Naskah Lengkap Artikel - Jurnal AKBID Citra Medika Surakarta

advertisement
HUBUNGAN FREKUENSI PIJAT BAYI DENGAN KECUKUPAN
KEBUTUHAN TIDUR PADA BAYI DI BPS SURATINI
MOJOSONGO SURAKARTA
Infant Massage Frequency Relationship With Adequate Sleep On Baby Needs In Bps
Suratini Mojosongo Surakarta
Siti Farida, Dian Indriaswari
Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta
ABSTRACT
Infant massage is therapeutic touch oldest known to man and the most popular, and
baby massage has been practiced since ancient times, including in Indonesia. The
effects of the massage is to control stress hormones, so it is not surprising that the
massaged infants proved to have side effects easier to fall asleep and relaxation. this
study was to determine the relationship of the frequency of infant massage with sleep
adequacy requirements in infants.
This study uses the correlational analytic cohort approach. The sampling technique
used was accidental sampling with a sample of 61 respondents. Data were collected
through medical records and questionnaire and analyze the data using univariate
and bivariate analysis.
The results of this study found baby massage frequency 26.23% 27.87% regular and
sufficient sleep adequacy requirements, the results obtained by Chi-square test
results count x2 (56.136) > x2 table (3.481) and p-value (0.000) < significance level
(0.05) so that there is a relationship between the frequency of baby massage with
baby sleep adequacy requirements.
The conclusion of this study is the frequency of infant massage on a regular basis
with sufficient sleep adequacy requirement is 26.23%. Suggestions need to give
advice to parents regularly massaging the baby for the baby so that the baby gets
enough sleep adequacy requirements.
Keywords : Infant Massage Frequency, Sleep Adequacy Requirement In Infants
dilakukan dan sangatlah sederhana, juga
memberikan
kekuatan
dalam
menyampaikan rasa kasih sayang,
pengertian dan perhatian ibu. Pijatan
pada bayi dapat mengurangi rasa sakit
dan beberapa gejala penyakit, serta
meningkatkan
relaksasi
dan
menenangkan bayi yang menangis,
PENDAHULUAN
Pijat adalah terapi sentuhan tertua
yang dikenal manusia dan yang paling
populer, dan pijat telah dipraktekkan
sejak dahulu kala termasuk di Indonesia.
Memijat bayi adalah hal yang sangat
luar biasa menyenangkan untuk
7
sehingga bayi tidur lelap dan lebih lama
(Roesli, 2011; h. 2 ; Heat dan
Bainbridge, 2006; h. 11-12)
Pijat bayi yang ada di Indonesia saat
ini adalah berbentuk “Touch Therapy”
yang dikembangkan oleh prof.Tiffani di
USA oleh Johnson and Johnson, di
Touch Reaserch Institute Amerika telah
dilakukan penelitian pada sekelompok
anak
yang
dilakukan
pemijatan
mengalami perubahan gelombang otak.
Pada
sekelompok
anak
tersebut
dilakukan pemijatan selama 2x15 menit
dalam jangka waktu 5 minggu
mengalami 50% perubahan gelombang
otak
dibanding
sebelum
dipijat,
perubahan gelombang otak ini terjadi
dengan cara menurunkan gelombang
alpha dan meningkatkan gelombang beta
serta tetha sehingga bayi akan tertidur
lebih lelap (Roesli, 2011; h. 7)
Menurut Parsini (2009) penelitian T.
Field dari universitas Miami AS (2008)
menyebutkan terapi pijat 30 menit per
hari bisa mengurangi depresi dan
kecemasan, tidurpun bertambah tenang.
Terapi 15 menit per hari selama enam
minggu pada bayi usia 1-3 bulan juga
meningkatkan kesiagaan (alertness) dan
tangisan berkurang, ini akan diikuti
dengan kenaikan berat badan, perbaikan
kondisi psikis, berkurangnya kadar
hormon stres, dan bertambahnya kadar
serotonin.
