Spektrum UV-Vis

advertisement
Spektrum UV-Vis
Pendahuluan
• Radiasi UV dan eksitasi elektronik
– Perbedaan energi antara orbital molekul ikatan
(bonding), tanpa ikatan (non bonding), dan anti-ikatan
(anti bonding) sekitar 125-650KJ/mol
– Energi ini sesuai dg radiasi elektromagnetik pada
daerah UV (100-400nm) dan Visible (400-700nm)
– Sedangkan energi transisi vibrasi IR sekitar 8-40KJ/mol
dg panjang gelombang 2.500-15.000nm
Pendahuluan
•
Proses spektroskopi
– Dalam spektroskopi UV, sampel di-iradiasi dg cahaya pada spektrum
UV
– Ketika suatu transisi elektronik cocok dg energi pada pita UV tertentu,
maka cahaya UV diabsorbsi
– Sisa cahaya UV yg tdk diabsorbsi akan melewati sampel dan terlihat
– Dari sisa radiasi ini sebuah spektrum diperoleh dg ‘gap’ pada tk energi
yg berlainan, yg disebut spektrum absorbsi




Pendahuluan
•
Transisi elektronik
– Berikut adalah diagram transisi elektron
s
Unoccupied levels

Energy
Atomic orbital
n
Atomic orbital
Occupied levels

s
Molecular orbitals
Pendahuluan
•
Transisi elektronik
– Berdasarkan diagram orbital tsb, berikut beberapa transisi elektronik
yg mungkin terjadi, masing2 memiliki energi relatif yg berbeda
s

Energy
n

s
s
s
alkanes
s

carbonyls


unsaturated cmpds.
n
s
O, N, S, halogens
n

carbonyls
Pendahuluan
•
Transisi elektronik
– Energi transisi terendah terjadi pada elektron HOMO (Highest
Occupied Molecular Orbitals) ke LUMO (Lowest Unoccupied Molecular
Orbitals)
Pendahuluan
•
Transisi elektronik
– Meskipun spektrum UV mencapai panjang gelombang kurang dari
100nm (energi tinggi), tapi oksigen di atmosfer tdk transparan pada
daerah di bawah 200nm
– Alat khusus diperlukan untuk studi pada daerah UV vacumm/UV jauh
– Spektrum UV senyawa organik, biasanya berkisar 200-700nm
– Berikut batasan transisi elektronik yg mungkin teramati
s
s
alkanes
150 nm
s

