adopsi dalam perspektif etika kristen

advertisement
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
GEREJA PADA MASA YESUS KRISTUS DAN PADA
GENERASI RASUL PAULUS
Pdt. Mieke Sendow, M.Teol. M.Pd.K.
PENDAHULUAN
Mempelajari sejarah sering dianggap sebagai suatu pekerjaan
yang tidak menarik dan membosankan. Mengapa ? Karena harus
berurusan dengan peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, serta tahuntahun yang telah lampau. Tetapi belajar sejarah akan menjadi suatu
pekerjaan yang mengesankan ketika makna di balik peristiwa dan
sejarah itu dapat digali dan dipelajari. Dengan menemukan makna di
balik peristiwa tersebut, maka orang-orang yang hidup di zaman kini
diharapkan untuk bisa belajar dari sejarah sehingga mampu
menentukan sikap yang bijak menghadapi tantangan dan pergumulan
zaman ini untuk menjadikan kehidupan kini dan yang akan datang
lebih berkualitas.
Menelusuri asal usul gereja mula-mula serta perkembangannya adalah hal yang sangat bermanfaat bagi Gereja di masa kini. Hal
ini dipandang perlu mengingat betapa kompleksnya hidup dan
keberadaan gereja dewasa ini. Kondisi kehidupan di sekitar gereja
turut mempengaruhi tuntutan bagi gereja untuk menata kehidupanya
lebih baik.
Ada banyak cara untuk membagi dan menganalisis sejarah
perjalanan gereja atau kekristenan. Dalam pembahasan ini lebih
memperhatikan “Gereja pada masa Yesus Kristus dan pada generasi
Rasul Paulus”
A. Penggunaan Istilah
Umumnya orang mengerti bahwa gereja pertama kali
terbentuk pada saat Roh Kudus yang dijanjikan oleh Allah diberikan
kepada semua orang, dalam perayaan yang disebut hari raya
Pentakosta atau hari Ketuangan Roh Kudus. Dalam peristiwa itu
banyak orang (kira-kira 3000 orang) memberi diri untuk dibaptis dan
percaya kepada Kristus (Kisah Para Rasul 2 : 41). Pegertian gereja
secara telogis Alkitabiah ialah bahwa gereja itu adalah tubuh Kristus,
dimana Kristus adalah kepala Gereja. Bukan berdiri atas inisiatif
sendiri, tetapi atas kepenuhan Kristus yang yang memenuhi semua
87
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
dan segala sesuatu (Efesus 1:22-23).
Kata “gereja” diterjemahkan dari kata Yunani: “ekklesia”
artinya: “jemaat”, “gereja”. Kata ekklesia sendiri dibentuk oleh dua
suku kata: “ek” artinya keluar, dan “kaleo” artinya memanggil. Jadi
kata “ekklesia” dapat berarti: memanggil ke luar. Subyek yang
memanggil adalah Allah, sedangkan obyek yang dipanggil adalah
manusia1. Dalam LXX kata “ekklesia” dipakai sekitar 100 kali untuk
menunjuk kepada Israel sebagai “qahal Yahweh” atau persekutuan
umat TUHAN, tidak pernah menunjuk kepada kata edhah. Sementara
untuk sinagoge biasanya dipakai kata edhah (perkumpulan), walaupun
kadang-kadang dipakai juga kata Qahal2. Dalam perkembangan
sejarah gereja Kristen selanjutnya, “ekklesia” berarti suatu kelompok
orang-orang tertentu, selain umat Allah3.
B. Gereja di masa Yesus Kristus
Ketika Yesus memulai pelayananNya, Ia memanggil muridmurid4. Hal ini dilakukan tidak lepas dari anggapan bahwa Mesias
selamanya berhubungan dengan Jemaat Messianis. Mesias
menciptakan jemaat, sementara itu jemaat mengelilingi Mesias.
