Beberapa konsep dasar

advertisement
KAPITA SELEKTA KEUANGAN
PORTOFOLIO
4EA01
Kelompok II

Ambar Bayu Setiawan
(10206072)

Dahniar Natalia Gabut
(10206200)

Mega Budi Anggarwati
(10206600)

M. Arief Pratama
(10206635)

Sigit Dwi Purnomo
(10206914)

Sudarmadi
(10206947)
FAKULTAS EKONOMI – MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2010
1
I. Pengertian Teori Portofolio
Teori portofolio (portfolio theory) menyatakan bahwa risiko dan pengembalian
keduanya harus dipertimbangkan dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk
mengukur keduanya dalam pembentukkan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori
portofolio dimulai dengan asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek dimasa depan
dapat diestimasi dan kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi
pengembalian. Dengan asumsi tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan linear
antara risiko dan pengembalian.
Teori portofolio adalah pendekatan investasi yang diprakarsai oleh Harry M.
Makowitz (1927) seorang ekonom lulusan Universitas Chicago yang telah memperoleh
Nobel Prize di bidang ekonomi pada tahun 1990. Teori portofolio berkaitan dengan
estimasi investor tehadap ekspektasi risiko dan return, yang diukur secara statistik untuk
membuat portofolio investasinya. Markowitz menjabarkan cara mengkombinasikan aset
ke dalam diversifikasi portofolio yang efisien. Dalam portofolio ini, risiko dapat
dikurangi dengan menambah jumlah jenis aset ke dalam portofolio dan tingkat expected
return dapat naik jika investasinya terdapat perbedaan pergerakan harga dari aset-aset
yang dikombinasi tersebut (“Harry Max Markowitz”) Pada prakteknya para pemodal
pada
sekuritas
sering
melakukan
diversifikasi
dalam
investasinya
dengan
mengkombinasikan berbagai sekuritas, dengan kata lain mereka membentuk portofolio.
Menurut Husnan (2003:45), portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini
menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi
dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak
sekuritas (pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang
ditanggung. Pemilihan sekuritas ini dipengaruhi antara lain oleh preferensi risiko, pola
kebutuhan kas, status pajak, dan sebagainya.
Dalam kenyataannya kita akan sulit membentuk portofolio yang terdiri dari semua
kesempatan investasi, karena itu biasanya dipergunakan suatu wakil (proxy) yang terdiri
dari sejumlah besar saham atau indeks pasar. Contohnya di Bursa Efek Jakarta yang
menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Indeks LQ45.
2
Evaluasi Kinerja Portofolio
Dalam tahap evaluasi, pemodal melakukan
penilaian terhadap kinerja
(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun
risiko yang ditanggung. Menurut Husnan (2003:45), tidaklah benar jika portofolio yang
memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari portofolio lainnya.
Menurut John (2005:53), Kerja besar dikerahkan untuk pembentukan portofolio. Teori
portofolio (portfolio theory) menyatakan bahwa risiko dan pengembalian keduanya harus
dipertimbangkan dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk mengukur keduanya
dalam pembentukkan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori portofolio dimulai dengan
asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek dimasa depan dapat diestimasi dan
kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi pengembalian. Dengan asumsi
tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan linear antara risiko dan pengembalian.
Teori portofolio mengasumsikan bahwa investor yang rasional menolak untuk
meningkatkan risiko tanpa disertai peningkatan pengembalian yang diharapkan.
Hubungan antara risiko yang diterima dan pengembalian yangdiharapkan merupakan
dasar bagi keputusan pinjaman dan investasi modern. Makin besar risiko atas investasi
atau pinjaman, makin besar tingkat pengembalian yang diinginkan untuk menutup risiko
tersebut.
1.
SAHAM
Surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal sering disebut efek atau
sekuritas, salah satunya yaitu saham. Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut
(Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 5).
Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham (Darmadji dan
Fakhruddin, 2001: 6) :
1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim
a. Saham Biasa (common stock)
3
 Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki
perusahaan
 Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika
perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh
pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
 Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham
biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi),
tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki
investor.
 Serupa saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan
tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut;
dan membayar deviden.
 Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva
sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan
memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham
biasa.
 Prioritas apa saja yang ditawarkan saham preferen:

Prioritas pembayaran: pemodal memiliki hak untuk didahulukan
dalam hal pembayaran deviden.

Deviden tetap: pemodal memiliki hak mendapat pembayaran
deviden dengan jumlah tetap.

Deviden kumulatif: pemodal berhak mendapat pembayaran semua
deviden yang terutang pada tahun-tahun sebelumnya.

Convertible preferen stock: pemodal berhak menukar saham
preferen yang dipegangnya dengan saham biasa.

