BAB II

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Manajemen
Kata manajemen sendiri berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu
ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Menurut
Robbins dan Coulter (2007, p8) manajemen adalah proses pengordinasian
kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara
efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Kata efisiensi dapat diartikan
sebagai mendapatkan output terbesar dengan input yang sangat kecil, sementara
efektivitas dapat diartikan pada penyelesaian kegiatan-kegiatan sehingga sasaran
organisasi dapat tercapai.
Menurut Mary Parker Follet yang dikutip oleh Handoko (2008:3)
manajemen merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan
organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai
tugas yang mungkin diperlukan.
Lewis dkk.(2004:5) mendefinisikan manajemen sebagai: “the process of
administering and coordinating resources effectively and efficiently in an effort to
7
8
achieve the goals of the organization.” Pendapat tersebut kurang lebih
mempunyai
arti
bahwa
manajemen
merupakan
proses
mengelola
dan
mengkoordinasi sumber daya secara efektif dan efisien sebagai usaha untuk
mencapai tujuan organisasi.
Menurut Ismail Solihin (2009, p4) manajemen dapat didefinisikan sebagai
“proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari
berbagai sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien”.
Dari ketiga pengertian manajemen diatas, penulis merangkum pengertian
dari manajemen adalah “seni dalam mencapai tujuan organisasi dengan cara
pengordinasian sumber daya dari mulai perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan kepemimpinan sehingga dapat terselesaikan secara efisien dan
efektif”.
2.1.1.1 Fungsi Manajemen
Menurut Ismail Solihin (2009, p4) yang mengutip dari Koontz (Koontz
dan Weihrich, 1993) bahwa manajemen dikelompokkan ke dalam lima fungsi,
kelima fungsi tersebut yaitu:
a) Planning (perencanaan)
Yaitu suatu proses mengembangkan tujuan-tujuan perusahaan serta
memilih serangkaian tindakan (strategi) untuk mencapai tujuan-tujuan
9
tersebut. Perencanaan tersebut mencangkup (a) menetapkan tujuan (b)
mengembangkan berbagai premis mengenai lingkungan perusahaan di
mana tujuan-tujuan perusahaan hendak dicapai (c) memilih arah tindakan
(courses of action) untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut (d) merumuskan
berbagai aktifitas yang diperlukan untuk menerjemahkan rencana menjadi
aksi (e) melakukan perencanaan ulang untuk mengoreksi berbagai
kekurangan dalam perencanaan terdahulu.
b) Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu proses dimana karyawan dan
pekerjaannya saling dihubungkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pengorganisasian mencangkup pembagian kerja diantara kelompok dan
individu serta pengkoordinasian aktivitas individu dan kelompok.
Pengorganisasian mencangkup juga penetapan kewenangan manajerial.
c) Staffing (pengisian staff)
Yaitu suatu proses untuk memastikan bahwa karyawan yang
kompeten dapat dipilih, dikembangkan dan diberi imbalan untuk mencapai
tujuan perusahaan. Penyusunan staf serta manajemen sumber daya
manusia yang efektif mencangkup pula penciptaan iklim kerja yang
memuaskan karyawan. Sumberdaya manusia yang telah diorganisasi
tersebut selanjutnya perlu diarahkan aktivitasnya agar menghasilkan
pencapaian tujuan perusahaan.
10
d) Leading (memimpin)
Memimpin adalah suatu proses memotivasi individu atau
kelompok dalam suatu aktivitas hubungan kerja (task related activities)
agar mereka dapat bekerja dengan sukarela (voluntarily) dan harmonis
dalam mencapai tujuan perusahaan.
e) Controlling (pengendalian)
Pengendalian merupakan suatu proses untuk memastikan adanya
kinerja yang efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan. Pengendalian
mencangkup
(a)
menetapkan
berbagai
tujuan
dan
standar,
(b)
membandingkan kinerja sesungguhnya (yang diukur) dengan tujuan dan
standar yamg telah ditetapkan, serta (c) mendorong keberhasilan dan
mengoreksi berbagai kelemahan.
2.1.1.2 Tingkatan Manajemen
Menurut Ismail Solihin (2009, p11) dalam sebuah perusahaan
terdapat tiga tingkatan manager, yaitu:

Manajemen Puncak (Top Management)
Merupakan
eksekutif
tertinggi
diperusahaan
yang
menetapkan tujuan dan strategi perusahaan secara keseluruhan.

