BELAJAR BAHASA ARAB ALQURAN

advertisement
Topik 1: Dzalika Al-Kitabu
Insya Allah saya akan memulai menulis belajar bahasa Arab dari AlQuran. Dimulai dari Surat Al-Baqaroh. Tiap posting diusahakan tidak
terlalu panjang, agar bisa dicerna dan dipahamkan. Frekeuensi posting
juga akan diatur.
Sebagai pembuka, mari mulai dengan surat Al-Baqaroh ayat 1 dan 2.
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫الم‬
Alif - lam - mim : Hanya Allah yang tahu artinya.
‫ذلك الكتاب‬
dzalika alkitabu : itu (sebuah) kitab
Pembagian Jenis Kata dalam bahasa Arab:
1. Isim (kata benda)
2. Fi'il (kata kerja)
3. Harf (kata tugas)
Bandingkan dengan bahasa Indonesia atau Inggris, pembagian kata
cukup banyak, ada kata sifat (adjective), kata benda (noun), kata tunjuk,
kata ganti, kata kerja (verb), dsb.
Kok bahasa Arab pembagian kata sedikit sekali: hanya 3?
Ini pertanyaan awal yang sering muncul pada saat orang baru belajar
bahasa Arab.
1
Sebenarnya tidak. Kata dalam bahasa Arab juga banyak jenisnya. Ambil
contoh kata dzalika = itu. Dalam bahasa arab kata ini termasuk kata
benda (isim).
Lho kok gitu? Bukannya dalam bahasa Indonesia kata "itu" adalah kata
ganti tunjuk, bukan kata benda? Kok dalam bahasa arab kata dzalika =
itu, termasuk kata benda?
Bukannya dalam bahasa indonesia kata benda itu, misalkan: rumah,
mobil, dsb.
Ya, betul. Dalam bahasa Arab, rumah, mobil dsb itu, juga termasuk kata
benda, yang disebut kata benda alam (isim alam), karena benda-benda
itu wujud ada di alam. Lalu kata dzalika = itu, disebut kata benda tunjuk
(isim isyaroh).
Ooo... begitu... Jadi sebenarnya walaupun dalam bahasa Arab kata
hanya dibagi 3 jenis (isim, fi'il, dan harf), tapi isim sendiri terbagi-bagi
lagi. Ada isim alam, ada isim isyaroh, ada isim maushul dsb. Insya Allah
kita akan bahas satu-satu nanti.
Ooo... kalau memang dzalika = itu, yang dalam bahasa Indonesia
disebut kata ganti tunjuk, dalam bahasa arab dia termasuk isim isyaroh.
Kalau begitu mengapa pengelompokannya dibagi menjadi 3 bagian?
Kenapa gak dikelompokkan misalkan 8 bagian atau sama dengan
pengelompokan bahasa Ingris?
Nah disini menariknya bahasa Arab. Ternyata pengelompokan jenis
kata menjadi 3 saja itu tujuannya adalah bahwa: hukum-hukum yang
berlaku bagi 3 jenis kata tersebut dalam satu kelompok sama. Contoh,
setiap isim, tidak terpengaruh waktu. Misalkan kata buku waktu
2
kemaren disebut ‫(الكتاب‬al-kitaabu), sedangkan waktu besok disebut alkitaabu.
Bentar-bentar... gak ada bedanya dong sama bahasa Inggris atau
bahasa Indonesia... Book dalam kalimat Past Tense, tetap Book dalam
kalimat future tense. Ok, Anda benar... Maksud saya hanyalah
mengatakan bahwa hukum-hukum isim itu dalam satu kelompok
tersendiri. Biar tambah jelas. Kata dzalika (itu), dalam bahasa arab
termasuk isim (kata benda), maka kata dzalika itu juga tunduk kepada
hukum-hukum isim (misalkan tidak terikat waktu).
Ah... itu sih gampang. Bahasa Indonesia juga begitu kan?
Ok... ok, bangaimana kalau saya katakan selain tidak terikat waktu
dalam bahasa Arab hukum isim berubah sesuai dengan jenis kelamin
subject? Misal saya sebutkan: Itu buku = ‫ذلك كتاب‬
Kalau saya suruh Anda membuat kalimat: Itu pohon. Pohon bahasa
Arabnya adalah syajaratun ‫ شجرة‬. Apakah anda akan bilang spt ini:
‫ذلك شجرة‬
dzalika sajaratun = itu(sebuah) pohon.
JAWABAN ANDA SALAH. Kenapa?
Karena dzalika adalah isim yang terikat dengan hukum-hukum isim,
yang salah satunya mengatakan bahwa isim berubah mengikuti jenis
kelamin subjectnya. Nah kata kitaab (buku) berjenis kelamin laki-laki,
maka kita pakai isim isyaroh (kata tunjuk) berjenis laki-laki juga yaitu
dzalika. Lalu kata dzalika ini menjadi tilka, untuk subject yang berjenis
perempuan. Kata pohon berjenis perempuan, maka yang betul
kalimatnya menjadi
3
‫تلك شجرة‬
tilka syajaratun = itu(sebuah) pohon.
Nah, kira-kira anda kebayang kan..., bedanya dengan bahasa Indonesia?
Ringkasnya:
Dalam bahasa Indonesia, kata benda tidak terikat dengan jenis kelamin
dari subject yang dibicarakan. Dalam bahasa Arab, tidak demikian.
Contohnya kata "itu" dalam bahasa arab termasuk kata benda, maka
dia terikat dengan hukum kata benda yang salah satunya menyatakan:
kata itu berubah bentuk sesuai dengan jenis kelamin subject yang
dibicarakan. Jadi kata "itu" bisa berupa dzalika (untuk subject laki-laki)
atau tilka (untuk subject) perempuan.
-- Nantikan topik selanjutnya: Insya Allah minggu depan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/22/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/03/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_22.html
4
Topik 2: Nakiroh Ma'rifah
Bismillahirrahmanirrahim.
Pada topik 1: telah dibahas secara sepintas pembagian jenis kata dalam
bahasa Arab, dimana kata dalam bahasa Arab hanya dibagi 3, yaitu kata
benda (isim), kata kerja (fi'il), dan kata tugas (harf). Contoh yang dipakai
menggunakan surat Al-Baqaroh ayat 1 - 2. Pada topik kali ini akan
dibahas mengenai topik kata benda, mengenai kata benda telah
diketahui, dan kata benda belum diketahui.
Baiklah, kita mulai saja.
Pada topik 1, ada penanya (syukron atas pertanyaannya), yang
menanyakan kalau memang kata benda (isim) dalam bahasa Arab,
sangat tergantung pada jenis kelamin kata (apakah perempuan atau
laki-laki), maka bagaimana cara menentukan apakah kata benda ini
berjenis laki-laki (male), atau berjenis perempuan (female).
ambil contoh:
‫ذلك كتاب‬
dzalika kitaabun = itu (sebuah) kitab. Adalah struktur kalimat yang
benar. Karena kata dzalika (berjenis laki-laki), kitaabun (berjenis lakilaki).
‫ذلك شجرة‬
dzalika syajaratun = itu (sebuah) pohon. Adalah struktur kalimat yang
salah. Karena kata dzalika (berjenis laki-laki), sedangkan pohon
(berjenis perempuan).
‫تلك شجرة‬
5
tilka syajaratun = itu (sebuah) pohon. Inilah kalimat yang benar, karena
dua-duanya merupakan kata benda berjenis perempuan.
Lalu bagaimana mengetahui suatu isim termasuk berjenis laki-laki atau
perempuan?
Untuk kata benda penunjuk (isim isyaroh) spt "ini", "itu", maka tidak
ada cara kecuali dihapalkan saja. Wah repot dong.... Gak juga, kata
dalam kelompok ini tidak begitu banyak spt:
‫ذلك‬
dzalika = itu (laki-laki)
‫تلك‬
tilka = itu (perempuan)
‫هذا‬
hadzaa = ini (laki-laki)
‫هذه‬
hadzihi = ini (perempuan)
Mengenalkan Teman
Bayangkan disebelah anda Ada, Febrianti dan Sutanto. Kemudian
datang teman lain yang belum kenal Febrianti dan Sutanto, maka Anda
akan berkata:
‫ هذا‬Sutanto (hadzaa Sutanto), ‫ هذه‬Febrianti (hadzihi Febrianti). Ini
Sutanto, ini Febrianti.
6
Untuk kata benda alam (isim alam) seperti mobil, kantor, perpustakaan,
buku dll, maka cara yang paling mudah adalah dengan melihat apakah
ada ta marbutoh ‫ ة‬atau ‫( ـة‬ta tertutup) pada akhir katanya. Jika ada ta
marbutoh, maka kata ini termasuk jenis perempuan.
Contoh:
‫ شجرة‬syajaratun = pohon
‫ بقرة‬baqoratun = sapi betina
‫ فاطمة‬fatimah = nama orang
Ada beberapa tanda-tanda lain (yang lebih jarang muncul) untuk isim
alam jenis perempuan, tetapi pada kesempatan kali ini kita hanya
tampilkan satu yaitu adanya ta marbutoh. Tanda ini paling sering
muncul.
Nakiroh dan Ma'rifah
Sekarang kita masuk ke topik baru. Pada saat kita baca ‫ ذلك الكتاب‬dzalika
al-kitaabu (buku itu), kata buku ‫( كتاب‬kitaabu) ditambahkan AL (‫)الـ‬
menjadi ‫( الــكتاب‬al-kitaabu), penambahan AL ini maksudnya adalah
menjadikan suatu kata benda menjadi sesuatu yang diketahui
(definitif), sama halnya dalam bahasa Inggris, untuk memberitakan
sesuatu yang sudah diketahui ditambah THE.
Misalkan:
I read a book ‫ أقرأ كتابا‬aqra-u kitaaban
I read the book ‫ أقرأ الكتاب‬aqra-u al-kitaaba
Pada contoh pertama, si pendengar belum mengetahui buku apa yang
dimaksud oleh si pembicara. Sedangkan pada contoh kedua si
7
pembicara yakin si pendengar sudah sama-sama tahu buku apa yang
sedang dia baca.
Pada contoh pertama, kata kitaab disebut nakiroh (artinya belum
definitif, belum diketahui oleh yang mendengar object yang jelas).
Sedangkan pada contoh kedua disebut ma'rifah (definitif) yang artinya
pembicara yakin pendengar tahu secara pasti (definitif) object mana
yang disebut.
Kembali ke surat Al-Baqaroh:
‫ ذلك الكتاب‬dzaalika al-kitaabu
maka kitaab (buku) disini ma'rifah, artinya pembaca ayat ini
diasumsikan sudah tahu kitaab apa yang dimaksud. Dzalika Al-kitaabu =
buku itu, atau bisa dibaca buku (yang kalian sudah tahu tentangnya) itu.
Menurut tafsir, maksud dari "buku itu" adalah Al-Quran itu sendiri.
Demikian pembahasan ringkas Ma'rifah dan Nakiroh. Insya Allah akan
kita lanjutkan lagi pada minggu ini atau minggu depan. Jika ada yang
ingin dikomentari, ditanyakan, memberikan usulan, atau perbaikan,
silahkan klik comments dibawah. Syukron katsiron.
Topik berikut Insya Allah: Bagaimana struktur kalimat yang sempurna
dalam bahasa Arab.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/26/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/03/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_26.html
8
Topik 3: Membentuk Kalimat Sempurna
Bismillahirrahmanirrahim.
Pada topik 2, kita telah menjelaskan apa bedanya kitaabun (buku)
dengan al-kitaabu (buku), yaitu perbedaannya terletak pada telah jelas
atau belum jelasnya benda yang dibicarakan oleh si pendengar.
Kebetulan tidak ada respon yang ditulis di Comments, maka saya
anggap, para pembaca telah mengerti. Tetapi ada yang bertemu
dengan saya dan menyampaikan kesimpulan dia di topik ke 2:
"Berarti yang akhirannya tun tun itu pasti jenis perempuan ya...?",
begitu kesimpulan teman saya tersebut. Saya belum jawab, karena saya
ingin share jawabannya di blog ini.
Oke sebelum masuk ke topik inti yaitu membentuk kalimat sempurna,
maka seperti biasa saya menjawab pertanyaan dulu. Oh ya, lain kali,
tolooooongg bangeeet.... kalau ada pertanyaan tulisnya di Comments
(iconnya di akhir tulisan ini). Tujuannya adalah selain memudahkan
saya mencari jawabannya, pembaca lain juga jadi tahu apa yang
dibahas.
Pertanyaan, atau lebih tepatnya pernyataan:
"Berarti yang akhirannya tun tun itu pasti jenis perempuan ya...?".
Jawaban saya, iya kalau posisi dia sebagai mubtada' atau fa'il. Nah
mengenai mubtada' atau fa'il ini akan kita bahas pada topik-topik
berikutnya. Satu-satu ya teman... hehe... Belajar itu harus pelan-pelan,
biar meresap... Gitu kata ahli hikmah...
Kemaren saya ambil contoh: ‫ شجرة‬syajaratun (pohon), ini kata berjenis
perempuan. Lalu teman saya mengatakan kalau begitu asal
9
belakangnya tun tun pasti berjenis perempuan. Seperti syajaratun,
bintun (gadis perempuan) dsb.
Saya jawab iya. Tapi bagaimana kalau saya tulis begini ‫ شجرة‬syajaratin,
atau saya tulis syajaratan. Saya memang tidak menuliskan harokat َ
dan lain-lain, karena kalau saya tuliskan, maka tanda-tanda titik seperti
titik pada "sya ‫ "ش‬akan tertimpa tanda harokat, sehingga tidak jelas lagi
(apakah ini kerterbatasan Windows XP saya?) Tapi gak apa-apa, karena
dalam bahasa Arab yang asli, tanda-tanda harokat juga tidak ada.
Kembali lagi, ‫ شجرة‬kalau pakai harokat bisa saya tulis, syajaratun,
syajaratan, syajaratin, syajaratu, syajarata, dan syajarati, dan kalau
dalam bahasa percakapan ta marbutoh nya saya matikan/saya
waqofkan (menjadi bunyi h), sehingga diucapkan menjadi syajarah. Nah
loh berarti ada 7 kemungkinan bacaan. Dimana yang berakhiran tun
merupakan salah satunya.
Lalu yang mana yang berjenis perempuan? Jawabannya ke 7 jenis
bacaan itu, tidak mempengaruhi status ‫ شجرة‬sebagai kata benda
berjenis perempuan. Apakah dibaca syajaratun, syajaratu, syajaratan,
syajarata, syajaratin, syajarati, mapun syajarah.
Lalu apa bedanya dong antara syajaratun dengan syajaratu. Hehe... ini
pertanyaan yang sama di kepala saya beberapa bulan yang lalu waktu
belajar bahasa Arab. Biar gak penasaran jawaban singkatnya, jika ada
AL (‫ )الــ‬misal ‫ الشجرة‬maka huruf n dibuang. Jadi ‫ الشجرة‬hanya boleh dibaca
as-syajaratu, as-syajarata, as-syajarati, atau as-syajarah.
Kok begitu? Ya begitulah hukum atau aturan-aturan dalam bahasa
Arab, yang hanya orang Arablah yang berhak membuat aturan-aturan
itu.
10
Pertanyaan ke dua: kalau begitu, apa bedanya antara antara assyajaratu dengan as-syajarata? Jawaban ringkasnya adalah melihat
kepada posisi yang ditempati oleh kata tsb. Apakah dia sebagai subject
atau sebagai objek. Jika dia sebagai subject, maka dia dibaca assyajaratu, jika dia sebagai objek maka dibaca as-syajarata.
Auuu... bingung... bisa kasih contoh gak?
Gini gini... Contoh:
Pohon ini besar. ‫( هذه الشجرة كبيرة‬hadzihi as-syajaratu kabiiratun)
Saya (telah) melihat (sebuah) pohon. ‫( رأيت الشجرة‬ro-ai-tu as-syajarata)
Pohon dalam kalimat pertama berfungsi sebagai subject, maka dia
dibaca as-syajaratu, sedangkan Pohon dalam kalimat dua berfungsi
sebagai object maka dia dibaca as-syajarata.
Okeh... cukup dulu disitu jawab pertanyaannya ya... Sekarang ke topik
utama, membuat kalimat sempurna... Tapi pembaca... aduh... udah
kepanjangan... disambung nanti saja ya... Insya Allah... jangan lupa isi
comments di bawah ini. Satu lagi... Jangan kapok ya belajar bahasa
Arab... Insya Allah dapat pahala kok, karena semakin ngerti bahasa Arab
semakin asyik kan... Dengerin imam yang suaranya tartil, merdu,
merayu... bisa bisa nangis loh, karena tahu apa yang dibaca sang
Imam... Syukron.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/28/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/03/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_28.html
11
Topik 4: Membentuk Kalimat Sempurna
Bismillahirrahmanirrahim
Pada topik kali ini akan dibahas bentuk kalimat sempurna. Layaknya
dalam bahasa Indonesia satu ide kalimat disebut lengkap kalau memiliki
Subject dan Prediket. Sebagai contoh: "Buku itu besar", adalah kalimat
sempurna. Tapi kalau saya sebut: "Buku itu", nah ini kalimat yang
belum lengkap, karena maknanya masih menggantung. Tapi kalau saya
tulis "Itu sebuah buku", maka ini sudah menjadi kalimat sempurna,
karena ide kalimatnya sudah lengkap.
Dalam struktur bahasa Arab, contoh diatas dapat ditulis sbb:
‫ذلك الكتاب‬
Prediket Subject
Khobar Mubtada'
Buku Itu
Jika dibaca dari kanan : Itu (sebuah) buku. Kalimat ini disebut kalimat
sempurna. Jadi kalau sudah ada Subject (Mubtada') dan Prediket
(Khobar), maka struktur kalimat menjadi lengkap.
Contoh lain: Pasar (itu) besar
‫ سوق كبير‬suuqun kabiirun. Subjectnya "Pasar", Prediketnya "Besar".
Contoh lain: Itu (sebuah) pasar besar
‫ ذلك سوق كبير‬dzalika suuqun kabiirun. Subjectnya "itu", Prediketnya
"pasar besar".
Kembali ke surat Al-Baqaroh:
12
‫ ذلك الكتاب ال ريب فه‬dzaalika al-kitabu laa raiba fiihi
Kitab itu tidak ada keraguan di dalamnya.
Dapat dipandang sbb:
1. (S) Itu -- (P) Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya
2. (S) Kitab -- (P) tidak ada keraguan di dalamnya
3. (S) tidak ada keraguan (P) di dalamnya
Kalimat diatas dapat dipandang sebagai (S) dan (P) [baris 1] dimana (P)
nya terdiri dari (S) dan (P) [baris 2], dan (P) baris 2 sebenarnya terdiri
dari satu kalimat sempurna juga yaitu (S) dan (P) baris 3.
Demikian dulu untuk sujebct ini. Sampai ketemu dalam topik
berikutnya. Jangan lupa isi Comments. Syukron katsir.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/30/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/03/belajar-bahasa-arab-denganal-quran_30.html
13
Topik 5: Huruf Jar
Bismillahirrahmanirrahim
Topik kali ini, kita akan membahas mengenai Huruf Jar. Binatang
apakah ini? Dalam bahasa Indonesia kita biasa menyebut kata depan
spt:
Saya di rumah
‫ انا في البيت‬ana fii al-bayti
Kata: di (atau didalam) dalam bahasa Arab adalah ‫ في‬fii, inilah yang
disebut huruf Jar.
Kembali ke surat Al-Baqaroh: 1-2
Kitab itu, tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang
muttaqien. Ada 2 huruf jar kita temui yaitu:
‫( ال ريب فيه‬laa raiba fii hi) yaitu pada kata ‫( فيـ‬fii) yang artinya di atau
didalam
‫(هدى للمتقين‬hudan lil-muttaqien) yait pada kata ‫( ل‬li) yang artinya bagi.
Kata ‫ للمتقين‬ini jika kita pecah terdiri dari 2 kata yaitu ‫( ل‬li) dan ‫( المتقين‬almuttaqien).
Apa saja huruf jar yang sering dijumpai?
Tadi sudah disebutkan dari, untuk. Yang cukup banyak dijumpai adalah:
‫ من‬min = dari
‫ إلى‬ila = ke
‫' عن‬an = dari
14
‫' على‬ala = diatas
‫ تحت‬tahta = dibawah
‫ في‬fii = didalam
‫ ل‬li = untuk/bagi
Wah wah banyak yang mesti dihafal ya? Kalau gak mau repot, kalau
menghafalkan surat Al-Baqaroh, ingat saja kata fii dan li.
Untuk latihan:
Saya didalam pasar
‫ انا في السوق‬-- ana fi as-suuqi
Dia dari terminal
‫ هو من المحطة‬huwa minal mahaththoti
Sebelum menutup topik ini, dulu waktu saya menghafal ayat Al-Quran,
kadang suka salah.
Misalkan yang betul:
laa roiba fiihi hudal lil muttaqien. ‫للمتقين‬
Nah saya suka lupa menyebutkan begini:
laa roiba fiihi hudal lil muttaquun. ‫للمتقون‬
Walaupun secara arti, keduanya artinya sama, tetapi secara tatabahasa yang betul adalah yang pertama (muttaqien).
15
Nah lalu, apa bedanya muslimiin, dengan muslimuun? Ini dibahas
dalam topik berikut. Topik berikut insya Allah, mengenai hukum yang
berkaitan dengan huruf jar.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/02/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik.html
16
Topik 6: Rumah Pria Besar
Bismillahirrahmanirrahim
Kalau saya menyebut kalimat begini "Rumah pria besar". Atau "Rumah
pria yang besar itu". Apa yang terbayang dalam pikiran Anda? Apakah
yang besar itu? Apakah "Rumah" atau "Pria"nya?
Kalau saya tulis: Rumah pria yang besar, ada 2 kemungkinannya:
(Rumah pria) yang besar --> yang besar Rumahnya
Rumah (pria yang besar) --> yang besar Prianya.
Masalah-masalah spt ini sering muncul dalam ber-bahasa Indonesia.
Tafsir kalimat jadi abu-abu, dan kabur.
Salah satu mu'jizat bahasa Arab (paling tidak menurut saya yang baru
belajar ini) adalah, menjelaskan tafsir yang sebenarnya. Sehingga
makna kalimat menjadi jelas, tidak abu-abu.
Ambil contoh yang tadi:
‫بيت الرجل العظيم‬
Baytur rajuli al-'adziimi --> Rumah (pria yang besar). Prianya yang besar,
rumahnya bisa jadi kecil.
Tapi kalau saya tulis begini:
‫بيت الرجل العظيم‬
Baytur rajuli al-'adziimu --> (Rumah pria) yang besar. Yang besar adalah
Rumahnya, prianya bisa jadi kecil.
17
Terlihat kan, bahwa dengan hanya merobah harokat maka kejelasan
makna kalimat menjadi terang sekali. Berbeda dengan bahasa
Indonesia kan?
Topik ini nanti dibahas pada bagian Mudhof. Insya Allah.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/03/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_03.html
18
Topik 7: Tinjau ulang topik 1 s/d 6
Bismillahirrahmanirrahim.
Pada topik 1 kita telah menjelaskan jenis-jenis kata dalam bahasa Arab,
yaitu: (1) isim--kata benda, (2) fi'il--kata kerja, dan (3) harf (atau huruf)-kata tugas. Topik 2 sampai 5 kita telah jelaskan jenis-jenis isim dan harf.
Topik 6 agak melenceng sedikit, menjelaskan masalah mudhof (atau
kata majemuk).
Sekarang kita review ulang surat Al-Baqaroh 1-2:
Kitab itu, tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang
yang bertaqwa.
Karena tujuan akhir kita adalah bagaimana dengan cepat kita bisa
menerjemahkan (ingat bukan menafsirkan loh... karena untuk
menafsirkan perlu ilmu-ilmu lain), maka cara tercepat menurut saya
adalah kemampuan memenggal-menggal kata dalam kalimat.
Perhatikan ayat 2 diatas, menurut Anda terdiri dari berapa penggalan
kata? Kalau jawaban Anda 7 maka jawabannya salah. Jawaban yang
betul adalah 9 kata yaitu:
‫ المتقين‬.....‫ ل‬......‫ هدى‬......‫ ـه‬.......‫ في‬......‫ ريب‬.....‫ ال‬.....‫الكتاب‬.....‫ذلك‬
Teknik selanjutnya adalah (ini menurut pendapat saya pribadi loh...)
setelah mengetahui 9 kata tersebut kita mengetahui apakah dia
termasuk isim, fi'il, atau harf. Why? Karena kalau sudah punya "feeling"
jenis-jenis kata tsb, kita minimal bisa "nebak-nebak" artinya.
Okeh... sekarang kita urai satu-satu. ‫ ذلك‬itu, ‫ الكتاب‬buku, ‫ ال‬tidak ada, ‫ريب‬
keraguan, ‫ في‬didalam, ‫ ـه‬nya, ‫ هدى‬petunjuk, ‫ ل‬bagi, ‫ المتقين‬orang-orang
yang bertaqwa.
19
‫ ذلك‬dzalika: itu --> isim isyaroh (kata benda tunjuk)
‫ الكتاب‬al-kitaabu: buku --> isim alam ma'rifah (kata benda yang sudah
spesifik)
‫ ال‬laa: tidak ada --> harf (kata tugas), tugasnya adalah meniadakan
secara makna kata setelahnya
‫ ريب‬roiba: keraguan --> isim
‫ في‬fii: didalam --> harf jar (kata tugas), tugasnya adalah menjadikan kata
setelahnya tidak berakhiran un atau u, tetapi in atau i. Lihat topik 5.
‫ ـه‬hi: nya --> isim dhomir (kata ganti orang)
‫ هدى‬hudan: petunjuk --> isim
‫ ل‬li: bagi --> harf jar (kata tugas). Lihat topik 5
‫ المتقين‬al-muttaqien: orang-orang yang bertaqwa --> isim alam.
Setelah tahu pembagian tsb, lalu ngapain? Apa pentingnya tahu
pembagian isim, fi'il, harf? Nah kembali lagi kita lihat ayat 2 diatas,
terdiri dari 9 kata. Adakah kata kerja (fi'il) didalamnya? Tidak ada khan?
So??? Ya, kalau tidak ada berarti kalimat tsb kalimat yang tidak ada kata
kerjanya. Ah bingung... Gini2x... Kalau saya sebutkan:
Rumah dipuncak bukit itu indah rupawan, diatasnya ada pemandangan
gunung yang menghijau.
Nah, walau kalimat itu panjang, adakah bayangan "pekerjaan" dalam
kalimat diatas? Bandingkan dengan ini.
20
Rumah dibawah lembah itu ditimpa longsor, dari batu yang
menggelinding dengan cepat, menimpa lalu meremukkan rumah
tersebut.
Nah dalam kalimat ini ada kata kerjanya yaitu: ditimpa, menggelinding
dengan cepat, menimpa, meremukkan. Terbayang ada "Action" disini
kan, ada sesuatu yang bergerak, bekerja. Itulah kata kerja (atau fi'il)
dalam bahasa Arab.
Kembali lagi ke ayat 2 surat Al-Baqaroh diatas, kita tidak menemukan
fi'il (atau kata kerja). Semuanya kata benda dan harf (kata tugas) saja.
Buku itu, tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang-orang
bertakwa.
Kalimat ini semacam kalimat pemberitahuan, bahwa kitab itu (yaitu Alquran) tidak ada keraguan sedikitpun didalamnya, dan dia adalah
petunjuk bagi orang-orang bertaqwa.
Perlu dilihat disini kata-kata ‫ ال‬yang diikuti kata benda yang berbentuk
nakiroh (umum) ‫ ريب‬: keraguan. Tugas Laa itu adalah meniadakan
apapun jenis kata benda setelahnya (yaitu keraguan). Yang bisa
diterjemahkan, tidak ada setetespun (sedikitpun) terhadap segala jenis
keraguan, didalamnya.
Demikian dulu topik ini kita tutup... Insya Allah akan kita lanjutkan lagi...
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/05/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_05.html
21
Topik 8: Mengimani, Mendirikan, Rezkikan, Menginfakkan
Bismillahirrahmanirrahim
Topik kali ini insya Allah kita akan membahas mengenai fi’il (kata kerja).
Dalam bahasa Arab kata kerja dibagi 2 jenis, yaitu kata kerja sempurna-perfect tense (atau telah lewat – Past Tense), dan kata kerja belum
sempurnya--imperfect tense (atau sedang dilakukan, atau akan
dilakukan – Present Tense/Future Tense). Bagi yang sudah biasa
berhasa Ingris, kenyataan ini cukup mengherankan. Bahasa Arab
ternyata lebih sederhana!!!
Kata kerja sempurna, dan belum sempurna... Nah loh, apa lagi tuh...?
Kalau dalam bahasa Indonesia kita bisa berkata begini:
”Muhammad membaca buku”.
Apa yang terbayang dalam pikiran Anda? Ya, anda akan tahu bahwa ada
orang yang bernama Muhammad membaca buku? Kalau saya tanya,
”Kapan?”, ”Kapan dia membaca buku?”. "Apakah sekarang dia sudah
selesai membaca buku?". Nah disini Anda mulai kerepotan. Yah itulah
kelemahan bahasa Indonesia. Tidak ada indikasi kapan sesuatu
perkejaan dilakukan. Bisa itu dikerjakan kemaren, saat ini, atau besok.
Bagaimana dalam bahasa Arab? Dalam bahasa Arab maka suatu
perkerjaan dibedakan dalam 2 domain waktu saja, yaitu telah dilakukan
(telah selesai dilakukan, atau telah lewat), atau belum selesai dilakukan
(sedang dilakukan, atau akan dilakukan). Misalkan spt ini:
‫اب‬
َ َ ‫ محمد يَ ْق َرأ الكت‬Muhammadun yaqra-u al-kitaaba (Muhammad sedang
membaca buku)
22
‫اب‬
َ َ ‫ محمد قَ َرأ َ الكت‬Muhammadun qara-a al-kitaaba (Muhammad telah
membaca buku)
Terlihat dari dua kalimat diatas, terdapat 2 isim (kata-benda) yaitu ‫محمد‬
dan ‫ الكتَاب‬. Sedikit mengulang topik yang lalu mengenai kata benda
spesifik (ma’rifah) dan belum spesifik (nakiroh). Kata buku ( ‫– كتَاب‬
kitaab) maka karena ada ( al- ‫ ) الــ‬maka dia menjadi spesifik (artinya
orang yang mendengar kalimat itu dianggap sudah mengerti buku mana
yang dimaksud). Jika ingin tahu lebih detail masalah ini lihat topik-topik
yang lalu.
Isim yang kedua adalah ‫ محمد‬Muhammadun (atau kalau dalam bahasa
lisan – Muhammad). Karena ini nama orang, bukan nama jenis, maka ini
termasuk spesifik. Artinya pendengar (orang yang mendengar kalimat
ini diucapkan), dianggap telah tahu Muhammad mana yang dimaksud
(apakah Muhammad Rafli, Muhammad Satori, dll).
Kata yang ketiga yang kita temui dalam kalimat diatas adalah kata kerja
: membaca. Ada 2 format yang kita temui yaitu:
‫ َي ْق َرأ‬--ya'ra-u dia sedang membaca
َ ‫– قَ َرأ‬-qa-ra-a dia telah membaca
Nah, pada topik kali ini kita telah mempelajari dua jenis kata kerja yaitu:
kata kerja sedang, dan kata kerja telah (lihat contoh diatas).
Oke oke... bagaimana kita membedakan bahwa suatu kata itu bersifat
sedang (fi’il mudhori’) atau bersifat lampau (fi’il madhy)?
Lihat contoh diatas baik-baik. Terlihat bahwa beda antara bentuk
sedang dan telah hanyalah apakah ada tambahan kata didepan nya.
Bingung?
23
Gini… gini… Kata membaca
َ ‫ – قَ َرأ‬qa-ra-a adalah asal kata dari membaca… Aduh apa lagi nih… apa
maksud asal kata itu?
Gini. Dalam bahasa Arab, kata itu punya asalnya (atau akarnya). Misal
kata
‫ مسْلم‬muslimun (1 orang pria muslim), asal kata nya ‫ أ َ ْسلَ َم‬dan akar kata
dari aslama adalah ‫سلَ َم‬
َ – sa-la-ma. Sebagai informasi awal (Insya Allah
akan dibahas lebih detail), akar kata "asli" bahasa Arab, terdiri dari 3
huruf. Akar kata ini menjadi indeks awal di kamus. Jadi kalau mencari
kata muslim ‫ مسْلم‬jangan dicari di huruf
‫ م‬, tapi carilah di huruf ‫س‬.
Kembali lagi, dalam bahasa arab, akar kata itu berbentuk kata kerja
telah (fi’il madhy). Jadi asal kata membaca itu
َ ‫ – قَ َرأ‬qa-ra-a kalau dicari di kamus dicari di huruf ‫ق‬.
Jangan mentang-mentang ketemu kata-kata
‫ – يَ ْق َرأ‬yaq’ra’u (yang artinya juga membaca), maka Anda ujug-ujug
mencari di kamus pada huruf
‫ ي‬. Insya Allah gak bakalan ketemu…. Hahaha…
So, kesimpulannya apa? Kesimpulannya adalah: Kalau mau menjadikan
suatu kata kerja menjadi bentuk sedang maka tambahkan ‫ ي‬atau ‫( يـــ‬ya)
di depan kata kerja bentuk lampau (kata kerja telah). Gampangkan?
Sebagai latihan mari kita lanjutkan surat Al-Baqorah ayat 3
24
Perhatikan ada 4 kata kerja diatas, 3 merupakan bentuk sedang, 1
bentuk telah? Bisa Anda tebak? Mestinya bisa doongg... kan saya dah
kasih rumusnya...
Yang bentuk sedang
‫ – يؤمنون‬yu’ minuu-na (lihat ada tambahan ‫ يــ‬diawal kata) – mereka
sedang beriman
‫ – يقيمون‬yu qii-muu-na (lihat ada tambahan ‫ يــ‬diawal kata) – mereka
sedang mendirikan (sholat)
‫ – ينفقون‬yun fi-quun (lihat ada tambahan ‫ يــ‬diawak kata) – mereka
sedang berinfaq
Yang bentuk lampau
‫ رزقناهم‬-- asal nya adalah ‫ – رزق‬ro-za-qo (yang artinya rezkikan) lalu
mendapat akhiran ‫( نا‬yang artinya kami telah) dan ‫( هم‬yang artinya
kepada mereka). Jadi Razaqnaahum artinya (yang kami telah rezkikan
kepada mereka). Mengenai akhiran ini akan kita bahas pada topik
berikut.
Rasa Bahasa / Makna Sedang
Kalau kita baca “sedang beriman”, “sedang mendirikan (sholat)”,
“sedang berinfaq”, kurang cocok dengan rasa bahasa Indonesia. Maka
kembali ke hokum dasar, maka kata kerja bentuk sedang dalam bahasa
Arab juga dapat diterjemahkan kebiasaan (atau pekerjaan yang rutin
dilakukan).
Maka kalimat diatas dapat diterjemahkan:
25
Mereka terus beriman, dan mereka selalu mendirikan (sholat), dan
mereka rajin berinfaq
Demikian dulu topik ini kita akhiri. Insya Allah, pembahasan yang lebih
dalam akan kita lanjutkan nanti.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/10/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_10.html
26
Topik 9 : Dia, Dia Berdua, Mereka
Bismillahirrahmanirrahim.