Meningkatnya
aktivitas
neurotransmitter serotonin ini akan
meningkatkan kapasitas sel reseptor
yang
meningkat
glucocorticoid
(adrenalin). Proses ini menyebabkan
terjadinya penurunan kadar hormon
adrenalin
(hormon
stress),
dan
selanjutnya akan meningkatkan daya
tahan tubuh
Menurut
Underdown
(2008)
pemijatan menolong bayi tidur lebih
nyenyak, pemijatan dapat membantu
bayi baru lahir tidur lebih nyenyak serta
mengurangi kebiasaan bayi menangis.
Efek dari pemijatan ini adalah
mengendalikan
hormone
stress,
sehingga tidak mengejutkan bila terbukti
bayi yang dipijat, memiliki efek
samping mudah tertidur dan relaksasi.
Bayi dan anak-anak memerlukan tidur
lebih banyak dibandingkan orang
dewasa.
Tidur
mempengaruhi
metabolisme tubuh dan merangsang
daya asimilasi. Itulah sebabnya, jika
tidur berlama-lama justru tidak sehat,
karena
tubuh
menyerap
atau
mengasimilasi limbah dan uap-uap kotor
lagi. Sehingga, bila tidur terlalu lama,
tubuh tidaklah menjadi segar dan
bersemangat, tetapi justru loyo. Oleh
karena itu tidurlah sesuai kebutuhan
(Putra, 2011; h. 38)
Menurut Judarwanto (2009) lama
tidur tergantung dari usia, semakin
bertambah usia seseorang kebutuhan
untuk tidurnya semakin berkurang. Pada
bayi dan anak kecil sebagian besar
waktu digunakan untuk tidur, sedangkan
pada lanjut usia sebaliknya. Gelombang
otak (EEG) seseorang pada waktu
terjaga berbentuk gelombang alpha
dengan voltage rendah dalam berbagai
frekuensi, sedangkan pada waktu
tertidur gelombang alpha menghilang.
Berdasarkan
dari
hasil
studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti
pada tanggal 11 April 2012, didapatkan
jumlah seluruh bayi yang berkunjung di
BPS Suratini Mojosongo Surakarta pada
bulan Januari-Maret 2012 adalah 312
bayi, 82 bayi (26,28%) melakukan pijat
bayi, dan 230 bayi (73,71%) tidak
8
melakukan
pemijatan.
Menurut
pernyataan ibu-ibu yang memijatkan
bayinya di BPS Suratini Mojosongo
Surakarta mengatakan banyak manfaat
yang didapat setelah bayinya dipijat,
manfaat itu antara lain bayi ibu lebih
lelap ketika tidur, bayi jarang sakit dan
tidak rewel, berat badan lebih cepat
naik, dan setelah pemijatan bayi tidak
ada efek samping yang dialami bayinya
seperti, bayi tiba-tiba sakit setelah
melakukan pemijatan. Dari 5 ibu yang
memijatkan bayinya, didapatkan hasil 2
bayi (20%) umur 3 bulan yang dipijat
secara rutin 1 minggu 2 kali mengalami
keteraturan pola tidur, bayi tidur siang
selama ± 7 jam dan 8 jam malam hari, 2
bayi (20%) umur 5 bulan yang dipijat 1
minggu sekali mengalami sedikit
keteraturan pola tidur, siang hari 4 jam
dan malam hari 8 jam, dan 1 bayi (10%)
umur 6 bulan yang tidak pernah dipijat
mengalami ketidak teraturan pola tidur,
bayi sering rewel dan terlihat tidak
nyenyak dalam tidur kebutuhan tidur
siang hari 2 jam malam hari 9 jam.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan frekuensi pijat
bayi dengan kecukupan kebutuhan tidur
pada bayi di BPS Suratini Mojosongo
Surakarta.
METODE PENELITIAN
Variabel adalah sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu
peneliti
tentang
suatu
konsep
pengetahuan tertentu (Notoatmodjo,
2005; h. 70).
Dalam penelitian ini variabel yang
digunakan ada 2 variabel yaitu:
1. Variabel Bebas ( Independent)
Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi. Variabel bebasnya
adalah Frekuensi Pijat Bayi.
2. Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat adalah variabel
akibat. Variabel terikatnya adalah
Kecukupan Kebutuhan Tidur.
