sumber hukum islam - Universitas Mercu Buana

advertisement
SUMBER HUKUM
ISLAM
Modul ke:
03
Fakultas
Program Studi
MATA KULIAH AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI
Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si.
Pengertian
• Sumber adalah asal sesuatu
• Sumber hukum Islam adalah asal (tempat
pengambilan) hukum Islam
• Dalam kepustakaan hukum Islam, sumber
hukum Islam sering pula disebut dengan dasar
hukum atau dalil hukum
• Dalam Al Quran Surat An Nisa : 59 disebutkan
bahwa setiap muslim wajib mengikuti
kehendak Allah, kehendak Rosul dan kehendak
ulil ‘amri yakni orang yg mempunyai
“kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan utk
mengalirkan ajaran hukum Islam dari dua
sumber utamanya yakni Al Quran dan Sunnah
Nabi Muhammad SAW
• Ketika Rosulullah mengutus Mu’adz bin Jabal menjadi
gubernur di Yaman, beliau bertanya kepadanya, “Dengan
pedoman apa engkau akan memutus sesuatu urusan ?”
Jawab Muadz : dengan kitabullah
Tanya Rosul : kalau tidak ada dalam Al Quran?
Jawab Muadz : dengan sunnah Rosulullah
Tanya Rosul : kalau dalam sunnah juga tidak ada?
Jawab Muadz : saya berijtihad dengan pikiran saya
Sabda Rosul : Maha suci Allah yg telah memberikan
bimbingan kepada utusan Rosul-Nya, dgn
satu sikap yg disetujui Rosul-Nya. (HR Abu
Dawud dan Turmudzi)
 Berdasarkan QS. An Nisa dan hadits tentang Muadz dpt
disimpulkan bahwa :
1. Sumber hukum Islam ada 3 yaitu Al Quran, As Sunnah dan akal pikiran yang mampu melakukan
Ijtihad
2. Dalam penggunaan ketiga sumber tersebut maka
diprioritaskan yang pertama, baru kemudian yang
kedua dan terakhir yg ke-3 dalam memecahkan suatu
permasalahan hukum.
Kesimpulan yang lain dari hadits Muadz adalah :
1. Al Quran bukanlah kitab hukum yg memuat kaidahkaidah hukum secara lengkap terperinci
2. sunnah Nabi pun sepanjang ttg muamalat, pada
umumnya hanya mengandung kaidah-kaidah umum
yg harus dirinci kembali lewat akal pikiran manusia
yang mampu berijtihad
3. Hakim tidak boleh menolak utk menyelesaikan
masalah atau sengketa dengan alasan bahwa
hukumnya tidak ada. Ia wajib memecahkan
masalah tersebut dengan cara berijtihad melalui
berbagai metoda.
AL QURAN
• Al Quran adalah sumber hukum pertama
dan utama. Ia memuat kaidah-kaidah
hukum fundamental (asasi) yg perlu dikaji
dengan teliti dan dikembangkan lebih
lanjut.
• Al Quran berasal dari kata qara-a
(membaca) berubah menjadi kata benda
qur’an berarti bacaan atau sesuatu yg
harus dibaca dan dipelajari.
Sejarah Kodifikasi dan Perkembangan Al Quran
• Al Quran ditulis sejak Nabi masih hidup. Begitu wahyu turun
kepada Nabi, Nabi langsung memerintahkan para sahabat
penulis wahyu untuk menuliskannya secara hati-hati. Wahyu
ditulis sekaligus dihafalkan dan diamalkan.
• Pada masa pemerintahan Abu Bakar ash Shiddiq Al Quran
telah dikumpulkan dalam mushaf (kumpulan lembaranlembaran yg tertulis). Zaid ibn Tsabit sebagai sekretaris
Nabi, mendapatkan tugas tersebut dan secara hati-hati ia
mengumpulkan ayat-ayat Al Quran yg telah ditulis di depan
Nabi dan yang disimpan di rumah Nabi serta disesuaikan
dengan ayat-ayat Quran yang dihafal para sahabat.
• Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yaitu Usman bin
Affan, lembaran-lembaran Al Quran yg disimpan oleh
Hafsah (Abu Bakar-Umar-Hafsah) disalin oleh Zaid ibn Tsabit
menjadi beberapa naskah. Hal ini mengingat penganut Islam
semakin banyak, meluas hingga di luar semenanjung Arab.
• Al Quran memuat kata-kata yg padat dan tidak mudah
difahami. Oleh karenanya diperlukan penjelasan dan
penafsiran. Dalam perkembangan selanjutnya muncul
disiplin ilmu Ulumul Quran sebagai ilmu yg khusus
mempelajari tentang Al Quran. Tafsir Al Quran juga
berkembang terus mengikuti perkembangan pemikiran dan
pengetahuan manusia.
