Kekuasaan Politik dan Kepemimpinan

advertisement
POLITIK
Definisi Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain
berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Secara etimologi politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang
masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika - yang berhubungan dengan
negara) dengan akar katanya πολίτης (polites - warga negara) dan πόλις (polis - negara kota).
Secara etimologi kata "politik" masih berhubungan dengan polisi, kebijakan. Kata "politis"
berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata "politisi" berarti orang-orang yang
menekuni hal politik.
Proses politik dalam organisasi dapat diartikan dua hal. Pertama, penggunaan kekuasaan itu
sendiri, sebagaimana pemahaman Robbins (1990:263) bahwa politik dalam organisasi pada
dasarnya adalah penggunaan kekuasaan (exercise of power). Kedua, proses politik dalam
organisasi dapat juga diartikan sebagai upaya seseorang untuk menambah kekuasaan yang
dimilikinnya. Politik dalam organisasi adalah aktivitas-aktivitas manajer dan pegawai/anggota
dalam rangka meningkatkan kekuasaan mereka (menambah kekuasaan) dan mempersuasi pihakpihak lain yang demi mencapai berbagai sasaran dan tujuan personal mereka (menggunakan
kekuasaan).
Politik dalam organisasi juga dapat diartikan sebagai upaya-upaya anggota organisasi dalam
menggalang dukungan untuk meloloskan atau menolak suatu kebijakan, peraturan, tujuan
organisasi, atau keputusan-keputusan lain yang hasil atau efeknya akan berdampak tertentu
terhadap mereka. Artinya, ada upaya-upaya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang
penting agar menguntungkan ( atau setidak-tidaknya jangan sampai merugikan) bagi mereka
yang melakukan aktivitas mobilisasi politik tersebut.
5 jenis proses politik yang biasa dilakukan dalam organisasi:
1. Cara-cara bersaing (competing), yaitu memaksa lawan berada pada posisi kalah menang.
1
2. Cara-cara
akomodasi
(accommodating),
yaitu
bersikap
kooperatif
dengan
mengakomodasi kepentingan lawan.
3. Cara-cara mengajak kerja sama (collaborating), yaituberusaha mengubah lawan menjadi
sekutu.
4. Cara-cara menghindar ( avoiding), yaitu menhindari atau tidak menonjolkan adanya
perbedaan kepentingan.
5. Cara-cara kompromi (compromising), yaitu saling berbagi kepentingan atau manfaat
dengan lawan.
Kekuasaan dan Taktik Politik
1. Taktik menyalahkan (attack and blame tactic) versus merangkul (make-everyone-a
winner tactic). Taktik pertama adalah menyerang secara terbuka, baik dihadapan yang
brsangkutan atau dengan menyebarkan informasi atau fakta-fakta yang menjatuhkan
lawan. Taktik kedua adalah kita berusaha merangkul semua pihak dengan mencari suatu
formula kebijakan atau solusi yang menguntungkan semua pihak. Atau setidaknya
“kelihatan” menguntungkan bagi semua. Ini digunakan pada situasi-situasi yang
membutuhkan konsensus.
2. Taktik mengurangi ketidakpastian dan menggunakan informasi yang objektif (reduceuncertanty and use-objective-information tactic). Taktik ini biasanya digunakan untuk
menambah kekuasaan. Jadi, seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengatasi
ketidakpastian merupakan suatu aset politik yang berharga. Pengertian ‘ketidakpastian’
disini adalah kondisi-kondisi dimana fungsi atau mekanisme organisasi tidak dapat
memastikan hasil-hasil yang akan dicapainya.
3. Menduduki posisi sentral atau posisi yang tidak tergantikan dalam organisasi (beirreeplaceable or occupy-a-central-position tactic). Posisi-posisi atau jabatan yang