Jenis penelitian ini adalah analitik
yaitu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan membuat gambaran
tentang suatu keadaan secara obyektif
dan untuk mengetahui hubungan antar
variabel bebas dan variabel terikat antara
hubungan pijat bayi dengan kecukupan
kebutuhan tidur pada bayi. Pendekatan
yang digunakan dalam variabel ini
adalah cohort adalah suatu penelitian
yang digunakan untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor resiko
dengan efek melalui pendekatan
longitudinal ke depan atau prospektif
(Notoatmodjo, 2010; h. 44).
Sampel adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmojo, 2005; h.79).
Sampel dalam penelitian ini adalah
semua ibu yang memijatkan bayinya di
BPS Suratini Mojosongo Surakarta.
Dalam penelitian ini teknik sampel
yang digunakan adalah non random
sampling (non probability) yaitu suatu
teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,
2009 dalam Muhith dan Nasir, 2009, h.
224). Jenis sampel non random dalam
penelitian
ini
adalah
accidental
sampling yaitu teknik penentuan sampel
yang dilakukan berdasarkan kebetulan
bertemu, yaitu apabila dijumpai ada,
9
maka sampel diambil dan langsung
dijadikan sampel utama (Notoatmodjo,
2010; h. 125)
Alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data atau instrument
dalam penelitian dengan format
kuesioner, formulir observasi dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2005: h. 116)
Berdasarkan hal tersebut, maka alat
pengumpulan data penelitian yang
digunakan adalah:
1) Frekuensi pijat bayi
Instrumen yang digunakan yaitu buku
catatan
rekam
medis
untuk
mengetahui frekuensi pemijatan pada
bayi.
2) Kebutuhan kecukupan tidur pada bayi
Instrumen yang digunakan yaitu
kuesioner terbuka untuk mengetahui
kecukupan kebutuhan tidur pada bayi.
Data yang dikumpulkan selanjutnya
dianalisa, baik analisa univarat maupun
bivarat, yaitu:
1) Analisa Univariate
Menurut Notoatmojo (2010; h. 182183) Analisa Univariate bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
mendiskripsikan karakteristik setiap
variabel.
Menurut Buadiarto (2002; h. 37)
dalam Indriawati (2011) dalam
analisa data penelitian menggunakan
analisa
yang disajikan secara
deskriptif dalam bentuk prosentase
dengan:
Keterangan:
P : Prosentase
F : Frekuensi
N : Jumlah seluruh observasi
2) Analisa Bivariate
Menurut Notoatmodjo (2010; h. 183)
analisa bivariate dilakukan terhadap
dua
variabel
yang
diduga
berhubungan atau berkorelasi.
Menurut Arikunto (2010; h. 333)
analisis
bivarat
untuk
mengidentifikasi
ada
tidaknya
hubungan antara dua veriabel, uji
statistik yang digunakan adalah Chi
kuadrat untuk data dengan skala
nominal 2 kategori. dengan rumus:
k
( F0  Fh ) 2
2
x 
Fh
i 1
Keterangan :
X2 = Chi Kuadrat
F0 = Frekuensi yang diobservasi
Fh = Frekuensi yang diharapkan
Kriteria uji Chi Squre adalah:
1) Ada hubungan bila
hitung >
atau nilai probabilitas
tabel
signifikansi < α
2) Tidak ada hubungan bila
hitung <
atau nilai probabilitas
tabel
signifikansi > α
tabel diperoleh dengan
melihat nilai derajat kebebasan (df) =
(K-1)(B-1) dan α = 0,05.
