PEMERIKSAAN REFLEK REGRESI Tujuan Umum Mahasiswa

advertisement
PEMERIKSAAN REFLEK REGRESI
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan reflek-reflek regresi pada usia lanjut.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mendeteksi kemunduran kualitas fungsi (regresi) pada usia lanjut.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan reflek regresi pada usia lanjut.
Pengertian
Penurunan fungsi kognitif ringan dibagi mild cognitif impairment (MCI) dan vascular cognitif
impairment (VCI), yang sebagian berkembang menjadi demensia. Demensia dapat dibagi dalam demensia
reversibel dan tidak reversibel.
Kerusakan yang merata pada neuron-neuron kortikal kedua belah hemisferium, yang mencakup
daerah persepsi primer, korteks motorik, dan semua daerah asosiatif menimbulkan demensia. Apabila
manifestasi gangguan korteks piramidal dan ekstrapiramidal tidak nyata, tanda-tanda lesi organik masih
dapat ditimbulkan. Pada umumnya tanda-tanda tersebut mencerminkan gangguan pada korteks
premotorik atau prefrontal. Tanda tersebut diungkapkan dengan jalan membangkitkan reflek-reflek, yang
disebut reflek regresi (yang merupakan petanda keadaan regresi/kemunduran kualitas fungsi).
REFLEKS REGRESI
Refleks regresi disebut juga refleks demensia muncul akibat terjadinya kerusakan sel saraf pusat
di otak, baik yang bersifat terlokalisir maupun difus. Penyebab kerusakan tersebut bisa berasal dari
kelainan vaskuler, trauma, gangguan metabolik, infeksi, dan sebagainya. Selain itu, refleks regresi juga
merupakan tanda proses degeneratif di otak. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan proses
degeneratif tersebut adalah demensia vaskuler dan demensia Alzheimer, pasca hipoksia serebri, pasca
meningitis, dll. Pemeriksaan reflek regresi ini bisa dilakukan pada posisi penderita duduk atau berbaring.
Beberapa pemeriksaan refleks regresi yang penting adalah:
1. Sucking Reflex.
Sucking reflex dapat dilakukan dengan menyentuhkan benda seperti ujung pena, palu refleks atau jari
pemeriksa secara ringan dan lembut pada bibir penderita. Jawaban refleks berupa gerakan bibir
seolah-olah akan menetek atau menyusu.
2. Grasping Reflex.
Grasping reflex (refleks menggenggam) dilakukan dengan meletakkan jari pemeriksa secara lembut
pada telapak tangan penderita, dimana secara refleks tangan penderita akan menggenggam jari
pemeriksa tersebut.
3. Palmomental Reflex.
Refleks palmomental dilakukan dengan menggores telapak tangan penderita pada bagian otot
hipotenar. Goresan dilakukan dengan cepat dari proksimal (bagian pergelangan tangan penderita)
menuju ke distal (bagian pangkal ibu jari). Jawaban dari rangsangan ini berupa gerakan otot-otot
mental (dagu).
4. Glabellar Reflex.
Glabellar reflex (refleks glabella) dilakukan dengan mengetuk glabella (pertengahan dahi diantara
kedua alis mata) penderita dengan ujung jari atau palu refleks. Pada orang normal, respon berkedip
hanya timbul dua sampai tiga kali saja. Sedangkan pada penderita demensia, kedipan mata akan
timbul setiap kali glabella diketuk.
Catatan: pengetukan glabella dilakukan dari arah belakang pasien, sehingga tidak diartikan sebagai
refleks ancam oleh pasien.
5. Snout Reflex.
Snout reflex dilakukan dengan mengetuk bibir atas penderita secara lembut dengan menggunakan
ujung jari pemeriksa atau palu refleks. Jawaban dari rangsangan ini berupa kontraksi otot orbikularis
oris, sehingga sudut bibir penderita akan tertarik pada daerah yang diketuk.
6. Refleks Kaki Tonik (Foot Grasping Reflex).
Refleks kaki tonik dilakukan dengan menggores telapak kaki penderita menggunakan ujung palu
refleks. Pada penderita demensia, penggoresan telapak kaki menyebabkan kontraksi tonik telapak
kaki berikut jari-jarinya.
7. Corneomandibular Reflek.
Positif bila penggoresan kornea menimbulkan pemejaman mata ipsilateral dan disertai gerakan
mandibula kesisi kontralateral.
