strategi guru dalam membina siswa yang bertingkah laku

advertisement
1
STRATEGI GURU DALAM MEMBINA SISWA YANG
BERTINGKAH LAKU MENYIMPANG
Nasruddin AR
Dosen FKIP Universitas Abulyatama Aceh
ABSTRAK
Tingkah laku menyimpang merupakan suatu masalah yang dapat mengakibatkan
kesukaran-kesukaran atau kelainan-kelainan terhadap perkembangan kepribadian seseorang dan
dapat menimbulkan keluhan bagi orang tua, sekolah serta masyarakat dalam mengatasinya.
Dalam kehidupan sehari-hari penyimpangan tingkah laku yang dilakukan siswa di sekolah
berupa melanggar peraturan sekolah atau norma-norma yang ada di sekolah. Penyimpangan
tingkahlaku juga dilakukan dengan memakai minuman dan makanan terlarang seperti memakai
nakoba dan perilakuku sek yang menyimpang. Guru dalam membina siswa yang berkelakuan
menyimpang dengan cara prepentif dan koratif.
Kata Kunci : Strategi, Guru, Membina dan Tingkah Laku Menyimpang
PENDAHULUAN
Setiap manusia selalu mempunyai bermacam kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan
merupakan keharusan bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Jika individu berhasil
memenuhi kebutuhannya, maka akan merasa puas dan sebaliknya merasa kegagalan dalam
memenuhi kebutuhan akan banyak menimbulkan masalah bagi dirinya dan lingkungannya. Tidak
jarang pula ditemukan tingkah laku yang tidak wajar yang dinampakkan sebagai akibat dari
kegagalan dalam memenuhi kebutuhan, tingkah laku tersebut dapat digolongkan kepada tingkah
laku yang menyimpang.
2
Tingkah laku menyimpang merupakan suatu masalah yang dapat mengakibatkan
kesukaran-kesukaran atau kelainan-kelainan terhadap perkembangan kepribadian seseorang dan
dapat menimbulkan keluhan bagi orang tua, sekolah serta masyarakat dalam mengatasinya.
Dalam kehidupan sehari-hari penyimpangan tingkah laku yang dilakukan siswa di
sekolah berupa melanggar peraturan sekolah atau norma-norma yang ada di sekolah. Zakiah
Darajat (1985 : 10) dalam bukunya Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia mengatakan bahwa :
Belakangan ini banyak terdengar keluhan-keluhan orang tua, ahli pendidik dan orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang agama dan sosial, kebingungan dalam menghadapi anak-anak yang
sedang berumur belasan tahun dan mulai remaja, mereka sukar untuk dikendalikan, nakal, keras
kepala, berbuat keonaran, maksiat dan hal-hal yang mengganggu ketentraman umum.
Penyimpangan tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa bisa relative berat ataupun
ringan, adapula yang bisa menimbulkan kesukaran daya pikir dan bisa mempengaruhi keadaan
jiwanya, gangguan gairah atau modivikasi, gerak gerik serta ucapan. Djumhur dan Mohd Surya
(1975 : 22) menyebutkan beberapa gejala dari kelainan tingkah laku sering dinampakkan siswa
di sekolah adalah :”sikap agresif, rasa rendah diri, bersifat bandel, menentang guru, mengacau
dalam kelas, menyendiri, menarik perhatian, mencuri dan membolos.
Untuk memecahkan masalah penyimpangan tingkah laku yang dilakukan siswa sesuai
dengan tingkatan berat atau ringan penyimpangan tersebut, maka guru atau konselor maupun
orang tua mempunyai tugas untuk mengusahakan cara tertentu untuk mencegah dan
menanggulanginya serta membina kearah yang lebih baik.
3
Hakekat Strategi
Strategi adalah metode yang digunakan dalam melakukan sesuatu. Menurut
Apriani Fitri (2004 : 63) bahwa strategi adalah cara yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan hasil yan telah ditetapkan.
