Mengakrabkan Lesson Study Dalam Kelas Bahasa Indonesia

advertisement
Mengakrabkan Lesson Study Dalam Kelas Bahasa Indonesia
Oleh: Yuni Afifaturrahmah,S.Pd
Guru SMPN 3 Kademangan Blitar
Model pengkajian pembelajaran pada kelas tertentu secara kolaboratif oleh
sekelompok guru sejak tahun 2001 hingga akhir-akhir ini mulai ramai dilaksanakan.
Kegiatan itu akrab dengan sebutan lesson study(LS) yang mulai diterapkan baik di sekolahsekolah maupun di forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran tertentu tak terkecuali Bahasa
Indonesia. Open Class pun marak digalakkan oleh Dinas Pendidikan di tiap kota dan
kabupaten. Namun tidak sedikit yang memandang pesimistis dan menganggap open class
dari lesson study ini hanya sebatas formalitas dan agenda musiman belaka dari dinas
ataupun pengawas mata pelajaran tentang fenomena baru. Menilik kembali secara cermat
tentang tujuan LS dalam jangka panjang sebagai studi pengamatan kegiatan belajar siswa
dalam kelas secara langsung, untuk didapatkan penyempurnaan lebih lanjut setelah
diadakan refleksi oleh seluruh anggota tim kolaborasi bersama guru model, pastilah mampu
membawa perbaikan pada guru dan siswa ke depan.
Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 318), disebutkan bahwa
ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia terdiri dari 4 aspek diantaranya: 1)
mendengarkan, 2) berbicara, 3) membaca, dan 4) menulis. Kelas Bahasa Indonesia
hakekatnya mengajarkan dua aspek penting pembelajaran yakni tentang aspek
kebahasaan dan aspek kesasatraan. Hal ini merupakan pondasi awal siswa untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik lisan maupun
tulisan serta menumbuhkan potensi analitis dan imaginatif pada siswa yang akan
berpengaruh besar pada mata pelajaran lainnya. Untuk itu diperlukan treatment
khusus yang terus menerus dan berkesinambungan pada kelas ini. Beragam inovasi
baik strategi, metode,media maupun kegiatan pengamatan terencana semacam
lesson study agar pelajaran Bahasa Indonesia mampu dikuasai siswa secara optimal.
Untuk mengakrabi lesson study kita harus memahami esensi mendasar apa
yang ada pada kegiatan model kegiatan ini. Catatan penting yang harus kita pahami
LS bukanlah metode dan bukan sebuah strategi pembelajaran. Lesson Study adalah
model pembelajaran profesi pendidik melalui pengkajian kegiatan belajar dalam
kelas secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada data kasus negatif
maupun data positif di kelas untuk mewujudkan kualitas komunitas belajar terutama
peserta didik. Secara garis besar kegiatan lesson study bisa dibagi menjadi tiga
tahapan,yakni perencanaan(plan), Pelaksanaan (Do) dan Refleksi (See).
Pada kegiatan lesson study ini tidak semua Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar pada tiap pertemuan di mata pelajaran tersebut bisa kita jadikan
bahan lesson study. Hal ini berkaitan dengan urgensitas KD. Seberapa pentingkah
materi akan menjadi patokan bahwa hal itu sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa pada mata pelajaran tersebut. Dengan kata lain persiapan pemilihan
materi yang akan dijadikan bahan lesson study sudah harus dipersiapkan dan
dipikirkan jauh sebelum LS dilaksanakan. Untuk jenjang SMP materi-materi pada
aspek membaca dan menulis bisa diprioritaskan karena menyangkut kepentingan
kecakapan siswa dalam banyak keterampilan.
Pemilihan aspek membaca banyak sekali diperlukan untuk menganalisa
dan mengerjakan soal-soal Ujian Nasional. Di samping itu, tuntutan kualitas
membaca juga sangat dibutuhkan untuk memahami mata pelajaran lain, baik
membaca teks, diagram, tabel serta ragam membaca intensif lain. Jika pada kelas
bahasa Indonesia aspek membaca bisa tertanam dengan baik, besar kemungkinan
kesulitan siswa saat menemukan ide pokok,kalimat utama bahkan kesimpulan pada
beragam teks dan wacana tidak akan terjadi lagi. Memhami teks sastra semisal
naskah drama,beragam prosa dan puisi pun akan menjadi hal menyenangkan apabila
aspek ini bisa didongkrak dalam lesson study tentunya masih dalam koridor
pemilihan metode,strategi dan media yang kekinian pada seluruh kegiatan
pembelajaran.
Demikian pula pada aspek menulis, dimana para siswa mampu
menuangkan gagasannya secara tertulis dengan kaidah-kaidah penulisan yang tepat.
Keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa merupakan suatu
keterampilan yang perlu dimiliki siswa agar mampu berkomunikasi secara tertulis..
Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan menulis merupakan
kemampuan dasar sebagai bekal belajar siswa. Menulis juga didefinisikan sebagai
suatu penyampaian pesan (komunikasi) dengan bahasa tulis sebagai alat atau
medianya (Suparno, 2002:1—3). Jika siswa mengusai aspek ini budaya menulis
pastilah akan mengakar pada siswa dan berimbas pada baiknya kulitas kelas bahasa
siswa.
