MAKALAH Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di negara sedang berkembang, kota mengalami pertambahan jumlah penduduk
dengan sangat pesat, hal ini diakibatkan oleh adanya migrasi atau berpindahnya
penduduk dari desa ke kota yang tidak terkendali. Alasan utama perpindahan ini adalah
faktor ekonomi, mereka menganggap bahwa prospek ekonomi di perkotaan lebih baik
dibandingkan di desa. Adapun dampak yang ditimbulkan dari migrasi itu antara lain
kemiskinan, terjadinya kesenjangan sosial ekonomi antara kaum miskin kota dengan
kaum kaya kota yang memiliki kemewahan, dan dampak yang bisa kita lihat dan sering
kita temui di kota-kota besar adalah munculnya perkampungan kumuh yang merupakan
tempat tinggal bagi kaum miskin kota.
Mereka yang datang ke kota tanpa memiliki bekal keterampilan yang memadai
hanya akan menjadi tuna karya di kota. Kalaupun mereka bekerja biasanya hanya
menjadi buruh serabutan, pengemis, pengamen, pemulung dan bahkan ada juga yang
pada akhirnya menjadi penjahat di kota. Akibat persaingan yang ketat dalam
memperoleh pendapatan serta minimnya lapangan kerja memunculkan pula
pengangguran yang pada gilirannya melahirkan pekerjaan tidak terhormat.
Pengamen perkotaan adalah fenomena yang mulai dipandang sebagai masalah
serius, terutama dengan semakin banyaknya permasalahan sosial ekonomi dan politik
yang ditimbulkannya. Modernisasi dan industrialisasi sering kali dituding sebagai
pemicu, diantara beberapa pemicu yang lain, perkembangan daerah perkotaan secara
pesat mengundang terjadinya urbanisasi dan kemudian komunitas-komunitas kumuh
atau daerah kumuh yang identik dengan kemiskinan perkotaan.
Indonesia merupakan negara berkembang 'identik dengan 'kemiskinan'. Jadi
masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. Kita dapat
melihat di setiap kota pasti ada daerah yang perumahannya berhimpitan satu dengan
yang lain, banyaknya pengamen, pengemis, anak jalanan dan masih banyak lagi
keadaan yang dapat menggambarkan 'masyarakat miskin perkotaan'. Bahkan di malam
hari banyak orang-orang tertentu yang tidur di emperan toko pinggir jalan. Kondisi
demikian sangat memprihatinkan dan harus segera di atasi.
Banyak cara telah dilakukan baik oleh lembaga pemerintah maupun non
pemerintah dan juga individu-individu pemerhati kemiskinan dan permasalahannya
untuk mengatasinya seperti transmigrasi penduduk dari daerah padat ke daerah yang
masih jarang penduduknya, penanggulangan bertambahnya penduduk dengan program
Keluarga Berencana (KB), dan lain-lain. Semua itu ternyata belum berhasil, dan bahkan
pemerintah terkesan tidak serius dalam menghadapi fenomena tersebut. Semua itu
berdasarkan pada kenyataan di lapangan memang fenomena itu tidak berkurang tetapi
justru semakin banyak.
Fenomena ini juga terjadi di sekitar tempat di Kota Surabaya. Di pinggir jalan,di
rumah-rumah warga,di taman kota,dan tempat lain di Kota Surabaya banyak kita jumpai
pengemis dan pengamen yang sedang beraktivitas mencari uang untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Mereka mengamen di berbagai tempat dan juga dengan berbagai
cara serta penyebab mereka mengamen pun berbeda-beda. Pengamen dan pengemis ini
tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan primer saja tetapi sudah merupakan
pekerjaan tetap yang prospek kelestariannya akan berlanjut terus.
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
1
Di satu sisi mereka dapat mencari nafkah dan mendapatkan pendapatan
(income) yang dapat membuatnya bertahan hidup dan menopang kehidupan
keluarganya. Namun di sisi lain kadang mereka juga berbuat hal-hal yang merugikan
orang lain, misalnya berkata kotor, mengganggu ketertiban jalan, merusak body mobil
dengan goresan dan lain-lain, Salah satu tempat dikota Surabaya yang marak dengan
anak jalanan yaitu kawasan Taman Bungkul yang merupakan kawasan wisata di kota
Surabaya, tempat ini selalu ramai dengan pengunjung pada sore dan malam hari karena
keramaian tempat ini menjadikan lahan bagi anak jalanan mencari nafkah. Anak jalanan
di kawasan Taman Bungkul kebanyakan berprofesi sebagai pengamen.
Pengamen seharusnya dapat dihargai, sehingga mereka merasa bahwa dirinya
diakui oleh masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk
mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu. Pengamen sering dikucilkan dan
tidak dianggap keberadaannya dalam masyarakat, mereka sudah memiliki image yang
jelek dalam masyarakat. Di jalanan mereka berinteraksi dengan nilai dan norma yang
jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana karakteristik latar belakang dan kehidupan pengamen?
2. Apa saja tindakan sosial anak jalanan (Pengamen) terhadap sesama pengamen?
3. Apa saja tindakan sosial anak jalanan (Pengamen) terhadap pengunjung Taman
Bungkul Surabaya?
4. Berapa besar pendapatan sebagai pengamen di Taman Bungkul Surabaya?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik latar belakang dan kehidupan
pengamen.
2. Untuk menhetahui apa saja tindakan sosial anak jalanan (Pengamen) terhadap
sesama pengamen.
3. Untuk mengetahui apa saja tindakan sosial anak jalanan (Pengamen) terhadap
pengunjung Taman Bungkul Surabaya.
