Mobilitas Penduduk - Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumbar

advertisement
Mobilitas
Penduduk I
Kependudukan (Demografi)
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
1
Mobilitas Ditinjau Secara Sosiologis
Mobilitas
o Mobilitas Geografis
 Perpindahan penduduk dari batas
geografis yang satu (dari suatu daerah) ke
batas geografis lain
o Mobilitas Sosial
 Perpidahan atau pergerakan dalam
struktur sosial (pola-pola tertentu yang
mengatur organisasi suatu kelompok)
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
2
Mobilitas Sosial
•
•
Mobilitas sosial vertikal
 Perubahan kedudukan atau status dari stratifikasi sosial
satu ke stratifikasi sosial lain (lebih tinggi atatu rendah)
 Contoh:
 Kalau ilmu pengetahuan yang dianggap berharga
oleh masyarakat dan ilmu pengetahuan tidak
diperoleh secara merata, maka orang yang
mempunyai ilmu pengetahuan yang berada pada
stratifikasi sosial paling atas
Mobilitas sosial horizontal  diferensiasi sosial
(membedakan masyarakat berdasar ras, suku, agama, dll)
 Perubahan kedudukan atau posisi pada strata yang
sama
 Contoh:
 Guru di Sekolah A dimutasi ke sekolah B masih
menjadi guru
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
3
Mobilitas yang dikaji kali ini adalah
mobilitas geografis (oleh ahli geografi
disebut sebagai mobilitas penduduk
horizontal)
NB: mobilitas sosial horizontal yang digunakan dalam
Sosiologi berbeda dengan mobilitas horizontal
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
4
Mobilitas Penduduk Horizontal
Definisi:
• Ida Bagus Mantra
• Mobilitas penduduk horizontal merupakan
gerak (movement) penduduk yang melintasi
batas wilayah asal menuju ke wilayah lain
dalam periode waktu tertentu
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
5
Batas wilayah yang digunakan adalah batas
wilayah administratif:
 Propinsi
 Kota/Kabupaten
 Kecamatan
 Kelurahan/Nagari/Desa
 RT/Jorong/Dusun
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
6
Jenis Mobilitas Penduduk Horizontal
 Mobilitas penduduk permanen (migrasi)
 Gerak penduduk melintasi batas wilayah asal menuju ke
wilayah lain dengan jangka waktu enam bulan atau lebih,
serta ada niatan menetap di daerah tujuan
 Mobilitas penduduk non permanen (sirkulasi, circulation)
 Gerak penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan
tidak ada niatan menetap di daerah tujuan (walaupun berada
di daerah tujuan dalam jangka waktu yang lama)
o Mobilitas ulang alik (Jawa=nglaju, Inggris=commuting)
• Gerak penduduk dari daerah asal menuju ke daerah
tujuan dalam batas waktu tertentu dengan kembali ke
daerah asal pada hari itu juga
o Menginap atau mondok
• Gerak penduduk dari daerah asal menuju ke daerah
tujuan dalam batas waktu lebih dari 1 hari, namun kurang
dari enam bulan
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
7
Determinan dan Perilaku Mobilitas Penduduk
Determinan (faktor yang menentukan) Mobilitas Penduduk
• Teori Kebutuhan dan Tekanan (need and stress)
 Setiap individu mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi
(kebutuhan ekonomi, sosial, psikologi)
 Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka yakan terjadi
tekanan atau stress
• Semakin tinggi proporsi pemenuhan kebutuhan, maka
stress akan semakin rendah
• Semakin rendah proporsi pemenuhan kebutuhan, maka
stress akan semakin tinggi
 Stress yang dialami tidak terlalu besar (masih dalam batas
toleransi)  membuat individu tidak akan pindah dari daerah
asalnya (menyesuaikan kebutuhan dengan keadaan
lingkungan)
 Stress yang dialami seseorang diluar batas toleransi 
individu tersebut memikirkan untuk pindah ke daerah lain
dimana kebutuhannya dapat terpenuhi
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
8
Lanjutan
Pada Teori Tekanan dan Kebutuhan
• Seseorang akan pindah dari daerah yang mempunyai nilai
faedah (place utility) rendah, ke daerah yang mempunyai
nilai kefaedahan lebih tinggi  sehingga kebutuhannya
dapat terpenuhi
• Contoh:
• Orang Padang ke Jakarta  Di padang individu ini
kehabisan ide agar mendapat pekerjaan, pekerjaan yang
tersedia di padang tidak mampu memenuhi kebutuhan.
