Modul Gangguan-Gangguan Psikologis

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
GangguanGangguan
Psikologi
Assesment, Diagnosis, Metode
penanganan
Fakultas
Program Studi
PSIKOLOGI
S1 Psikologi
Tatap Muka
03
Kode MK
Disusun Oleh
Putri R. Wulandari
Abstract
Kompetensi
Penjelasan konsep asesmen,
diagnosis dan penanganan gangguangangguan psikologi dan hal-hal terkait
lainnya
Mahasiswa mengetahui dan mampu
memahami macam-macam asesmen,
tata cara asemen, kriteria diagnosis,
dan macam serta tata cara penanganan
gangguan-gangguan psikologis.
Pendahuluan
Dalam proses asesmen klinis terdapat empat tahapan, yaitu:
PLANNING
DATA
COLLECTION
PROCEDURES
I
DATA
PROCESSING
AND
HYPOTHESIS
FORMATION
COLLECTING
ASSESSMENT
DATA
II
III
COMMUNICATI
NG
ASSESSMENT
DATA
IV
Asesmen
Untuk memulai asesmen diperlukan pengetahuan mengenai konsep dasar
asesmen. terdapat tiga konsep dasar, yaitu: reliabilitas, validitas dan standarisasi.
Teknik assessment mempunyai persyaratan ketat. Syarat yang paling ringan adalah
adanya bukti penelitian bahwa teknik tersebut mengukur sesuai apa yang dirancang
untuk diukurnya.
a. Reliabilitas adalah seberapa jauh penguuran itu konsisten.
b. Validitas adalah suatu cara mengukur apa yang dirancang/ yang ingin diukur.
c. Standarisasi adalah aplikasi dari seperangkat norma untuk membuat
penggunaannya konsisten dalam pengukuran-pengukuran yang berbeda
Tujuan asesmen
1.
Klasifikasi Diagnostik
-
Terutama digunakan oleh para psikiater
-
Diagnosa yang tepat dibutuhkan untuk penanganan, pemahaman
penyebab gangguan jiwa, dan komunikasi penyebab gangguan jiwa, dan
komunikasi dengan sesama profesional
-
Berdasarkan DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder) untuk membuat diagnosa multiaxial.
-
Terdapat 5 axis dalam DSM:
Axis 1: Gangguan mental/perkembangan
2012
2
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Axis 2: Gangguan kepribadian
Axis 3: Gangguan fisik
Axis 4: Stres psikososial
Axis 5: Fungsi psikologis,sosial,pekerjaan
2.
-
Deskripsi
psikolog klinis ingin memperoleh gambaran & pemahaman yang lebih
mendalam tentang klien
-
interaksi
individu-lingkungan:
perlu
pemahaman
konteks
sosial,
budaya, fisik
-
Deskripsi masalah didasarkan pada beberapa aspek penting, juga
memperhatikan aset dan fungsi adaptif klien
3.
-
Prediksi
Meramalkan tingkah laku seseorang sehingga dapat memilih orang
yang tepat untuk posisi tertentu
-
Contoh: asesmen untuk memilih tentara pada PD II (Murray)
-
Karena mempengaruhi orang banyak, maka perlu evaluasi tentang
predictive validity
CLINICAL ASSESSMENT (PEMERIKSAAN KLINIS)
Proses pengumpulan informasi mengenai suatu gejala penyakit dari berbagai
sumber, agar dapat digunakan untuk mendiagnosa, mencari kemungkinan
penyebab, membuat prognosis dan menentukan terapi suatu penyakit.
Data yang dikumpulkan antara lain:
- Anamnesa
: riwayat penyakit
- Auto anamnesa
: informasi riwayat penyakit dari pasien sendiri
- Allo anamnesa
: informasi riwayat penyakit dari keluarga, teman,
tetangga dsb
Jenis Asesmen___________________________________________________
A.
Asesmen Pemfungsian Intelektual
Asesmen intelektual merupakan kontroversi ilmuwan profesional pertama dalam
psikologi klinis. Para teoretisi dan peneliti menaruh minat terhadap struktur intelek
2012
3
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan berusaha untuk menyusun komponen intelektual berdasarkan sudut pandang
yang berbeda. Asesmen intelektual yang dianggap paling spektakuler di masa lalu
adalah yang dikerjakan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1869. Ia menemukan
apa yang disebut “Kualitas Genius Hereditas”, dimana istilah genius itu terkandung
berbagai macam prestasi yang pada umumnya tidak dimasukkan kedalam hal yang
berhubungan dengan pengukuran intelegensi misalnyaprestasi gulat dan musik.
Ahli lain, Spearman (1904) mengemukakan adanya satu kemampuan yang disebut
sebagai faktor umum intelegensi (general factor of intelligence),sehingga saat ini kita
mengenal salah satu teori Spearman mengenai intelegensi sebagai “General Factor
Theory”. Para ahli yang berpendapat lain mengemukakan teori faktor spesifik,
sehingga pada umumnya saat ini kita menganggap intelegensi ini terdiri atas faktor
umum dan faktor khusus. Faktor khusus intelegensi saat ini tercermin dalam apa
yang disebut “multiple intelligence”.
a.
Definisi Inteligensi
Menurut Stern (dalam Djaali, 2008 : 63) intelegensi ialah daya menyesuaikan diri
pada keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir menurut tujuannya. Disini
terlihat bahwa Stern menitikberatkan pada persoalan penyesuaian diri (adjusment)
terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian orang yang intelegensinya tinggi
(cerdas) akan lebih cepat menyesuaikan diri dengan masalah yang baru dihadapi,
bila dibandingkan dengan orang yang tidak cerdas.
Menurut Wechsler (1958), inteligensi merupakan pembangkit atau kapasitas global
individu untuk bertindak bertujuan, berpikir rasional, dan berhubungan efektif dengan
lingkungannya. Pada tahun 1980 Wechsler menguraikan inteligensi sebagai
masalah posisi relatif, ialah bagaimana seseorang melakukan tindakan
menghasilkan kinerja intelektual, intellectual performance, dalam relasinya dengan
kawan sebayanya. Jadi, kemampuan dan kapabilitas mutlak relatif dengan orang