4. Untuk mengetahui berapa besar pendapatan sebagai pengamen di Taman
Bungkul Surabaya?
D. MANFAAT
Adapun manfaat yang diperoleh penulis dalam penulisan makalah ini adalah
penulis dapat melatih diri dalam membuat karya tulis berupa makalah. Sedangkan bagi
pembaca dapat sedikitnya menambah wawasan tentang tindakan sosial pengamen
perkotaan yang ada di kota Surabaya khususnya di taman bungkul Surabaya.
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
TINDAKAN SOSIAL
Tindakan sosial adalah perbuatan atau perilaku manusia untuk mencapai tujuan
subjekif dirinya. Misalnya: sejak kecil manusia sudah melakukan tindakan sosial, antara
lain membagi makanan dengan temannya, dan memberi sesuatu kepada pengemis.
Tindakan sosial manusia diperoleh melalui proses belajar dan proses pengalaman dari
orang lain.Jika tindakan sosial itu dianggap baik, maka manusia akan melakukan
tindakan yang sama. Jika tindakan sosial itu baik dan bermanfaat bagi orang lain, makin
lama tindakan sosial tersebut dapat dianggap sebagai suatu kebisaaan yang harus
dilakukan oleh seluruh anggota kelompok sosial.
Tindakan sosial dapat dibedakan menjadi empat tipe. Keempat tipe tindakan itu
diuraikan seperti berikut:
1. Bersifat Rasional (Instrumental)
Tindakan sosial yang bersifat rasional adalah tindakan sosial yang dilakukan
dengan pertimbangan dan pilihan secara sadar (masuk akal). Artinya tindakan sosial itu
sudah dipertimbangkan masak-masak tujuan dan cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut.Contohnya: Ari memutuskan bekerja daripada memilih melanjutkan
kuliah setelah lulus SMA. Alasannya karena Ari ingin segera dapat membantu orang tua
dan membiayai sekolah adik-adiknya.Setelah mengambil keputusan bekerja, maka Ari
membuat lamaran kerja ke semua perusahaan yang membuka lowongan kerja sesuai
kualifikasi
pendidikan
yang
dimilikinya.
2. Berorientasi Nilai
Tindakan sosial yang berorientasi nilai dilakukan dengan memperhitungkan
manfaat, sedangkan tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan.Tindakan
ini menyangkut kriteria baik dan benar menurut penilaian masyarakat. Bagi tindakan
sosial ini yang penting adalah kesesuaian tindakan dengan nilai-nilai dasar yang berlaku
dalam kehidupan masyarakat. Contohnya: tidak pernah mempersoalkan mengapa kita
harus makan dan minum dengan tangan kanan. Tindakan tersebut kita lakukan karena
pandangan masyarakat yang menekankan kalau makan dan minum dengan tangan
kanan
lebih
sopan
daripada
dengan
tangan
kiri.
3. Tradisional
Tindakan sosial tradisional adalah tindakan sosial yang menggunakan
pertimbangan kondisi kebisaaan yang telah baku dan ada di masyarakat. Oleh karena
itu, tindakan ini cenderung dilakukan tanpa suatu rencana terlebih dahulu, baik tujuan
maupun caranya,karena pada dasarnya mengulang dari yang sudah dilakukan.
Contohnya: upacara-upacara adat yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Kegiatan
tersebut
dilaku-kan
mengikuti
kebiasaan
yang
telah
turun-temurun.
4. Afektif
Tindakan sosial afektif adalah tindakan sosial yang sebagian besar tindakannya
dikuasai oleh perasaan (afektif) ataupun emosi, tanpa melakukan pertimbangan yang
matang. Perasaan marah, cinta, sedih, gembira muncul begitu saja sebagai reaksi
spontan terhadap situasi tertentu. Oleh sebab itu tindakan sosial itu bisa digolongkan
menjadi tindakan yang irasional. Contohnya: seorang wanita menangis begitu
mendengar cerita sedih. Tindakan tersebut merupakan ungkapan-ungkapan langsung
tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu alasan tujuannya.
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
3
KEMISKINAN
Dalam Panduan IDT (1997) bahwa kemiskinan adalah situasi serba kekurangan
yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat
dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan merupakan masalah
kemanusiaan yang telah lama diperbincangkan karena berkaitan dengan tingkat
kesejahteraan masyarakat dan upaya penanganannya. Dalam Panduan Keluarga
Sejahtera (1996: 10) di kutip dari Waluyojati, unmuhsurakarta (2008) kemiskinan
adalah suatu keadaan dimana seorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan
taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental
maupun fisiknya dalam memenuhi kebutuhannya.
Kemiskinan ini ditandai oleh sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan
yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercermin di dalam lemahnya kemauan untuk
maju, rendahnya kualitas sumber daya manusia, lemahnya nilai tukar hasil produksi,
rendahnya produktivitas, terbatasnya modal yang dimiliki berpartisipasi dalam
pembangunan. Mengamati secara mendalam tentang kemiskinan dan penyebabnya akan
muncul berbagai tipologi dan dimensi kemiskinan karena kemiskinan itu sendiri
multikompleks, dinamis, dan berkaitan dengan ruang, waktu serta tempat dimana
kemiskinan dilihat dari berbagai sudut pandang. Kemiskinan dibagi dalam dua kriteria
yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan
yang diukur dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya sedangkan kemiskinan relatif adalah penduduk yang telah
memiliki pendapatan sudah mencapai kebutuhan dasar namun jauh lebih rendah
dibanding keadaan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan menurut tingkatan kemiskinan
adalah kemiskinan sementara dan kemiskinan kronis. Kemiskinan sementara yaitu
kemiskinan yang terjadi sebab adanya bencana alam dan kemiskinan kronis yaitu
kemiskinan yang terjadi pada mereka yang kekurangan ketrampilan, aset, dan stamina
(Aisyah, 2001: 151) di kutip dari Waluyojati, unmuhsurakarta, (2008)
Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107) sebagai berikut (di kutip
dari Waluyojati, unmuhsurakarta, 2008):
Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya
memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.
Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas
sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun
rendah.
kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal.
Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan
(vicious circle of poverty) . Adanya keterbelakangan, ketidak-sempurnaan pasar,
kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas
mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan
akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan
berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya. Logika berpikir yang dikemukakan
Nurkse yang dikutip Kuncoro (2000: 7) yang mengemukakan bahwa negara miskin itu
miskin karena dia miskin (a poor country is poor because it is poor)
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
4
Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty ) Menurut Bayo
(1996: 18) yang mengutip pendapat Chambers bahwa ada lima “ketidakberuntungan”
yang melingkari orang atau keluarga miskin yaitu sebagai berikut (di kutip dari
waluyojati, unmuhsurakarta, 2008):
Kemiskinan (poverty) memiliki tanda-tanda sebagai berikut: rumah mereka reot dan
dibuat dari bahan bangunan yang bermutu rendah, perlengkapan yang sangat minim,
ekonomi keluarga ditandai dengan ekonomi gali lubang tutup lubang serta pendapatan
yang tidak menentu;
Masalah kerentanan (vulnerability), kerentanan ini dapat dilihat dari
ketidakmampuan keluarga miskin menghadapi situasi darurat. Perbaikan ekonomi yang
dicapai dengan susah payah sewaktu-waktu dapat lenyap ketika penyakit menghampiri
keluarga mereka yang membutuhkan biaya pengobatan dalam jumlah yang besar;
Masalah ketidakberdayaan. Bentuk ketidakberdayaan kelompok miskin tercermin
dalam ketidakmampuan mereka dalam menghadapi elit dan para birokrasi dalam
menentukan keputusan yang menyangkut nasibnya, tanpa memberi kesempatan untuk
mengaktualisasi dirinya;
Lemahnya ketahanan fisik karena rendahnya konsumsi pangan baik kualitas maupun
kuantitas sehingga konsumsi gizi mereka sangat rendah yang berakibat pada rendahnya
produktivitas mereka;
Masalah keterisolasian. Keterisolasian fisik tercermin dari kantongkantong
kemiskinan yang sulit dijangkau sedang keterisolasian sosial tercermin dari ketertutupan
dalam integrasi masyarakat miskin dengan masyarakat yang lebih luas.
Dari berbagai teori yang ada bahwa kemiskinan itu adalah mereka yang tak
mampu memiliki penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mereka membutuhkan uluran tangan dan bantuan orang lain mencukupi kebutuhannya.
PENGAMEN
1. Definisi Pengamen
Definisi Pengamen itu sendiri, awalnya berasal dari kata amen atau mengamen
(menyanyi, main musik, dsb) untuk mencari uang. Amen/pengamen (penari, penyanyi,
atau pemain musik yang tidak bertempat tinggal tetap, berpindah-pindah dan
mengadakan pertunjukkan di tempat umum). Jadi pengamen itu mempertunjukkan
keahliannya di bidang seni. Seorang pengamen tidak bisa dibilang pengemis, karena
perbedaannya cukup mendasar. Seorang pengamen yang sebenarnya harus betul-betul
dapat menghibur orang banyak dan memiliki nilai seni yang tinggi. Sehingga yang
melihat, mendengar atau menonton pertunjukkan itu secara rela untuk merogoh
koceknya, bahkan dapat memesan sebuah lagu kesayangannya dengan membayar
mahal.
Semakin hari semakin banyak pengamen jalanan yang bertambah di setiap
sudut-sudut jalan, lampu merah yang ada di Kota Makassar, bahkan di setiap rumah
makan mulai dari anak balita sampai yang sudah tua, dari yang di lengkapi dengan alat
musik seadanya sampai yang lengkap seperti pemain band, dari yang berpenampilan
kotor sampai yang rapi, dari yang suaranya fals sampai yang bagus. Yang paling
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
5
memprihatinkan adalah anak balita yang terpaksa dan dipaksa untuk ngamen dan semua
itu diatur oleh jaringan yang memasok mereka dan setiap uang yang ada di setor kepada
orang tua mereka.
Pengamen merupakan komunitas yang relatif baru dalam kehidupan pinggiran
perkotaan, setelah kaum gelandangan, pemulung, pekerja sex kelas rendah, selain itu
juga dianggap sebagai “virus social” yang mengancam kemampuan hidup masyarakat,
artinya pengamen jalanan dianggap sebagai anak nakal, tidak tahu sopan santun, brutal,
pengganggu ketertiban masyarakat. Oleh karena itu tidak mengherankan jika mereka
sering diperlakukan tidak adil dan kurang manusiawi terutama oleh kelompok
masyarakat yang merasa terganggu oleh komunitas anak jalanan seperti golongan
ekonomi kelas atas (Suswandari, 2000).
Menurut Fitriani (2003) anak jalanan adalah anak yang sebagian besar
menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran dijalanan dengan
cara mereka sendiri bekerja sebagai pengamen, penyemir sepatu, penjual Koran,
pengemis, atau bahkan melacur.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengamen adalah salah
satu pekerjaan yang dilakukan anak jalanan dengan cara menyanyikan lagu baik
menggunakan alat maupun tidak. Sebagian besar menghabiskan waktunya untuk
mencari nafkah dan atau berkeliaran dijalan atau tempat-tempat umum lainnya, tidak
atau bergantung dengan keluarga, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup
dijalanan.