Manajemen Menengah (Middle Manajement)
akan
11
Manajer menengah bertanggung jawab mengimplementaskan
berbagai kebijakan yang telah dibuat oleh manajemen puncak.

Manajemen Lini Pertama (First Line Manajement)
Merupakan manajemen jenjang pertama yang memimpin karyawan
nonmanajer dan berada dibawah pengendalian manajemen menengah.
2.1.2 Pengertian Manajemen Strategik
Menurut Pearson dan Robinson (2007), manajemen strategik didefinisikan
sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan
(formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang
untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Ini terdiri dari Sembilan tugas
penting:
1. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang maksud
keberadaan (purpose), filosofi (philosophy), dan tujuan (goal)
2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi intern dan
kapabilitasnya.
3. Menilai lingkungan ekstern perusahaan, meliputi baik pesaing maupun
faktor-faktor kontekstual umum.
4. Menganalisi opsi perusahaan dengan mencocokan sumber dayanya dengan
lingkungan ekstern.
12
5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi
setiap opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan.
6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum (grand
strategy) yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki.
7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai
dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih.
8. Mengimplementasikan pilihan strategik dengan cara mengalokasikan
SDM, struktur, teknologi, dan sistem imbalan.
9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi
pengambilan keputusan yang akan datang.
Seperti ditunjukkan oleh kesembilan tugas ini, manajemen meliputi
perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengendalian atas keputusankeputusan dan tindakan-tindakan perusahaan yang berkaitan dengan strategi.
Strategi diartikan oleh para manajer sebagai rencana mereka yang berskala besar
dan berorientasi kepada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan
persainganguna mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Strategi adalah “rencana
main” suatu perusahaan. Meskipun rencana itu tidak secara persis merinci semua
pemanfaatan SDM, keuangan, dan bahan dimasa mendatang, ia memberikan
kerangka untuk keputusan-keputusan manajerisan. Strategi mencerminkan
kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan, dan dimana ia harus bersaing;
melawan siapa; dan untuk maksud (purpose) apa.
13
2.1.3 Pengertian Misi dan Visi
2.1.3.1 Definisi Misi
Menurut
Wibisono
(2006,p.46)
“Misi
merupakan
kalimat
yang
menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi, yang memuat apa yang
disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun
jasa.”
Misi adalah sesuatu yang mendefinisikan tujuan utama perusahaan itu
sendiri. Menurut Niven (2003), Misi tidak seperti strategi dan goals (tujuan) yang
dapat dicapai seiring dengan waktu, misi bermanfaat sebagai rambu dari apa yang
perusahaan kerjakan, dan terus dikejar secara konstan. Misi dapat dianggap
sebagai kompas yang membimbing perusahaan.
Ada beberapa karakteristik yang menandakan sebuah misi itu efektif.
Atribut – atribut ini juga dapat menjadi acuan bila perusahaan belum mempunyai
misi yang terfokus:
-
Mendukung akan perubahan: sebuah misi harus dapat
menginspirasi
sebuah
perubahan
yang
baik
terhadap
perusahaan. Hal tersebut harus dapat mendorong perusahaan
keareah yang lebih maju dan mendukung perkembangan yang
lebih positif.
14
-
Bersifat jangka panjang: perumusan misi harus bersifat jangka
panjang dimana pada saat strategi dan perencanaan dapat terus
-
berubah seiring dengan waktu, misi harus berperan sebagai
fondasi perusahaan.
-
Mudah dimengerti dan dikomunikasikan: sebaiknya misi
dijabarkan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua
bagian dari organisasi. Misi juga harus dapat memotivasi
perusahaan agar masing – masing individu dapat bekerjasama
untuk mencapai satu tujuan.
2.1.3.2 Definisi Visi
Menurut Wibisono (2006, p. 43,), visi merupakan rangkaian kalimat yang
menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin
dicapai di masa depan. Sebuah nilai visi yang tergambar dengan baik dapat
menjadi sumber motivasi utama perusahaan. Menurut John Kotter, terdapat tiga
tujuan utama dari perumusan visi:
-
Secara umum, visi menyederhanakan ratusan atau ribuan
keputusan awal yang telah dirumuskan perusahaan.
-
Visi memotivasi perusahaan untuk bergerak kearah yang
diharapkan oleh perusahaan.
15
-
Visi membantu merkordinasikan perkerjaan-pekerjaan yang
harus dilaksanakan oleh pihak-pihak perusahaan secara cepat
dan efisien
Kaitan Visi dengan Balanced Scorecard
Visi, seperti yang dijelaskan adalah, sebuah lingkup aktifitas bisnis yang
diharapkan di masa depan. Sebuah Visi harus mempertimbangkan kepentingan
setiap bagian dari perusahaan dan yang pada akhirnya memberikan sebuah
gambaran masa depan perusahaan. Salah satu bentuk kesulitan adalah
mengimplementasikan sebuah visi menjadi kenyataan, dan balanced scorecard
adalah alat untuk merealisasikan hal tersebut.
2.1.4 Pengertian Kinerja
Secara Umum, kinerja merupakan suatu kondisi yang harus
diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui
tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang
diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak
positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional. Adapun pengertian
kinerja menurut Stephen Robbins yang diterjemahkan oleh Harbani
Pasolong: “Kinerja adalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang
16
dilakukan oleh pegawai dibandingkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.” (Pasolong,2007:176)
2.1.4.1 Tujuan Pengukuran Kinerja
Tujuan pokok penilaian kinerja menurut Rudianto (2006, Hal 311) adalah
“untuk memotivasi karyawan dalam mencapai secara organisasi dan dalam
mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan
tindakan dan hasil yang diinginkan.”
2.1.4.2 Manfaat Penilaian Kinerja
Manfaat dari penilaian kinerja bagi manajemen perusahaan (Mulyadi,
2001: 416) adalah sebagai berikut:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan denga
karyawan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawab dan untuk menyediakan criteria seleksi dan evaluasi
program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai kinerja mereka.
17
2.1.5 Balanced Scorecard
2.1.5.1 Pengertian Balanced Scorecard
Balanced scorecard merupakan sistem manajemen strategis yang
menterjemahkan visi dan strategi suatu organisasi kedalam tujuan dan ukuran
operasional (Hansen dan Mowen 2003). Tujuan dan ukuran operasional tersebut
kemudian dinyatakan dalam empat perspektif yaitu perspektif finansial, pelanggan
(customers), proses bisnis internal (internal business process), serta pembelajaran
dan pertumbuhan (learning and growth) (Kaplan dan Norton 1996). Perspektif
finansial menggambarkan keberhasilan finansial yang dicapai oleh organisasi atas
aktivitas yang dilakukan dalam 3 perspektif lainnya. Perspektif pelanggan
menggambarkan pelanggan dan segmen pasar dimana organisasi berkompetisi.
Perspektif proses bisnis internal mengidentifikasikan proses-proses yang penting
untuk melayani pelanggan dan pemilik organisasi. Perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan menggambarkan kemampuan organisasi untuk menciptakan
pertumbuhan jangka panjang.
Balanced Scorecard yang baik harus memenuhi beberapa kriteria yaitu:
1) Dapat mendefinisikan tujuan strategi jangka panjang dari
masing-masing perspektif (outcomes) dan mekanisme
untuk mencapai tujuan tersebut (performance driver).
2) Setiap ukuran kinerja harus merupakan elemen dalam suatu
hubungan sebab akibat (cause and effect relationship) .