Kandungan Isi Alquran
• Al quran terdiri dari 114 surat; 91 surat
turun di Makkah dan 23 surat turun di
Madinah. Surat yang turun di Makkah
dinamakan makiyyah, pada umumnya
suratnya pendek-pendek, menyangkut
prinsip-prinsip keimanan dan akhlak,
ditujukan kepada manusia. Sedangkan
yang turun di Madinah disebut surat
Madaniyyah.
• pada umumnya surat madaniyyah panjangpanjang, menyangkut peraturan-peraturan
yang mengatur hubungan seseorang dengan
Tuhan dan seseorang dengan sesamanya.
AS SUNNAH/AL HADITS
• Secara etimologis, hadits bisa berarti baru, dekat dan
khabar. Dalam tradisi hukum Islam hadits berarti
segala perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi
Muhammad.
• Pengertian hadits identik dengan sunnah yg secara
etimologis berarti jalan atau tradisi.
• Ada yg berpendapat antara hadits dan sunnah
berbeda, akan tetapi dlm kebiasaan hukum Islam,
hadits dan sunnah hy berbeda dr sisi penggunaan,
tidak dlm isi dan tujuannya.
As Sunnah sebagai Sumber Hukum
Sunnah adala sumber hukum Islam yg kedua
setelah Al Quran.
Apabila sunnah tdk berfungsi sebagai sumber
hukum, maka kaum muslim akan mengalami
kesulitan dalam hal cara shalat, kadar dan
ketentuan zakat, cara haji dll. Sebab ayat Al
Quran dlm hal tsb hanya berbicara secara global
dan umum dan penjelasan terperinci ada pada
sunnah Rosulullah.
Hubungan As-Sunnah dan Al Quran
 Bayan tafsir yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat
umum. Misal hadits “shalatlah kamu sebagaimana kamu
melihatku shalat” adalah merupakan tafsiran dari ayat
quran yg umum yaitu “kerjakan shalat”
 Bayan taqrir yaitu as sunnah berfungsi untuk
memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al Quran.
Misal Hadits “Berpuasalah ketika melihat bulan dan
berbukalah karena melihatnya” adalah memperkokoh
QS 2 : 185
 Bayan Taudhih, yaitu menerangkan maksud dan tujuan ayat Al
Quran, seperti pernyataan Nabi “Allah tidak mewajibkan zakat
melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yg sudah
dizakati” adalah penjelasan terhadap ayat Al Quran “Dan
orang-orang yg menyimpan emas dan perak kmd tidak
membelanjakannya di jalan Allah, maka gembirakanlah
mereka dengan azab yang pedih”
Jenis/Macam Hadits
Dilihat dari kualitas pribadi perawinya :
1. sahih adalah hadits yg diriwayatkan oleh
perawi yg adil yaitu orang yang senantiasa
berkata benar dan menjauhi perbuatan
terlarang, mempunyai ketelitian yg sempurna,
sanad (mata rantai yg menghubungkan)
bersambung sampai kepada Nabi
Muhammad, tdk mempunyai cacat dan tdk
pula berbeda dgn periwayatan orang-orang yg
terpercaya.
2. Hasan yaitu hadits yg diriwayatkan oleh
perawi yang adil namun kurang teliti, sanadnya
bersambung sampai kepada Nabi, dan tidak
pula cacat.
3. Dha’if atau lemah yaitu hadits yg tidak
memenuhi persyaratan sepertihalnya hadits
sahih dan hasan.
• Dilihat dari jumlah (sedikit banyaknya)
orang yg meriwayatkannya :
1. hadits mutawatir yaitu segala sesuatu
yang datang dari Nabi Muhammad yang
diriwayatkan oleh sekian banyak sahabat
sehingga karena saking banyaknya
mustahil mereka akan bersepakat
berdusta bersama-sama.
• hadits masyhur adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi
Muhammad , yang diriwayatkan oleh seorang, dua orang
atau lebih sahabat namun jumlahnya tidak sebanyak yang
meriwayatkan hadits mutawatir. Akan tetapi pada generasi
kedua (tabi’in) dan ketiga (tabi’i tabi’in) jumlah orang yang
meriwayatkannya = hadits mutawatir.
 Hadits ahad yaitu segala sesuatu yg datang dari Rosulullah
yg diriwayatkan oleh seorang, dua org atau lebih sahabat,
tp jumlahnya tidak = yang meriwayatkan hadits mutawatir.
Hadits ahad adalah yg terbanyak jumlahnya dalam kitabkitab hadits.