Menurut Harli Dawi (2008 : 84) bahwa strategi adalah usaha yang dilakukan
seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Jadi strategi
adalah tenik, metode, cara dan pendekatan yang digunakan dalam melakukan kegitan
untuk mecapai sesuatu yang diinginkan, dicita-citakan.
Hakekat Guru
Menurut Uzer Usman (1990:1) guru adalah : Guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh
sembarangan orang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Menurut Ateng (1987:89) bahwa guru
merupakan seseorang yang memiliki syarat-syarat khusus sebagai guru yang profesional yang
harus menguasai seluk beluk pendidikan dengan berbagai pengetahuan yang perlu
dikembangakan melalu masa pendidikan tertentu.
Guru merupakan orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan bidang keguruan
terutama dalam bidang mendidik, mengajar dan melatih. Guru orang yang memiliki profesional
keguruan yang diperoleh melalui masa tertentu dalam pendidikan keguruan. Guru merupakan
suatu profesi yang artinya suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru, maka
tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
4
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan melatih berarti
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Guru harus mampu menarik simpati sehingga guru
menjadi idola para siswa. Pelajaran yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswa
dalam belajar. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, terutama bagi bangsa yang
sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintasan
zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan yang dapat membawa manusia
kearah yang lebih baik sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Hakekat Membina
Menurut Arifin (1982:108) bahwa “Membina adalah usaha, tindakan yang dilakukan secara
berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik”. Membina adalah
serangkaian tindakan atau usaha yang sengaja dilakukan oleh seseorang untuk mencapai hasil
yang lebih baik dari sebelumnya.
Membina adalah proses kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam
rangka mengembangkan membimbing dan menyempurnakan kemampuan anak yang belum
dewasa sehingga pada akhirnya anak tersebut memiliki baik fisik maupun mental secara
sempurna, sehingga mampu bertanggung jawab baik terhadap dirinya maupun kepada keluarga,
masayarakat, bangsa dan negara serta agama.
5
Hakekat Tingkah Laku Menyimpang
Tingkah laku menyimpang adalah tingkah laku yang dinilai menyimpang dari aturan-aturan
normatif yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu. Tingkah laku menyimpang dapat pula
didefinisikan sebagai keluhan atau keadaan pada umumnya tidak dapat diterima oleh
masayarakat.
Dalam penyimpangan tingkah laku, di sekolah sering terjadi hal-hal yang bertentangan
dengan ketentuan atau peraturan di sekolah, siswa dalam kehidupannya di sekolah selalu
melakukan berbagai aktivitas yang mengarah kepada perubahan tingkah laku baik dalam belajar,
bergaul sesama teman, penyusuaian dirinya dengan keadaan sekolah dan dalam melakukan
aktivitas-aktivitas belajar.
Namun demikian siswa dalam bertingkah laku tidak selalu mengarah kepada apa yang
diinginkan oleh sekolah, melainkan adanya penyimpangan tingkah laku, baik penyimpangan
terhadap ketentuan sekolah maupun dalam penyusaian diri dengan diri sendiri. Untuk lebih jelas
tantang pengertian tingkah laku menyimpang dapat dilihat dari defenisi yang dikemukakan oleh
para ahli.
Cohen (Saparinah Sadli, 1997:16) mengemukakan pengertian tingkah laku menyimpang
adalah :
a. Tingkah laku yang menyimpang dari aturan-aturan normatif atau dari pengharapan
masyarakat.
b. Tingkah laku yang secara statistik abnormal.
6
c. Tingkah laku yang secara sosial dinilai tidak baik.
Selain itu Saparinah Sadli (1977:35) mengatakan bahwa : “Tingkah laku menyimpang
adalah sebagai kelakuan atau keadaan pada umumnya tidak diinginkan seperti gangguan mental,
cacat fisik, dipandang rendah dalam kelompok, kriminalitas”.