carbonyls
170 nm


unsaturated cmpds.
180 nm
n
s
O, N, S, halogens
190 nm
n

carbonyls
300 nm
√ - if conjugated!
√
Intensitas dan Aturan seleksi
e = 0,87 x 1020 x P x a
P = probabilaitas transisi (harga 0 –1)
a = kromofor dengan orde panjang 10Ao
e = 105, adalah mendekati harga e maksimum
Makin panjang kromofor akan makin tinggi intensitas absorpsi
Tidak semua transisi elektronik itu terjadi  P dipengaruhi beberapa faktor.
Dikenal aturan seleksi (Selection rule) :
1. Transisi elektron yg tdk melibatkan perubahan bilangan kuantum spin  transisi forbidden
2. Banyaknya elektron yg tereksitasi pada satu wkt  berhub.dg simetri molekul  forbidd
3. Tingkat elektronik dan faktor lain tak dibicarakan dlm pustaka.
Transisi forbidden  e < 10.000
Transisi allowed  e > 10.000
Keton n  * l 300nm
Benzena   * l 184 nm e = 47.000 (allowed) dan l 202 nm e = 7.400 (forbidden)
8
l 260 nm  e = 230 (forbidden  krn simetri)
Pendahuluan
• Struktur Pita
– Tidak seperti pita-pita IR atau NMR, dimana terdapat
5 atau lebih pita-pita identitas yg dapat dijadikan
informasi utk elusidasi struktur, pita UV cenderung
melebar dan overlapping/tumpang tindih
– Sehingga tk energi elektronik molekul dari sampel
murni dapat dikuantisasi.
– Dalam molekul,sejumlah sampel yg diamati tidak
semua ikatannya (pasangan elektron) berada pada
status energi vibrasi atau rotasi yg sama
– Efek ini akan berpengaruh thd panjang gelombang
dimana transisi terlihat
Pendahuluan
•
Struktur Pita
– Ketika tk energi ini superimposed (tumpang tindih), efeknya dapat dijelaskan
bahwa sejumlah transisi memiliki kemungkinan untuk diamati
Disassociation
R1 - Rn
V4
R1 - Rn
V3
R1 - Rn
V2
V1 R1 - Rn
E1
Vo
R1 - Rn
Disassociation
Energy
R1 - Rn
V4
R1 - Rn
V3
R1 - Rn
E0
V2
V1 R1 - Rn
Vo
R1 - Rn
Instrumentasi dan Spektra
Instrumentasi
• Konstruksi spektrofotometer UV-Vis terdiri
atas komponen : sumber cahaya, penampung
sampel, dan detektor
• Berikut skema umumnya
Instrumentasi
•
Dua sumber dibutuhkan untuk scan daerah UV-Vis, yaitu
– Lampu Deuterium sbg sumber UV 200-330nm
– Lampu Tungsten sbg sumber Vis 330-700nm
•
•
•
•
Lampu2 tsb memberikan keseluruhan pita pada cahaya UV-Vis
Sebuah monokromator (grating atau prisma) secara bertahap memecah cahaya
menjadi pita2 yg sempit kemudian mengirimnya ke balok pemisah (beam splitter)
Beam splitter mengirim pita secara terpisah ke dalam sel yg mengandung larutan
sampel dan larutan standar
Detektor menentukan perbedaan antara cahaya yg ditransmisikan melewati
sampel ( I ) thd cahaya yg diberikan (incident light) thd sampel ( Iₒ ) dan mengirim
informasi ini ke perekam
I
200
detector
monochromator/
beam splitter optics
I0
I0
reference
UV-VIS sources
sample
log(I0/I) = A
I0
l, nm
700
Instrumentasi-Penanganan Sampel
• Secara virtual, spektra UV terekam pada fase larutan
• Sel dapat berbahan plastik, kaca, atau quartz
• Hanya quartz yg transparan thd seluruh range daerah UVVis (200-700nm), sementara plastik dan kaca hanya
transparan pada daerah visibel
• Konsentrasi sampel secara empiris ditentukan sekecil
mungkin
• Wadah sampel dinamakan cuvet
Instrumentasi-Penanganan Sampel
• Solven/pelarut harus transparan pada daerah yg diobservasi.
Daerah yg tidak lagi transparan disebut daerah
pemotongan/cut off range
• Karena spektra hanya dapat ditentukan di atas 200nm,
beberapa solven dapat mengurangi daerah serapan molekul
dg sistem π terkonjugasi atau karbonil
Common solvents and cutoffs:
acetonitrile
chloroform
cyclohexane
1,4-dioxane
95% ethanol
n-hexane
methanol
isooctane
water
190
240
195
215
205
201
205
195
190
nm
nm
nm
nm
nm
nm
nm
nm
nm
Instrumentasi-Penanganan Sampel
• Adanya interaksi molekul solute dengan molekul solven
menyebabkan kurva yang teramati menjadi smooth.
• Karena adanya ikatan-H semakin merumitkan efek tk energi
vibrasional dan rotasional pada transisi elektron, dipol-dipol
pun berinteraksi demikian
• Semakin non polar solven, akan menghasilkan pita yg semakin
baik (tapi tidak mutlak)
Spektrum
• Sumbu x-Axis pada spektra menunjukkan panjang gelombang;
200-400nm utk daerah UV dan 400-700nm utk daerah
Visible/tampak
• Sumbu y-Ordinat pd spektra menunjukkan absorbansi. Puncak
yg menunjukkan nilai absorbansi tertinggi ditentukan sebagai
lambda maks (λmaks)
NH2
O
O
lmax =
206 nm
