Penalaran, Asumsi, Konteks dan Peta Berpikir - Bina Darma e

advertisement
PENALARAN, ASUMSI, KONTEKS
DAN PETA BERPIKIR
Perangkat Kerja Penalaran Norris dan Ennis
(Stiggin, 1989)
Tahap-tahap yang termasuk proses berpikir kritis:
 Mengklarifikasi isu dengan mengajukan
pertanyaan kritis
 Mengumpulkan informasi tentang isu
 Mulai bernalar melalui berbagai sisi atau sudut
pandang yang berbeda-beda
 Mengumpulkan informasi dan melakukan
analisis lebih lanjut, jika diperlukan
 Membuat dan mengkomunikasikan keputusan
 Norris dan Ennis (Stiggins, 1994) menyatakan berpikir
kritis merupakan berpikir masuk akal dan reflektif yang
difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa
yang dilakukan atau diyakini.
 Masuk akal yaitu berdasarkan atas fakta-fakta untuk
menghasilkan keputusan yang terbaik, reflektif artinya
mencari dengan sadar dan tegas kemungkinan solusi
yang terbaik.
 Tujuan dari berpikir kritis adalah mengevaluasi tindakan
atau keyakinan yang terbaik.
 Norris dan Ennis memfokuskan kerangkanya pada
proses berpikir yang melibatkan pengumpulan
informasi dan penerapan kriteria untuk
mempertimbangkan serangkaian tindakan atau
pandangan yang berbeda.
Jiwa Kritis
Jiwa kritis menurut Norris dan Ennis meliputi:
 kebutuhan untuk berpikir logis, berusaha
keras untuk memiliki pengetahuan luas dari
sumber-sumber yang kredibel
 berwawasan atau berpandangan luas, dan
memperoleh kesenangan pribadi dalam
hubungannya dengan cara pemecahan
masalah-masalah yang komplek.
 Penalaran berjalan menurut alur kerangka
berpikir, yang merupakan kunci pembuka
gerbang ke arah kemajuan seperti apa yang
dicapai oleh manusia sekarang ini.
 Penalaran hanya terkait dengan berpikir sadar
dan aktif, untuk menemukan kebenaran.
 Kemampuan menalar menyebabkan manusia
mampu mengembangkan pengetahuannya.
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang
dikaitkan dengan cara berpikir bukan dengan
perasaan.
 Penalaran sebagai sebuah kemampuan berpikir, memiliki





dua ciri pokok, yakni logis dan analitis.
Logis artinya bahwa proses berpikir ini dilandasi oleh logika
tertentu.
Analitis mengandung arti bahwa proses berpikir ini
dilakukan dengan langkah-langkah teratur seperti yang
dipersyaratkan oleh logika yang dipergunakannya.
Melalui proses penalaran, kita dapat sampai pada
kesimpulan yang berupa asumsi, hipotesis atau teori.
Penalaran disini adalah proses pemikiran untuk
memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang
relevan.
Kemampuan menalar adalah kemampuan untuk menarik
kesimpulan yang tepat dari bukti-bukti yang ada dan
menurut aturan-aturan tertentu.
 Berpikir kritis sendiri merupakan serangkaian tindak
pikir yang mencakup setidaknya empat langkah:
menetapkan tujuan, mengecek asumsi, melakukan
analisis, dan menarik kesimpulan (inferencing).
 Elemen pengecekan asumsi tersebut merupakan hal
yang sangat penting dalam tindak penalaran kritis.
 Pengecekan asumsi akan menghindarkan seseorang
dari menelan mentah-mentah informasi yang
didengar atau dibacanya. Pengecekan tersebut juga
akan membawanya pada penarikan kesimpulan
yang benar akan suatu peristiwa atau kabar.
 kemampuan mengecek asumsi dalam
rangkaian berpikir kritis sudah selayaknya
ditumbuh kembangkan dan dipacu dalam era
informasi dan interaksi di dunia yang makin
kompleks ini.
Asumsi Dasar dalam Psikologi
 Sasaran logika dalam ilmu psikologi
melingkupi cakupan lebih luas. Dalam
psikologi, logika adalah pola bernalar dan
berpikir yang berlainan.
 Logika menghasilkan bentuk-bentuk jalan
pikiran, dan menghasilkan pernyataan yang
bersifat umum.
Konteks
 Argument, penjelasan , dan sebagainya selalu
dikemukakan dalam suatu konteks
 konteks itu mengandung arti yaitu terdiri dari
segala macam asumsi, anggapan ,latar
belakang keyakinan fakta yang relevan untuk
menafsir apa yang dimaksudkan ,aturan
tingkah laku dll.
 Peta berfikir merupakan daftar pertanyaan
penting yang anda harus jawab,
mempertimbangkan argumen – apakah itu
argumen orang lain atau argumen anda sendiri.
 Dalam melihat pertanyaan – pertanyaan itu
dibagi ke dalam dua bagian:
 bagian pertama disebut analisis dan
 bagian kedua di sebut evaluasi.
 Kita tidak dapat menanggapi argumen sebagaimana
mestinya kecuali kita memahaminya, sehingga
analisis dan evaluasi menuntut anda memutuskan
apakah anda sungguh meyakini argumen itu atau
tidak.
Download