Adjustable devidend: pemodal mendapat prioritas pembayaran
devidennya menyesuaikan dengan saham biasa.
4
2. Ditinjau dari cara peralihannya
a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
 Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah
dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya.
 Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui
sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
b. Saham Atas Nama (Registered Stocks)
 Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di
mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan
a. Blue – Chip Stocks.
 Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai
leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten
dalam membayar dividen.
b. Income Stocks
 Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen
lebih tinggi dari rata – rata dividen yang dibayarkan pada tahun
sebelumnya.
 Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih
tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai.
 Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.
c. Growth Stocks
 (Well – Known)Saham – saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan
pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang
mempunyai reputasi tinggi.
 (Lesser – Known) Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam
industri, namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal
dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.
5
d. Speculative Stock
 Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh
penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan
penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
e. Counter Cyclical Stockss
 Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun
situasi bisnis secara umum.
 Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya
mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan
emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
Dan yang terbaru jenis saham yang diperdagangkan di BEI , yaitu ETF (Exchange
Trade Fund) adalah gabungan reksadana terbuka dengan saham dan pembelian di bursa
seperti halnya saham di pasar modal bukan di Manajer Investasi (MI).
Manfaat investasi pada saham
1. Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang
saham. Jumlah dividen yang akan dibagikan diusulkan oleh Dewan Direksi dan
disetujui di dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Jenis Dividen:
 Dividen Tunai, jika emiten membagikan dividen kepada para pemegang
saham dalam bentuk sejumlah uang untuk setiap saham yang dimiliki.
 Dividen Saham, jika emiten membagikan dividen kepada para pemegang
saham dalam bentuk saham baru perusahan tersebut, yang pada akhirnya
akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham.
2. Capital Gain, Investor dapat menikmati capital gain, jika harga jual melebihi
harga beli saham tersebut. Contoh: Investor A membeli saham PT. X, yang listing
di Bursa Efek, setahun yang lalu dengan harga Rp 3.500. Saat ini harga saham PT.
X telah meningkat menjadi Rp 3.750. Jika investor A menjual sahamnya pada
harga tersebut, maka ia akan menikmati Capital Gain atau keuntungan sebesar Rp
250 per saham(tanpa perhitungan pajak dan komisi).
6
Risiko Investasi pada saham
1. Tidak ada pembagian dividen. Jika emiten tidak dapat membukukan laba pada
tahun berjalan atau Rapat Umum Pemegang Saham memutuskan untuk tidak
membagikan dividen kepada pemegang saham karena laba yang diperoleh akan
dipergunakan untuk ekspansi usaha.
2. Capital Loss. Investor akan mengalami capital loss, jika harga beli saham lebih
besar dari harga jual. Contoh: Investor A membeli saham PT. X setahun yang lalu
pada harga Rp 3,500. Saat ini harga saham turun menjadi Rp 3,100. Jika ia
menjual sahamnya maka ia akan rugi Rp 400 (Tanpa perhitungan pajak dan
komisi).
3. Risiko Likuidasi. Jika emiten bangkrut atau di likuidasi, para pemegang saham
memiliki hak klaim terakhir terhadap aktiva perusahaan setelah seluruh kewajiban
emiten dibayar. Yang terburuk adalah jika tidak ada lagi aktiva yang tersisa, maka
para pemegang saham tidak memperoleh apa-apa.
4. Saham delisting dari Bursa. Karena beberapa alasan tertentu, saham dapat dihapus
pencatatannya (delisting) di Bursa, sehingga pada akhirnya saham tersebut tidak
dapat diperdagangkan.
2. REKSADANA
Berinvestasi di pasar modal secara langsung diartikan adanya nilai investasi yang
besar dan kesiapan menanggung resiko besar, sejalan dengan besarnya potensi hasil
investasi yang tersedia. Karena perubahan harga saham yang cepat dan berfluktuasi ,
sering dikatakan bahwa “untuk dapat menang di pasar modal, orang harus berada di
pasar”. Artinya, untuk dapat memperoleh untung maksimal di pasar modal investor
saham harus meluangkan waktu terus menerus memantau pasar. Sebetulnya , investor
dapat berinvestasi di bursa saham secara tidak langsung, yakni dengan membeli unit
penyertaan Reksadana.
Reksadana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya
menitipkan uang kepada pengelola reksadan (disebut manajer investasi ) untuk digunakan
sebagai modal berinvestasi di pasar uang atau pasar modal.
7
Membeli reksadana tidak ubahnya kita menabung. Bedanya surat tanda menabung
tidak dapat diperjualbelikan, sebaliknya reksadana bisa diperjualbelikan. Reksadana
terbuka berarti investor dapat dengan mudah menjual-belikan penyertaan yang investor
lakukan di reksadana tersebut kepada pihak pengelola. Sedangkan untuk reksadana
tertutup yang terjadi adalah jika penyerta telah menanamkan dananya untuk, katakanlah 1
tahun, maka selama 1 tahun tersebut investor tidak dapat melakukan penjualan balik
penyertaannya kepada si pengelola. Ibaratnya seperti time deposit yang telah ditetapkan
dari awal.
Mengenai Reksadana yang tercatat di pasar modal adalah kebanyakan berbentuk
reksadana tertutup, dimana dana under management telah terbentuk dari awal. Investor
yang membeli “reksadana” tersebut di pasar modal seperti contohnya “DANA” yang
berusaha untuk meraih keuntungan dari fluktuasi yang terjadi di NAB reksadana tersebut.
Ibaratnya jika DANA memiliki banyak saham TELKOM di portofolionya, maka saat
saham TELKOM naik, maka pembeli saham DANA di bej akan mendapat keuntungan
karena harga saham DANA akan naik secara tidak langsung. Reksadana bisa
menyediakan dua fasilitas yang sulit dipenuhi oleh pemodal : Pertama : menciptakan
skala ekonomis dalam berinvestasi yaitu melalui penggabungan dana antara pemodal
yang satu dengan pemodal yang lain untuk menciptakan investasi dalam skala yang
besar. Kedua : menyediakan tenaga professional pengelola investasi efek secara kolektif.
Jenis-jenis Reksadana
1. Reksa Dana Pasar UangReksa Dana yang investasinya ditanam pada efek bersifat
hutang dengan jatuh tempo yang kurang dari satu tahun.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap. Reksadana yang melakukan investasi sekurangkurangnya 80% dari dana yang dikelola (aktivanya) dalam bentuk efek bersifat
hutang.
3. Reksa Dana Saham. Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya
80% dari dana yang dikelolanya dalam efek bersifat ekuitas.
4. Reksa Dana Campuran. Reksa Dana yang mempunyai perbandingan target aset
alokasi pada efek saham dan pendapatan tetap yang tidak dapat dikategorikan ke
dalam ketiga reksadana lainnya
8
Keuntungan memiliki Reksadana
1. Pengelolaan secara profesional. Reksa dana dikelola oleh para profesional pasar
modal yang memiliki akses pada informasi dan pedagangan efek, sehingga selalu
dapat meneliti berbagai peluang investasi terbaik bagi para nasabahnya.