252
317
376
Spektrum
• Berdasarkan sudut pandang spektrofotometri,
absorbans merupakan inverse dari transmittan : A = log
₁₀(Iₒ/I )
• Berdasarkan sudut pandang eksperimental, tiga buah
pertimbangan harus diperhatikan :
– Semakin panjang jalur (l), cahaya yg ditransmisikan
melewati sampel akan menyebabkan absorbsi UV yg lebih
banyak  efek linier
– Semakin besar konsentrasi larutan (c), semakin besar
cahaya UV yg diabsorbsi  efek linier
– Beberapa transisi elektronik lebih efektif pada absorbsi
foton dibanding yg lain  absorbtivitas molar (ε)  hal ini
bervariasi pada setiap molekul
Spektrum
• Efek2 tsb dikombinasikan mjd Hukum Lambert-Beer :
A=εcl
– Kebanyakan UV spektrofotometer, panjang jalur adalah
konstan, dinyatakan dengan tebal cuvet sebesar 1cm
– Konsentrasi biasanya bervariasi tergantung kekuatan
absorbsi yg teramati atau yg dikehendaki  biasanya
diencerkan sampai 0,001M
– Nilai absorbtivitas molar bervariasi berdasarkan urutan
magnitudonya :
•
•
•
values of 104-106 are termed high intensity absorptions
values of 103-104 are termed low intensity absorptions
values of 0 to 103 are the absorptions of forbidden transitions
A tidak memiliki satuan karena satuan ε adalah cm ̄¹ . M ¹̄
• Karena tebal kuvet dan konsentrasi umumnya telah
ditentukan, maka secara sederhana absorbansi
proporsional terhadap nilai ε, shg sumbu-y dapat
diekspresikan lgsg sbg nilai ε atau logaritma dari ε
Aplikasi spektroskopi UV
• Spektroskopi UV mrp metode spektral pertama, meskipun, metode
ini jarang digunakan sbg metode utama dalam penentuan struktur
• Metode ini paling berguna ketika dikombinasikan dg data NMR dan
IR dalam mengelusidasi sifat khas elektronik yg mungkin ambigu
dalam metode ini
• Metode ini juga digunakan untuk assay (melalui penentuan λmaks
dan absorptivitas molar), iradiasi panjang gelombang yg sesuai
untuk eksperimen fotokimia, atau untuk mendesain UV resistant
paints dan coating
• Kebanyakan penggunaan UV saat ini adalah sebagai media detektor
pd HPLC, karena UV digunakan untuk sampel dalam fase larutan vs
solvent shg sangat mudah disatukan ke dalam desain LC
• UV untuk HPLC seperti MS (spektroskopi Massa) untuk GC
Kerjakan
• Gambarkan diagram transisi dan sebutkan jenis
transisi yg menyebabkan terjadinya absorbsi
cahaya pada senyawa berikut :
1. Siklopentena (C5H8) (λmax 190nm)
2. 3-oktena (λmax 185nm)
3. Dimetil eter (λmax 185nm)
4. Trietilamina (λmax 195nm)
5. Etana (λmax 150nm)
• Aseton mengabsorbsi cahaya 280nm, 187 nm, dan
154nm. Transisi jenis manakah yg menyebabkan
masing-masing absorpsi tsb?
Kromofor
Definisi
• Keberadaan elektron dalam molekul organik terlibat dalam ikatan
kovalen atau PEB pada atom O, N, S, atau halogen
• Karena gugus fungsi yg sama memiliki elektron2 yg dapat
bertransisi pada tk yg berlainan, karakteristik energi ini lebih
representatif thd gugus fungsi dibandingkan elektron itu sendiri
• Gugus fungsi yg dapat memiliki transisi elektronik yg khas disebut
kromofor
•
– Kromofor : berasal dari bahasa Greek Chromophorus atau pembawa
warna
– sistem yang mengandung elektron2 yg bertanggung jawab pada
absorpsi.
– ggs fungsi yang mengabsorpsi sinar elektromagnetik (William Kemp)
Perubahan struktural atau elektronik dalam kromofor dapat dikuantisasi
dan digunakan untuk memprediksi geseran (shift) dalam transisi
elektronik yg diamati
Kromofor organik-Alkana
• Alkana hanya memiliki ikatan σ dan tidak memiliki PEB, shg
hanya energi transisi yg tinggi σσ* yg dapat teramati
pada daerah UV jauh
• Transisi ini mendestruksi molekul, menyebabkan
pemutusan ikatan σ
C
s
s
C
C
C
Kromofor organik dg PEB
• Senyawa alkohol, eter, amina, dan sulfur-dalam kasus yg
sederhana, contoh senyawa alifatiknya mengalami transisi
nσ* yg paling banyak teramati; seperti alkana juga
mengalami transisi σσ* yg teramati pada λ<200nm
• Ingat, transisi ini terjadi dari HOMO ke LUMO
sCN
C
N
C
nN sp
C
3
sCN
C
N
anitbonding
orbital
N
N
Kromofor organik dg ikatan rangkap
• Alkena dan alkuna – contoh senyawa dg ikatan rangkap yg terisolasi
,transisi ππ* teramati pada λ 175 dan 170nm, masing-masing
• Walaupun transisi ini memiliki energi lebih rendah dibandingkan
energi transisi σσ*, transisi ini masih terjadi pd daerah UV
jauhtetapi, energi transisi ini sensitif thd substitusi