Dari kedua pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tingkah laku menyimpang
adalah suatu tingkah laku atau sikap hidup yang tidak diterima oleh masyarakat. Dalam
masyarakat selalu ada norma-norma sosial atau aturan normatif.
Tingkah laku menyimpang juga dikatakan dengan tingkah laku yang abnormal, dalam hal
ini Kartini Kartono (1981:16) mengatakan bahwa : “Tingkah laku abnormal atau tingkah laku
menyimpang dengan gangguan internal dan mengganggu kepribadian seseorang”.
Becker (Saparinah Sadli, 1977:52) mengatakan bahwa : Tingkah laku menyimpang
bukanlah kwalitas tindakan yang dilakukan oleh seseorang, tetapi konsekwensi dari
diterapkannya aturan-aturan atau sangsi terhadap mereka yang diberi label sebagai pelanggar
atauran-aturan normatif yang berlaku.
Setelah melihat beberapa pendapat para ahli tentang pengertian tingkah laku menyimpang,
dapat diambil kesimpulan bahwa tingkah laku menyimpang adalah tingkah laku yang dinilai
menyimpang dari aturan-aturan normatif yang berlaku. Aturan-aturan normatif selalu
menetapkan bagi individu yang bersangkutan tentang apa yang harus dilakukan, apa yang
diharapkan, apa yang baik dan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
7
Kriteria Tingkah Laku Menyimpang
Untuk mengetahui menyimpang tidaknya tingkah laku seseorang dapat didasarkan pada
kriteria-kriteria. Norman Cameron (1972:10) mengatakan kriteria tingkah laku menyimpang
yang digunakan adalah :
a. Kriteria tingkah laku menyimpang secara statistik adalah untuk menemukan sesuatu
patokan tentang normal tidaknya tingkah laku yang dilakukan seseorang. Tingkah laku
yang dilakukan oleh banyak orang atau umumnya disebut tingkah normal, sedangkan
tingkah laku abnormal atau tingkah laku menyimpang.
b. Berdasarkan kriteria kenormalan dengan keseimbangan pribadi yang dirasakan
seseorang. Seseorang merasa tertekan, tidak bahagia, tidak memiliki perasaan aman,
tidak mampu menciptakan hubungan yang erat dan lama, tidak bahagia dan bingung
atau diganggu oleh ketidakmampuannya mengontrol pikiran disebut abnormal atau
menyimpang. Seseorang merasa dirinya aman, mampu menciptakan hubungan yang
erat dan lama, merasa bahagia dan mampu mengontrol pikiran disebut normal.
c. Berdasarkan kriteria social conformity adalah masyarakat mengharapkan manusia
tumbuh dan berkembang serta bertingkah laku sesuai dengan norma-norma dan harapan
masyarakat. Seseorang disebut normal bila perilakunya sesuai dengan norma-norma
atau harapan masyarakat dan bila tidak sesuai dengan norma-norma atau harapan
masyarakat disebut menyimpang.
d. Dalam pendekatan normal pengertian normasisasi adalah adanya kesesuaian dari
bermacam-macam elemen-elemen pada mental dan fungsi emosi, apabila tidak terdapat
keharmonisan pada beberapa mental dan fungsi emosi disebut abnormal atau
menyimpang.
Kartini Kartono (1981:3-4) menyebutkan kriteria abnormal adalah :
a. Abnormal dipandang dari segi pathologis
b. Abnormal dipandang dari segi statistik
c. Abnormal dipandang dari segi kulturil/kebudayaan.
8
Dari kutipan di atas jelaslah bahwa untuk melihat menyimpang tidaknya tingkah
laku seseorang haruslah didasarkan pada beberapa kriteria yang menjadi batasan atau
patokan daripada tingkah laku menyimpang.
Jenis-jenis Tingkah Laku Menyimpang
A.
Psikhosa ialah suatu bentuk kekalutan mental yang dicirikan dengan adanya
desintegresi kepribadian dan terputusnya hubungan diri dengan ralitas hidup.