2. Pembagian risiko/Minimalisasi risiko. Pola pembagian risiko ini biasa disebut
“diversifikasi”. Pada diversifikasi, dana investasi Anda ditempatkan pada
beberapa macam instrumen investasi di pasar modal. Dengan demikian risiko
kerugian investasi secara keseluruhan akan lebih kecil.
3. Kemudahan pencairan. Investasi reksa dana mudah untuk diuangkan kembali
serta efisien karena investor dapat menjual kembali kepada pengelola investasi.
4. Kemudahan investasi. Berinvestasi di reksa dana relatif mudah karena selain
prosesnya mudah, investor diberikan beberapa pilihan investasi, dengan strategi
yang sesuai dengan risiko dan keuntungan yang diharapkan.
5. Keleluasaan investasi. Dalam reksa dana leluasa untuk memilih suatu jenis
investasi dan leluasa pula untuk pindah ke jenis lainnya sesuai dengan tujuan
investasi.
6. Keringanan biaya. Melakukan investasi melalui reksa dana relatif lebih ringan
biayanya dibandingkan bila investor melakukannya sendiri. Hal ini disebabkan
karena pengelola investasi menghimpun dana dalam skala besar sehingga dapat
mengalokasikannya secara ekonomis.
7. Keringanan pajak. Hasil keuntungan dan hasil penjualan kembali reksa dana tidak
dikenai pajak sehingga investor mendapatkan keuntungan yang bersih.
Dividen/bunga
Untuk mendapatkan dividen/bunga, pemodal harus memilih reksadana yang
memiliki sasaran pendapatan. Setiap prospectus reksadana akan mencantumkan sasaran
saat penawaran. Adapun sasaran reksadana diantaranya : pendapatan , pertumbuhan dana,
pendapatan, dan keseimbangan.
Kegiatan utama manajer investasi adalah melakukan investasi portofolio sehingga
setiap saat akan mengambil keputusan alat investasi mana yang harus dibeli atau dijual.
Juga memutuhkan memilih saham yang memberi dividen atau obligasi yang membayar
9
bunga. Jadi reksadana selalu punya kesempatan mendapatkan dividen atau bunga . Hanya
saja manajer investasi mempunyai hak untuk mendistribusikan atau tidak dividen atau
bunga yang diperolehnya kepada pemodal. Kalau prospektusnya menerangkan bahwa
dividen/bunga akan didistribusikan maka dalam waktu tertentu pemodal akan
mendapatkan dividen / bunga .
Capital gain akan diberikan oleh reksadana yang memiliki sasaran pertumbuhan.
Pendapatan ini berasal dari kenaikan harga saham atau diskon obligasi yang menjadi
portofolio reksadana. Tentu saja manajer investasi harus berhasil membeli saham pada
saat harga rendah dan menjualnya pada saat harga tinggi. Selanjutnya manajer investasi
mendistribusikan capital gain itu kepada pemodal.
Pendapatan dari capital gain tergantung dari kebijaksanaan manajer investasi. Bila
manajer investasi dalam prospektusnya menerangkan akan mendistribusikan capital gain,
maka dalam waktu tertentu pemegang reksadana akan mendapat distribusi capital gain
ini. Namun ada juga reksa dana yang tidak mendistribusikan capital gain ini, tapi
ditambahkan pada NAB.
NAB adalah adalah perbandingan antara total nilai investasi yang dilakukan
manajer investasi dengan total volume reksadana yang diterbitkan. Contoh pada awal
tahun 1999, Manager investasi X menerbitkan 445.000 lembar reksadana dengan harga
Rp. 1000. Harga ini dapat dianggap NAB awal. Pada akhir tahun 1999, nilai investasi
meningkat menjadi Rp. 600.000.000,- akibat kenaikan harga saham yang menjadi
portofolio. Manager investasi X, dan juga pembayaran dividen dan bunga obligasi. NAB
baru adalah Rp. 600 juta : 445.000 = Rp. 1.348,-. Berarti mengalami kenaikan 34.8%.
Untuk mendapatkan kenaikan NAB ini tergantung jenis reksadana yang dibeli.
Reksadana terbuka akan dibeli kembali dengan harga NAB baru. Reksadana tertutup
tidak akan dibeli kembali oleh penerbitnya. Jadi setelah terjadi transaksi di pasar perdana
selanjutnya reksadana akan diperjualbelikan di pasar sekunder. Harga yang terbentuk
merupakan pertemuan dari permintaan dan penawaran. Harga in yang merupakan NAB
baru.
10
3. OBLIGASI
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara
pemberipinjaman (dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Jadi
surat obligasi adalah selembar kertas kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas
tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi.
Nilai suatu obligasi bergerak berlawanan arah denganperubahan suku bunga
secara umum. Jika suku bungasecara umum cenderung turun, maka nilai atau harga
obligasi akan meningkat, karena para investor cenderung untuk berinvestasi pada
obligasi. Sementara itu, jika suku bunga secara umum cenderung meningkat, maka
nilaiatau harga obligasi akan turun, karena para investor cenderung untuk menanamkan
uangnya di Bank.
Obligasi sudah lama dikenal di pasar modal Indonesia. Hanya saja, kalah populer
dengan saham. Ini disebabkan, emiten obligasi kebanyakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Beberapa BUMN emiten obligasi adalah: Bapindo, Jasa Marga, Bank
Tabungan Negara dan masih banyak lagi. Kini perusahaan-perusahaan swasta mulai
menggunakan obligasi untuk menghimpun modal.
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan adalah Corporate Bond, sementara
obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah disebut Government Bond. Adapula Municipal
Bond, yang merupakan obligasi yang diterbitkan pemerintah daerah untuk membiayai
proyek tertentu di daerah. Sebelum melakukan investasi pada obligasi, disarankan bagi
para investor untuk memperhatikan peringkat obligasi, yaitu metode penilaian akan
kemungkinan gagal bayar pada obligasi.
Obligasi Konversi adalah obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham biasa
pada harga tertentu. Bagi emiten, obligasi konversi merupakan daya tarik yang ditujukan
kepada para investor untuk meningkatkan penjualan obligasi.
Manfaat Obligasi
a. Bunga. Bunga dibayar secara reguler sampai jatuh tempo dan ditetapkan dalam
persentase dari nilai nominal. Contoh: Obligasi dengan kupon 10%, akan
membayar Rp 10 setiap Rp 100 dari nilai nominal setiap tahun. Biasanya
pembayaran bunga terjadi setiap 3 atau 6 bulan sekali.
11
b. Capital Gain. Sebelum jatuh tempo biasanya obligasi diperdagangkan di Pasar
Sekunder, sehingga investor mempunyai kesempatan untuk memperoleh Capital
Gain. Capital Gain juga dapat diperoleh jika investor membeli obligasi dengan
diskon yaitu dengan nilai lebih rendah dari nilai nominalnya, kemudian pada saat
jatuh tempo ia akan memperoleh pembayaran senilai dengan harga nominal.
c. Hak klaim pertama. Jika emiten bangkrut atau dilikuidasi, pemegang obligasi
sebagai kreditur memiliki hak klaim pertamaatas aktiva perusahaan.
d. Jika memiliki Obligasi Konversi, investor dapat mengkonversikan obligasi
menjadi saham pada hargayang telah ditetapkan, dan kemudian berhak untuk
memperoleh manfaat atas saham.
Risiko investasi pada Obligasi
a. Gagal bayar (default) Kegagalan dari emiten untuk melakukan pembayaran bunga
serta hutang pokok pada waktu yang telah ditetapkan, atau kegagalan emiten
untuk memenuhi ketentuan lain yang ditetapkan dalam kontrak obligasi.
b. Capital Loss. Obligasi yang dijual sebelum jatuh tempo dengan harga yang lebih
rendah dari harga belinya.
c. Callability. Sebelum jatuh tempo, emiten mempunyai hak untuk membeli kembali
obligasi yang telah diterbitkan. Obligasi demikian biasanya akan ditarik kembali
pada saat suku bunga secara umum menunjukkan kecenderungan menurun. Jadi
pemegang obligasi yang memiliki persyaratan callability berpotensi merugi,
apabila suku bunga menunjukkan kecenderungan menurun. Biasanya untuk
mengkompensasi kerugian ini, emiten akan memberikan premium.
4. BUKTI RIGHT