Kata yang sering muncul dalam Al-Quran adalah kata ganti orang ke 3
untuk laki-laki, yaitu:
Dia ‫ ه َو‬huwa
Dia berdua ‫ ه َما‬humaa
Mereka ‫ ه ْم‬hum
Hafalkan: huwa, humaa, hum
Contoh kalimat:
Dia ganteng: ‫ هو جميل‬huwa jamiilun
Dia berdua ganteng: ‫ هما جميالن‬huma jamiilaani
Mereka ganteng: ‫ هم جميل ْون‬hum jamiiluuna
Kata ganti orang berdua (dia berdua atau ‫هما‬-humaa) agak jarang
ditemukan dalam Al-Quran, dibandingkan dengan Dia (seorang) ‫هو‬huwa, atau Dia banyak (mereka) ‫هم‬-hum. Jadi ingat sekali lagi:
‫هو‬-huwa dia
‫هم‬-hum mereka
Latihan 1:
Farid adalah seorang siswa. Dia jujur.
Farid ‫فريد‬-Fariid
adalah -- dalam bahasa Arab, tidak ada kata pengganti adalah
27
seorang siswa ‫تلميذ‬-tilmiizun
Dia ‫هو‬-huwa
jujur ‫صادق‬-shoodiqun
Jadi kalimatnya menjadi:
‫فريد تلميذ‬-fariidun tilmiizun (farid seorang siswa)
‫هو صادف‬-huwa shoodiqun (dia jujur)
Latihan 2:
Orang-orang muslim itu ganteng. Mereka orang-orang yang jujur.
‫المسلمون جميلون‬-almuslimuuna jamiiluuna (orang-orang muslim itu
ganteng-ganteng)
‫هم صادقون‬-hum shoodiquuna (mereka jujur)
TIPS:
Terlihat bahwa untuk kata sifat (ganteng, jujur), jika untuk 1 orang (dia
satu orang) tidak ada tambahan waw nun (‫)ون‬. Lihat bedanya dengan
untuk banyak orang (mereka) ada tambahan waw nun di akhir kata
sifatnya. Ingat ‫ صادق‬dengan ‫صادقون‬.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/12/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_12.html
28
Topik 10: Tinjau Ulang Kata Kerja (Fi'il)
Bismillahirrahmanirrahim
Pada topik yang lalu kita sudah melihat pembagian jenis kata kerja
dalam bahasa Arab yaitu hanya terbagi dua macam: Kata Kerja Sedang
(KKS), dan Kata Kerja Lampau (KKL)
Kembali ke Laptop, eh maksudnya ke Quran. Surat Al-Baqarah ayat 3:
Di ayat ini kita temui 3 KKS dan 1 KKL. Yang mana itu? Insya Allah Anda
sudah tahu bukan? Saya ulangi kembali:
Yang bentuk sedang
‫ – يؤمنون‬yu’ minuu-na (lihat ada tambahan ‫ يــ‬diawal kata) – mereka
sedang beriman
‫ – يقيمون‬yu qii-muu-na (lihat ada tambahan ‫ يــ‬diawal kata) – mereka
sedang mendirikan (sholat)
‫ – ينفقون‬yun fi-quuna (lihat ada tambahan ‫ يــ‬diawal kata) – mereka
sedang berinfaq
Yang bentuk lampau
‫ رزقناهم‬-- asal nya adalah ‫ – رزق‬ro-za-qo (yang artinya rezkikan) lalu
mendapat akhiran ‫( نا‬yang artinya kami (telah)) dan ‫( هم‬yang artinya
kepada mereka). Jadi Razaqnaahum artinya (yang kami telah rezkikan
kepada mereka).
Fokus topik kali ini adalah menjelaskan Tips memeriksa apakah kata
kerja itu termasuk KKS atau KKL.
29
Perhatikan contoh diatas sekali lagi. Sebelum saya kasih tips nya, kita
lihat satu contoh dulu:
Terlihat bahwa untuk KKS: selalu ada tambahan diawal kata kerjanya.
Maksudnya? Ya lihat saja contoh diatas. Kata asalnya adalah ‫كتب‬kataba. Lalu untuk membentuk kata kerja sedang (KKS), tambahan
huruf sebelum ‫كتب‬- yang biasa (sering muncul di Al-Quran adalah) ,‫ ت‬,‫أ‬
‫ون‬..‫ يـ‬,‫ يـ‬. Jadi asal ketemu kata-kata tambahan tsb terhadap suatu kata
kerja, maka bisa dikira-kira maksud kata kerja tsb adalah kata kerja
sedang (KKS).
Hal itu dapat diringkaskan dalam rumus berikut:
Mas, oke deh... Saya dah ngerti, mengenai teknik membedakan KKS dan
KKP. Tapi Mas... hmmm ngomong-ngomong kok kita gak beranjak dari
Ayat 3 surat Al-Baqaroh. Padahal ini sudah topik yang ke 10 loh.
Ok. ok. Terima kasih diingatkan. Sekarang saya kasih tugas. Ada berapa
Fi'il dalam ayat 4 ini?
Kalau jawaban anda 4, maka kita bisa lanjut ke topik berikutnya Insya
Allah, mengenai kata kerja Pasif. Lihat di ayat 4 diatas kata ‫أنزل‬-unzila,
adalah kata kerja pasif (artinya diturunkan), karena dia KKL (fi'il madhy),
maka lebih tepat artinya "telah diturunkan". Bagaimana ciri-ciri KKL
Pasif. Insya Allah akan kita bahas setelah pesan-pesan berikut.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/17/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_17.html
30
Topik 11: Kata Kerja Lampau (KKL) Pasif
Bismillahirrahmanirrahim
Topik kali ini, kita akan melihat ciri-ciri kata kerja lampau pasif. Kenapa
kita masuk topik ini? Ingat pada topik sebelumnya kita sudah sampai
pada ayat 4 surat Al-Baqaroh. Pada ayat 4 ini kita Insya Allah temukan
kata-kerja lampau pasif tersebut.
Oke oke... Ada gak beda kata kerja pasif dalam Bahasa Indonesia dan
Arab? Sepintas saya lihat tidak ada (nanti Insya Allah kita akan bahas
lebih dalam bahwa sebenarnya ada bedanya yang cukup signifikan).
Misal, dalam bahasa Indonesia kita berkata begini:
Umar telah memukul --> Kata kerja lampau aktif
Umar telah dipukul --> Kata kerja lampau pasif
Dalam bahasa Arab juga demikian.
‫ب ع َمر‬
َ -- dhoraba 'umaru
َ ‫ض َر‬
(Umar telah memukul)
Oh iya sebelum saya lupa, dalam bahasa Arab (atau dalam AlQur'an)biasanya lebih umum meletakkan Pelaku dibelakang kata
kerjanya. Contoh diatas: Umar memukul, dapat saya tulis
‫ب‬
َ ‫'( ع َمر‬umaru dhoraba) --> Umar telah memukul
َ ‫ض َر‬
‫ب ع َمر‬
َ (dhoraba 'umaru) --> Umar telah memukul (lebih sering
َ ‫ض َر‬
digunakan)
Nah sekarang untuk membentuk pasif, kata ‫ب‬
َ (dhoraba--telah
َ ‫ض َر‬
memukul) berubah menjadi ‫ب‬
َ ‫( ضر‬dhuriba--telah dipukul).
31
Oh berarti perubahannya hanya pada harokat kata kerja lampaunya ya?
Ya.. ya... Anda cerdas...
INGAT RUMUS INI : AA - UI
AA adalah kata kerja lampau (KKL) aktif
UI adalah kata kerja lampau (KKL) pasif
Ingat:
‫ب‬
َ - harokat huruf pertama A (dho), harokat huruf sebelum akhir A
َ ‫ض َر‬
(ra)--> telah memukul
‫ب‬
َ ‫ ضر‬- harokat huruf pertama U (dhu), harokat huruf sebelum akhir I
(ri)--> telah dipukul
Kasih contoh lain dong Mas. Oke lihat surat Al-baqorah ayat 4.
Terlihat disitu ada kata: ‫( أ ْنز َل‬unzila-- telah diturunkan)
Kata kerja ini terdiri dari 4 huruf.
RUMUS AA - UI : AKTIF - PASIF
‫ أ ْنز َل‬-- unzila (telah diturunkan)
‫ أ َ ْنزَ َل‬-- anzala (telah menurunkan)
4 Huruf: (1) Alif, (2) Nun, (3) Zal, (4) Lam
AKTIF AA --> harokat huruf 1 = A (untuk huruf Alif), harokat huruf
sebelum akhir = huruf 3 = A (untul huruf Zal)
PASIF UI --> harokat huruf 1 = U (untuk huruf Alif), harokat huruf
sebelum akhir = huruf 3 = I (untuk huruf Zal)
32
Demikian rumus AA-UI untuk KKL (Kata Kerja Lampau). Insya Allah akan
kita lanjutkan lagi minggu depan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/26/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_26.html
33
Topik 12: Surat Al-Baqarah ayat 4
Bismillahirrahmanirrahim
Sebenarnya saya mau lanjut ke ayat 5, tapi karena pada topik 11, di
bagian comments ada yang "ngeluh" kok susah ya, akhirnya saya tunda
dulu membahas ayat 5. Gak apa-apa deh, yang penting pemirsa ngerti...
Kaif? eh gomong-ngomong kaif itu artinya "gimana".
Oke, lanjut. Pada bagian lalu (topik 11), fokus kita adalah pada fi'il
majhul. Aduh mas jangan kasih istilah-istilah yang berat dong... Oke.
Pada bagian lalu (topik 11), fokus kita adalah pada kata kerja pasif.
Mungkin makin tinggi topiknya terasa makin berat ya? Hmm... bisa jadi
karena saya agak sedikit sibuk, sehingga tulisannya pendek-pendek
(beda dengan topik awal kali ya, yang tulisannya panjang-panjang).
Atau bisa jadi model penulisannya, dimulai dari teori, baru praktek.
Model begini mungkin terasa membosankan. Oke deh, saya ubah
modelnya, pertama latihan dulu baru terakhir teori.
Balik ke ayat 4 surat al-Baqarah.
Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu
dan dan apa yang diturunkan kepada sebelummu, dan kepada hari
akhirat mereka yakin.
Hafalkan kata-kata berikut (gak diafalin juga gak apa-apa):
‫و‬-wa : dan
‫الذين‬-al ladziina : orang-orang yang
34
‫يؤمنون‬- yu'minuuna : mereka senantiasa beriman (lihat ada ‫ يـ‬dan ‫ون‬
sebagai tanda dari KKS (ingat rumus YA ANITA) dan ‫ ون‬sebagai tanda
untuk "mereka"
‫بـ‬-bi : dengan
‫ـما‬-ma : apa-apa yang
‫أنزل‬-unzila: (dia) diturunkan --> KKL pasif (lihat topik 11)
‫إليـ‬-ilay / asalnya ‫إلي‬-ilaa : kepada
‫ك‬-ka : engkau
‫و‬-wa : dan
‫ما‬-maa : apa-apa yang
‫أنزل‬-unzila: (dia) diturunkan --> KKL pasif (lihat topik 11)
‫من‬-min : dari --> huruf jar (lihat topik sebelumnya)
‫قبلـ‬-qabli / asalnya ‫قبل‬-qobla : sebelum
‫ك‬-ka : engkau
‫و‬-wa : dan
‫بـ‬-bi : dengan
‫األخرة‬-akhiirat : akhirat
‫هم‬-hum : mereka
‫يوقنون‬-yuuqinuun : mereka senantiasa yakin --> KKS
35
Kesimpulannya adalah: bahwa pengetahuan mengenai KKS, KKL, dan
rumus-rumusnya spt YA ANITA, AA dan UI, akan sangat membantu kita
dalam menerjemahkan dan memahami Al-Quran. Allahu a'lam.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/27/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-dari-al-qurantpoik-12.html
36
Topik 13: Muannats, Mudzakkar, Mufrod, Mutsanna, Jamak
Bismillahirrahmanirrahim
Kaifa haalukum ‫ ?كيف حالكم‬Gimana permirsa kabar antum sekalian? Kaif?
Semoga tetap semangat dalam belajar Al-Lughoh Al-Arabiyyah ‫اللغة‬
‫العربية‬
Terakhir kemaren ayat berapa? Ayat 4, ya... Okeh... Insya Allah topik
kali ini kita masuk ke ayat 5, dan 6. Dan kita akan pelajari mengenai
kata benda (isim) yang berjenis maskulin (pria) / mudzakkar, dan yang
berjenis feminim (wanita) / muannats.
Muannats - Mudzakkar
Apa sih ini? Okeh, dalam bahasa Arab bedanya dengan bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris, sebuah kata benda itu di"takdir"kan
punya jenis, apakah jenis perempuan, atau laki-laki. Yang berjenis
perempuan itu biasanya ada tanda ta marbutoh dibelakanngnya
misalkan:
‫الشجرة‬- asy-syajaratu (sebuah pohon)
‫الطائرة‬- ath-thooirotu (sebuah pesawat)
‫الدراجة‬- ad-darroojatu (sebuah sepeda)
Kata-kata isim alam (kata benda yang tampak wujudnya) spt diatas,
kalau digandengkan dengan kata sifat (besar, kecil, dll), atau kata tunjuk
(ini, itu) maka kata sifat atau kata tunjuk yang dipilih adalah kata
berjenis perempuan juga. Kenapa? Hehehe... sudah lupa ya, dalam
bahasa Arab, kata sifat itu adalah kata benda, dan kata tunjuk itu juga
kata benda (isim). Dua isim yang saling terkait harus berjenis sama.
37
Contoh:
‫ تلك الشجرة‬- tilka asy-syajaratu (itu sebuah pohon) --> BETUL
‫ ذلك الشجرة‬- dzalika asy-syajaratu (itu sebuah pohon) --> salah secara
grammar, karena ‫ذلك‬-dzaalika (itu) adalah kata tunjuk (isyim isyaroh)
berjenis laki-laki, sedangkan pohon, adalah isim yang berjenis
perempuan.
Mufrod, Mutsanna, Jamak
Apalagi nih? Nah bahasa Arab juga sangat "care" tentang jumlah benda.
Misal dalam bahasa Indonesia:
Saya membeli mobil.
Apa yang terbayang? Bisa jadi mobil yang dibicarakan itu satu buah
mobil, bisa dua mobil, bisa 3 mobil atau lebih. Dan kadang kita juga 'gak
peduli ya?
Dalam bahasa Arab, saya sebut spt ini:
‫إشتريت سيارة‬-isytaraitu sayyaaratan (saya telah membeli sebuah mobil)
Kalau saya telah membeli 2 mobil, maka saya mengatakan:
‫إشتريت سيارتان‬-isytaraitu sayyarataani (saya telah membeli dua buah
mobil)
Dan kalau saya membeli lebih dari 2 mobil (3 atau lebih), maka saya
mengatakan:
‫سيارات‬
‫إشتريت‬-isytaraitu sayyaaraatan (saya telah membeli banyak mobil)
َ
TIPS:
38
1. Untuk membentuk sebuah kata benda menjadi berjumlah dua, maka
kita perlu menambahkan ALIF NUN ‫ ان‬dibelakang kata bendanya.
Contoh:
‫ سيارة‬،‫سيارتان‬- sayyarataani (2 buah mobil)
‫ طائرة‬،‫طائرتان‬- thooirotaani (2 buah pesawat)
‫ دراجة‬،‫دراجتان‬- darroojataani (2 buah sepeda)
2. Untuk membentuk sebuah kata benda menjadi berjumlah banyak
(lebih dari 2), maka untuk yang berakhir ta marbutah ‫ ة‬atau ‫ ـة‬tinggal
diubah menjadi ALIF TA ‫ات‬. Contoh‫ سيارة‬،‫سيارات‬- sayyaarootun (banyak
mobil)
‫ طائرة‬،‫طائرات‬- thooirootun (banyak pesawat)
‫ دراجة‬،‫دراجات‬- darroojaatun (banyak sepeda)
Demikian dulu permirsa, Insya Allah akan kita lanjutkan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/01/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik.html
39
Topik 14: Kalimat Pertanyaan
Bismillahirrahmanirrahim.
Kita mulai dengan ayat 5 surat Al-Baqaroh:
َ‫علَى هدى من َّربه ْم َوأ ْولَـئ َك هم ْالم ْفلحون‬
َ ‫أ ْولَـئ َك‬
ulaaika=mereka itulah; ‘alaa=diatas; hudan=petunjuk; min=dari;
rabbi=Tuhan; him=mereka; wa=dan; ulaaika=mereka itulah;
hum=mereka; al-muflihuun=orang-orang yang beruntung.
dan ayat 6 surat Al-Baqaroh
َ‫ع َليْه ْم أَأَنذَ ْرت َه ْم أ َ ْم لَ ْم تنذ ْره ْم الَ يؤْ منون‬
َ ‫س َواء‬
َ ْ‫إ َّن الَّذينَ َكفَروا‬
inna=sesungguhnya; alladziina=orang-orang yang; kafaruu=mereka
telah kafir; sawaaun=sama; 'alaihim = atas mereka; a=apakah;
andzarta=engkau telah beri peringatan; hum=(kepada) mereka;
am=atau; lam=tidak; tundzir=engkau (sedang/selalu) beri peringatan;
hum=(kepada) mereka; laa=tidak; yu'minuun= meraka (sedang/akan)
beriman.
Sampai disini mudah-mudahan permirsa saya harap tidak bingung, apa
bedanya hum=mereka, dan him=mereka (lihat ayat 6 diatas). Ada katakata 'alayhim=atas mereka, dan andzartahum=engkau telah beri
peringatan mereka. Dua-duanya hum dan him artinya mereka. Gak
bingung ya? Kalo bingung ngaku, berarti kita harus ulang mengenai
topik huruf jar (harf jar). Oke ringkasnya, kalau pada 'alayhim asalnya
hum tapi karena terletak setelah huruf jar, berubah menjadi him.
Sedangkan pada andzartahum, hum disini sebagai maf'ul (objek
penderita). Sama halnya: saya telah melihat mereka ‫ رأيتهم‬ra-ai-tu-hum.
Ra-a=telah melihat; tu=saya; hum=mereka.
40
YES/NO QUESTIONS
Di ayat 6 ada hal yang menarik untuk dipelajari, disitu tertulis:
‫ أأنذرتهم‬a andzar-ta-hum = apakah engkau telah memberi peringatan
untuk mereka.
Secara kata per kata:
‫أ‬-a = apakah
‫أنذرت‬-andzarta = engkau telah mengingatkan
‫هم‬-hum = (kepada) mereka
Terlihat disini cara untuk bertanya YES/NO question (pertanyaan yang
menghendaki jawaban YA/TIDAK) dalam bahasa Arab adalah:
‫أ‬-a = apakah (YES/NO)
atau
‫هل‬-hal = apakah (YES/NO)
Misalkan saya melihat sesuatu berbentuk stik runcing diatas meja. Saya
menebak "kayaknya ini sebuah pena". Lalu saya tanya ke seseorang
yang ada dekat benda itu sambil bertanya: "Apakah ini pena?"
‫أ هذا قلم؟‬-a hadzaa qolamun = apakah ini pena?
Atau saya juga bisa tanya:
‫هل هذا قلم؟‬-hal hadzaa qolamun = apakah ini pena?
OPEN ENDED QUESTION
41
Misalkan saya mengharapkan si penjawab menjawab "ini pena". Maka
dalam bahasa Arab, pertanyaan yang menghendaki jawaban selain
YES/NO, menggunakan isim istifham (kata tanya), menggunakan kata ‫ما‬
- maa.
Jadi saya akan tanya:
‫ ما هذا؟‬- maa hadza = apa ini?
Dia akan jawab:
‫ هذا قلم‬- hadzaa qolamun = ini sebuah pena.
QUIZ-1:
Saya menanyakan sebuah kotak yang berbentuk buku. "Apakah ini
buku?"
‫ أ هذا كتاب؟‬- a hadzaa kitaabun?
atau
‫ ما هذا كتاب؟‬- maa hadzaa kitaabun?
Jawab: yang benar adalah jawaban yang pertama. Karena ‫ أ‬atau ‫هل‬
menghendaki jawaban Ya (‫ نعم‬- na'am) atau Tidak (‫ ال‬- laa). Pertanyaan
pada jawaban ke dua salah, karena kalau saya pakai ‫ ما‬- maa, maka
pertanyaannya menjadi:
‫ ما هذا؟‬- maa hadzaa = apa ini?
Ingat:
Struktur ‫ ما هذا كتاب؟‬adalah struktur kalimat yang salah.
Insya Allah kita lanjutkan minggu depan.
42
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/04/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-denganal-quran_414.html
43
Topik 15: Kalimat Berita Negatif
Bismillahirrahmanirrahim
Kita telah melihat pada ayat 1 s/d 5 surat Al-Baqorah, banyak sekali
kalimat berita disitu. Maksud kalimat berita adalah kalimat yang
memberitakan sesuatu. Loh berarti ada jenis kalimat lain? Ada... Ada...
Yaitu Kalimat Perintah, dan Kalimat Bertanya.
Topik kemaren kita sudah membahas topik kalimat bertanya bukan?
Ingat closed-ended question pakai ‫أ‬-aa (apakah), atau ‫هل‬-hal (apakah),
dan ingat open-ended question yaitu ‫ما‬-maa (apakah), atau ‫من‬-man
(siapakan), atau ‫متى‬-mataa (kapan), atau ‫أين‬-aina (dimanakah), dll.
Kalimat berita contohnya:
Engkau sedang mengingatkan mereka: ‫أنت تنذرهم‬-anta tundziru hum
Kalau saya ingin memberitakan bahwa: Engkau sedang tidak
mengingatkan mereka, maka saya akan berkata:
‫أنت لم تنذرهم‬-anta lam tundzir hum
Perhatikan disini bahwa kita memakai ‫لم‬-lam untuk me-negatif-kan
suatu kalimat berita. Kata lam ini hanya dipakai untuk KKS (Kata Kerja
Sedang).
Ada bentuk lain yaitu pakai Laa ‫ال‬
‫أنت ال تنذرهم‬-anta laa tundziru hum
Kedua bentuk tsb artinya sama: yaitu engkau sedang tidak
mengingatkan mereka. Lalu apa bedanya?
44
Nah disini, perhatikan ya... penting nih soalnya Anda akan banyak temui
dalam AQ. Point2xnya:
1. Jika pakai lam ‫لم‬, maka kata kerja sedang setelah lam tsb huruf
terakhirnya disukunkan (dimatikan). Jadi yang betul:
‫تنذر‬
ْ ‫لم‬-lam tundzir
2. Jika pakai laa ‫ال‬, maka kata kerja setelahnya berbentuk KKS biasa.
Bentuk diatas menjadi:
ُ‫ال تنذر‬-laa tundziru
Sebagai latihan, terjemahkan ayat 6 surat Al-Baqorah. Insya Allah kita
lanjutkan minggu depan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/11/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_11.html
45
Topik 16: Kalimat Perintah Larangan
Bismillahirrahmanirrahim.
Mohon maaf minggu kemaren saya tidak dapat posting artikel lanjutan,
karena satu dan lain hal. Terakhir sudah sampai ayat berapa ya? Kalau
tidak salah ayat 6. Di ayat 6 ini ada ada yang unik yang kita temukan
yaitu kata ‫ لم‬- lam. Kedudukan lam ini dalam bahasa Arab, berfungsi
untuk membuat kalimat berita negatif.
Sekedar me-refresh, kalimat berita negatif itu agak berbeda dengan
kalimat larangan. Misal saya mengatakan: Sekarang dia sedang makan.
Ini adalah kalimat berita. Kalau saya katakan: Sekarang dia tidak sedang
makan. Maka ini adalah kalimat berita nengatif (penyangkalan).
Oke... mudah-mudahan jelas ya... Nah topik 16 ini membahas suatu
pola baru yaitu kalimat perintah larangan, yang terdapat di ayat 11.
Eit... eit... bentar dulu Mas... Kemaren kan terakhir ayat 6. Kenapa tidak
dibahas ayat 7, 8, 9, dan 10. Hmm... gini... Gimana kalau saya suruh,
buat jadi PR saja? Kenapa gitu Mas?
Soalnya, belum ada pola baru yang ditemukan di 4 ayat tersebut. Yang
ada adalah kata-kata baru, seperti quluub (hati), maradh (penyakit) dll.
Maka silahkan latihan sendiri ya. Teknik latihannya, ayat 7, 8, 9, dan 10,
dipenggal-penggal, lalu tentukan apakah dia ISIM, FI'IL, atau HURF.
KALIMAT PERINTAH LARANGAN
Nah kita masuk ke topik inti. Siap? Insya Allah ya... Oke. Sekarang saya
mau kasih tahu dulu apa contohnya kalimat perintah larangan.
Kalau saya sebut: RUSAKKANLAH! maka ini adalah kalimat perintah.
46
Kalau saya sebut: JANGAN MERUSAK! maka ini disebut kalimat perintah
larangan.
Bagaimana bahasa arabnya JANGAN MERUSAK!
Perlu diketahui, dalam bahasa Arab, kalimat perintah langsung itu
ditujukan untuk orang ke-dua tunggal, dual, atau jamak. Intinya untuk
orang ke-dua tunggal. Nah agak bingung nih Mas... Oke gini. Kata orang
ke-dua tunggal itu adalah: KAMU, KAMU BERDUA, KALIAN. Artinya
lawan bicara itu ada di depan kita sebagai pemberi perintah.
Okeh. Sekarang balik lagi: JANGAN MERUSAK! Bagaimana bahasa
Arabnya?
Jangan itu ‫ ال‬- laa
merusak itu ‫ أفسد‬- afsada (untuk orang ke 3 tunggal)
Oh kalo gitu: JANGAN MERUSAK! = ‫ ال أفسد‬- laa afsada
Bener gak Mas? Ya not bad lah, untuk pemula. Hampir betul. Lah...
Hampir betul? Kalo gitu yang betul itu gimana Mas?
Yang betul itu: ‫ ال ت ْفس ْد‬- laa tufsid
Oh gitu... Kenapa ditambahin TA? Lalu kenapa bukan LA TAFSADA. Oke
oke... berarti ada 2 pertanyaan ya.
Pertanyaan pertama, kenapa ditambahin TA? Karena kita
memerintahkan orang yang didepan kita (berarti orang ke 2 tunggal
KAMU). Ingat ciri-ciri Fi'il Mudhori' yaitu adanya YA ANITA (masih
ingatkan?). Nah tambahan TA itu diperlukan untuk menunjukkan kata
kerja itu ditujukan kepada KAMU (atau ENGKAU).
47
Pertanyaan kedua, kenapa bacanya tidak AFSADA + TA menjadi
TAFSADA atau TA-AFSADA? Mengapa TUFSID? Nah ini kembali ke
hukum fi'il mudhori'. Kalau kata merusak itu bahasa arabnya AFSADA
‫ أفسد‬ini untuk fi'il madhy (KKL), sedangkan KKSnya YUFSIDU, untuk orang
ke 3, dan TUFSIDU untuk orang ke dua. Lihat penjelasan berikut:
‫ أفسد‬- AFSADA = (dia telah) merusak
‫ يفسد‬- YUFSIDU = (dia sedang) merusak
‫ تفسد‬- TUFSIDU = (engkau sedang) merusak
‫ ال تفسد‬- LAA TUFSIDU = (engkau sedang) tidak merusak.
‫ ال تفس ْد‬- LAA TUFSID = (engkau) JANGAN MERUSAK!
Kebayang kan? Hayoo jawab yang jujur... Kalau dah kebanyang,
sekarang buka Al-Quran lihat surat 2 ayat 11. Disitu ada tertulis:
‫ ال تفسدوا‬- LAA TUFSIDUU
Kenapa ada tambahan ‫ وا‬- waw dan alif? Karena perintah ini ditujukan
untuk banyak orang. Jadi
‫ ال تفسدوا‬- LAA TUFSIDUU = (wahai KALIAN SEMUANYA) JANGAN
MERUSAK !
Itulah guna dari tambahan waw dan alif tsb. Mudah-mudahan jelas ya...
Insya Allah kita lanjut pekan depan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/22/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_22.html
48
Topik 17: Kata Kerja Perintah
Bismillahirrahmanirrahim.
Topik 17 ini sangat dekat dengan topik 16. Di dalam buku-buku
pelajaran bahasa Arab biasanya topik ini digabung dalam satu bab.
Okeh... mari kita ingat-ingat topik 16. Di topik 16 dijelaskan bentuk kata
kerja perintah larangan.
Kita telah jelaskan, apa bahasa Arabnya : JANGAN MERUSAK?
Udah tahu kan? Hmmm belum Mas... Ehmm belum tahu atau lupa?
Hehehe... Kalau lupa silahkan baca kembali topik 16. Sekarang... (ta'
itungin nih ... 1, 2, 3, ..., 100). Udah? Oke... jawabnya apa?
LAA TUFSID ‫ ال تفس ْد‬Mas... Oke anda betul. Sekarang saya kasih soal.
Apa bahasa arabnya: MERUSAKLAH!
Hehe itu mah gampang. Kalau jangan merusak! = LAA TUFSID!, berarti
kalau merusaklah! = TUFSID! Betul gak?
Hmm kali ini Anda salah.
Lalu yang benar apa Mas? Yang benar itu:
(hoi kamu) MERUSAKLAH! = AFSID ‫افس ْد‬
Duh kok susah ya Mas? Sabar... sabar... saya juga pertama pikir susah,
sampai saya ketemu cara mudah. Mau tak kasih tahu gak?
Gini...
Rumus Mudah Membentuk Kata Kerja Perintah (Fi'il amr)
1. Tentukan kata kerja KKL yang mau dijadikan kata kerja perintah.
49
2. Cari KKS nya
3. Buang huruf YA didepan KKS nya
4. Harokat huruf akhir jadikan sukun (mati)
5. Jika kata awalan berharokat sukun (mati), maka tambahkan alif
6. Harokat alif, umumnya kasroh (baris bawah) atau bisa juga fathah
(baris atas), atau dhommah.
Wadaw... buanyak baget langkahnya... Hehehe... tenang-tenang,
kelihatannya saja banyak... kalau dah latihan Insya Allah gampang kok.
Kasih contoh latihan dong Mas. Okeh kita kasih dua contoh. Duduk dan
Memuliakan.
Contoh 1: Duduk
Langkah 1. Tentukan KKL dari duduk. KKL dari duduk adalah JALASA ‫جلس‬
Langkah 2. Tentukan KKSnya. KKS dari JALASA adalah YAJLISU ‫يجلس‬
(ingat rumus YA ANITA)
Langkah 3. Buang huruf YA pada kata YAJLISU --> JLISU ‫ْجلس‬
Langkah 4. Harokat huruf akhir jadikan sukun : JLISU menjadi JLIS ‫س‬
ْ ‫ْجل‬
Langkah 5. Jika harokat huruf awal sukun --> Harokat JIM sukun, maka
tambahkah Alif. Berarti JLIS ‫س‬
ْ atau IJLIS ‫س‬
ْ
ْ ‫ ْجل‬bisa menjadi AJLIS ‫س‬
ْ ‫اجل‬
ْ ‫اجل‬.
Langkah 6. Yang umum adalah harokat alif kasroh (baris bawah) jika KKL
3 huruf nya tidak diawali alif fathah. Lihat langkah 1 KKL nya diawali JIM
‫ ج‬bukan ALIF ‫أ‬, maka yang dipilih adalah IJLIS ‫س‬
ْ . Catatan: Rumus 6 ini
ْ ‫اجل‬
akan dipertajam lagi pada pembahasan topik-topik selanjutnya (Insya
Allah pada topik fi'il mazid).
50
Kesimpulannya:
(dia telah) duduk = JALASA ‫جلس‬
(dia sedang) duduk = YAJLISU ‫يجلس‬
(dia sedang) tidak duduk = LAA YAJLISU ‫ال يجلس‬
(hai kamu) Jangan Duduk = LAA TAJLIS ‫تجلس‬
‫ال‬
ْ
(hai kamu)DUDUKLAH = IJLIS ‫س‬
ْ
ْ ‫اجل‬
Contoh 2: Memuliakan
Langkah 1. KKL memuliakan --> AKRAMA ‫أ ْكرم‬
Langkah 2. KKS memuliakan --> YUKRIMU ‫يكرم‬
Langkah 3. Buang YA --> KRIMU ‫ْكرم‬
Langkah 4. Harokat akhir matikan --> KRIM ‫ْكر ْم‬
Langkah 5. Harokat KAF sukun --> tambahkan alif --> AKRIM ‫ أكرم‬atau
IKRIM ‫إكرم‬
Langkah 6. Pilih AKRIM atau IKRIM. Karena KKL diawali dengan Alif dan
4 huruf, maka yang dipilih AKRIM (Harokat alif Fathah).
Kesimpulannya:
(dia telah) memuliakan = AKRAMA ‫أ ْكرم‬
(dia sedang) memuliakan = YUKRIMU ‫ي ْكرم‬
(dia sedang) tidak memuliakan = LAA YUKRIMU ‫ال يكرم‬
(hai kamu) jangan memuliakan! = LAA TUKRIM ‫ال تكرم‬
51
(hai kamu) Muliakanlah! = AKRIM ‫أكرم‬
Demikian dulu ya... semoga tidak jadi bingung... Tetap semangat...
Wassalam
Catatan tentang langkah 6: Jika ditambah alif, maka harokat alif
biasanya kasroh, atau dhommah. Insya Allah kita akan dalami, rumus
baku nya pada lanjutan tulisan ini.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/23/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_23.html
52
Topik 18: Tolonglah!
Bismillahirrahmanirrahim
Kita masih akan lanjutkan mengenai topik Fi'il Amr (Kata Kerja
Perintah). Pada topik sebelumnya telah kita bahas 6 langkah mudah
membentuk Fi'il Amr. Masih ingat kan? Gak ingat juga gak apa... Hehe...
Topik kali ini akan kita lanjutkan lagi, pendalaman 6 langkah tsb.
Kita akan beri 2 contoh: yaitu menolong - nashoro ‫ص َر‬
َ َ‫ ن‬dan
mempelajari/belajar - 'allama ‫علم‬
Contoh 1: ‫نصر‬
Kita latih lagi 6 langkah tsb:
Langkah 1. KKL menolong --> NASHARA ‫نصر‬
Langkah 2. KKS menolong --> YANSHURU ‫ينصر‬
Langkah 3. Buang YA --> NSHURU ‫ْنصر‬
Langkah 4. Harokat akhir matikan --> NSHUR ‫نص ْر‬
Langkah 5. Harokat NUN sukun --> tambahkan alif --> Kemungkinan
UNSHUR, INSHUR, atau ANSHUR
Langkah 6. Pilih UNSHUR, INSHUR, atau ANSHUR.
Kita berhenti sejenak disini. Kita dihadapkan dengan 3 pilihan. Dalam
topik 18 ini, langkah ke 6 kita pertajam sbb:
6.1 Jika KKL terdiri dari 4 huruf, huruf pertama alif fathah, maka alif
tambahan (hasil langkah 5) berharokat Fathah (lihat contoh AFSID :
RUSAKLAH, pada topik 17).
53
6.2 Jika KKL bukan termasuk jenis 6.1, maka harokat Alif tambahan
(hasil langkah 5) adalah:
- kasroh jika huruf KKS sebelum terakhir fathah atau kasrah
- dhommah jika huruf KKS sebelum terakhir dhommah
Wuih... mangkin puyeng aje nih ane... Bang... Tenang... Tenang... Kita
akan beri 2 contoh untuk memudahkan (kelihatannya saja rumit, tapi
kalau dilatih dengan contoh Insya Allah gak seserem yang
dibayangkan)... Oke kembali kita ke topik NASHARO. Kita sudah sampai
pada langkah ke 5, dengan memberikan pilihan: UNSHUR, INSHUR, atau
ANSHUR.