Adapun ciri-ciri dari pada psikhosa menurut Kartini Kartono (1983:76) adalah :
a. Tingkah laku dan hubungan sosial selalu a-sosial, selalu menentang lingkungan
kebudayaan serta norma moral.
b. Sering berbuat kasar, sikapnya tidak menyenangkan orang lain.
c. Pergi tanpa tujuan.
d. Tidak mampu memahami arti kebaikan dan kesusilaan.
e. Ada disorientasi terhadap lingkungannya.
f. Tidak pernah bersikap loyal terhadap seseorang.
g. Emosi tidak matang, tidak bisa bertanggung jawab.
h. Penyimpangan seksual.
Selanjutnya Kartini Kartono (1981:116) membagi pskhosa dalam dua kelompok
yaitu :
a. Psikhosa Organik, disebabkan oleh faktor fisik dan intern serta mengalami gangguan
mental, maladjustment secara sosial dan tidak mampu bertanggung jawab.
b. Psikhosa Fungsionil, disebabkan oleh faktor non organik sifatnya, sehingga terjadi
kepecahan kepribadian dan maldjusment. Terdapat pula gangguan pada karakter dan
fungsi intelektuil.
c.
Lebih lanjut Kartini Kartono (1981 : 118) kedua sifat tersebut memiliki ciri :
1. Neurosa yaitu gangguan jiwa.
a.
b.
c.
d.
e.
Neurasthenia.
Hysteria.
Psychastenia.
Ngomol
Kepribadian psychopathy.
9
f. Keabnormalan seksuil.
2. Psychosa yaitu sakit jiwa
a. Schizophrenia.
b. Paranoid.
c. Manic-despressive.
B. Jenis tingkah laku menyimpang yang diteliti, yang ditunjukkan siswa di sekolah
adalah :
a. Mencuri
Mencuri adalah suatu bentuk tingkah laku yang tidak dapat diinginkan ataupun tingkah
laku yang bersifat nakal dan tidak terpuji. Apabila sudah sering dilakukan individu akan
membawa akibat buruk terhadap perkembangan kepribadiannya.
b. Berbohong
Siswa yang melakukan kebohongan biasanya hidup dalam suasana lingkungan yang
tidak mempunyai sikap jujur baik dalam perkataan ataupun dalam perbuatan tidak ada
batas kebenaran.
c. Membolos
Siswa yang tidak menemukan hal-hal yang bisa memuaskan keinginan di sekolah akan
dicarikan di luar lingkungan sekolah. Siswa membolos karena tidak menguasai materi
pelajaran, siswa merasa bosan berada terlalu lama di dalam kelas.
10
d. Negativisme
Negativisme adalah suatu bentuk tingkah laku menentang guru, melanggar tata tertib
sekolah, mengganggu teman serta membuat keributan dalam kelas.
Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Tingkah Laku Menyimpang
Tingkah laku terbaik akibat adanya pengaruh dari dalam dan dari luar. Dari kedua
pengaruh baik pengaruh dari luar ataupun dari dalam tersebut dapat berpadu menjadi tingkah
laku yang selaras dengan lingkungan, apabila tingkah laku yang terbentuk dapat diterima oleh
lingkungan masyarakat. Sebaliknya tingkah laku yang terbentuk adalah tingkah laku yang
menyimpang.
Faktor-faktor penyebab timbulnya tingkah laku menyimpang dapat dikelompokkan atas
faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor Intern adalah dalam diri individu, yang terdiri dari dua gologngan :
- Faktor Psikologis.
a.
b.
c.
d.
e.
Intelegensi
Bakat
Minat
Motivasi
Perasaan dan sikap
-. Faktor Fisiologis yaitu cacat jasmani.
Cacat jasmani pada diri individu yang bersangkutan pada umumnya tidak mampu menjaga
dirinya. Itelegensinya menjadi sangat tidak bisa berkembang, individu tersebut tidak mengerti
dan tidak diajari. Individu yang mempunyai cacat jasmani selalu diliput rasa malu, perasaan
harga diri rendah.