Keterangan :
K = jumlah kolom
B = jumlah baris
Menurut Arikunto (2010; h. 336),
metode yang digunakan untuk
mengukur
keeratan
hubungan
(asosiasi dan korelasi) adalah
koefisien kontingensi. Koefisien
kontingensi KK dapat diperoleh
dengan melakukan perhitungan sesuai
rumus:
KK =
10
Keterangan :
KK = Koefisien Kontingensi
N = Total banyaknya observasi
X2 = Chi Square hasil perhitungan
Keeratan hubungan antara dua
variabel dapat diinterpretasikan dari
criteria sebagai berikut:
Tabel 3.2. Pedoman Interpretasi
Koefisien Kontingensi
Interval
Indikator
Koefisien
Sangat Rendah
0,00 – 0,199
Rendah
0,20 – 0,399
Sedang
0,40 – 0,599
Kuat
0,60 – 0,799
Sangat Kuat
0,80 – 1,000
Sumber: Sugiyono, 2011; h. 184
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisa Univariate
a. Distribusi Frekuensi Pijat Bayi
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pijat
Bayi di BPS Suratini Mojosongo
Tabel 3 Hubungan frekuensi pijat
bayi dengan kecukupan kebutuhan
tidur pada bayi
Frekuensi
Pijat Bayi
Teratur
Tidak
teratur
Jumlah
Kecukupan
Tidur Bayi
Cukup
f
%
16
94
1
6
Kebutuhan
17
44
100
Kurang
f
%
0
0
44
100
100
Jum
lah
%
16
45
26,23
73,77
61
100
Frekuensi
Pijat Bayi
Teratur
Tidak Teratur
Frekuensi
pvalue
56,136
00,000
Exact
Sig. (2sided
Exact
Sig. (1sided)
Tabel 4 Tabel Chi Squaere Test
Person Chi-Square
Continuity Correction b
Likelihood Ration
Fisher’s Exact Test
Linear-by-Linear
Association
Nof Valid Cases b
Value
df
56.136a
51.377
62.598
1
1
1
Asym.
Sig. (2sided)
.000
.000
.000
55.216
1
.000
.000
61
b. Koefisien Kontingensi (KK)
KK
=
=
= 0,692
Pada tabel 1 diatas dapat diketahui
16
1.
bahwa dari 61 responden di BPS
45
2.
Suratini Mojosongo Surakarta terdapat
61
Total
16
responden
(26,23%)
yang
b. Distribusi Frekuensi Kecukupan
memijatkan bayinya secara teratur, dan
Kebutuhan Tidur Bayi
45 responden (73,77%) memijatkan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi
bayinya secara tidak teratur.
Kecukupan Kebutuhan Tidur Bayi
Memijat bayi adalah hal yang sangat
di BPS Suratini Mojosongo
luar biasa menyenangkan untuk
Frekuensi
Presentasi
No Kecukupan
dilakukan dan sangatlah sederhana, juga
Kebutuhan
(%)
memberikan
kekuatan
dalam
Tidur Bayi
menyampaikan rasa kasih sayang,
Cukup
17
27,87
1.
Kurang
44
72,13
2.
pengertian dan perhatian ibu. Pijatan
61
100,00
Total
pada bayi dapat mengurangi rasa sakit
dan beberapa gejala penyakit, serta
2. Analisa Bivariate
meningkatkan
relaksasi
dan
a. Hubungan Frekuensi Pijat Bayi
menenangkan bayi yang menangis,
dengan Kecukupan Kebutuhan
Tidur Bayi
No
X2
Presentase
(%)
26,23
73,77
100,00
11
.000
sehingga bayi tidur lelap dan lebih lama
(Heat dan Bainbridge, 2006; h. 11-12)
Pijat bayi yang ada di Indonesia saat
ini adalah berbentuk “Touch Therapy”
yang dikembangkan oleh prof.Tiffani di
USA oleh Johnson and Johnson, di
Touch Reaserch Institute Amerika telah
dilakukan penelitian pada sekelompok
anak
yang
dilakukan
pemijatan
mengalami perubahan gelombang otak.
Pada
sekelompok
anak
tersebut
dilakukan pemijatan selama 2x15 menit
dalam jangka waktu 5 minggu
mengalami 50% perubahan gelombang
otak
dibanding
sebelum
dipijat,
perubahan gelombang otak ini terjadi
dengan cara menurunkan gelombang
alpha dan meningkatkan gelombang beta
serta tetha sehingga bayi akan tertidur
lebih lelap (Roesli, 2011; h. 7)
Pijat bayi akan membuat bayi tidur
lebih lelap dan meningkatkan kesiagaan
(alertness) atau konsentrasi. Hal ini
disebabkan pijatan dapat mengubah
gelombang otak. Perubahan ini terjadi
dengan cara menurunkan gelombang
alpha dan meningkatkan gelombang
betha serta tetha, yang dapat dibuktikan
dengan penggunaan EEG (Elektro
Enchephalogram) (Roesli, 2011; h. 12)
Menurut Roesli (2011; h.11)
pemijatan akan meningkatkan aktivitas
neurotransmitter
serotini,
yaitu
meningkatkan kapasitas sel reseptor
yang berfungsi mengikat glicocorticoid
(adrenalin, suatu hormone stress). Proses
ini akan menyebabkan terjadinya
penurunan kadar hormone adrenalin
(stress). Penurunan kadar hormone stress
ini akan meningkatkan daya tahan
tubuh, terutama IgM dan IgG.