Menurut Kevin Conner,5
Ada
laporan mengenai
keanggotaan jemaat mula-mula. Ayat-ayat dalam Alkitab berikut
menunjukkan bahwa mereka mengetahui siapa yang menjadi anggota
jemaat mula-mula di Yerusalem : Yesus memilih 12 murid, dinamai
dan di hitung (Lukas 9:1-2); Yesus selanjutnya memilih 70 yang lain
menjadi milikNya (Lukas 10:12).
Ketika Yesus disalibkan, Ia dipisahkan dari jemaat. Tetapi
ketika Mesias dibangkitkan , Ia segera pergi ke jemaat Mesianis itu. Ia
1James D.G. Dunn, The Theology of Paul the Apostle (Grand Rapids,
Michigan/Cambridge, UK: William B. Eerdmans Publ. Co., 1998) h. 537,538
2D.E.H. Whiteley, The Theology of St. Paul (Oxford: Basil Blackwell, 1964)
h. 186.
3Donald Guthrie, Teologi Perjanjian BAru 3 (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2009), hlm 33
4Band. J.H.Bavink, Sejarah Kerajaan Allah 2; Perjanjian Baru .,
(terj.oleh.A.Simanjuntak) (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2007)hlm.127-132
5Kevin. J.Conner, Jemaat Dalam Perjanjian Baru, (terj. dari The
Church in the New Testament oleh Erna M.K.Letik) ( Malang : Gandum Mas,
2004).hlm.158.
88
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
tinggal bersama jemaat itu. Tetapi kemudiani, Ia meninggalkan
jemaat itu lagi.
Ada tiga hal yang terjadi sesudah Yesus tidak bersama-sama
lagi dengan jemaat. Pertama, rupanya banyak anggota jemaat percaya
bahwa Mesias akan datang kembali kepada mereka dengan segera. Ia
akan datang kembali dengan kuasa dan bersama tentara malaikat.
Mereka sangat dipengaruhi oleh penafsiran apokalyptis. Akibatnya,
mereka menantikan Mesias untuk datang kembali dengan segera.
Karena itu, mereka tidak merasakan bahwa perlu menulis
sejarah hidup Yesus; Ia akan kembali dengan segera, maka
sejarah tidak diperlukan. Tugas mereka adalah menanti.
Kedua, mereka merasakan bahwa mereka tidak sendirian
menanti. Mereka merasa bahwa Mesias seperti masih ada.; dalam
beberapa cara yang lain Yesus masih hadir bersama mereka. Ia
berbicara kepada mereka. Mereka percaya bahwa Yesus Kristus
menggunakan satu atau dua orang dalam tiap jemaat dan mengatakan
kepada mereka apa yang Ia ingin katakan. Orang-orang ini disebut
“nabi-nabi”; mereka adalah nabi Kristen yang sama dengan nabi-nabi
PL. Tugas mereka adalah menyampaikan “Firman Allah”. Dari surat
Rasul Paulus yang pertama kepada Jemaat Korintus, kita merasakan
bahwa dalam ibadah Jemaat, tiba-tiba nabi dipenuhi dengan Roh
Tuhan. Kemudian ia berdiri dan mulai berbicara. Ia mengatakan, “
Ini adalah Firman Tuhan (Kristus)” (lihat Wahyu 1:10-11). Bagi
gereja, perkataan-perkataan Tuhan adalah perkataan-perkataan yang
Yesus katakan dan juga perkataan-perkataan yang baru dari nabinabi. Walaupun hal ini menyebabkan persoalan bagi orang yang
ingin mengetahui fakta-fakta hidup Yesus, tetapi perkataan-perkataan
itu sangat berarti bagi gereja mula-mula, karena mereka tidak merasa
sendirian; Yesus Tuhan masih bersama mereka.
Ketiga, orang-orang Kristen mula-mula berbagi rasa sukacita
itu dengan orang lain. Mereka membagi sukacita yang mereka terima
dari Yesus yang bangkit, bersama orang yang belum mengalami hal
itu. Orang-orang yang pertama-tama mempunyai tanggung jawab
untuk tugas ini adalah Rasul-rasul. Rupanya Rasul-rasul adalah orang
yang sudah melihat Tuhan yang bangkit dan sudah diperintahkan
olehNya untuk menyampaikan Injil kepada orang-orang lain. Rasulrasul memberitakan Injil itu dan orang yang mendengarnya ingin
mengalami sukacita itu juga. Dengan demikian mereka menjadi
anggota jemaat Mesianis yang menanti. Jadi, jemaat-jemaat baru dari
89
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
gereja itu dimulaikan.