Sesuai dengan undang-undang Pasar Modal, Bukti Right didefinisikan sebagai
hak memesan efek terlebih dahulu pada harga yang telah ditetapkan selama periode
tertentu. Bukti Right diterbitkan pada penawaran umum terbatas (Right Issue), dimana
saham baru ditawarkan pertama kali kepada pemegang saham lama. Bukti Right juga
dapat diperdagangkan di Pasar Sekunder selama periode tertentu.
12
Manfaat dari Bukti Right
1. Investor memiliki hak istimewa untuk membeli saham baru pada harga yang telah
ditetapkan dengan menukarkan Bukti Right yang dimilikinya. Hal ini
memungkinkan investor untuk memperoleh keuntungan dengan membeli saham
baru dengan harga yang lebih murah. Contoh: Jika seorang investor membeli
Bukti Right di Pasar Sekunder pada harga Rp 200, dengan harga pelaksanaan
(exercise price) Rp 1.500. Pada tanggal pelaksanaan harga saham perusahaan X
diasumsikan melonjak hingga Rp 2.000 per lembar. Ia dapat membeli saham PT.
X hanya dengan membayar Rp 1.700, yaitu Rp 1.500 (harga pelaksanaan) + Rp
200 (harga Right). Kemudian investor tersebut akan memperoleh keuntungan Rp
300 yang berasal dari Rp 2.000 – Rp 1.700.
2. Bukti Right dapat diperdagangkan pada Pasar Sekunder, sehingga investor dapat
menikmati Capital Gain, ketika harga jual dari Bukti Right tersebut lebih besar
dari harga belinya.
Risiko memiliki Bukti Right
1. Jika harga saham pada periode pelaksanaan jatuh dan menjadi lebih rendah dari
harga pelaksanaan, maka investor tidak akan mengkonversikan Bukti Right
tersebut, sementara itu investor akan mengalami kerugian atas harga beli Right.
Contoh: Seorang investor membeli Bukti Right di Pasar Sekunder pada harga Rp
200 dengan harga pelaksanaan Rp 1.500. Kemudian pada periode pelaksanaan,
harga saham turun menjadi Rp. 1,200 per saham. Investor tersebut tentunya tidak
akan menukarkan Bukti Right yang dimilikinya, karena jika ia melakukannya,
maka ia harus membayar Rp 1.700 (Rp 1.500 harga pelaksanaan + Rp 200 harga
right). Apabila pemegang saham tidak menukar Bukti Right tersebut maka akan
terjadi dilusi pada kepemilikan atau jumlah saham yang dimiliki akan berkurang
secara proporsional terhadap jumlah total saham yang diterbitkan perusahaan.
Sementara itu jika ia tidak menukarkan Bukti Right yang dimilikinya, maka ia
mengalami kerugian Rp 200 atas harga Right tersebut.
13
2. Bukti Right dapat diperdagangkan pada pasar sekunder, sehingga investor dapat
mengalami kerugian (Capital Loss), ketika harga jual dari Bukti Right tersebut
lebih rendah dari harga belinya.
5. WARAN
Waran biasanya melekat sebagai daya tarik (sweetener) pada penawaran umum
saham ataupun obligasi. Biasanya harga pelaksanaan lebih rendah dari pada harga pasar
saham. Setelah saham ataupun obligasi tersebut tercatat di bursa, waran dapat
diperdagangkan secara terpisah. Periode perdagangan waran lebih lama dari pada bukti
right, yaitu 3 tahun sampai 5 tahun. Waran merupakan suatu pilihan (option), dimana
pemilik waran mepunyai pilihan untuk menukarkan atau tidak warannya pada saat jatuh
tempo. Pemilik waran dapat menukarkan waran yang dimilikinya 6 bulan setelah waran
tersebut diterbitkan oleh emiten. Harga waran itu sendiri berfluktuasi selama periode
perdagangan.
Manfaat dari Waran
1. Pemilik waran memiliki hak untuk membeli saham baru perusahaan dengan harga
yang lebih rendah dari harga saham tersebut di Pasar Sekunder dengan cara
menukarkan waran yang dimilikinya ketika harga saham perusahaan tersebut
melebihi harga pelaksanaan. Contoh: Jika seorang investor membeli waran pada
harga Rp 200 per lembar dengan harga pelaksanaan Rp 1.500, dan pada tanggal
pelaksanaan, harga saham perusahaan meningkat menjadi Rp 1.800 per saham,
maka ia akan membeli saham perusahaan tersebut dengan harga hanya Rp 1.700
(Rp 1.500 + Rp 200). Jika ia langsung membeli saham perusahaan tersebut di
pasar sekunder, ia harus mengeluarkan Rp 1.800 per saham.
2. Apabila waran diperdagangkan di Bursa, maka pemilik waran mempunyai
kesempatan untuk memperoleh keuntungan (capital gain) yaitu apabila harga jual
waran tersebut lebih besar dari harga beli.
14
II. Beberapa konsep dasar
1. Portofolio yang Efisien dan Optimal
Dalam pembentukan portofolio, investor berusaha memaksimalkan pengembalian yang
diharapkan dari investasi dengan tingkat resiko tertentu yang dapat diterima. Portofolio
yang dapat mencapai tujuan diatas disebut dengan portofolio efisien. Untuk membentuk
portofolio yang efisien, perlu dibuat beberapa asumsi mengenai perilaku investor dalam
membuat keputusan investasi. Asumsi yang wajar adalah investor cenderung
menghindari resiko (risk averse). Investor penghindar resiko adalah investor yang jika
dihadapkan pada dua investasi dengan pengembalian diharapkan yang sama dan resiko
berbeda, maka ia akan memilih investasi dengan tingkat resiko yang lebih rendah. Jika
investor memiliki beberapa pilihan portofolio yang efisien, maka portofolio yang paling
optimal akan dipilihnya.
2. Aktiva beresiko dan aktiva bebas beresiko
Aktiva beresiko merupakan aktiva dimana pengembalian yang akan diterima di masa
depan bersifat tidak pasti. Sebagai contoh, seorang investor membeli saham GM saat ini
dan bermaksud memegang saham tersebut 1 tahun. Pada saat dilakukan pembelian saham
investor tidak mengetahui besar pengembalian yang akan diterimanya. Pengembalian
yang diterima kan bergantung pada harga saham GM satu tahun mendatang dan
pendapatan diperoleh investor selama 1 tahun, maka dapat disimpulkan saham
merupakan aktiva berisiko. Bahkan sekuritas yang diterbitkan oleh pemerintah (obligasi)
merupakan aktiva beresiko. Contoh, obligasi yang jatuh tempo 30 tahun, investor tidak
mengetahui besarnya pengembalian yang diterimanya jika obligasi ini hanya disimpan 1
tahun. Hal ini terjadi karena perubahan suku bunga akan mempengaruhi pengembalian
investasi pada obligasi tersbut selama satu tahun.
Aktiva bebas resiko adalah aktiva yang pengembalian masa depanyya dapat diketahui
dengan pasti. Aktiva bebas resiko umumnya merupakan kewajiban jangka pendek dari
pemerintah. Sebagai contoh, jika investor membeli sekuritas pemerintah dengan jangkat
jatuh tempo 1 tahun dan berniat untuk menyimpan sekuritas tersebut hingga saat jatuh
temponya, maka besar pengembalian satu tahun mendatang akan diketahui dengan pasti
15
III. Mengukur Pengembalian diharapkan dari Suatu portofolio
1. Mengukur pengembalian portofolio periode tunggal
Pengembalian actual dati suatu portofolio aktiva sepanjang periode tertentu secara
langsung dapat diperhitungkan sebagai berikut :
Rp = w1R1 + w2R2 + ... + WGRG
Secara Ringkas
G
Rp =  wg Rg
g=1
Keterangan :
Rp = tingkat pengembalian portofolio selama periode berjalan
Rg = tingkat pengembalian aktiva g selama periode berjalan
wg = berat aktiva g pada portofolio – bagian dari nilai pasar keseluruhan
G = jumlah aktiva pada portofolio
Contoh kasus
Aktiva
Nilai pasar
Tingkat pengembalian
1
$ 6 juta
12 %
2
$ 8 juta
10 %
3
$ 11 juta
5%
Total
$ 25 Juta
R1 = 12 %
w1 = 6 / 25 = 0,24 = 24 %
R2 = 10 %
w2 = 8 / 25 = 0,32 = 32 %
R3 = 5 %
w3 = 11/25 = 0,44 = 44 %
Rp = 0,24 (0.12) + 0,32 (0.10) + 0,44 (0.5)
16
Rp = 0,0828 = 8,28 %
2. Pengembalian diharapkan dari portofolio aktiva beresiko
Nilai yang diberikan kepada pengembalian yang diharapkan dari setiap aktiva
merupakan persentase dari nilai pasar aktiva terhadap nilai
E(Rp) = w1E(R1) + w2E(R2) + ... + wGE(RG)
Keterangan :
E( )
= harapan
E(Rp) = pengembalian exante – pengembalian diharapkan dari portofolio
sepanjang periode waktu tertentu
Pengembalian yang diharapkan dari aktiva beresiko dihitung sebagai berikut :

