tinjauan pustaka

advertisement
4
TINJAUAN PUSTAKA
Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan dari darah pada sistem vaskular tubuh.
Sistem vaskular membawa darah yang kaya oksigen menjauhi jantung menuju
pembuluh darah, arteri dan kapiler untuk masuk ke jaringan. Setelah jaringan
mendapatkan oksigen, darah masuk ke vena dan dibawa kembali ke jantung dan
paru-paru (Braverman 2008). Tekanan darah sistolik merupakan tekanan yang
dihasilkan otot jantung yang mendorong darah dari bilik kiri jantung ke aorta
(tekanan pada saat jantung berkontraksi). Tekanan darah diastolik merupakan
tekanan pada dinding arteri dan pembuluh darah akibat mengendurnya otot
jantung (tekanan pada saat jantung berelaksasi). Tekanan darah biasanya
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan
nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg. Ratarata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Pearce 2004).
Menurut Sutanto (2010), tekanan seseorang sangat bervariasi. Bayi dan
anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
dibandingkan usia dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik,
dimana tekanan darah akan lebih tinggi ketika seseorang melakukan aktivitas
dan lebih rendah ketika beristirahat. Selain itu menurut Pearce (2004), Tekanan
darah mengalami sedikit perubahan bersamaan dengan perubahan-perubahan
gerakan fisiologik, seperti latihan jasmani, perubahan mental karena kecemasan
dan emosi, sewaktu tidur dan sewaktu makan. Sejalan dengan bertambahnya
usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik
terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis.
Masalah Tekanan Darah
Gangguan tekanan darah di bedakan menjadi dua yaitu tekanan darah
tinggi (hipertensi) dan tekanan darah rendah (hipotensi). Hipertensi adalah
tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga
kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan
usia. Namun, secara umum, seseorang dianggap memiliki hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi daripada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolik. Karena tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung dan
5
volume sekuncup, maka peningkatan salah satu dari variabel yang tidak
dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi sering dibagi menjadi
hipertensi primer atau sekunder, berdasarkan ada tidaknya penyebab yang dapat
teridentifikasi. Sebagian besar kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya
disebut hipertensi primer atau esensial. Apabila penyebabnya jelas dapat
diketahui, maka hipertensinya disebut hipertensi sekunder (Corwin 2001). Bentuk
hipertensi antara lain hipertensi hanya diastolik, hipertensi campuran (diastolik
dan sistolik yang meninggi) dan hipertensi sistolik. Hipertensi diastolik sangat
jarang dan hanya terlihat peninggian yang ringan dari tekanan diastolik, misalnya
120/100 mmHg. Bentuk seperti ini biasanya ditemukan pada anak-anak dan
dewasa muda sementara itu hipertensi sistolik paling sering dijumpai pada usia
lanjut (Depkes 2006).
Tekanan darah rendah (hipotensi) merupakan suatu kondisi ketika
tekanan darah (sistolik, diastolik, ataupun keduanya) lebih rendah dari nilai
normal yang umum ditemukan pada individu normal. Gangguan ini tidak jarang
mengarah kepada suatu kondisi patologis (kelainan) tertentu. Meskipun bisa juga
ditemukan pada individu tanpa kelainan jantung. Untuk batasan tekanan darah
rendah, tidak ada batasan yang baku. Meskipun begitu, penting untuk
mendeteksi adanya hipotensi pada individu tertentu. Pada individu dengan
riwayat tekanan darah tinggi, penurunan tekanan darah lebih dari 30 mmHg
secara mendadak dapat dikatakan hipotensi meskipun nilai tekanan darahnya
masih normal. Untuk kelompok individu yang nilai tekanan darahnya tidak pernah
tinggi atau cenderung rendah juga tidak memiliki batasan baku. Namun nilai
