ASPEK LEGAL DALAM EVALUASI PROYEK

advertisement
Eko Sakapurnama
Pihak
Pelaksana
Bisnis
Aspek
hubungan
dengan
organisasi
swasta: UU
Anti
Monopoli
Aspek
hubungan
dengan
masyarakat
sekitar: UU
Peilindungan
Konsumen
 Studi
ini dimaksudkan untuk meyakini apakah secara
yuridis rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau
tidak. Jika suatu rencana bisnis yang tidak layak tetap
direalisasikan, bisnis berisiko besar akan dihentikan
oleh pihak yang berwajib atau oleh protes
masyarakat.
 Proyek
seyogyanya mengikuti aturan-aturan yang
berlaku baik dalam bentuk undang-undang maupun
peraturan-peraturan lain sebagai penjabaran dari
undang-undang seperti Keputusan Menteri (Kepmen),
Surat Keputusan (SK) Dirjen dan Peraturan Daerah
(Perda), agar secara yuridis formal bisnis/usaha yang
akan dijalankan menjadi layak.
Bentuk Badan Usaha
 Perusahaan Perseorangan: perusahaan yang diawasi dan
dikelola oleh seseorang, sebagai pihak yang memperoleh
semua keuntungan perusahaan, namun juga menanggung
semua risiko bisnis.


Firma: bentuk perkumpulan usaha yang didirikan oleh
beberapa orang dengan menggunakan nama bersama. Di
dalam firma semua anggota mempunyai tanggung jawab
sepenuhnya baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
terhadap utang-utang perusahaan pada pihak lain. Bila
terjadi kerugian maka kerugian akan ditanggung bersama,
bila perlu dengan seluruh kekayaan pribadi. Jika salah satu
anggota keluar dari firma, firma otomatis bubar.

Perseroan Komanditer (CV). Perseroan Komanditer merupakan suatu
persekutuan yang didirikan oleh beberapa orang yang masing-masing
menyerahkan sejumlah uang dalam jumlah yang tidak perlu sama.
Sekutu dalam Perseroan Komanditer ini ada dua macam, ada yang
disebut sekutu komplementer yaitu orang-orang yang bersedia untuk
mengatur perusahaan dan sekutu komanditer yang mempercayakan
uangnya dan bertanggung jawab terbatas kepada kekayaan yang
diikutsertakan dalam perusahaan.

Perseroan Terbatas (PT) :badan yang mempunyai kekayaan, hak, dan
kewajiban yang terpisah dari yang mendirikan dan yang memiliki. Tanda
keikutsertaan seseorang memiliki perusahaan adalah dengan memiliki
saham perusahaan, makin banyak saham yang dimiliki makin besar pula
andil dan kedudukannya dalam perusahaan tersebut. Jika terjadi utang,
maka harta milik pribadi tidak dapat dipertanggungkan atas utang
perusahaan tersebut, tetapi terbatas pada sahamnya saja.
Sesuai dg UU No. 1/1995


Perusahaan Negara (PN). Perusahaan negara adalah perusahaan
yang bergerak dalam bidang usaha yang modalnya secara
keseluruhan dimiliki oleh negara, kecuali jika ada hal-hal khusus
berdasarkan undang-undang. Tujuan dari pendirian perusahaan
negara ini adalah untuk membangun ekonomi nasional menuju
masyarakat yang adil dan makmur.

Perusahaan Pemerintah yang lain. Bentuk perusahaan pemerintah
yang lain di Indonesia adalah Persero, Perusahaan Umum (Perum),
Perusahaan Jawatan (Perjan), dan Perusahaan Daerah (PD). Persero
dan Perusahaan Daerah (PD) merupakan perusahaan yang mencari
keuntungan bagi negara, sedangkan untuk Perum dan Perjan
bukanlah semata-mata mencari keuntungan finansial.

Koperasi. Koperasi merupakan bentuk badan usaha yang bergerak
di bidang ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan anggotanya.
Identitas Pelaksana Bisnis
1.

Kewarganegaraan, keterlibatan pidana/perdata
Bidang Usaha
2.

Kesesuaian dengan core business, legal/illegal
Lokasi
3.

Status tanah, tata ruang (RTRW)
Waktu Pelaksanaan
4.

Legalitas dan izin usaha harus diperoleh
sebelum pelaksanaan proyek
 UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 1999
TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI
DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
 Pasal
1: “Monopoli adalah penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang dan
atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu
pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha.”
Tujuan (Pasal 3) :
 menjaga kepentingan umum dan meningkatkan
efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
 mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui
pengaturan persaingan usaha yang sehat
sehingga menjamin adanya kepastian
kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku
usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku
usaha kecil;
 mencegah praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku
usaha; dan
 terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam
kegiatan usaha.

 Perjanjian
1.
yg dilarang (Pasal 4, :
Oligopoli; Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain melakukan praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
2.
Penetapan Harga; Pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan
harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh
konsumen
3.
Pembagian Wilayah; Pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bertujuan untuk
membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar
 Perjanjian
4.
yg dilarang :
Pemboikotan; Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha lain untuk menolak menjual dan/atau
membatasi barang/jasa.
5.
Kartel; Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha pesaingnya untuk mempengaruhi harga dengan
mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau
jasa,
6.
Trust; Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha untuk membentuk gabungan perusahaan atau
perseroan yang lebih besar
Perjanjian yg dilarang :
7.
Oligopsoni; Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku

usaha yang bertujuan untuk secara bersama-sama menguasai pembelian atau
penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dan atau
jasa dalam pasar bersangkutan.
Integrasi Vertikal;
8.
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam
rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap
rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik
dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung, yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan
masyarakat
9.
Perjanjian Tertutup; Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang
menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak
memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu
dan atau pada tempat tertentu.
 UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
 Perlindungan konsumen adalah segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberi perlindungan kepada
konsumen
 Pasal 3 ayat 5:

menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai
pentingnya perlindungan konsumen sehingga
tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab
dalam berusaha;
Download