PENILAIAN SKILLS LAB
PEMERIKSAAN REFLEK REGRESI
Nama : …………………
Nim : …………………
No
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Aspek yang Dinilai
Memberi salam dan memperkenalkan diri.
1= melakukan
0= tidak melakukan
Menjelaskan pada pasien/keluarganya tentang prosedur
kerja dan pentingnya tindakan yang akan dilakukan.
2= melakukan dengan sempurna (2 item)
1= melakukan tidak dengan sempurna (1 item)
0= tidak melakukan
Meminta persetujuan
1= melakukan
0= tidak melakukan
Mempersiapkan alat (handscoon dan reflex hammer)
2= menyebutkan dan melakukan dengan sempurna (2 item)
1= menyebutkan dan melakukan tidak dengan sempurna
(1 item)
0= tidak menyebutkan dan melakukan
Meminta pasien untuk berbaring ditempat tidur dengan
posisi terlentang.
2= melakukan dengan sempurna (2 item)
1= melakukan tidak dengan sempurna (1 item)
0= tidak melakukan
Mencuci tangan dan memakai sarung tangan dengan steril.
2= melakukan dengan sempurna (2 item)
1= melakukan tidak dengan sempurna (1 item)
0= tidak melakukan
Melakukan pemeriksaan Glabellar reflex (mengetuk
glabella pasien dengan palu reflex dari arah belakang pasien
sehingga tidak diartikan sebagai reflex ancaman oleh
pasien).
2= melakukan dengan sempurna
1= melakukan tidak dengan sempurna
0= tidak melakukan
Interpretasi: respon berkedip hanya timbul setiap kali
glabella diketuk.
1= menyebutkan
0= tidak menyebutkan
9.
Melakukan
pemeriksaan
Corneomandibular
Reflex
(menggoreskan kapas secara lembut ke kornea pasien).
1= menyebutkan
0= tidak menyebutkan
10.
Interpretasi: positif bila terjadi pemejaman mata ipsilateral
dan disertai gerakan mandibula kesisi kontralateral.
0
Nilai
1
2
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
1= menyebutkan
0= tidak menyebutkan
Melakukan pemeriksaan Suck Reflex (menyentuhkan jari
pemeriksa secara ringan dan lembut pada bibir pasien).
2= melakukan dengan sempurna
1= melakukan tidak dengan sempurna
0= tidak melakukan
Interpretasi: gerakan bibir seolah-olah akan menyusu.
1= menyebutkan
0= tidak menyebutkan
Melakukan pemeriksaan Snout Reflex (mengetuk bibir atas
pasien secara lembut dengan menggunakan ujung jari
pemeriksa).
2= melakukan dengan sempurna
1= melakukan tidak dengan sempurna
0= tidak melakukan
Interpretasi: kontraksi otot orbikularis oris sehingga sudut
bibir pasien akan tertarik pada daerah yang diketuk.
1= menyebutkan
0= tidak menyebutkan
Melakukan pemeriksaan Grasping Reflex (meletakkan jari
pemeriksa secara lembut pada telapak tangan pasien).
2= melakukan dengan sempurna
1= melakukan tidak dengan sempurna
0= tidak melakukan
Interpretasi: tangan pasien akan menggenggam jari
pemeriksa.
1= menyebutkan
0= tidak menyebutkan
Melakukan pemeriksaan Palmomental Reflex (menggores
telapak tangan pasien pada bagian otot hipotenar dengan
cepat dari bagian pergelangan tangan penderita/proksimal
menuju kebagian pangkal ibu jari/distal).
2= melakukan dengan sempurna
1= melakukan tidak dengan sempurna
0= tidak melakukan
Interpretasi: gerakan otot-otot mental (dagu).
1= menyebutkan
0= tidak menyebutkan
Melakukan pemeriksaan Foot Grasping Reflex (menggores
telapak kaki pasien menggunakan ujung palu reflex).
2= melakukan dengan sempurna
1= melakukan tidak dengan sempurna
0= tidak melakukan
Interpretasi: kontraksi tonik telapak kaki berikut jarijarinya.
1= menyebutkan
0= tidak menyebutkan
Memberi tahu kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai.
1= melakukan
0= tidak melakukan
Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan.
2= melakukan dengan sempurna (2 item)
22.
1= melakukan tidak dengan sempurna (1 item)
0= tidak melakukan
Melaporkan hasil pemeriksaan.
23. 1= melakukan
0= tidak melakukan
Mencatat dalam rekam medik.
24. 1= melakukan
0= tidak melakukan
Nilai = total skor x 100% = …………
35
Mengetahui
Instruktur
(…………………..…..)