lain harus dipertimbangkan jika mengakses inteligensi.
Tetapi Rudolf Amathauer ,meyatakam hal yang sedikit berbeda. Menurut Rudolf
Amathauer (1970), inteligensi ialah sebagai suatu struktur khusus dalam
keseluruhan kepribadian seseorang suatu keutuhan yang berstruktur yang terdiri
atas kemampuan jiwa-mental dan diungkapkan melalui prestasi, serta memberikan
kemampuan kepada individu untuk bertindak. Inteligensi hanya dapat dikenal melalui
ungkapan-ungkapan,
yaitu
terlihat
melalui
prestasi.
B.
Asesmen Kepribadian
Menurut Sunberg (1976), Meehl (1952), dan lain-lain menyatakan bahwa laporan
kepribadian sebagai laporan yang menandakan ia tidak seperti seorang lainnya.
Kadang-kadang lingkungan ini dilengkapi menjadi tuntutan lingkungan, baik ketika
seorang psikolog diminta untuk mengases kepribadian seseorang yang sedang
2012
4
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
memiliki masalah dan berada dalam suatu kondisi lebih buruk dari biasanya.
Laporan kepribadian bersifat dinamis, yaitu berarti menggunakan teori-teori yang
menggunakan pendekatan psikodinamik, tetapi tidak harus selalu psikoanalisis dari
Sigmund Freud.
Dalam asesmen kepribadian terdapat pembagian menjadi projective assesment dan
objective assesment.
a. Projective Assesment
Projective
assesment
berkembang
dari
perspektif
teoretis
yang
menampilkankarakteristika dinamis sebagai inti kepribadian (seperti teori
psikoanalitis). Menurut Lindzey, teknik projective merupakan alat yang dianggap
memiliki sensitivitas yang khusus untuk aspek perilaku yang tertutup dan tak sadar,
memungkinkan atau menggali varietas respon subyek yang luas, sangat
multidimensional, dan menggali data respon yang kaya atau sangat kaya dan
bersenyawa dengan kesadaran subyek yang minimum menyangkuttujuan dari tes.
b.
Objective Assesment
Pendekatan obyektif asesmen kepribadian merupakan usaha yang secara ilmiah
berusaha menggambarkan karakteristika atau sifat-sifat individu atau kelompok
sebagai alat untuk memprediksi perilaku.
C.
Asesmen Pemfungsian Neuropsikologis
Asesmen neuropsikologis melibatkan pengukuran tanda-tanda perilaku yang
mencerminkan kesehatan atau kekurangan dalam fungsi otak. Terdapat tiga
kegiatan psikolog klinis dalam asesmen neuropsikologis, yaitu menyangkut fokus
perhatian asesmen ini, sejumlah alat tes neuropsikologis yang utama, dan buktibukti riset menyangkut reliabilitas dan validitas tes untuk asesmen neuropsikologis.
D.
Asesmen Perilaku
Pendekatan perilaku dalam asesmen terpusat pada mengidentifikasikan perilaku
spesifik klien atau sistem lingkungan yang mungkin memerlukan perubahan.
Asesmen perilaku merupakan pendekatan situasi spesifik, dimana variasi spesifik
dalam keadaan lingkungan dengan teliti dan periksa untuk menentukan peranan
mereka terhadap pemfungsian klien. Landasan penggunaan asesmen perilaku
adalah perpektif perilaku dimana pemfungsian manusia dilihat sebagai produk dari
interaksi yang terus menerus antara pribadi dan situasi.
Metode Pemeriksaan
2012
5
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Adapun metode-metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi
adalah sbb:
1. Interview klinis
Wawancara klinis, digunakan oleh para psikolog, psikiater, dan professional
kesehatan mental lainnya. Wawancara digunakan untuk mendapatkan
informasi tentang perilaku, sikap dan emosi saat ini maupun yang telah
lampau, serta riwayat terperinci tentang kehidupan individu secara umum dan
tentang masalah yang dialaminya. Untuk mengorganisasikan informasi yang
diperoleh
selama
wawancara,
banyak
klinisi
yang
menggunakan mental status exam (pemeriksaan status kejiwaan).
Pemeriksaan status kejiwaan adalah tes yang dilakukan relatife cepat dan
singkat mengenai perilaku yang muncul, proses berfpikir, suasana perasaan
dan afek, fungsi intelektual dan sensorium. Pemeriksaan status kejiwaan
melibatkan observasi sistematis terhadap perilaku seseorang. Observasi dan
wawancara bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Berikut
penjelasannya:
a. Penampilan dan perilaku: psikolog mencatat setiap perilaku yang tampil
b.
c.
d.
e.
baik verbal maupun non-verbal dari klien.
Proses berpikir: selama mendengarkan pembicaraan pasiennya,
psikolog mendapatkan pemahaman tentang proses berpikirnya.
Terkadang psikolog melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat
spesifk untuk memperjelas duduk permasalahan dari klien ataupun
mencoba memetakan persepsi dan pemaknaan klien terhadap
permasalahan yang ada.
Suasana perasaan dan afek: menentukan suasan perasaan dan afek
adalah bagian penting dari pemeriksaaan status kejiwaan klien. Suasana
perasaan adalah keadaan perasaan individu yang dominan. Afek adalah
perasaan yang menyertai ucapakan kita pada saat tertentu. Biasanya afek
kita sesuai dengan tindakan, contoh: kalau kita menceritakan hal lucu
pasti kita tertawa. Sesekali anda mungkin menemukan hal yang berbeda
dimana afek tidak berfungsi meskipun seseorang dalam kondisi senang
ataupun sedih. Maka hal ini disebut sebagai mental “blunted” (tumpul)
atau “flat” (datar).
Fungsi intelektual: Psikolog membuat estimasi tentang fungsi intelektual
klien dengan cara berbicara dengannya. Apakah mereka memahami
abstraksi dan metaphor (seperti kebanyakan orang lain)? Bagaimana