2. Faktor- Faktor Penyebab Munculnya Pengamen
Menurut hasil penelitian Artidjo Alkastar (dalam Sudarsono, 1995) tentang potret
Anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen menyatakan bahwa yang menyebabkan
menuju kearah kehidupan jalanan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yaitu
sebagai berikut :
a) Faktor Internal meliputi : kemalasan, tidak mau bekerja keras, tidak kuat mental,
cacat fisik dan psikis, adanya kemandirian hidup untuk tidak bergantung kepada
orang lain.
b) Faktor Eksternal meliputi :
 Faktor ekonomi : pengamen dihadapkan kepada kemiskinan keluarga dan
sempitnya lapangan pekerjaan yang ada.

Faktor geografis : kondisi tanah tandus dan bencana alam yang tak terduga.

Faktor sosial : akibat arus urbanisasi penduduk dari desa ke kota tanpa disertai
partisipasi masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosial.

Faktor pendidikan : rendahnya tingkat pendidikan dan tidak memiliki
keterampilan kerja.
Faktor psikologis : adanya keretakan keluarga yang menyebabakan anak tidak
terurus.


Faktor kultural : lebih bertendensi pasrah kepada nasib dan hukum adat yang
membelenggu.
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
6

Faktor lingkungan : anak dari keluarga pengamen telah mendidik anak menjadi
pengamen pula.

Faktor agama : kurangnya pemahaman agama, tipisnya iman dan kurang tabah
dalam menghadapi cobaan hidup.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang menyebabkan
munculnya pengamen adalah adanya dua faktor, yaitu intern dan ekstern dimana faktor
intern antara lain kemalasan, dan bahkan kemandirian untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup tanpa bergantung dengan orang lain, dan faktor ekstern yaitu meliputi kondisi
ekonomi keluarga yang lemah yang dialami oleh orang tua, kondisi kehidupan keluarga
yang kurang harmonis, lingkungan, kultural dan pendidikan.
3. Macam-macam Pengamen Jalanan
Pengamen ada di mana-mana mulai di perempatan jalan raya, di dalam bis kota,
di rumah makan, di ruko, di perumahan, di kampung, di pasar, dan lain sebagainya.
Penampilan pengamen pun macam-macam juga mulai dari tampilan yang biasa saja
sampai penampilan banci / bencong, anak punk, preman, pakaian pengemis dan pakaian
seksi nan minim. Pengamen terkadang sangat mengganggu ketenangan kita akan tetapi
mau bagaimana lagi. Jika mereka tidak mengamen mereka mau makan apa dan dari
pada mereka melakukan kejahatan. lebih baik mengamen secara baik-baik walaupun
mengganggu, Berikut ini adalah macam-macam pengamen :
a. Pengamen Baik
Pengamen yang baik adalah pengamen profesional yang memiliki kemampuan
musikalitas yang mampu menghibur sebagian besar pendengarnya. Para pendengar pun
merasa terhibur dengan ngamenan pengamen yang baik sehingga mereka tidak sungkan
untuk memberi uang receh maupun uang besar untuk pengamen jenis ini. Pengamen ini
pun sopan dan tidak memaksa dalam meminta uang.
b. Pengamen Tidak Baik
Pengamen yang tidak baik yaitu merupakan pengamen yang permainan
musiknya tidak enak di dengar oleh para pendengarnya namun pengamen ini umumnya
sopan dan tidak memaksa para pendengar untuk memberikan sejumlah uang. Tetapi ada
juga yang menyindir atau mengeluh langsung ke pendengarnya jika tidak mendapatkan
uang seperti yang diharapkan.
c. Pengamen Pengemis
Pengamen ini tidak memiliki musikalitas sama sekali dan permainan musik
maupun vokal pun sesuka hatinya/ seenak hatinya. Setelah mengamen mereka tetap
menarik uang receh dari para pendengarnya. Dibanding mengamen mereka lebih mirip
pengemis karena hanya bermodal dengan nekat saja dalam mengamen serta hanya
berbekal belas kasihan dari orang lain dalam mencari uang.
d. Pengamen Pemalak / Penebar Teror
Pengamen yang satu ini adalah pengamen yang lebih suka melakukan teror
kepada para pendengarnya sehingga para pendengar merasa lebih memberikan uang
receh daripada mereka diapa-apakan oleh pengamen tukang palak tersebut. Mereka
tidak hanya menyanyi tetapi kadang hanya membacakan puisi-puisi yang menebar teror
dengan pembawaan yang meneror kepada para pendengar. Pengamen jenis ini biasanya
akan memaksa diberi uang dari tiap pendengar dengan modal teror. Pengamen ini layak
dilaporkan ke polisi dengan perbuatan tidak menyenangkan di depan umum.