NIP.
TATA CARA PENULISAN DAN PEMBACAAN RESEP
Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai perundang –
undangan yang berlaku. Resep ditulis dalam blanko resep dengan ukuran ideal (lebar 10 – 12 cm, panjang
15 – 18 cm). Resep yang telah dilayani di apotek sesuai dengan peraturan yang berlaku merupakan
dokumen yang harus disimpan sekurang – kurangnya 3 tahun di apotek.
Tidak ada ketentuan baku di seluruh dunia tentang tatanan menulis resep yang benar karena setiap
Negara mempunyai aturan sendiri. Resep harus ditulis secara jelas, mudah dibaca, dan mengungkapkan
dengan jelas apa yang harus diberikan sesuai kaidah sehingga memenuhi syarat untuk dilayani di apotek.
Contoh resep yang benar adalah sebagai berikut :
dr. Setiabudhi
SIP : 016/X/2013
Alamat praktek : Jl. Subrantas no. 35 C
Pekanbaru
Telp : (0761) 123456
Pekanbaru, 29 Januari 2013
R/
Paracetamol 100 mg
Sacch. Lactis q.s.
mf. l.a. pulv. D. t. d. No. VI
S p r n tdd pulv I
Pro
: Algia (3 tahun)
Alamat : jl. Garuda Sakti 123 Pekanbaru
1.1 Unsur Resep .
No
Unsur resep
1.
Identitas dokter
2.
3.
4.
Keterangan
Meliputi : nama, nomor surat izin praktek, alamat lengkap
rumah dan praktek dokter dilengkapi nomor telepon, hari dan
jam praktek. Biasanya sudah tercetak dalam blanko resep
Nama kota dan Hal ini diperlukan dalam pelayanan resep berkaitan dengan
tanggal
penulisan persyaratan perundang – undangan.
resep
Superscriptio
Ditulis dengan symbol R/ (Recipe = harap diambil)
Inscriptio
Merupakan inti resep dokter
Berisi nama obat, dosis dan jumlah obat yang diperlukan serta
ditulis dengan jelas. Penulisan nama obat menggunakan nama
generic, nama standar atau nama paten. Penulisan dosis obat
5.
Subscriptio
6.
Signatura
7.
Penutup
8.
Identitas pasien
dalam satuan berat dan volume dengan system metrik (mg, g,
ml, l) dan dengan angka arab.
Penulisan jumlah obat dalam satuan biji (tablet, kapsul, botol,
bungkus, tube dll) dengan angka romawi.
Mencantumkan bentuk sediaan obat dan jumlahnya. Cara
penulisan (dengan singkatan bahasa latin) tergantung macam
formula resep yang digunakan
Berisi informasi tentang aturan penggunaan obat untuk pasien
yaitu meliputi frekuensi, jumlah obat dan cara pemakaian obat
serta informasi lainnya. Symbol yang digunakan adalah S
(signatura = tandailah)
Walaupun aturan penggunaan obat sudah ditulis dalam resep,
dokter berkewajiban menjelaskan secara lisan pada pasien saat
menyerahkan resep.
Berisi tanda tangan atau paraf dokter. Merupakan syarat syah
resep untuk dilayani oleh apotek. Bila resep dokter mengandung
obat narkotika maka dibutuhkan tanda – tangan dokter, untuk
obat golongan lain cukup paraf dokter saja.
Meliputi nama pasien dan alamatnya. Bila pasien anak dan
lansia perlu dituliskan umurnya.
2.2 Macam Formula Resep Dokter.
Ada tiga macam formula yang disusun dalam resep:
1. Formula magistralis atau lebih dikenal dengan nama resep racikan. Untuk menyusun resep
racikan, dokter perlu memahami sifat obat, interaksi farmasetik dan bahan tambahan yamg
diperlukan dalam menyususn formula tersebut
2. Formula officinalis. Obat yang ditulis merupakan obat baku / standar dalam buku / formularium
resmi atau obat jadi generik berlogo
3. Formula spesialistis. Obat yang dituliskan dengan nama paten. Dalam menuliskannya perlu
diketahui ada berapa macam sediaan dan dosis serta spesifikasi dari macam – macam sediaan.
2.3 Resep Cito.
Kadang dokter memerlukan obat agar SEGERA didapat oleh pasiennya, maka dokter dapat
menuliskan CITO! disebelah kanan atas blanko resep. Untuk itu resep cito harus didahulukan
pembuatannya dari resep – resep lain. Dengan demikian dokter yang meminta resep cito hendaknya betul
– betul jika pasien dalam keadaan darurat dan penundaan pemberian obat dapat membahayakannya.