Mari kita terapkan rumus 6.1 dan 6.2
6.1 KKL dari MENOLONG adalah NASHARA ‫ نصر‬. KKL adalah 3 huruf.
Sehingga rumus 6.1 ini tidak berlaku, karena rumus ini hanya berlaku
untuk KKL 4 huruf, huruf pertama adalah alif berharokat fathah. Kalau
demikian lanjut ke 6.2
6.2 KKL bukan termasuk jenis 6.1, maka kita tinggal melihat harokat
huruf sebelum akhir dari KKSnya. Okeh... KKS dari NASHARO adalah
YANSHURU, huruf terakhir dari ‫ينصر‬adalah RO, huruf sebelum akhir
adalah SHOD. ‫ينصر‬. Harokat SHOD apa???? Harokat SHOD dhommah (
). Jika dhommah, maka alif tambahan (hasil langkah 5) juga berharikat
dhommah. Sehingga menjadi ‫ انصر‬UNSHUR (bukan INSHUR, atau
ANSHUR).
Jadi kita ringkas:
‫ نصر‬- NASHARO : (dia telah) menolong --> KKL
54
‫ ينصر‬- YANSHURU : (dia sedang) menolong --> KKS
‫ ال تنصر‬- LA TANSHUR : (hai kamu) jangan menolong ! --> Perintah
larangan
‫ انصر‬- UNSHUR : (hai kamu) MENOLONGLAH! --> fi'il amer (PERINTAH)
Gimana Mas, jelas kan? Hmmm... rada ribet ya... Ya, namanya belajar,
musti kudu bersusah-susah dikit. Jurus yang saya berikan ini sudah yang
dipermudah loh... Bisa-bisa kalau Mas belajar dengan ustadz lain,
rumus yang diberikan lebih susah hehe... Atau malah disuruh gapalin
rumus?
Okeh... kita masuk ke contoh 2: 'ALLAMA (mempelajari/belajar)
Kita ulangi 6 langkah diatas.
1. KKL : 'ALLAMA ‫علم‬
2. KKS : YU'ALLIMU ‫يعلم‬
3. Buang YA: 'ALLIMU ‫علم‬
4. Harokat akhir matikan: 'ALLIM ‫عل ْم‬
5. Harokat huruf awal, yaitu harokat 'AIN fathah, berarti rumus 5 tidak
berlaku
6. Karena rumus 5 tidak berlaku maka rumus 6 juga tidak berlaku
Kesimpulan:
‫ علم‬- 'allama: (dia telah) memperlajari/belajar --> KKL
‫ يعلم‬- yu'allimu: (dia sedang) belajar --> KKS
55
‫ ال تعلم‬- laa tu'allim: (hai kamu) jangan belajar --> Kata kerja perintah
larangan
‫ علم‬- 'allim (berhenti sampai langkah 4 diatas) : (hai kamu) Belajarlah! -->
Fi'il amr.
Demikian dua contoh telah diberikan untuk mempertajam teknik
menentukan fi'il amr. Insya Allah untuk contoh-contoh yang lain akan
kita lanjutkan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/04/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/06/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik.html
56
Topik 19: Al-Baqaroh 12 & Manfaat Kamus
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah kita sudah sampai pada Al-Baqaroh ayat 11. Terakhir kita
"terhenti" di ayat ini kan (lihat topik 16). Cukup panjang kita bahas ayat
11 ini sampai ke Topik 18. Kali ini kita mencoba baranjak maju ke ayat
selanjutnya, yaitu ayat 12.
Kita cuplik ayat 12 ini:
Kita coba terjemahkan:
‫ اال‬- alaa : ingatlah (dihafalkan saja)
‫ ان‬- inna : sesungguhnya (akan dibahas dalam bab Harf Inna)
‫ هم‬- hum : mereka
‫ هم‬- hum : mereka (sebagai fa'il/pelaku)--> dibaca humu, karena
setelahnya ada AL
‫ المفسدون‬- al mufsiduuna : orang-orang yang berbuat kerusakan (fa'il)
‫ و‬- wa : dan (terkadang bisa berarti tetapi)
‫ لكن‬- la kinna : akan tetapi (akan kita bahas dalam bab Harf Inna)
‫ ال‬- laa : tidak
‫ يشعرون‬: mereka senantiasa (sedang) menyadari
Ingatlah, sesungguhnya mereka(lah) orang-orang yang berbuat
kerusakan, akan tetapi tidak(lah) mereka (sedang) menyadari(nya).
Kita coba bahas ya.
57
Ada satu kata kerja (fi'il) dalam ayat ini yaitu : ‫ يشعرون‬- yas'uruuna :
mereka sedang menyadari. Sisanya adalah isim dan harf. Isim yang
menarik untuk dibahas adalah ‫ المفسدون‬- al mufsiduuna, dalam bentuk
ma'rifah (spesifik), jika kita buang alif-lam menjadi ‫ مفسدون‬- mufsiduuna,
dalam bentuk nakiroh (umum).
Oke kita bahas dua topik itu saja ya... Baiklah:
Kata ‫يشعرون‬
Lihat pelajaran-pelajaran sebelumnya. Kita dihadapkan dengan kata
kerja. Bagaimana tahunya dong mas? Sebenarnya sudah diajarkan
dalam topik yang lalu, tapi tidak ada salahnya diulang disini. Oke
tandanya bahwa dia itu kata kerja:
1. Dia diawali ya diakhiri waw nun.( ‫ ون‬... ‫) يـ‬
2. Ingat kembali bila ada pasangan YA, WAW, NUN itu merupakan ciri
yang kuat dari fi'il mudhori' (KKS)
3. Arti dari KKS yang ada YA, WAW, NUN itu : mereka sedang ... katakerja
4. Jika kita buang YA, WAW, NUN, maka akan lahir kata kerja aslinya.
Kita elaborasi sedikit teknik ini:
Kata ‫ يشعرون‬kalau kita buang YA, WAW, NUN, maka tersisa ‫ شعر‬- sy 'u ru
. Tinggal tiga kata: SYIN, 'AIN, RA.
Beberapa waktu yang lalu ada yang email ke alamat yahoo saya,
menanyakan bagaimana caranya kita tahu harokat suatu huruf. Misal
kita dikasih 3 huruf, arab gundul, ‫ شعر‬, nah bagaimana cara
membacanya?
58
Oke kita bisa dapatkan banyak kemungkinan:
SYA 'A RA
SYA 'A RI
SYA 'A RU
SYA 'I RA
SYA 'I RI
SYA 'I RU
dst, banyak sekali kemungkinannya. Akan tetapi yang umum adalah
biasanya (mayoritas) kata kerja asli yang terdiri dari tiga huruf itu
harokatnya fathah semua, sehingga yang kita gunakan adalah:
‫ شعر‬- sya 'a ra
untuk kepastian harokat tersebut kita perlu kamus (periksa di kamus).
Di kamus akan ada entri berikut
‫ يشعر‬- ‫ شعر‬: sya'a ra (KKL) - yas 'u ru (KKS) yang bisa berarti:
1. bersyair
2. menyadari / mengetahui
Maka kita pilih yang lebih tepat arti yang no. 2.
Disini dapat kita lihat arti pentingnya kamus bahasa Arab:
Jika kita sudah dapat akar kata (3 huruf) seperti SYIN 'AIN RA diatas,
maka kita bisa mencari tahu 3 hal:
1. Kita bisa tahu apa KKL (Kata Kerja Lampau / fi'il madhy)
59
2. Kita bisa tahu apa KKS (Kata Kerja Sedang / fi'il mudhori')
3. Kita bisa tahu harokat untuk KKL dan KKS nya
Kembali lagi ke kasus diatas, kata ‫ يشعرون‬dalam Al-Baqaroh 12, jika kita
pecah:
‫ شعر‬- sya 'a ra : dia telah mengetahui
‫ يشعر‬- yas 'u ru : dia sedang mengetahui
‫ يشعرون‬- yas 'u ruu na : mereka sedang mengetahui
Oke mudah-mudahan jelas ya pren...
Sekarang kita masuk ke topik selanjutnya yaitu:
Kata al-mufsiduuna ‫المفسدون‬
Kata al-mufsiduuna, ini adalah kata benda. Why? Jawabannya telah
dijelaskan di topik-topik yang lalu, tapi kita ulangi saja disini ya:
1. Adanya huruf alif dan lam, ciri kata benda
2. Jikapun alif lam dibuang maka tinggal ‫ مفسدون‬- mufsiduuna, maka
adanya MIM ... WAW NUN, maka ini ciri kata benda orang
Oke sekarang kita coba urai lagi...
Kata ‫ مفسدون‬- mufsiduuna, apa akar katanya?
Oke berikut kita coba teknik mencari akar kata untuk kata al-mufsiduun
diatas:
Pertama-tama adanya MIM ... WAW NUN, berarti ciri dari kata benda
orang, yang bisa berarti orang yang ...kata-kerja.
60
Oke kalau kita buang MIM, YA, NUN maka akan tersisa huruf FA SIN
DAL.
‫ فسد‬, sekali lagi, setelah proses pembuangan sebagian huruf kita tidak
bisa langsung menentukan harokat masing-masing huruf bisa: fasada,
fasadi, fasadu, fasuda, dst.
Lalu mana yang harus dipilih? Ini menjadi satu persoalan. Persoalan ke
dua adalah, apakah akar kata al-mufsiduuna itu FASADA atau AFSADA?
Loh apa lagi nih... bingung... biar gak bingung, Insya Allah temukan
jawabannya dalam topik berikut, kita akan bahas mengenai topik DSK
(Dhommah, Sukun, Kasroh), yang mana pola ini banyak sekali kita temui
dalam al-Quran. Sebagai bocoran saja untuk topik depan, kata kerja asli
(yang terdiri dari tiga huruf) dalam bahasa arab mempunyai 12 bentuk
turunan. Yang umum adalah 8 bentuk. Bentuk yang sangat sering
muncul dalam Al-Quran adalah bentuk turunan I.
Contoh kata kerja berikut:
nazala: turun
anzala: menurunkan (bentuk turunan I)
Nah bentuk turunan I ini yang Insya Allah kita akan pelajari. Kita akan
mencari tahu apakah kata yang dipakai dalam Al-Baqarah 12 ini (dalam
mufsiduun) itu:
fasada
afsada (bentuk turunan I).
Insya Allah.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/11/2007
61
http://arabquran.blogspot.com/2007/06/topik-19-al-baqaroh-12maanfaat-kamus.html
62
Topik 20: FASADA atau AFSADA? NAZALA atau ANZALA?
Bismillahirrahmaanirrahiim
Baiklah... topik yang lalu pertanyaan ini sudah dimunculkan. Kita bahas
dalam topik ini ya... Insya Allah.
Sebagaimana telah disinggung sedikit, hampir semua kata kerja dalam
bahasa Arab terdiri dari 3 huruf. Beda dong ya sama bahasa Indonesia.
Kata kerja "mempersatukan" dalam bahasa kita "asal" katanya (root)
adalah satu (4 huruf). Kata "satu" ini mendapat awalan mem-per dan
akhiran an. Banyak sekali orang asing yang sangat kesulitan dengan
aturan imbuhan (awalan + akhiran) dalam bahasa Indonesia ini.
Misalkan dalam tata bahasa Indonesia disebutkan:
me-xx-kan : membuat sesuatu menjadi xx
memper-xx-kan : membuat sesuatu menjadi saling ber-xx
maka,
me-satu-kan atau menyatukan (asimilasi) : membuat sesuatu menjadi
satu
memper-satu-kan : membuat sesuatu saling bersatu
Nah, dalam bahasa Arab kata kerja juga mendapat imbuhan yang
merubah arti. Dalam bahasa Arab proses penambahan imbuhan ini baik
berupa awalan, sisipan, atau akhiran akan membentuk kata kerja baru
yang disebut Kata Kerja Turunan (KKT).
Ada 12 jenis kata kerja turunan dalam bahasa Arab, akan tetapi yang
paling sering digunakan hanya ada 8. Insya Allah kita akan bahas satu
persatu nanti.
63
Oke biar gak bertele-tele kita akan kasih satu contoh. Kata kerja
NAZALA ‫ نزل‬adalah kata kerja dasar (kadang disebut juga kata kerja
asal, atau root word). NAZALA ‫ نزل‬artinya turun. Harap diingat lagi
pelajaran-pelajaran sebelumnya yaitu kata kerja asal selalu bentuknya
past tense dengan pelaku Dia laki-laki.Kita sudah jelaskan mengenai hal
tersebut pada topik KKL (kata kerja lampau). Silahkan baca-baca lagi
topik 1 s/d 5. Dengan aturan ini maka NAZALA ‫ نزل‬arti harfiahnya Dia
turun.
Oh ya sebelum lupa, salah satu keunikan bahasa Arab adalah bahwa
pada suatu kata kerja, pasti melekat siapa pelakunya. Contoh NAZALA
artinya turun. Siapa pelakunya? Karena ini kata kerja asal (root) maka
pelakunya adalah Dia laki-laki. Bagaimana kalau pelakunya saya,
misalkan dalam kalimat:
"saya turun". Bahasa arabnya NAZALTU ‫نزلت‬
Perhatikan: saya turun (2 kata) dalam bahasa arab hanya menjadi satu
kata NAZALTU (inilah salah satu alasan mengapa terjemahan buku
bahasa arab ke bahasa Indonesia menjadi lebih tebal dari buku aslinya).
Baiklah, kembali ke topik utama.
Kalau saya mau katakan "dia turun", maka kata turun disini tidak
memerlukan objek. Beda kasusnya kalau saya sebut "dia makan", maka
kata makan disini butuh objek (penderita). Saya bisa mengatakan "dia
makan nasi". Kata nasi disini adalah objeknya.
Kalau begitu kata kerja dapat kita bagi menjadi kata kerja yang perlu
objek dan kata kerja yang tidak perlu objek.
64
Sekarang kalau saya bertanya,bagaimana teknik mengubah kata kerja
yang tidak perlu objek menjadi kata kerja yang perlu objek?
Proses pengubahan ini dalam bahasa arab disebut proses membentuk
Kata Kerja Turunan Pertama atau KKT I
KKT I
Kata turun atau NAZALA, kalau saya ubah kata turun menjadi
menurunkan, maka inilah yang disebut KKT I. Kenapa? Karena kata
"turun" adalah kata kerja tidak perlu objek, dan kata "menurunkan"
adalah kata kerja yang perlu objek.
Contohnya:
Dia turun : NAZALA ‫نزل‬
Dia menurunkan buku: ANZALA AL-KITAABA ‫الكتاب‬
‫أنزل‬
َ
Kata turun dalam kalimat pertama tidak perlu objek. Tapi kata kerja
pada kalimat kedua memerlukan objek.
Bagaimana prosesnya membentuk KKT I? Ternyata cukup sederhana.
Kita hanya perlu menambahkan alif didepan kata kerja asal yang
3huruf. Huruf pertama sukunkan, huruh kedua dan ketiga fathahkan.
Sehingga:
nazala : dia turun ‫نزل‬
anzala :dia menurunkan (sesuatu) ‫أنزل‬
Allah menurunkan Quran : Allahu anzala al-quraana ‫هللا أنزل القرأن‬
Sama juga halnya dengan:
65
karuma : dia mulia ‫كرم‬
akrama : dia memuliakan (seseorang) ‫أكرم‬
Dia memuliakan ustadznya : akrama ustaazahu ‫أكر م أستاذه‬
Atau contoh lain:
fasada: dia rusak ‫فسد‬
afsada: dia merusakkan (sesuatu) ‫أفسد‬
Dia merusakkan bumi : afsada al-ardha ‫أفسد األرض‬
Demikianlah telah kita bahas KKT I. Sebagai info tambahan bentuk kata
kerja turunan tipe I (KKT I) ini cukup banyak ditemukan dalam Al-Quran.
Untuk lebih mendalami KKT I ini insya Allah dua topik didepan akan
mengkaji lebih dalam bentuk KKT I ini.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/15/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/06/topik-20-fasada-atau-afsadanazala-atau.html
66
Topik 21: MUSLIM dan Pola DSK
Bismillahirrahmanirrahim
Banyak sekali kita bertemu dengan pola-pola DSK di Al-Quran. Sebut
contoh: muslim (orang yang tunduk), mu'min (orang yang beriman),
mufsid (orang yang merusak), mundzir (orang yang memberi
peringatan). Itu semua yang didepannya diawali oleh huruf Mim, yang
merupakan ciri-ciri kata-benda orang (kata benda pelaku).
Belum lagi kata kerja sedang (KKS) yang berpola DSK, seperti: yuslim
(sedang tunduk), yu'min (sedang beriman), yufsid (sedang merusak),
yundzir (sedang memberi peringatan).
Perhatikan surat Al-Baqaroh ayat 1 - 12. Semua kata-kata itu Anda
temukan, bukan?
Semuanya berpola DSK. Apa itu pola DSK?
Pola DSK adalah pola yang harokat huruf pertama Dhommah, huruf
kedua Sukun, huruf ketiga Kasroh. Ya, Dhommah, Sukun, Kasroh (DSK).
Mari kita ambil contoh:
67
Disitu terlihat apa yang saya maksud DSK. Lihat, lingkaran-lingkaran
kecil warna merah. Lingkaran pertama untuk D (dhommah), lingkaran
kedua untuk S (Sukun) lingkaran ketiga untuk K (Kasroh).
Apa pentingnya DSK? Ini saya kasih bocorannya ya... hihi...
Pertama-tama bahwa jika Anda ketemu DSK, misalkan kata: yuslim Kata Kerja Sedang KKS(dia tunduk), atau muslim ISIM-kata benda (orang
yang tunduk), maka jika ketemu DSK seperti ini ingat-ingatlah pesan
"guru":
"Hai anak-ku jika kamu menemui pola DSK, maka sebenarnya akar
katanya sudah mendapat tambahan Alif"
Nah Anda sebagai anak yang baik, membaca-baca lagi buku, apa sih
maksud "guru". Setelah Anda baca-baca buku pelajaran bahasa Arab,
Anda jadi mengerti. Maksud Pak Guru sbb:
Ambil contoh: kata muslim. Terdiri dari 4 huruf kan: mim, sin, lam, mim
Akar katanya adalah: sin lam mim (sa-li-ma) ‫سلم‬
Di kamus, kata salima itu artinya: selamat, sentosa
Lalu Anda buru-buru mengambil kesimpulan, ooh kalau begitu kata
muslim (ada tambahan mim), artinya orang yang selamat, atau orang
yang sentosa (bahagia). Nah ini kesimpulan anda terlalu terburu-buru.
Yang betul itu, seperti ini.
Anda dapatkan kata:
‫مسْلم‬
Muslim. Lihat harokatnya: DSK kan?
68
Lalu cari akar katanya: - buang mim di depan, menjadi: sin lam mim.
Cari di kamus, kata sin-lam-mim. Di kamus anda akan ketemu kata
SALIMA artinya selamat, sentosa.
Nah, karena muslim itu DSK, maka Anda harus mencari di kata ALIF SIN
LAM MIM
‫أسلم‬
itulah pentingnya pola DSK. Artinya apa? Artinya, untuk tahu arti kata
muslim, anda cari di kata
‫ أسلم‬aslama
Di kamus anda ketemu kata tsb:
‫ أسلم‬aslama, artinya: menyerah, atau tunduk
Dengan demikian orang yang menyerah, atau orang yang tunduk
disebut:
‫ مسلم‬muslim
Kira-kira Anda mengerti gak? Saya ulangi. Kalau ketemu di Al-Quran,
suatu kata baik dia kata benda, atau kata kerja yang punya pola DSK,
maka jangan Anda kira, maksud kata tsb adalah akar kata 3 huruf nya,
tapi akar kata 3 huruf plus Alif.
Coba bandingkan:
‫ سلم‬- salima: dia selamat, atau dia sentosa
‫ أسلم‬- aslama: dia tunduk
69
Beda kan... antara selamat, dengan tunduk... Maka kata bentukan dari
‫ أسلم‬- aslama, itu juga merujuk kepada makna : tunduk.
Contoh:
Aku telah tunduk: ‫ أسلمت‬- aslamtu
Aku selalu tunduk: ‫ أسلم‬- uslimu
Dia telah tunduk: ‫ أسلم‬- aslama
Dia selalu tunduk: ‫ يسلم‬- yuslimu
dst...
Demikian telah kita jelaskan pola DSK, dimana pola ini bermanfaat
mana kala Anda, ingin mencari tahu arti kata di kamus. Sebagai
penutup, kita beri contoh: kata mufsiduun. Perhatikan kata ini akar
katanya: fasada. Tetapi karena kata bentukannya mufsiduun, berpola
DSK, maka Anda harus mencari di kamus arti mata mufsiduun itu pada
kata ‫ أفسد‬- afsada, bukan di kata ‫ فسد‬. Artinya, kalau ingin tahu apa arti
kata mufsiduun, carilah di entri kata afsada.
Insya Allah akan kita lanjutkan pada topik berikutnya...
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/22/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/06/topik-21-muslim-dan-poladsk-seri.html
70
Topik 22: KKT I, dan KKT II
Bismillahirrahmanirrahim
Kita telah menyelesaikan bentuk KKT I. Dan dampak dari KKT I itu yaitu
lahirnya pola DSK. Kita review sedikit ya.
KKT I, yaitu bentuk Kata Kerja Turunan I. Bentuk ini didapat dengan
menambahkah Alif didepan. Contoh yang sering kita bawa adalah:
KKD (Kata Kerja Dasar): nazala, artinya turun. KKT I nya adalah anzala,
artinya menurunkan. Perhatikan:
KKD ‫ نزل‬- nazala: turun
KKT I ‫ أنزل‬- anzala: menurunkan
Fungsi dari KKT I ini adalah membuat kata yang tidak perlu objek
menjadi perlu objek. Ingat kembali, kata "turun" adalah kata kerja tidak
perlu objek. "Saya turun". Tapi kata "menurunkan" perlu objek. "Saya
menurunkan buku, dari rak dilantai 2". Kata "buku" adalah objek dari
kata "menurunkan".
71
Kita flash-back lagi, bentuk KKT I ini dalam bentuk kata kerja lampau
(KKL), sedangkan bentuk kata kerja sedang (KKS) nya berpola DSK.
Contohnya:
KKT I, bentuk KKL: ‫ أنزل‬- anzala: dia (telah) menurunkan
KKT I, bentuk KKS: ‫ ينزل‬- yunzilu : dia (sedang) menurunkan --> Pola DSK
Sekarang fokus kita adalah KKT II, yaitu bentuk Kata Kerja Turunan jenis
ke dua.
KKT II
Bentuk ini adalah bentuk yang secara fungsi hampir sama dengan KKT I,
yaitu menjadikan kata kerja yang tidak perlu objek menjadi objek.
Contohnya di Al-Quran surat 2 ayat 97, yaitu kata nazzala, yang artinya
sama dengan anzala yaitu menurunkan.
Jadi kata ‫ أنزل‬- anzala: menurunkan, dalam bentuk KKT I, bisa juga ‫ نزل‬nazzala: menurunkan, dalam bentuk KKT II.
Artinya sama, sama-sama menurunkan (sesuatu).
Demikianlah telah kita bahas sepintas bentuk KKT II. Ingat KKT II ini
dibentuk dengan cukup mudah, yaitu, kata kerja dasar (KKD) 3 huruf,
maka huruf kedua di tasydid.
Insya Allah akan kita lanjutkan topik ini...
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/10/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-22-kkt-i-dan-kkt-ii-seribelajar.html
72
Topik 23: Latihan Al-Fatihah ayat 1 & 2
Bismillahirrahmanirrahim
Sepertinya, kita perlu memperbanyak latihan dan saat ini mengurangi
tempo untuk teori. Dan menurut sebagian orang, lebih baik latihannya
dari surat-surat pendek yang biasa dibaca dalam sholat. Agar hafalan
kita nambah dus, pengertian kita terhadap surat tsb menjadi lebih baik
(karena bisa menerjemahkan).
Oke baiklah... Insya Allah kita mulai dengan surat Al-Fatihah.
‫ بسم‬bismi
bi ‫ ب‬: dengan. Ini adalah huruf jar (kata depan). Ingat di topik-topik
awal, kata setelah huruf jar adalah kata benda.
smi ‫ سم‬: asal katanya dari samaa ‫( سما‬memberi nama), dan kata
bendanya ismun ‫ إسم‬yang artinya nama. Mestinya ‫ ب‬dengan ‫ إسم‬menjadi
‫ بإسم‬bi-ismi, tapi karena huruf jar ‫ ب‬maka hamzahnya lebur, sehingga
menjadi ‫ بسم‬bismi.
Apa arti bismi? Bi = dengan, smi = nama, dengan demikian bismi =
dengan nama.
Oh ya ingat lagi sifat huruf jar, yaitu dia menasab-kan (istilah menasabkan ini sering dipakai dalam tatabahasa arab, yang artinya
membuat harokat huruf akhir menjadi kasroh (baris bawah)). Dengan
demikian, yang benar membacanya:
bismi,
bukan bismu, atau bisma.
Kata selanjutnya: ‫ هللا‬. Sehingga ‫ بسم هللا‬artinya dengan nama Allah.
73
Oh ya perlu dilihat disini harokat terakhir dari Allah, adalah kasroh.
Dengan demikian dibaca:
Bismillahi,
bukan bismillahu, atau bismillaha.
Perlu ingat lagi (sudah dibahas ditopik kata majemuk), bahwa kalau 2
kata benda bertemu dan kata benda kedua berharokat kasroh, maka 2
kata itu adalah kata majemuk (dalam bahasa Arab disebut Mudhof).
Oke, jadi bismillahi, artinya dengan nama Allah.
Kalau kita urutkan dari asal-asal katanya:
‫ ب إسم هللا‬bi ismi Allahi, dibaca: bismillahi
Bagaimana kalau kita baca bismillahu? Dalam bahasa arab jika kata
benda berharokat dhommah, maka dia menjadi pelaku. Sehingga kalau
kita baca: Allahu, dalam bismillahu, maka artinya akan berobah, dimana
Allah menjadi subject dan bismi menjadi prediket. Dengan demikian arti
dari bismillahu, adalah Allah untuk nama, atau Allah dengan nama.
Inilah fungsi i'rob dalam tatabahasa Arab, karena salah i'rob (harokat
akhir) akan merubah arti.
‫الرحمن الرحيم‬
Arrohman, lihat ada alif lam, tandanya ini kata benda. Arrohiim, juga
ada alif lam, tandanya ini kata benda. Hal kedua adalah, i'rob (harokat
akhir) arrahmaan dan arrohiem adalah kasroh, sehingga ditulis
arrahmaani, bukan arrohmaanu, atau arrohmaana. Dan arrahiemi,
bukan arrahiemu, atau arrahiema. Apa artinya ini?
74
Perhatikan sebelum arrohman ada kata Allah, yang juga kasroh. Ini
berarti kata - kata ini adalah kata kata majemuk (mudhof)
Dalam tatabahasa arab :
‫ب إسم هللا الرحمن الرحيم‬
Kalimat diatas hanya terdiri dari 2 pola:
Huruf jar ‫ ب‬+ Mudhof ‫إسم هللا الرحمن الرحيم‬
Arrohmaan berasal dari kata ‫ رحم‬rohima: mengasihi
Arrohiem berasal dari kata yang sama dengan arrohmaan, yaitu ‫ رحم‬:
mengasihi, atau memberi ampunan.
Akan tetapi karena ada tambahan alif dan nun pada Arrohmaan, maka
artinya berubah, menjadi sifat yang maha, artinya ‫ الرحمان‬artinya Maha
Pengasih. Dan kata Arrohiem, karena ada tambahan ‫ ي‬maka artinya
berubah menjadi sifat yang extensif dan terus menerus, yang sering
diartikan Maha Penyayang.
Demikianlah kita telah selesaikan latihan menerjemah Surat Al-Fatihah
ayat 1.
Sekarang kita masuk ke ayat 2:
‫الحمد هلل رب العالمين‬
Kata ‫ الحمد‬alhamdu. Asal katanya adalah ‫ حمد‬hamida yang artinya
memuji. Ada alif-lam berarti dia adalah kata benda. Kata ‫ حمد‬ini
mempunyai masdar (kita belum pelajari ini) hamdun, yang artinya
pujian.
75
Kata lillahi, ‫ هلل‬, ini terdiri dari 2 kata, yaitu ‫ ل‬li (yang artinya untuk atau
kepunyaan/milik) dan ‫ هللا‬Allah. Seharusnya tertulis ‫ ل هللا‬tetapi karena
alif lebur ke li, maka menjadi ‫ ل هلل‬dan karena li lebur kepada lam pada
kata Allah, maka menjadi ‫ هلل‬lillahi.
Perhatikan bahwa ‫ ل‬li adalah huruf jar. Sesudah huruf jar, adalah kata
benda. Sehingga lillahi artinya untuk Allah, atau kepunyaan Allah.
Sehingga:
‫ الحمد هلل‬alhamdu lillahi artinya segala puji milik Allah, atau segala puji
untuk Allah.
Mengapa ada kata (segala)? Al-hamdu sendiri artinya pujian atau puji.
Tetapi karena ini dilekatkan kepada Allah, maka maknanya meliputi
semua hal pujian. Oleh karena itu Alhamdulillah biasa diterjemahkan
segala puji milik Allah.
‫ رب العالمين‬rabbul 'aalamien.
‫ رب‬rabbu artinya Tuhan. ‫ العالمين‬berasal dari ‫ عالم‬yang artinya alam
(karena ada tambahan ‫ ين‬maka artinya sesuatu yang banyak, atau
sangat luas atau sering disebut semesta alam).
Perhatikan bahwa rabbu al-'aalamien ini juga kata majemuk (mudhof).
Dengan demikian pola kalimat
‫ الحمد هلل رب العالمين‬menggunakan pola
Subject (‫ )الحمد‬+ keterangan (‫ )هلل‬+ keterangan (‫)رب العالمين‬
Apa tanda-tanda subject? Berulang kita katakan bahwa tanda Subject
adalah adanya i'rob Dhommah. Lihat Alhamdu, bukan al-hamda, atau
al-hamdi. Tandanya Al-Hamdu ini adalah Subject.
76
Sehingga ayat ke 2 ini: Segala puji milik Allah Tuhan semesta alam.
Insya Allah kita akan lanjutkan ayat berikut dan diteruskan dengan
latihan surat-surat pendek lain.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/20/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-23-latihan-al-fatihahseri.html
77
Topik 24: Latihan Al-Fatihah ayat 4
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, ditengah kesibukan saya, saya teruskan untuk
membahas ayat 4. Alhamdulillah juga ada akhi dari Jawa Timur, yang
mengatakan mengikuti dari topik 1 sampai 23. Senang rasanya, tulisan
saya ada yang membaca. Saya teringat hadist Riwayat Muslim:
Rasulullah SAW bersabda, siapa yang berbuat kebaikan, dia akan dapat
pahala. Dan jika kebaikan itu dicontoh/dikerjakan orang, dia akan
mendapat pahala dari orang itu, tanpa mengurangi pahala buat orang
itu. Subhanallah...
Oke kita lanjutkan ke pelajaran berikutnya ayat 4.
Eitt kok ayat 3 dilewati Mas? Oh iya, sengaja, karena ayat 3 itu bagian
dari ayat 1. Arrahmaan Arrahiem. Jadi pembahasannya sama dengan
ayat 1.
‫ َمـالك َي ْوم الدين‬- maaliki yaumi ad-dien
Insya Allah kita bahas satu-satu ya... Oke..
Kata ‫ مالك‬: yang memiliki. Asal katanya ‫ ملك‬- malaka artinya memiliki.
Hmmm... Kata ini sepertinya diserap ke bahasa Indonesia ya... Coba
lihat kata ‫ ملك‬- malaka, ini adalah kata past tense (KKL), sedangkan
KKSnya ‫ يملك‬- yamliku, kalau ya kita buang maka menjadi mlik, di bahasa
Indonesia disebut milik.
Oke ‫ ملك‬-malaka, ini adalah kata kerja yang artinya memiliki. Nah, kita
disini akan mempelajari membentuk kata-benda pelaku dari sebuah
kata kerja. Dalam bahasa Arab ini disebut isim fa'il. Gimana caranya
Mas? Insya Allah guampaaang....
78
Oke caranya:
1. Jika kata kerjanya 3 huruf, maka
2. Tambahkan alif setelah huruf pertama
dah... gampang kan... Contoh kata: ‫ نصر‬- nashoro (artinya menolong).
Orang yang menolong? Guampang... tambahkan saja alif setelah nun,
menjadi ‫ ناصر‬- naashirun, atau naashir (orang Indonesia sering
menyebut nasir)... eh jadi ingat teman saya waktu SMA, namanya Nasir.
Dulu saya suka manggil dia: Nasir, Nasir, darimana aja elo [pakai bahasa
minang tentunya...] (sekarang setelah belajar bahasa Arab, jadi ingat
dia... Pantesan ya si Nasir itu dulu suka menolong saya). Kalau yang
menolong naashir, kalau orang yang ditolong apa dong? Insya Allah
guampang juga. Tinggal tambahin mim didepan nun pada ‫ نصر‬dan
tambahkan waw sebelum ro. Jadinya ‫ منصور‬- manshuurun (orang yang
ditolong). Nah kalau ingat Mansur ini ingat penyanyi zaman saya SMP
dulu. Sekarang kita jadi tahu ya... bahwa nasir sama mansur itu 2 orang
dalam satu kejadian. Satu penolong (nasir), satu yang ditolong
(mansur).
Oke deh, kembali ke MALIK... kalo gitu kata kerja ‫ ملك‬-malaka, artinya
memiliki. Kalau saya buat seseorang yang memiliki berarti saya tinggal
tambah alif setelah ‫ م‬yang menjadi ‫ مالك‬- maa li kun (orang/sesuatu yang
memiliki). Oh gitu... hmmm... tapi Mas kok bacanya maalikun? Kok gak
maalakin, maalukun, maalikan, dll?
Hmm ini sebenarnya ada topik yang membahasnya, sebutlah topik
tinggat Advance gitu deh.... Tapi biar gak pusing, gini saya saya kasih
ciri-cirinya:
1. Kata kerja 3 huruf, setelah ditambah alif, maka harokatnya adalah:
79
2. Huruf kedua (setelah alif) adalah kasroh.
Jadi, yang betul maalikun, bukan maalakun.
Oke. Lalu kenapa maalikun, bukan maaliku? Nah ini ingat lagi pelajaran
awal-awal mengenai isim (kata benda). Aslinya kata benda itu,
akhirannya dhommahtain (akhiran un). Sedangkan jika dia
mendapatkan tambahan alif lam ‫ المالك‬, maka akhirannya dhommah,
sehingga dibaca al-maaliku.
Oke, balik lagi ke ayat:
‫َمـالك يَ ْوم الدين‬
Ada 3 kata disini. Ke 3 nya kata benda (isim). Yaitu: maaliki yaumi
addien.
Kata maaliki artinya yang memiliki. Lho, katanya yang betul maalikun.
Kok sekarang jadi maaliki. Nah, ada 2 sebab kenapa maalikum menjadi
maaliki:
1. Perhatikan, karena huruf kaf berharokat kasroh (mali- ki), maka kita
mencurigai ada huruf jar di depannya. Artinya ayat ini merupakan
lanjutan ayat sebelumnya yang ada huruf jarnya. Kalau dilihat ayat
sebelumnya ada huruf jar Li pada Lillahi rabbil 'aalamin. Inilah yang
menyebabkan kata maalikun menjadi maalikin.
2. Perubahan dari maalikin menjadi maaliki, karena kata ini merupakan
kata majemuk (mudhof). Ingat rumus mudhof sbb:
KB1 (tidak pakai tanwin) + KB2 (alif-lam+kasroh)
Contoh: Rasul (milik) Allah = Rasulu Allahi atau dibaca Rasulullah.