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
7
e. Pengamen Penjahat
Pengamen yang penjahat adalah pengamen yang tidak hanya mengamen tetapi
juga melakukan tindakan kejahatan seperti sambil mencopet, sambil nodong,
menganiaya orang lain, melecehkan orang lain, dan lain sebagainya. Kalau menemukan
pengamen jenis ini jangan ragu untuk melaporkan mereka ke polisi agar modus mereka
tidak ditiru orang lain.
f. Pengamen Cilik / Anak-Anak
Pengamen jenis ini ada yang bagus tetapi ada juga yang sangat tidak enak untuk
didengar. Yang tidak enak didengar inilah yang lebih condong mengemis daripada
mengamen. Akan tetapi bagaimanapun juga mereka hanya anak-anak bocah cilik yang
menjadi korban situasi dari orang-orang jahat dan tidak kreatif di sekitarnya. Pengamen
anak ini bisa dipaksa menjadi pengamen oleh orang tua, oleh preman, dsb namun juga
ada yang atas kemauan sendiri dengan berbagai motif. Sebaiknya jangan diberi uang
agar tidak ada anak-anak yang menjadi pengamen. Mereka seharusnya tidak berada di
jalanan (Media Indonesia Online. com).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan terbagi di beberapa
kategori, yaitu anak jalanan yang hidup dan tumbuh di jalanan, anak jalanan yang hidup
dan menggelandang di jalanan tetapi secara periodik pulang dan anak jalanan yang
berada di jalanan hanya untuk mencari nafkah. Sedangkan Pengamen itu sendiri adalah
bagian dari anak jalanan yang terbagi menjadi enam yaitu : pengamen baik, pengamen
tidak baik, pengamen pengemis, pengamen pemalak, pengamen penjahat dan pengamen
cilik.
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
8
BAB III
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Latar Belakang dan Kehidupan Pengamen
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek untuk mengetahui karakteristik latar
belakang kehidupan anak jalanan. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang
terkadang dijadikan cermin kepribadian seseorang sesuai nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Tingkat pendidikan juga dapat dijadikan sebagai ukuran dalam
menentukan tingkat kehidupan sosial ekonomi seseorang. Apalagi pada zaman yang
sangat maju seperti saat ini.
Berkaitan dengan hal tersebut tentunya anak jalanan yang bekerja di sektor
informal khususnya sebagai pengamen tentunya tidak terlalu membutuhkan tingkat
pendidikan yang memadai untuk menggeluti pekerjaannya. Namun tingkat
pendidikan yang ada sangat diperlukan dalam kehidupan operasi kerjanya yang
berada dikawasan perkotaan.
Ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan yang rendah hanya mampu
bekerja di sektor informal sebagai pengamen karena tidak mempunyai potensi dan
keterampilan yang cukup untuk bekerja di sektor formal. Bahkan tidak menutup
kemungkinan seseorang yang sedang menduduki bangku kuliah pun juga dapat
bekerja sebagai pengamen. Sedangkan responden yang tingkat pendidikannya
SMA/Sederajat bekerja di sektor informal karena mereka sulit mendapatkan
lapangan pekerjaan di sektor formal di perkotaan. Disisi lain karena faktor dari
dalam diri sendiri dan ekonomi keluarga yang mengharuskan mereka bekerja di
sektor formal sebagai pengamen.
2. Faktor Pendorong
Salah satu aspek untuk mengetahui karakteristik latar belakang kehidupan
anak jalanan adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang mendorong anak jalana
untuk terjun ke sektor informal sebagai pengamen. Dimana jumlah anak jalanan di
Kota Surabaya tiap tahunnya makin bertambah.
Dari hasil wawancara yang saya lakukan menunjukkan bahwa faktor
pendorong mereka bekerja sebagai pengamen yaitu tidak ada pekerjaan yang lain ,
mendengar cerita dan di ajak oleh teman, iseng-iseng atau ingin mencoba, dari
kemauan sendiri, dan untuk menghibur diri sendiri. Hal ini terlihat bahwa sebagian
besar anak jalanan bekerja sebagai pengamen di Kota Surabaya, karena kemauan
sendiri.
3. Faktor Penyebab
Menurut hasil penelitian Artidjo Alkastar (dalam Sudarsono, 1995) tentang
potret Anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen menyatakan bahwa yang
menyebabkan menuju kearah kehidupan jalanan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal, faktor-faktor yang menyebabkan munculnya pengamen adalah adanya dua
faktor, yaitu intern dan ekstern dimana faktor internal antara lain kemalasan, dan
bahkan kemandirian untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tanpa bergantung
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
9
dengan orang lain, dan faktor ekstern yaitu meliputi kondisi ekonomi keluarga yang
lemah yang dialami oleh orang tua, kondisi kehidupan keluarga yang kurang
harmonis, lingkungan, kultural dan pendidikan.
Sedangkan dari hasil wawancara yang saya lakukan memperlihatkan bahwa
yang menjadi penyebab mereka memilih bekerja sebagai pengamen adalah
kurangnya lapangan pekerjaan yang memadai, adapun hubungan dengan keluarga
atau orang tua yang kurang baik, kondisi kebutuhan ekonomi keluarga yang tidak
cukup, dan ini menjadi penyebab tertinggi mereka mengamen di jalan serta karena
Kemauan sendiri.
4. Pekerjaan Selama di Kota Surabaya
Mereka mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan yang mereka miliki, sebagaimana kita ketahui bahwa para pendatang
dari desa rata-rata mempunyai kemampuan dan keterampilan yang sangat minim,
sehingga meraka banyak tertampung atau mendapatkan pekerjaan pada jenis
pekerjaan di sektor informal.
Dari hasil data yang telah saya peroleh dari hasil wawancara, mereka
sebagian besar langsung bekerja sebagai pengamen, adapun rata-rata ikut bekerja
sementara dengan keluarga dan adapula yang menganggur saat pertama berada di
kota Surabaya. Dari data tersebut juga menunjukkan bahwa mereka sebagiannya
bekerja di sektor informal yang menunjukkan masa menganggur mereka relatif
singkat.