Sedangkan bila serotonin terhambat
pembentukannya, maka terjadi keadaan
tidak bisa tidur.
Pemijatan
secara
rutin
akan
membantu tumbuh kembang fisik dan
emosional
bayi
dan
disamping
mempertahankan kesehatannya serta
bayi
dapat
mencerna
makanan
(ASI/MPASI) secara baik, sehingga bayi
dapat tidur lelap dan membentuk suatu
pola tidur teratur dikarenakan bayi sakit,
kurang enak badan, sulit makan, rewel
dan mudah terbangun dimalam hari.
Hasil penelitian diatas menunjukkan
bahwa mayoritas bayi di BPS Suratini
Mojosongo Surakarta tidak menjalani
pemijatan secara teratur. Dilihat dari
banyaknya responden yang mengikuti
pijat bayi selama bulan juni – juli 2012
yaitu 61 responden menunjukkan bahwa
pijat bayi pada tenaga kesehatan (Bidan)
cukup diminati oleh masyarakat, namun
untuk pemijatan secara teratur masih
sangat kurang dikarenakan masalah
ekonomi, pengetahuan ibu tentang
manfaat pijat bayi kurang, transportasi,
dan
pekerjaan
sehingga
untuk
memijatkan bayinya secara teratur 1
minggu 2 kali masih jarang.
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat
diketahui dari 61 responden terdapat 17
responden (27,87%) di BPS Suratini
Mojosongo
Surakarta
mengalami
kecukupan kebutuhan tidur cukup dan
44 responden (72,13%) mengalami
kecukupan kebutuhan tidur yang kurang.
Tidur bagi bayi merupakan cara paling
nyaman
untuk
beristirahat
dan
memperbaharui segenap energi guna
melakukan kegiatan-kegiatan diwaktu
jaga (Kartini Kartono dalam Maya,
2008: 100)
Menurut Janis Graham PhD dan
Charles E. Schaefer PhD, (2004);
12
Sekartini dalam Putra (2011; h. 68)
tidur
sangat
bermanfaat
dalam
membantu perkembangan psikologis
bayi, sebagai waktu pertumbuhan, dan
memberikan kesempatan pada otak
untuk menyeleksi setiap pengalaman,
serta perkembangan fungsi hormon dan
metabolisme tubuh, oleh karena itu
kebutuhan tidur pada bayi sesuai usianya
perlu mendapat perhatian dari keluarga
agar kelak bayi dapat mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. Biasakan bayi tidur secara
teratur. Ini seperti halnya tidur orang
dewasa, namun bayi tidur lebih awal
atau tidak lebih dari pukul 19.00 atau
20.00 WIB. Sebab, jika lewat jam
tersebut bayi akan merasa lelah, dan
kesempatan tidur pulas pun menghilang,
sehingga bayi akan sulit memulai tidur.
Seperti yang diungkapkan oleh dr.
Utami (2008) bahwa pijat bayi yang
dilakukan sejak dini akan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar. Dengan
melakukan pemijatan yang benar, bayi
akan mengalami peningkatan nafsu
makan
dan
peningkatan
dalam
efektifitas istirahat (tidur). Selain itu
pemijatan pada bayi juga dapat
memperbaiki
kondisi
mental,
meningkatkan kecerdasan dan mengasah
kemampuan
interaksi
sosialnya
(Subakti, 2008 h; 16)
Penelitian yang dilakukan oleh
Dieter et al kepada bayi prematur,
membuktikan bahwa pemijatan yang
dilakukan selama 15 menit, 3 kali sehari
selama 5 hari, setiap pemijatan 15 menit
dapat
memperbaiki
pola
tidur,
penurunan rewel/gelisah dan menangis.