Harus diketahi distribusi probabilitas bagi tingkat pengembalian yang mungkin
dapat dihasilkan. Distribusi probabilitas merupakan fungsi yang menghubungan
peluang terjadinya suatu peristiwa dengan penghasilan yang mungkin dihasilkan
bagi variabel acak

Setelah distribusi probabilitas diketahui kemudian dicari nilai yang diharapkan
bagi variabel acak yang merupakan rata – rata tertimbang penghasilan yang
mungkin, dimana bobot timbangannya merupakan probabilitas yang berhubungan
dengan penghasilan yang mungkin.

Nilai yang diharapkan dari pengembalian aktiva, seterusnya digunakan istilah
pengembalian yang diharapkan dengan rumus :
 Pengembalian yang diharapkan
E (Ri) = p1r1 + p2r2 + ... + pNrN
Keterangan :
rn = tingkat pengembalian ke n yang mungkin bagi aktiva i
17
pn = probabilita memperoleh tingkat pengembalian n bagi aktiva i
N = jumlah penghasilan yang mungkin bagi tingkat pengembalian
Contoh Kasus
Distribusi probabilitas tingkat pengembalian bagi saham XZY
N
Tingkat pengembalian
Probabilitas kejadian
1
15 %
0.50
2
10 %
0.30
3
5%
0.13
4
0%
0.05
5
-5%
0.20
Total
1.00
E(RXYZ) = 0.50(15%) + 0.30(10%) + 0.13(5%) + 0.05 (0%) +
0.20 (-5%)
= 11 %
11% = nilai atau rata-rata hitung (mean) yang diharapkan dari distribusi probabilitas bagi
tingkat pengembalian saham XYZ
IV. Mengukur Resiko Portofolio