Kromofor organik - Karbonil
• Karbonil – sistem tak jenuh yg bersatu dg N atau O yg
dapat menghasilkan transisi nπ* (~285nm) selain
transisi ππ*
• Meskipun faktanya transisi ini forbidden oleh aturan
seleksi (ε=15), transisi ini paling sering teramati dan
dipelajari pada karbonil
• Transisi ini juga sensitif terhadap substituen pd karbonil
• Sama dg alkena dan alkuna, karbonil tak tersubstitusi
menghasilkan transisi ππ* pada daerah UV vacuum
(188nm, ε=900); sensitif thd efek substitusi
Forbidden Transition
Kromofor organik - karbonil
• Transisi nπ* (285nm; ε 15); ππ*(188nm; ε
900)
O

n

sCO transitions omitted for clarity
C
O
O
It has been determined
from spectral studies,
that carbonyl oxygen
more approximates sp
rather than sp2 !
Efek substituen
• Penempelan gugus substituen (selain H) dapat
menggeser energi transisi
• Substituen yg dapat meningkatkan intensitas
dan panjang gelombang absorpsi disebut
auksokrom
• Auksokrom umum meliputi gugus alkil,
hidroksil, alkoksi, amino, dan halogen
Efek substituen
• Substituen memiliki 4 efek terhadap kromofor
Hyperchromic
– Pergeseran bathokromik (red shift) : pergeseran menuju λ
yg lebih panjang dan energi yg lbh rendah
– Pergeseran hipsokromik (blue shift) : pergeseran ke arah λ
yg lebih pendek dan energi yg lbh besar
– Efek hiperkromik : terjadi peningkatan intensitas
– Efek hipokromik : terjadi penurunan intensitas
e
Hypsochromic
Bathochromic
Hypochromic
200 nm
700 nm
Efek substituen - konjugasi
•
Konjugasi mrp sistem kromofor tak jenuh yg paling efisien karena dapat
menyebabkan pergeseran bathokromik dan hiperkromik sekaligus
H2C
lmax nm
CH2
e
175
15,000
217
21,000
258
35,000
465
125,000
-carotene
O
O
n  * 280
  * 189
15
900
n  * 280
  * 213
27
7,100
Konjugasi - alkena
• Pergeseran yg teramati dari konjugasi menyatakan bahwa semakin
panjang konjugasi semakin kecil energi yg dibutuhkan untuk eksitasi
elektron
• Berdasarkan teori orbital molekul, 2 orbital atom p, f1 dan f2 dari
karbon 2 sp2 berkombinasi membentuk 2 orbital molekul Y1
and Y2* dalam etilen/etena
Y2
f1
f2
Y1

Konjugasi - alkena
• Pada butadiena, terdapat 4 orbital atom p
menghasilkan 4 orbital molekul, distribusi energi dapat
dibandingkan dengan etilen/etena
Y4
Y2
Y3
Y2
Y1

etena
Y1
1,3-butadiena
DE for the HOMO  LUMO transition is reduced
Konjugasi - Alkena
• Efek konjugasi ini dapat menurunkan ‘gap’ energi secara progresif
Energy
Lower energy =
Longer wavelenghts
ethylene
butadiene
hexatriene
octatetraene
Konjugasi - alkena
• Sama halnya, PEB pada N,O,S, dan halogen dapat memperpanjang
sistem konjugasi  auksokrom
• Berikut 3 orbital molekul interaksi PEB dan ikatan rangkap
namun, interaksi ini tidak sekuat sistem π terkonjugasi
A
Y3