Pemijatan yang dilakukan pada bayi
prematur sebelum tidur, maka bayi akan
lebih cepat tertidur, tidur lebih lelap
dengan kecukupan tidur terpenuhi.
Kesimpulan dari 23 penelitian yang
dilakukan oleh Field, membuktikan
bahwa pemijatan meningkatkan pola
tidur dan relaksasi sertamengurangi
frekuensi
menangis.
Penelitian
olehKelmason
dan
Adulas,
membuktikan bahwa bayi BBLR yang
mendapatkan pemijatan mengalami
penurunan
dalam
mendengkur,
meningkatkan kualitas tidur dan
kesiagaan saat bangun (Kelmanson,
2006 dalam Kundarti, 2011)
Secara teori dapat dijelaskan bahwa
pada manusia, lebih dari 90% serotonin
dalam tubuh ditemukan dalam sel
enterochromaffin
dalam
saluran
gastrointestinal
(duodenum).
Sel
enterochromaffin merupakan tempat
sintesis dan penyimpanan utama dari
serotonin dalam tubuh. Serotonin juga
ditemukan dalam sel raphe dalam
batang
otak,
terdapat
neuron
serotoninergik
yang
mensintesis,
menyimpan, dan melepaskan serotonin
sebagai neurotransmiter. Serotonin
dapat menginduksi rasa kantuk dan
memberikan ketenangan (antidepresan).
Pelepasan serotonin dirangsang oleh
adanya makanan dan stimulasi pada
nervus vagus. Serotonin merupakan
neurotransmiter utama yang berkaitan
dengan timbulnya keadaan tidur
(Guyton, 2006 dalam Kundarti, 2011)
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa mayoritas bayi yang dipijatkan
secara tidak teratur di BPS Suratini
Mojosongo Surakarta tidak memiliki
kecukupan kebutuhan tidur yang cukup
atau kecukupan kebutuhan tidurnya
kurang. Fakta dipenelitian ini sesuai
dengan teori yaitu bayi yang tidurnya
13
tidak teratur dikarenakan bayi sakit dan
rewel.
Berdasarkan
tabel
3
diatas
menunjukkan bahwa dari 61 responden
terdapat 16 responden (94%) mengalami
frekuensi pemijatkan bayi secara teratur
dan kecukupan kebutuhan tidur yang
cukup. Dari 61 responden terdapat 44
responden (100%) mengalami frekuensi
pijat bayi secara tidak teratur dan
kecukupan kebutuhan tidur yang kurang,
dan dari 61 responden terdapat 1
responden (6%) mengalami frekuensi
pemijatan secara tidak teratur dan
kecukupan kebutuhan tidur cukup.
Berdasarkan data tersebut diatas
diperoleh nilai hitung chi-square sebesar
x2 hitung = 56,136 dengan derajat
kebebasan (df) = 1 dan p = 0,000.
Sedangkan untuk nilai x2 tabel dengan
derajat kebebasan (df) = 1 dan taraf
signifikansi (α) = 0,05 sebesar 3,841,
karena x2 hitung (56,136) > x2 tabel
(3,841) atau p-value (0,000) < α (0,05)
sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang signifikan antara
hubungan frekuensi pijat bayi dengan
kecukupan kebutuhan tidur pada bayi,
dan dari hasil perhitungan koefisien
kontingensi (KK) adalah 0,692 sesuai
indikator koefisien kontingensi untuk
koefisien kontingensi 0,692 adalah kuat.
Jadi keeratan hubungan frekuensi pijat
bayi dengan kecukupan kebutuhan tidur
bayi adalah kuat.
Menurut Roesli (2011; h.11)
pemijatan akan meningkatkan aktivitas
neurotransmitter
serotini,
yaitu
meningkatkan kapasitas sel reseptor
yang berfungsi mengikat glicocorticoid
(adrenalin, suatu hormone stress). Proses
ini akan menyebabkan terjadinya
penurunan kadar hormone adrenalin
(stress). Penurunan kadar hormone stress
ini akan meningkatkan daya tahan
tubuh, terutama IgM dan IgG.
Sedangkan bila serotonin terhambat
pembentukannya, maka terjadi keadaan
tidak bisa tidur.