‫رسول هللا‬
80
Bukan dibaca Rasulun Allahi, atau Rasuulun Allaha, dsb
Oke kembali lagi ke ayat:
‫ َمـالك يَ ْوم الدين‬:
Maaliki = yang memiliki
yaumi, berasal dari yaumun artinya hari. Menjadi yaumi, karena dia
mudhof-ilah (bagian dari kata majemuk).
Ad-dieen, berasal dari daa-na yang berarti tunduk, sedangkan kata
bendanya ad-dien, artinya agama.
Perhatikan harokat terakhir juga kasroh, karena dia ini mudhof-ilaih
(bagian dari kata majemuk).
Sehingga ayat ke 4 ini jika diterjemahkan:
(2&3:segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam, yang Rahman, yang
Rahim), yang memiliki hari agama.
Hari-agama ini menurut ahli tafsir, artinya hari pembalasan. Hari
dimana waktu itu manusia akan dibalas semua amal-amalnya. Hari
pembalasan ini juga disebut, yaumul-qiyaamah, yaumulhisaab,
yaumuljazaa' dsb. Masya Allah, bagaimana ya nasib kita nanti dihari addien ini?
Allahu a'lam. Insya Allah kita lanjutkan nanti.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/30/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-24-latihan-al-fatihahayat-4-seri.html
81
Topik 25: Mari Berbahasa Nabi
Bismillahirrahmanirrahim
Ini adalah surat dari seorang teman (namanya Noor Ihsan Jundulloh),
ajakan untuk lebih giat belajar bahasa Arab. Saya kutipkan untuk kita
semua:
Seandainya Nabi Muhammad masih hidup di sisi kita, siapakah yang
bisa bercakap-cakap dengan beliau tanpa perantara?
Seandainya para sahabat, tabi'in, Imam mazhab, dll, dibangkitkan oleh
Allah hari ini, siapakah yang akan mudah berbincang-bincang dengan
mereka dan mendapat pengajarannya secara langsung?
Menurut saya, jawabannya adalah orang yang mengerti Bahasa Arab.
Karena, bahasa yang mereka gunakan, sama dengan bahasa yang ada
saat ini. Tidak berubah. Khususnya bahasa Arab resmi/fusha.
Arab sendiri artinya adalah padang pasir, tanah gundul, gersang. Hal
yang wajar ketika penamaan yang diberikan pada sesuatu sesuai
dengan kondisinya.
Bahasa Arab punya sifat isytiqoqiyah (bentukan). Maksudnya, suatu
kata terbentuk dari kata lain yang memiliki asal yang sama. 'Asal' di sini
bisa dibaca susunan
huruf yang sama. Sehingga, dalam kesehariannya, bahasa Arab lebih
siap menghadapi perkembangan zaman.
Contoh, dulu pesawat belum ada. Mobil belum ada. Penamaan kata
pesawat, diambil dari kata 'thaa ra' yang artinya terbang. Pesawat
sendiri dalam bahasa Arab
82
disebut thaa i rah, artinya sesuatu yang terbang.
Tidak berbeda jauh dengan burung yang dalam bahasa Arabnya disebut
thaa ir.
Begitu juga dengan mobil. Bahasa Arabnya sayyarah. Diambil dari kata
saa ra yang memiliki asal kata yang sama dengan sirah, yang artinya
perjalanan. Sayyarah pelaku dari kata sirah.
Banyak contoh-contoh lain yang bisa kita sebutkan nanti. Beberapa kata
dari Bahasa Arab juga sudah menjadi kata dalam Bahasa Indonesia,
alhamdulillah. Ketika awal mula mempelajari bahasa Arab seperti ini,
seorang teman pernah berkata, 'bahasa kita ini unik ya,'
'unik gimana?' tanya saya
'orang Inggris bilang camel, orang Arab bilang jamal,
ga beda jauh kan? Lha, di kita jadi onta.'
'trus' katanya, 'orang Inggris bilang cat, orang Arab bilang qittun, ga
beda jauhkan? Di kita jadi kucing.'
'unik kan?' katanya dengan semangat.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/30/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-25-mari-berhabasanabi-seri.html
83
Topik 26: Surga Tidak Berlari
Bismillahirrahmanirrahim
Sebelum kita lanjutkan dengan topik latihan Surat Al-Fatihan, ada
baiknya kita selingi dengan topik kiriman dari rekan Noor Ihsan sbb:
Dalam Al-Quran, kata surga yang dalam bahasa arabnya 'jannah',
disebut sebanyak 65 kali. Dengan kata yang lain, 'jannaat', bentuk plural
dari jannah disebut sebanyak
61 kali. Total 126 kali Allah sebut surga di berbagai surat. 32 kali kata
surga diikuti kata mengalir sungai di bawahnya.
Hanya sekali dalam Yunus : 9, Allah menyebut kata mengalir sungai di
bawahnya sebelum kata surga. Jangan sampai kita salah membacanya,
maksud saya, usahakan jangan berhenti saat kata tajri, misal
'...yudkhilhu jannaatin tajri. min tahtihal anharu khalidiina...'
Artinya akan berubah menjadi '...Dia akan memasukannya ke dalam
surga yang berjalan, di bawahnya ada sungai, mereka kekal di
dalamnya....'
Dalam bahasa Arab, suatu kata yang berasal dari akar yang sama akan
memiliki arti dan makna yang dekat.
Kata islam berasal dari 3 huruf, sin lam dan mim yang memiliki makna
asli keselamatan, penyerahan diri. Bentukan kata dari 3 huruf ini akan
memiliki arti yang
mirip. Misal, salamah atau keselamatan. Rasul bersabda, Muslim itu
adalah orang yang mana muslim lain selamat dari keburukan lisan dan
tangannya.
84
Atau kata mar'ah (wanita) yang berasal dari ra hamzah alif yang
memiliki makna asli melihat. Mar'ah adalah tempat jatuhnya
pandangan.
Atau kata An-nas (manusia) yang berasal dari kata nun sin alif yang
memiliki makna asli lupa. Rasul bersabda manusia tempatnya salah dan
lupa.
Begitu juga kata jannah, berasal dari 3 huruf, jim nun nun yang memiliki
makna asli tertutupi atau tersembunyi. Bentukan kata darinya seperti
junun (gila), janin, junnah (pelindung), dan jin memiliki arti yang dekat
yaitu tertutupi.
Orang gila tertutupi akalnya, janin tertutupi oleh perut, jin tertutup dari
pandangan kasat mata manusia.
Surga pun tertutupi dari manusia, dari matanya, dari akalnya, dari
pendengarannya, dari perasaannya.
Sabda Rasul dalam hadis qudsi dari abi hurairah riwayat Bukhari
: Aku siapkan untuk hambaKu yang shalih apa yang belum pernah
dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan tidak pernah terbersit
sedikitpun dalam hatinya.
Maha benar Allah dengan firmanNya
'Falaa ta'lamu nafsun ma ukhfiya lahum min qurrati a'yun'
As-sajdah : 17
Wallahu a'lam
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/30/2007
85
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-26-surga-tidak-berlariseri.html
86
Topik 27: Latihan Al-Fatihah ayat 5
Bismillahirrahmanirrahim
Pada topik 24, kita telah membahas surat Al-Fatihah ayat 4. Dimana
pada topik 24 tersebut kita pelajari cara membentuk isim fa'il (kata
benda pelaku), dari sebuah kata kerja (fi'il). Baiklah kita lanjutkan
dengan ayat 5.
‫َّاك نَ ْستَعين‬
َ ‫َّاك نَ ْعبد وإي‬
َ ‫إي‬
Kalimat diatas terdiri dari 4 bagian: yaitu
iyyaka = kepada Engkau (saja)
na'budu = kami senantiasa menyembah
wa iyyaka = kepada Engkau (saja)
nasta'iin = kami minta tolong
Baiklah kita analisis satu persatu.
Kata ‫ إياك‬- iyya ka, terdiri dari dua kata yaitu: iyya dan ka. Iyya adalah
kata tugas (harf), dan ka adalah kata ganti orang kedua tunggal laki-laki.
Kedua kata ini secara bersama-sama, dalam tatabahasa sering
digunakan untuk menjelaskan dhomir munfashil nashob. Munfashil
artinya kata ganti (dalam hal ini ka - kamu) yang terpisah kedudukannya
sebagai nashob, atau sebagai sesuatu yang dituju. Oh ya sebelum lupa,
saya kasih contoh pembagian jenis kata ganti (saya, dia, kamu, dsb)
dalam bahasa Arab, ada 3 macam:
1. Dhomir munfashil rafa' (kedudukannya sebagai subject). Contoh:
87
Dia membaca - huwa yaqra' ‫( هو يقرأ‬kata huwa-dia, berkedudukan
sebagai subjek)
2. Dhomir munfashil nashob (kedudukannya sebagai object). Contoh:
Umar memukul Amir. Jika Amir, kita pakai kata ganti, menjadi:
Umar memukul dia- 'umar dhoraba hu ‫(عمر ضربه‬kata hu-dia,
berkedudukan sebagai objek)
3. Dhomir muttashil (kedudukannya sebagai milik). Contoh:
Itu rumah Amir. Jika Amir, kita pakai kata ganti, menjadi:
Itu rumah dia - dzalika baituhu ‫( ذلك بيته‬kata hu-dia, berkedudukan
sebagai milik, artinya milik Amir)
Kembali ke kata iyyaka, maka kata iyya ini dalam bahasa kita sering
diterjemahkan kepada ... saja. Jadi kalau iyyaka = kepada engkau saja.
Kalau iyyanaa ‫ =إينا‬kepada kami saja, iyyaya ‫ =إيي‬kepada aku saja, iyaahu
‫ =إيه‬kepada dia saja, dst.
na'budu ‫ = نعبد‬kami menyembah. Kata ini adalah kata kerja sedang
(KKS), dengan kata-ganti pelaku ‫ نحن‬nahnu = kami. Perhatikan ada huruf
nun sebelum ‫عبد‬. Asal katanya adalah 'a ba da ‫( عبد‬KKL). Sebagai
pengingat, kita ulang-ulang lagi tashrif dari ‫ يعبد‬- ‫ عبد‬sbb:
‫ يعبد‬- ya'budu = dia (seorang pria) menyembah
‫ أعبد‬- a'budu = saya menyembah
‫ نعبد‬- na'budu = kami menyembah
Karena na'budu ini bentuk KKS, maka lebih bagus kita tambahkan kata
senantiasa
88
‫ نعبد‬- na'budu = kami senantiasa menyembah
wa iyyaka = dan kepada Engkau saja
nasta'iin = kami senantiasa minta tolong (dibahas pada topik setelah ini,
topik 28)
Sehingga ayat ke 5 ini selengkapknya berarti:
kepada Engkau saja kami senantiasa menyembah, dan kepada Engkau
saja kami senantiasa minta tolong.
Demikianlah ayat 5 ini telah kita bahas. Sedikit untuk bahan renungan,
kita:
Perhatikan dhomir yang dipakai pada ayat 1 s/d 4, kepada Allah,
menggunakan dhomir HU (dia). Tetapi pada ayat ke 5 ini, saat kita
minta tolong, dhomir untuk Allah, adakah KA (Engkau). Mungkin
terdapat rahasia disini, bahwa dalam menyembah Allah dan dalam
minta pertolongan kepada Allah kita dianjurkan (bahkan diharuskan)
langsung, atau tanpa perantara.
Rahasia kedua yang mungkin terdapat dalam ayat 5 ini kemungkinan
adalah: perhatikan bahwa pada saat menyembah (dalam sholat) dan
minta pertolongan kepada Allah, kata ganti yang dipakan adalah KAMI.
Kepada Engkau saja KAMI menyembah, dan kepada Engkau saja KAMI
minta tolong. Ini mungkin rahasianya, bahwa kalau bisa sholat
dilakukan bersama-sama (berjamaah), demikian juga dalam
implementasi ibadah dan permohonan tolong itu, terdapat rahasia
hendaklah kaum muslimin ini saling bekerja sama dalam urusan-urusan
agama, tidak mengasingkan diri dan bekerja sendiri-sendiri. Allahu
a'lam.
89
Sebagai catatan terakhir: kata nasta'ien karena ini ada pengenalan
bentuk KKT (Kata Kerja Turunan) bentuk 8, maka kita akan bahas di bab
khusus setelah ini. Insya Allah.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/01/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-27-latihan-al-fatihahayat-5-seri.html
90
Topik 28: Latihan Al-Fatihah ayat 5 & KKT 8
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Atas ijin
Allah SWT kita dapat melajutkan topik Surat Al-Fatihah ini. Sholawat
dan salam semoga tetap tercurah kepada baginda Rasulullah,
Muhammad SAW.
Baiklah para pembaca yang dirahmati Allah. Topik 27 kita telah
mengakhiri dengan pembahasan ayat 5. Tapi ada bagian yang kita
tunda pembahasannya, yaitu membahas wa iyyaka nasta'iin. Insya Allah
kita akan membahas kata nasta'iin, pada topik ini.
KKT (Kata Kerja Turunan) bentuk ke 8 (KKT 8)
Ingat-ingat lagi kita sudah pernah membahas KKT 1 dan KKT 2. Nah,
Insya Allah sekarang kita membahas KKT 8. Lho lho... Mas Mas... KKT 3
s/d KKT 7 nya kemana? Kok gak dibahas? Nah oke, saya jelaskan.
KK - Kata Kerja Asli (KK yang terdiri dari 3 huruf), sebagaimana telah
saya jelaskan, dalam bahasa Arab dapat mengalami perubahan.
Perubahan ini menyebabkan terbentuk kata kerja baru yang disebut
KKT (Kata Kerja Turunan). Yang umum ada 8 bentuk KKT (bentuk KKT
sendiri sebenarnya lebih dari 8, ada buku-buku yang menyebutkan
sampai 12 macam atau lebih, tapi yang umum 8). Nah kita sudah bahas
KKT 1 dan KKT 2. Dari bentuk KKT itu yang sering muncul hanya
separonya salah satunya KKT 8. Maka karena dalam surat Al-Fatihah ini
kita temukan bentuk KKT 8, maka dari itu dalam topik ini kita loncat
saja membahas KKT 8 tsb.
91
OK, singkat cerita, KKT 8 itu dibentuk dengan menambahkan ALIF SIN
TA kepada KK. Contoh:
‫ غفر‬- ghofaro : artinya menutupi, atau mengampuni
Jika kita tambahkan ALIF SIN TA, maka artinya menjadi minta sesuatu.
Dengan demikian:
‫ إستغفر‬- istaghfaro (KKL) artinya: minta ampun. Bagaimana bentuk
KKSnya?
Bentuk KKSnya adalah:
‫ يستغفر‬- yastaghfiru (KKS) artinya: (dia seorang pria) sedang minta
ampun.
Bagaimana bentuk perintahnya? Kalau kita menasehati orang: "Hai
kamu minta ampunlah!", maka ini sudah kita bahas dulu di topik
membentuk fi'il amr 6 langkah mudah (silahkan dilihat-lihat lagi).
Bentuk perintahnya: Lihat KKS, buang ya, jika setelah ya dibuang
harokat sukun, tambahkan alif. Harokat alif lihat huruf sebelum
terakhir, jika fathah, atau kasrah, maka harokat alif kasrah, jika harokat
sebelum terakhir dhommah, maka harokat alif dhommah (lihat lagi
latihan-latihan sebelumnya membentuk fi'il amr). Jika kita praktekkan:
- KKS : ‫ يستغفر‬- yastaghfiru
- buang ya, menjadi ‫ ستغفر‬- staghfiru
- harokat sin, sukun maka tambah alif menjadi ‫ إستغفر‬- istaghfir /
ustaghfir
- lihat harokat huruf sebelum terakhir, yaitu fa, adalah kasroh, maka
menjadi istaghfir : minta ampunlah!
92
Kita sering berkata: astaghfirullah, astaghfirullah... ini adalah bentuk
KKS dengan pelaku saya (ana). Lihat kembali:
‫ يستغفر‬- yastaghfiru : dia minta ampun
‫ أستغفر‬- astaghfiru : saya minta ampun
Sedangkan astaghfirullaha: ‫ أستغفر هللا‬- astaghfiru Allaha, artinya saya
minta ampun (kepada) Allah. Terlihat disini, beda bahasa Arab dengan
Indonesia. Dalam bahasa Arab, posisi suatu kata benda itu sudah
ditentukan.
Contohnya:
‫ أستغفر هللا‬- astaghfiru Allaha - maka posisi Allah sebagai Object (sehingga
diterjemahkan Aku mohon ampun kepada Allah). Kata "kepada"
otomatis ditambahkan untuk memperjelas kedudukan kata Allah.
Contoh lain:
‫ أذن‬- adzina: megijinkan
ditambahkan ALIF SIN TA menjadi
‫ إستأذن‬- ista'dzana : meminta ijin (KKL)
‫ يستأذن‬- yasta'dzinu : meminta ijin (KKS)
Kembali ke kata nasta'iin:
iyyaka na'budu, wa iyyaka nasta'iin. Kata nasta'iin ‫ نستعين‬asal katanya
adalah ‫ عان‬atau ‫ عون‬yang artinya menolong. Kalau kita tambahkan ALIF
SIN TA menjadi ‫ إستعان‬atau ‫ يستعين‬- yasta'iinu (KKS) yang artinya dia minta
tolong. Sedangkan untuk kami minta tolong maka ‫ ي‬tinggal diganti ‫ن‬
sehingga menjadi:
93
‫ نستعين‬- nasta'iinu : kami senantiasa minta tolong.
Demikian penjelasan mengenai KKT 8 ini. Dengan demikian ayat 5:
iyaaka na'budu : kepada Engkau saja kami senantiasa menyambah
wa iyyaka nasta'iin: kepada Engkau saja kami senantiasa minta tolong.
Insya Allah akan kita lanjutkan ke ayat berikutnya dan surat-surat
pendek lain.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/01/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-28-latihan-al-fatihahayat-5-kkt.html
94
Topik 29: Latihan Al-Fatihah ayat 6 & Mengulang Fi'il Amr
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillah. Kita akan masuki surat Al-Fatihah Ayat 6.
َ ‫اهدنَــــاالص َرا‬
‫يم‬
َ ‫ط المستَق‬
Ihdinaa ashiraata al-mustaqiema
Kalimat ini terdiri dari 4 kata:
- ihdi : tunjukilah (kata kerja perintah / fi'il amr)
- naa : kami (kata ganti objek / dhomir nashob)
- al-shiroota : jalan
- al-mustaqiema : yang lurus
Insya Allah akan kita kupas satu per satu.
Kata ‫ اهد‬- ihdi, adalah kata kerja perintah. Mas... kasih tahu dong,
gimana caranya kita tahu itu suatu kata kerja perintah atau bukan. Ada
gak cara mudahnya? Hmmm cara mudah belum saya temui, tapi ada
ciri-ciri yang biasanya kita temukan, yang mengindikasikan itu kata
kerja perintah atau bukan. Apa itu? Yaitu adanya alif yang berharokat
kasroh (baris bawah).
Contoh:
‫ اقرأ‬- iqroo = bacalah! (lihat harokat alif, kasroh)
‫ اجلس‬- ijlis = duduklah! (lihat harokat alif, kasroh)
‫ استغفر‬- istaghfir = minta ampunlah !
95
dll,
Akan tetapi, banyak juga yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tsb, spt:
‫ اكتب‬- uktub = tuliskanlah! (harokat alif dhommah)
‫ انزل‬- anzil = turunkanlah! (harokat alif fathah)
‫ ر‬- ra = lihatlah ! (tidak ada alif)
Semua yang diatas tsb, uktuk, anzil, ro, dll, sebenarnya ada rumusrumusnya. Kala nanti kita ketemu ayat spt itu, Insya Allah rumusnya kita
akan bahas.
Kembali ke ihdi naa: tunjukilah kami!
Kata ‫ اهد‬- ihdi (fi'il amr) ini berasal dari kata hudaa ‫( هدى‬KKT) yang
artinya menunjuki. KKS nya yahdii ‫ يهدى‬. Sekarang kita bentuk fi'il amr.
Ingat lagi pelajaran yang lalu (topik 17 dan 18). Kita praktekkan.
Kita latih lagi 6 langkah tsb:
Langkah 1. KKL menunjuki --> ‫ هدى‬hudaa
Langkah 2. KKS menunjuki --> ‫ يهدى‬yahdii
Langkah 3. Buang YA --> ‫ هدى‬hdii
Langkah 4. Harokat akhir matikan --> karena sudah mati, huruf ya
dibuang menjadi ‫ هد‬hdi
Langkah 5. Harokat HA sukun --> tambahkan alif --> ‫ اهد‬kemungkinan
AHDI, IHDI, atau UHDI
Langkah 6. Karena huruf sebelum huruf terakhir (dari 3 hurufnya, yaitu
huruf HA) adalah kasroh, maka yang dipilih IHDI (lihat topik 18)
96
Dengan demikian jelaslah bahwa kata ‫ اهد‬- ihdi adalah kata kerja
perintah dari hudaa. IHDI artinya tunjukilah!
Sedangkan ‫ نا‬- naa, artinya KAMI (sebagai objek). Dalam bahasa Arab
kata ganti yang berfungsi sebagai objek ini disebut dhomir nashob.
Demikian telah kita bahas bagian dari ayat 6, yaitu Tujukilah Kami = ihdi
naa. Sedangkan al-shiraat al-mustaqiim Insya Allah akan kita bahas
pada topik selanjutnya.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/02/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-29-latihan-al-fatihahayat-6.html
97
Topik 30: Latihan Al-Fatihah ayat 7 - KKT 8
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillah. Kita akan masuki surat Al-Fatihah Ayat 7.
َ ‫ص َرا‬
‫علَيه ْم‬
َ َ‫ط الَّذينَ أَنع‬
َ ‫مت‬
Shiraatha alladziina an'amta 'alayhim
‫علَيه ْم‬
َ ‫غَير ال َمغضوب‬
Ghoiri al-maghdhuubi 'alayhim
َ‫َوالَ الضَّالين‬
wa laa adh-dhoolliin
Ayat 7 diatas terdiri dari 3 potongan kalimat. Pada penutup topik 29,
dikatakan kita akan menunda pembahasan shiraath al-mustaqiim.
Baiklah kita bahas pada topik ini.
Kata ‫ صراط‬- shiirath artinya jalan. Jamaknya shuruth ‫ صرط‬. Sedangkan
al-mustaqiim ‫ المستقيم‬artinya benar atau lurus. Akar kata al-mustaqiim itu
adalah ‫ قام‬- qooma, yang artinya berdiri. Kemudian kata ini
mendapatkan tambahan alif sin ta, ingat bahwa tambahan alif sin ta ini
menjadikan kata tsb menjadi KKT 8 (Kata Kerja Turunan bentuk ke 8).
Akar kata ‫قام‬
KKT-8 ‫ استقام‬istaqooma, artinya berdiri atau menjadi lurus.
Ingat lagi salah satu aturan dari KKT 8, jika satu kata kerja menjadi KK 8,
maka tambahan alif sin ta, dapat diartikan "minta sesuatu".
Contoh: ‫ غفر‬- ghafara mengampuni
98
KKT 8: ‫ استغفر‬- istaghfara minta ampun
Jika kita terapkan pada kata qooma ‫ قام‬artinya berdiri, maka KKT-8
"bisa" kita asosiasikan dengan "minta berdiri". Nah kok istaqooma
artinya berdiri atau menjadi lurus? Bukannya minta berdiri?
Memang secara umum (dikebanyakan kasus) tambahan alif sin ta itu
(KKT 8) artinya minta sesuatu. Akan tetapi bisa juga arti KKT 8 itu sama
dengan arti akar kata nya.
Tapi kalau dipikir-pikir, "minta berdiri" sangat dengan artinya dengan
"berdiri" atau "menjadi lurus" kan? [Badan orang yang berdiri tegak,
biasanya lurus kan ya???]. Oh ya perlu diingat disini bahwa KKT 1 s/d 8
kadang-kadang artinya sama dengan arti Kata Kerja Dasar (KKD) nya,
atau hanya berbeda sedikit saja, atau bisa berbeda jauh. Dari mana
tahunya? Ya tahunya,,, dari kamus. Kita harus rajin-rajin melihat kamus.
Kata al-mustaqiem sendiri, adalah kata bentukan dari KKT 8. Insya Allah
selesai topik surat Al-fatihah ini kita akan bahas kata bentukan dari
sebuah kata kerja. Kata al-mustaqiem ini merupakan kata bentukan dari
‫ استقام‬istaqooma, yaitu apa yang disebut isim faa'il (kata benda pelaku).
Singkat cerita: ‫ الصراط المستقيم‬- ashshiraata al-mustaqiima artinya Jalan
yang lurus.
Oke kita masuk ke ayat 7.
Dalam ayat ini, kata shiraat al-mustaqiim itu diberi penjelasan. Jalan
yang lurus yang spt apa?
Yaitu:
َ ‫ص َرا‬
‫علَيه ْم‬
َ َ‫ط الَّذينَ أَنع‬
َ ‫مت‬
99
Shiraatha (jalan) alladziina (yang) an'amta (Engkau telah beri nikmat)
'alayhim (atas mereka)
‫علَيه ْم‬
َ ‫غَير ال َمغضوب‬
Ghoiri (bukan) al-maghdhuubi ((jalan) orang yang dimurkai) 'alayhim
(atas mereka)
َ‫َوالَ الضَّالين‬
wa laa (dan tidak (pula)) adh-dhoolliin ((jalan) orang-orang yang sesat)
Ada beberapa point disini yang perlu kita bahas agar semakin mengerti
yaitu, kata:
‫ انعمت‬- an 'am ta (Engkau telah beri nikmat)
‫ المغضوب‬- al maghdhuub (orang yang dimurkai)
‫ الضالين‬- adh dhoolliin (orang yang sesat)
Untuk an'amta Insya Allah dibahas pada topik ini, sedangkan 2 terakhir
Insya Allah dibahas ditopik minggu depan.
Baiklah kita lihat kata an'amta ‫ انعمت‬- Engkau telah beri nikmat. Kata ini
adalah kata kerja turunan 1 (KKT 1), yaitu ‫ انعم‬- an'ama. Adanya kata ‫ت‬
َ
diakkhir kata ‫ انعم‬menunjukkan pelaku, yaitu Engkau. Sekaligus
peletakan ta ‫ ت‬diakhir tsb, menandakan ini adalah kata kerja lampau
(KKL), sehingga diterjemahkan Engkau telah.
KKT 1 nya adalah ‫ انعم‬an'ama. Apa KKD (kata kerja dasarnya)? Gampang.
Buang saja alif diawal (ingat KKT 1 dibentuk dengan menambahkan alif
pada KKD). Kalau alif dibuang menjadi:
100
‫ نعم‬- na'ama. Di kamus arti na'ama itu adalah senang hidupnya. Diberi
contoh:
‫ نعم الرجل‬- na'ama ar-rajul (laki-laki itu senang hidupnya)
Dapat dilihat bahwa kata "senang" ini jika kita buat KKT1 menjadi
"menyenangkan" atau "memberi kesenangan". Dengan demikian kata:
‫ انعم‬- an'ama dapat diartikan: dia telah memberi kesenangan
‫ انعمت‬- an'amta dapat diartikan: Engkau telah memberi kesenangan
Sehingga kata ‫ انعمت عليهم‬- an'amta 'alayhim dapat diartikan: (jalan yang)
Engkau telah beri kesenangan kepada mereka.
Di Quran terjemahan biasanya dikatakan : Engkau telah beri nikmat
atas mereka.
Demikian kita akhiri dulu topik 30 ini. Insya Allah akan dilanjutkan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/20/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-30-latihan-al-fatihahayat-7-kkt.html
101
Topik 31: Latihan Al-Fatihah ayat 7 - Al Maghdhub
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillah. Kita akan menyudahi pembahasan surat Al-Fatihah. Pada
topik 30, ada 3 pembahasan yang perlu dibahas, yaitu an'amta, almaghdhuub, ad-dhoolliin. An'amta telah dibahas. Berarti topik 31 ini
kita akan bahas sisanya.
Baiklah, kita akan membahas 2 kata:
al-maghdhuub ‫ ال َمغضوب‬- orang yang dimurkai
ad-dhoolliin َ‫ الضَّالين‬- orang yang sesat
KATA BENTUKAN : ISIM FAA 'IL
Apa itu ISIM FAA 'IL ‫?اسم الفاعل‬
Isim Fa'il adalah kata benda bentukan dari sebuah kata kerja. Misalkan
dalam bahasa Indonesia:
Kata Kerja: membunuh -- to kill
Pelaku: pembunuh (orang yang membunuh) -- the one who kills (the
killer)
Penderita: terbunuh (orang yang dibunuh) -- the one who get killed
Dalam bahasa Arab, seperti dalam bahasa Indonesia atau Inggris,
demikian juga halnya, pola ini bisa diterapkan. Contoh: Pembunuh itu
membunuh seekor kucing:
َ‫قَت َل القاتل القطة‬- qatala (membunuh) al-qootilu (pembunuh) al qithtoh
(seekor kucing)
102
Dalam kalimat diatas, terlihat salah satu cara membentuk kata benda
pelaku adalah dengan menyisipkan alif di Kata Kerja Dasarnya.
Jadi:
Kata Kerja Dasar: membunuh ‫ قتل‬- qotala = membunuh. Pembunuh?
Gampang sisipkan alif setelah huruf pertama, sehingga menjadi ‫ قاتل‬qaatilun = pembunuh.
KATA BENTUKAN: ISIM MAF 'UL
Apa itu isim maf'ul ‫?اسم المفعول‬
Isim maf'ul adalah kata benda penderita, yaitu kata yang dibentuk dari
sebuah kata kerja. Contohnya membunuh, pelakunya disebut
pembunuh, korbannya disebut yang dibunuh. Apa bahasa arabnya
orang (sesuatu) yang dibunuh?
‫ قتل‬- qotala = membunuh
‫ قاتل‬- qootilun = pembunuh
‫ مقتول‬- maqtuulun = (orang/sesuatu) yang dibunuh
Dalam contoh kalimat diatas:
Pembunuh membunuh seekor kucing
َ‫ قَت َل القاتل القطة‬- qotala al-qootilu al-qiththoh
Kata Kucing Bisa saya ubah menjadi "sesuatu yang dibunuh":
Pembunuh membunuh sesuatu yang dibuhuh
‫ قَت َل القاتل المقتول‬- qootala al-qootilu al-maqtuul
OKE,,,, kembali ke LAP TOP,,,...
103
Dengan memperhatikan pola diatas maka kata al-maghdhuub, adalah
ISIM MAF'UL (kata benda penderita), dari apa? Dari kata kerja ‫ غضب‬ghodhoba (murka). Sehingga, didapat pola sbb:
Kata Kerja Dasar: ‫ غضب‬- ghodhoba = murka
ISIM FA'IL : ‫ غاضب‬- ghoodhobun = orang yang murka
ISIM MAF'UL: ‫ مغضوب‬- maghdhuubun = orang yang dimurkai.
Demikian telah kita bahas tentang al-maghdhuub. Karena sudah terlalu
panjang, penjelasan Ad-Dhoolin (orang yang sesat) kita bahas pada
topik berikutnya, Insya Allah.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/22/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-31-latihan-al-fatihahayat-7-al.html
104
Topik 32: ASAL-USUL KURSI
Kata "karosi" dalam bahasa Minang artinya "kursi". Misalkan dalam
kalimat "karosi tu ampuak bana" (kursi itu empuk banget). Kata "kursi"
dan "karosi" dua-duanya diserap ke dalam bahasa Minang dan bahasa
Indonesia dari bahasa Arab. Kata "kursi" dalam bahasa Arab maknanya
tepat sama dengan "kursi" dalam bahasa Indonesia. Sedangkan
jamaknya "kursi" dalam bahasa Arab adalah "karosi". Menarik. Bahasa
minang mengambil jamaknya (yaitu "karosi"), sedangkan bahasa
Indonesia mengambil tunggalnya ("kursi").
Apa sebabnya? Mungkin karena struktur bahasa Indonesia tidak terlalu
"peduli" dengan bentuk jamak. Sebagai contoh, "ulama" dalam bahasa
Arab artinya adalah orang-orang yang mempunyai ilmu. Sedangkan
satu orang yang memiliki ilmu dalam bahasa Arab disebut "alim". Kedua
kata tsb yaitu "alim" dan "ulama" dua-duanya diserap ke dalam bahasa
Indonesia. Hanya saja, terjadi penyempitan makna pada kata "ulama",
dan terjadi pergeseran makna pada kata "alim".
Satu orang yang berilmu (khususnya ilmu agama), sering disebut orang
di Indonesia ini dengan istilah "ulama". Padahal di bahasa Arab, kata
"ulama" itu dipakai untuk sekumpulan orang yang berilmu. Jadi terjadi
penyempitan makna (dari kata untuk banyak orang, menjadi untuk satu
orang). Seperti disebutkan: " para ulama sepakat bahwa membunuh itu
dosa besar". Kata "para ulama" dalam kalimat diatas maksudnya
"beberapa ulama". Kalau mau konsisten dengan kaidah bahasa Arab,
semestinya kalimatnya berbunyi "para alim sepakat bahwa membunuh
itu dosa besar".
Kata "alim" sendiri, yang dalam bahasa Arab adalah bentuk tunggal dari
kata "ulama". Di Indonesia kata "alim" ini telah bergeser maknanya.
105
Misal dalam kalimat "dia orangnya alim banget ya…". Maksud "alim"
disini adalah "soleh" atau "rajin beribadah". Padahal dalam bahasa
Arab, kata "alim" ini artinya "orang yang berilmu".
Ada lagi kata serapan dari bahasa Arab, bentukan dari "alim" ini, yaitu
"mu’allim" atau kadang hanya dibaca "mualim". Sewaktu saya naik
kapal ferry di selat Sunda, biasanya disebutkan, "dalam pelayaran ini
kapal ini dikomandani oleh Mualim kapal [sebuah nama disebutkan]".
Kata "mu'allim" atau kadang dibaca "mualim" oleh kita, dalam bahasa
Arab artinya "orang yang mengajarkan sebuah ilmu" atau "guru".
Tampaknya kata "mualim" dalam kasus ini bergeser artinya menjadi
"nahkoda kapal".
Orang Indonesia, mungkin terkenal dengan kesabarannya. Sesuatu yang
sedikit dianggap banyak. Contohnya, kata "kalimat" dalam bahasa Arab
artinya "sebuah kata". Lalu orang kita menyerap kata tersebut dan
"membanyakkan" artinya. Jadilah dalam bahasa kita, kata "kalimat"
yang di bahasa Arab artinya "satu kata" di Indonesia artinya susunan
"banyak kata".
Sama halnya dengan "seseorang yang punya ilmu" orang kita menyebut
"ulama (kumpulan orang berilmu)". Mungkin kita telah menganggap
"satu orang yang berilmu" setara dengan "orang-orang yang berilmu".
Jadilah kita menyebut "ulama" walau untuk itu hanya untuk satu orang.
Dan orang Minang mungkin menganggap: walau baru punya satu kursi,
tapi tetap merasa punya "karosi" (banyak kursi).