Melihat pertimbangan pemilihan materi pada paparan di atas,untuk contoh
penerapan lesson study kelas Bahasa Indonesia dengan aspek membaca dan menulis
bisa dipilih kompetensi dasar(KD) yang bersifat penting dari kebutuhan siswa. Pada
tahapan selanjutnya kita bisa mulai dengan berkolaborasi dengan teman sejawat
pada mapel bahasa Indonesia untuk mempersiapkan seluruh perangkat pembelajaran
yang akan dipergunakan pada saat open class nanti. Pada tahapan ini kesuksesan
lesson study akan sangat menentukan. Berikut mari kita perhatikan penerapan tiap
langkah lesson study dalam tahap plan,do dan see.
1. Tahap Plan atau Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini seluruh guru sejawat yang tergabung dalam Lesson
Study berkolaborasi menyusun RPP yang yang berpusat pada siswa aktif (bukan
guru aktif namun siswa pasif seperti pada pembelajaran konvensional).
Perencanaan dimulai dengan pemilihan Kompetensi Dasar yang diprediksi
penting dan sangat perlu untuk dikuasai siswa, berlanjut dengan pemilihan
metode kekinian yang cocok dengan kegiatan belajar siswa, persiapan media
yang menarik serta fasilitas dan sarana belajar yang paling sesuai dengan
kondisi siswa.
Dari kolaborasi di atas akan diperoleh gambaran penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang mendekati tepat dengan isi bervariatif dari
tahap pendahuluan,isi dan penutup. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi
segala kelemahan dalam kegiatan pembelajaran seperti yang terjadi pada RPP
individu. Selain itu,kolaborasi semacam ini akan menguntungkan semua pihak
yang tergabung dalam LS. Sebab saat nanti diadakan pengamatan dan refleksi
guru yang nantinya ditunjuk menjadi guru model tidak akan menjadi pihak yang
terhakimi karena semuanya turut andil dalam mempersiapkan Lesson Study.
Dalam tahap ini tim juga harus menyiapkan lembar observasi dan memecah
anggota tim menjadi beberapa bagian; observer(pengamat),observer ahli/pakar
dari pengawas mapel, kepala sekolah maupun guru inti, satu moderator untuk
tahap refleksi dan satu orang untuk menjadi guru model.
2. Tahap Pelaksanaan(Do)
Pada tahapan ini guru model mulai melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan
belajar yang ada dalam RPP yang telah disepakati bersama pada tahap
perencanaan. Kehadiran guru model selama di kelas akan diikuti oleh beberapa
observer yang telah dibagi sebelumnya. Namun,kehadiran observer ini harus
dikondisikan sewajar mungkin agar proses belajar siswa tidak seperti
diintervensi. Guru model bisa menetralkan kehadiran observer dengan
menjelaskan pada siswa bahwa para observer hanya untuk melihat para siswa
belajar bukan untuk menilai. Para observer pun dilarang mencampuri kegiatan
belajar mengajar pada kelas guru model apalagi mengajak siswa bercakapcakap. Observer hanya boleh mengamati dan mencatat seluruh data positif
maupun data negatif yang terjadi selama KBM berlangsung. Observer
diperbolehkan
mengambil
gambar
dengan
kamera
namun
tanpa
cahaya/blitz,merekam dengan handy camp. Namun semua itu harus dengan
catatan kesemuaannya itu tidak mengganggu KBM. Pada tahap ini semua pihak
diharuskan fokus pada kegiatannya masing-masing, baik guru model maupun
observer.
3. Tahap Refleksi
Pada tahapan refleksi ini moderator langsung mengkondisikan seluruh anggota
tim untuk menganalisis proses yang telah dilewati bersama. Diskusi dapat
dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah menjadi guru model dan
melaksanakan rangkaian rencana pelaksanaan pembelajaran, pemberian
kesempatan pada para observer oleh moderator secara bergilir untuk
menyampaikan hasil pengamatan baik data-data positif pada siswa yang bisa
dijadikan contoh untuk pembelajaran di kelas observer kemudian hari, maupun
data negatif atas keadaan siswa yang kurang berhasil selama KBM berlangsung,
Guru model pun bisa memberikan klarifikasi dan observer ahli juga bisa
menanggapi serta menyampaikan hasil pengamatannya untuk selanjutnya akan
dijadikan bahan koreksi bersama dalam revisi RPP. Dalam menyampaikan
kritikan maupun hasil pengamatan data negatif dan positif, pengamat harus
didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari lembar observasi. Hal ini
dimaksudkan untuk menghilangkan unsur subjektifitas.
Setelah tiga tahapan tersebut berhasil dilaksanakan,maka seluruh anggota tim lesson
study mata pelajaran Bahasa Indonesia segera merevisi RPP bersama dari beberapa
koreksi yang telah ditemukan. Dari hasil penyempurnaan RPP tadi seluruh anggota
kelompok pastinya akan bisa mengambil pelajaran dari perbaikan demi perbaikan
yang telah dikerjakan bersama. Selain itu dari perbaikan-perbaikan tersebut guruguru yang tergabung dalam kelompok ini juga bisa menuangkan data yang diperoleh
sebagai bahan pada karya tulis ilmiah,baik untuk kepentingan akademis,sertifikasi
maupun Penilaian Kinerja Guru(PKG). Mengakrabi lesson study ini akan membuka
skemata guru bahwa banyak hal yang bisa diperoleh dari sesama rekan guru
lain.Sedangkan hal terpenting dari kegiatan ini adalah potensi siswa bisa terus
dilejutkan dengan perbaikan dan pembenahan kualitas pembelajaran.
Download