11
Mengenai cacat jasmani Kartini Kartono (1983:61) mengatakan bahwa individu yang
mempunyai cacat jasmani merasa malu dan sangat menderita batinnya. Hari depan mereka terasa
gelap, dipenuhi rasa malu, ketakutan dan ragu-ragu. Kondisi sarafnya selalu dalam keadaan
tegang individu merasa selalu gagal dalam segala hal karena menyangka orang lain
melakukannya.
Dari pengertian tersebut di atas bahwa individu yang mempunyai cacat jasmani tidak
memiliki semua dalam mencapai prestasi. Hilang keberanian untuk melanjutkan perjalanan
hidup karena dibayangi oleh perasaan diri tidak mampu dan rasa rendah diri.
2. Faktor Ekstern adalah faktor diluar diri individu yang termasuk dalam faktor ekstern
adalah :
a.
Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan tempat yang pertama-tama individu belajar dan menyatakan dirinya
sebagai makhluk sosial dalam hubungannya dengan kelompok keluarga. Keluarga dapat
memberikan pengaruh yang besar terhadap sikap dan tingkah laku seseorang dikemudian hari.
Sikap dan tingkah laku individu dalam pergaulannya dalam masyarakat mencerminkan berbagai
kehidupan keluarganya. Keluarga yang baik adalah merupakan tempat pendidikan yang baik pula
bagi individu, sebaliknya individu yang hidup dalam satu keluarga yang tidak harmonis akan
membawa pengaruh buruk terhadap perkembangan sikap dan tingkah laku individu sehari-hari.
Romli Atmasasmita (1983:55) mengatakan bahwa :
Keluarga sangat memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian si
anak, maka tingkah laku dan pergaulan serta harmonisasi atau kerukunan orang
tuanya selain menjadi perhatian dan teladan bagi anak. Dengan adanya kerukunan
orang tua, anak merasa adanya keamanan dalam kehidupan.
12
b. Faktor Lingkungan Sekolah
Kedaan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan akan menimbulkan konflik bagi siswa,
adapula guru-guru yang datangnya tidak teratur serta bersikap masa bodoh terhadap siswa,
sehingga siswa banyak mengalami kesulitan atau frustasi dengan demikian hubungan yang baik
antara guru dengan siswa dapat membekali siswa dengan norma-norma yang baik pula.
Sedangkan adanya salah didik dari pihak guru akan membawa siswa kepada penyimpangan
tingkah laku yang berbentuk siswa mulai membenci kepada guru dan tidak menyukai sekolah,
tidak menyukai disiplin dan membangkang perintah guru.
B. Simandjuntak (1981:120) mengatakan bahwa :
Kondisi sekolah, sistim pengajaran disekolah tidak menguntungkan akan menjurus
siswa kepada tingkah laku yang tidak baik. Siswa tidak mendapat kepuasan di
sekolah, siswa merasa bosan akan pelajaran sehingga tidak mencapai hasil yang
baik. Pelajaran tidak sesuai dengan kesanggupan dan minat siswa dan tidak
mendapat bimbingan tentang pelajaran yang efektif. Ketidakpuasan tersebut
mengakibatkan siswa sering meninggalkan sekolah.
Perbuatan membolos akan mengarah kepada perbuatan tidak baik, sering pula tingkah laku
yang dinampakkan bertentangan dengan harapan sekolah, sehingga sekolah sebagai lingkungan
kedua dari siswa, mengalami kegagalan dalam membentuk kepribadian yang baik sebagaimana
yang diharapkan oleh keluarga serta masyarakat.
Siti Rahayu (Safiyuddin Sastrawijaya, 1977:31) menemukan berupa kemungkinan
timbulnya tingkah laku menyimpang adalah :
13
f. Akibat dari pada frustasi yang bertumpuk-tumpuk.
g. Untuk memenuhi kebutuhan atau dalam mengatasi masalah.
h. Sebagai akibat dari pada adanya tekanan batin.