5. Relasi Sosial Pengamen Terhadap Keluarga/OrangTua
Dalam kehidupan bermasyarakat, baik sebagai makhluk pribadi maupun
makhluk sosial selalu memerlukan manusia lain untuk berinteraksi dan saling
memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak dapat dipenuhinya sendiri serta dilandasi
aturan-aturan. Aturan-aturan tersebut diciptakan dan disepakati bersama untuk
mencapai ketenteraman dan kenyamanan hidup bersama dengan orang lain. Aturanaturan itu dipakai sebagai ukuran, patokan, anggapan serta keyakinan tentang
sesuatu yang baik, buruk, pantas, asing, dan seterusnya oleh karena itu penulis
mencoba menelusuri bagaimana kondisi perasaan mereka selama menjadi pengamen
di Taman Bungkul Surabaya.
Hubungan mereka terhadap keluarga dan orang tua mereka masing-masing
sangat baik. Ini menunjukkan bahwa kecenderungan mereka turun di jalan dan
bekerja sebagai pengamen memiliki hubungan yang sangat baik terhadap
keluarganya dan dapat di golongkan sebagai Children On The Street.
B. Tindakan Sosial Anak Jalanan (Pengamen) Terhadap Sesama Pengamen
1. Alasan Utama Menjadi Pengamen
Sebagai makhluk hidup kita senantiasa melakukan tindakan tindakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Tindakan merupakan suatu perbuatan, perilaku, atau aksi
yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuan tertentu.
Dimana tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan berorientasi
pada atau dipengaruhi oleh orang lain, dengan kata lain setiap tindakan manusia
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
10
memiliki arti yang subjektif. Adapun beberapa alasan mereka memilih bekerja
sebagai pengamen bahwa sebagian besar adalah untuk menyalurkan hobi akan bakat
menyayi, untuk mencari uang buat memenuhi kebutuhan sehari-hari, untuk
menghibur orang-orang, dan untuk menghilang kan rasa pengagguran dalam diri.
Mengamen merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi mereka karena
dengan mengamen mereka bisa menyalurkan hobi dan bakat mereka di bidang seni,
seperti yang diungkapkan oleh ARD (18 tahun) sebagai berikut.
“Setiap hari saya mengamen bos, hobi saya kan memang nyanyi bos.
kalo sudah sore gini bos pergi ma itu ke taman kota buat ngamen terus tengah
malam baru pulang bos.”
Anak jalanan yang berprofesi sebagai pengamen biasanya berkumpul di
beberapa tempat yang ramai akan aktifitas orang-orang. Mereka lebih aktif
mengamen setiap hari khususnya pada malam hari terutama pada malam
minggu, karena setiap hari khususnya pada malam hari banyak orang-orang
yang datang untuk bermalam mingguan sehingga peluang mereka mendapatkan
uang lebih besar, dan pada saat malam minggu mereka mengamen dari sore hari
sampai pagi hari.
2. Cara dan Tindakan Pengamen pada Saat Mengamen
Perilaku anak jalanan adalah unik, walaupun banyak diantara mereka yang
beresiko, tetapi ada juga hal positif dari mereka, yaitu : pandai membaca peluang,
tahan bekerja keras, memiliki solidaritas yang tinggi dengan sesama teman, mudah
membuat keterampilan, bersikap terbuka dan saling percaya. Bahkan pada
umumnya anak jalanan mempunyai harapan untuk: menyelesaikan sekolah,
memperoleh pekerjaan tetap dan uang cukup, bersatu kembali dengan keluarga,
memulai hidup baru (Sudrajat, 1995, dalam Werdiastuti, 1998).
Peranan sanak keluarga, teman maupun kerabat yang ada di sekitarnya
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pengamen untuk bekerja. Mulanya
hanya mendapatkan informasi tentang cerita-cerita anak jalanan, kemudian diajak
untuk mencoba dan melihat langsung keadaan yang sebenarnya, sehingga pada
akhirnya mereka memutuskan sendiri. besarnya peranan sanak keluarga dan temanteman dalam memberi informasi bagi para anak jalanan, juga dalam mengajak dan
menemani responden untuk pertama kalinya bekerja sebagai pengamen. Dapat kita
lihat tindakan pengamen sama siapa yang menemani ketika pertama kali mengamen
di sekitar taman bungkul Surabaya
Dari hasil wawancara memperlihatkan bahwa tindakan pengamen ketika
pertama kali mengamen sebagian besar ditemani oleh teman-temannya, ada juga
bersama saudara sekandungnya, dan di temani sahabat atau kerabat, serta
mengamen dengan cara sendiri, pada umumnya anak jalanan di sekitar Taman
Bungkul Surabaya di ajak oleh teman-temannya dan mereka bekerja dengan cara
mengamen.
Adapun cara responden mengamen sangat bervariasi beberapa anak jalanan
di sekitar kawasan Taman Bungkul Surabaya menggantungkan hidupnya dengan
cara berprofesi sebagai pengamen mulai dari mendengar cerita-cerita dari temanteman, ikut-ikutan, sampai menjadi pengamen jalanan, dan selalu mengharapkan
belas kasihan dari pengujung yang datang di sekitar Taman Bungkul Surabaya.
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
11
Pengamen atau sering disebut pula sebagai penyanyi jalanan (Inggris: street
singers), sementara musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai Musik
Jalanan. Pengertian antara musik jalanan dengan penyanyi jalanan secara
terminologi tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan penyanyi jalanan masingmasing mempunyai disiplin dan pengertian yang spesifik bahkan dapat dikatakan
suatu bentuk dari sebuah warna musik yang berkembang di dunia kesenian
Di sepanjang jalan di pinggiran Taman Bungkul Surabaya pasti kita akan
temui anak jalanan yang bergerombol, berebutan rejeki, mencari nafkah guna
memenuhi kebutuhan sehari-sehari mereka yang semakin mendesak. Kebutuhan
sehari-hari yang terus menuntut untuk dipenuhi, Yang mereka pikirkan hanyalah
memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka guna melangsungkan kehidupan. maka
pada setiap harinya mereka mengamen.