Individu ini memilih Jakarta sebagai daerah yang
mempunyai nilai faedah tinggi
• Orang Padang ke Kalimantan  Di Padang individu ini
bekerja namun belum sesuai dengan apa yang
diharapkan, pidah ke Kalimantan dengan bekerja disana,
individu tersebut mendapatkan sesuai dengan yang
dihadapkan (seperti penghasilan yang besar)
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
9
Lanjutan
Determinan (faktor yang menentukan) migrasi Everett S. Lee  A
Theory of Migration
Besar/kecil terjadinya migrasi, sesuai dengan tingkat keaneka ragaman
daerah-daerah di wilayah tersebut
• Individu  Mempunyai penilaian positif dan negatif suatu daerah
• Daerah asal dan daerah tujuan mempunyai faktor-faktor
 Faktor positif (+)  daerah tujuan
 Faktor yang memberi keuntungan kalau bertempat tinggal
didaerah tersebut
 Ex: Terdapat sekolah, kesempatan kerja atau iklim yang baik
 Faktor negatif (-)  daerah asal
 Faktor yang memberi nilai negatif pada dearah tersebut
sehingga membuat orang ingin pindah
 Fantor netral (0)
• Dipengaruhi rintangan
 Biaya pindah yang tinggi, topografi antara daerah asal dengan
daerah tujuan yang berbukit-bukit dan terbatasnya sarana
transportasi
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
10
Lanjutan
Determinan (faktor yang menentukan) migrasi Robert Norris
Norris menyempurnakan pendapat Lee, dengan menambahkan tiga
komponen
• Migrasi kembali
• Kesempatan antara  kota kecil/sedang yang letaknya antara desa
pengirim migran dan kota besar tempat tujuan migran
• Migrasi paksaan (force migration)
Lee menyatakan faktor indivdu terpenting dalam menentukan migrasi,
sedang Norris berpendapat yang menentukan migrasi terpenting adalah
daerah asal
• Menurut Norris daerah asal merupakan tempat yang sangat dikenali
individu  individu dilahirkan, bermain dengan teman sebaya dll
• Walaupun harus pindah dan berdomisili di daerah lain, mereka
menganggap bahwa daerah asal, sebagai home pertama  daerah
tempat mereka berdomisili sekarang disebut sebagai home kedua
• Disini penduduk migran bersifat bi local population  dimanapun mereka
bertimpat tinggal, pasti mengadakan hubungan dengan daerah asal (ex:
mengirim uang, barang-barang, ide pembangunan daerah asal)
• Semakin dekat tempat tinggal migran dengan daerah asal, akan semakin
tinggi frekuensi kunjungan, begitu sebaliknya
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
11
Lanjutan
Hubungan migran dengan daerah asal menurut Mabogunje
• Dilihat dari meteri informasi yang mengalir dari daerah tujuan ke daerah
asal
 Informasi positif
 Datang dari para migran yang berhasil
 Berakibat pada:
 Stimulus untuk pindah semakin kuat dikalangan migran
potensial di desa
 Pranata sosial yang mengontrol mengalirnya warga desa ke
luar semakin longgar
 Arah pergerakan penduduk tertuju ke kota-kota atau
daerah tertentu
 Pertumbuhan pola investasi dan pemilikan tanah di desa
(tanah dianggap sebagai komuditi pasar)
 Informasi negatif
 Migran kurang berhasil  dampak sebaliknya
NB: Migran lama biasanya akan membantu migran baru untuk ditampung,
mencukupi kebutuhan makan, mendapatkan pekerjaan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
12
Lanjutan
Mitchell  Sosiolog Inggris
Kekuatan (forces) yang menyebabkan orang-orang terikat pada daerah asal 
Kekuatan sentripetal (centripetal forces)
o Terikat tanah warisan
o Menunggu orang tua yang sudah lanjut usia
o Kegotongroyongan baik