Mereka berkumpul bersama dalam ibadah orang-orang
Yahudi di Synagoge, tetapi dengan menambahkan tiga unsur baru: 1)
mereka menafsirkan pengajaran-pengajaran PL dengan ide-ide yang
baru yang Yesus sudah berikan kepada mereka; 2) mereka
menafsirkan Yesus dengan bantuan tradisi-tradisi PL; 3) mereka
menambahkan perayaan Perjamuan Kasih6.
Tetapi Mesias yang bangkit tidak kembali kepada jemaat
Mesianisnya sebagaimana mereka harapkan. Penantian menjadi lebih
lama. Gereja mulai bertanya ; mengapa Yesus belum juga datang
kembali. Jawabannya didapatkan dalam peristiwa-peristiwa hidup
tiap-tiap hari. Mereka mulai merasakan bahwa Tuhan Yesus
menunda kedatanganNya sehingga mereka dapat membagikan Injil
dan sukacita itu lagi kepada orang-orang lain.
Ketika orang-orang Kristen mulai berpikir bahwa mereka
harus berbuat lebih dari hanya menanti, mereka harus
menceriterakan Injil juga, maka terjadilah perubahan-perubahan. Ada
tiga perubahan terjadi di sini; pertama, menanti kurang penting. Ada
pekerjaan yang harus dilakukan, termasuk penafsiran waktu menanti
itu. Kedua, pekerjaan nabi-nabi menjadi lebih penting. makin orang
menanti kembalinya Kristus, makin mereka ingin mendengar Dia
berbicara kepada mereka. Ketiga, pekerjaan rasul-rasul menjadi lebih
penting. Apabila zaman menanti adalah diperpanjang, hal itu
dimaskudkan supaya banyak orang dapat menerima Injil itu. Dengan
demikian para rasul harus memberitakan Injil di mana-mana. Dengan
penundaan tersebut, maka tiap orang perlu menjaga iman melawan
penafsiran-penafsiran yang salah. Ini adalah tugas rasul-rasul sebab
mereka sudah menerima iman itu secara langsung dari Yesus yang
bangkit.
Iman dari gereja mula-mula tidak sama, yaitu semua orang
Kristen tidak percaya pada penafsiran yang sama dari peristiwaperistiwa Yesus. Dari minggu pertama sesudah kebangkitan Yesus,
penafsiran-penafsiran yang berbeda muncul dalam gereja. Tiap
kelompok dengan minat khusus, manfsirkan Yesus di dalam cara
yang khusus.
6 Band. P.Janssen CM, Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru .,
(Malang: Institut Pastoral Indonesia, 1994) hlm.16
90
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
Meskipun Yesus tidak menggunakan mujizat-mujizat untuk
membuktikan bahwa Ia adalah Ilahi. Orang-orang ini mulai
menggunakan ceritera-ceritera mujizatNya untuk tujuan ini. Mereka
cenderung menafsirkan Dia sebagai Manusia Ilahi. Orang-orang
Kristen lain dipengaruhi oleh tradisi-tradisi Eskhatology, terutama
eskhatology apokalyptis. Mereka menekankan bahwa Ia datang
kembali dengan segera, tetapi berminat dalam bagaimana dan
bilamana hal itu akan terjadi.
Orang yang merasakan ditolak oleh masyarakat diberikan arti
sebagai bagian dari tubuh yang penting. Orang-orang Kristen
menemukan untuk ibadah sebagaimana disebutkan sebelumnya.
Tetapi mereka juga mengatur diri sendiri untuk pengajaran dan untuk
pelayanan terhadap orang yang sakit dan miskin.
Dapat dikatakan di sini, hampir 10 tahun, semua orang
Kristen berasal dari orang-orang Yahudi.
