekaligus atau dalam satu waktu
6.
Tingkat stress makin meningkat
7.
Tingkat kriminalitas meningkat, norma-norma yang ada dimasyarakat menurun
8.
Kekerasan dalam masyarakat tinggi
9. Usaha untuk mengeksplorasi lingkungan dalam rangka untuk mengatasi tantangantantangan yang ditimbulkan dari lingkungan itu sendiri.
10. Dorongan rasa ingin tahu dan ingin mengatasi tantangan-tantangan menyebabkan
manusia ingin mengusasi lingkungan
11. Berpikir lebih objektif dan rasional
12. Selalu berusaha untuk memahami semua gejala yang dihadapi dan bagaimana
mengorganisasikannya sehingga kehidupannya lebih baik
Pada kehidupan masyarakat modern, kerja merupakan bentuk eksploitasi kepada
diri, sehingga mempengaruhi pola ibadah, makan, dan pola hubungan pribadi dengan
keluarga.
Sehingga dalam kebudayaan industri dan birokrasi modern pada umumnya,
dipersonalisasi menjadi pemandangan sehari-hari. Masyarakat modern mudah stres dan
muncul penyakit-penyakit baru yang berkaitan dengan perubahan pola makanan dan pola
kerja.
Yang terjadi kemudian adalah dehumanisasi dan alienasi atau keterasingan, karena
dipacu oleh semangat kerja yang tinggi untuk menumpuk modal. Berger menyebutnya
sebagai “lonely crowd” karena pribadi menemukan dirinya amat kuat dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam kebudayaan industrialisasi, terus terjadi krisis. Pertama, kosmos
yang nyaman berubah makna karena otonomisasi dan sekularisasi sehingga rasa aman
2016
10
Sosiologi Komunikasi
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
lenyap. Kedua masyarakat yang nyaman dirobek-robek karena individu mendesakkan diri
kepada pusat semesta, ketiga nilai kebersamaan goyah, keempat birokrasi dan waktu
menggantikan tokoh mistis dan waktu mitologi.
Para penganut paham pascamodern seperti Lyotard pernah mengemukakan
perlunya suatu jaminan meta-sosial, yang dengannya hidup kita dijamin lebih merdeka,
bahagia, dan sebagainya. Khotbah agung-nya (metanarasi) ini mengutamakan perlunya new
sensibility bagi masyarakat yang terjebak dalam gejala dehumanisasi budaya modern.
Kebiasaan dari masyarakat modern adalah mencari hal-hal mudah, sehingga
penggabungan nilai-nilai lama dengan kebudayaan birokrasi modern diarahkan untuk
kenikmatan pribadi. Sehingga, munculah praktek-peraktek kotor seperti nepotisme, korupsi,
yang menyebabkan penampilan mutu yang amat rendah.
Dari kebudayaan Teknologis Modern perlu dibedakan sesuatu yang mau saya sebut
sebagai Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam
lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan,
tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya
kebudayaan lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan
kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC).
Di lapangan terbang internasional orang dikelilingi oleh hasil teknologi tinggi, ia
bergerak dalam dunia buatan: tangga berjalan, duty free shop dengan tawaran hal-hal yang
kelihatan mentereng dan modern, meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan, suasana non-real
kabin pesawat terbang; semuanya artifisial, semuanya di seluruh dunia sama, tak ada
hubungan batin.
Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari ilusi, bahwa asal orang bersentuhan dengan
hasil-hasil teknologi modern, ia menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial itu tidak
menyumbangkan sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita malahan semakin
kosong karena kita semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera kita, kelakuan kita, pilihan
pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin dimanipulasi, semakin kita tidak memiliki
diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini tidak nyata, melainkan tiruan, blasteran.
Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah Konsumerisme: orang ketagihan membeli,
bukan karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi
membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan
kemampuan untuk menikmati sesuatu dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita
ingin memiliki sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang
makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food
dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern.
2016
11
Sosiologi Komunikasi
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perubahan sosial mendorong munculnya semangat-semangat untuk menciptakan produk
baru , sehinnga terjadilah revolusi industri, dan kemunculan semangat asketisme
intelektual. Kemudian, asketisme intelektual menimbulkan etos intelektual, dan inilah yang
mendorong masyarakat untuk terus berkarya dan terus menciptakan hal-hal baru guna
meningkatkan kemakmuran hidupnya, sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat
yang modern. Sedangkan proses menjadi masyarakat yang modern disebut dengan istilah
Modernisasi.
2016
12
Sosiologi Komunikasi
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Davis, Kingsley. 1960. Human Society The Macmillan Company. New York.
Dewantara,
Ki
Hajar.
1994. Kebudayaan.
Yogyakarta:
Majelis
Luhur
Persatuan
Tamansiswa..
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
Sarjono. Agus R (Editor). 1999. Pembebasan Budaya-Budaya Kita. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
2016
13
Sosiologi Komunikasi
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download