Resiko merupakan kerugian yang dihadapi

Menurut Prof. Harry Markowitz : Resiko sebagai varians pengembalian
diharapkan aktiva
1. Varians Sebagai Alat Ukur Resiko

Varians dari variabel acak adalah ukuran penyimpangan dari penghasilan ayng
mungkin di sekitar nilai yang diharapkan

Pengembalian aktiva, varians adalah ukuran penyimpangan penghasilan yang
mungkin bagi tingkat pengembalian di sekitar pengembalian yang diharapkan
18
Persamaan
var (Ri) = p1[r1-E(Ri)]2 + p2[r2-E(Ri)]2 + ...
+ pN[rN-E(Ri)]2
atau
N
var (Ri) =  pn[rm-E(Ri)]2
n=1
Contoh Kasus
Distribusi probabilitas pengembalian saham XYZ, maka varians :
var (Rxyz) = 0.50(15% - 11%)2 + 0.30(10% - 11%)2 +
0.13(5% - 11%)2 + 0.05(0% - 11%)2 +
0.02(-5% - 11 %)2
= 24 %
Varians dikaitkan dengan distribusi pengembalian mengukur kekencangan dimana
distribusi dikelompokan disekitar mean atau pengembalian yang diharapkan

Menurut Harry Markowitz : Kekencangan atau varians ini sama dengan
ketidakpastian atau resiko suatu investasi