3) Terkait dengan keuangan, artinya strategi perbaikan seperti
peningkatan kualitas, pemenuhan kepuasan pelanggan, atau
18
inovasi yang dilakukan harus berdampak pada peningkatan
pendapatan perusahaan.
Sementara menurut Paul R. Niven (2003), Balanced Scorecard
diungkapkan bahwa : “we can describe the balanced scorecard as a carefully
selected of measures derived from an organizations strategy. I see this tool as:
measurement system, strategic management system, and communication tools.”
Menurut pendapat Gasperz (2011,p20), Balanced Scorecard adalah suatu
konsep manajemen yang membantu menerjemahkan strategi kedalam tindakan
yang lebih dari sekedar suatu sistem pengukuran operasional atau taktis.
Penulis mengambil kesimpulan bahwa Balanced Scorecard merupakan
sebuat alat pengukuran, sistem manajemen strategi, dan alat komunikasi bagi
perusahaan yang memperhatikan keseimbangan antara faktor finansial dan
faktor non-finansial.
2.1.5.2 Alasan Perusahaan Menerapkan Balanced Scorecard
Menurut Kaplan dan Norton, alasan perusahaan menerapkan Balance
Scorecard antara lain karena kebutuhan untuk:
1. mengklarifikasi dan memperoleh konsensus tentang visi dan strategi,
2. membangun sebuah tim manajemen,
3. mengkomunikasikan strategi,
4. mengaitkan imbalan dengan pencapaian tujuan strategis,
19
5. menentukan target strategis,
6. menyelaraskan sumber daya dengan inisiatif strategis,
7. mempertahankan investasi di dalam aktiva intelektual dan tidak
berwujud,
8. menyediakan dasar bagi pembelajaran strategis.
2.1.5.3 Konsep Penerapan Perspektif Balanced Scorecard
Empat perspektif dalam Balanced Scorecard yang digunakan sebagai alat
ukur terhadap kinerja perusahaan adalah sebagai berikut:
2.1.5.3.1 Perspektif Keuangan
Tolak ukur keuangan yang berkaitan dengan Balanced Scorecard adalah
laba bersih atau ROI, karena tolak ukur tersebut secara langsung digunakan untuk
mengetahui laba. Perspektif keuangan dalam Balanced Scorecard mempunyai dua
peranan penting, dimana perspektif lain dari Balanced Scorecard bergantung
pada pengukuran finansial yang secara langsung menunjukkan implementasi dari
strategi yang telah direncanakan. Peran penting lainnya adalah perspektif
keuangan adalah sebuah motivator terhadap ketiga perspektif lainnya berkaitan
dengan target yang harus dicapai.
Menurut Kaplan dan Norton yang dipetik oleh Yuwono (2003, p31) dalam
sebuah bisnis, ada tiga tahap yang pasti dilalui oleh perusahaan: bertumbuh
(growth), bertahan (sustain), dan menuai (harvest). Setiap tahap tersebut memiliki
tujuan finansial yang berbeda-beda serta memiliki tolak ukur yang berbeda-beda.
Growth yang merupakan tahap awal merupakan sebuah tujuan
pencapaian
20
finansial yang dihasilkan oleh bisnis baru. Dalam tahap ini dibutuhkan
pertimbangan dari segi sumber daya agar produk baru dapat dikembangkan secara
efisien, pelayanan dapat ditingkatkan dan adanya penunjang fasilitas yang
mendukung produksi. Sustain adalah sebuah tahap pertimbangan apakah
perusahaan akan tetap berinvestasi dalam bisnis tersebut atau tidak dengan
mempertimbangkan tingkat pengembalian finansial yang dihasilkan, misalnya
pengukuran yang kerap digunakan untuk mengukur seperti ROI, NPM, dan ATO.
Tahap Harvest adalah tahap dimana perusahaan akan berusaha untuk tetap
mempertahankan bisnisnya, dimana meningkatkan aliran income dan mengurangi
cost.
2.1.5.3.2 Perspektif Pelanggan
Segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target organisasi adalah dua
faktor yang harus ditentukan terlebih dahulu. Dalam sebuah bisnis, kebutuhan
pelanggan adalah elemen terpenting. Menurut Jurnal Richi Anhony dan Wirawan
Suhaedi (2007) yang dikutip dari Kaplan dan Norton (1992) perspektif pelanggan
dibagi menjadi dua kelompok.
Ada dua jenis kelompok dalam perspektif pengukuran
pelanggan:
a) Customer Measurement Group Meliputi:
21