Rupanya mereka
merasakan bahwa:
a. Yesus adalah Mesias yang dijanjikan kepada orang-orang
Yahudi.
b. Jemaat Mesianis adalah jemaat Yahudi
c. Anggota-anggota jemaat Yahudi harus menjadi orang-orang
Yahudi;
d. Karena itu, apabila non Yahudi ingin untuk bersama-sama
Jemaat Mesianis, mereka harus menjadi orang-orang Yahudi.
C. Gereja pada Generasi Paulus
Pada generasi Rasul Paulus ada dua kekuatan yang
mempengaruhi perkembangan kekristenan. Pertama, banyak orang
non Yahudi memasuki Jemaat Mesianis. Jemaat itu mendapati bahwa
di situ ada banyak syarat untuk menjadi seorang Yahudi. Karena itu,
ada beberapa syarat ini dirubah. Kedua, hubungan antara orangorang Yahudi Mesianis (orang-orang Kristen) dan orang-orang
Yahudi non Messianis (orang-orang Yahudi tradisional) menjadi
tegang.
Orang-orang Yahudi tidak senang bahwa syarat-syarat hidup
Yahudi dirubah. Orang Yahudi dan orang-orang Kristen sama-sama
tidak senang karena orang-orang Yahudi lain tidak menerima Injil,
bahwa Yesus adalah Messias mereka. Pada waktu yang sama, banyak
orang non Yahudi menerima Injil.
Memasuki situasi yang tegang ini, tampilah Rasul Paulus. Ia
91
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
menafsirkan Yesus sebagai karunia dari Allah . Di dalam Yesus Allah
menunjukkan bahwa Ia menerima tiap orang sebagai anakNya yang
dikasihi. Sebelum Yesus, orang dipaksa untuk memperoleh
kebenaran melalui perbuatan-perbuatan yang baik, yaitu hidup sesuai
dengan Hukum Taurat.
Hal ini nampak misalnya dalam suratnya kepada jemaatjemaat di Galatia. Tetapi di dalam Yesus, Allah memberikan
kebenaran kepada manusia sebagai karunia. Sekarang, apabila Allah
sudah memberikan kebenaran kepada manusia sebagai karunia, maka
mengapa gereja masih mengatakan : “Engkau harus melakukan hal
ini sebelum engkau menjadi benar ? “( Paulus menanyakan hal itu).
Baginya, apabila kebenaran adalah anugerah, maka mengapa
menetapkan syarat-syaratnya ? Apabila ada syarat-syarat kebenaran
bukanlah anugerah lagi. Mengapa gereja harus mengambil kembali
apa yang Allah sudah berikan ? Dengan pikiran ini, Rasul Paulus
mengeluarkan syarat-syarat hukum dan kebiasaan orang-orang
Yahudi. Tindakan rasul Paulus mempunyai dua akibat;
Pertama, mempercepat pemisahan antara orang-orang Yahudi
Messianis dan non Messianis.
Kedua, memperbesar non Yahudi yang masuk Jemaat Messianis.
Gereja menjadi kelompok non Yahudi.
Paulus setelah kisah pertobatannya, kemudian tampil
sebagai rasul yang giat melakukan perjalanan penginjilan ke bangsabangsa non Yahudi. Di catat Dalam kitab Kisah Para Rasul tiga kali
melakukan perjalanan penginjilan.7 Walaupun kita tahu bahwa
Paulus adalah seorang Yahudi, dan ia bangga akan hal itu. Dalam
suratnya kepada jemaat di Korintus dikatakannya bahwa dia
memenuhi syarat untuk menjadi rasul. Tulisnya: “ Apakah mereka
orang Ibrani ? Aku juga orang Ibrani, Apakah mereka orang Israel ?
Aku juga keturunan Abraham.” (II Kor.11:22 band. Fpl 3:4,5).