Jika aktiva tidak memiliki resiko, maka penyimpangan pengembalian
diharapkan dari aktiva tersebut adalah 0 (nol
Deviasi Standar

Varians dinyatakan dalam unit kuadrat, varians diubah menjadi deviasi
standar atau akar kuadrat dari varians
SD(Ri) = √ var (Ri)
Maka deviasi standar saham XYZ
SD(RXYZ) = √ 24 %
= 4,9 %
19
Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Varians mengukur penyimpangan pengembalian aktiva di sekitar nilai yang
diharapkan, maka varians mempertimbangkan juga pengembalian di atas atau
di bawah nilai pengembalian yang diharapkan

Varians hanya merupakan satu ukuran tentang bagaimana pengembalian
bervariasi di sekitar pengembalian yang diharapkan.
Pandangan Harry Markowitz

Menyadari keterbatasan dan menyarankan pengukuran resiko sisi bawah
(downside risk) – resiko memperoleh pengembalian di bawah pengembalian
diharapkan – disebut dengan semi varians

Varians dapat dibenarkan berdasarkan bukti empiris yang menyatakan
distribusi pengembalian saham di masa lalu bersifat simetris. Pengembalian
yang diharapkan dan varians merupakan dua parameter yang dipertimbangkan
dalam pembuatan keputusan
2. Mengukur Resiko Portofolio dari Portofolio Dua Aktiva
Formula
var(Rp) = wi2 var(Ri) + wi2 var (Rj) + 2wi wj cov(Ri,Rj)
Dimana
cov(Ri,Rj) = kovarians antara pengembalian bagi aktiva i
dan aktiva j
Kovarian

Tingkat dimana pengembalian kedua aktiva berbeda atau berubah secara
bersamaan

Kovarian positif (+) : pengembalian kedua aktiva cenderung bergerak atau
berubah pada arah yang sama

Kovarian negatif (-) : Pengembalian bergerak pada arah yang berlawanan
20
Formula Kovarian aktiva i dan j
Cov(Ri,Rj) = p1[ri1 - E(Ri)][ri1 – E(Ri)] + p2[ri2 – E(Ri)][ri2 – E(Ri)]
+ ... + p1[riN - E(Ri)][riN – E(Ri)]
Dimana :
rin = tingkat pengembalian ke n yang mungkin bagi aktiva i
rjn = tingkat pengembalian ke n yang mungkin bagi aktiva j
Pn= kemungkinan memperoleh tingkat pengembalian n bagi aktiva i dan j
N = jumlah hasil yang mungkin bagi tingkat pengembalian
Contoh Kasus
N
Tingkat
Tingkat
pengembalian
saham A
pengembalian
Saham B
Probabilitas
kejadian
1
15 %
8%
0.50
2
10 %
11 %
0.30
3
5%
6%
0.13
4
0%
0%
0.05
5
-5%
-4%
0.20
Total
1.00
Pengembalian diharapkan
11 %
8%
Varians
24 %
9%
Standar deviasi
4,9 %
3%
Kovarian antara sahan A dan saham B
cov (RA,RB) = 0.50 (15%-11%) (8%-8%) + 0.30 (10%-11%) (11%-8%) + 0.13 (5%11%) (6%-8%) + 0.05 (0%-11%) (0%-8%) + 0.02 (-5%-11%) (-4%-8%)
= 8,9 %
Kovarian dapat dianggap korelasi antara pengembalian yang diharapkan dari kedua
aktiva
21
Hubungan Antara Kovarian dan Korelasi
cov (Ri,Rj)
Cor (Ri,Rj) =
SD(Ri) SD(Rj)
Koefisien korelasi
+ 1 : adanya pergerakan arah yang sama dengan
sempurna
- 1 : adanya pergerakan ke arah yang berlawanan dengan
sempurna
Contoh Kasus

Hubungan antara kovarian dan korelasi saham A dan saham B :
8,9
Cor (RA, RB) =
(4,9) (4,3)
= 0,60
Mengukur Resiko Portofolio Lebih dari Dua Aktiva

Formula tiga aktiva i, j dan k
var(Rp) = wi2 var(Ri) + wk2 var (Rk) + 2wi wj cov(Ri,Rj)
+ 2wi wk cov(Ri,Rk) + 2wj wk cov(Rj,Rk)

Varians dari pengembalian diharapkan suatu portofolio adalah jumlah
tertimbang aktiva tunggal dalam portofolio ditambah jumlah tertimbang
tingkat dimana aktiva mengalami perubahan bersamam-sama
22
V. Menggunakan Data Historis Untuk Memperkirakan Input

Manajer portofolio akan memodifikasi nilai input jika analisis yang mereka
lakukan menunjukan bahwa kinerja saham tertentu di masa depan berbeda
dengan kinerja di masa lalu

Pengembalian historis = (harga awal periode – harga akhir periode + deviden
kas ) / harga awal periode