ingatan orang itu? Kita biasanya menyebutnya estimasi kasar mengenai
intelegensi hanya dapat dilihat bila terlalu menyimpang dari normal.
Sensorium: kesadaran umum seseorang mengenai keadaan di
sekitarnya, termasuk tentang waktu dan tempat. Contoh: apakah kline
tahu tentang waktu dan tempat? Orang-orang dengan kerusakan atau
disfungsi otak permanen mungkin dapat menjawab pertanyaanpertanyaan sederhana.
2. Pemeriksaan fisik
2012
6
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bila pasien yang menunjukkan masalah psikologis belum pernah menjalani
pemeriksaan fisik dalam kurun waktu satu tahun terakhir, psikolog mungkin
akan merekomendasikannya untuk menjalani pemeriksaan fisik, dengan
perhatian khusus pada kondisi-kondisi medic yang kadang-kadang
berhubungan dengan masalah psikologis tertentu. Banyak masalah yang
muncul dalam bentuk gangguan perilaku, kognisi, atau suasana perasaan
ternyata, menurut hasil pemeriksaan fisik yang seksama, memiliki hubungan
dengan keadaan fisiologis yang bermasalah. Contoh: gejala-gejala psikotik
tertentu, termasuk delusi dan halusinasi, mungkin berhubungan dengan
perkembangan tumor otak.
Psikolog dan profesiona kesehatan mental lainnya sangat memahami
kondisi-kondisi medik dan penggunaan serta penyalahgunaan obat terkait
yang mungkin memberikan kontribusi pada tipe masalah yang dideskripsikan
oleh pasiennya. Hal ini bisa dilakukan dengan melihat kapan masalah
tersebut muncul. Bila pasien depresi selama lima tahun tetapi selama setahun
terakhir juga mengembangkan masalah hipotiroid atau mulai menggunakan
obat-obat sedative, maka kita tidak akan menyimpulkan bahwa depresinya
disebabkan oleh kondisi medi atau kondisi terkait. Bila depresi berkembang
secara berbarengan dengan mulainya penggunaan obat sedative dan
menghilang dengan cepat ketika penggunaan obat itu tidak diteruskan lagi,
maka kita akan cenderung menyimpulkan bahwa depresi pasien adalah
gangguan mood yang diakibatkan oleh substansi tertentu.
3. Asesmen perilaku
Asesment perilaku adalah mengukur, mengobservasi, dan mengevaluasi
secara sistematis (bukan menyimpulkan) pikiran, perasaan, dan perilaku klien
dalam situasi atau konteks yang berhubungan dengan masalahnya. Dalam
assessment perilaku, target perilaku diidentifikasi dan diobservasi dengan
tujuan menentukan factor-faktor yang mempengaruhinya.
Contoh: seorang ibu dari seorang anak laki-laki berusia 7 tahun
mengalami gangguan perilaku dan datang ke klinik. Setelah adanya dorongan
akhirnya si ibu menceritakan bahwa anaknya adalah orang yang “keras
kepala”. Namun informasi yang berbeda didapatkan dari guru anak tersebut.
Sehingga diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang
situasi dirumahnya dan psikolog melakukan kunjungan ke rumah klien. Hasil
observasi menunjukkan bahwa ketika si ibu meminta anak untuk
memindahkan sendiri gelas yang telah digunakannya ke dalam bak cuci piring
anak nya marah dan melemparkan gelas ke dinding. Ia tertawa lalu masuk ke
kamarnya untuk menonton tv. Kemudian si ibu berkata kepada psikolognya “
kamu sudah lihatkan, kalau ia tidak mau mendengarkan apa yang kukatakan”
Jika psikolog hanya mengandalkan data yang dikumpulkan di ruang
konsultasi tanpa melakuan kunjungan maka psikolog tidak mungkin
mendapatkan data ril tentang apa yang dimaksud si ibu dengan “keras
kepala”.
2012
7
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dari hasil observasi langsung tersebut, psikolog menentukan urutan
kejadian A-B-C, A adalah antecedent (penyebab)- B adalah Behavior
(perilaku)- C adalah Consequence (konsekuensi). Dari contoh di atas dapat
kita simpulkan bahwa A dari peristiwa tersebut adalah ibunya meminta untuk
meletakkan gelasnya di bak cuci piring. B adalah anak laki-lai melemparkan
gelas. C adalah tidak ada respons dari ibunya.
Teknik lainnya yang bisa digunakan adalah observasi tidak langsung yaitu
dengan mewawancari terdekat dari klien. Ada juga teknik selfobservation dimana klien mengamati dan mencatat sendiri perilaku yang
ingin diubahnya. Cara lainnya dengan menggunakan behavioral rating
scale (skala penilaian perilaku), yang digunakan sebagai alat asesmen
ebelum penanganan diberikan dan selama penanganan dilakukan untuk
mengukur perubahan-perubahan perilaku klien.
4. Tes psikologi
Tes psikologis ang digunakan untuk mengases gangguan psikologis harus
memenuhi standard yang ketak. Mereka harusreliable dan juga valid. Tes-tes
psikologis yang bersifat khusus menentukan respons-respons kogntif,
emosional, atau perilaku yang mungkin berhubungan dengna gangguan
tertentu. Adapun tes psikologis yang biasa digunakan adalah:
Tes proyektif: pengukuran berdasarkan psikoanalisis yang menyajikan
stimuli ambigu kepada klien dengan asumsi bahwa respons merka akan
mengungkapkan konflik-konflik tas sadar. Tes semacam ini bersifat sangat
inferensial dan kurang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Contoh:
tes Rorscharch , TAT (Tematic Apperception Test)
Tes inventory: kuesioner laporan-diri yang menguur ciri-ciri kepribadian
dengan meminta responden untuk mengidentifikasi deskripsi-deskripsi yang
sesuai dengan dirina. Contoh: MMPI (Minnesota Multiphasic Personality
Inventory)
Tes intelegensi: skor pada tes intelegensi, yang mengestimasikan
penyimpangan seseorang dari perfoma rata-rata tes tersebut.
5. Life Records