Ketika dia diancam di tahan , dia memberi keterangan tentang
dirinya, dan dengan bangga dia berkata: “Aku adalah orang Yahudi
dari Tarsus.” (Kisah 21:39). Ketika dia berbicara kepada gerombolan
orang yang hendak mengeroyoknya, dia mengatakan, “ Aku adalah
orang Yahudi, lahir di Tarsus (Kisah 22:3). Ketika dia diadili di depan
7 H.H.Rowley, Atlas Alkitab (terj.dari Student’s Bible Atlas oleh
P.S.Naipospos) (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007) hlm.21-22
92
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
Sanhedrin, dia berkata: “Aku adalah orang Farisi, keturunan orang
Farisi (Kisah 23:6). Paulus seorang Yahudi tulen yang sangat
mencintai Hukum Taurat. Ia setia menjalani hidup sesuai dengan
Hukum taurat. Ia berpendidikan akademis yang tinggi, anggota dari
keenam ribu orang Farisi yang sangat saleh , sebagai pelopor agama
Yahudi.8 Paulus mempunyai pengaruh yang menentukan dalam
gereja mula-mula. Ia memiliki posisi yang dominan, di antara para
pemimpin gereja mula-mula, Pauluslah yang utama. Kegiatan
misionernya yang hebat itu secara khusus diceriterakan dalam Kisah
Para Rasul9.
Tulisan-tulisan Kristen yang pertama-tama terjadi pada
generasi ini. Sebelum generasi ini memang belum ada tulisan-tulisan
Kristen. Rupanya ada dua sebab : pertama, gereja mula-mula dibentuk
dari kelas sosial yang lebih rendah; orang-orang ini tidak dapat
menulis. Kedua, dan lebih penting, orang-orang Kristen mula-mula
mengharapkan bahwa Yesus akan datang segera dalam kemuliaan
(Parousia). Dalam situasi ini, orang tidak menulis tetapi
membertitakan Injil secara lisan.
Pada masa ini sebagai gereja yang bertumbuh,
kepemimpinan rasul-rasul menjadi lebih jarang. Jadi ketika kesulitankesulitan muncul dalam jemaat sering tidak ada seorang rasul untuk
memberikan nasehat. Adalah penting masalah itu dipecahkan sebab
Yesus akan datang segera. Pemecahan-pemecahan itu adalah jelas.
Rasul-rasul harus menulis surat-surat. 21 dari 27 kitab PB adalah
dalam bentuk surat10.
Sekarang kita mengerti maksud surat-surat Rasul Paulus;
ditulis untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jemaat. Misalnya,
ketika menulis surat untuk jemaat di Korintus Paulus menolong
jemaat keluar dari masalah perpecahan yang sedang terjadi, ada yang
8
William Barclay, Duta Bagi Kristus, Latar Belakang Peta Perjalanan
Paulus (terj.dari
Ambassador
For Christ: the Life and Teaching Paul oleh.
D.Susilaradeya)
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980). hlm.9,17
9
T.Jacobs, Paulus; Hidup, Karya dan Teologinya., (Yogyakarta:
Kanisius, 1983).hlm.21-29
10
Band. C.Groenen, Pengantar Ke dalam Perjanjian Baru., (
Yogyakarta: Kanisius, 1984).hlm.20
93
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
menamakan kelompok Paulus, kelompok Kefas, kelompok Apolos
dan kelompok Kristus. Paulus memberi jawaban terhadap situasi di
Korintus harus dicari dalam Kristus. Bukan Paulus sendiri, maupun
Kefas, atau Apolos ataupun kelompok Kristus. Paulus menyatakan
bahwa Salib Kristus dan kebangkitanNya adalah paling utama dalam
usaha mengerti iman Kristen (I Kor. 15:3-7; 1:18-25)11.
Surat-surat Paulus adalah sebagian dari pelayanannya. Untuk
mengetahui pelayanan yang dilakukan oleh Paulus, ada 4 sumber
yang digunakan; tulisan-tulisan Paulus, Kisah Para Rasul, tulisantulisan yang lain, dan Arkheology12.
Dapat dikatakan di sini tidak ada data yang diberikan suratsurat Paulus yang dapat dibubuhi tanggal. Hanya kunjungan ke
Korintus dapat dibubuhi tanggal menurut Kisah Para Rasul. Hal ini
terjadi sementara Gallio ada di sana dan kita mengetahui bahwa
Gallio ada di sana pada tahun 51-52. Karena itu Rasul Paulus ada di
Korintus kira-kira September tahun 50 s.d Maret 52.