pentingdan menentukan dalam organisasi selalu merupakan incaran semua orang, karena
setiap jabatan mengandung otoritas dan memengaruhi banyak hal dalam organisasi.
4. Menggalang koalisi dan aliansi (building-coalitions-and-alliances tactic). Dengan
menggalang dukungan atau mencari sektutu yang lebih banyak, seseorang atau sebuah
unit dapat menambah kekuasaannya dalam organisasi, dan juga lebih efektif dalam
menggunakan kekuasaan.
2
5. Taktik mengontrol agenda (act-unobstructively-and-control-agenda tactic). Seseorang
berusaha mengontrol isu-isu yang perlu diangkat dalam agenda organisasi, isu-isu yang
penting
dan
harus
menjadi
prioritas,
serta
berusaha
menghilangkan
atsu
mengesampingkan isu-isu yang tidak menguntungkan posisinya.
Teori Politik dalam Organisasi
1. Teori Kontingensi Strategis
Teori ini menjelaskan tentang darimana sumber kekuasaan dalam organisasi. Menurut
teori ini, kekuasaan berasal dari kemampuan untuk menyediakan sesuatu yang oleh
organisasi bernilai tinggi dan hanya bisa diperoleh dari satu aktor social tertentu.
2. Teori Ketergantungan Sumber Daya
Teori ini menjelaskan sumber kekuasaan dalam organisasi berasal dari ketergantungan
organisasi terhadap lingkungan. Menurut teori ini, distribusi kekuasaan dalam organisasi
dapat dijelaskan dari ketergantungan organisasi terhadap lingkungan. Teori ini
memandang bahwa lingkungan hanya menciptakan ‘peluang-peluang kekuasaan’
(opportunities) dan masing-masing aktor atau unit dalam organisasi berbeda dalam
menanggapinya. Jadi, menurut teori ini, politik internal organisasi pada dasarnya
independen terhadap pengaruh lingkungan.
3. Teori Dua Wajah Kekuasaan
Teori dua wajah kekuasaan merupakan pemikiran dari dua ahli politik Amerika, Peter
Bachacrach dan Morton Baratz. Menurut mereka, kekuasaan dalam organisasi pada
dasarnya memiliki dua wajah (two faces of power). Menurut teori ini, kekuasaan dapat
pula diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mencegah suatu isu dikemukakan
atau diangkat kepermukaan oleh aktor-aktor lain dalam organisasi.
4. Kritik Feminis
Kritik feminis ad
alah teori-teori yang menekankan pada efektivitas, produkktiivitas, dan efisiensi dalam
organisasi merupakan sarana legitimasi dan justifikasi kekuasaan itu sendiri. Artinya,
teori-teori tersebut memberi suatu logika pembenaran yang membuat kekuasaan dan
status quo tertentu dalam organisasi adalah suatu yang abash dan harus diterima. Jadi,
menurut Pfeffer, literature manajemen dan teori organisasi itu sendiri adalah suatu
3
tindakan politik. Kritik feminis memperluas gagasan ini dengan mengatakan bahwa
kekuasaan dipergunakan untuk memarginalkan mereka yang tidak memiliki kekuasaan
(tha powerless). Konsep merginalisasi ini direkatkan pada slogan post modern “berikan
suara kepada yang dibungkam” (give voice to silence). Dalam hal ini kritik feminis
terutama mengkaji marginalisasi kaum perempuan dalam kehidupan organisasi. Atau
dengan perkataan lain, mereka mengangkat topik-topik seputar relasi gender dan politik
gender dalam organisasi.
Perilaku politik
Perilaku politik atau (Inggris:Politic Behaviour)adalah perilaku yang dilakukan oleh
insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan
politik.Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan
kewajibannya guna melakukan perilaku politik adapun yang dimaksud dengan perilaku politik
contohnya adalah:

Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin

Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik atau
parpol , mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau lsm lembaga swadaya
masyarakat

Ikut serta dalam pesta politik

Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas

Berhak untuk menjadi pimpinan politik

Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna
melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar dan
perundangan hukum yang berlaku
4
KEKUASAAN
Definisi Kekuasaan
Kekuasaan biasanya di definisikan sebagai kemampuan seseorang untuk membuat orang lain,
atau sekelompok orang melakukan sesuatu yang jika tidak, tidak akan mereka lakukan. Misal, A
dikatakan memiliki kekuasaan terhadap B, sejauh ia dapat membuat B melakukan sesuatu yang
jika tidak, tidak dilakukan oleh B.
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja,
kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut.
Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan
tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan tidak
langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya
berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku sebagau subjek
sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan)
tetapi juga harus tunduk pada UU (objek dari kekuasaan).
Kekuasaan adalah serupa, tapi tak sama dengan otoritas. Jika otoritas melekat pada jabatan,
sementara kekuasaan tidak. Jika seseorang berhenti dari suatu jabatan atau dipromosikan ke
jabatan lain maka otoritas yang dimilikinya tertinggal bersama jabatan lama tersebut, dan otoritas
itu kemudian menjadi milik dari pemegang jabatan berikutnya.
Sudut pandang kekuasaan
1. Kekuasaan bersifat positif
merupakan Kemampuan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada individu sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi yang dapat memengaruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau
kelompok untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan
sungguh-sungguh dan atau bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental.
5
2. Kekuasaan bersifat Negatif
Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam
memengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh
pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun mental. Biasanya
pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak memiliki kecerdasan intelektual dan
emosional yang baik,mereka hanya berfikir pendek dalam mengambil keputusan tanpa
melakukan pemikiran yang tajam dalam mengambil suatu tindakan, bahkan mereka sendiri
kadang-kadang tidak dapat menjalankan segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang
atau kelompok yang berada di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi. dan
biasanya kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari keuntungan pribadi atau
golongan di atas kekuasannya itu. karena mereka tidak memiliki kemampuan atau modal apapun
selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan para pemegang kekuasaan bersifat negatif
tersbut biasanya tidak akan berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan dukungan
sepenuhnya oleh rakyatnya.
Di negara demokrasi, dimana kekuasaan adalah ditangan rakyat, maka jalan menuju kekuasaan
selain melalui jalur birokrasi biasanya ditempuh melalui jalur partai politik. Partai partai politik
berusaha untuk merebut konstituen dalam masa pemilu. Partai politik selanjutnya mengirimkan
calon anggota untuk mewakili partainya dalam lembaga legislatif. Dalam pemilihan umum
legislatif secara langsung seperti yang terjadi di Indonesia dalam Pemilu 2004 maka calon
anggota legislatif dipilih langsung oleh rakyat.
Legitimasi kekuasaan
Dalam pemerintahan mempunya makna yang berbeda: "kekuasaan" didefinisikan sebagai
"kemampuan untuk memengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu yang bila tidak
dilakukan", akan tetapi "kewenangan" ini akan mengacu pada klaim legitimasi, pembenaran dan
hak untuk melakukan kekuasaan. Sebagai contoh masyarakat boleh jadi memiliki kekuatan untuk
menghukum para kriminal dengan hukuman mati tanpa sebuah peradilan sedangkan orang-orang
6
yang beradab percaya pada aturan hukum dan perundangan-undangan dan menganggap bahwa
hanya dalam suatu pengadilan yang menurut ketenttuan hukum yang dapat memiliki
kewenangan untuk memerintahkan sebuah hukuman mati.
Dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial, kekuasaan telah dijadikan subjek penelitian dalam