Guru dalam Membina Siswa yang Bertingkah Laku Menyimpang
Guru dalam membina dan pencegahan terhadap tingkah laku menyimpang yang dilakukan
siswa adalah dilakukan oleh pendidik yaitu guru, dan guru pembimbing sekolah. Karena mereka
yang memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian yang wajar dengan mental yang
sehat. Usaha pendidik ini diarahkan kepada siswa dengan mengamati, memberikan perhatian dan
mengawasi setiap gejala penyimpangan tingkah laku siswa di sekolah.
Adapun usaha yang dilakukan wali kelas dalam membina, mencegah dan mengulangi siswa
yang melakukan tingkah laku meyimpang ada dua cara yaitu usaha preventif dan usaha kuratif.
1. Usaha Preventif
Usaha preventif yaitu usaha mencegah terjadinya pengaruh buruk yang dapat menimbulkan
kesulitan bagi siswa, memelihara situasi yang baik dan menjaga situasi tersebut tetap baik dan
terpelihara.
Usaha guru yang bersifat preventif dapat ditempuh dengan usaha pembinaan yang terarah
akan mengembangkan diri akan tercapai dan tercipta suatu hubungan yang serasi antara aspek
rasio dan aspek emosi. Pikiran yang sehat akan mengarahkan siswa kepada perbuatan yang
wajar, sopan dan bertanggung jawab.
14
Usaha preventif yang dilakukan konselor yang berupa bimbingan terhadap siswa yang
melakukan tingkah laku menyimpang dengan tujuan untuk menambah pengertian mengenai :
a. Pengenalan diri sendiri yaitu menilai diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain.
b. Penyesuaian diri yaitu mengenali dan menerima tuntutan dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan tersebut.
c. Mengarahkan kepribadian siswa ke arah pembatas antara pribadi dan sikap sosial
dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, normal dan etik.
2. Usaha Kuratif
Usaha kuratif yang merupakan usaha wali kelas dalam penyembuhan, pembentukan
terhadap siswa yang melakukan tingkah laku menyimpang dan merupakan suatu proses
perubahan pada diri siswa, baik dalam bentuk pandangan, sikap agar dapat menerima dirinya
sendiri secara optimal.
Dalam usaha kuratif konselor ikut serta aktif dalam kegiatan bimbingan yang bertujuan
untuk membantu siswa agar tercapai suatu kehidupan pribadi yang memuaskan dan secara sosial
memuaskan.
Usaha kuratif dapat ditempuh dengan :
a. Pemahaman individu, yaitu konselor harus dapat memahami siswa bermasalah serta
motif bertingkah laku.
15
b. Pengembangan diri, yaitu mengembangkan serta menumbuhkan cara berfikir dan
bertingkah laku secara sehat dengan kemungkinan yang ada pada diri siswa serta
lingkungan.
c. Membantu siswa menyempurnakan cara-cara penyesuaiannya dan memberikan
bimbingan serta bantuan kepada siswa untuk mengadakan pilihan, penyesuaian yang
bijaksana dan mampu memecahkan masalah sendiri.
B. Simanjuntak (1984:144) menyebutkan usaha untuk menanggulangi dan usaha
bimbingan terhadap siswa yang melakukan tingkah laku menyimpang adalah :
a. Usaha pencegahan adalah :
-
Usaha Pemerintah.
-
Usaha Swasta.
b. Usaha bimbingan yang merupakan suatu usaha untuk menemukan, menganalisa dan
mencegah kesulitan atau masalah yang dihadapi individu dengan cara :
-
Dapat mengerti pribadi individu dan minatnya.
-
Mencari hasil sebaik-baiknya dalam kehidupan sendiri.
-
Memberikan cinta kasih sepenuhnya.
-
Menanamkan nilai spiritual dan agama.