IJTIHAD
• Ijtihad berarti pencurahan segenap kemampuan utk
mendapatkan sesuatu. Yaitu penggunaan akal sekuat mgk
utk menemukan sesuatu keputusan hukum tertentu yg tdk
ditetapkan scr eksplisit dalam Al Quran dan Sunnah.
• Akal adl kunci utk memahami ajaran dan hukum Islam.
Artinya tidak ada agama bg orang yg tidak berakal.
•
1.
2.
Muhammad Syaltut berpendpt, bhw ijtihad yg biasa
disebut ar Ra’yu mencakup 2 pengertian :
Penggunaan pikiran utk menentukan hukum yg tdk
ditentukan scr eksplisit oleh Quran dan Sunnah
Penggunaan fikiran dlm mengartikan, menafsirkan dan
mengambil kesimpulan dr suatu ayat atau hadits.
Kedudukan Ijtihad
• Pada dasarnya yg ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat
melahirkan keputusan yang mutlak absolut.
• Keputusan yg ditetapkan oleh ijtihad mgk berlaku bg satu
orang tapi tidak berlaku bg orang lain. (menyangkut tempat
dan waktu)
• Ijtihad tdk berlaku dalam urusan ibadah mahdhah
• Keputusan ijtihad tdk boleh bertentangan dengan Al Quran
dan Sunnah
• Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktorfaktor motivasi, akibat, kemaslahatan umum dan kemanfaatan
bersama.
Metode Berijtihad
 Qiyas = reasoning by analogy yaitu menetapkan
sesuatu hukum thd sesuatu hal yg tdk
diterangkan oleh Quran dan Sunnah, dgn
dianalogikan kpd hukum sesuatu yg sdh
diterangkan hukumnya oleh Quran dan Sunnah,
krn ada sebab yg sama.
Contoh : Surat Al Isra: 23, seseorang tidak boleh
berkata uf/cis kpd orang tuanya, krn menyakiti
orang tua. Oleh karenanya memuluk, menyakiti
dll thd orang tua jg tdk boleh.
• Ijma’=konsensus=ijtihad kolektif yaitu persepakatan
ulama-ulama Islam dlm menentukan sst masalah
ijtihadiyah.
• Istihsan yaitu menetapkan sesuatu hukum thd sesuatu
persoalan ijtihadiyah atas dasar prinsip-prinsip umum
ajaran Islam seperti keadilan, kasih sayang dan lain-lain
• Mashalihul mursalah = utility, yi menetapkan hukum thd
sst persoalan ijtihadiyah atas pertimbangan kegunaan dan
kemanfaatan yg sesuai dengan tujuan syariat. Perbedaan
dgn istihsan terletak pd adanya dalil dari Al quran atau
sunnah yang bersifat umum.
 Tidak semua orang dapat berijtihad. Yang dapat menjadi
mujtahid adalah:
1. Menguasai bahasa Arab untuk dapat memahami Al Quran
dan kitab-kitab berbahasa Arab
2. Mengetahui isi dan sistem hukum Al Quran dan ilmu utk
memahami al quran
3. Mengetahui hadis-hadis hukum dan ilmu-ilmu hadits
4. Menguasai kaidah-kaidah fikih
5. Mengetahui tujuan hukum Islam
6. Jujur dan ikhlas
Asas-asas Hukum Islam
• Berasal dari bahasa Arab asasun artinya dasar, basis,
pondasi.
• Asas bila dihubungkan dgn hukum berarti kebenaran yg
dipergunakan sbg tumpuan berfikir dan alasan pendapat,
terutama dlm penegakan dan pelaksanaan hukum
• Asas hkm Islam berasal dari sumber hukum Islam
terutama Al Quran dan Sunnah
• Asas Umum : keadilan, kepastian hukum dan
kemanfaatan
• Masing-masing bidang kmd mempunyai asas-asas lagi.
AL Ahkam Al Khamsah
Disebut jg Hukum Taklifi adalah lima macam
kaidah atau lima kategori penilaian mengenai
benda dan tingkah laku manusia dlm Islam.
Penilain tsb :
1. Mubah di lapangan muamalah
2. Sunat dan makruh adl ukuran
penilaiankesusilaan
3. Wajib dan haram utk penilaian di lingkungan
hukum duniawi
•
Daftar Pustaka
• Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam,
Jakarta, Bulan Bintang, 1995
• Amir Syarifuddin, Pembaharuan Pemikran dalam
Hukum Islam, Padang, Angkasa Raya 1990
• Nurhasanah Bakhtiar, Pendidikan Agama islam di
Perguruan Tinggi, Yogyakarta, Aswaja Pressindo 2013
• M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan pengantar Ilmu
Hadist, Jakarta, Bulan Bintang 1991
Download