Dalam kehidupannya, manusia memiliki berbagai data/catatan tentang sekolah,
kesehatan, keuangan, kesehatan, surat, diari,foto,penghargaan,dll

Data2 ini lebih akurat dibandingkan hasil wawancara yang dapat terdistorsi akibat
persepsi dan memori
6. Tes neuropsikologis
Tes neuropsikologis adalah pengukuran fungsi otak dan system saraf
dengan mengetes kinerja individu di berbagai tugas perilaku. Biasaya
digunakan untuk mengukur bidang-bidang seperti bahasa reseptif dan
2012
8
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ekspresi, atensi dan konsentrasi ingatan, keterampilan motoric, kemampuan
perseptual, kemampuan belajar abstraksi.
Metode pengkuran yang paling sederhana adalah Bender Visual-Motor
Gestalt dimana anak diberi serangkaian kartu yang di atasnya tergambar
beraneka macam gari dan bentuk. Tugas anak itu adalah menyalin apa yang
tergambar di sana. Teknik neuropsikologis yang terbaru adalahh: LuriaNebraska Neuropsychological
Battery dan Halstead-Reitan
Neuropsychological
Battery. Halstead-Reitan
Neuropsychological
Battery meliputi:
a. Rhythm test (test ritme): meminta orang yang dites untuk membandingkan
beat (irama) yang ritmik, untuk menguji pengenalan, atensi dan
konsentrasi terhadap suara.
b. Strenght of Grip test (tes kekuatan genggaman): yang membandingakn
kekuatan genggaman tangan kanan dan kiri.
c. Tactile performance tes (tes performa taktil): yang meminta orang yang
dites untuk menempatkan balok-balok kayu menjadi bentuk papan dengan
mata tertutup, untuk menguji keterampilan belajar dan ingatan).
7. Neuroimaging: gambaran otak Neuroimaging adalah prosedur canggih yang
menggunakan komputer, yang memungkinkan dilakukannya pemeriksaan
non-intrusif terhadap struktur dan fungsi system saraf.
8. Assessment psikofisiologis
Assessment psikofisiologis adalah pengukuran perubahan dalam system
saraf yang merefleksikan kejadian-kejadian psikologis atau emosional seperti
kecemasan, stress dan keterangsangan seksual. Alat yang biasa digunakan
adalah:
a. Electroencephalogram (EEG), mengukur aktivitas elektrik di kepala.
Biasanya elektroda dipasangkan ecara langsung di berbagai tempat di
kulit kepala untuk merekam berbagai arus bervoltase-rendah yang
berbeda.
b. Galvanic Skin Response (GSR), yang mengukur kelenjar keringat
yang dikontrol oleh system saraf tepi. Terutama divisi simpatetik dalam
sistef saraf otonom (ANS) lah yang bertanggung jawab atas stress
dan arousal emosional.
Pedoman data yang dapat digali dalam asesmen pada pasien gangguan psikologis
1. Identifikasi data, meliputi : nama, jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan,
status perkawinan, alamat, tempat tanggal lahir, agama, pendidikan, suku
bangsa.
2. Alasan kedatangan dan keluhan, harapan-harapan klien.
2012
9
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Situasi saat ini, meliputi : di tempat tinggal, kegiatan harian, perubahan dalam
hidup yang terjadi dalam satu bulan, dsb.
4. Keluarga, meliputi : deskripsi orang tua, saudara, figur lain dalam keluarga
yang dekat dengan klien (significant other), peran dalam keluarga, dsb.
5. Ingatan awal, mendeskripsikan tentang kejadian dan situasi pada awal
kehidupannya.
6. Kelahiran dan perkembangan, meliputi : usia saat bisa berjalan dan berbicara,
permasalahan dengan anak lain, pengaruh dari pengalaman masa kecil, dsb.
7. Kondisi fisik dan kesehatan, meliputi : penyakit sejak kecil, penggunaan obat
dokter atau obat terlarang yang berturut-turut, merokok, alkohol, kebiasaan
makan atau olahraga, dsb.
8. Pendidikan, meliputi : riwayat pendidikan, bidang pendidikan yang diminati,
prestasi, bidang yang dirasa sulit, dsb.
9. Pekerjaan, meliputi : alasan berhenti atau pindah kerja, sikap dalam
menghadapi pekerjaan, dsb.
10. Minat dan hobi, meliputi : kesenangan, ekspresi diri, hobi, dsb.
11. Perkembangan seksual, meliputi : aktivitas seksual, ketepatan dalam
pemuasan kebutuhan seksual, dsb.
12. Data perkawinan dan keluarga, meliputi : alasan menikah, kehidupan
perkawinan dalam budayanya, masalah selama menikah, kebiasaan dalam
rumah tangga, dsb.
13. Dukungan sosial, minat sosial dan komunikasi dengan orang lain, meliputi :
tingkat frekuensi untuk berhubungan dengan orang lain, kontribusi selama
berinteraksi, kesediaan menolong orang lain, dsb.
14. Self description, meliputi : kekuatan dan kelemahan, daya imajinasi,
kreativitas, nilai-nilai dan ide.
15. Pilihan dalam hidup, meliputi : keputusan untuk berubah, kejadian penting,
dsb.
16. Tujuan dan masa depan, meliputi : harapan pada 5 – 10 tahun yang akan
datang, hal-hal yang perlu disiapkan untuk itu, kemampuan untuk
menetapkan tujuan, daya realistis berhubungan dengan waktu, dsb.
17. Hal-hal lain dapat dilihat dari riwayat atau latar belakang klien.
JENIS DATA
TINGKAT
ASESMEN
1. Somatis
Golongan darah, pola respon somatis terhadap stres, fungsi
hati, karakteristik genetis, riwayat penyakit, dsb
2. Fisik
Berat/tinggi badan, jenis kelamin, warna kulit, bentuk tubuh,
tipe rambut, dsb
3. Demografis
Nama, umur, tempat/tanggal lahir, alamat, nomor telepon,
pekerjaan, pendidikan, penghasilan, status perkawinan, jumlah
anak, dsb
4. Overt behavior
Kecepatan membaca, koordinasi mata-tangan, kemampuan
conversation, ketrampilan bekerja, kebiasaan merokok, dsb
5.
Respon terhadap tes intelegensi, daya pikir, respon terhadap
2012
10
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kognitif/intelektual
tes persepsi, dsb
6. Emosi/afeksi
Perasaan, respon terhadap tes kepribadian, emosi saat
bercerita, dsb
7. Lingkungan
Lokasi dan karakteristik tempat tinggal, deskripsi kehidupan
pernikahan, karakteristik pekerjaan, perilaku anggota keluarga
dan teman, nilai-nilai budaya dan tradisi, kondisi sosial
ekonomi, lokasi geografis, dsb
Diagnosis
Setelah dilakukan evaluasi dan pengukuran sistematik terhadap factor-faktor
psikologis, biologis dan sosial pada diri seorang individu yang menunjukkan
kemungkinan mengalami gangguan psikologis, kemudian dilakukanlah proses
menentukan apakah masalah tertentu yang menimpa individu memenuhi semua
kriteria gangguan psikologis tertentu berdasarkan panduan diagnosa gangguan
psikologis seperti DSM V, ICD-10, dan PPDGJ III, yang disebut dengan diagnosis
Sistem Klasifikasi Awal
Emil Kraepelin (1856-1926) menulis sebuah buku teks psikiatri pada tahun
1883 yang dilengkapi dengan system klasifikasi dalam upaya menetapkan sebabsebab biologis berbagai penyakit jiwa. Kraepelin membedakan berbagai gangguan
mental berdasarkan kecenderungan sejumlah simtom (gejala) tertentu, yang
disebut sindrom, yang muncul bersamaan secara teratur sehingga dapat dianggap
memiliki sebab fisiologis yang mendasarinya, seperti halnya penyakit medis tertentu
dan sindromnya mungkin disebabkan disfungsi biologis. Dia beranggapan bahwa
setiap penyakit jiwa berbeda dari yang lainnya, memiliki awal/penyebab, simtom,
perjalanan, dan hasil tersendiri. Walaupun berbagai pengobatan tidak memberikan
hasil, setidaknya perjalanan penyakit dapat diprediksikan.
Kraepelin mengusulkan dua kelompok utama penyakit mental berat:
demensia precox, istilah awal untuk schizophrenia dan psikosis manik-depresif. Dia
2012
11
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menduga bahwa ketidakseimbangan kimiawi merupakan sebab skizofreniadan
ketidakteraturan metabolism sebagai penyebab psikosis manik-depresif.
Klasifikasi Modern
Klasifikasi Abnormalitas dan Psikopatologi abad modern ini diatur menggunakan
beberapa panduan sebagai berikut:

DSM (Diagnosis and Statistical Manual)  American Psychiatric
Association (APA) dan DSM IV-TR (Text Revision)