Pijat bayi yang ada di Indonesia saat
ini adalah berbentuk “Touch Therapy”
yang dikembangkan oleh prof.Tiffani di
USA oleh Johnson and Johnson, di
Touch Reaserch Institute Amerika telah
dilakukan penelitian pada sekelompok
anak
yang
dilakukan
pemijatan
mengalami perubahan gelombang otak.
Pada
sekelompok
anak
tersebut
dilakukan pemijatan selama 2x15 menit
dalam jangka waktu 5 minggu
mengalami 50% perubahan gelombang
otak
dibanding
sebelum
dipijat,
perubahan gelombang otak ini terjadi
dengan cara menurunkan gelombang
alpha dan meningkatkan gelombang beta
serta tetha sehingga bayi akan tertidur
lebih lelap (Roesli, 2011; h. 7)
Menurut Parsini (2009) penelitian T.
Field dari universitas Miami AS (2008)
menyebutkan terapi pijat 30 menit per
hari bisa mengurangi depresi dan
kecemasan, tidurpun bertambah tenang.
Terapi 15 menit per hari selama enam
minggu pada bayi usia 1-3 bulan juga
meningkatkan kesiagaan (alertness) dan
tangisan berkurang, ini akan diikuti
dengan kenaikan berat badan, perbaikan
kondisi psikis, berkurangnya kadar
hormon stres, dan bertambahnya kadar
serotonin.
Meningkatnya
aktivitas
neurotransmitter serotonin ini akan
meningkatkan kapasitas sel reseptor
yang
meningkat
glucocorticoid
(adrenalin). Proses ini menyebabkan
terjadinya penurunan kadar hormon
adrenalin
(hormon
stress),
dan
14
selanjutnya akan meningkatkan daya
tahan tubuh.
Menurut
Underdown
(2008)
pemijatan menolong bayi tidur lebih
nyenyak, pemijatan dapat membantu
bayi baru lahir tidur lebih nyenyak serta
mengurangi kebiasaan bayi menangis.
Efek dari pemijatan ini adalah
mengendalikan
hormone
stress,
sehingga tidak mengejutkan bila terbukti
bayi yang dipijat, memiliki efek
samping mudah tertidur dan relaksasi.
Menurut
Judarwanto
(2009)
gangguan aktifitas kholinerik sentral
berhubungan dengan perubahan tidur ini
terlihat pada orang depresi, sehingga
terjadi pemendekan latensi tidur REM.
Tidur dipengaruhi oleh beberapa
hormone seperti ACTH, GH, TSH, dan
LH. Hormon-hormon ini masing-masing
disekresi secara teratur oleh kelenjar
pituitary anterior melalui hipotalamus
patway. System ini secara teratur
mempengaruhi
pengeluaran
neurotransmiter norepinefrin, dopamine,
serotonin yang bertugas mengatur
mekanisme tidur dan bangun.
Hasil penelitian diatas menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pijat bayi
dengan kecukupan kebutuhan tidur bayi,
karena melalui pijat dapat mengatasi
gangguan-gangguan
yang
mempengaruhi tidur lebih lelap pada
bayi sehingga pola tidurnya tidak
terganggu dan kecukupan kebutuhan
tidur dapat terpenuhi. Gangguangangguan tersebut antara lain gangguan
pencernaan, otot-otot tegang, rewel,
mudah terbangun dimalam hari. Melalui
manfaat yang diperoleh dari pijat
gangguan tersebut dapat teratasi
sehingga pola tidur bayi teratur dan
kecukupan
kebutuhan
tidurpun
terpenuhi.
Kesimpulan dari beberapa penelitian
diatas adalah pemijatan memberikan
banyak manfaat yaitu bayi yang ototnya
diberi stimulus dengan pemijatan akan
membuat bayi nyaman (relaksasi) dan
mengantuk (cepat tertidur). Kebanyakan
bayi dapat tidur dalam waktu yang lama
setelah pemijatan. Selain lama, bayi
tidur lebih lelap (tenang), tidak rewel,
pola tidur lebih baik dan meningkatkan
kesiagaan saat bangun. Hal ini
menunjukkan bahwa pemijatan dapat
meningkatka kecukupan kebutuhan tidur
bayi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Frekuensi pijat bayi yang berkunjung
di BPS Suratini Mojosongo Surakarta
hanya
sebagian
kecil
yang
memijatkan bayinya secara teratur.