Harga awal periode
$ 46.000

Harga akhir periode
$ 53.875

Deviden kas dibayar
$ 0.25
Pengembalian historis
= (53.875 – 46.000 + 0.25) / 46.000
= 0,17663
=17,663 %
VI. Diversifikasi Portofolio
Diartikan sebagai pembentukan portofolio sedemikian sehingga dapat mengurangi resiko
tanpa pengorbanan pengembalian yang dihasilkan. Beberapa investor ingin melakukan
diversifikasi portofolio dengan menginvestasikan seluruh kelompok aktiva yang ada
seperti saham, obligasi dan yang lannya. Yang dimaksud dengan diversifikasi portofolio
disini yaitu seluruh dana yang ada sebaiknya tidak diinvestasikan dalam bentuk saham
satu perusahaan saja, tetapi haru terdiri dari saham banyak perusahaan yang berbeda.
1. Diversifikasi Naif
Strategi diversifikasi naïf tercapai bila investor melakukan investasi saham berbeda atau
kelompok aktiva berbeda dan berharap bahwa varian dari pengembalian diharapkan atas
portofolio dapat diperkecil.
2. Diversifikasi Markowits
Strategi diversifikasi markowits berhubungan dengan tingkat kovarians antara
pengembalian aktiva dalam portofolio. Kontribusi dari jenis diversifikasi jenis ini adalah
formulasi resiko aktiva dalam hal portofolio aktiva, bukan resiko aktiva sendiri – sendiri.
23
Diversifikasi Markowits berusaha menggabungkan aktiva – aktiva dalam portofolio
dengan pengembalian yang memiliki korelasi positif kurang dari sempurna dengan tujuan
mengurangi resiko portofolio tanpa mengurangi pengembalian. Diversifikasi Markowits
berbeda dengan diversifikasi naïf dan lebih efektif karena berusaha mempertahankan
pengembalian yang ada dan mengurangi resiko dengan analisis kovarian antara
pengembalian aktiva.
3. Resiko Portofolio dan Korelasi
Dalam portofolio diasumsikan dua aktiva yaitu saham C dan saham D dengan
pengembalian yang diharapkan dengan deviasi standar sebagai berikut :
E (R)
SD (R)
Saham C
10%
30%
Saham D
25%
60%
Jika timbangan yang sama sebesar 50% diberikan kepada saham C dan Saham D maka
pengembalian yang diharapkan dapat dihitung sebgai berikut :
E (Rp) = 0.50 (10%) + 0.50 (25%) = 17.5%
Varians pengembalian atas portofolio kedua saham tersebut dengan persamaan adalah :
Var (Rp) = wc2var (Rc) + wd2 var (Rd) + 2 wc. wd cov (Rc.Rd)
= 0,5 2 (30%)2 + 0.52 (60%)2 + 2 (0.5) (0.5) cov (Rc.Rd)
Cor (Rc,Rd) = Cov (Rc,Rd)
SD (Rc) SD (Rd)
Sehingga,
Cov (Rc,Rd) = SD (Rc) SD (Rd). Cor (Rc,Rd)
Karena SD (Rc) = 30% dan SD (Rd) = 60% maka
Cov (Rc,Rd) = (30%) (60%) . Cor (Rc,Rd)
Masukan kedalam persamaan pertama maka akan diperoleh varian sebagai berikut :
Var (Rp) = 0,5 2 (30%)2 + 0.52 (60%)2 + 2 (0.5) (0.5) (30%) (60%) .cov (Rc.Rd)
24
SD (R1) = √ (0,5 2 (30%)2 + 0.52 (60%)2 + 2 (0.5) (0.5) (30%) (60%) .cov (Rc.Rd)
= √ 0.1125 + (0.09) cor (Rc,Rd)
4. Pengaruh Korelasi Pengembalian Aktiva Resiko Portofolio
Contoh Kasus
Cor (Rc,Rd)
E (Rp)
SD (Rp)
+1
17.5%
45%
0
17,5%
35%
-1
17.5%
15%
Seiring dengan korelai pengembalian yang diharapkan saham C dan D ari +1 menjadi 0
dan -1, deviasi standar pengembalian yang diharapkan juga menurun drai 45% menjadi
35% kemudian menjadi 15%. Namun pengembalian yang diharapkan portofolio yang
diharapkan tidak berkurang yaitu 17,5%
Fenomena ini terkadang disebut dengan kejaiban diversifikasi. Prinsip diversifikasi
Markowits menyatakan seiring dengan menurunnya korelasi pengembalian aktiva dalam
portofolio demikian pula dengan varian pengembalian portofolio,. Keajaiban ini
disebabkan oleh tingkat korelasi yang diharapkan dari aktiva.
25
DAFTAR PUSTAKA
o http://www.scribd.com/doc/2560855/Konsep-Dasar-Penggabungan-Sahammenjadi-portofolio
o http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/teori-portofolio-definisi-danevaluasi.html
o http://www.jnursyamsi.staff.gunadarma.ac.id/.../files/.../TEORI+PORTOFOLIO.
ppt
o http://74.125.153.132/search?q=cache:ZTdzWRPAYJ:ocw.unnes.ac.id/ocw/mana
jemen/manajemen-s1/ekm206-manajemen-investasi/bahanajar/investasi%2520%2520definisi %25202.
doc/at_download/file+Pengertian+Obligasi&cd=36&hl=id&ct=clnk&gl=id
o http://www.google.co.id/#hl=id&safe=off&tbo=1&q=Instrumen+Pasar+Modal%
2Bpdf&meta=&aq=&oq=Instrumen+Pasar+Modal%2Bpdf&fp=19995322a2b9b1
7e
o http://bisnisbermoral.blogspot.com/2008/03/pengertian-obligasi.html
o http://74.125.153.132/search?q=cache:BLQjJGffgjIJ:www.bapepam.go.id/old/old
/news/Juni2003/BAB%2520IIa.pdf+Instrumen+Pasar+Modal&cd=3&hl=id&ct=c
lnk&gl=id
26
Download