Menurut Mulandar (1996) memberikan gambaran yang melekat ketika
seorang anak digolongkan sebagai anak jalanan salah satunya berada ditempat
umum (jalanan, pasar, pertokoan, tempat-tempat hiburan) selama 3-24 jam sehari.
Ini menunjukkan bahwa mereka pada umumnya mengamen 4 s/d 5 jam dalam sehari
dan tidak menutup kemungkinan mereka pada malam-malam minggu di atas 5 jam
dalam sehari bahkan ada yang sampai pagi hari masih tetap mengamen.
Anak jalanan muncul akibat adanya kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
di kota ini. Beberapa anak jalanan di sekitar kawasan Taman Bungkul Surabaya
menggantungkan hidupnya dengan cara berprofesi sebagai pengamen yang
memainkan alat musik dari gitar dan alat musik sederhana yang terbuat dari tutup
botol minuman bekas yang kemudian dirangkai sedemikian rupa hingga
menghasilkan nada tertentu.
Alat musik yang sering digunakan responden pada saat mengamen di sekitar
Taman Bungkul Surabaya memakai gitar sebanyak (70%), dan menggunakan
gendang sebanyak (10%), adapun yang menyajikan musik dengan alat yang terbuat
dari tutup botol sebanyak (5%), serta rincih-rincih sebanyak (10%), dan harmonika
sebanyak (5%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar para pengamen cenderung
menggunakan alat musik dari gitar lebih banyak. Bahkan pada umumnya para
pengamen tersebut sudah memiliki gitar sendiri.
Anak jalanan tumbuh dengan berbagai latar belakang sosial, seperti anak
broken home, anak yatim yang terbuang, anak-anak yang kelahirannya tidak
dikehendaki, atau anak-anak yang harus membantu ekonomi orang tuanya maupun
anak-anak yang lari dari berbagai problema keluarga maupun masyarakatnya.
Selanjutnya dari kondisi dan situasi demikian mereka tumbuh dan mensosialisasikan
dirinya ditengah-tengah budaya perkotaan yang keras dan penuh dengan kesibukan.
Dari hasil wawancara diperoleh gambaran pengamen yang membelanjakan
untuk kebutuhan pribadinya setelah sehabis mengamen sebanyak (35%), lalu
pengamen yang menabung atau menyimpannya sebanyak (20%), kemudian
pengamen yang memberikan kepada orang tuanya sebanyak (30%), adapun
pengamen yang mengajak teman-temannya untuk berbagi sama-sama sebanyak
(15%), serta pengamen yang menjadikan pekerjaan mengamen untuk memenuhi
kebutuhan hidup sebanyak (10%).
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
12
C. Tindakan Sosial Anak Jalanan (Pengamen) Terhadap Pengunjung Taman
Bungkul Surabaya
Weber menyatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial,
sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai
tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Max weber berpendapat bahwa individu
melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan atas
suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan sosial yang
rasional yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat
(Ritzer, 1983).
Tindakan pengamen terhadap pengunjung yang tidak memberikan uang setelah
mengamen yang marah- marah terhadap pengunjung tersebut sebanyak (10%), dan
memaksa pengunjung agar di berikan imbalan setelah mengamen dalam hal ini tindakan
mereka berupa ungkapan yang selalu mereka lontarkan kepada pengunjung “berapaberapa aja boss buat makan” sebanyak (35%), serta tetap mengamen sampai
pengunjung memberikan uang sebanyak (30%), adapun yang meninggalkan pengunjung
tersebut sebanyak (25%).
Pada dasarnya mereka yang bekerja sebagai pengamen bukan hanya karena
ingin menyalurkan hobi atau bakat akan menyanyi akan tetapi dapat juga di lihat dari
tindakan mereka yang cenderung sebagian besar suka memaksa terhadap pengujung hal
ini pada umumnya karena mereka merasa kurang di hargai.
Pengamen seharusnya dapat dihargai, sehingga mereka merasa bahwa dirinya
diakui oleh masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk
mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu. Pengamen sering dikucilkan dan
tidak dianggap keberadaannya dalam masyarakat, mereka sudah memiliki image yang
jelek dalam masyarakat. Di jalanan mereka berinteraksi dengan nilai dan norma yang
jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
D. Pendapatan Sebagai Pengamen di Taman Bungkul Surabaya
Berbagai jenis aktivitas manusia tentunya mengharapkan imbalan, apalagi yang
bernilai ekonomi, tentunya imbalan yang dimaksud adalah pendapatan yang diperoleh
pengamen dalam bentuk uang. Penghasilan yang mereka dapatkan tergantung berapa
lama mereka mengamen. Dari hasil survey yang saya lakukan, rata-rata pengamen yang
memiliki penghasilan tinggi dalam sehari mengamen di atas 5 jam di sekitar Taman
Bungkul Surabaya diperoleh gambaran pendapatan pengamen dalam sehari mengamen
sebanyak (5%) berpenghasilan antara Rp.5.000 s/d Rp.10.000, sebanyak (35%)
berpenghasilan antara Rp. 10.000 s/d Rp. 20.000, dan sebanyak (60%) berpenghasilan
antara Rp. 30.000 s/d Rp. 50.000, serta sebanyak (10%) berpenghasilan antara Rp.
50.000 s/d Rp. 100.000.