Istilah lain dalam bahasa latin: statim, urgen, P.I.M (amat segera).
2.4 Resep Rasional.
Penulisan resep yang rasional berpedoman falsafah ‘5 tepat’ yaitu tepat obat, tepat dosis, tepat BSO
(Bentuk Sediaan Obat), tepat cara dan waktu pemberian, serta tepat penderita. Oleh karena itu penulisan
resep harus memenuhi kaidah:
1. Nama obat.
2.
3.
4.
5.
Ditulis sesuai dengan nomenklatur internasional dan dipilih sesuai terapi, sifat obat dan kondisi
obat.
Dosis obat.
Ditetapkan secara individual diperhitungkan secara seksama baik untuk orang dewasa, lansia,
anak, dll.
BSO disesuaikan dengan tujuan terapi, kepentingan penderita dan spesifikasi BSO tersebut.
Cara dan waktu pemberian.
Ditetapkan secara jelas dan dipahami oleh penderita, agar meningkatkan ketaatan penderita.
Kondisi penderita.
Meliputi keadaan fisik, ekonomi, dan sosial perlu diperhatikan agar meningkatkan ketaatan
pasien dan tujuan terapi tercapai.
2.4 Edukasi Pengobatan kepada Pasien.
Seringkali dijumpai, pasien tidak menggunakan dengan benar obat yang diresepkan, minum obat
tidak teratur atau bahkan tidak meminumnya sama sekali. Alas an yang dikemukakan biasanya gejala
penyakitsudah hilang, timbul efek samping, obat dirasa tidak manjur dan jadwal dosis yang terlalu rumit.
Untuk meningkatkan kepatuhan pasien minum obat, dapat dilakukan dengan tiga cara:
1. Resepkan obat yang dipilih dengan baik.
2. Ciptakan hubungan dokter dan pasien yang baik.
3. Sempatkan memberi informasi, instruksi, dan peringatan.
Ada 6 perkara yang merupakan informasi minimal yang harus diberikan kepada pasien:
1. Efek obat : indikasi pemberian obat.
2. Efek samping : efek samping yang mungkin timbul dan atau bagaimana mengenai efek samping.
3. Instruksi : bagaimana cara minum obat, waktu minum obat, berapa lama harus minum obat, dan
apa yang harus dilakukan bila lupa minum obat (missal obat KB, OAT).
4. Peringatan : berapa dosis terbanyak, kapan obat harus dihentikan, mengapa obat harus diminum
sampai habis (misal : antibiotika).
5. Kunjungan berikutnya : kapan pasien harus kembali (tidak perlu kembali).
6. Sudah jelaskah semuanya? : tanyakan apakah informasi sudah dimengerti, minta pasien
mengulang informasi terpenting, dan tanyakan apakah ada yang ingin ditanyakan pasien.
Contoh edukasi pada pasien :
Nama obat : ANTASIDA.
1. Efek obat : menetralkan asam lambung sehingga bias mengurangi gejala dyspepsia (nyeri ulu
hati, kembung, dan mual).
2. Efek samping : gangguan saluran cerna seperti diare.
3. Instruksi : diminum 4 kali sehari diantara waktu makan dan sebelum tidur.
4. Peringatan : pemberian antasida bersama obat lain dapat mengganggu absorpsi obat lain.
5. Kunjungan berikutnya : tidak perlu kembali jika gejala sudah hilang dan control bila gejala tidak
membaik bahkan memberat.
6. Sudah jelaskah semuanya?
2.5 Langkah Preskripsi
1. Pemilihan bahan obat yang tepat
2. Penetapan dosis yang tepat
3. Pengaturan jadwal pemberian obat
4. Pemilihan BSO yang tepat
5. Pemilihan formula resep yang tepat
6. Penulisan preskripsi yang lege artis
Singkatan
Aa
a.c.
Ad
add.
ad lib. / ad. Libit
a.u.i.(ad.us.int.)
a.u.e. (ad.us.ext.)
a.u.p. (ad.us.prop.)
u.p.
m.i.
aq. dest.
aq. bidest.
aq. Steril
c.
C.
c.p.
cth.
c.c.
caps .
clysm.
collut.
collut. or.
collyr.
comp.
cr.
d.i.d.
d.in 2 plo.
d.in 3 plo.
d.in 4 plo.
d.c.
d.c.form.