Energy
Y2

nA
Y1
Konjugasi - alkena
• Gugus metil juga dapat menyebabkan pergeseran
bathokromik, meskipun gugus metil tidak memiliki elektron
π atau n
• Efek ini dinamakan hiperkonjugasi atau resonansi ikatan
sigma
H
C
C
C
H
H
• Berikutnya, kita akan mempelajari efek gugus
substituen yg dapat dikuantisasi dari pengamatan
empiris struktur terkonjugasi yg diketahui dan
teraplikasi pada sistem baru
• Kuantifikasi ini merujuk pada aturan WoodwardFieser yg akan diaplikasikan thd 3 kromofor
spesifik :
1.
2.
3.
Conjugated dienes
Conjugated dienones
Aromatic systems
lmax = 239 nm
Penentuan struktur
Alkena terkonjugasi : Diena
• Butadiena asiklik, memiliki 2 kemungkinan konformasi,
yaitu s-cis dan s-trans
s-trans
s-cis
• Konformasi s-cis memiliki energi potensial lebih besar
dibandingkan s-trans, shg elektron HOMO pada sistem
konjugasinya lebih dekat untuk berpindah ke LUMO 
semakin rendah energi, semakin panjang panjang
gelombangnya
Diena
• Dua kemungkinan transisi   * untuk butadiena adalah
Y2  Y3 dan Y2  Y4*
• Transisi Y2  Y4* tidak teramati:
– Transisi ini berada pada daerah UV jauh – 175 nm
– Untuk konformasi s-trans, transisi ini forbidden
•
Transisi Y2  Y3* teramati sebagai absorpsi yg kuat
Diena
• Transisi Y2  Y3* (π₂  π₃*) teramati sbg absorpsi kuat (ε=20.000+)
pada daerah λ217nm
• Pita serapan ini tdk sensitif thd solven, pita ini mengalami efek
bathokromik dan hiperkromik karena substituen alkil pada konjugasi
berikutnya
• Perhatikan :
lmax = 217
253
220
227
227
256
263
nm
Diena
• Aturan Woodward-Fieser
– Woodward and the Fiesers performed extensive
studies of terpene and steroidal alkenes and noted
similar substituents and structural features would
predictably lead to an empirical prediction of the
wavelength for the lowest energy π  π* electronic
transition
– This work was distilled by Scott in 1964 into an
extensive treatise on the Woodward-Fieser rules in
combination with comprehensive tables and examples
– (A.I. Scott, Interpretation of the Ultraviolet Spectra
of Natural Products, Pergamon, NY, 1964)
– A more modern interpretation was compiled by Rao
in 1975 – (C.N.R. Rao, Ultraviolet and Visible
Spectroscopy, 3rd Ed., Butterworths, London, 1975)
Diena
• Aturannya dimulai dengan nilai dasar untuk λmaks kromofor yg
teramati
acyclic butadiene = 217 nm
• Tambahan substituen ditambahkan pada nilai dasar tsb sesuai dg
niai pada tabel berikut:
Group
Increment
Extended conjugation
+30
Each exo-cyclic C=C
+5
Alkyl
+5
-OCOCH3
+0
-OR
+6
-SR
+30
-Cl, -Br
+5
-NR2
+60
Dienes : Woodward-Fieser Rules - Dienes
For example:
Isoprene - acyclic butadiene =
one alkyl subs.
Experimental value
Allylidenecyclohexane
- acyclic butadiene =
one exocyclic C=C
2 alkyl subs.
Experimental value
217 nm
+ 5 nm
222 nm
220 nm
217 nm
+ 5 nm
+10 nm
232 nm
237 nm
Diena siklis
Woodward-Fieser Rules
Terdapat 2 tipe diena siklis dengan 2 nilai dasar yg berbeda
Heteroannular (transoid):
e = 5,000 – 15,000
base lmax = 214
Homoannular (cisoid):
e = 12,000-28,000
base lmax = 253
Tabel penambahan sama dengan tabel pada butadiena asiklis dengan
beberapa tambahan:
Group
Additional homoannular
Where both types of diene
are present, the one with
the longer l becomes the
base
Increment
+39
Diena siklis
• Aturan woodward-fieser
– Pada era elusidasi struktur pre-NMR, kekuatan dari
metode membedakan isomer sangat mencerahkan
– Perhatikan struktur asam abietat vs asam levopimarat
C OH
O
abietic acid
C OH
O
levopimaric acid
Diena siklis
Woodward-Fieser Rules – Cyclic Dienes
For example:
1,2,3,7,8,8a-hexahydro-8a-methylnaphthalene
heteroannular diene =
214 nm
3 alkyl subs. (3 x 5)
+15 nm
1 exo C=C
+ 5 nm
234 nm
Experimental value
235 nm
Diena Siklis
Woodward-Fieser Rules – Cyclic Dienes
heteroannular diene =
214 nm
4 alkyl subs. (4 x 5)
1 exo C=C
+20 nm
+ 5 nm
C OH
O
C OH
O
239 nm
homoannular diene =
253 nm
4 alkyl subs. (4 x 5)
1 exo C=C
+20 nm
+ 5 nm
278 nm
Woodward-Fieser Rules – Cyclic Dienes
Be careful with your assignments – three common errors:
R
Senyawa ini memiliki 2 ikatan eksosiklis;
eksosiklis yg diberi tanda mrp eksosiklis
dari dua cincin
Senyawa ini bukan diena heteroanular; anda
bisa menggunakan nilai dasar dari diena
asiklis
Begitupun dengan ini, bukan sebuah diena
homoanular, anda bisa menggunakan nilai
dasar dari diena asiklis
Karbonil
General Features
Karbonil memiliki 2 transisi elektronik utama:

n

O
Ingat, transisi   * diperbolehkan
(allowed) dan memberikan nilai ε tinggi,
tapi terletak diluar jangkauan rutin
pengamatan UV
Transisi n  * dilarang (forbidden) dan
memberikan nilai ε rendah , tapi dapat
teramati secara rutin
Karbonil
General Features
untuk substitusi pada karbonil, pergeseran hipsokromik teramati pada transisi
n  * (lmax):
O
H
293 nm
O
CH3
O
Cl
O
NH2
O
O
O
279
235
214
204
204
OH
Hal ini dijelaskan oleh penarikan induktif
elektron oleh O, N atau halogen dari karbon
karbonil– hal ini menyebabkan elektron-n
pada karbonil menjadi lebih kuat/stabil
Penting untuk dicatat, hal ini berbeda dari
efek auksokrom pada   * yang dapat
memperluas konjugasi dan menyebabkan
pergeseran bathokromik
Pada kebanyakan kasus, pergeseran
bathokromik ini tidak cukup untuk membawa
transisi   * menuju rentang pengamatan
Karbonil
General Features
• Sebaliknya, jika sistem karbonil (C=O) terkonjugasi oleh
keduanya, baik n  * dan   * pita-pita akan mengalami
pergeseran bathokromik.
• Berikut, beberapa efek yg harus dicatat:
i.
Efek ini lebih jelas untuk transisi   *
ii.
Jika rantai konjugasi cukup panjang, intensitas yg lebih tinggi pada pita
  * akan bertumpang tindih dan meredam pita n  *
iii. Pergeseran transisi n  * tidak dapat diprediksi
• Oleh karena itu, aturan empiris Woodward-Fieser untuk enon
terkonjugasi berlaku (allowed) untuk transisi   * yg memiliki
intensitas yg lebih tinggi
General Features
Efek-efek tsb terlihat dari diagram orbital molekul untuk enon terkonjugasi:
Y4