o Daerah asal merupakan tempat kelahiran nenek moyang mereka
Kekuatan yang mendorong orang-orang untuk meninggalkan daerah asal 
Kekuatan sentrifugal (centrifugal forces)
o Terbatasnya lapangan kerja
o Terbatasnya fasilitas pendidikan
Ketika masyarakat dilema mengatasi kebingungan memilih tetap atau
meninggalkan daerah asal, maka muncul solusi  melakukan Mobilitas Non
Permanen (mobilitas penduduk sirkuler)
• Ulang alik
• Menginap/mondok
Di negara berkembang mobilitas penduduk ulang alik serta mondok lah yang
paling banyak terjadi
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
13
Lanjutan
Lee, Todaro dan Titus  Motivasi seseorang melakukan mobilitas
(pindah) adalah:
• Motif ekonomi
 Karena terjadi ketimpangan ekonomi antar daerah
 Motif ini disebut sebagai pertimbangan ekonomi yang rasional
 Ketika dilakukan mobilitas ke perkotaan ada harapan
 Memperoleh pekerjaan
 Memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, dari pada yang
diperoleh di pedesaan
 Mobilitas desa-kota juga mencerminkan ketidakseimbangan
antara desa dan kota
• Faktor jarak, biaya dengan kemajuan transportasi maka jarak
sudah merupakan fungsi biaya
 Jarak merupakan faktor penting penentu arah, paling kurang
sebagai penentu bentu mobilitas
• Informasi yang diperoleh
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
14
Perilaku Mobilitas Penduduk
Ravenstein  Perilaku Mobilitas Penduduk (disebut juga sebagai hukumhukum migrasi penduduk)
 Para migran cenderung memilih tempat terdekat sebagai daerah tujuan
 Faktor dominan orang bermigrasi adalah sulit mendapat pekerjaan 
daerah asal mempunyai nilai faedah (place utility) lebih tinggi
 Berita saudara atau teman yang berhasil setelah bermigrasi
 Informasi negatif dari daerah tujuan untuk mengurani niat penduduk
bermigrasi
 Pengaruh kekotaan yang besar mengakibatkan besar tingkat mobilitas
 Tinggi pendapatan seseorang, tinggi frekuensi mobilitasnya
 Arah arus mobilitas menuju arah datangnya informasi (memilih daerah
tempat teman atau sanak saudara)
 Pola migrasi sulit diperkirakan  bencana alam, peperangan atau
epidemi
 Penduduk yang masih muda dan belum menikah lebih banyak melakukan
mobilitas dibandingkan dengan mereka yang sudah menikah
 Penduduk berpendidikan tinggi lebih banyak melakukan mobilitas
dibandingkan dengan penduduk berpendidikan rendah
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
15
Perilaku Mobilitas Penduduk
Perilaku para migran sampai di daerah tujuan:
 Memilih tinggal di tempat teman atau sanak saudara
 Migran terdahulu, membantu menyediakan tempat menginap,
mencari pekerjaan dan membantu jika kekurangan uang
 Nyaman atau tidaknya dengan masyarakat baru tergantung
hubungan migran (pelaku mobilitas) dengan masyarakat tersebut
 Kepuasan terhadap kehidupan kota tergantung kemampuan untuk
mendapatkan pekerjaan
 Setelah menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, pelaku
mobilitas memilih tempat tinggal sesuai dengan lokasi tempat
kerja
 Keinginan untuk kembali ke daerah asal  Mereka tindak enggan
bertempat tinggal di tempat dengan kondisi serba kurang asal
mendapat kesempatan ekonomi tinggi
 Migran cepat belajar mengatasi kesulitan-kesulitan
 Perilaku migran adalah diantara orang kota dan orang desa
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
16
TERIMA
KASIH
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
17
Download