SINGKATAN – SINGKATAN BAHASA LATIN
YANG SERING DIPAKAI DALAM RESEP
Kepanjangan
Arti
Ana
Sama banyak
Ante coenam
Sebelum makan
Ad
Sampai
Adde
Tambahkan
Ad libitum
Sesuka hati
Ad usum internum
Untuk obat dalam
Ad usum externum
Untuk obat luar
Ad usum propium
Untuk dipakai sendiri
Usum propium
Untuk dipakai sendiri
Mihi ipsi
Untuk dipakai sendiri
Aqua destilasta
Air suling
Aqua bidestilata
Air yang 2 kali disuling
Aqua sterilata
Air steril
Cum
Dengan
Cochlear, cibarium
Sendok makan (=15 ml)
Cochlear pultis
Sendok bubur (=8 ml)
Cochlear theae
Sendok teh (= 5 ml)
Centrimetrum cubitum
Sentimeter kubik
Capsul
Kapsul
Clysma
Klisma. Lavement
Collutorium
Obat kumur (cuci mulut)
Collutorio oris
Obat kumur (cuci mulut)
Collyria
Obat cuci mata
Compositum
Obat campuran
Cremor
Krim
Da in dim / da in dimido
Berikan sepenuhnya
Da in duplo
Berikan 2 kali banyaknya
Da in triplo
Berikan 3 kali banyaknya
Da in quarduplo
Berikan 4 kali banyaknya
Durante coenam
Sedang makan
Da cum formula
Tuliskan dengan resepnya
c.form.
form.
dur.dol.
d.d.
1.d.d.
2.d.d. (b.d.d.)
3.d.d. (t.d.d.)
4.d.d. (q.d.d.)
dext.
dext.et sin.
o.d./o.s.
d.t.d.
epith.
extend.
extend. cr.
extend. ter.
empl.
enem.
extr.
extr.aquos.
extr.fl.
extr. liq.
extr.sicc.
extr. spir.
extr. spiss.
f.
feb.dur.
f.l.a
l.a.
F.I.
F.M.I
F.M.S.
filtr.
fol.
fol.digit.
fol.pip.betl.
g.gm.
gi.arab.
garg.
gtt.
gtt.ad.aur.
gtt.auric.
gtt.nasal.
Cum formula
Formula
Durante dolore
De die
Smel de die
Bis de / in die
Ter de/in die
Quarter de /in die
Dexter
Oculus dexter et oculus
sinister
Da tale doses
Epithema
Extende
Extende crass
Extende termiter
Emplstrum
Enema
Extractum
Extractum aquosum
Extractum fluidum
Extractum liquidum
Extractum siccum
Extractum spirituosum
Extractum spissum
Fac, flat
Febri durante
Fac lege artis
Lege artis
Formularium Indonesia
Form Medicantorum Indicum
FormMedicantorum Selectum
Filtra,filretur
Folia
Folia digitalis
Folia piperis betle
Gramma
Gummi arabicum
Gargarisma
Guttae
Guttae ad aures
Guttae auriculares
Guttae nasals
Dengan resepnya
Resepnya
Selagi sakit
Sehari, setiap hari
Sekali sehari
Dua kali sehari
Tiga kali sehari
Empat kali sehari
Kanan
Mata kanan dan mata kiri
Berikan sebanyak dosis tsb
Obat kompres
Ulaskan
Ulaskan tebal–tebal (0,6 mm)
Ulaskan tipis–tipis (0,2 mm)
Pleister
Lavement
Ekstrak
Ekstrak dengan air
Ekstrak encer
Ekstrak encer
Ekstrak kering
Ekstrak dengan spiritus
Ekstrak kental
Buat, harap dibuat
Sewaktu demam
Buat menurut cara semestinya
Cara semestinya
Nama buku resep standar
Nama buku resep standar
Nama buku resep standar
Sering, harap disaring
Daun
Daun digitalis
Daun sirih
Gram
Gum arab
Obat kumur
Tetes
Obat tetes telinga
Obat tetes telinga
Obat tetes hidung
gtt.ophth.
h.
h.m.
h.s.
h.v.
i.m.m.
inj.
inj.hypod.
inj.subc.
inj. i.v.
Iter
iter 1 x
lin.
lc.
lit.or.
lot.
liq.
m.
m.et v.
m.
m.f.
m.f.l.a.