Y3
n
n
Y2


Y1
O
O
Karbonil
Woodward-Fieser Rules - Enones
Tidak seperti alkena terkonjugasi, solvent tidak memiliki efek terhadap lmax
Efek pelarut pada sistem karbonil juga digambarkan oleh aturan Woodward-Fieser
Solvent correction
Water
Increment
+8
Ethanol, methanol
0
Chloroform
-1
Dioxane
-5
Ether
-7
Hydrocarbon
-11
misal butadiena dalam heksan
305nm, dalam etanol 307nm
misal : karbonil dalam etanol
287, dalam dioksan 295nm
Karbonil
Woodward-Fieser Rules - Enones
 a
 C C C
O
Group
d g  a
d C C C C C
O
Increment
6-membered ring or acyclic enone
Base 215 nm
5-membered ring parent enone
Base 202 nm
Acyclic dienone
Base 245 nm
Double bond extending conjugation
30
Alkyl group or ring residue
a, , g and higher
10, 12, 18
-OH
a, , g and higher
35, 30, 18
-OR
a, , g, d
35, 30, 17, 31
a, , d
6
-Cl
a, 
15, 12
-Br
a, 
25, 30

95
-O(C=O)R
-NR2
Exocyclic double bond
5
Homocyclic diene component
39
Karbonil
Woodward-Fieser Rules - Enones
Aldehid, ester, dan asam karboksilat memiliki nilai dasar yg berbeda dari keton:
Unsaturated system
Base Value
Aldehyde
208
With a or  alkyl groups
220
With a, or , alkyl groups
230
With a,, alkyl groups
242
Acid or ester
With a or  alkyl groups
208
With a, or , alkyl groups
217
Group value – exocyclic a, double bond
+5
Group value – endocyclic a, bond in 5
or 7 membered ring
+5
Woodward-Fieser Rules - Enones
Some examples – keep in mind these are more complex than dienes
cyclic enone =
215 nm
O
2 x - alkyl subs. (2 x 12) +24 nm
239 nm
Experimental value 238 nm
R
O
cyclic enone =
extended conj.
β-ring residue
δ-ring residue
exocyclic double bond
215 nm
+30 nm
+12 nm
+18 nm
+ 5 nm
280 nm
Experimental
280 nm
Senyawa Aromatik
General Features
Meskipun cincin aromatik mrp kromofor terluas yg dipelajari dan diamati, absorpsi yg
muncul dari berbagai transisi elektronnya sangat kompleks
Pertama, benzen memiliki 6 orbital molekul , 3 orbital  terisi penuh, 3 orbital *
kosong
6
4
5
2
3
1
Senyawa Aromatik
General Features
Terdapat 4 kemungkinan transisi   * HOMO-LUMO pada panjang gelombang
yg dapat teramati (Konjugasi)
Karena masalah simetri dan aturan seleksi, keadaan energi transisi aktual benzen
diilustrasikan pada gambar kanan :
E1u
6
4
5
2
3
1
200 nm
(forbidden)
260 nm
(forbidden)
B1u
B2u
180 nm
(allowed)
A1g
Senyawa aromatik
General Features
Transisi diperbolehkan (allowed) (e = 47,000) tidak berada dalam rentang
pengamatan rutin UV pada 180nm (UV jauh), dan dirujuk sbg pita utama
(primary band)
Transisi terlarang 200nm(forbidden) (e = 7400) teramati jika pergeseran efek
substituen menuju daerah pengamatan, dirujuk sbg pita utama kedua (second
primary band)
Pada 260 nm mrp transisi telarang (forbidden)
lainnya (e = 230), dirujuk sbg pita kedua
(secondary band)
Transisi ini sekilas diperbolehkan (allowed)
karena gangguan simetri oleh keadaan
energi vibrasional, tumpang tindih yg
teramati disebut fine structure
Senyawa aromatik
General Features
Efek substitusi, auksokrom, konjugasi dan pelarut (solvent) dapat menyebabkan
pergeseran pada panjang gelombang dan intensitas dari sistem aromatis yang
sama halnya dengan diena dan karbonil (enon)
Namun, pergeseran ini sulit diprediksi  perumusan aturan empiris untuk sebagian
besar tidak efisien (lebih banyak ditemukan pengecualian dalam aturan)
Terdapat beberapa pengamatan kualitatif umum yg dapat dibuat melalui
pengelompokan gugus-gugus substituen --
Senyawa aromatik
Efek substituen
a. Substituen dengan elektron tak berpasangan
•