Lamanya para pengamen bekerja di sekitar Taman Bungkul Surabaya membuat
mereka mengadopsi perilaku lingkungan di sekitar kawasan Taman Bungkul Surabaya
tanpa filtrasi. Perilaku di sekelilingnya seringkali diadopsi sebagai acuan dalam
bersikap dan berperilaku, dimana perilaku yang di tampilkan kurang baik dan bahkan
bertentangan dengan norma sosial yang ada.
Masyarakat seringkali menganggap anak jalanan merupakan anak yang urakan,
tidak tahu aturan, terbelakang dan sangat dekat dengan tindak kriminal. Dari pandangan
ini maka secara tidak langsung memunculkan sifat yang buruk dari anak jalanan
tersebut dalam bergaul dengan masyarakat.
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
13
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan pada
tindakan sosial anak jalanan di kawasan Taman Bungkul Surabaya khususnya pada anak
jalanan yang berprofesi sebagai pengamen dapat diambil kesimpulan bahwa:
1) Tindakan mereka pada umumnya di dasari oleh hasrat ingin menuangkan
kreatifitas mereka akan bakat menyanyi lewat mengamen. Sebab mengamen
merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi mereka karena dengan
mengamen mereka bisa menyalurkan hobi dan bakat mereka di bidang seni.
2) Anak jalanan memilih hidup di jalan terkadang bukan hanya faktor kondisi
kesulitan ekonomi namun juga karena mereka menikmati kondisi lingkungan di
jalan. Taman Bungkul yang merupakan kawasan wisata di kota Surabaya,
tempat ini selalu ramai dengan pengunjung pada sore dan malam hari karena
keramaian tempat ini menjadikan lahan bagi para pengamen mencari nafkah dan
mendapatkan teman.
3) Faktor-faktor yang menyebabkan mereka turun ke jalan untuk mengamen
disekitar Taman Bungkul adalah faktor internal yaitu keinginan untuk
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari secara mandiri dan faktor eksternal
yaitu keadaan hubungan keluarga yang kurang harmonis serta kondisi ekonomi
keluarga yang jauh dari kecukupan.
4) Tindakan mereka kepada sesama pengamen dan pengunjung,dari hasil penelitian
sangat beragam dimana tindakan mereka umumnya merupakan tindakan yang
bertujuang untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
5) Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang
menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima, pengamen
seharusnya dapat dihargai sehingga mereka merasa bahwa dirinya diakui oleh
masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk
mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas maka saran dari penulis diharapkan
dapat memberi manfaat adalah :
1) Masyarakat luas, khususnya para orang tua pengamen agar memberikan kasih
sayang, ketentraman, penerimaan diri bahwa anak jalanan tidak hanya sebagai
tulang punggung keluarga atau pencari nafkah utama sehingga orang tua dapat
memberikan hak yang sama seperti anak-anak lainnya.
2) Tindakan sosial anak jalanan khususnya pengamen yang berada di kawasan
Taman Bungkul Surabaya, diharapkan agar dapat berinteraksi sosial dengan
baik terhadap lingkungan di sekitarnya sehingga interaksi sosial yang muncul
adalah interaksi yang positif.
3) Bagi para Peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat digunakan
sebagai masukan dan acuan untuk mengungkap keragaman permasalahan dan
pengalaman tentang berpikir positif yang belum tergali sehingga dapat menjadi
rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
14
LAMPIRAN
Gambar 1
 Wawancara langsung dengan beberapa anak jalanan (pengamen) di Taman
Bungkul Surabaya.
Gambar 2
 Suasana malam di Taman Bungkul Surabaya yang semakin dipadati
pengunjung, yang menjadi lumbung penghasilan para pengamen
perkotaan.
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
15
Daftar Pustaka
1. Anarita, Popon, dkk, Baseline Survei untuk Program Dukungan dn
Pemberdayaan Anak Jalanan di Perkotaan (Bandung), Bandung: Akatiga-Pusat
analisis sosial, 2001.
2. Arief, Armai, “ Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan Dalam Rangka
Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dan Stabilitas Nasional”, Dalam Jurnal
Fajar, LPM UIN Jakarta, Edisi 4, No.1, November 2002.
3. Direktorat
Pemberdayaan
Peran
Keluarga
Dirjen
Pemberdayaan
Sosial, Standarisasi Pemberdayaan Peran Keluarga, Jakarta: Depsos, 2002.
4. Goode, William J, Sosiologi Keluarga, Jakarta: Bumi Aksara, Cet IV, 1995.
5. Sunusi, Makmur, Anak Terlantar Dalam Perspektif Pekerjaan Sosial, Endang
WD BM, Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta Dalam
Penanganan Anak Terlantar, Makalah Dalam Seminar Nasional ‘Penanganan
Anak Terlantar Berbasis Keluarga”, Jakarta: UMJ, 12 April 2003.
6. Ertanto, Kirik. 1999. Anak jalanan dan Subkultur: Sebuah Pemikiran Awal,
Yogyakarta, Lembaga Indonesia Perancis.
7. Johnson, Doyle Paul. 1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terjemahan
Robert M.Z Lawang dari buku Sociological Theory Classical Founders and
Contemporary Prespective, Jakarta : Gramedia.
8. Manning, Chris dan Noer Effendi, Tadjuddin: Urbanisasi,
Pengangguran, dan Sektor Informal di kota, Yayasan Obor Indonesia.
9. Media Indonesia Online. Macam& Jenis-Jenis Pengamen Jalanan / Artis
Penghibur Jalanan. Diperoleh dari www.mediaindonesiaonline.com di peroleh
pada tanggal 21 Juli 2011.
Tindakan Sosial Pengamen Perkotaan di Taman Bungkul Surabaya
16
Download