Ada beberapa hal yang dapat dipelajari dari data-data tentang
hidup Paulus. Pertama, kita belajar bahwa Alkitab bukan sebuah
kitab sejarah. Adalah benar bahwa kita mendapat banyak fakta-fakta
sejarah dalam Alkitab, tetapi maksud tulisan-tulisan itu adalah bukan
menceriterakan sejarah. Kedua, kita belajar bahwa sejarah adalah
penting. Paulus menulis surat-suratnya sementara ia berada di suatu
tempat. Surat-suratnya berhubungan dengan sejarah. Ketiga, kiat
menemukan waktu hidup Paulus sangat jelas, ketika ia menulis suratsurat, yaitu; dari waktu sidang rasul-rasul di Yerusalem sampai waktu
ia berada di Efesus selama 3 tahun (Kisah 19) data yang diberikan
oleh surat-suratnya dan Kisah Para Rasul adalah sesuai. Karena
surat-surat itu berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sejarah maka
adalah penting kita mengetahui peristiwa-peristiwa itu. Kita
beruntung karena peristiwa di belakang surat-surat itu adalah
peristiwa-peristiwa yang sangat jelas yang kita miliki.
11
John Drane, Memahami Perjanjian Baru, Pengantar HistorisTeologis (terj. dari Introducing The
New Testament oleh.P.G.Katoppo) (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2005)hlm. 352-353.
12 Victor I. Merentek “Materi perkuliahan S2” (Manado, Kamis 22 Juli
2010)
94
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
Bagaimana menggunakan surat-surat yang Paulus tulis ?
Pertama, ia menggunakan bentuk surat yang biasa dalam masyarakat
Yunani. Contoh Kisah 23:26. Orang-orang Yahudi menggunakan
bentuk yang sama tetapi menggunakan 2 (dua) kalimat. Paulus
memperluas bentuk-bentuk ini. Ia menggambarkan dirinya sendiri
dan penerima surat itu. Sering gambaran-gambaran ini dihubungkan
dengan maksud dan isi surat itu. Paulus menambahkan juga ucapan
syukur kepada Allah yang biasa pada surat-surat orang Yahudi, ia
juga menambahkan berkat pada akhir surat . Jadi bentuk surat-surat
Paulus adalah tradisional, namun ia memperluas bentuk itu sehingga
surat-surat itu tidak hanya bentuk tradisional tetapi juga membawa
maksud dan makna surat itu. Kedua, Paulus sering mengutip bahanbahan yang ia terima dari sumber-sumber lain. Hal ini penting
diingat, sebab banyak orang menggunakan bahan-bahan yang dikutip
ini seolah-olah kutipan-kutipan itu adalah berita Paulus.
Ada beberapa macam bahan yang digunakan Paulus dalam
surat-suratnya:
1. Ucapan-ucapan dari Kerygma (Khotbah gereja mula-mula).
Paulus menggunakan bagian-bagian yang besar dari kerygma
itu dalam I Kor. 11:23-25; 15:3-7 dan Filipi 2:5-11. Bagianbagian yang kecil ditemukan dalam Roma 1:3 dan 10:9.
2. Bahan-bahan yang digunakan dalam pengajaran oleh gerejagereja, ada 3 macam:
a. Daftar kebajikan-kebajikan
dan keburukankeburukan. Daftar-daftar ini digunakan oleh gereja
dan Paulus untuk mengajar mereka yang Kristen dan
yang bukan Kristen, tetapi daftar-daftar itu berasal
dari masyarakat kafir. Contoh dari daftar-daftar ini
dapat ditemukan dalam Galatia 5:14-22, Filipi 4:8,
Roma 1:29 dst.
b. Daftar-daftar tanggungjawab untuk sebuah rumah
tangga. Daftar-daftar ini juga berasal dari masyarakat
kafir tetapi digunakan oleh gereja dan Paulus.