Asal-usul Asli
Kata "asal-usul" diserap dari bahasa Arab "ushuul" yang artinya
pondasi, asal, atau pokok-pokok. Seperti dalam istilah “Ushul Fiqih”
106
yang artinya landasan/dasar-dasar fiqih, atau pokok-pokok fiqih. Dalam
bentuk lain (bentuk mufrod atau tunggalnya) kata "ushul" ini menjadi
"ashl" yang diserap menjadi "asal". Sedangkan kata "ushuul" diserap
menjadi "usul". Oleh orang kita, kedua kata ini diserap dan
digandengkan, menjadilah dia “asal-usul”. Mengenai ini mungkin dulu
orang-orang kita sewaktu belajar bahasa Arab, cara mereka mengingat
adalah dengan mengingat kata tunggal dan jamaknya sekaligus: ashl ushuul (atau asal-usul). Di kebanyakan tempat pembelajaran Bahasa
Arabpun saat ini sepertinya metode ini sering digunakan (yaitu
menghafalkan kata tunggal dan digandeng dengan jamaknya sekaligus).
Kata "ashl" jika nasab menjadi "ashli" yang oleh kita diserap menjadi
"asli". Kadang kita suka berkata : "aslinya rumah ini bersih lho…" ketika
mengatakan sebuah rumah yang jorok tidak terurus karena ditinggalkan
pemiliknya. Disini makna "asli" mirip dengan kata Arabnya yaitu "ushl"
atau "ashl", yaitu asalnya atau pokok dari rumah itu bersih, karena
ditinggalkan jadilah dia kotor.
'Iffah
Orang tua kita kadang kreatif. Kata " 'afaf " artinya "pengendalian diri",
seperti dalam doa "Allahumma inna nasalukal huda wattuqo... wal
'afaafa wal ghinaa" yang bermakna: "Ya Allah berilah kami petunjuk,
taqwa, pengendalian diri dan kekayaan". Kata " 'afaafa" atau "afaf"
yang berarti pengendalian diri diambil jadi nama anak. "Afif" untuk
anak laki-laki, "afifah" untuk anak perempuan. Teman saya dari
Palembang namanya "apip", ini sama saja dengan "afif". Mungkin orang
tuanya dulu berharap dia menjadi orang yang bisa mengendalikan diri.
Mengani doa diatas, saya jadi ingat nasehat orang-orang alim zaman
dulu. “Nak... mintalah kekayaan yang banyak ke Allah, tapi jangan lupa
107
dapatkan dulu Afif”. Maksudnya pastilah, bukan “dapatkan dulu suami
bernama Afif”, tapi dapatkan dulu kekuatan untuk mengendalikan diri.
Dari sini terkandung hikmah yang besar dari doa tsb, mengapa minta
“Afaafaa” (pengendalian diri) lebih didahulukan daripada minta harta.
Apalah artinya harta banyak, kalau diri tidak bisa dikendalikan?
Kata bentukan yang serupa maknanya dangan “afaf” adalah " 'iffah"
yang artinya "menjaga kehormatan diri”. Sifat " 'iffah" ini dalam sejarah
ditunjukkan oleh sahabat Abdurrahman bin Auf, sewaktu menolak
dengan lembut, tawaran diberikan harta, rumah atau istri dari sahabat
Anshor pasca hijrah, untuk membantu perekonomian kaum Muhajirin.
Dengan sangat halus dia berkata : "... terima kasih wahai saudaraku
atas tawaranmu. Sesungguhnya aku ini pedagang, maka tunjukkanlah
aku dimana pasar". Sikap ini mencerminkan sikap yang tidak mentangmentang, tidak ingin merepotkan orang lain, dan ingin bertumpu pada
kekuatan sendiri. Sikap menjaga kehormatan diri ini disebut " 'iffah".
Di beberapa daerah di Indonesia, dialek lokal dicampurkan pada kata "
'iffah" sehingga menjadi "ipah" di Sumatera atau "ipeh" kata orang
Betawi. “Ipeeeh… ini Nya’ Babe cariin laki si Apip yee…”
Allahu a ’lam bish-showwab
Cibubur, 3 September 2007
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/03/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-32-asal-usul-kursi-katakarosi.html
108
Topik 33: Mu'jizat
Bismillahirrahmanirrahim
Secara bahasa mu'jizat ‫ معجزة‬akar katanya adalah ‫ عجز‬- 'ajiza yang
artinya lemah dan kata turunannya pertama (KKT-I)nya adalah ‫ اعجز‬a'jaza artinya melemahkan. Sedangkan kata bentukan dari KKT-I itu,
yaitu kata benda pelakunya adalah ‫ معجز‬- mu'jizun atau ‫ معجزة‬- mu'jizat
(sesuatu yang melemahkan).
Al-Quran disebut mu'jizat bagi manusia karena dia "melemahkan
manusia". Salah satu tafsir dari "melemahkan manusia" tidak berarti
manusia menjadi lemah, akan tetapi Al-Quran memberitahukan kepada
manusia, apa kelemahan-kelemahannya. Salah satu caranya, Al-Quran
menantang manusia membuat yang serupa dengan Al-Quran. Dan pasti
manusia tidak bisa, karena kelemahan yang terdapat padanya. Di
banyak ayat lain, Al-Quran juga mejelaskan bagaimana sifat "lemah"
manusia, spt tidak akan mampu menghindari bencana, pasti akan mati,
bersifat tergesa-gesa, keluh kesah, dll.
Mu'jizat yang diturunkan kepada Nabi-nabi juga berfungsi untuk
"melemahkan" musuh. Karena kata mu'jizat sendiri berasal dari KKT-I
(artinya kata kerja yang perlu objek - fi'il muta'addi), maka ada juga
pendapat bahwa mu'jizat itu ada, kalau objeknya ada. Salah satu objek
mu'jizat Nabi Musa adalah Fir'aun. Sedangkan objek Al-Quran (sebagai
mu'jizat) lebih luas lagi yaitu manusia semuanya.
Mengenai mu'jizat Al-Quran, salah satu "teman virtual saya", seorang
yang sudah sepuh berasal dari Madura, Bpk. Ruslan Kailani,
mengatakan sbb (saya kutip dari Email dia yang dikirimkan ke saya 29
Agustus 2007):
109
"Sebagian ulama berpendapat bahwa mu’jizat Al-Qur’an terletak pada
ketepatan dan keindahan bahasanya, dlm struktur yg terjalin rapat
(closely-knit unit) dan maknanya yg sangat tinggi/dalam. Ahli
bahasa/sastera Arab abad ke-5H/11M, Abd Al-Qahir Al-Jurjani (lahir di
kota Jurjan, Persia sekarang) menulis buku yg khusus membicarakan
gaya bahasa AQ, menunjukkan kehebatannya yg tak tertandingi, yg
telah membuat para penyair/sasterawan di masa Rasulullah Saw
terpukau, sedangkah mereka dikenal mempunyai cita rasa sastera yg
sangat tinggi. Judul bukunya “Dala’il Al-I’jaz”, sekaligus mendukung
tantangan AQ (seperti yg dikutip mas Rafdian), dgn memberikan
semacam tolok ukur, standar, bagi mereka yg mungkin meng-klaim bisa
membuat ayat yg serupa dgn AQ.
Al-Jurjani memberikan contoh2 penggunaan kata dan susunan kalimat
dari AQ yg mengagumkan, misalnya:
Al-Baqarah:179, “wa lakum fi al-qisasi hayatun”, kata “hayatun” tidak
memakai “AL” (definite article), karena yg diselamatkan oleh adanya
hukum qisas itu bukan seluruh hidupnya (usianya), melainkan sisanya.
Misalnya seseorang yg berpotensi hidup 60 tahun, lalu dibunuh orang
pada umur 40, berarti dia kehilangan hidup 20 th. Yg 20 th ini yg
diselamatkan oleh hukum qisas (karena pembunuh jadi takut
melakukan pembunuhan). Kalau dikatakan “al-hayatun” akan tidak
akurat, karena menunjuk pada keseluruhan umurnya (60 th).
Huud:44, “wa qila ya ardu ibla’I ma’aki”, setelah itu disebutkan “wa
ghida al-ma”. Kata Al-Jurjani secara tepat dan mengagumkan AQ
menggunakan bentuk pasif, “maka airpun di-serap”, yg menunjukkan
konsistensinya dgn perintahNya kepada bumi agar menyerap airnya,
dan bentuk pasif itu menunjukkan dilakukannya (oleh bumi) perintah
110
tsb. Makna dan konsistensi ini tidak akan muncul kalau kalimatnya dlm
bentuk aktif “maka airpun menyerap”. -- Demikian kutipan email Pak
Ruslan.
Allahu a'lam bish-showwab
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/07/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-33-mujizatbismillahirrahmanirrah.html
111
Topik 34: Erosi Makruh dan Sunnah
Bismillahirrahmanirrahim.
Jika direnungi, masyarakat kita sekarang terkadang telah mengerosikan makna Makruh dan Sunnah. Kalau tidak boleh meng-klaim
masyarakat, setidaknya saya mengakui dalam diri saya sendiri, bahwa
selama ini saya meng-erosikan kedua makna kata tsb. Semoga Allah
mengampuni saya.
Makruh
Kata makruh mungkin telah banyak orang yang meng-erosi-kan
maknanya. Waktu saya SD, dikatakan bahwa makruh itu artinya sesuatu
hal yang jika dikerjakan tidak berdosa, jika ditinggalkan mendapat
pahala. Diberi contoh makan sambel jengkol atau pete. Dalam konteks
ini, merokok oleh sebagian tokoh Islam dianggap makruh, dan oleh
sebagian ulama mutaakhirin (kontemporer), merokok dianggap haram,
mengingat penelitian mutakhir yang menjelaskan jenis-jenis racun yang
dikandung rokok, berikut dampak-dampak buruk yang ditimbulkannya
baik untuk si pengisap maupun untuk lingkungannya.
Secara bahasa kata "makruh" ‫ مكروه‬artinya: yang dibenci. Akar katanya
adalah "karuha" ‫ كره‬yang artinya benci. Sebelum belajar bahasa Arab,
saya pribadi merasa kata "makruh" itu sesuatu yang ringan-ringan saja
ditelinga... Padahal secara bahasa artinya sungguh berat, yaitu sesuatu
yang dibenci. Dibenci oleh siapa? Ya dibenci oleh agama ini. Semestinya
orang-orang para penikmat rokok (walau mereka sekarang masih
"berpegang" pada pendapat bahwa itu perbuatan makruh), sadar
bahwa sebenarnya seringan-ringannya pendapat bahwa rokok itu
112
makruh, tetap saja perbuatan itu adalah perbuatan yang dibenci (oleh
agama ini).
Dalam Al-Quran surat Al-Mu'min ayat 14, Allah SWT berfirman:
َ‫اّلل م ْخلصينَ لَه الدينَ َولَ ْو َكرهَ ْال َكافرون‬
َ َّ ‫فَادْعوا‬
-- maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepadaNya,
walaupun orang-orang kafir membencinya.
Diayat tsb kata karuha atau kariha yang artinya "membenci" dipakai.
"Walau kariha al-kaafirrun" - walau orang-orang kafir membencinya.
Terlihat disini, kata karuha atau kariha ‫ كره‬dipakai sebagai bentuk
"perlawanan" orang-orang kafir atas perintah beribadat kepada Allah
SWT. Terasa berat sekali makna kata karuha/kariha disini. Semestinya
kata makruh yang artinya sesuatu yang dibenci, juga kira rasakan
dengan "berat".
Kalau dilihat di kamus arti lain dari karuha - selain benci, juga berarti
perbuatan keji, atau buruk. Artinya makruh itu sama juga dengan
melakukan perbuatan keji, atau buruk.
Jadi mulai sekarang, sebaiknya kita tidak meng-erosi-kan makna
"makruh".
Sunnah
Kata sunnah pun mungkin kita telah banyak erosi-kan. Waktu saya SD,
kata sunnah itu disempitkan menjadi sesuatu hal yang jika dikerjakan
berpahala, jika ditinggalkan berdosa. Ya itu benar. Itu adalah defisini
fiqih. Sunnah kebalikan dari Makruh, secara defisini fiqih. Akibat dari
peng-erosi-an tsb, begitu mendengar kata-kata perbuatan sunnah,
orang yang mendengarnya yaaa... alakadarnya saja menanggapi...
113
Padahal sunnah dalam ilmu hadist disebutkan sebagai sesuatu hal dari
Rasulullah SAW yang meliputi perkataan, perbuatan, sifat, dan taqrir
(kebolehan) dari Rasulullah SAW. Dalam Al-Quran dikatakan: "laqod
kaana lakum fii rasulullahi uswatun hasanan" (sungguh telah ada pada
diri Rasulullah contoh teladan yang baik bagi kalian). Artinya semua
perbuatan, perkataan, sifat dan taqrir dari Rasulullah itu adalah
Sunnah, dan itu adalah contoh yang baik untuk ditiru. Artinya dia bukan
hal yang "ringan-ringan" saja. Bahkan para Sahabat RA diperintahkan
oleh Rasulullah SAW untuk memegang teguh Sunnah-Sunnah beliau.
"Gigitlah Sunnahku dengan gigi gerahammu", demikian Rasulullah
perintahkan kepada para Sahabat RA, dengan menggunakan penekanan
"dengan gigi gerahammu", ini menggambarkan betapa pentingnya
mengerjakan hal-hal yang Sunnah-Sunnah itu.
Secara bahasa kata Sunnah atau Sunnat ‫ سنة‬artinya jalan, tabiat, atau
peri kehidupan. Sunnah Rasul artinya jalan yang ditempuh Rasulullah
SAW, atau tabiat-tabiat dan peri kehidupan yang ditampilkan Rasulullah
SAW. Kata Ahlus-Sunnah, artinya golongan orang-orang yang mengikuti
jalan Rasulullah SAW. Sesuai hadist Rasulullah, perkara yang paling
minimal untuk kita laksanakan adalah: tidak membenci Sunnah nya.
Itulah yang minimal. Kalau tidak bisa atau belum bisa melaksanakan
Sunnah, minimal jangan membencinya. Rasulullah SAW bersabda "fa
man raghiba 'an sunnatii fa laysa minnii" (barang siapa yang membenci
sunnah ku, niscaya dia bukanlah dari golongan ku). Berita paling buruk
manalagi bagi seorang muslim, jika seandainya di Yaumil Mahsyar
nanti, sewaktu orang-orang berkumpul, lalu kita "diusir" dari Jamaah
Rasulullah... "Tidak... engkau bukan jamaah Rasulullah SAW, karena
semasa didunia engkau membenci Sunnah nya"... Allahu Akbar...
114
pastilah pada saat itu kesedihan, penyesalan yang luar biasa akan
terjadi...?
Allahu a'lam bish-showwab
-- dalam perjalanan Cibubur - Sunter, 10 September 2007
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/10/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-34-erosi-makruh-dansunnah.html
115
Topik 35: Tarhib dan Targhib Ramadhon
Bismillahirrahmanirrahim.
Malam ini (11 September 2007), Insya Allah ormas-ormas Islam
termasuk Departemen Agama RI, akan melaksanakan ru'yatul hilal. Jika
nanti malam hilal terlihat, maka sesuai hadist, Ramadhon akan dimulai
besok. Jika tidak maka Ramadhon akan kita mulai tanggal 13 September
2007. Berdasarkan analisis banyak pihak, Ramadhon akan kita
laksanakan tanggal 13 September 2007. Hal ini pun sudah saya tulis
dalam artikel:
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/idul-fitri-2007-akankah-kitaberbeda.html
Penyambutan, Pengancaman, dan Pe-cintaan
Saat ini dimana-mana masjid alhamdulillah, acara-acara menyambut
Ramadhon semakin marak. Banyak masjid yang mengadakan acara
tarhib ramadhon. Ya, Ramadhon adalah tamu agung, yang harus
disambut. Telah banyak diceritakan dalam hadist-hadist shohih bahwa
shalafus sholih, minimal mempersiapkan Ramadhon jauh-jauh hari
sebelum Ramadhon datang. Telah mashyur dikalangan kita doa
menyambut Ramadhon sejak dari bulan Rajab dan Sya'ban :
"Allahumma baariklana fii Rajaab wa Sa'ban, wa balighnaa Romadhon"
(ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah
kami kepada bulan Ramadhon).
Acara-acara penyambutan ramadhon biasa kita sebut Tarhib
Ramadhon. Tapi jangan salah mengucapkan kata Tarhib. Yang benar itu
mengucapkan Tarhib dengan "ha pedes" (‫ )ح‬bukan dengan "ha tebal"
(‫)هـ‬, sebab jika salah artinya bertolak belakang.
116
Kata Tarhib ‫ ترحيب‬dengan "ha pedes" adalah kata dasar (masdar) dari
kata rahhiba ‫( رحب‬menyambut). Sehingga arti tarhib (dengan "ha
pedes") sendiri karena harus bersifat kata benda, dapat dikatakan
sebagai "penyambutan". Tapi bacanya pakai "ha pedes".
Kata Tarhib ‫ ترهيب‬dengan "ha tebal" adalah kata dasar (masdar) dari
kata rahhiba ‫( رهب‬mengancam). Sehingga arti tarhib (dengan "ha
tebal") adalah pengancaman atau ancaman. Tarhib Ramadhon jika
dibaca dengan "ha tebal" artinya Ancaman Ramadhon, artinya sesuatu
yang membuat orang takut terhadap Ramadhon. Tentulah bukan ini
yang dimaksud.
Itulah refotnya kalau dari kecil gak dibiasakan dengan pengucapan
huruf Arab dengan makhroj yang benar (seperti saya ini hik hik...).
Antara "ha pedes" dengan "ha tebal" ternyata merubah arti 180 derjat.
Kata Tarhib yang sangat berdekatan secara lidah orang Indonesia
adalah Targhib. Targhib ‫ ترغيب‬adalah kata dasar (masdar) dari kata
raghghiba ‫ رغب‬yang artinya mencintai atau menyukai. Sehingga Targhib
bila di-Indonesiakan berarti Pen-cintaan atau Penyukaan, yaitu suatu
tindakan yang membuat kita suka. Targhib Ramadhon artinya
Penyukaan terhadap Ramadhon.
Bagaimana sholafus sholih ber-Tarhib Ramadhon?
Dikisahkan, seorang Tabi'in bernama Ma'la ‫ معلى‬mengisahkan cerita
yang kurang lebih intinya sbb: "Dulu para salafus sholih selalu mendawam-kan (membiasakan) berdoa selama 6 bulan sebelum
Ramadhon. Mereka senantiasa berdo'a : Allahumma balighnii
ramadhon, Allahumma balighnii ramadhon, Allahumma balighnii
117
ramadhon (ya Allah sampaikan aku ke bulan Ramadhon). Lalu 6 bulan
sisanya mereka mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhon".
Subhanallah, jika di tolal para salafus sholih mempersiapkan diri mereka
11 bulan penuh untuk menyambut kehadiran Romadhon. Disamping itu
dalam beberapa hadist disebutkan bahwa di bulan Sya'ban mereka
memperbanyak membaca Al-Qur'an dan memperbanyak puasa sunnah.
Semoga ini menjadi motivasi kita untuk lebih meningkatkan
penghormatan kita dalam menyambut tamu agung, bulan Ramadhon
yang penuh berkah.
"SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA RAMADHON, MOHON MAAF
LAHIR BATHIN"
Allahu a'lam bish-showwab
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/11/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-35-tarhib-dan-targhibramadhon.html
118
Topik 36: Ramadhon, Shaum, Idul Fitri
Bismillahirrahmanirrahim.
Masih dalam suasana Ramadhon, dan topik Latihan surat-surat pendek
Insya Allah akan kita lanjutkan. Akan tetapi ada yang menarik untuk
ditulis pada kesempatan kali ini. Ada 3 hal yang ingin kita bahas (secara
bahasa) yaitu: Romadhon, Shaum, dan Idul Fitri.
Romadhon ‫رمضان‬
Kata Romadhon ‫ رمضان‬di dalam kamus artinya Bulan Romadhon. Akan
tetapi jika dilacak ke entry lebih diatas di dalam kamus, kata Romadhon
ini akar katanya: romidha - yarmadhu - romdhan ( ‫ يرمض‬- ‫)رمض‬, yang
artinya sangat panas, atau sangat terik. Jika dilihat dari sejarahnya,
dimana bulan ramadhan ini adalah bulan ke 9 dalam penanggalan
kalender Hijriah, maka pada bulan ini menurut beberapa pendapat,
dulu di jaman Rasulullah, bulan Ramadhon ini sangat terik sekali. Udara
diluar sangat panas. Matahari membakar tanah.
Pendapat lain mengatakan bahwa, panas terik (dari akar kata
Ramadhon) dengan efek membakar itu, melambangkan bahwa pada
bulan Ramadhon ini, waktu untuk pembakaran dosa. Hal ini sesuai
dengan keterangan hadist "man shooma ramadhanan imaanan
wahtisaaban, ghufiralahu maa taqoddama min dzanbih" (barang siapa
yang berpuasa pada bulan Ramadhon dengan keimanan dan
perhitungan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah
berlalu.
Kalau kita tadabburi, sesuatu yang padas membakar itu terkadang
membuat sesuatu menjadi lebih baik. Besi dibakar dan dipanaskan,
menghasilkan sesuatu yang lebih baik yaitu keris. Dalam proses
119
pemisahan air dan kotoran, terkadang digunakan panas (proses
penyulingan). Dan lain-lainnya.
Menurut kedokteran, puasa itu dapat membakar lemak-lemak yang
selama ini menumpuk dalam badan yang berpotensi jadi penyakit.
Dengan puasa, nafsu ditahan. Nafsu yang ditahan bisa memberikan
efek pembakaran. Akan tetapi yang sukses menahan nafsunya dibulan
Romadhon, Insya Allah, akan keluar menjadi orang yang lebih baik.
Shoum ‫صوم‬
Kata puasa adalah terjemahan dari kata ‫ صام‬shooma yang artinya
menahan, atau melakukan puasa. Kata bendanya menjadi berpuasa
disebut ‫ الصوم‬- shoum, dan jamaknya ‫ الصيام‬- shiyam. Orang yang
berpuasa disebut shooiman ‫ صائم‬, sedangkan orang-orang yang
berpuasa disebut shooimuun ‫ صائمون‬atau shooimiin ‫( صائمين‬untuk lakilaki) dan shooimaat ‫(صائمات‬untuk perempuan). Itulah sebabnya, kalau
ustadz berdiri di mimbar biasanya memanggil "para shooimin dan
shooimat".
Dengan akar kata menahan tsb, maka shoum itu menurut ulama adalah
menahan dari segala yang membatalkan (yaitu dari segala yang
membatalkan ibadah puasa tersebut).
Idul Fitri ‫عيد الفطر‬
Selesai kita melaksanakan shoum ramadhon selama 29 atau 30 hari,
maka datanglah hari raya yang disebut Idul Fitri. Kata 'Iid ‫ عيد‬artinya
kembali, sedangkan kata Fitri ‫ فطر‬artinya berbuka (kembali makan).
Sebagian berpendapat, kata Idul Fitri artinya kembali dari keadaan
menahan dari makan, kepada keadaan yang boleh makan.
120
Akan tetapi ada yang memaknai kata Idul Fitri ini dengan Idul Fitrah ‫عيد‬
‫ الفطرة‬. Kata Fitrah sendiri akar katanya sama dengan Fitri, tetapi makna
Fitrah sendiri adalah instink atau kecenderungan atau perangai.
Sebenarnya makan (Fitri) adalah bagian dari kecenderungan/instink
manusia (Fitrah).
Dengan memaknai Idul Fitri ini sebagai Idul Fithrah, maka makna
perayaan Idul Fitri adalah kembali ke keadaan asli manusia yaitu
kembali Fitrah (kembali kepada instink dasarnya). Hal ini sesuai dengan
maksud kata Fitrah dalam Ar-Rum:30
ْ ‫فَأَق ْم َو ْج َه َك للدين َحنيفا ف‬
َ َ‫اّلل الَّتي ف‬
‫اس‬
َّ َ ‫ط َرة‬
َ َّ‫ط َر الن‬
Maka hadapkan wajahmu kepada Agama ini, dengan hanif; (tetaplah
diatas) Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia (dengan fitrah itu).
Menurut sebagian pendapat Fitrah (instink) manusia itu terbagi kepada
3 hal:
1. Instink untuk membutuhkan agama
2. Instink untuk mencari penghidupan (berusaha)
3. Instink untuk mencari pasangan hidup (nikah)
Dalam hadist juga dikatakan:
‫ فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه‬،‫كل مولود يولد على الفطرة‬
Tiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, bapaknya lah yang
menjadikan dia Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi (HR. Muslim)
Perhatikan bahwa hadist diatas mengatakan bahwa setiap manusia itu
lahir fitrah, orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi,
Nasrani, atau Majusi.
121
Kenapa tidak ada pernyataan "orang tuanyalah yang menjadikan dia
beragama Islam?". Karena kata ‫ الفطرة‬dalam hadis diatas, maknanya
adalah Islam. Fitrah manusia itu adalah Islam. Dengan demikian hadist
tsb bermakna: Setiap manusia yang lahir dalam keadaan Islam.
Jadi Insya Allah, dengan mengikuti apa yang telah disyariatkan dalam
menjalankan puasa ini disertai dengan keikhlasan, kita bisa kembali
kepada Fitrah, atau Idul Fitrah. Insya Allah.
Allahu a'lam bish-showwab.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/14/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-36-ramadhon-shaumidul-fitri.html
122
Topik 37: Latihan Surat Al-Ikhlas
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT, Insya Allah kita akan lanjutkan
pelajaran berbahasa Arab. Kita telah menyelesaikan latihan surat AlFatihah, kini waktunya kita masuk ke surat Al-Ikhlas. Ada banyak
pelajaran pola bahasa Arab yang bisa kita pelajari di surat ini, antara
lain al-jumlah al-mufidah (cara membentuk kalimat sempurna),
demikian juga mengenai jazm, dan pengertiaan Kaana. Disamping itu
kita juga akan mendapatkan vocabulary (mufrodad) baru, Insya Allah.
Baiklah, sebelum memulai Latihan, boleh dong saya sedikit menjelaskan
keutamaan dari surat Al-Ikhlas ini. Tujuannya agar kita (saya yakin
semua orang muslim sudah hafal surat ini) lebih menghayati akan
besarnya keutamaan surat Al-Ikhlas ini.
Maka dari itu pada topik 37 ini rencana saya, hanya akan menyajikan
semacam muqaddimah (pengantar) dari Surat Al-Ikhlas ini. Formatnya
pertama, saya jelaskan arti kata Al-Ikhlas, bagaimana esensi dari isi
surat ini, dan apa keutamaan membaca surat ini. Setelah itu pada topik
38 baru kita mulai dengan Latihan.
Al-Ikhlas ‫اإلخالص‬
Kata Ikhlas dalam bahasa arab adalah mashdar (kata dasar) dari akhlasa
‫ أخلص‬yang artinya memurnikan, sehingga kata ikhlas artinya murni atau
kemurnian atau bisa juga pemurnian (mengenai masdhar silahkan baca
topik selanjutnya --topik 38). Salah satu arti ikhlas adalah bersih.
Menurut Prof. Dr. Hamka dalam tafsirnya, dia mengatakan (dalam
redaksi lain), bahwa surat Al-Ikhlas ini menyuruh kita untuk
123
memurnikan ke-tauhid-an kita kepada Allah SWT, sehingga keyakinan
itu bersih, tidak bercampur dengan syirik. Disamping itu pemurnian itu
juga berarti menyingkirkan semua kotoran-kotoran yang merusak
tauhid kita kepada Allah SWT. Demikian menurut Buya Hamka.
Tauhid ‫ توحيد‬adalah masdhar (kata dasar) dari wahhada ‫ وحد‬yang artinya
meng-Esa-kan, sehingga Tauhid ini maknanya Peng-Esa-an Allah SWT.
Artinya Allah itulah Tuhan yang Esa (satu). Dia tempat bergantung
segala sesuatu. Dia tidak mempunyai anak. Dia juga tidak dilahirkan,
dan tidak ada satupun yang menyerupai-Nya.
Kembali mengutip Prof. Dr. Hamka dalam tafsirnya, dia mengatakan
bahwa, maksud surat Al-Ikhlas mengatakan bahwa: Allah tidak beranak
(tidak mempunyai anak), artinya bahwa itulah sifat mutlak Tuhan, yang
kekuasaannya abadi. Tidak seperti Raja yang kalau sudah tua, dia perlu
mewariskan kekuasaannya kepada anaknya. Sedangkan Allah SWT
bukanlah makhluk yang ada batas usianya, sehingga perlu punya anak
untuk melanjutkan tugas-tugasnya. Demikian menurut Buya Hamka.
Keutamaan Surat Al-Ikhlas
Dikisahkan dalam sebuah hadist, bahwa Rasulullah SAW senantiasa
membaca surat Al-Ikhlas dan Al-Kafirun dalam sholat Sunnat Fajar dan
Sholat Witir. Hal ini disebabkan kedua surat itu mengumpulkan Tauhid
Iman (percaya bahwa Allah itu Esa), dan Tauhid Amal (tidak mengikuti
cara beribadah orang kafir). Dalam hadist yang lain dikatakan bahwa
surat Al-Ikhlas itu sama dengan 1/3 Al-Quran.
Dalam sebuah hadist lain yang diriwayatkan oleh Imam Turmidzi,
dikatakan:
124
Dari Abi Hurairah RA, dia berkata: "Aku datang bersama Nabi SAW.
Tiba-tiba dia mendengar seseorang membaca "Qul huwaLLAHu ahad".
Maka berkatalah beliau SAW: "wajabat ‫( وجبت‬Wajib)". Lalu akupun
bertanya (kepada Rasul SAW): maa wajabat ‫( ما وجبت؟‬apa yang wajib)?
Rasul menjawab: "Wajib orang itu masuk syurga" (HR. Tirmidzi dia
berkata hadist ini Hasan Shohih).
Dalam sebuah hadist lain yang diriwatkan oleh Imam Bukhori,
dikatakan:
Dari Aisyah RA, dia berkata: "Nabi SAW suatu ketika mengirim patroli
kesuatu tempat. Pemimpin patroli itu pada tiap akhir sholat yang
dijaharkan (dikeraskan bacaannya) selalu membaca "Qul Huwa Allahu
Ahad". Setelah mereka kembali pulang, mereka kabarkan perbuatan
pimpinan patroli itu kepada Nabi SAW. Lalu beliau SAW berkata:
"Tanyakan kepadanya mengapa dia berbuat begitu?" Lalu merekapun
bertanya kepada pemimpin patroli tsb (mengapa selalu menutup sholat
dengan membaca Qul Huwa Allahu Ahad).
Diapun berkata: "Itu adalah sifat dari Tuhan yang bersifat Ar-Rahman
(Maha Pengasih) dan saya sangat senang membacanya". Mendengar
jawaban tsb, Rasulullah SAW pun berkata: "katakanlah kepadanya,
bahwa Allahpun senang kepadanya". (HR. Bukhari)
Demikianlah beberapa hal yang dapat kita kutip keutamaan surat AlIkhlas. Insya Allah pelajaran topik selanjutnya kita akan latihan
menerjemahkan surat ini, dan akan didahului dengan penjelasan
tentang mashdar (kata dasar).
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/19/2007
125
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-37-latihan-surat-alikhlas.html
126
Topik 38: Latihan Surat Al-Ikhlas, Tema: Mashdar
Bismillahirrahmanirrahim
Seperti telah dijelaskan dalam topik 37, dan topik-topik sebelumnya,
dalam Al-Quran sering kita bertemu dengan Mashdar (kata dasar).
Secara tatabahasa apa itu Mashdar? Inya Allah topik ini kan
menjelaskan.
Mashdar
Mashdar arti letterleg (benar gak nulis nya ya...?), adalah sumber.
Sumber apa? Ya sumber dari sesuatu. Dalam konteks kata, maka
masdhar itu dapat dilihat sebagai sumber dari kata, atau ide kata atau
kata dasar. Hmm bingung ya? Oke... kita ambil perumpamaan dalam
bahasa kita agar mudah memahaminya.
Kalau saya berkata sebuah kata yaitu "penulisan", apa yang terbayang
dalam benak Anda? Satu kata "penulisan" itu mengandung banyak ide
didalamnya. Contoh: "Saya telah menulis buku dengan pulpen diatas
meja". Atau "Saya sedang menulis buku dengan pulpen diatas meja"
Berbicara "penulisan" dalam konteks contoh diatas ada makna (ide) lain
yang bisa timbul:
1. Pekerjaan waktu lampau: telah menulis
2. Pekerjaan saat ini / akan datang: sedang menulis
3. Istilah atau nama pekerjaan: penulisan
4. Pelaku: Saya
5. Sesuatu yang ditulis: buku
127
6. Tempat menulis: meja
7. Alat menulis: pena
Jadi dari satu kata "penulisan" muncul di benak kita setidaknya 7 makna
seputar kata "penulisan". Itulah mengapa kita katakan kata "penulisan"
itu adalah sumber dari 7 makna tsb. Dengan demikian dapat kita
katakan kata "penulisan" itu adalah Mashdar.
Perlu diketahui bahwa, satu kata dalam bahasa Arab dapat melahirkan
7 kata diatas (inilah salah satu "kehebatan" bahasa arab, setidaknya
menurut saya). Hanya dengan menghafal satu kata, kita sudah dapat
membentuk 7 kata. Contohnya:
Kata kerja (akar kata): ‫ كتب‬- kataba (menulis)
1. Pekerjaan waktu lampau: ‫ كتب‬- kataba : telah menulis
2. Pekerjaan saat ini / akan datang: ‫ يكتب‬- yaktubu : sedang menulis
3. Istilah atau nama pekerjaan: ‫ كتبا‬- katban : penulisan
4. Pelaku: ‫ كاتب‬- kaatibun : penulis
5. Sesuatu yang ditulis: ‫ مكتوب‬- maktuub: sesuatu yang ditulis
6. Tempat menulis: ‫ مكتب‬- maktab : meja
7. Alat menulis: ‫ مكتب‬- miktab : alat menulis (pena)
Lalu apa kaitannya antara Masdhar (kata dasar) dengan akar kata. Nah
kadang bagi orang yang baru mulai belajar bahasa arab (seperti saya ini
hehe), bisa bingung. Jawaban mudahnya begini. Kalau "penulisan
(writing)" adalah kata dasar (Mashdar), maka akar katanya adalah "tulis
128
(to write)". Ya, akar kata adalah kata kerja asli (belum mendapat
imbuhan spt awalan, sisipan, atau akhiran).
Yang agak sedikit ekivalen dengan mashdar dalam bahasa Inggris, yaitu
Gerund. Gerund dalam bahasa Inggris, adalah kata kerja yang
dibendakan. Contoh: menghantam (to hit), Gerundnya: hitting
(penghantaman). Contoh lain: membersihkan (to clean), Gerundnya:
cleaning (pembersihan).
Jika dilihat maka Masdhar itu secara praktis dapat dikatakan sbb:
pe + kata-kerja-dasar + an.
Atau dalam bahasa Inggris, Mashdar itu secara praktis sbb:
verb I (simple present) + ing (contoh, cleaning, hitting, dancing, dsb)
Sayangnya dalam bahasa Arab, Masdhar itu cara membentuknya ada 2:
1. Yang ada polanya
2. Yang tidak ada polanya
Untuk yang 1. kalau kita tahu kata-kerjanya maka dengan mengikuti
pola kita bisa membuat masdharnya. Sedangkan untuk yang 2, karena
tidak ada pola, maka satu-satunya cara adalah melihat di Kamus.
Contoh untuk 1, sudah banyak kita jelaskan pada topik sebelumnya.
Saya ulangi sbb:
Kata Tauhid, Tarhib adalah Mashdar dengan pola yang sama. Kata Islam
dan Ikhlas adalah Masdhar dengan pola yang sama.
Berikut penjelasannya.