tekanan darah kurang dari 90/60 mmHg sering dipakai untuk menunjuk ada
tidaknya hipotensi pada seseorang. Artinya, bila tekanan darah sistolik kurang
dari 90 mmHg, atau tekanan darah diastolik kurang dari 60 mmHg, atau
kombinasi antara kedua nilai sistolik dan diastolik tersebut (Hutabarat
2010).Klasifikasi tekanan darah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi tekanan darah
Kategori
Normal
Pre-Hipertensi
Hipertensi Stadium 1
Hipertensi Stadium 2
Sumber: Depkes (2006)
Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Diastolik
< 120 mmHg
120-139 mmHg
140-159 mmHg
≥160 mmHg
< 80 mmHg
80-89 mmHg
90-99 mmHg
≥100 mmHg
6
Penyebab Tinggi dan Rendahnya Tekanan Darah
Menurut Braverman (2008), pada 90-95% penderita tekanan darah tinggi,
tidak ada penyebab fisiologis tunggal. Jenis tekanan darah ini disebut hipertensi
essensial atau primer. Walaupun penyebab dari tekanan darah tinggi masih
belum diketahui, riset menunjukan hal tersebut merupakan reaksi antara faktor
genetis, lingkungan, dan yang berhubungan dengan gaya hidup. Faktor-faktor
yang utama adalah : Pola makan yang tidak tepat dengan komposisi tidak
seimbang, biasanya tinggi kalori, natrium (garam) dan lemak, serta rendah
protein; rasio natrium terhadap kalium yang tidak seimbang; penyalahgunaan
alkohol; merokok; kenaikan kadar kolesterol; obesitas dan stress.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan hipotensi. Akan tetapi tidak semua
hipotensi memiliki faktor yang perlu dicemaskan. Meskipun demikian, bila
mengalami
hipotensi
sebaiknya
berobat
untuk
mencari
faktor
penyebab/predisposisi yang berpeluang mengganggu kesehatan di kemudian
hari. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipotensi antara lain : dehidrasi
yang sering timbul akibat sulit makan, muntah, atau diare yang diikuti kehilangan
cairan tubuh bermakna, perdarahan, obat-obatan yang dapat mencetuskan
penurunan tekanan darah mendadak atau perlahan, infeksi di dalam tubuh
terutama pada infeksi berat, kelainan endokrin, kelainan jantung, reaksi
anafilaksis akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan tertentu.
Kolesterol
Menurut Hartono (2006), kolesterol merupakan salah satu jenis lemak
dengan inti sterol berbentuk cincin yang mengandung atom karbon, hidrogen,
dan oksigen. Secara normal, tubuh mampu memproduksi kolesterol yang
dibutuhkan dalam jumlah tepat. Kolesterol yang berlebihan di dalam tubuh akan
membentuk suatu timbunan pada dinding pembuluh darah dan menimbulkan
kondisi yang disebut ateroklerosis, yaitu penyempitan atau pengerasan
pembuluh darah yang merupakan indikasi awal seseorang terkena penyakit
jantung dan stroke (Sutanto 2011).
Hati memetabolisasi sebagian kolesterol yang terdapat di dalam micelle
menjadi garam-garam empedu. Sisa kolesterol lainya disalurkan ke darah,
berikatan dengan fosfolipid sebagai lipoprotein. Lipoprotein mengangkut
kolesterol ke semua sel tubuh untuk digunakan membentuk membran, strukturstruktur intrasel dan hormon steroid. Tingginya kadar dua jenis lipoprotein, yaitu
lipopotein berdensitas rendah (low density lipoprotein,LDL) dan lipopotein
7
berdensitas sangat rendah (very low density lipoprotein, VLDL), mengisyaratkan
bahwa hati menangani kolesterol dalam jumlah besar. lipopotein berdensitas
tinggi (high density lipoprotein, HDL) mengangkut kolesterol dari sel ke hati dan
bersifat protektif terhadap penyakit arteri (Corwin 2001). Jumlah keseluruhan
kolesterol yang ada pada tubuh disebut kolesterol total. Kolesterol normal dalam
tubuh adalah 160-200 mg (Sutanto 2011).
Menurut Barasi (2009), makanan hewani adalah sumber kolesterol dalam
diet, dengan sumber terkaya adalah kuning telur. Absorpsi kolesterol berubah –
ubah, tetapi biasanya kurang dari 50%. Kadar dalam plasma, terutama yang
diangkut sebagai fraksi LDL, merupakan penentu utama resiko aterosklerosis.