Jika gugus melekat pada cincin mengemban elektron n, elektron tsb dapat
menginduksi pergeseran absorpsi pita primer dan sekunder
•
Elektron non-ikatan dapat memperpanjang resonansi sistem   menurunkan
energi transisi   *
•
Semakin banyak pasangan elektron bebas (elektron n) semakin besar pergeseran
pita absropsinya
G
G
G
G
Senyawa aromatik
Efek substituen
a. Substituen dengan pasangan elektron bebas
•
Kehadiran elektron n, memungkinkan terjadinya transisi n  *
•
Jika hal ini terjadi, skr elektron berpindah dari G, menjadi elektron ekstra pada
orbital anti-ikatan π*pada cincin
•
Keadaan ini disebut sbg eksitasi transfer muatan (charge-transfer excited state)
G
*
G
G
G
*
*
*
Senyawa aromatik
Efek substituen
a. Substituen dengan pasangan elektron bebas
•
pH dapat mengubah sifat gugus substituen
•
Deprotonasi oksigen menyediakan elektron n berlebih, energi transisi menurun
•
Protonasi nitrogen menghilangkan elektron n, energi transisi meningkat
Primary
Secondary
Substituent
l max
e
l max
e
-H
203.5
7,400
254
204
-OH
211
6,200
270
1,450
-O-
235
9,400
287
2,600
-NH2
230
8,600
280
1,430
-NH3+
203
7,500
254
169
-C(O)OH
230
11,600
273
970
-C(O)O-
224
8,700
268
560
Senyawa aromatik
Substituent Effects
b. Substituen yg mampu mengalami konjugasi 
•
Ketika substituen merupakan kromofor , substituen tsb dapat berinteraksi
dengan sistem  benzen
•
Asam benzoat menyebabkan pergeseran yg cukup pada pita primer dan sekunder
•
Pada ion benzoat, keberadaan elektron n dari anion menyebabkan sedikit
berkurangnya efek
Primary
Secondary
Substituent
l max
e
l max
e
-C(O)OH
230
11,600
273
970
-C(O)O-
224
8,700
268
560
Senyawa aromatik
Efek Substituen
c. Efek electron-donating dan electron-withdrawing
•
Keberadaan gugus electron-donating maupun electron-withdrawing menyebabkan
pergeseran pita primer menuju λ yg lebih panjang
•
Keberadaan gugus electron-donating sebagian besar meningkatkan l dan e pita
sekunder
•
Keberadaan gugus electron-withdrawing sebagian besar tidak berpengaruh
terhadap pita absorpsi sekunder
Senyawa aromatik
Efek Substituen
c. Efek electron-donating dan electron-withdrawing
Primary
l max
e
l max
e
-H
203.5
7,400
254
204
-CH3
207
7,000
261
225
-Cl
210
7,400
264
190
-Br
210
7,900
261
192
-OH
211
6,200
270
1,450
-OCH3
217
6,400
269
1,480
-NH2
230
8,600
280
1,430
-CN
224
13,000
271
1,000
C(O)OH
230
11,600
273
970
-C(O)H
250
11,400
-C(O)CH3
224
9,800
-NO2
269
7,800
Electron donating
Substituent
Electron withdrawing
Secondary
Senyawa aromatik
Efek substituent
d. Efek di-substitusi dan multiple substitusi
•
Senyawa aromatik tersubstitusi oleh 2 substituen, penting untuk memperhatikan
kedua substituennya
•
Terdapat 3 kaidah umum terkait senyawa benzen yg memiliki 2 substituen:
•
Bila gugus penarik elektron (-NO2, -C=O) dan gugus pemberi elektron (-OH,
-OCH3,-X) satu terhadap yg lain berposisi para, terjadilah efek bathokromik
•
Bila gugus penarik elektron dan gugus pemberi elektron satu terhadap yg lain
berposisi meta atau orto, spektrum hanya bergeser sedikit saja dari spektrum
masing2 senyawa monosubstitusi yg mempunyai gugus bersangkutan
•
Bila 2 gugus penarik elektron atau 2 gugus pemberi elektron satu thd yg lain
berada pada posisi para, spektrumnya hanya berbeda sedikit dari spektrum
masing2 senyawa monosubstitusi yg mempunyai gugus bersangkutan
•
Perhatikan p-nitroaniline:
O
H2N
N
O
H2N
O
N
O
Senyawa aromatik
Efek Substituent
d. Efek di-substitusi dan multiple substitusi
O
Parent Chromophore
lmax
R = alkyl or ring residue
246
R=H
250
R = OH or O-Alkyl
230
Substituent increment