POLA KKT-2
129
Kata Tauhid ‫توحيد‬
Kata Kerjanya (KKT-2): ‫ وحد‬- wahhada (meng-Esa-kan)
Kata Mashdarnya: ‫ توحيد‬- tauhiid (Peng-Esa-an)
Kata Tarhib ‫ترحيب‬
Kata Kerjanya (KKT-2): ‫ رحب‬- rahhaba (menyambut)
Kata Mashdarnya: ‫ ترحيب‬- tarhiib (penyambutan)
Pola membentuk masdharKKT-1: Tambahkan TA, dan sisipkan YA
POLA KKT-1
Kata Islam ‫إسالم‬
Kata Kerjanya (KKT-1): ‫أسلم‬- aslama (menyerahkan diri)
Kata Mashdarnya: ‫ إسالم‬- Islaamun(penyerahan diri)
Kata Ikhlas ‫إخالص‬
Kata Kerjanya (KKT-1): ‫أخلص‬- akhlasho(memurnikan)
Kata Mashdarnya: ‫ إخالص‬- Ikhlashun(pemurnian)
Pola membentuk masdhar KKT-1: Harokat Alif awal kasroh, dan sisipkan
ALIF di sebelum akhir.
Demikian telah kita jelaskan pengertian Mashdar. Insya Allah akan kita
lanjutkan dengan Latihan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/20/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-38-latihan-surat-alikhlas-tema.html
130
Belajar Bahasa Arab Sederhana dari Google Translate
Banyak situs pendukung yang kita bisa pakai untuk belajar bahasa Arab
sederhana. Salah satunya adalah situs untuk melakukan translasi dari
bahasa Indonesia ke Arab, atau dari bahasa Inggris ke Arab, atau
sebaliknya.
Salah satu yang bisa Anda gunakan adalah Google Translate.
http://translate.google.com/translate_t#
Sebagai contoh:
Kita bisa tulis di dalam text-box: "Selamat Pagi" lalu klik tombol
translate.
Selama Pagi: ‫ صباح الخير‬- shobbahul khoir
131
Nah, untuk membuat kalimat yang sempurna (ada subjek dan prediket),
maka kita ambil contoh:
"Hari ini, saya bahagia"
Akan ditranslate:
‫ انا سعيد‬، ‫اليوم‬. - al-yaum ana sa-'iid
EFEK WAKTU
Dalam bahasa Inggris kita kenal ada efek waktu (present, future, dan
past tense).
Nah dalam bahasa arab kita bisa refleksikan efek waktu tersebut.
Translate kalimat berikut:
1. I learn arabic.
2. I learned arabic.
Dalam bahasa kita kedua kalimat tersebut ditranslate "sama" yaitu:
Saya belajar bahasa arab.
Akan tetapi jika dari bahasa Inggris itu kita translate ke bahasa Arab,
menjadi:
‫ أتعلم العربية‬- ata-a'llamu al-'arabiyyata
‫ تعلمت العربية‬- ta-'allamtu al-'arabiyyata
Dari hal ini dapat kita lihat bahwa kalau kita mengerti konteks bahasa
Inggris, maka sebaiknya kita translasikan dari bahasa Inggris, ke bahasa
Arab, agar konsistenti tenses tetap terjaga.
Selamat mencoba.
132
Link:
- Past Perfect Tense: http://arabquran.blogspot.com/2008/02/topik-76past-perfect-tense.html
- Past Tense, Mashdar: http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik38-latihan-surat-al-ikhlas-tema.html
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/23/2005
http://arabquran.blogspot.com/2005/08/ipv6-hello.html
133
Topik 40: Latihan Surat Al-Ikhlas, Tema: Mashdar Lanjutan
Bismillahirrahmanirrahim.
Pada topik 39, kita telah mempelajari tentang Mashdar yaitu kata
dasar, atau kata sumber. Diberikan contoh dari kata dasar ini, dalam
pelajaran bahasa Arab yang umum di buku pelajaran bahasa Arab,
dapat diturunkan setidaknya 7 jenis kata. Sebelum melanjutkan ke Ayat
1 surat Al-Ikhlas, kita tuntaskan dulu pembahasan Mashdar ini.
Seperti telah disinggung, bahwa kata Al-Ikhlaas ‫ اإلخالص‬adalah Mashdar
dari kata ‫ أخلص‬akhlasa. Akar kata dari akhlasa ‫ أخلص‬adalah ‫ خلص‬khalasa, yang artinya murni, tidak bercampur, atau bersih.
Oke kita ulang-ulangi pelajaran yang telah lalu-lalu.
Disini kita bertemu beberapa hal. Pertama Kata Kerja 3 huruf (atau kata
kerja akar), sebagaimana diketahui, kata apapun dalam bahasa Arab,
umumnya terbentuk dari 3 huruf. Ini yang sering disebut AKAR KATA.
Jadi apa itu akar kata: yaitu pembentuk kata yang terdiri dari 3 huruf.
Hmm mungkin kita agak bingung ya... Ya... saya juga. Hehe... Tapi untuk
mudahnya saya buatkan skema sbb:
1. Kata Kerja Dasar(Akar Kata) - kita sebut KKD: ‫ خلص‬- khalasho, artinya
murni
2. Turunan pertama dari KKD ini disebut KKT-1 (Kata kerja Turunan 1),
yaitu ada penambahan alif didepannya, sehingga menjadi ‫أخلص‬
akhlasho. Sebagaimana telah dijelaskan tugas KKT-1 adalah menjadikan
kata kerja yang tidak butuh objek menjadi butuh objek, sehingga
kholaso (KKD) yang artinya murni (tidak perlu objek), maka akhlaso
(KKT-1) artinya memurnikan (butuh objek).
134
Itu adalah skema-skema kata kerja. Jika di ringkas, maka bentuknya sbb
(ambil contoh ‫ فعل‬- fa 'ala (mengerjakan):
1. KKD: ‫ فعل‬- fa'ala
2. KKT-1: ‫ أفعل‬- af 'ala
3. KKT-2: ‫ فعل‬- fa' 'ala
4. KKT-3: ‫ فاعل‬- faa 'ala
5. KKT-4: ‫ تفعل‬- tafa' 'ala
6. KKT-5: ‫ تفاعل‬- tafaa 'ala
7. KKT-6: ‫ إفتعل‬- if ta 'ala
8. KKT-7: ‫ إنفعل‬- in fa 'ala
9. KKT-8: ‫ إستفعل‬- is taf 'ala
Wuih ribet ya... Kata Kerja dalam bahasa Arab bisa mengambil bentuk
banyak, ya!!! Hhmmm sebenarnya kalau hafal bentuk-bentuk ini (yang
sering disebut wazan) akan membantu sekali, akan tetapi tidak hafalpun lama-lama kalau sering dipakai Insya Allah akan hafal dengan
sendirinya.
Kembali ke kata khalasa ‫ خلص‬artinya murni. Maka bentuk KKT-1 nya
apa? Sesuai dengan wazan diatas, KKT-1 menjadi ‫ أخلص‬- akhlasha
(memurnikan).
Oke, trus darimana datangnya Mashdar ‫ إخالص‬- ikhlash? Nah begini lagi
ceritanya.
Kalau tadi kata kerja itu bise mengambil bentuk 9 macam, maka
masing-masing dari 9 macam itu ada Mashdar nya sendiri-sendiri.
135
Contoh:
1. KKD: ‫ فعل‬- fa'ala (mengerjakan), mashdarnya: ‫ فعال‬- fa'lan (pengerjaan)
2. KKT-1: ‫ أفعل‬- af 'ala (mengerjakan), mashdarnya: ‫ إفعال‬- if 'aal
(pengerjaan)
3. KKT-2: ‫ فعل‬- fa' 'ala (mengerjakan), mashdarnya: ‫ تفعيل‬- taf 'iil
(pengerjaan)
Dengan melihat contoh diatas, maka dapat disimpulkan mashdar untuk
KKT-1 ‫ أخلص‬- akhlasho (lihat contoh 2 diatas), adalah ‫ إخالص‬- ikhlaash
Demikian telah kita tuntaskan pembahasa Mashdar.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/22/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-39.html
136
Topik 41: Latihan Surat Al-Ikhlas Ayat 1
Bismillahirrahmanirrahim
Topik kali ini kita Insya Allah akan masuk ke Latihan ayat 1 Surat AlIkhlas. Oke baiklah. Ayat 1 berbunyi:
‫اّلل أ َ َحد‬
َّ ‫ق ْل ه َو‬
Qul: Katakanlah
Huwa: Dia
Allahu: Allah
Ahadun: Ahad (Maha Esa)
Oke... Ada 2 pola bahasa yang bisa kita pelajari disini:
1. Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah)
2. Al-Jumlah Al-Mufidah (bentuk Kalimat Sempurna)
Kata QUL: katakanlah! ini merupakan fi'il amr. Fi'il amr sudah banyak
saya berikan contohnya. Saya juga sudah memberikan 6 langkah mudah
membentuk fi'il amr. Apa perlu saya ulangi? Jika ya, Insya Allah saya
akan ulangi. Jika tidak maka kita lanjut ke topik 2.
Sementara saya asumsi tidak perlu, karena Anda sudah mengerti. Maka
kita masuk topik 2, yaitu bentuk Kalimat Sempurna (jumlah mufidah).
Al-Jumlah Al-Mufidah ‫الجملة المفيدة‬
Jumlah Mufidah atau kalimat sempurna, dalam bahasa Arab mirip
dengan definisi kalimat sempurna dalam bahasa Indonesia. Apa itu?
Yaitu minimal terdiri dari subject dan prediket. Dalam bahasa Arab,
137
subject itu biasa disebut al-mubtada, dan prediket itu biasa disebut alkhobar. Kalimat sempurna yaitu bila kalimat tersebut sudah
memberikan faedah (mufidah).
Jadi definisi kalimat sempurna dalam bahasa Arab adalah suatu kalimat
yang terdiri dari mubtada dan khobar, dan memberikan manfaat
(artinya bisa dimengerti).
Dari definisi ini maka: kalimat Huwa Allahu Ahadun dapat dipecah
menjadi kalimat sempurna:
Huwa Allahu ‫ هو هللا‬- Dia (adalah) Allah.
Ini adalah kalimat sempurna, dimana mubtada nya adalah Huwa ‫ هو‬Dia, dan khobarnya adalah Allahu ‫ هللا‬- Allah.
‫ هللا احد‬- Allahu Ahadun : Allah (itu) Maha Esa.
Ini adalah juga kalimat sempurna, dimana mubtada nya adalah Allahu
‫ هللا‬dan khobarnya adalah Ahadun ‫ احد‬- Maha Esa.
Ciri-ciri Mubtada
Salah satu ciri-ciri mubtada, adalah bahwa i'rob (harokat akhir) adalah
dhommah, atau dhommatain, untuk kata-kata yang sifatnya tidak
mabni. Wah wah apa lagi nih... Mabni itu apaan lagi tuh...
Oke, gini gini... Pertama saya jelaskan dulu, bahwa ciri-cirinya
dhommah. Coba lihat:
Allahu ahadun. Harokat Allah disini adalah dhommah, sehingga dibaca
Allahu (bukan Allaha atau Allahi). Sehingga kata Allahu (dalam Allahu
Ahadun), dapat menjadi Mubtada'.
138
Sedangkan ada kata benda yang sifatnya tetap (mabni). Contoh kata
Musa ‫ مسى‬ini adalah mabni. Tidak pernah dia dibaca Musi, atau Musu.
Berbeda dengan kata kitaab ‫ كتاب‬ini bukan mabni, tapi berobah-ubah,
bisa kitaabu, kitaabi, kitaaba.
OKE... kembali ke lap top... Jadi dalam ayat 1 surat Al-Ikhlas ini kita
bertemu dengan jumlah mufidah:
Huwa Allahu Ahadun
Mubtada: Huwa
Allahu Ahadun: Khobar Jumlah (khobar dalam bentuk kalimat)
Sedangkan Khobar Jumlah, juga sebuah kalimat sempurna dimana:
Allahu: Mubtada
Ahadun: Khobar
Gitu ma' cik... Kira-kira ngerti kan????
Insya Allah akan dilanjutkan ke topik berikutnya, mengenai definisi
kedua Jumlah Mufidah. Sebagai penutup, jumlah mufidah dalam topik
ini maksudnya yaitu kalimat sempurna yang terdiri dari mubtada dan
khobar.
Dalam topik berikutnya, ada defisini ke 2 jumlah mufidah itu, yaitu
suatu kalimat yang terdiri dari Kata Kerja + Pelaku.
Allahu a'lam.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/25/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-41-latihan-surat-alikhlas-ayat-1.html
139
Topik 42: Latihan Surat Al-Ikhlas Ayat 1
Bismillahirrahmanirrahim
Baiklah, kita sudah bahas dalam ayat 1, tentang bentuk al-jumlah almufidah, yaitu satu bentuk kalimat sempurna dalam bahasa Arab.
Maksud sempurna disini adalah kalimat yang memberikan
manfaat/faedah (mufidah).
Telah dijelaskan contoh-contohnya. Disini diberikan contoh lain:
‫ انا مسلم‬- ana muslim (saya muslim)
Ini adalah kalimat sempurna, karena sudah terdiri dari Mubtada
(Subject) dan Khobar (Prediket).
Kalau kita perhatikan contoh diatas, maka Mubtada dan Khobar itu
sama sama kata benda. Ada lagi satu bentuk kalimat sempurna yaitu
jika terdiri dari Kata Kerja + Pelaku, atau sering disebut Fi'il + Fa'il.
Nah Fa'il dalam bahasa Arab selalu kata benda. Dengan demikian, jika
kalimat itu terdiri dari Kata Kerja dan Pelaku, maka telah dikatakan
merupakan kalimat sempurna.
Contohnya begini:
‫ هو يكتب‬- huwa yaktubu : dia sedang menulis
‫ الطالب يكتب‬- al-tholibu yaktubu : seorang pelajar sedang menulis
Pola kalimat diatas juga disebut pola kalimat sempurna, karena terdiri
dari Pelaku + Pekerjaan (Fa'il + Fi'il).
140
Oh ya, dalam bahasa Arab sangat sering polanya kata-kerjanya yang
didahulukan, baru pelakunya. Jadi kalimat kedua itu seringnya ditulis
sbb:
‫ يكتب الطالب‬- yaktubu al-tholibu : seorang pelajar sedang menulis.
Ini pola yang lebih sering dijumpai, walaupun pola pertama tidak salah
secara gramatikal.
Yang tidak boleh adalah kalau Pelakunya Kata Ganti (dia, kamu, dst)
diletakkan setelah kata kerja.
Jadi pola seperti ini salah:
‫ يكتب هو‬- yaktubu huwa : dia sedang menulis
Pola ini salah, karena kata ganti pelaku didalam bahasa Arab tidak
boleh terletak setelah kata kerja. Kenapa? Disinilah uniknya bahasa
Arab. Karena kata kerja bahasa Arab secara langsung telah menyimpan
pelakunya.
Jadi kalau kita tulis:
‫ يكتب‬- yaktubu saja, ini adalah kata kerja yang pelakunya dia (laki-laki),
sehingga kalau kita tulis:
‫ يكتب‬- yaktubu saja, ini sudah cukup yang artinya: dia sedang menulis.
atau misalkan:
‫ أكتب‬- aktubu : saya sedang menulis
‫ تكتب‬- taktubu : kamu (laki-laki) sedang menulis
‫ نكتب‬- naktubu : kita/kami sedang menulis
141
Dan seterusnya.
Sebagai resume kita telah menjelaskan bahwa dalam bahasa Arab,
kalimat sempurna itu dikatakan memberi manfaat jika telah terdiri dari
Mubtada (Subject) dan Khobar (Prediket), atau Fi'il (Kata Kerja) dan Fa'il
(Kata Benda Pelaku).
‫اّلل أ َ َحد‬
َّ ‫ق ْل ه َو‬
Katakanlah: Allah itu Esa. Menurut Tafsir Ibnu Katsir, maksud ayat ini
adalah, bahwa Allah itu lah Tuhan yang Satu, tidak ada tandingan, tidak
ada yang setara dengan Nya. Kata Al-Ahad tidak dapat digunakan untuk
diatributkan ke seseorang, karena kata Al-Ahad ini hanya untuk Allah
SWT (demikian Ibnu Katsir).
Insya Allah akan kita lanjutkan ke ayat-ayat selanjutnya.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/27/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-42-latihan-surat-alikhlas-ayat-1.html
142
Topik 43: Latihan Surat Al-Ikhlas Ayat 2
Bismillahirrahmanirrahim
Kebetulan pagi ini saya masih menunggu tamu di salah satu Hotel di
Kualalumpur (tugas luar kota). Sembari menunggu saya sempatkan
untuk membahas Topik 42 dan 43 ini, Insya Allah.
Pada ayat 2, akan digambarkan tentang bagaimana kekuasaan Allah itu
Maha Lengkap (tafsir kata Al-Shomad menurut Abu Wa'il).
‫ص َمد‬
َّ - Allahu Al-Shomadu
َّ ‫اّلل ال‬
Perhatikan bahwa struktur kalimat diatas adalah, kalimat sempurna,
dimana:
Mubtada: Allahu (lihat ciri-nya yaitu dhommah, sehingga Allahu, bukan
Allaha, atau Allahi), dan
Khobar: Al-shomadu (tempat bergantung).
Kata al-Shomad memiliki dua pengertian yaitu: tempat bergantung,
yaitu suatu yang cukup dengan sendirinya, dan semua bergantung ke
dia. Allah Al-Shomad, artinya: Allah tempat bergantung semua
makhluk. Pengertian kedua, yaitu dari akar katanya shomada, artinya:
abadi atau kekal.
Menurut Ibnu Abbas: As-Shomad artinya: Yaitu suatu Dzat yang semua
makhluk bergantung kepadaNya untuk mencukupi semua kebutuhan
dan permintaannya. Dia adalah Raja yang memiliki kesempurnaan
kekuasaannya, Sangat Mulia dengan KemuliaanNya, Sangat Perkasa
dengan segala keperkasaanNya, Maha Tahu dengan segala IlmuNya.
143
Kata al-Shomad tidak boleh diatributkan kepada makhluk, karena sifat
ini hanyalah Milik Allah (Tafsir Ibnu Katsir).
Demikian dapat kita pelajari dalam ayat 2 ini kembali kita bertemu
dengan kalimat al-jumlah al-mufidah. Insya Allah topik berikutnya kita
akan belajar, bentuk perubahan kata kerja sekarang (Present Tense)
menjadi bentuk JAZM.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/27/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-43-latihan-surat-alikhlas-ayat-2.html
144
Topik 44: Huruf Penyakit
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang budiman, sebelum kita melanjutkan ke topik Latihan
Surat Al-Ikhlas ayat 3, ada hal yang perlu kita bahas melanjutkan topik
sebelum ini yaitu mengenai huruf illat (atau huruf penyakit). Masih
ingat dengan topik sebelum ini? Yaitu mengenai 'Aaidiin dan Faaiziin?
Ya, topik 44 ini akan membahas sedikit mengenai huruf illat ini.
Kenapa? Karena kedua kata itu mengandung huruf illat.
Huruf Illat ini menurut saya (sebagai pemula dalam belajar bahasa
Arab) merupakan topik yang agak sukar... Yah... namanya juga penyakit
(illat), wajar kalau sukar. Akan tetapi saya akan coba kupas secara
sederhana agar mudah dipahami. Insya Allah.
Oke... apa itu huruf penyakit?
Lho huruf kok ada penyakit, berarti ada huruf yang sehat dong ya? Ya...
Anda tepat sekali. Dalam bahasa arab huruf yang sehat (atau disebut
shahih) adalah semua huruf kecuali alif, ya, dan waw (‫)اوي‬. Jadi huruf
ilat itu ada 3 saja, yaitu alif, waw, dan ya. Semua huruf lain, adalah
huruf shahih (sehat).
Kenapa alif, waw, dan ya itu disebut huruf penyakit? Nah ini yang saya
terus terang lama mencari-cari dasarnya kenapa? Sementara ini saya
berpendapat kenapa disebut huruf penyakit, karena suatu kata yang
ada huruf illat di dalamnya, maka dia biasanya tidak ikut pakem. Nah
loh, pakem apa lagi tuh?
145
Pakem maksudnya pola-pola bahasa Arab yang standar. Ambil contoh
kata yang terdiri dari huruf yang sehat, yaitu menulis -ka-ta-ba ‫كتب‬.
Maka karena terdiri dari huruf yang sehat polanya agak mudah:
KKL: ‫ كتب‬- kataba : dia telah menulis
KKS: ‫ يكتب‬- yaktubu : dia sedang menulis
Pola dari KKL ke KKS nya standar:
KKS: ya tambahan kasrah, huruf 1 (kaf) sukun, huruf 3 (ba) dhommah
Contoh lain: memukul ‫ ضرب‬- dhoraba
KKL: ‫ ضرب‬- dhoraba : dia telah memukul
KKS: ‫ يضرب‬- yadhribu : dia sedang memukul
Pola dari KKL ke KKS nya standar:
KKS: ya tambahan kasrah, huruf 1 (dho') sukun, huruf 3 (ba) dhommah
Nah kalau semua huruf nya sehat, pola standardnya merubah KKL ke
KKS adalah seperti diatas. Memang untuk huruf ke 2 tidak ada pola
standard, bisa fathah, kasrah, atau dhommah (tergantung kamus).
Tetapi untuk huruf 1 dan 3 standard polanya.
Sekarang kita bahas kata yang ada huruf penyakitnya:
Contohnya: membaca ‫ تال‬- talaa
Lihat kata talaa terdiri dari 3 huruf yaitu: ta, lam, dan alif. Nah yang
bikin penyakit huruf ke 3 yaitu alif. So, akibatnya apa? Ya, pola diatas
tidak bisa dipakai. Coba kita lihat.
KKL: ‫ تال‬- talaa : dia telah membaca
146
KKS: ‫ يتلو‬- yatluu: dia sedang membaca
Nah terlihat, huruf ketiga (alif) di KKT, berubah menjadi waw pada KKS
nya. Pada pola huruf sehat, tidak terjadi perubahan huruf ini.
Ada lagi yang huruf penyakitnya jadi hilang. Contoh wajada ‫ وجد‬mendapati
KKL: ‫ وجد‬- wajada : dia telah mendapati (atau menemui, atau
memperoleh)
KKS: ‫ يجد‬- yajidu : dia sedang mendapati
Nah terlihat polanya aneh lagi. Huruf pertama di KKT yaitu waw,
menjadi hilang pada KKS nya.
Yah gitu deh... namanya saja huruf penyakit. Kadang berubah ke huruf
penyakit lain, kadang hilang.
Oh ya terakhir... Kalau bertemu hamzah diatas alif, waw, atau ya, nah
ini bukan huruf penyakit loh ya. Jadi pola standard tetap bisa dipakai.
Contoh
KKL: ‫ قرأ‬- qora-a : dia telah membaca
KKS: ‫ يقرأ‬- yaqro-u : dia sedang membaca
Terlihat bahwa hamzah tetap ada. Karena hamzah by default bukan
huruf penyakit.
Oke... untuk kasus huruf penyakit pada isim fa'il (kata benda pelaku)
seperti pada 'aaidin dan faaizin, akan dibahas pada topik setelah ini.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/19/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-44-huruf-penyakit.html
147
Topik 45: Penyakit pada 'Aa-i-din dan Faa-i-zin
Bismillahirrahmanirrahim
Ini adalah topik lanjutan mengenai huruf penyakit. Saya akan stop topik
ini, karena bisa jadi ada yang sudah tidak sabar lagi untuk masuk ke
lanjutan Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 3.
Oke... sebenarnya topik huruf illat ini, walau sedikit sukar, tapi kalau
sudah menguasai, maka akan lebih mudah dalam menerjemahkan
bahasa Arab Al-Quran? Kenapa, banyak kata kerja dan kata benda
dalam Al-Quran yang dibentuk dari huruf penyakit ini... hik...hik (berita
buruk nih, karena huruf penyakit kabarnya tidak ada polanya).
Sebenarnya ada polanya, tetapi untuk saat ini terlau pagi bagi kita
masuk menyelami pola-pola huruf penyakit tsb. Cukuplah sampai topik
45 ini targetnya, kita sadar dalam bahasa Arab ada kata yang terdiri dari
satu atau lebih huruf penyakit.
Isim Fa'il
Kita telah singgung isim fail di banyak tempat sebelum ini. Singkat
cerita, isim fail dibentuk dengan menambahkan alif setelah huruf
pertama KKL (jika KKL terdiri dari 3 huruf sehat). Contohnya:
KKL: ‫ كتب‬- kataba : menulis
Isim Fa'il: ‫ كاتب‬- kaatibun : orang yang menulis (penulis)
KKL: ‫ ضرب‬- dhooraba : memukul
Isim Fa'il: ‫ ضارب‬- dhooribun : orang yang memukul
KKL : ‫ كفر‬- kafara : menutupi, atau kafir
Isim Fa'il: ‫ كافر‬- kaafirun: orang yang kafir (1 orang)
148
Isim Fa'il: ‫ كافران‬- kaafiraani : 2 orang kafir
Isim Fa'il: ‫ كافرون‬- kaafiruuna: orang-orang kafir
Demikianlah untuk KKL yang terdiri dari 3 huruf sehat, maka
membentuk kata benda pelaku sangat mudah, yaitu dengan
menambahkan alif setelah huruf 1, dan huruf kedua berharokat kasroh.
Lalu bagaimana kasusnya kalau huruf penyakit. Lagi-lagi, dia punya
pakem yang lain lagi. Contohnya kata 'aa-i-din, dan faa'i-zin.
'Aa-i-din & Faa-i-zin
Kita telah bahas asal kata 'aa-idin, yang artinya orang yang kembali
(suci). Saya ulangi:
KKL: ‫ عاد‬- 'aa-da : dia telah kembali (lihat huruf kedua adalah huruf
penyakit)
KKS: ‫ يعيد‬- ya'ii-du: dia sedang kembali (lihat huruf 2 pada KKT yaitu alif
berubah jadi ya)
Isim Fail: ‫ عائد‬- 'aa-i-dun : orang yang kembali (1 orang)
Terlihat bahwa jika ada huruf penyakit berupa alif (huruf ke 2 di KKT),
maka isim fa'ilnya mendapat tambahan hamzah.
Sama dengan Faa-i-ziin.
KKL: ‫ فاز‬- faaza : menang
Isim Fa'il: ‫ فائز‬- faa-i-zun : orang yang menang (1 orang)
Isim Fa'il: ‫ فائوزن‬- faa-i-zuun : orang-orang yang menang (banyak orang)
149
Demikian telah kita tuntaskan pembahasan secara umum mengenai
apa itu huruf penyakit. Sebagai ringkasan, ingat ya.... inga... inga... huruf
penyakit ada 3 yaitu: alif, waw, dan ya.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/19/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-45-penyakit-pada-aa-idin-dan-faa.html
150
Topik 46: Maaf Zhaahir Baathin
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Seharusnya topik seputar Idul Fitri
kita sudah akhiri di topik 45, dan topik kali ini kita akan masuk kembali
ke pelajaran rutin yaitu latihan surat-surat pendek. Akan tetapi mohon
ijin, satu kali ini ada materi yang tertinggal, yang perlu saya sampaikan.
Apa itu?
Ya, dalam setiap kesempatan Idul Fitri, telah jadi tradisi bagi kita disini
untuk bermaafan dengan mengucapkan : Mohon maaf lahir dan batin.
Nah, apa maksud lahir dan batin itu?
Maksudnya begini. Asal muasal kata tersebut sebenarnya bukan dari
lahir (melahirkan anak), tapi dari Zhaahir ‫ ظاهر‬yang akar katanya ‫ ظهر‬zhoharo : jelas, terang, kelihatan. Sedangkan ‫ ظاهر‬- zhaahir adalah isim
fa'il (kata benda pelaku) nya, yang artinya sesuatu yang terang.
Sedangkan asal muasal batin, itu adalah baathin ‫ باطن‬, yang merupakan
isim fa'il dari KKL ‫ بطن‬- bathana yang artinya tersembunyi, atau tertutup
sehingga bhaathin artinya sesuatu yang tersembunyi.
Jadi minta maaf lahir batin, atau maaf zhaahir baathin, artinya:
Saya minta maaf (atas segala kesalahan saya baik) yang terangterangan (atau) yang tersembunyi.
Contoh kata zhaahir dan baathin ini ada dalam surat 57 ayat 3:
َّ ‫ه َو ْاأل َ َّول َو ْاْلخر َو‬
‫الظاهر َو ْالبَاطن‬
<< Dia (Allah) Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zhaahir (tampak), Yang
Baathin (tersembunyi)>>
151
Gitu mak cik... semoga jelas yah... Jadi ane mohon maaf zhaahir baathin
nih... mumpung masih zuazana lhebha-rhan...
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/20/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-46-maaf-zhaahirbaathin.html
152
Topik 47: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 3, JAZM
Bismillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Baiklah, sekarang kita masuk
kembali ke pelajaran rutin kita. Kita tinggalkan topik-topik seputar
lebaran. Mudah-mudahan puasa Syawal kita diterima di sisi Allah SWT.
Amin.
Baiklah. Kita tuliskan ayat 3:
‫لم يلد و لم يولد‬
lam : tidak
yalid : (Dia) beranak [punya anak]
wa: dan
lam : tidak
yuulad : (Dia) diperanakkan [punya Bapak dan Ibu]
Kita bertemu dengan 3 pelajaran disini:
1. Bentuk penegatifan (menegasikan kalimat) dengan LAM ‫لم‬
2. Bentuk JAZM (MAJZUM) dari kata kerja sedang (KKS)
3. Bentuk pasif dari sebuah kata kerja sedang (KKS)
Nah kita akan bahas satu-satu Insya Allah.
Oke, sekarang kita bahas apa maksud LAM ‫( لم‬tidak)
153
Dalam bahasa Arab, jika kita hendak mengatakan "tidak" terhadap
sebuah kata kerja kita bisa pakai ‫ لم‬- lam atau ‫ ال‬- laa atau ‫ ما‬- maa. Tigatiganya artinya Tidak.
Gimana aturannya dan apa efeknya?
Oke, aturannya begini. LAM dan LAA ‫ لم ال‬hanya dipakai untuk KKS,
sedangkan ‫ ما‬- maa biasanya selalu dipakai untuk KKL. Contohnya
begini:
Saya faham (mengerti) : ‫ انا أفهم‬- ana afhamu
Saya tidak faham : ‫انا ال أفهم‬- ana laa afhamu
atau jika saya pakai LAM
Saya faham (mengerti) : ‫ انا افهم‬- ana afhamu
Saya tidak faham: ‫ انا لم أفهم‬- ana lam afham
Secara arti LAA dam LAM sama saja, artinya "Tidak". Walau menurut
sebagian orang ada bedanya. Kalau LAM, itu Tidak nya bersifat
MUTLAK. Atau bisa dikatakan ANA LAM AFHAM artinya : saya "benarbenar" tidak faham.
Secara kaidah grammar, KKS sesudah LAM, huruf terakhir di sukun.
Sehingga penulisannya:
‫ لم أفه ْم‬- laam afham. Tidak seperti LA, yang KKS nya huruf terakhirnya di
dhommah.
‫ ال أفهم‬- laa afhamu.
Bagaimana dengan ‫ ما‬- maa?
Sebagaimana dijelaskan tadi, maa dipakai untuk KKL.
154
Saya sudah paham : ‫ فهمت‬- fahimtu
Saya tidak sudah paham : ‫ ما فهمت‬- maa fahimtu (catatan bahasa
Indonesia "Saya tidak sudah paham" agak membingungkan mungkin,
padanan bahasa Inggrisnya: I had not understood).
Okeh... jelas ya Jack... Sekarang kembali ke topik utama.
‫ لم يل ْد‬- lam yalid : (DIA-ALLAH) tidak melahirkan. Lihat ciri-ciri JAZM nya
bahwa huruf dal pada yalid berharokat sukun. Sehingga ditulis lam
yalid, bukan lam yalidu.
Sebenarnya kita bisa juga menulis spt ini:
‫ ال يلد‬- laa yalidu : (dia) tidak melahirkan. Secara bahasa mirip dengan
LAM YALID. Akan tetapi penggunaan LAM lebih bersifat peniadaan (petidak-an) secara mutlak.
Demikian kita telah bahas 2 hal: makna LAM dan apa bedanya dengan
LA. Dan bentuk mazjum (jazm) dari sebuah KKS. Insya Allah topik
selanjutnya kita akan bahas mengenai bentuk pasif dari KKS.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/20/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-47-latihan-surat-alikhlas-ayat-3.html
155
Topik 48: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 3, KKS Pasif
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita telah sampai pada ayat 3 surat
Al-Ikhlas, dimana dalam ayat ini kita bertemu dengan 3 pelajaran
berbahasa Arab, yaitu: pengertian LAM, bentuk MAJZUM, dan terakhir
bentuk kata kerja sedang (KKS) pasif. Pada kesempatan kali ini kita akan
tuntaskan pembahasan ayat 3 ini.
Oke kita masih ada sisa topik di ayat 3 ini yaitu mengenai Kalimat Pasif.
Insya Allah kita akan bahas.
Kalimat Pasif
Anda semua pasti sudah tahu apa itu kalimat pasif. Ya, tanpa perlu
definisi, kita sering menggunakan pola ini. "Saya disuruh membuat PR".
Atau "Mobil dibeli pedagang", dsb.
Dalam bahasa Arab, demikian juga. Ada kalimat aktif, ada pasif.
Lalu bagaimana ciri-ciri kalimat Pasif? Berikut saya kasih TIPS mudahnya
(mengutip dari metode Granada), anda sekalian hafalkan rumus ini
(kalau bisa... kalau gak mau juga gak apa2x... hehe):
KKL Pasif: U-I (1:dhommah 2:kasroh 3:x)
KKS Pasif: U-A (1:dhommah 2:fathah 3:x)
Contohnya:
KKL Pasif
Surat An-Nur (24) ayat 45:
‫ هللا خلق كل دابت من ماء‬: allahu khalaqa kulla daabbatin min maa-in
156
Allah menciptakan setiap daabbatin dari air
Lihat kata menciptakan: ‫ خلق‬- kha la qa
Bagaimana kalau diciptakan. Kata ‫ خلق‬- khalaqa (menciptakan) berubah
harokat menjadi (ingat rumus... U-I), sehingga menjadi khuliqo ‫خلق‬
(diciptakan).
Contohnya dalam surat At-Thooriq (86) ayat 6
‫ خلق من ماء دافق‬- khuliqa min maain daafiq
Dia (manusia)diciptakan dari air yang terpancar
Lihat perubahannya:
َ‫ َخلَق‬- khalaqa (menciptakan)
َ‫ خلق‬- khuliqa (diciptakan) --> Pola U-I
KKS Pasif
Sekarang kita lihat bagaimana pola KKS Pasif.
Wah... karena sudah kepanjangan... kita tunda dulu ya pembahasan
rumus U-A ini. Hehe... Sampai ketemu di topik lanjutan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/23/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-48-latihan-surat-alikhlas-ayat-3.html
157
Topik 49 : YA ANITA & RUMUS U-A, U-I
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang budiman, kita telah melihat KKL Pasif. Dalam surat AlIkhlas ayat 3 ini ada 2 fi'il (KKS) yang kita temukan:
yalid: melahirkan (atau beranak) - KKS Aktif
yuulad: dilahirkan (atau diperanakkan) - KKS Pasif
Oke.... Saya dapat email dari seorang ikhwan, yang intinya
memberitahukan bahwa, dia tidak mengerti maksud tanda-tanda
sebuah KKS. Oh ya, bagi yang baru tune in, di pelajaran awal dulu saya
pernah kasih tips, tanda-tanda KKS, yaitu YA ANITA. Nah si pembaca ini
mengatakan belum begitu mengerti maksud YA ANITA itu apa.