ICD (International Classification of Diseases)  WHO dan ICD-10

PPDGJ
(Pedoman
Penggolongan
Diagnosa
Gangguan
Jiwa)  Indonesia dan PPDGJ-3 (terjemahan dari ICD-10)
Beberapa inovasi besar membedakan edisi ketiga dan versi DSM selanjutnya.
Salah satu perubahan tersebut adalah penggunaan klasifikasi multiaksial, dimana
setiap individu diukur berdasarkan lima dimensi yang berbeda atau aksis
Teknik pengklasifikasian gangguan mental sudah dilakukan sejak tahun 1900an. Sedangkan secara formal baru pada tahun 1952 ketika APA (American
Psychiatric Association) menerbitkan sistem klasifikasi diagnostik yang pertama kali,
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. Sistem ini kemudian
terkenal dengan nama DSM I dan berlaku hingga tahun 1968, ketika WHO
mengeluarkan International Classification of Diseases (ICD). DSM I kemudian
direvisi dan disamakan dengan ICD, kemudian terbit DSM II. DSM I dan II
menyeragamkan terminologi untuk mendeskripsikan dan mendiagnosa perilaku
abnormal, tetapi tidak menjelaskan tentang aturan sebagai pedoman dalam
memutuskan suatu diagnostik. Di dalamnya tidak terdapat suatu kriteria yang jelas
bagi tiap gangguan sehingga agak sulit untuk mengklasifikasikan diagnostik. Pada
tahun 1980 DSM II mengalami perubahan menjadi DSM III yang diikuti pada tahun
1987 dengan edisi revisi sehingga namanya menjadi DSM III-R. Dalam DSM III ini,
sudah terdapat suatu kriteria operasional untuk masing-masing label diagnostik.
Kriteria ini meliputi simtom utama dan simtom spesifik serta durasi simtom muncul.
Disini juga digunakan pendekatan multiaxial, dimana klien dideskripsikan ke dalam
lima dimensi (axis), yaitu :
a. Axis I
: 16 gangguan mental major
b. Axis II
: Berbagai problem perkembangan dan gangguan kepribadian
c. Axis III
: Gangguan fisik atau kondisi-kondisi yang mungkin berhubungan
dengan gangguan mental
2012
12
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d. Axis IV
:Stressor psikososial (lingkungan) yang mungkin memberi kontribusi
terhadap gangguan pada Axis I dan II
e.
Axis V : Rating terhadap fungsi psikologis, sosial dan pekerjaan dalam satu
tahun terakhir
DSM III-R pun kemudian dikritik karena beberapa kriteria diagnostiknya masih terlalu
samar dan masih membuka peluang untuk muncul bias dalam penggunaannya. Dan
Axis II, IV dan V mempunyai kekurangan dalam pengukurannya. Akhirnya pada
tahun1988, APA membentuk tim untuk membuat DSM IV. Di dalamnya tetap
menggunakan pendekatan multiaxial seperti pada DSM III-R dan Axis I hanya
dapat di tegakkan jika terdapat jumlah kriteria minimum dari daftar simtom yang
disebutkan. Pada DSM IV ini terdapat beberapa modifikasi dalam terminologi
sebelumnya dan skema rating yang digunakan pada beberapa axis. Sekarang ini
telah diterbitkan DSM IV-TR (Text Revised). Sampai saat ini DSM IV dan DSM IVTR digunakan sebagai pedoman klinisi dan profesional terkait untuk menentukan
diagnostik.
Multiaxial DSM IV :
a. Axis I
Attentions
b. Axis II
c. Axis III
d. Axis IV
e. Axis V
: Clinical Disorders, Other Conditions That May Be a Focus of Clinical
: Personality Disorders, Mental Retardation
: General Medical Conditions
: Psychosocial and Environtmental Problems
: Global Assessment of Functioning (GAF)
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
: Semua kategori diagnostik kecuali gangguan kepribadian dan
retardasi mental)
F00-F09 = Gangguan mental organik
F10-F19 = Gangguan mental akibat zat psikoaktif
F20-F29 = Skizophrenia, Gangguan skizotipal & Gangguan waham
F30-F39 = Gangguan suasana perasaan (Mood)
F40-F48 = Gangguan neurotik, Somatoform dan Gangguan terkait stress
F50-F59 = Sindroma perilaku yang berhubungan dengan fisiologis
F60-F69 = Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
F80-F89 = Ganguuan perkembangan psikologis
F90-F98 = Gangguan perilaku dengan onset masa kanak-kanak dan remaja
F99= Gangguan jiwa YTT (Yang Tidak Tergolongkan)
Aksis II
: Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Gangguan kepribadian Paranoid
Skizoid
2012
13
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Skizotypal
Antisosial (psikopat)
Borderline
Histrionik
Narcissistic
Aksis III
: Kondisi Medis umum (Gangguan Fisik)
Infeksi
Penyakit endokrin, nutrisi dan metabolik
Penyakit susunan syaraf
Penyakit sistem pernapasan
Penyakit sistem pencernakan
dsb
Aksis IV
: Masalah Psikososial & lingkungan
Problem perkawinan
Pengasuhan anak
Problem interpersonal (pacaran, pertengkaran dengan tetangga, teman)
Keuangan
Sakit fisik
Trauma tsunami
Terkait dengan hukum
Aksis V
: Penilaian Fungsi Global (GAF: Assessment of Functioning
(GAF)  level keberfungsian saat ini
100-91= gejala tidak ada, fungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak
tertanggulangi
90-81= gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian
80-71= gejala sementara& dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan,
sekolah
70-61= beberapa gejala ringan& mentap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik
Penanganan
Setelah semua informasi tentang seseorang atau sebuah situasi
dikumpulkan, pekerjaan klinis yang berupa penginterpretasian dan pengintegrasian
sejumlah data yang beragam menjadi titik fokusnya. Klinisi tidak hanya melaporkan
informasi itu, ia juga menciptakan sebuah working image (gambaran kerja) yang
menginformasikan rencana dan rekomendasi selanjutnya. Artinya, gambaran kerja
yang terbentuk memberikan semacam pedoman tentang apa yang akan dilakukan
selanjutnya. Dalam setting medis, klinisi biasanya menetapkan sebuah diagnosis,
memberikan impresinya mengenai etiologi dan prognosis gangguan itu,
mengusulkan sebuah rencana penanganan dan pada banyak kasus
2012
14
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengimplementasikan porsi terapeutik dari rencana penanganan yang telah
ditetapkan
Metode penanganan ______________________________________________
1. Terapi-terapi Biologis
Terapi-terapi biologis (biological therapies) adalah perlakuan-perlakuan untuk mengurangi
atau menghilangkan gejala-gejala gangguan psikologis dengan mengalihkan cara kerja tubuh
individu. Terpai obat adalah yang paling umum ditemukan dari terapi biomedis. Bentuk
terapi biomedis yang kurang banyak digunakan adalah terapi elektrokonfulsif dan
psikosurgeri.
a. Terapi Obat
Penanganan dengan obat mulai merevolusi pelayanan kesehatan mental pada abad ke-20.
Obat-obatan psikoterapi digunakan terutama pada tiga kategori dioagnostik; gangguan
kecemasan, gangguan suasan hati, dan skizofrenia.
 Obat-obatan anti kecemasan (antianxiety drugs)
Dikenal sebagai obat penenang (tranquilizer). Obat ini mengurangi kecemasan dengan
membuat individu menjadi lebih tenang dan kurang dapat dieksitasi. Kelompok obat
benzodiazepine adalah obat-obatan anti kecemasan yang sering menawarkan hasil terbaik
untuk meredakan gejala kecemasan. Obat-obat ini bekerja dengan menempel pada sel-sel