2. Kecukupan kebutuhan tidur bayi yang
berkunjung
di
BPS
Suratini
Mojosongo Surakarta hanya sebagian
kecil yang memiliki bayi dengan
kecukupan kebutuhan tidur tercukupi.
3. Hasil analisis menunjukkan bahwa
frekuensi pijat bayi mempunyai
hubungan yang signifikan dengan
kecukupan kebutuhan tidur pada bayi
dengan hubungan keeratan kuat. Hal
ini ditunjukkan dari hasil uji chi
square bahwa nilai x2 hitung (56,136)
> x2 tabel (3,841) dan nilai p-value
adalah 0,000 < 0,05, dan hubungan
koefisien kontingensi (KK) adalah
0.692 sesuai indikator koefisien
kontingensi adalah kuat.
15
Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
a. Sebagai bahan bacaan untuk
menambah
pengetahuan
bagi
mahasiswa kebidanan tentang
hubungan frekuensi pijat bayi
dengan kecukupan kebutuhan tidur
pada bayi
b. Sebagai bahan untuk menambah
referensi dalam perpustakaan
2. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan teori yang
didapatkan tentang pijat bayi
khususnya hubungan antara frekuensi
pijat
bayi
dengan
kecukupan
kebutuhan tidur pada bayi.
3. Bagi Profesi (Bidan)
Diharapkan para tenaga kesehatan
lebih memperlihatkan manfaat pijat
bayi sehingga pelayanan pijat bayi
tidak hanya dilakukan dibeberapa
BPS atau instansi, melainkan lebih
banyak BPS atau instansi yang
memberikan pelayanan pijat bayi,
sehingga kecukupan kebutuhan tidur
bayi tercukupi.
4. Bagi Masyarakat (Ibu yang memiliki
bayi)
Berdasarkan
hasil
penelitian
disarankan pada ibu untuk secara
rutin memijatkan bayinya. Agar
kecukupan kebutuhan tidur bayi dapat
tercukupi.
5. Bagi Responden
Diharapkan
ibu
untuk
lebih
meningkatkan lagi untuk memijatkan
bayinya secara rutin, sehingga bayi
dapat
memperoleh
kecukupan
kebutuhan tidur yang cukup sesuai
usia bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Bainbridge A, Heat A, Baby massage.
Jakarta: Dian Rakyat.2006. h. 9,
11,12.
Roesli U, Pedoman pijat bayi. Jakarta:
PT. Trubus Agriwidya. 2010. h. 2, 5,
7,21,30.
Lee N, Cara pintar merawat bayi 0-12
bulan.
Yogyakarta:
9mounth
Publishing. 2009. H. 77.
Putra S, Tips sehat dengan pola tidur
tepat dan cerdas. Jogjakarta: Buku
Biru. 2011. h. 69,70,
Stirling S, Tidur. Jakarta: Erlangga.
2003. h. 13, h. 14
Notoatmodjo S, Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2010. h. 182, 183, 206.
Hidayat A, Metode penelitian kebidanan
& teknik analisis data. Jakarta:
Salemba Medika. 2010. h. 44,
94,98,121.
Arikunto S, Proses penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta. 2010. h. 333
Aswar S, Metode penelitian. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar. 2011. h. 91
Nasir A, Muhith A, Ideputri M, Buku
ajar
metodologi
penelitian
kesehatan. 2009
Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif
kualitatif dan r&d. Bandung: Alfa
Beta.2011. h. 184
16
Anonymous. Pengaruh pijat bayi
terhadap kenaikan berat badan dan
lama tidur bayi usia 1 sampai 3
bulan.
Didapat
dari:
http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin
/jurnal/2khusHKI111323.pdf
Widayanti M, Rahayu D, Suwoyo.
Hubungan pijat bayi dengan pola
tidur bayi usia 3-6 bulan. Didapat
dari:
http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin
/jurnal/62087983-4903.pdf
Nurlaila, Rochana N, Rachma N.
Hubungan tingkat pengetahuan dan
sikap dengan motivasi ibu dalam
memijatkan bayi. Didapat dari:
http://www.digilib.stikesmuhgombo
ng.ac.id
17
Download