HDL sering disebut sebagai kolesterol baik. Peran kolesterol HDL adalah
membawa kembali kolesterol HDL ke organ hati untuk diproses lebih lanjut. Jika
kadar HDL tinggi maka akan terlindung dari penyakit jantung. Penyebab
hiperkolesterol antara lain obesitas, alkohol, gangguan ginjal, gangguan hati,
diabetes, pil anti hamil, diuretik, kortikosteroid, dan penyakit tiroid.
Dampak Kolesterol
Menurut Sutanto (2010), jumlah kolesterol yang tinggi dalam darah dapat
meningkatkan risiko munculnya penyakit jantung koroner karena saluran arteri
yang memasok darah ke jantung menyempit dan tersumbat. Kolesterol juga bisa
menyebabkan stroke dan kelumpuhan bila terjadi penyumbatan arteri yang
memasok darah ke otak. Penyakit lain yang juga dipengaruhi oleh kolesterol
adalah hipertensi. Hal ini akan diperparah dengan kebiasaan merokok.
Hipertensi dan kebiasaan merokok memang tidak mempengaruhi jumlah
kolesterol dalam tubuh, namun bisa berinteraksi dengan kolesterol untuk
merusak arteri.
Penyebab Tingginya Kadar Kolesterol
Beberapa faktor yang mempengaruhi total kolesterol, diantaranya asupan
lemak yang tinggi, kebiasaan merokok, kurangnya aktifitas fisik (sedentary life
style). Kadar kolesterol darah bisa dipengaruhi oleh makanan. Daging merah
berlemak dan produk susu merupakan sumber utama kolesterol dan lemak jenuh
dari makanan. Makanan dan keadaan
berikut
paling berperan dalam
menyebabkan kadar kolesterol yang tinggi : Kekurangan asam amino akibat
asupan protein berkualitas rendah; kekurangan antioksidan (vitamin C dan E,
selenium, dan seng) akibat rendahnya asupan buah dan sayuran; kekurangan
asam lemak esensial akibat asupan lemak berkualitas rendah; asupan alkohol
8
yang berlebihan; asupan zat tepung yang berlebihan (jagung, kentang, dan lainlain); asupan gula secara berlebihan yang ditemukan pada banyak makanan
olahan; kekurangan serat akibat kurangnya asupan buah dan sayur; disfungsi
hati dan meningkatnya kerusakan jaringan akibat infeksi, radiasi, kerusakan
fungsi hati atau aktivitas oksidatif (Braverman 2008).
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi
untuk melakukan berbagai kegiatan fisik seperti berjalan, berlari, berolahraga
dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik membutuhkan energi yang berbeda menurut
lamanya intensitas dan kerja otot (FKM-UI 2007). Selama melakukan aktivitas
fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan
jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zatzat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari
tubuh (Almatsier 2004).
Aktivitas
fisik
erat
kaitannya
dengan
kesehatan
tubuh
secara
keseluruhan. Tubuh yang sehat akan mampu melakukan aktivitas fisik secara
optimal, dan aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dalam porsi cukup
mempunyai dampak yang positif terhadap kesehatan tubuh (Widodo &
Syafruddin 1990). Menurut Kusmana (2006) aktivitas yang moderat (sedang)
akan melindungi diri dari penyakit jantung koroner (PJK).
Olahraga meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sensitivitas insulin, bisa
menurunkan tekanan darah 10-15 angka, dan menurunkan kadar kolesterol dan
trigliserida sekaligus meningkatkan kolesterol HDL. Melalui olahraga yang
isotonik dan teratur (aktifitas fisik aerobik sekitar 30 menit/hari) dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga
secara teratur idealnya dilakukan tiga hingga lima kali dalam seminggu dan
minimal setengah jam setiap sesi dengan intensitas sedang.
Olahraga yang teratur juga akan membantu meningkatkan kadar
kolesterol HDL dan menurunkan kadar LDL. Dianjurkan untuk melakukan
olahraga yang bersifat aerobik seperti jalan cepat, lari-lari kecil, sepeda, atau
berenang secara teratur 3-5 kali per minggu selama 30-60 menit/hari. Selain
efektif untuk mengurangi berat badan, olahraga juga berguna untuk memperkuat
otot jantung, menjaga tekanan darah tetap normal serta mampu mengurangi
stress.