Oke deh... Sebelum kita bahas mengenai KKS Pasif, ada baiknya saya
ulangi menjelaskan ciri-ciri KKS. Ciri-cirinya adanya YA ANITA didepan.
Saya kutipkan tabel berikut (sumber: arabindo.co.nr)
158
Lihat tabel diatas, ini adalah tabel TASHRIF (perubahan bentuk) kata
kerja, dari Fi'il Madhy (KKL) ke Fi'il Mudhori' (KKS) berdasarkan pelaku
(fa'il/dhomir) nya.
Ciri-ciri KKS
Perhatikan font yang berwarna merah pada tabel diatas. Terlihat bahwa
kalau dia KKS, selalu diawali dengan salah satu huruf YA ANITA (‫ = ي‬YA ,
‫ = أ‬A , ‫ = ن‬Nun, ‫ = ت‬TA) ... eh ternyata lebih pas huruf YANT ding (Ya,
Alif, Nun, Ta)... oke deh apapun... pokoknya kalau ada salah satu huruf
YANT didepan sebuah kata (kerja), maka kemungkinan besar kata itu
KKS.
Coba lihat lagi tabel TASHRIF diatas. Bedakan KKL dengan KKS. Dalam
KKL, tidak ditemukan huruf YANT didepan katanya (catatan sebenarnya
KKL dari Kata Kerja Turunan I -- lihat di topik NAZALA ANZALA, juga
159
mendapat tambahan Alif didepan sehingga sepintas KKT-I terlihat KKS
juga, tapi aaaahhh.... nanti Anda bingung... nanti saja kita bahas ya
mengenai KKT-I ini sampai KKT-8)
Oh ya, tabel TASHRIF diatas sangat sangat berguna... Kita akan sering
merefer ke tabel ini... Pengalaman saya (taelah, spt yang sudah pakar
saja), kalau bisa menghafalkan tabel diatas, akan mudah dalam
memahami bahasa Arab Al-Quran. Lah Mas, dari kemaren suruh ngapal
mulu... (ya... ya... gak dihapal juga gpp, Insya Allah kapan kita perlukan
kita akan merujuk ke tabel ini kembali.
KKS Pasif
Oke kita kembali ke jalur (yang benar). Sekarang bagaimana
membentuk KKS Pasif? Caranya mudah... Ingat saja rumus U-A.
Contohnya:
KKL
‫ خلق‬- khalaqa : dia telah menciptakan
‫ خلق‬- khuliqa : dia telah diciptakan --> U-I
U=dhommah, I=kashroh
KKS
‫ يخلق‬- yakhluqu : dia sedang menciptakan
‫ يخلق‬- yukhlaqu : dia sedang diciptakan --> U-A
U=dhommah, A=Fathah
Duh, makin puyeng gak? Mangkin banyak rumus yak... hehe... sabar ya
Mas...
160
Biar gak puyeng, saya kembalikan saja ke fokus kita surat Al-Ikhlas ayat
3
‫ لم يلد‬- lam yalid --> sudah dibahas
‫ و لم يولد‬--> dan (Dia) tidak diperanakkan.
Dari mana datangnya "diperanakkan"? Oke... singkat cerita begini.
KKL nya ‫ ولد‬- walada, artinya (Dia) telah beranak
KKS nya ‫ يلد‬- yalidu, artinya (Dia) sedang/senantiasa/akan beranak
Nah kata yalidu, diatas adalah KKS aktif. Bagaimana kalau jadi pasif?
RUMUS U-A
Ingat lagi rumus KKS Pasif yaitu U-A. Maksud U-A itu: Huruf pertama U
(dhommah), huruf sebelum huruf terakhir A (fathah).
Oke jika kita pakai rumus Granada itu untuk KKS ‫ يلد‬- yalidu
Huruf pertama: YA di dhommah, berarti dibaca YU
Huruf sebelum huruf terakhir (huruf terakhir DAL, sebelumnya LAM) :
LAM di fathah, menjadi LA
Sisanya tetap harokatnya.
Sehingga menjadi YULADU ‫ يلد‬, artinya : (Dia) diperanakkan.
Ooo gitu penggunaan rumus U-A (dan U-I)... Nanti kita akan bahas lagi
penggunaan 2 rumus ini untuk KKT-1 s/d KKT-8 (rumus ini cukup
powerfull lho... terima kasih untuk penemu Rumus ini)
Oke tuntas dong pembahasan kita ayat 3 surat Al-Ikhlas ini... Eiittttt
bentar dulu Mas... Anda salah!
161
Anda bilang ‫ يلد‬- YuLaDu itu (Dia) diperanakkan. Nah, mengapa di AlQuran ditulisnya:
‫ ? يولد‬Mengapa ada waw nya?
Nah inilah repotnya kalau kita berhadapan dengan huruf illat
(penyakit). Lihat KKL nya ‫ ولد‬- walada. Ada huruf illat diawal yaitu waw.
Nah kalau ada huruf illat ini, maka kudu pakai penanganan khusus
(atawa penganangan tambahan), bahasa sononya, kudu perlu special
treatment.
Ya... Anda betul. Seharusnya yang benar itu adalah:
‫ يولد‬- YUU LADU : (Dia) diperanakkan. Inilah yang betul. Kenapa? Karena
aslinya sebenarnya begini:
KKL: ‫ ولد‬- walada
KKS: ‫ يولد‬- yawlidu --> tapi karena berat dalam ucapan lidah orang Arab,
maka waw mati menjadi hilang sehingga jadinya --> ‫ يلد‬- yalidu
RUMUS U-A JIKA DENGAN HURUF ILLAT
Coba kita pakai rumus U-A, jika huruf illat tidak dibuang pada KKS.
KKS: ‫ يولد‬- yawlidu --> terapkan rumus U-A.
Huruf pertama YA --> dhommah (U) --> dibaca YU
Huruf sebelum huruf terakhir --> LAM --> di fathah (A) --> dibaca LA
Sisa huruf-huruf lain harokatnya tetap.
Sehingga menjadi:
‫ يولد‬- yuuladu : (Dia) diperanakkan.
162
Setelah kemasukan huruf LAM --> menjadi JAZM (artinya dal disukun),
sehingga menjadi
‫ لم يولد‬- lam yuulad (tidak boleh dibaca lam yuuladu)
Demikian penggunaan rumus U-A ini secara tuntas... tas... tas...
Kalau contoh yang tidak ada huruf illat, kita bisa cepat pakai rumusnya.
Lihat contoh tabel diatas:
‫ يفعل‬- yaf 'alu : dia sedang mengerjakan.
Kalau "dia dikerjakan", bagaimana? Gampang... Rumus U-A. Huruf
pertama : ya jadi yu, huruf sebelum huruf terakhir : 'ain fathah menjadi
'a), sehingga menjadi
‫ يقعل‬- yuf 'alu : dia sedang dikerjakan
Gampang sekali kan menggunakan rumus U-A ini?
Oke kita sudahi dulu topik ini. Sebagai penutup, kita ringkaskan ayat 3:
‫ لم يلد‬- lam yalid --> (Dia / Allah) tidak beranak
‫ و لم يولد‬--> (Dia / Allah) tidak diperanakkan.
Insya Allah kita masuk ke ayat 4 surat Al-Ikhlas, pada topik selanjutnya.
Oh ya... btw, kalau pelajaran ini terasa susah dan rada membosankan,
kasih tahu ya...
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/23/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-49-ya-anita-rumus-u-ui.html
163
Topik 50: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 4
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan segera masuk ke ayat 4
surat Al-Ikhlas. Di ayat ini kita bertemu dengan sebuah kata kerja
khusus yang disebut ‫ كان‬- kaana. Kita akan pelajari kenapa dia disebut
khusus, dan apa fungsi kaana ini. Insya Allah.
Baiklah kita tuliskan ayat 4:
‫ و لم يكن له كفوا أحد‬- wa lam yakun la hu kufuwan ahad
wa= dan
lam= tidak
yakun= adalah (Dia)
la hu = bagi Dia
kufuwan = yang setara
ahad = seseorang
Dan adalah tidak seseorang(pun) yang setara bagi Dia.
Kita belum bahas secara tuntas dulu. Nanti kita akan wrap-up dibagian
akhir. Anda tentu sudah tahu tentang wa, lam, la hu dan ahad. Ahad
artinya satu (orang), atau satu (sesuatu). Maka disini ahad saya
terjemahkan satu (orang) = seseorang.
Fokus kita adalah kata ‫ يكن‬- yakun. Akar katanya adalah kaana ‫كان‬. Kata
kaana dan perubahan bentuknya (misal menjadi yakun) ini adalah
spesial. Bahkan dalam buku-buku pelajaran tata-bahasa arab,
164
pembahasan tentang kaana ini dibahas dalam satu sub-bab, atau bab
tersendiri.
Mengapa dia spesial? Oke, mari saya bawakan sebuah perbandingan
antara bahasa Inggriss dengan bahasa Arab.
Misalkan saya mengatakan: Umar seorang siswa. Dalam bahasa Arab
saya mengatakan:
‫ عمر طالب‬- umar thoolibun
Kalimat diatas adalah kalimat sempurna (artinya memberi faidah).
Umar adalah seorang siswa. Masalahnya kita bisa bertanya lagi. "Jadi
siswanya, dulu, atau sekarang". Nah disini mulai ada masalah. Informasi
dari ‫ عمر طالب‬tidak memberikan indikasi waktu. Kenapa? Karena dalam
bahasa Arab, sebuah kata benda tidak membawa indikasi waktu
didalamnya. Perhatikan bahwa kata "Umar" adalah kata benda (isim),
dan kata "thoolibun" juga kata benda.
Bagaimana dalam bahasa Inggris? Kita punya dua pilihan:
Umar was a student (Umar -dulu adalah seorang pelajar)
Umar is a student (Umar -sekarang adalah seorang pelajar)
Nah disini fungsi kaana muncul. Saya bisa mengatakan begini:
‫ كان عمر طالبا‬- kaana Umar thooliban = Umar was a student
‫ يكون عمر طالب‬- yakuunu Umar thooliban = Umar is a student
Ternyata dalam bahasa Arab salah satu cara memberikan indikasi
waktu kepada sebuah kalimat berita adalah dengan menambahkan
kaana atau yakuunu.
165
Ambil contoh dalam Al-Quran: doa Nabi Yunus sewaktu didalam perut
ikan:
Laa ilaaha illa Anta: tidak ada Tuhan selain Engkau
Inni kuntu mina al-zholimiin:
‫ إنى كنت من الظالمين‬- Indeed I was part of the wrongdoers = sesungguhnya
aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.
Lihat bahwa kuntu adalah kaana tapi untuk orang ke 1 laki-laki tunggal
(Aku).
Insya Allah di topik 51 kita akan bahas salah satu fungsi kaana ini, yaitu
me-rafa'kan mubtada menashab-kan khobar.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/25/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-50-latihan-surat-alikhlas-ayat-4.html
166
Topik 51: Makna Kaana
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT, kita masih membahas tentang
Kaana. Kaana ini karena agak unik, maka kita perlu membahasnya, agak
sedikit panjang ya... Gpp kan? Hehe...
Oke... Ingat kaana, tentu Anda ingat dengan "Kun Fayakun". Ya saya
ingat sekali waktu kecil sering dikasih tahu orang-orang tua: "Apa yang
tidak mungkin bagi Allah. Jika Dia ingin berbuat sesuatu, Dia tinggal
berkata: Kun ‫ كن‬- jadilah, Fayakun ‫ فيكن‬- maka jadilah ia".
Nah, kun ‫ كن‬itu adalah bentuk kata kerja perintah (fi'il amr) dari ‫كان‬
sedangkan fayakun itu asalnya adalah fa yakuunu ‫ يكون‬+ ‫ ف‬. Kenapa
waw nya hilang, menjadi fayakun ‫ فيكن‬saja? Ini nanti akan dibahas pada
Topik : Kalimat Syarat dan Jawab.
Oke kita tinggalkan dulu kun fayakun... Kalau ada waktu kita akan
singgung lagi.
Sekarang kita masuk membahas, apa saja makna kaana ‫كان‬. Oke kita
akan lihat, dan bahas di topik ini. Sedangkan tugas kaana, akan kita
bahas di topik 52.
Makna Kaana
Kana itu ada 3 macam maknanya, tergantung konteks. Apa saja itu?
1. Kaana berarti adalah/atau tidak terjemahkan (is atau was dalam
bahasa Inggriss)
2. Kanaa bisa berarti menjadi (to become)
3. Kanaa bisa berarti selalu
167
Baiklah kita bahas satu-satu...
1. Kaana bermakna adalah. Contohnya begini.
Zaid was handsome (Zaid --adalah-- ganteng). Ada 2 alternatif:
‫ زيد جميل‬- Zaidun Jamiilun
‫ كان زيد جميال‬- kaana Zaidun Jamiilan
Dua-duanya bisa dipakai. Kalimat pertama menjelaskan bahwa Zaid itu
ganteng. Sedangkan kalimat kedua menjelaskan bahwa (dulu) Zaid itu
ganteng (sekarang mungkin ganteng mungkin kurang ganteng).
Oh ya, kadang adalah itu tidak enak secara bahasa Indonesia, makanya
kalau kaana dalam arti adalah ini, biasanya tidak diterjemahkan.
2. Kaana bermakna menjadi
Contohnya:
‫ محمد معلم‬- muhammadun mu'allimun : Muhammad seorang guru
‫ كان محمد معلما‬- kaana muhammadun mu'alliman : Muhammad telah
menjadi seorang guru
‫ يكون محمد معلما‬- yakuunu muhammadun mu'alliman: Muhammad
(sedang) menjadi seorang guru
3. Kaana bermakna senantiasa/selalu
Contohnya:
‫ كان هللا عليما حكيما‬- kaana Allahu 'aliiman hakiiman : Adalah (senantiasa)
Allah (bersifat) Maha Mengetahui Maha Adil
168
Secara umum kaana itu berarti adalah. Tinggal dilihat apakah
konteksnya KKL kaana, atau KKS yakuunu.
Insya Allah kita akan lanjutkan dengan sifat atau tugas Kaana ini, pada
topik selanjutnya.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/26/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-51-makna-kaana-dantugasnya.html
169
Topik 52: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 4, Fungsi Kaana
Bismillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah. Kita akan menyelesaikan, latihan
ayat 4 ini. Tapi sebelumnya saya kasih pertanyaan sedikit. Di topik 50,
kita sudah terjemahkan ayat 4, yaitu:
‫ و لم يكن له كفوا أحد‬- wa lam yakun la hu kufuwan ahad
wa= dan
lam= tidak
yakun= adalah (Dia)
la hu = bagi Dia
kufuwan = yang setara
ahad = seseorang
Nah lalu saya nerjemahin begini:
Dan adalah tidak seseorang(pun) yang setara bagi Dia.
Atau jika hendak diperhalus, kata adalah bisa dibuang (baca
penjelasannya di topik 51), sehingga bisa menjadi:
Dan tidak seseorang(pun) yang setara bagi Dia.
Loh mas bukannya kalau mau urut mestinya terjemahannya:
Dan tidak adalah bagi Dia yang setara seorang(pun).
170
Saya tidak terjemahkan demikian. Kenapa? Karena kita akan melihat
tugas kaana. Bagaimana tugas kaana itu? Nih saya kasih istilah yang
mungkin agak teknis dikit ya... Ok... Siap...?
Tugas Kaana
Kaana bertugas:
- Me-rafa'kan mubtada
- Me-nashab-kan khobar
Weh... weh... kalau mubtada dan khobar rasanya kite-kite sudah
pernah dengar deh di topik-topik yang lalu. Oke... saya lagi baik hati.
Saya ulangi sedikit ya. Kalau ambil contoh: Zaid ganteng ‫ زيد جميل‬zaiduun jamiilun. Perhatikan Zaidun adalah mubtada (subjek), dan
Jamiilun adalah khobar (prediket). Perhatikan dalam kondisi normal
maka Zaid adalah rofa' (yaitu harokat akhir dhommah), sehingga dibaca
Zaidun, bukan Zaidan, atau Zaidin. Dan dalam kondisi normal khobar
juga rofa', maka dibaca Jamiilun.
Jadi ingat saja, rofa' atau marfu' itu = dhommah atau dhommatain.
atau .
Nah sekarang kalau kita lihat tugas nya kaana itu menashabkan khobar.
Ingat, nahsab = fathah atau fathatain.َ atau .
Sehingga kalau kita terapkan:
‫ زيد جميل‬- zaiduun jamiilun : Zaid ganteng
Jika kita tambahkan kaana didepannya menjadi:
‫ كان زيد جميال‬- kaana zaidun jamiilan : (adalah) Zaid ganteng.
171
Oh ya, kalau suatu kata benda (isim), jika bersifat nakiroh (tidak ada al),
maka ada tambahan alif, sehingga ditulis:
‫ جميال‬bukan ‫ جميل‬.
Nah kira-kira kita sekarang bisa membayangkan, bahwa kalaupun
setelah kaana ada kata beda (isim) yang terbalik, maka metode
penerjemahannya sama. Artinya dari kondisi apakah dia nashab atau
rafa' kita bisa tahu mana subjek dan prediketnya.
Anggaplah saya (agak) salah, tertukar menuliskan:
‫ كان جميال زيد‬- kaana jamiilan zaidun
Karena kita tahu bahwa yang jadi mubtada (subject) adalah zaidun,
maka kita menerjemahkannya:
(adalah) Zaid ganteng,
bukan
(adalah) Ganteng zaid.
Demikian juga dalam ayat 4 surat Al-Ikhlas ini, kita bisa lihat bahwa
yang menjadi mubtada adalah ‫ احد‬- ahadun : seorang(pun). Dan yang
menjadi khobarnya adalah ‫ كفوا‬- kufuwan (karena harokatnya fathatain
setelah kaana).
Oleh karena itu ayat ini kita terjemahkan:
‫ و لم يكن له كفوا أحد‬- wa lam yakun la hu kufuwan ahad
Dan
tidak
(adalah)
[pelengkap=lahu].
[mubtada=ahadun]
[khobar=kufuwan]
Dan tidak (adalah) [seseorang(pun)] [yang serupa] [bagi Dia].
172
Semoga menjadi jelas ya. Insya Allah.... Alhamdulillah, akhirnya selesai
kita bahas latihan surat Al-Ikhlas ini. Kita akan ketemau lagi minggu
depan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/26/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-52-latihan-surat-alikhlas-ayat-4.html
173
Topik 53: Efek Waktu & Kehebatan Bahasa Arab
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Sebelum lanjut ke topik Latihan
surat-surat pendek yang lain, kita istirahat sejenak dengan melihat apa
bedanya antara bahasa kita dengan bahasa Arab. Saya hanya sekedar
sharing pengalaman belajar bahasa Arab dalam beberapa bulan ini.
Ternyata semakin dipelajari, semakin kita yakin mengapa bahasa Arab
itu dipilih sebagai bahasa Al-Quran. Oh… ya, frekuensi penulisan
mungkin agak berkurang, karena kesibukan saya saat ini didalam
beberapa project.
Oke… baiklah. Apa sih hebatnya bahasa Arab? Tanpa banyak teori, mari
kita lihat saja contoh berikut. Saya akan buat dua kalimat dalam bahasa
Arab, yang jika kita terjemahkan kedalam bahasa kita, terjemahannya
persis sama.
‫ يا أيها المؤمنون‬- yaa ayyuha almu’minuun : hai orang-orang beriman
‫ – يا أيها الذين آمن‬yaa ayyuha alladzina aamanu : hai orang-orang beriman
Keduanya diterjemahkan sama dalam bahasa kita. Ya, bahasa kita tidak
bisa menangkap beda keduanya. Padahal dalam bahasa Arabnya, kedua
kalimat diatas ada bedanya.
Kalimat pertama, kata al-mu’minuun, artinya orang-orang yang
beriman. Kapan berimannya? Ya tidak dijelaskan, bisa kemaren, bisa
sekarang, dll. Sedangkan dalam kalimat kedua, kata-kata alladzina
aamanu, artinya juga “orang-orang beriman” tetapi ini sifatnya orang
tersebut saat ini sudah beriman, dan dia mulai berimannya di masa lalu.
Dalam bahasa Arab, kata aamanu disebut fi’il madhy (KKL).
174
Ahli bahasa Arab, menggolongkan kalimat yang mengandung KKL itu
hampir identik dengan kalimat sempurna dalam bahasa Inggris (Past
Perfect Tense, atau Present Perfect Tense). Artinya kata kerja tsb telah
sempurna selesai dikerjakan. Biar gak bingung saya kasih padanan
bahasa Inggrissnya:
‫ يا أيها المؤمنون‬- yaa ayyuha almu’minuun : O, believers
‫ – يا أيها الذين آمن‬yaa ayyuha alladzina aamanu : O, people who have
believed (atau O, people who had believe)
Nah terlihat bedanya kan. Pada kalimat pertama, kata-katanya netral
saja, tidak ada keterangan waktu. Sedangkan pada kalimat kedua, kata
kerja “percaya” itu telah selesai dengan sempurna (perfect tense).
Lalu apa pointnya Mas? Oke… yang ingin saya sampaikan adalah
bahwa, penerjemahan bahasa Arab ke bahasa Indonesia, terkadang
menyebabkan beberapa keterangan tambahan dalam bahasa Aslinya
menjadi hilang dalam bahasa kita. Lihat dua kalimat diatas. Dua-duanya
diterjemahkan menjadi kalimat yang persis sama dalam bahasa
Indonesia. Ya, memang begitu. Tidak ada satu bahasapun didunia ini
yang bisa diterjemahkan yang kompatibel 100%, pasti ada makna yang
hilang atau berubah. Ini salah satu yang menjadi alasan, kenapa ada
ulama yang tidak membolehkan Quran ditafsirkan. Dimana dikuatirkan,
jika orang sudah tidak lagi membaca text asli (arabnya), dan hanya
mengandalkan bahasa terjemahan, maka jelas maksud asli ayat bisabisa salah atau kurang lengkap bisa ditangkap oleh pembacanya.
Itu satu hal, kelemahan bahasa kita.
175
Lalu mungkin Anda akan berkata, hmm dalam bahasa Inggris ada
padanan yang lebih kompatibel. Kalau begitu apa kelebihan bahasa
Arab dibandingkan bahasa Inggris?
Oke saya akan kasih contoh mengenai ini.
Salah satu kelebihan bahasa Arab dibandingkan bahasa Inggris, antara
lain, bahwa bahasa Arab tersusun dengan aturan yang sangat rigid
(kokoh) sekali. Ibarat batu-bata yang tersusun rapi, ikatannya kuat
sekali. Kalau satu bata hilang, kita masih bisa mereka bata yang hilang
itu seperti apa. Satu kata dalam kalimat, saling terkait aturannya
dengan kata yang sesudahnya dan kata yang sebelumnya. Saya pakai
istilah forward correlation dan backward correlation. Ingat topik
sebelumnya mengenai kaana, yang merafa’kan mubtada dan mennashabkan khobar. Dengan pola misalkan spt ini:
AAA XXX YYY.
AAA adalah Kaana ‫كان‬, maka dia mempengaruhi kata XXX dan YYY
(mempengaruhi dua kata sekaligus). Dalam bahasa Inggris, sebetulnya
kita temukan juga. Misalkan kata have/has.
I have spoken.
Kata have mempengaruhi kata speak, yang berubah menjadi spoken.
Tapi kata have hanya mempengaruhi satu kata saja. Sedangkan dalam
bahasa Arab bisa 2 kata sekaligus.
Dalam bahasa Indonesia,,, hehe… boro-boro… Kata spt ini (kata yang
mempengaruhi kata lain) tidak ada ditemukan.
Contoh lain. Dalam bahasa Arab, kata depan (preposisi) atau disebut
Huruf Jar, mempengaruhi kata setelahnya. Dalam bahasa Inggris tidak.
176
Rumah: ‫ – بيت‬baitun = a house
Dalam rumah: ‫ في بيت‬: fii baitin
Dalam rumah : in a house
Lihat dalam bahasa Arab, kata asli baitun, begitu mendapat kata depan
(didalam, fii) berubah jadi baitin. Dalam bahasa Inggris, tidak demikian,
house tetap saja house (bukan menjadi housi atau housen), sehingga
dibaca “in a house”, bukan “in a housen” layaknya bahasa Arab.
Apa manfaatnya ini? Kalau kita bayangkan, kata ‫ في‬- fi cetakannya agak
buram, yang jelas hanya ‫ – بيت‬baitin, maka kita tahu, pastilah kata yang
hilang, atau cetakannya kurang jelas itu jenisnya kata depan, karena
rumah disitu tertulis baitin (bukan baitun). Artinya korelasi dan sifat
saling terkait antara satu kata dengan kata lainnya dalam bahasa Arab
sangatlah massif (kokoh). Ini yang menyebabkan, tidak sembarangan
bisa mengubah-ubah kalimat-kalimat dalam Al-Quran. Diganti satu kata
(misalkan niatnya memalsukan), maka bagi yang mengerti kaidah tata
bahasa Arab akan segera tahu, bahwa ada keanehan. Dibuang satu kata
saja, akan terlihat jelas, sangking kokohnya keterkaitan antara satu kata
dengan kata lainnya dalam bahasa Arab.
Masih banyak lagi contoh-contoh tentang ini. Seperti huruf LAM nahijenis ‫ ال‬, yaitu LAM yang diikuti kata benda (isim) yang bersifat umum
dengan harokat akhir fathah (bukan fathatain), maka pasti ada prediket
(khobar) yang kadang dibuang. Contohnya:
No doubt (tidak ada keraguan), dalam bahasa Arabnya: ‫ ال ريب‬- Laa
raiba.
177
Kata Laa dan Raiba saling massif (kokoh) keterkaitannya, dimana dalam
hukum LAM Nahi Jenis ini mengatakan bahwa ada prediket yang
dibuang, yaitu maujuudun, sehingga makna dari Laa Raiba itu adalah
Laa Raiba Maujudun = Tidak ada keraguan (yang wujud)
Atau
No doubt (that exists).
Kata-kata “that exist” itu sudah otomatis saja ada dalam pengertian
bahasa Arab. Sehingga kata yang singkat Laa Raiba, tapi pengertiannya
utuh. Beda dengan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, kata “tidak
ada keraguan”, keraguan apa? Atau, keraguan seperti apa? Ini belumlah
jelas.
Kehebatan ke tiga.
Menurut saya kehebatan ke tiga bahasa Arab dibandingkan dengan
bahasa Inggris dan (apalagi) dengan bahasa kita adalah: bahwa bahasa
Arab, ringkas tapi maknanya komplit. Mengapa? Ambil contoh kasus
kata kerja dalam bahasa Arab. Ajaib, kata kerja dalam bahasa Arab
sudah tercakup pelaku di dalammnya.
Contoh: ‫ قرأت‬- qora’tu (satu kata)
Dalam bahasa Indonesia = Saya telah membaca (tiga kata)
Dalam bahasa Inggris = I have read (tiga kata)
Contoh lain: ‫ – سأقرأ‬sa-aqra-u (satu kata)
Dalam bahasa Indonesia = Saya akan membaca (tiga kata)
Dalam bahasa Inggris = I will read (tiga kata)
178
Apa hebatnya? Lihat contoh-contoh diatas. Dalam bahasa Arab, satu
kata kerja sudah melekat dua keterangan tambahan langsung:
- siapa yang melakukan
- kapan dilakukan
Bayangkan alangkah ringkas dan kompaknya bahasa Arab. Cukup
dengan satu kata mengandung makna yang lengkap. Jelaslah buku
terjemahan bahasa Arab ke bahasa Inggris atau bahasa Indonesia
biasanya akan jauh lebih tebal.
Dan masih banyak lagi bedanya, dimana dengan mengkaji perbedaanperbedaan tersebut, kita bisa tambah yakin, bahwa dengan kelebihankelebihan yang dimiliki oleh bahasa Arab, tepat sekali bahasa ini
dipilihkan sebagai bahasa kitab Firman Allah yang terakhir (Al-Quran).
Last but not least, bahasa Arab itu lebih mudah untuk dihafal. Karena
susunannya bisa dibuat berima atau bersajak, maka kalimat-kalimatnya
mudah untuk dihafal. Ingat kembali topik lalu, kata-kata bahasa Arab,
kadang disusun dengan akar kata yang sama, tapi mendapat tambahan
huruf sehingga artinya berbeda, tapi masih ada kaitan. Seperti janna
(tertutup), majnun = orang gila (tertutup akalnya), jannah = syurga
(tertutup dari orang kafir) , junnah = benteng (tertutup dari musuh),
dsb. Keterkaitan itu membuat kosa-katanya lebih mudah untuk dihafal.
Seperti telah disebutkan juga di topik lalu, contoh kata ra'a : melihat,
maka mar'ah = wanita (tempat jatuhnya (tertujunya) penglihatan), dsb.
Juga bahasa Arab ada wazan-wazan (timbangan, pola, atau pattern)
yang jika hafal akan lebih lebih memudahkan lagi untuk menghafalnya.
Seperti, kataba = menulis, maktab = meja (tempat menulis), kaatib =
penulis/pengarang (orang yang menulis), dll.
179
Allah SWT, berfirman:
‫س ْرنَا ْالق ْرآنَ للذ ْكر فَ َه ْل من ُّمدَّكر‬
َّ ‫َولَقَ ْد َي‬
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quraan untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran? Al-Qomar 17,22,32,40
Perhatikan kata-kata li-dzikri, diterjemahkan sebagai untuk pelajaran.
Dzikri dari akar kata dzakara, arti asalnya mengingat. Sehingga bisa
dikatakan, telah dimudahkan Al-Quran itu untuk diingat.
Allah SWT akan menjaga keaslian Al-Quran itu, dengan cara dia mudah
untuk dihafal. Tidak ada satupun buku didunia ini yang mampu dihafal
oleh orang ribuan, bahkan jutaan orang, yang panjang pendeknya, titik
komanya, bisa dihafal, tanpa salah sedikitpun. Subhanallah, walhamdulillah, waLLAHu Akbar.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/30/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-53-efek-waktukehebatan-bahasa.html
180
Topik 54: Latihan Surat Al-'Ashr (Pendahuluan)
Bimillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan mulai masuk ke surat
pendek lainnya. Oh ya, saya janji untuk mengulas bacaan-bacaan sholat
ya? Kalau boleh nawar, habis seluruh surat-surat pendek saja
bagaimana? Atau bagi yang sudah gak sabar, sekarang kan banyak
buku-buku mengenai sholat, disitu ada terjemahannya juga kan…
Masalah lain adalah sampai saat ini belum semua materi tatabahasa
Arab kita sudah selesaikan. Masih banyak lho, materi yang belum.
Contoh, masalah inna atau anna. Kemudian KKT 3 s/d 7, juga belum kita
bahas. Berikut hal-hal yang kecil-kecil, seperti Jamak Taksir, belum kita
perdalam. Sebagai perbandingan, dalam buku-buku standar pelajaran
babasa Arab, Jamak Taksir (kata benda jamak tidak beraturan) saja
dibahas dalam satu sampai dua bab sendiri. Dari seluruh peta
perjalanan, kita sudah sampai mana? Saya katakan sampai topik 53 ini
kita baru menyentuh 10 – 15% materi… wuihhh…. Still long way to go
man!!! Gpp… tetap semangaaattt!!!
Baiklah, kita masuk ke latihan surat Al-‘Ashr, surat ke 103 di Al-Quran.
Surat ini pendek sekali hanya 3 ayat. Tapi banyak sekali pelajaran
bahasa Arab yang akan (Insya Allah) kita pelajari. Apa saja? Seperti
biasa, fokus latihan kita adalah:
1. Mendapatkan mufrodad (vocabulary) baru
2. Mempelajari tata-bahasa (nahwu – shorof)
3. Menyinggung sedikit mengenai ahamiatuhu (nilai penting)nya,
berupa tafsir dari beberapa ulama.
181
Di topik 54 ini kita akan bahas point no. 3 yaitu ahamiyyah - nilai
pentingnya (‫ )أهمية‬surat Al-‘Ashr ini. Seperti biasa kita pakai beberapa
kitab tafsir seperti Ibnu Katsir atau Tafsir Al-Azhar. Oke... sebelum
menyinggung ahamiyyah surat ini, maka saya akan “janjikan” dulu dari
aspek tatabahasa (point 2) kira-kira kita akan belajar apa?
Oke... Dalam surat ini, banyak pelajaran tatabahasa yang kita bisa
pelajari. Inilah peta perjalanannya:
1. Mengetahui makna dan fungsi waw- ‫و‬
2. Makna dan fungsi Inna - ‫ إن‬atau Anna ‫أن‬
3. Pemakaian LAM taukid (penguat)
4. Pemakaian kata pengecualian illa ‫إال‬
5. Bentuk Jamak Salim Muannats
6. KKT 4 (Kata Kerja Turunan ke 4) dengan wazan ‫تفاعل‬
Wuih... banyak juga ya... Hehe... no worries, laa tahzan... sabar ya...
Insya Allah kita akan pelajari satu-satu... Kalau bisa sih dalam topik yang
terpisah biar lebih fokus ya... Insya Allah...
Ahammiyah Surat Al-Ashr
Surat ini merupakan surat yang termasuk golongan surat Makiyyah,
atau surat yang turun dalam periode sebelum Hijrah. Sebagian kecil
salaf, seperti Mujahid, Qatadah, dan Muqotil memasukkan kedalam
golongan Madaniyah, tetapi mayoritas memasukkan ke dalam kategori
Makkiyyah. Ciri-ciri surat Makkiyyah sangat kental di surat ini. Surat
Makkiyyah datang pada masa-masa awal Islam. Ayat-ayatnya biasanya
pendek-pendek, tapi jelas, dan lantang terdengar ditelinga. Siapa yang
182
melintas mendengar,
mendengarkan.
akan
tersentak,
dan
terdiam
untuk
Pesan yang singkat, padat, dan pendek lebih memancing perhatian
orang. Lihatlah poster-poster iklan sekarang. Tidakkah mereka pakai
strategi itu juga. Contoh, salah satu operator seluler baru iklannya spt
ini:
“Gratis SMS ke sesama X, Mau?”
Atau iklan pembasmi nyamuk:
“Yang lebih bagus? Yang lebih mahal banyak!”
Atau iklan waktu Pilpres kemaren:
“Bersama kita bisa!”
Ya, ilmu komunikasi massa sudah menjadi disiplin ilmu tersendiri.
Dalam dunia marketing kita kenal istilah yang sangat masyhur:
Marketing Mix 4 P. Yaitu Product, Place, Price, Promotion. Nah promosi
(iklan) itu sudah menjadi pilar marketing sendiri. Dan lihatlah, strategi
yang disampaikan Al-Quran 15 abad yang lalu, dimasa-masa awal Islam,
pada masa introduction (pengenalan produk ke masyarakat), bahasabahasa iklan yang sesuai dengan psikologi massa sudah digunakan.
Bahasanya singkat, padat, dan lantang.
“DEMI MASA”
Coba banyangkan kalau ada orang yang berbicara keras, ditengah
kerumunan orang, dengan kalimat singkat diatas “Demi Masa!”.
Tentulah akan menarik perhatian orang disekitarnya. Apa maksudnya
nih... “Demi Masa”? Kenapa? Ada apa dengan waktu?
183
Itulah salah satu mu’jizat Al-Quran. Bahasanya sangat manusiawi.
Menyentuh semua level kepandaian. Dari orang rata-rata sampai
genius. Dari buruh & petani sampai saudagar. Dari tamatan SD sampai
Profesor. Semua bisa memahami Al-Quran dengan bahasanya yang
menyentuh tsb.