reseptor neurotransmitter yang menjadi terlalu aktif pada saat kecemasasn. Obat yang paling
sering diberikan dalam resep meliputi Xanax, Valium, dan Librium.
Benzodiazepin, seperti obat-obat lainnya memiliki beberapa efek samping (Fields, 2007).
Mereka dapat menimbulkan ketergantungan. Selain itu, perasaan malas, kehilangan
koordinasi kelelahan, dan perlambatan mental juga sering muncul saat obat-obat ini
digumakan. Efek ini dapat berbahaya ketika seseorang sedang mengemudi atau
mengoperasikan
mesin
tertentu,
terutama
ketika
individu
mulai
mengonsumsi
benzodiazepine. Benzodiazepin juga telah dihubungkan dengan abnormalitas pada bayi yang
lahir dari ibu yang mengonsumsinya saat kehamilan (Grover, Avasthi, & Sharma, 2006)
2012
15
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Obat-obat Antidepresan (antidepressant drugs)
Obat ini dapat mengendalikan suasana hati . Tiga kelompok utama obat-obat antidepresan
adalah trisiklik, seperti Elavil; penghambat monoamina oksidase (MAO), seperti Nardil; dan
selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti Prozac. Semua dari keompok
antidepresan ini dianggap dapat membantu suasana hati yang depresi dengan member efek
pada neurotransmitter di otak. Peningkatan penggunaan obat-obat ini dalam resep
menunjukan efektifitasnya dengan mengurangi gejala-gejala depresi dengan efek samping
yang relative sedikit disbanding obat-obat antidepresan lainnya (Ksir, Hart, & Ray, 2008;
Metzl, & Angel, 2004). Walau demikian, mereka dapat memiliki efek negative termasuk
insomnia, kecemasan, sakit kepala, dan diare. Mereka juga dapat merusak fungsi seksual dan
menghasilkan gejala-gejala penarikan diri bila penggunaannya diakhiri dengan tiba-tiba.
Litium (lithium), banyak digunakan untuk menangani gangguan bipolar (Bourin, & Prica,
2007). Litium dianggap mampu menstabilkan suasana hati dengan mempengaruhi
norepinefrin dan serotonin.
 Obat-obat Antipsikotik (antipsychotic drugs)
Adalah obat-obatan yang kuat pengaruhnya yang menghilangkan perilaku teragitasi,
mengurangi ketegangan, mengurangi halusinasi, meningkatkan perilaku social, dan
menghasilkan polatidur yang lebih baik pada individu yang memliki gangguan psikologis
yang parah, terutama skizofrenia (Byrne, 2007; Green, 2007). Neuroleptik adalah kelas obatobatan antipsikotik yang paling banyak digunakan (Garver, 2006) kemampuannya
adalahuntuk menghalangi kerja system dopamine di otak. Neuroleptik tidak mengobati
skizofrenia, mereka hanya mengatasi gejal-gejala skizofrenia, bukan penyebabnya. Salah satu
efek samping dari potensial dari obat-obatan neuroleptik adalah diskinesia taradif,
yaitusebuah gangguan neurologis yang ditandai oleh gerakan tidak dikehendaki yang aneh
sekali dari otot-otot wajah dan mulut, seperti kejangnya leher, lengan, dan kaki (Soares
Weiser,& Fernandez, 2007)
2012
16
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Terapi Elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy---ECT)
Terapi elektrokonvulsif dikenal dengan terapi kejutan digunakan untuk menangani individuindividu yang sangat depresi. Tujuan ECT adalah untuk menghasilkan kejutan dalam otak
seperti apa yang terjadi secara spontan dalam kasus epilepsi (Brown, 2007; Moss & Vaidya,
2006). Pasien diberikan anestesi dan obat yang membuat otot menjadi rileks sebelum
diberikan ECT; dan obat-obat ini memungkinkan individu tidur selama prosedur,
meminimalkan konvulsi, dan mengurangi cedera otak. Walau dimasa lalu aliran listrik
diberikan melaluikeseluruhan otak, saat ini ECT hanya diberikan pada sisi kanan otak.
Individu akan terbangun segera setelah pemberian ECT tanpa ada ingatan yang disadari
mengenai perlakuan yang dijalani.
Efek samping potensial terapi elektro konvulsif ini meliputi kehilangan ingatan, dan
kerusakan kognitif lainnyadan beberapa lebih parah dari efek samping yang ditimbulkan oleh
obat-obatan (Hihn, et al, 2006).
3. Psikosurgeri (psychosurgery)
Psikosurgeri adalah terapi biologis yang melibatkan pengambilan dan penghancuran jaringan
otak untuk meningkatkan penyesuaian diri individu. Efek dari psikosurgeri bersifat menetap
dan tidak dapat dikembalikan.Pada tahun 1930-an, seorang dokter Portugis Antonio Egas
Moniz mengembangkan sebuah prosedur yang dikenal sebagai lobotomi prefrontal . Dalam
prosedur ini, sebuah instrumen pembedahan dimasukan ke dalam otak, dan diputar,
memotong beberapa serat yang menghubungkan lobus frontal yang penting dalam prosesproses piker tingkat tinggi, dan thalamus yang penting dalam emosi. Moniz berteori bahwa,
dengan memotong beberapa hubungan antara struktur-struktur otak ini, pembedah dapat
menyingkirkan beberapa gangguan mental yang parah.
2012
17
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4.Psikoterapi Re-eduktif
Dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki
kesalahan pendidikan di waktu lalu, psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk
memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi
kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan
untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika. Psikoterapi perilaku
dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku
yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk
memulihkan penderita dan keluarganya (Maramis, 1990)
5. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung
pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani
terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka(
Hawari, 2007).
6.Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali
kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi)
rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan
berbagai kegiatan antara lain; dengan terapi kelompok yang bertujuan
membebaskan penderita dari stress dan dapat membantu agar dapat mengerti jelas
sebab dari kesukaran dan membantu terbentuknya mekanisme pembelaan yang
lebih baik dan dapt diterima oleh keluarga dan masyarakat, menjalankan ibadah
keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan,
berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi (Maramis, 1990). Pada umumnya
program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan
evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program
rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan
ke masyarakat.
Psikoterapi
Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi
psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas
sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacammacam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan
dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan
semangat juangnya.
Ada tiga ciri utama psikoterapi, yaitu:
2012
18
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Dari segi proses : berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan
menganut kode etik psikoterapi.