9
Aktivitas orang dewasa biasanya dibagi menjadi tiga golongan yaitu
ringan, sedang, dan berat. Pengeluaran energi beragam antara orang yang satu
dengan yang lain (Mardlaw & Hampl 2007). Dalam hal ini, aktivitas fisik
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi seseorang
(Baliwati & Retnaningsih 2004). Pengukuran kebutuhan energi didasarkan pada
pengeluaran energi dengan komponen utama angka metabolisme massal (BMR)
dan kegiatan fisik sesuai tingkatannya (Hoeger & Hoeger 2005).
FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel
utama, setelah angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran
energi. Setiap orang memiliki aktivitas atau kegiatan yang wajib dilakukan setiap
hari. Kegiatan wajib tersebut tidak hanya pekerjaan yang mendatangkan
penghasilan, namun juga meliputi kegiatan lain seperti kegiatan domestik rumah
tangga, bersosialisasi, rekreasi dan lain sebagainya. Pengeluaran energi untuk
kegiatan-kegiatan tersebut
perlu
diperhitungkan
agar
didapatkan angka
pengeluaran energi seseorang. Pengeluaran energi tersebut kemudian dapat
menjadi gambaran kebutuhan energi agar seseorang dapat hidup dengan lebih
sejahtera dan berkualitas secara keseluruhan. Besarnya aktivitas fisik yang
dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level
(PAL) atau tingkat aktivitas fisik.PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
PAL : physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PAR : physical activity rasio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis
aktivitas per satuan waktu tertentu )
Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas.
Maka hasil dari perhitungan tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga kategori,
yaitu : ringan, sedang dan berat.
Tabel 2 Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL
Kategori
Ringan (sedentary lifestyle)
Sedang (active or moderately active lifestyle)
Berat (vigorous or vigorously active lifestyle)
Nilai PAL
1.40-1.69
1.70-1.99
2.00-2.40
Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)
FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa kategori tingkat aktivitas fisik
mengarah kepada jenis pekerjaan. Orang-orang yang termasuk dalam kategori
tingkat aktifitas fisik ringan (sedentary lifestyle) adalah orang-orang yang tidak
10
banyak melakukan kegiatan fisik, tidak banyak berjalan kaki dalam jarak jauh,
menggunakan alat transportasi, tidak latihan atau berolahraga secara teratur dan
lebih banyak menghabiskan kegiatan dalam posisi duduk diam dan berdiri
dengan sedikit bergerak misalnya staf dan karyawan kantor. Pada kategori
sedang adalah orang yang tidak terlalu banyak menggunakan energi, namun
lebih banyak mengeluarkan energi bila dibandingkan dengan yang beraktivitas
ringan. Pada umumnya orang-orang tersebut melakukan suatu pekerjaan berat
namun dalam satu jangka waktu tertentu, misalnya kegiatan harian yang
dilakukan selama satu jam (langsung atau bertahap dalam hari yang sama).
Orang-orang yang termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat bila orang
tersebut dalam kesehariannya melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak
energi seperti menari, berenang, bekerja sebagai buruh tani yang melakukan
pekerjaan mencangkul, berjalan kaki dalam jarak yang jauh dengan beban berat.
Konsumsi Pangan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat
hidup sehat karena pangan merupakan sumber utama zat gizi yang dibutuhkan
tubuh. Zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses
metabolisme dalam tubuh, memperbaiki jaringan tubuh serta pertumbuhan
(Harper et al. 1986).
Konsumsi pangan secara garis besar adalah kuantitas pangan yang
dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu dengan
jenis tunggal atau beragam.Survei konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui
konsumsi pangan seseorang atau kelompok orang baik secara kuantitatif
maupun
secara
kualitatif.
Survei
konsumsi
pangan
secara
kuantitatif
dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pangan atau makanan yang dikonsumsi
(Suhardjo et al 1988). Metode kuantitatif juga dapat menghitung konsumsi zat
gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar
lain yang diperlukan seperti daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), daftar konversi
mentah masak (DKMM) dan daftar penyerapan minyak (DPM). Metode food
record atau diary records, digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi
(Supriasa et al 2001). Pada metode ini responden diminta untuk mencatat jenis
dan jumlah makanan dan minuman dalam satu periode waktu, biasanya satu
sampai tujuh hari. Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang
mendekati sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang
dikonsumsi oleh individu.
Download