Guttae ophthalmicae
Hora
Hora matutina
Hora somni
Hora vespertina
In manum medici
Injection
Injectio hypodermica
Injectio subcutan
Injectio intravena
Iteretur
Iteretur 1x
Linimentum
Loco
Litus oris
Lotio
Liquid
Mane
Mane et vespere
Misce, misceatur
Misce fac
Misce fac lege artis
mg.; mgm.
mixt.
muc. Gi arab.
n.
N.I.
non.rep
o.h
o.b.h
o.t.h
o.4 h.
o.m
o.n
p.p
p.c
pil.
P.I.M
ppt.
sulfur ppt.
Miligramma
Mixture
Mucillago gummi arabici
Noctum
Ne iteretur
Non repetetur
Omni hora
Omni bi horio
Omni tri horio
Omni quarter horio
Omni mane
Omni nocte
Pro pauper
Post coenam
Pilula
Periculum in mora
Praecipitatus
Sulfur praecipitatus
p.r.n
Pro re nata
Obat tetes mata
Jam
Pagi hari
Sebelum tidur
Pada sore hari
Berikan ke tangan dokter
Obat suntik
Obat suntik di bawah kulit
Obat suntik intravena
Harap diulang
Harap diulang 1 x
Obat gosok
Pengganti
Cairan untuk dioles di mulut
Lotio
Cair
Pagi
Pagi dan sore
Campurlah, harap dicampur
Campur dan buatlah
Campur dan buatlah menurut
cara semestinya
Milligram
Campuran
Lendir dari acacia
Malam
Harap jangan diulang
Harap jangan diulang
Tiap jam
Tiap dua jam
Tiap tiga jam
Tiap empat jam
Tiap pagi
Tiap malam
Untuk si miskin
Sesudah makan
Pil
Berbahaya bila ditunda
Diendapkan
Sulfur yang dibuat dengan
diendapkan
Kalau perlu
s.n.s
s.o.s
pot.
pulv.
pulv.
pulv.adsp.
q.s
R/
rec.
rec.par
s.
sol.
spir.
steril.
supp.
supp.rect.
syr.
tab.
tct.(tinct.)
tinct.Bellad.
tuss.
tuss.urg.
u.c
u.n
u.e
ungt.
ungt.opth.
Si necease sit
Si opus sit
Potio
Pulvis
Pulveres
Pulvis adspersorius
Quantum satis / sulficit
Recipe
Recep
Recentus paratus
Signa
Solution
Spiritus
Sterilisatus
Suppositoria
Suppositoria rectal
Syrup
Tabulae
Tincture
Tinctura belladona
Tussis
Tussi urgente
Usus cognitus
Usus notus
Usus externus
Unguentum
Unguentum ophtalmicae
Kalau perlu
Kalau perlu
Cairan untuk obat dalam
Serbuk tunggal
Serbuk terbagi (puyer)
Serbuk tabor
Secukupnya
Ambillah
Baru, segar
Dibuat baru
Tandailah, tulislah
Larutan
Spiritus
Yang disterilkan
Supositoria
Supositoria rectum
Sirop
Tablet
Tinctuur
Tinctuur belladonna
Batuk
Jika batuk amat mengganggu
Aturan pakai diketahui
Aturan pakai diketahui
Obat luar
Salep
Salep mata
DOSIS OBAT
YANG SERING DIGUNAKAN




Parasetamol
Amoksisilin
Metronidazol
Kloramfenikol
:
:
:
:





Kotrimoksasol
Ampisilin
Eritromisin
Chlorpheniramin maleat (CTM)
Dexamethason
:
:
:
:
:
10 mg/kgBB/kali.
30-50 mg/kgBB/hari.
50 mg/kgBB/hari (amubiasis = 3 dosis).
100 mg/kgBB/hari (meningitis pada bayi),
75-100 mg/kgBB/hari (infeksi lain).
3-8 mg/kgBB/hari.
50-150 mg/kgBB/hari.
30-50 mg/kgBB/hari.
0,35 mg/kgBB/hari.
0,023 mg/kgBB/hari.






Aminophilin
Teophilin
Phenobarbital
Diazepam
INH
Rifampisin
:
:
:
:
:
:
2-6 mg/kgBB/dosis.
10-20 mg/kgBB/hari.
8 mg/kgBB/hari.
0,12-0,8 mg/kgBB/hari.
15-20 mg/kgBB/hari.
10-20 mg/kgBB/hari.
Note : dosis tersebut merupakan dosis lazim untuk anak dari berbagai sumber.
Download