pangsa Pasar (Market Share): Poin ini berfokus pada
sebuah ukuran pelanggan dalam keseluruhan kondisi
pasar, yaitu: Jumlah Pelanggan, Jumlah penjualan
produk/jasa dan kuantitas penjualan.

Retensi Pelanggan (Customer Retention): Poin yang
berfokus untuk mengukur keadaan hubungan antara
perusahaan dengan pelanggan.

Akuisisi Pelanggan (Customer Acquistition): Sebuah
pengukuran yang memfokuskan pada kemampuan
perusahaan untuk menarik pelanggan baru atau
menguasai sebuah bisnis baru.

Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction): Sebuah
prngukuran yang melihat kondisi kepuasa pelanggan
terhadap produk/jasa.

Prospek
Keuntungan
Pelanggan
(Customer
Profitability): Pengukuran sebuah total laba bersih
terhadap suatu segmen dalam bisnis setelah dikurangi
cost.
b)
Beyond
The
Core:
Kelompok
ini
adalah
atribut
memfokuskan pada nilai dari produk yang ditawarkan oleh
organisasi, menciptakan loyalitas dan kepuasan pelanggan
22
dalam segmentasi sasaran pasar. Atribut-atribut yang mewakili
proposisi nilai adalah:
 Atribut Produk dan Jasa (Product/Service Atribute).
 Hubungan Pelanggan (Customer Relationship).
 Citra dan Reputasi (Image and Reputation).
2.1.5.3.3
Persfektif Proses Bisnis Internal
Perspektif ini memberikan sebuah value yang bertujuan untuk menarik
atau mempertahankan pelanggan-pelanggan di segmen yang telah ditentukan
sebelumnya. Masing-masing perusahaan memiliki cara sendiri-sendiri dalam
memberikan nilai produk, namun ada tiga prinsip dasar yang dijabarkan
berdasarkan teori Kaplan dan Norton (1996):

Proses Inovasi: Proses ini adalah sebuah identifikasi
dari dua komponen: Identifikasi kebutuhan Pelanggan
dan Proses perancangan pengembangan kebutuhan
Pelanggan. Proses ini berdampak bahwa jika hasil
inovasi tidak sesuai dengan keinginan pelanggan, maka
perusahaan harus mengeluarkan cost lebih terhadap
research and development.

Proses Aktivitas: proses ini adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan perusahaan mulai dari
23
penerimaan order hingga produk sampai kepada
pelanggan dengan efisien dan tepat waktu.

Proses Pelayanan: Proses menyelesaikan masalah yang
muncul pada saat pelayanan dilaksanakan seperti ganti
rugi produk yang rusak setelah sampai di tangan
pelanggan dengan cepat, tanggap dan proaktif.
2.1.5.3.4
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Menurut Luis (2007, p37), ada tiga kategori utama yang dianalisis dan diukur
dalam perspektif ini, yaitu :

Kompetensi karyawan

Daya dukung teknologi

Budaya, motivasi dan penghargaan
Didalam tiga hal tersebut, terdapat faktor pendorong kepuasan karyawan
dalam bekerja. Hal tersebut sangatlah penting, karena apabila karyawan merasa
puas terhadap apa yang ditawarkan oleh perusahaan, maka karyawan akan
memberikan feedback positif berupa produktivitas yang tinggi terhadap
perusahaan.
2.1.5.4 Keunggulan Balanced Scorecard
Menurut Mulyadi (2001), keunggulan dari balanced scorecard alalah:
24
1. Komperhensif, berarti bahwa balanced scorecard memperluas
perspektif yang sebelumnya hanya terbatas pada keuangan saja.
Perluasan itu keatah tiga perspektif yang lain yaitu: customer,
proses bisnis interal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Perluasan itu menghasilkan manfaat sebagai berikut:

Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan
berjangka panjang.

Memupukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis
yang kompleks.
2. Koheren berarti Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk
membangun hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran
strategis
yang
dihasilkan
dalam
perencanaan
strategis.
Kekoheranan itu akan memotivasi personel untuk bertanggung
jawab dalam mencari inisiatif strategis yang menghasilkan sasaran
strategis yang bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan.
3. Seimbang berarti empat perspektif yang ada di dalam Balanced
Scorecard mencerminkan keseimbangan antara pemusatan ke
dalam (internal focus) dengan ke luar (external focus).
Keseimbangan antara proses bisnis intern dan pertumbuhan dan
pembelajaran sebagai internal focus dengan kepuasan kostumer
dan kinerja keuangan sebagai eksternal focus.
4. Terukur berarti sasaran strategis yang sulit diukur secara
tradisional dalam balanced scorecard dilakukan pengukuran agar
25
dapat dikelola dengan baik. Sasaran strategis yang sulit diukur
adalah customer, proses bisnis intern serta pertumbuhan dan
pembelajaran.
2.1.6 Penelitian Terdahulu
Yudi Hardiyanto, Achmad Holil Noor Ali dan Her Arsa Pambudi (2008)
dalam penelitiannya menguji Perancangan Dan Pembuatan Sistem Informasi
Pengukuran Kinerja Pemasaran Dengan Metode Balanced Scorecard Studi Kasus PT.
Semen Gresik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kemungkinan
Pengembangan aplikasi dimulai dengan identifikasi kebutuhan sistem yang
menghasilkan desain sistem, yang didefinisikan dengan UML dan ERD. Hasil akhir
dari analisisi ini menghasilkan aplikasi untuk menganalisis data perusahaan sehingga
dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Fungsi analisis pengukuran
kinerja tersebut dimulai dengan penetapan target kinerja dan fungsi masukan datadata
pemasaran.
Dalam jurnal yang dibuat oleh Hanne Norreklit yang berjudul “The
Balance of Balanced Scorecard- A critical analysis of some of its assumption”
(2000) disebutkan bahwa sebuah scorecard mentranslasikan visi dan strategi dari
sebuah bisnis unit menjadi sebuah tujuan dan tolak ukur dalam empat area yang
berbeda: Finansial, Pelanggan, Bisnis Internal, Perkembangan dan pembelajaran.
Namun, Balanced Scorecard bukan hanya digunakan sebagai tolak ukur Strategi,
namun juga dapat digunakan sebagai Sistem Kontrol Strategi, yang mengandung:
26