R
G
G
o
m
p
Alkyl or ring residue
3
3
10
-O-Alkyl, -OH, -O-Ring
7
7
25
-O-
11
20
78
-Cl
0
0
10
-Br
2
2
15
-NH2
13
13
58
-NHC(O)CH3
20
20
45
-NHCH3
-N(CH3)2
73
20
20
85
Senyawa aromatik
Substituent Effects
e. Aromatik Polinuklir (banyak inti)
•
Saat sejumlah cincin aromatik digabungkan, panjang gelombang (l) pita primer
dan sekunder meningkat
•
Untuk sistem spektra heteroatom menjadi rumit dengan penambahan transisi n 
* dan efek ukuran cincin menjadi unik untuk setiap kasusnya
Dapatkan 2 isomer ini dibedakan oleh UV spektrofotometer?
O
O
Eremophilone
allo-Eremophilone
Berapakah nilai λmax untuk senyawa2 berikut:
CH3
CH3
C9H19
CH3
CH3
H3CCO
H3CCO
O
CH3
O
CH3
OH
O
CH3
O
O
O
Berapakah nilai λmax untuk senyawa2 berikut:
O
O
OH
OH
O
H2N
Br
CH3
OCH3
Spektroskopi Visibel
Warna
General
•
Bagian dari spektrum Elektro magnetik dari 400-800nm dapat teramati oleh
manusia dan sebagian mamalia lain yang terlihat sebagai warna-warni
400
500
600
l, nm
Violet
400-420
Indigo
420-440
Blue
440-490
Green
490-570
Yellow
570-585
Orange
585-620
Red
620-780
700
800
Warna
General
•
Ketika cahaya putih (continuum of l) melewati atau dipantulkan melalui
permukaan, cahaya yg terabsorbsi akan ditransmisikan
•
Warna yg terlihat merupakan warna komplemennya (bukan warna yg diabsorbsi)
•
Berikut merupakan roda warna
Warna
General
•
Senyawa organik yg berwarna biasanya memiliki sistem terkonjugasi yg panjang
(biasanya lebih dari 5)
•
Perhatikan -carotene
-carotene, lmax = 455 nm
lmax pada 455nm – mrp daerah spektrum
biru jauh daerah ini yang terabsorbsi
Cahaya yang tersisa merupakan
kompelenternya yaitu orange (warna yg
terlihat)
Warna
General
•
Begitupun dengan likopen :
lycopene, lmax = 474 nm
O
H
N
N
H
O
indigo
lmax untuk likopen pada 474nm – pada daerah spektrum
biru dekat – warna ini terabsorpsi, komplementernya
adalah merah
lmax untuk indigo pada 602nm – pada daerah spektrum
orange – warna ini terabsorpsi, komplementernya adalah
biru indigo
Warna
General
•
Salah satu kelas molekul organik berwarna adalah pewarna azo:
N N
EWGs
EDGs
Berdasarkan pelajaran sebelumnya ttg kromofor aromatik
disubstitusi, efek dari gugus berlawanan lebih besar daripada
penjumlahan efek individualnya  sistem terkonjugasi berat
Warna
General
•
Contoh pewarna-pewarna ini akrab di sekitar kita
NO2
HO
N
N
H2N
OH
N N
O3S
N N
NH2
SO3
Para Red
Fast Brown
Sunset Yellow (Food Yellow 3)
The colors of M&M’s
Bright Blue
Royal Blue
Common Food Uses
Beverages, dairy products, powders, jellies, confections,
condiments, icing.
Common Food Uses
Baked goods, cereals, snack foods, ice-cream, confections,
cherries.
Orange-red
Lemon-yellow
Common Food Uses
Gelatins, puddings, dairy products, confections, beverages,
condiments.
Common Food Uses
Custards, beverages, ice-cream, confections, preserves,
cereals.
Orange
Common Food Uses
Cereals, baked goods, snack foods, ice-cream, beverages,
dessert powders, confections
Warna
General
•
Pada ilmu biologi, senyawa ini biasa digunakan sbg pewarna untuk pengecatan
selektif thd struktur sel atau jaringan
•
Biebrich Scarlet - menggunakan asam pikrat (picric acid/aniline blue) untuk
pengecatan kolagen, recticulum, otot, dan plasma. Metode Luna untuk granula
eritrosit dan eosinofil. Metode Guard untuk sex chromatin dan nuclear chromatin.
HO
O3S
N N
N N
SO3
Warna
General
•
Pada ilmu kimia, warna digunakan untuk indikator pH:
•
Ingat efek pH pada substituen aromatik
Methyl Orange
O3S
N N
Yellow, pH > 4.4
CH3
N
CH3
O3S
H
N N
Red, pH < 3.2
CH3
N
CH3
Download