Dari segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah
psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada.

Dari segi tindakan: seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu
psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya.
Psikoterapi didasarkan pada fakta bahwa aspek-aspek mental manusia seperti cara berpikir,
proses emosi, persepsi, believe system, kebiasaan dan pola perilaku bisa diubah dengan
pendekatan psikologis. Tujuan psikoterapi antara lain:
 Menghapus, mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis.
 Mengatasi pola perilaku yang terganggu.
 Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif.
 Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar.
 Menghilangkan atau mengurangi tekanan emosional.
 Mengembangkan potensi klien.
 Mengubah kebiasaan menjadi lebih baik.
 Memodifikasi struktur kognisi (pola pikiran).
 Memperoleh pengetahuan tentang diri / pemahaman diri.
 Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial.
 Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan.
 Membantu penyembuhan penyakit fisik.
 Meningkatkan kesadaran diri.
 Membangun kemandirian dan ketegaran untuk menghadapi masalah.
 Penyesuaian lingkungan sosial demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi.
Psikoterapi berbeda dengan pengobatan tradisional yang sering memandang gangguan
psikologis sebagai gangguan karena sihir, kesurupan jin atau karena roh jahat. Anggapan-
2012
19
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
anggapan yang kurang tepat tersebut karena sebagian masyarakat terlalu mempercayai
tahayul dan kurang wawasan ilmiahnya.
Dalam psikoterapi, gangguan psikologis diidentifikasi secara ilmiah dengan standar tertentu.
Kemudian dilakukan proses psikoterapi menggunakan cara-cara modern yang terbukti
berhasil mengatasi hambatan psikologis. Dalam psikoterapi tidak ada hal-hal yang bersifat
mistik.Klien psikoterapi juga tidak diberi obat, karena yang sakit adalah jiwanya, bukan
fisiknya.
Psikoterapi bukan untuk menangani orang gila (orang yang rusak otaknya). Justru
psikoterapi hanya digunakan untuk menangani orang waras yang sedang mengalami masalah
psikologis, atau untuk membantu orang normal yang ingin meningkatkan kemampuan
pikirannya. Sedangkan penanganan orang gila adalah urusan Rumah Sakit Jiwa (RSJ).
Dalam sesi Psikoterapi, Anda akan diajak membahas dan menganalisa hambatan psikologis
yang ada dalam diri Anda, kemudian mencari pemecahannya dengan cara menerapkan
metode psikoterapi yang paling cocok. Psikoterapi hanya bisa dilakukan apabila Anda ingin
disembuhkan atau ingin berubah.Psikoterapi tidak
Metode psikoterapi
Psychoanalysis
Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara
memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychodynamic
(Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist
dari Austria.Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan dan
dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil
yang lebih efektif.
Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa
yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di
2012
20
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bawah sadar yang belum terselesaikan.Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk
mendapatkan solusi.Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa
mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).
Untuk mencapai dunia yang tidak disadari,terapis psikoanalisis sering menggunakan teknik
terapi berupa :
 Asosiasi Bebas (free association)
Terdiri atas upaya mendorong individu untuk mengungkapkan dengankeras apapun yang
muncul di pikiran, terlepas seberapa membingungkan atau memalukannya hal tersebut
(Hoffer
2006).
Mendorong
orang
untuk
berbicara
bebas
fikiran
Freud
memungkinkanperasaan emosional muncul. Katarsis adalah pelepasan tegangan emosional
yang dialami seseorang ketika menghidupkan kembali pengalaman konflik dan penuh emosi.
Interpretasi memainkan peran penting dalam psikoanalisis. Pernyataan dan perilaku
seseorang tidak dianggaplalu saja. Untuk memahami apa sesungguhnya yang menyebabkan
konflik seseorang, terapis terus berusaha mencari makna simbolikyang tersembunyiyang
dilakukan dandikatakan individu.
 Analisis Mimpi (dreem analysis)
Analisis mimpi adalah teknik yang digunakan para psikoanalis untuk memaknai mimpi
seseorang. Para psikoanalispercaya bahwa mimpi memuat informasi mengenai pikiranpikiran yang tidak disadari, harapan-harapan, dan konflik (Andrade, 2007). Freud
membedakan antar isi mimpi yang termanifestasi dan isi laten. Isi termanifestasi adalah
istilah dalam psikoanalisis untuk aspek-aspek mimpi yang diingat dan disadari, sedangkanisi
laten adalah bagian mimpi yang tidak diingat dan tidak disadari, aspek-aspek tersembunyi ini
disimbolkan oleh isi termanifestasi. Tujuan analisis adalah untuk melepaskan makna rahasia
ini dengan bertanya pada lapisan pikiran orang yang lebih dalam. Psikoanalis memaknai
mimpi dengan menganalisisisi termanifestasi untukmencari kebutuhan-kebutuhan dan
2012
21
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
harapan tidak disadari yang tampil disamarkan, terutama yang bersifat seksual dan agresif.
Simbol-simbol mimpi dapat berarti berbeda pada orang yang berbeda.
 Transferens (transference)
Adalah istilah psikoanalisis untuk cara-cara individu berhubungan dengan analis yang
menghasilkan kembali hubungan penting dalam kehidupan individu. Seseorang mungkin
berinteraksi dengan analis, seolah-olah analis adalah orang tua ataupasangan hidup.
Transferens dapat digunakan secara tarapeutik, sebagai sebuah model bagaimana individu
berhubungan dengan orang-orang yang penting dalam kehidupannya (Corradi, 2006)
 Resistensi (resistance)
Adalah istilah psikologi untuk strategi pertahanan klien yang tidak disadari yang mencegah
analis untuk memahami permasalahan orang tersebut. Resistensi terjadi karena hal ini
menjadi terlalu menyakitkan untuk individu membawa konflik ke kesadaran pribadi.
Beberapa metode psikoterapi lain yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah:

Ego State Therapy

Part Therapy

Trance Psychotherapy

Free Association

Dream Analysis

Automatic Writing

Ventilation

Catharsis
Terapi Psikodinamika Kontemporer
Walau wajah terapi psikodinamika telah berubah banyak semenjak pertama kali muncul
seabad yang lalu, banyak terapis psikodinamika kontemporer masih bertanya secara
mendalam untuk menggali pikiran-pikiran tidak disadari dari individu tentang pengalaman
2012
22
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
masa kanak-kanak awal untuk memperoleh petunjuk pada masalah saat ini (bovensiepen,
2006; Hamilton, 2006; Novie, 2007)
Saat ini individu jarang duduk rebahan pada sofa atau menemui terapis mereka beberapa kali
dalam satu minggu dan lebih banyak bertemu terapis secara rutin setiap minggu, dan orangorang duduk dalam kursi yang nyaman menghadap terapis. Hanya sekelompok kecil terapis
kontemporer yang benar-benar mempraktikkan psikoanalisis Freud. Merreka yang masi
melakukan terapi ini biasanya menemui kliennya secara sering. Beberapa terapi
psikodinamika kontemporer juga d pat menjadi intensif dan ekstensif, bertahan selama
tahunan, namun demikian, dalam beberapa kasus, terapi psikodinamika kontemporer ersifat
singkat, dan hanya bertahan beberapa bulan.
2)
Terapi Humanistik
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap
manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan
keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri.Oleh karena itu, dalam terapi
humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan
mengarahkan perubahan.Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan
memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar
kesadarannya sendiri.
Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah :

Terapi Client-Centered (client-centered therapies), adalah bentuk terpi humanistic yang
dikembangkan oleh Carl Rogers (1961,1980), dimana terapis menyediakan atmosfir hangat
dan suportif untuk meningkatkan konsep diri klien dan mendorong klien memperoleh
pemahaman terhadap masalah. Dalam terapi client-centered, tujuan terapi bukan untuk
membuka rahsia dalam dari ketidaksadaran, tetapi untuk membantu klien mengenali dan
memahami perasaan sesungguhnya (Hazler, 2007). Satu cara untuk mencapai tujuan ini
adalah melalui mendengar aktif dan pembicaraan reflektif (reflective speech), sebuah teknik
2012
23
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dimana terapis menjadi cermin untuk perasaan yang dialami klien. Rogers percaya bahwa
manusia membutuhkan tiga elemen dasar untuk tumbuh: penghargaan positif tanpa syarat
(unconditioning positive regard), empati, dan ketulusan (genuineness) atau otentisitas. Tiga
elemen dari perkembangan kepribadian ini dicerminkan dalam pendekatannya pada terapi.