Berkontribusi dalam meningkatkan efektifitas komunikasi dalam
perusahaan baik dari segi finansial maupun non-finansial yang
memberikan gambaran yang lebih komperhensif terhadap perusahaan.

Balanced Scorecard adalah alat berbentuk asumsi atas analisis logical,
namun teori Balanced Scorecard masih membutuhkan pengukuran
dari segi lingkungan, yang berstatus tidak pasti. Diperlukan batas
tertentu dari strategi yang telah diformulasikan dengan aktivitas yang
sedang dilakukan.
Sementara itu, C.W Von Bergen, Daniel C.Benco dalam jurnalnya yang
berjudul “A Balanced Scorecard for Small Business” membahas aplikasi
Balanced Scorecard terhadap bisnis kecil ini, disebutkan teori bahwa Balanced
Scorecard mengandung beberapa Asumsi atau ide tertulis:
o Pengukuran Finansial tidak bisa hanya menjadi satu-satunya tolak ukur
kesehatan suatu perusahaan.
o Balanced Scorecard berfokus pada pengukuran proses, bukan secara
metrik. Berorientasi kepada perencanaan masa depan daripada
feedback.
o Balanced Scorecard adalah sebuah alat untuk mentranslasikan visi dan
strategi menjadi sebuah tujuan yang spesifik dan juga untuk
memonitor performance dalam mencapainya.
Didalam jurnal Penerapan Metode Balanced Scorecard Sebagai Suatu
Sistem Pengukuran Kinerja pada PT Dritama Brokerindo, Jakarta Timur yang
27
disusun oleh Haryadi Sarjono, Arko Pujadi, Henry Wono Wong (2010),
perusahaan disarankan untuk menerapkan metode Balanced Scorecard sebagai
tolak ukur dalam hal pengukuran kinerja perusahaan secara menyeluruh dan
berkelanjutan agar dapat me-monitoring dengan baik keempat perspektif yang
ada. selain itu, manajemen perusahaan perlu memberikan perhatian khusus pada
penggunaan aset perusahaan agar setiap aset yang dimiliki dapat digunakan
seoptimal mungkin. Perusahaan juga disarankan memberikan pelatihan secara
berkala bagi karyawan agar mengetahui potensi-potensi tiap karyawan.
Perusahaan juga perlu memberikan penghargaan terhadap karyawan yang
memiliki kinerja baik dan memberikan kontribusi bagi perusahaan
28
2.1.7
Kerangka Pemikiran
FPSB Indonesia
Visi dan Misi
Balanced Scorecard
Perspektif
Keuangan
Perspektif
Pelanggan
Perspektif
Bisnis Internal
Perspektif
Pembelajaran
 Rasio
Likuiditas
 Kepuasan
Pelanggan
 Inovasi
Produk
 Kompetensi
Karyawan
 Rasio
Solvabilitas
 Prospek
Keuntungan
 Proses
 Daya Dukung
Teknologi
 Rasio
Profitabilitas
 Retensi
Pelanggan
Operasional
 Budaya,
Motivasi, dan
Penghargaan
Kesimpulan
Analisis
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Download