berbagai empiris pengaturan, keluarga (kewenangan orangtua), kelompok-kelompok kecil
(kewenangan kepemimpinan informal), dalam organisasi seperti sekolah, tentara, industri dan
birokrat (birokrasi dalam organisasi pemerintah) dan masyarakat luas atau organisasi inklusif,
mulai dari masyarakat yang paling primitif sampai dengan negara, bangsa-bangsa modern atau
organisasi (kewenangan politik).
Sifat kekuasaan
Kekuasaan cenderung korup adalah ungkapan yang sering kita dengar, atau dalam bahasa
Inggrisnya adalah Power tends to corrupct. Kekuasaan dapat dikatakan melekat pada jabatan
ataupun pada diri orang tersebut, penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Position Power,
kekuasaan yang melekat pada posisi seseorang dalam sebuah organisasi. 2. Personal Power,
kekuasaan yang berada pada pribadi orang tersebut sebagai hubungan sosialnya.
French & Raven mengatakan bahwa ada lima jenis kekuasaan: 1. Kekuasaan memberi
penghargaan. 2. Kekuasaan yang memaksa 3. Kekuasaan yang sah. 4. Kekuasaan memberi
referensi. 5. Kekuasaan ahli Sumber kekuasaan bila dikaitkan dg kegunaan, maka sbb: 1.Militer
& Polisi  utk mengendalikan kekerasan dan kriminal 2.Ekonomi  utk mengendalikan tanah,
buruh, kekayaan & produksi 3.Politik  utk pengambilan keputusan 4.Hukum  utk
mempertahankan, mengubah, & melancarkan interaksi 5.Tradisi  utk mempertahankan sistem
kepercayaan / nilai-nilai
Sumber utama kekuasaan adalah jabatan atau otoritas. Sumber lainnya adalah: (1) karakteristik
personal (kharisma), (2) keahlian (expertise), dan (3) peluang (opportunity)
7
KEPEMIMPINAN
Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan
adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman
ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari
peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Ciri-Ciri Seorang Pemimpin
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai
sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya
persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik
seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya
kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka
manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Kekuasaan vs Kepemimpinan
Kekuasaan dekat dengan kepemimpinan. Pemimpin tanpa kekuasaan, seperti orang yang hanya
memiliki sebelah kaki. Pemimpin formal dalam organisasi barangkali memiliki otoritas, tapi
belum tentu memiliki kekuasaan. Kita bisa menyebutnya sebagai pemimpin yang lemah atau
pemimpin yang tidak efektif. Jadi permasalahannya adalah hal-hal apa yang membuat seseorang
menjadi pemimpin yang efektif dalam organisasi dengan perkataan lain bagaimana berkekuasaan
yang dimiliki seseorang seimbang dengan otoritas yang dipegangnya. Artinya, agar mampu
mejalankan otoritas secara efektif seorang pemimpin memerlukan kekuasaan yang bersumber
dari aspek formal maupun ciri-ciri personal. Menurut Jones (2007: 188-90) seorang pemimpin
yang efektif membutuhkan 5 persyaratan: 1. Energy atau daya juang semana dan dorongan untuk
maju; 2. Rasa percaya diri dan control diri yang tinggi; 3. Intuisi, kecerdasan, kemampuan
8
kognitif; 4. Kecerdasan emosi dan kemampuan berempati; 5. Etika dan integritas moral yang
baik.
Teori Kepimimpinan
1. Teori sifat kepemimpinan
a. Kecerdasan intelligence
b. Kedewasaan social dan hubungan social yang luas
c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
d. Sikap-sikap hubungan manusiawi
2. Teori kelompok
Teori ini dikembangkan atas dasar ilmu psikologi social yang menyatakan bahwa untuk
pencapaian tujuan-tujuan kelompok harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin
dan bawahannya.
3. Teori situasional
Pendekatan sifat maupun kelompok terbukti tidak memadai untuk mengunkap teori
kepemimpinan yang menyeluruh. Perhatian dialihkan pada aspek-aspek situasional
kepemimpinan.
4. Teori path-goal
Teori ini menganalisa pengaruh dampak kepemimpinan terutama perilaku pemimpin
terhadap motivai bawahan. Kepuasan dan pelaksanaan kerja.
Tipe-tipe kepemimpinan
A. Otokratis, mempunyai ciri-ciri:
1. Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin
2. Teknik-teknik dan langkah-langkah kegiatan di dikte oleh atasan setiap waktu
B. Demokratis, mempunyai ciri-ciri:
1. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil
dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
9
2. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian
tugas dilakukan oleh kelompok
C. Laissez faire, mempunyai ciri-ciri:
1. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisi
10
Download