-
Membantu orang lain.
B. Simanjutak (1984:151) mengatakan bahwa : “Bimbingan adalah proses bantuan
terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri untuk melakukan
penyelesaian diri secara maksimal kepada keluarga, sekolah dan masyarakat”.
16
Adapun usaha bimbingan dan penyuluhan di sekolah oleh Koestoer Partowisastro
(1985:82) antara lain :
a. Usaha preventif yaitu pencegahan sebelum terjadinya atau timbulnya masalah-masalah
dari anak didik.
b. Usaha-usaha preventif yaitu memeliharan situasi yang baik dan menjaga supaya situasi
tersebut tetap baik.
c. Usaha kuratif yaitu berusaha atau penyembuhan dan pembetulan dalam mengatasi
masalah-masalah.
d. Usaha rehabilitasi yaitu berusaha mengembalikan anak didik ke dalam situasi yang baik
pula.
Berdasarkan kutipan di atas jelaslah bahwa usaha pencegahan dan usaha bimbingan di
sekolah memegang peranan penting dalam usaha mengatasi kesulitan siswa. Karena bimbingan
adalah suatu bantuan yang diberikan kepada siswa secara terus menerus supaya siswa dapat
memahami diri sendiri. Sanggup mengarahkan diri dan bertingkah laku wajar, sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
PENUTUP
Guru dalam membina anak yang bertingkah laku menyimpang dilakukan dengan cara
menasehati anak agar jangan berbuat perbuatan yang tidak baik. Membimbing ke arah yang baik
bagi siswa yang bertingkah laku menyimpang. Menegur siswa yang bertingkah laku
menyimpang, sehingga anak tidak akan melakukan perbuatan yang menyimpang. Bekerjasama
dengan guru yang lain dan dengan orang tua dalam membina siswa yang bertingkah laku
17
menyimpang di sekolah. Dalam membina anak yang melakukan perbuatan yang menyimpang
dilakukan dengan penuh tanggungjawab. Lebih jelas bahwa dalam usaha bimbingan dan
penyuluhan di sekolah ada empat usaha yaitu preventif, usaha presertatif, usaha kuratif dan usaha
rehabilitas.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Afriani Fitri (2004). Strategi Guru Dalam Memotivasi Siswa Meningkatkan Prestasi Belajar.
FKIP Universitas Abulyatama Aceh Besar
Arikunto, Suharsimi, (1986). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Bina
Aksara.
Ametembun, N. N, (1973). Guru dalam Administrasi Sekolah Pembangunan, IKIP : Bandung.
Depdikbud, (1976). Kurikulum SPG Untuk Kelas I, II, III, Jakarta.
Djumhur, I Moh. Surya, (1975). Bimbingan dan Penyuluhan Sekolah, CV. Ilmu Bandung.
Hamalik, Oemar, (1983). Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung : Tarsito.
Harli Dawi (2008). Strategi Bidan dalam Memotivasi Ibu-Ibu membawa Anaknya Ke Posyandu
Akademi Kebidanan Nadhirah Banda Aceh
Hidayat, S. (1978). Pembinaan Generasi Muda, Surabaya : Studi.
Natawijaya, Rachman, (1978). Penyuluhan di Sekolah, Bandung : Surabaya.
............, (1979). Ilmu Keguruan dan Pengembangan Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Nasution, S. (1973). Beberapa Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Jemmar.
Nurhadi, A. Mulyani, (1982). Administrasi Pendidikan di Sekolah, Yogyakarta : Offeed.
Rostiyah, N.K, (1982). Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta : Bina Aksara.
Soelaiman, Darwis A. (1979). Pengantar Kepada Teori dan Praktek Pengajaran, IKIP Semarang
Press.
Soemanto. Wasty, (1983). Psikologi Pendidikan, Malang : Bina Aksara.
Surachmad, Winarno, (1984). Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik
Metodologi Mengajar, Bandung : Tarsito.
18
Download