Contohnya ditemukan dalam Efesus 5:22 dan
Kolose 2;18.
c. Kutipan-kutipan Perjanjian Lama. Paulus berminat
hanya dalam makna baru kutipan yang sudah
diterima sejak fakta Kristus. Paulus menggunakan
PL untuk menjelaskan makna fakta Kristus. Dengan
95
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
cara ini penggunaan PL oleh Paulus bukan
menafsirkan PL tetapi pengakuan imannya kepada
Kristus.
KESIMPULAN
Lahirnya Gereja tidak dapat dipisahkan dari agama Yahudi
sendiri. Dalam perkembanganyapun Gereja (= kekristenan) pada
akhirnya harus berpisah dengan ke-Yahudian. Selain itu, sejarah
kekristenan tidak lepas dari suatu konteks sejarah politik umat yang
penuh dinamika dan gejolak.
Pada pihak lain, kemunculan kekristenan tetap di sambut
dengan sikap curiga, baik oleh Yudaisme maupun pemerintah
Romawi. Yesus, para rasul dan para pengikutnya pada dasarnya
dianggap sebagai pembelot agama Yahudi. Kekristenan juga
berhadapan dengan pemerintah penguasa dengan bentuk
kepercayaan mereka. Seiring dengan itu pula gereja terus berbenah
diri, tuntutan gereja sebagai satu lembaga tidak lepas dari
perkembangan kehidupan lingkungan di mana gereja hadir dan
berada. Semakin bertambahnya jumlah anggota gereja mendesak
pengaturan tata kehidupan sebagai sebuah organisasi. Selain itu,
karena gereja bersentuhan dengan aturan-aturan kemasyarakatan dan
berhubungan dengan pemerintah sudah otomatis gereja harus diatur
secara baik.
Kondisi ini mulai dirasakan gereja pada periode menjelang
akhir abad I, yang terungkap dalam beberapa kitab Perjanjian Baru,
sama seperti keadaan yang terjadi ketika lahirnya gereja dan
perkembangannya yang penuh suka-duka sebagai dinamika yang
dilalui orang percaya, demikian halnya juga dialami oleh gereka
Tuhan di Indonesia sepanjang sejarahnya. Gereja di Indonesia tidak
terlepas dari tantangan, kesulitan baik situasi sosial maupun
politiknya. Tetapi seiring itu pula ada peluang-peluang baru yang
disediakan Kristus Tuhan sebagai Kepala Gereja melalui kuasa Roh
Kudus terus menyertai gerejaNya dalam menjalankan tugas
panggilanya; bersekutu, bersaksi dan melayani.
96
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
KEPUSTAKAAN
Barclay William, Duta Bagi Kristus, Latar Belakang Peta Perjalanan
Paulus (terj.dari Ambassador For Christ: the Life and Teaching
Paul oleh. D.Susilaradeya). Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1980.
Bavink J.H., Sejarah Kerajaan Allah 2; Perjanjian Baru., Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 2007.
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2009.
Drane John, Memahami Perjanjian Baru, Pengantar Historis-Teologis (terj.
dari Introducing The New Testament oleh.P.G.Katoppo). Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2005.
Dunn James D.G., The Theology of Paul the Apostle (Grand Rapids,
Michigan/Cambridge, UK: William B. Eerdmans Publ. Co.,
1998
Groenen C. Pengantar Ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius,
1984.
Jacobs T., Paulus; Hidup, Karya dan Teologinya. Yogyakarta: Kanisius,
1983.
Janssen CM P., Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru., (Malang: Institut
Pastoral Indonesia, 1994.
Kevin. J.Conner, Jemaat Dalam Perjanjian Baru, (terj. dari The Church in
the New Testament oleh Erna M.K.Letik). Malang: Gandum
Mas, 2004.
Merentek Victor I. Materi perkuliahan S2. Manado, Kamis 22 Juli
2010.
Rowley H.H., Atlas Alkitab (terj.dari Student’s Bible Atlas oleh
P.S.Naipospos). Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Whiteley D.E.H., The Theology of St. Paul. Oxford: Basil Blackwell,
1964.
97
Download