Terapi Gestalt (gestalt therapy), adalah terapi humanistic, dikembangkan oleh Fritz Perls
(1893-1970), dimana terapis menantang klien dalam urutan tertentu untuk membantu mereka
menjadi lebih sadar tentang perasaan mereka dan menghadapi masalah. Terapis gestalt
mendorong klien untuk menentukan apakah mereka akan akan terus membiaskan masa lalu
mengendalikan masa depanmereka atau apakah mereka akan memilih saat ini juga apa yang
mereka inginkan di masa depan. Terapis gestalt menggunakan sejumlah teknik untuk
membantu klien terbuka tentang perasaan mereka, untuk mengembangkan kesadaran diri, dan
untuk mengambil kendali aktif dalam kehidupan mereka (Siverstein & Unlhas, 2004).
Terapis memberikan contoh, mendorong kongruensi antara perilaku verbal dan nonverbal,
dan menggunakan bermain peran. Untuk menstimulasi perubahan, terapis seringkali dengan
terbuka mengonfrontasi klien. Untuk mencontohkan hal penting pada klien, terapis gestalt
mungkin akan melebih-lebihkan karakteristik klien.
Terapis gestalt lebih bersifat direktif dibandingkan dengan terapi client-centered. Dengan
lebih direktif, terapis gestalt menyediakan lebih banyak interpretasi dan umpan balik. Walau
begitu, kedua terapi humanistic ini mendorong individu untuk mengambil alih
tanggungjawab untuk perasaan dan tindakan mereka, untuk menjadi diri mereka yang
sebenarnya, untuk memahami diri mereka sendiri, untuk mengembangkan perasaan bebas,
dan untuk melihay apa yang mereka lakukan pada hidup mereka.
Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah:

Gestalt Therapy

Client Cantered Psychotherapy
2012
24
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Depth Therapy

Sensitivity Training

Family Therapies

Transpersonal Psychotherapy

Existential Psychotherapy
3)
Terapi Perilaku (behavior therapies)
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa
perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan
behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau
“associative learning”.
Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena
membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi).Misalnya pada kasus fobia
ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena
waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular.Dalam hal ini, penderita
telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".
Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan
konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena
berharap hadiah dan menghindari hukuman.
 Teknik-teknik pengondisian klasik
Bila seorang individu telah mempelajari ras atakut akan ular atau ketinggian melalui
pengondisian klasik, maka individu dapat membalikan hasil belajar ini melalui
countercondotioning. Dua tipe counterconditioning adalah :
2012
25
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Desensitisasi sistematis (systemayic desensitization), adalah sebuah metode perilaku terapi
yang didasarkan pada pengondisian klasik yang memperlakukan kecemasan dengan membuat
orang tersebut mengasosiasikan relaksasi mendalam secara bertahap dengan situasi yang
menimbulkan kecemasan (Wolpe, 1963). Desensitisasi sistematis sering digunakan sebagai
cara mengatasi fobia yang efektif, seperti ketakutan member pidato, ketakutan akan
ketinggian, ketakutan untuk terbang, ketakutan akan anjing, dan ketakutan akan ular

Pengondisian Aversif (aversive conditioning), terjadi pemasangan berulang dari sebuah
perilaku yang tidak diharapkan dengan sebuah stimulus aversif untuk menurunkan penguatan
yang didapatkan dari perilaku. Pengondisian aversif digunakan untuk mengajarkan orang
untuk menghindari perilaku tertentu, seperti merokok, makan berlebihan, dan minum alcohol.
 Pendekatan Pengondisian Operan
Filosofi mendasar penggunaan pengondisian operan sebagai terapi adalah bahwa, karena pola
perilaku maladaftif dipelajari, merka dapat dibalikan. Terapi ini melibatkan analisis
mendalam terhadap lingkungan orang yang menjalalni terapi untuk menentukan faktorfakktor mana yang perlu dimodifikasi. Teknik operan memusatkan pada modifikasi perilaku
(behaviour modification), penerapan prinsip-prinsip pengondisian operan untuk mengubah
perilaku manusia; tujuan utamanya adalah untuk mengganti perilaku yang maladaptif dan
tidak dapat diterima dengan perilaku yang dapat diterima, yang adaptif.
Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah:

Exposure and Respon Prevention (ERP)

Systematic Desensitization

Behavior Modification

Flooding

Operant Conditioning

Observational Learning

Contingency Management
2012
26
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Matching Law

Habit Reversal Training (HRT)
4)
Terapi Kognitif
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi
oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada
memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku.Pandangan Cognitive Therapy
adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku.
Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.
Terdapat tiga jenis utama terapi kognitif, yaitu ;
 Terapi
perilaku
emosional-rasional
(rational-emotive
behahiour
therapy----
REBT), didasarkan pada pemahamn Albert Ellis, bahwa individu mengembangan gangguan
psikologis karena kepercaayan mereka, terutama kepercayaan yang berifat tidak rasional dan
menundukan diri. Tujuan REBT adalah untuk membantu orang menghilangkan kepercayaankepercayaan yang menundukan diri dengan secara rasional memeriksa kepercayaan ini
(Vernon, 2007).
 Terapi kognitif Beck, sebuah asumsi dasar yang dipegang Beck adalah bahwa permasalahan
psikologis, seperti depresi, muncul ketika orang berfikir secara tidak logis tentang diri mereka
sendiri, tentang dunia tempat mereka tinggal, dan masa depan (2005, 2006).
 Terapi kognitif perilaku (cognitive-behaviour therapy), terdiri atas sebuah kombinasi antara
terapi
kognitif,
dengan
penekanan
pada
pengurangan
pemikiran-pemikiran
yang
menaklukkan diri sendiri, dan terapi perilaku, dengan penekanan pada perubahan perilaku.
2012
27
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Kring, Ann M., Johnson, Sheri, L., Davison, G.C., Neale, J.M. (2010). Abnormal Psychology 11th ed.
New York : John Wiley & Sons .
Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B. (2008). Abnormal Psychology in a Changing World 7th ed.
Pearson International Edition
)
2012
28
Gangguan – Ganggguan Psikologis
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download