Ambil contoh, di Al-Quran dikatan
‫ كل نفس ذائقة الموت‬- kullu nafsin dzaa-iqatu al-maut
Yang diterjemahkan: tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Orang yang awam akan merasakan: oohh… tiap yang hidup akan mati.
Orang yang ahli biologi atau dokter, langsung terbayang bagaimana
syarat suatu kehidupan (seperti pembakaran makanan perlu oksigen,
aliran darah dst), yang jika itu berhenti, maka akan matilah dia. Orang
yang mengerti rasa bahasa Arab, akan melihat ayat itu dengan takjub
juga. Perhatikan kata dzaa-iqa ‫ ذائق‬diterjemahkan merasakan (catatan:
sebenarnya yang pas itu, "yang merasakan" karena ini isim fa'il, sama
dengan kasus faa-i-zin & 'aa-i-din). Kata dzaa-iqa ini akarnya adalah ‫ذاق‬
– dzaaqa, yang artinya mencicipi (to taste), sehingga kata dzaa-iqa itu =
yang mencicipi. Bayangkan indahnya bahasa Al-Quran. Tiap yang
berjiwa akan mencicipi kematian. Seperti hidangan, ayo masing-masing
orang cicipi deh itu kematian… Jangan takut, kalau banyak amal sholeh,
rasa cicipan kematian itu akan sedap, dst. Beragam interpretasi dan
khayalan muncul dari text suatu kalimat, tergantung background
masing-masing pembacanya.
Ayat-ayat dalam surat Al-‘Ashr ini secara umum mengatakan, bahwa
sebenarnya kita-kita ini selalu dalam keadaan rugi. Lawan rugi tentu
untung. Siapa yang tidak rugi, atau dalam bahasa lain, siapa manusia
yang beruntung? Dalam ayat ini dikatakan yang tidak rugi itu adalah
184
orang-orang yang: (1) Aamanuu: beriman, (2) Aamilush-sholihat:
mengerjakan amal sholeh, (3) tawaa shaubil-haq: saling bernasehat
kepada kebenaran, (4) tawaa shaubish-shob : saling bernasehat kepada
kesabaran.
Mengutip tafsir Al-Azhar: Ibnul Qayyim di dalam kitabnya "Miftahu
Daris-Sa'adah" menerangkan; "Kalau keempat martabat telah tercapai
oleh manusia, berhasillah tujuannya menuju kesempurnaan hidup.
Pertama: Mengetahui Kebenaran.
Kedua: Mengamalkan Kebenaran itu.
Ketiga: Mengajarkannya
memakaikannya.
kepada
orang
yang
belum
pandai
Keempat: Sabar di dalam menyesuaikan diri dengan Kebenaran dan
mengamalkan dan mengajarkannya.
Jelaslah susunan yang empat itu di dalam Surat ini. Demikian, Hamka
mengutip. Insya Allah kita akan lanjutkan ke Latihan.
Catatan: Nasyid Raihan ini sangat saya sukai.
Demi masa sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan yang beriman dan yang beramal soleh
Gunakan kesempatan yang masih diberi
Moga kita takkan menyesal
Masa usia kita jangan disiakan
Kerna ia takkan kembali
185
Ingat lima perkara sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/01/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-54-latihan-surat-alashr.html
186
Topik 55: Fungsi dan Kedudukan WAW
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan masuk ke ayat pertama
surat Al-‘Ashr. Kita akan pelajari peranan dan fungsi huruf waw.
Oke sebelum kita masuk ke ayat 1, saya tanya dulu nih, rasanya semua
tahu arti wa = dan, bukan? Feeling saya mungkin semua yang bisa baca
al-Quran ya katakanlah 80% pasti tahu kan bahwa kata ‫ َو‬wa itu artinya
“dan”
Misal:
‫ ذهب إلى المسجد عمر و علي‬- dzahaba ila al-masjidi Umar wa ‘Ali
Pergi ke masjid (si) Umar dan Ali.
Nah semua pasti tahu kan kata ‫ – عمر و علي‬Umar wa ‘Ali, bahwa kata wa
disitu artinya dan? Ya saya rasa semua sudah pada tahu ya.
Oke apa lagi makna wa itu? Nah ini saya kasih daftarnya. Wa itu
maknanya ada 3 kemungkinan:
1. Artinya: dan (and)
2. Artinya: demi (untuk sumpah)
3. Artinya: padahal
Oooo… gitu… Yang saya tahu selama ini, wa itu artinya hanya dan,
ternyata ada arti lain ya… Oke kapan masing-masing itu kita gunakan?
Insya Allah saya akan jelaskan.
Baiklah, kita masuk ke ayat 1 dulu ya, surat Al-‘Ashr:
187
‫ و العصر‬- wa al-‘ashri
Diterjemahkan: Demi Masa.
Oke kata al-‘ashr bisa artinya masa (waktu), bisa artinya senja. Kalau
begitu wal-ashr itu artinya: Dan masa dong mas… Kok malah
diterjemahin Demi Masa?
Nah ini lah fungsi pertama waw. “WA” jika diikuti isim yang harokatnya
kashroh, maka kata “WA” disitu artinya “DEMI” yang diucapkan dalam
rangka sumpah.
Misalkan begini. Pernah lihat kan kalau pejabat disumpah dibawah AlQu’ran. “Demi Allah. Saya bersumpah. Bahwa saya … bla bla bla”. Nah
kata-kata : Demi Allah disitu dalam bahasa Arabnya:
‫ – و هللا‬wa Allahi, atau wallahi.
Lihat harokat kata Allah adalah kasroh, sehingga dibaca wallahi. Nah
kalau waw bertemu isim (kata benda) dengan harokat kasroh, maka ini
adalah kalimat sumpah, dimana wa diterjemahkan DEMI.
Dalam Al-Quran banyak ditemukan Allah bersumpah dengan nama
Makhluknya. Seperti wal-layli : Demi Malam, wan-nahaari : Demi Siang,
wal-fajri : Demi (waktu) Fajar, dsb.
Jadi singkat cerita, untuk mengartikan WA tinggal dilihat harokat
isimnya, apakah kasroh atau tidak. Jika kasroh, maka diterjemahkan
“DEMI”, jika tidak (dhommah, atau fathah) maka diterjemahkan DAN.
Kita tidak boleh bersumpah dengan nama makhluk. Misalkan: walardhi
(demi bumi) saya berjanji tidak berbohong. Nah ini tidak boleh.
Manusia hanya boleh bersumpah atas nama Allah.
188
Sampai disini kita sudah mempelajari 2 fungsi dan macam waw yaitu:
WAW QOSAM (WAW janji) yang diterjemahkan Demi
WAW ATHOF (WAW penyambung) yang diterjemahkan Dan
Ada jenis WAW yang ke tiga yaitu WAW HAL, yaitu waw yang
menjelaskan suatu keadaan (yang biasanya bertentangan dengan
asumsi). Misalkan dalam surat Al-Maarij ayat 7.
ayat 6: Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh.
ayat 7: ‫ و نراه قريبا‬- wa naraa hu qoriiban
wa = padahal
naraa = kami melihat
hu = nya
qoriiban = dekat
Orang kafir memandang siksaan akhirat itu jauh (Ibnu Katsir
menafsirkan maksud jauh itu mustahil terjadi). Jadi orang kafir merasa
siksaan akhirat itu mustahil terjadi. Padahal Allah SWT memandang
siksaan itu sangatlah dekat dengan mereka. Lihat wa disini
diterjemahkan padahal.
Demikianlah telah kita bahas 3 macam jenis WAW. Insya Allah jelas ya.
Alhamdulillah.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/06/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-55-fungsi-dankedudukan-waw.html
189
Topik 56: Fungsi Inna
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan segera masuk ke ayat 2
surat Al-‘Ashr. Dalam topik ini kita akan pelajari fungsi dari inna ( ‫) إن‬
َّ ), dan apa bedanya dengan kaana ( ‫) كان‬. Dan jika ada
dan anna ( ‫أن‬
ْ ).
waktu kita bahas juga bedanya dengan an ( ‫أن‬
Empat hal itu sangat sering ketukar-tukar (at least bagi saya sendiri).
Oke sebelum masuk ke ayat 2 nya, saya sampaikan summary dari 4 hal
tsb.
َّ ) artinya :
Kata inna ( ‫ ) إن‬artinya: sesungguhnya (indeed) dan anna ( ‫أن‬
bahwasannya. Terlihat berbeda antara inna dan anna, secara bahasa
Indonesia. Tetapi secara bahasa Arab fungsi dan kedudukannya sama.
Anna adalah inna yang terdapat ditengah kalimat.
Kaana fungsinya kebalikan dari Inna. Kaana secara arti sudah dibahas
panjang lebar di topik sebelum ini (lihat dan baca lagi jika belum
paham).
ْ ), secara bahasa Indonesia tidak ada artinya
Sedangkan kata an ( ‫أن‬
(tidak bisa diartikan), tapi karena dekat (apalagi kalau nanti baca arab
gundul) kita sukar membedakan:
ْ – an (tidak ada padanan
َّ – anna (bahwasannya) atau ‫أن‬
‫ أن‬apakah ‫أن‬
bahasa Indonesianya).
Oke baiklah kita sekarang masuk ke ayat 2 surat Al-‘Ashr.
َّ - inna al-insaana la fii khusrin
‫إن اإلنسان لفي خسر‬
Inna = sesungguhnya
190
Al-insaana = manusia (insan)
La = sungguh
Fii = dalam
Khusrin = kerugian
Baiklah... Kita lihat Inna dalam kalimat diatas, artinya sesungguhnya. Ya,
kata inna ini fungsinya penekanan. Sering dalam bahasa Inggris
diterjemahkan Indeed. Oke, kalau begitu apa kedudukan dan fungsi
inna dalam kalimat?
Fungsi (tugas) inna adalah sbb:
- me-nashob-kan mubtada'
- me-rafa'-kan khobar.
Oh, kalau begitu fungsinya kebalikan dari kaana ‫ كان‬ya Mas? Ya, Anda
betul. Kalau Kaana fungsinya:
- me-rafa'kan mubtada'
- me-nashobkan khobar.
Duh bingung nih... bisa kasih contoh gak?
Oke pada saat membahas kaana kita kasih contoh sbb:
‫ كان البيت جميال‬- kaana al-baitu jamiilan : (dulu) rumah itu bagus
kalau kita pakai Inna maka menjadi:
‫البيت جميل‬
‫ إن‬- inna al-baita jamiilun : sesungguhnya rumah itu bagus
َ
191
Terlihat bedanya kan. Mubtada al-baitu, khobar jamiilun. Jika
kemasukan kaana, maka kbobar menjadi nashab (fathah). Sedangkan
jika kemasukan inna maka mubtada' jadi nashab (fathah).
Oke sekarang kita sudah tahu bedanya: kaana dan inna secara fungsi.
Kita kembali ke surat Al-'Ashr ayat 2 ini.
َّ - inna al-insaana la fii khusrin
‫إن اإلنسان لفي خسر‬
terlihat dari kalimat diatas yang menjadi Mubtada adalah al-insaana.
Lalu khobarnya mana. Nah khobarnya disini adalah khobar jumlah
(khobar yang tidak terdiri dari 1 kata, tapi dari kalimat). Jika khobarnya
khobar jumlah, maka efek perubahan dhommah ke fathah tidak
kelihatan.
Kalimat diatas bisa diganti dengan khobar satu kata saja.
‫ إن اإلنسان خسرا‬- inna al-insaana khusran : sesungguhnya manusia itu rugi
Lihat bahwa khobarnya menjadi fathah (dibaca khusran, bukan khusrun
atau khusrin)
Nah kalau kita pakai kaana, kalimat diatas menjadi:
‫ كان اإلنسان خسْر‬- kaana al-insana khusrun : (dulu) manusia itu rugi
Atau jika khasirun tidak ingin dalam bentuk mashdar, kita ubah ke isim
fail menjadi khaasirun
‫ إن اإلنسان خاسر‬- inna al-insaana khaasirun : sesungguhnya manusia itu
(adalah) orang yang merugi
Jadi, kita ulangi, bahwa kanaa secara fungsi (tugas) dalam kalimat,
berkebalikan dengan inna.
192
Insya Allah di topik selanjutnya kita akan bahas mengenai lam taukid
(lam penguat). Lihat di ayat 2 ini ada kata-kata:
la fii khusrin
Nah pada kalimat diatas adalah lam taukid. Insya Allah kita akan bahas
juga pendalaman masalah khobar yang panjang (ditambahi dengan
shifat / maushuf).
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/08/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-56-fungsi-inna.html
193
Topik 57: Pendalaman masalah Mubtada’ dan Khobar
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Sebelum kita lanjutkan
pembahasan ayat 2 surat Al-‘Ashr, kita berhenti sejenak disini. Oke kita
sudah lihat dan bahas peranan dan fungsi kaana dan inna dalam
kalimat. Ingat-ingat lagi ya, karena dua kata ini sering dipakai dalam AlQuran.
Oke. Kalau dilihat bahwa peranan atau fungsi kaana dan inna ini, sangat
berkaitan dengan apa yang disebut mubtada’ dan khobar. Maka
pengetahuan mengenai mubtada’ dan khobar ini perlu lebih di
perdalam. Sebagai perbandingan kitab Al-Arabiyah Bin Namajiz (Bahasa
Arab dengan Pola-pola) membahas masalah mubtada dan khobar ini ke
dalam 4 bab terpisah. Dari sini tercermin betapa pentingnya
pengetahuan mengenai mubtada’ dan khobar ini.
Oke baiklah. Walau secara ringkas kita sudah bahas, bahwa mubtada’
itu subjek dan khobar itu prediket, sebenarnya pembagian ini kurang
begitu operasional. Saya akan jelaskan mengapa.
Mari kita berandai-andai membuat perumpamaan kalimat.
Misal saya katakan:
The house is big.
Rumah itu besar.
Oke dalam bahasa Arab kita katakan:
‫ – البيت كبير‬al-baytu kabiirun --> Kalimat A
194
Nah dalam bahasa Arab diatas terlihat bahwa mubtada’ adalah ‫– البيت‬
al-baytu, dan yang menjadi khobar adalah ‫ – كبير‬kabiirun.
Sangat straightforward dan mudah kan.
Tapi bayangkan skenario begini. Tanpa sengaja saya “tertambahkan”
alif lam di depan kabiirun. Sehingga kalimatnya menjadi:
‫ البيت الكبير‬- al-baytu al-kabiiru --> Kalimat B
Apa padanan bahasa Inggris nya? Padanan untuk kalimat diatas
berubah, menjadi
The big house (rumah besar itu)
Lihat bedanya.
The house is big: Rumah itu besar (kalimat A)
The big house: Rumah besar itu (kalimat B)
Kalimat A adalah kalimat yang sempurna, yang terdiri dari Mubtada’
(Rumah itu) dan Khobar (besar).
Sedangkan kalimat B, bukan kalimat sempurna. Kenapa? Karena kalimat
B, hanya terdiri dari mubtada’ saja. Khobarnya tidak ada. Jadi kalimat
“Rumah besar itu …” adalah mubtada’, belum jelas “ada apa dengan
rumah besar itu”, alias belum ada khobarnya (khobar dalam bahasa
Arab artinya berita). Kalimat B, khobarnya belum ada, atau berita-nya
belum ada.
Oke. Sekarang kembali ke kalimat B. Saya katakan tadi bahwa Kalimat B
belum sempurna. Bagaimana membuat kalimat B jadi sempurna?
Gampang. Tinggal kasih khobar, kan? Ya, anda benar.
195
Misalkan saya katakan:
The big house is new.
Sekarang saya sudah pilih new: baru (‫ جديد‬- jadiidun) sebagai khobar.
Maka kalimat B, dalam bahasa Arab jika ditambahkan jadiidun,
menjadi:
‫ – البيت الكبير جديد‬al-baytu al-kabiiru jadiidun
Sim salabim. Kalimat diatas berubah jadi kalimat sempurna, karena
sudah ada khobar (prediket) nya. Mana khobarnya? Yaitu jadiidun.
Nah, kita sudah lihat kan ciri-ciri mana yang khobar, mana yang
mubtada. Ciri-cirinya begini:
- Jika ada kata benda ma’rifat (spesifik: biasanya ditandai dengan alif
lam -al), maka dia mubtada. Dalam contoh diatas ‫ – بيت‬baitun (sebuah
rumah), kemasukan alif lam menjadi ‫ – البيت‬al-baytu (rumah itu), adalah
mubtada (karena ada al-nya)
- Jika setelah mubtada itu kata benda lagi yang juga spesifik (ada alif
lam), maka kata benda itu bukan khobar, tapi shifat dari mubtada’.
Dalam contoh diatas, kata ‫ كبير‬- kabiirun (besar) karena mendapat alif
lam menjadi al-kabiiru ( ‫ ) الكبير‬maka dia bukanlah khobar, tetapi sifat
dari mubtada. Sehingga kita tidak bisa terjemahkan: the house is big,
tapi the big house.
- Setelah shifat, jika masih ada kata benda yang ada alif-lam, maka dia
bukan lah khobar, tetapi shifat yang kedua. Saya bisa membuat begini:
ُ‫ – البيت الكبير الواسع جديد‬al-baytu al-kabiiru al-waasi’u jadiidun (The big
large house is new ), atau Rumah yang besar (lagi) luas itu baru. Terlihat
disini besar (big) dan luas (large) adalah sifat dari rumah itu, dan
196
keduanya adalah masih bagian dari mubtada’. Sedangkan khobarnya
adalah jadiidun (baru).
- Jika setelah mubtada (yang ada al-nya) ada kata benda yang tidak ada
al-nya, maka itulah khobarnya. Dalam contoh diatas, kata jadiidun
(baru) tidak ada al-nya, maka dapat diindikasikan kata jadiidun adalah
khobar.
Ingat, jika sebuah kalimat sudah ada mubtada’ dan khobarnya maka, itu
disebut kalimat sempurna.
Demikian, mudah-mudahan jelas ya. Sebagai penutup, saya sampaikan
bahwa khobar-pun dapat terdiri dari lebih dari satu kata. Contoh
sebelumnya khobar hanya satu kata, yaitu jadiidun. Dalam Al-Quran
kadang-kadang khobar itu terdiri dari 2 kata benda.
Contoh dalam surat Al-Baqarah ayat 115.
‫ – إن هللا واسع عليم‬inna Allaha waasi’un ‘aliimun : sesungguhnya Allah
Maha Luas (rahmatNya) lagi Maha Mengetahui.
Lihat kalimat diatas, jika inna saya buang maka menjadi:
‫ – هللا واسع عليم‬Allahu waasi’un ‘aliimun : Allah Maha Luas (rahmatNya)
lagi Maha Mengetahui.
Perhatikan, bahwa struktur kalimatnya:
Mubtada: Allahu
Khobar: waasi’un ‘aliimun
Khobarnya terdiri dari dua kata benda. Kita bisa lanjutkan
menambahkan kata benda (yang merupakan sifat dari Mubtada)
dengan tambahan lain misalkan: Allahu waasi’un ‘aliimun rahiimun
197
rahmaanun dst (dimana mubtada'-nya Allahu, dan sisanya adalah
khobar).
Jelaslah sekarang, bahwa kepandaian menentukan mana khobar, mana
mubtada’ akan membantu kita dalam menerjemahkan text Al-Quran,
khususnya yang berkaitan dengan inna dan kaana. Insya Allah akan kita
jelaskan mengenai khobar muqoddam, pada topik-topik selanjutnya.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/13/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-57-pendalamanmasalah-mubtada-dan.html
198
Topik 58: Inna dan saudara-saudaranya
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita sebenarnya akan melanjutkan
pembahasan surat Al-‘Ashr ayat 2. Sebagaimana telah disampaikan kita
َّ sangat dekat
menghadapi Inna di awal ayat kedua ini. Pembahasan ‫إن‬
dengan pembahasan mubtada dan khobar. Telah kita lihat bahwa
pengetahuan mengenai mubtada dan khobar ini sangat penting. Karena
yang mempengaruhi mubtada dan khobar itu ada dua kelompok:
‫ كان‬dan saudara-saudaranya.
َّ dan saudara-saudaranya.
‫إن‬
Nah, saudara-saudara kaana itu banyak. Saudara-saudara inna juga
banyak, suatu saat kita akan ketemu. Tapi untuk sekedar contoh,
َّ itu ada 5, diantaranya ‫ – لعل‬la’alla, dan ‫ – ليت‬layta.
saudara-saudara ‫إن‬
Dua-duanya artinya semoga, dengan beda maksud. La’alla adalah
harapan yang mungkin terjadi, sedangkan layta adalah harapan yang
mustahil terjadi.
Contohnya:
‫ – زيد عالم‬Zaidun ‘aalimun : Zaid adalah orang yang berpengetahuan
Jika kita tambahkan inna, menjadi:
َّ – Inna Zaidan ‘aalimun : Sesungguhnya Zaid adalah orang yang
‫إن زيد عالم‬
berpengetahuan
Nah kita bisa mengganti inna dengan la’alla atau layta:
‫ – لعل زيد عالم‬la’alla Zaidan ‘aalimun: Semoga Zaid (jadi) orang yang
berpengetahuan
199
‫ – ليت زيد عالم‬layta Zaidan ‘aalimun: Semoga Zaid (jadi) orang yang
berpengetahuan
Perhatikan fungsi la’alla dan layta, sama dengan fungsi inna, yaitu
menashobkan mubtada dan merafa’kan khobar. Lihat bahwa Zaidun
(rofa’) setelah kemasukan inna, atau saudara-saudara inna (spt. La’alla
dan layta), maka mubtada itu jadi nashob (dari Zaidun berubah menjadi
Zaidan).
Perhatikan beda la’alla dengan layta diatas. Kalimat pertama,
kemungkinan besar terjadi.
‫ – لعل زيد عالم‬la’alla Zaidan ‘aalimun: Semoga Zaid (jadi) orang yang
berpengetahuan
Misalkan tampak Zaid itu memang anaknya
kemungkinan dia jadi orang alim, sangat besar.
rajin,
sehingga
Nah beda halnya dengan kalimat kedua. Misalkan telah diketahui
umum bahwa Zaid itu anaknya idiot. Maka mengharapkan Zaid menjadi
orang yang berilmu, tentu sia-sia, alias mustahil. Maka la’alla tidak
tepat digunakan. Tetapi yang digunakan adalah layta.
‫ – ليت زيد عالم‬layta Zaidan ‘aalimun: Semoga Zaid (jadi) orang yang
berpengetahuan --> yang tidak mungkin terjadi, karena Zaid idiot,
misalkan.
Atau seperti saya katakan:
‫النار باردة‬
‫ – ليت‬layta an-naara baaridatun : semoga api itu dingin
َ
Mengharap sifat api jadi dingin tentu mustahil. Makanya kita pakai
layta.
200
Oke apa pelajaran yang kita dapatkan di topik ini? Ya, kita sudah lihat
bahwa teman-teman inna itu cukup banyak, ada 5 (saya baru sebut 2
kan, yaitu la’alla dan layta). Teman-teman kaana juga banyak. Nah akan
sangat untung kita, kalau kita tahu apa tugas kaana (dan saudarasaudaranya) dan apa tugas inna (dan saudara-saudaranya).
Oke, satu lagi, saudara Inna adalah Anna (hehe berarti saya sudah kasih
tahu 3 ya).
Oke Anna sama dengan Inna, secara fungsi dan arti. Bedanya apa?
Bedanya, kalau Inna ada diawal kalimat, kalau Anna ada ditengah
kalimat.
Contohnya:
Saya paham, sesungguhnya Zaid itu orang yang berilmu.
َّ ‫ – فهمت‬fahimtu anna Zaidun ‘aalimun : saya paham,
‫أن زيد عالم‬
sesungguhnya Zaid itu orang berilmu.
Perhatikan bahwa awal kalimatnya adalah fahimtu (saya paham).
Karena Inna tidak diawal kalimat, maka dia berubah menjadi Anna.
Oh ya terkadang dalam terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, karena
anna terletak di tengah kalimat, maka dia sering diterjemahkan dengan
“bahwasannya”, sehingga contoh diatas menjadi:
َّ ‫ – فهمت‬fahimtu anna Zaidun ‘aalimun : saya paham,
‫أن زيد عالم‬
bahwasannya Zaid itu orang berilmu.
Oke, topik mengenai mubtada dan khobar ini masih belum selesai.
Insya Allah kita akan lanjutkan dengan jenis-jenis khobar (prediket).
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/17/2007
201
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-58-inna-dan-saudarasaudaranya.html
202
Topik 59: Jenis-Jenis Khobar
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kali ini kita akan menggali jenisjenis khobar. Apa saja itu? Oke, kita mulai dengan contoh.
‫ – الطالب مجتهد‬at-thaalibu mujtahidun : Siswa itu rajin
Mana mubtada dan khobar nya? Gampang.
Mubtada: ‫ الطالب‬- ath-thaalibu : siswa itu
Khobar: ‫ – مجتهد‬mujtahidun : rajin
Nah, topik kali ini kita akan singgung, apa saja jenis khobar, dan jenis
mubtada. Oke perhatikan kalimat diatas.
Mubtada ath-thaalibu, adalah kata benda alam (isim alam)
Khobar mujtahidun, adalah kata benda sifat (isim shifat)
Apa saja jenis Mubtada lain? Jenis mubtada yang lain adalah kata-ganti
(isim dhomir).
Kalimat diatas, bisa saya ubah.
The student is diligent: ‫ – الطالب مجتهد‬at-thaalibu mujtahidun : Siswa itu
rajin
He is diligent: ‫ – هو مجتهد‬huwa mujtahidun : Dia rajin.
Nah dalam kalimat diatas, mana mubtada dan khobar?
Mubtada: huwa – dia
Khobar: mujtahidun – rajin
203
Itulah 2 bentuk / jenis mubtada’ yang umum dijumpai. Apa itu? Kita
ulangi. Mubtada bisa berupa isim alam (nama orang, nama benda,
profesi orang, dsb), atau kata ganti (saya, kamu, dia, mereka, dsb).
Ada lagi jenis yang umum juga untuk mubtada, yaitu kata benda
penunjuk (isim isyarah). Contohnya: ini, itu.
Saya katakan sbb:
‫ – ذلك البيت‬dzalika al-baytu: itu rumah. That is the house.
‫ – هذا ولد‬hadza waladun : ini seorang anak laki-laki. This is a boy.
‫ – هذا الولد‬hadza al-waladu : ini seorang anak laki-laki itu. This is the boy.
Nah mubtada dalam tiga kalimat diatas adalah: dzalika (itu) dan hadza
(ini). Sedangkan khobarnya adalah al-baytu (rumah [yang sudah
diketahui oleh lawan bicara]), waladun (anak laki-laki [siapapun dia]),
atau al-waladu (anak laki-laki [yang sudah diketahui oleh lawan bicara]).
Oke, kita tutup dengan kesimpulan. Mubtada, bisa terdiri dari (salah
satu)
1. Isim alam (nama orang, nama benda, profesi, dsb)
2. Kata ganti (saya, dia, mereka, kamu, dsb)
3. Isim isyarah (ini, itu)
Sekarang kita beralih ke jenis-jenis Khobar.
Perhatikan lagi kalimat-kalimat diatas. Rata-rata khobar itu terdiri dari,
isim shifat (seperti rajin, malas, besar, ganteng, dll), atau kata benda
isim alam (seperti dalam kalimat “itu rumah”).
Sekarang saya kasih contoh, yang mungkin membuat kita bingung.
204
Apa bedanya:
‫ – هذا البيت كبير جديد‬hadza al-baytu kabiirun jadiidun
‫ – هذا البيت الكبير جديد‬hadza al-baytu al-kabiiru jadiidun
Bedanya kalau dalam bahasa Inggris lebih terlihat, sbb:
‫ – هذا البيت كبير جديد‬This house is big (and) new : rumah ini besar (lagi)
baru
‫ – هذا البيت الكبير جديد‬This big house is new : rumah besar ini baru
Pada kalimat pertama, mubtada: this house, khobarnya big (and) new
Pada kalimat kedua, mubtada: this big house, khobarnya new
Oke, sampai disini, kita resume-kan, tentang khobar. Khobar dapat
terdiri dari isim shifat, isim alam. Sekarang bentuk ke 3.
Bentuk ke-3 Khobar: JER MAJRUR
Oke apa lagi nih Mas? JER MAJRUR. Hehe… istilah ini sering dipakai
dalam pelajaran bahasa Arab. Apa itu? Gampangnya saya kasih contoh
begini.
dalam rumah: ‫ – في البيت‬fii al-bayti.
Ingat-ingat lagi pelajaran kita dulu-dulu banget, tentang huruf jer (kata
depan). Contohnya ‫ – في‬fii (didalam), ‫‘ – على‬alaa (diatas), ‫ – من‬min (dari),
‫ – إلى‬ilaa (ke), dst. Nah kata-kata ini disebut JER. Lalu MAJRUR apa?
Majrur adalah kata benda setelah JER. Dalam contoh diatas Majrur nya
adalah ‫ – البيت‬al-bayti. Lalu gabungan keduanya disebut kalimat JER
MAJRUR.
205
Nah bentuk ke 3 dari khobar ini, dapat berupa jer majrur ini. Contohnya
begini.
‫ – الولد في البيت‬al-waladu fii al-bayti : The boy in the house – anak laki-laki
itu dalam rumah.
Mana mubtada dan khobarnya? Mubtada, pastilah al-waladu. Dan
khobarnya adalah JER MAJRUR yaitu fii al-bayti.
Oke ya, semoga yang diatas itu bisa dimengerti. Sekarang ada masalah
nih.
Bagaimana kalau, di dalam rumah itu, anak laki-lakinya belum
diketahui. Oh ya, sebelumnya, Anda pasti tahu kan apa bedanya dua
kalimat ini:
The boy is in the house
A boy is in the house
Dalam kalimat kedua, anak laki-lakinya belum diketahui. Bisa anak siapa
saja. Sehingga dipakai A Boy (waladun, bukan al-waladu). Sedangkan
dalam kalimat pertama, anak laki-lakinya adalah sudah diketahui, misal
Anaknya Bang Faisal, misalkan. Dalam kalimat pertama, karena Boy nya
sudah diketahui maka dipakai The (atau al, sehingga menjadi al-waladu)
Dalam bahasa Arab, kedua kalimat itu sebagai berikut.
The boy is in the house : ‫الولد في البيت‬
A boy is in the house : ???
Apa kira-kira yang akan Anda isi untuk ??? diatas. Jawabannya Insya
Allah di topik selanjutnya. Ini masuk dalam Bab Khobar Muqoddam
(khobar yang didahulukan). Baca topik selanjutnya.
206
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/17/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-59-jenis-jeniskhobar.html
207
Topik 60: Khobar Muqoddam
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita menyisakan pertanyaan pada
topik 59, yaitu apa bahasa Arabnya:
A boy is in the house?
Mas… Kalau:
The boy is in the house, bahasa Arabnya: ‫ – الولد في البيت‬al-waladu fii albayti
Nah kan Mas pernah bilang, kalau kata benda yang belum diketahui,
maka tinggal buang AL nya, sehingga al-waladu, buang al, menjadi
waladun.
‫ – ولد في البيت‬waladun fii al-bayti
Secara umum sih iya. Anda betul sekali. Hanya saja, dalam bahasa Arab,
adalah janggal (jarang dipakai, atau agak aneh), jika mubtada itu bukan
kata benda yang tidak definitive (sudah diketahui).
Dalam bahasa Arab ada dua istilah: ma’rifah dan nakiroh.
‫ – ولد‬waladun : A Boy (seorang anak laki-laki) ini disebut nakiroh (umum,
belum spesifik)
‫ – الولد‬al-waladu: The Boy (anak laki-laki itu), ini disebut ma’rifah (jelas
anak laki-laki mana yang dimaksud)
Nah kembali ke kalimat diatas:
‫ – ولد في البيت‬waladun fii al-bayti
208
Mubtada: waladun (nakiroh)
Khobar: fii al-bayti
Kalimat diatas jarang ditemukan, atau janggal. Lalu biar gak janggal
gimana dong Mas? Nah orang Arab ada solusinya. Gimana tuh?
Solusinya, Khobarnya dikedepankan (muqoddam). Sehingga kalimatnya
menjadi:
‫ – في البيت ولد‬fii al-bayti waladun : A boy is in the house, atau bisa juga In
the house, (there) is a boy.
Nah terlihat bahwa kadang khobar mengawali kalimat.
Dalam Al-Quran kita sering menemukan khobar muqoddam ini.
Contohnya sudah pernah dibahas dulu dalam Surat Al-Baqoroh ayat 10.
‫ – في قلوبهم مرض‬fii quluubihim maradhun : dalam hati mereka ada
penyakit. Atau lebih tepat sebenarnya: Penyakit (ada) dalam hati
mereka. Tapi masalahnya karena penyakit itu bersifat general (umum)
artinya bisa penyakit apa saja, maka tidak dipakai al-maradhu, tetapi
maradhun.
Kalau penyakitnya itu jelas apa jenisnya, maka dipakai al-maradhu. Jika
al-maradhu, maka kalimatnya (umumnya) mengikuti pola yang umum
yaitu:
‫ – المرض في قلوبهم‬al-maradhu fii quluubihim.
Perhatikan mubtada adalah maradhu (penyakit) sedangkan khobar
adalah fii quluubihim (dalam hati mereka).
Dan perhatikan, karena mubtada’nya nakiroh (maradhu), sehingga tidak
bisa diawal kalimat, yang akibatnya mubtada “mengalah” menjadi di209
akhir kalimat. Jadilah dia menjadi: ‫ – في قلوبهم مرض‬fii quluubihim
maradhun : dalam hati mereka ada penyakit, atau Penyakit (ada) dalam
hati mereka.
Allahu a’lam bish-showwab.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/17/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-60-khobarmuqoddam.html
210
Topik 61: Latihan Surat Al-‘Ashr ayat 2 dan 3
Bismillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Setelah beberapa hari ini off,
maka Insya Allah kita lanjutkan lagi pelajaran kita, dengan melanjutkan
latihan surat Al-Ashr. Kita sudah pajang lebar membicarakan kaana,
inna, anna, dan terakhir masalah mubtada dan khobar. Apa lagi yang
kita akan pelajari? Sebenarnya masalah mubtada dan khobar masih ada
kelanjutannya, tetapi kita pending dulu ya… Bosen juga kan, mending
kita masuk ke latihan dulu…
Oke baiklah. Kita tuliskan ayat 2 surat Al-‘Ashr:
‫إن اإلنسان لفي خسر‬
Kita sudah membahas Inna yang artinya : sesungguhnya.
Al-Insaana = insan (manusia)
La = sungguh
Fii = dalam
Khusrin = kerugian
Kalimat diatas bisa kita ringkas kan, dengan membuang Inna, dan lam
taukid (lam penguat), menjadi:
‫ اإلنسان في خسر‬- al-insaanu fii khusrin : manusia itu dalam kerugian
Mubtadanya al-insaanu dan khobarnya fii khusrin. Hanya kalimat diatas
kurang ada penekanannya, maka dimasukkanlah Inna dan La. Ingat
bahwa dengan memasukkan Inna, maka mubtada al-insaanu berubah
menjadi al-insaana.
211
Oke, itu tadi mengenai ayat 2. Sekarang kita masuk ke ayat 3 penggalan
pertama.
‫ – إال الذين آمنوا وعملوا الصالحات‬illa alladziina aamanu wa ‘amilu ashshoolihaat
Illa = kecuali
Alladziina = orang-orang yang
Aamanuu = (orang-orang yang) beriman
Wa = dan
‘aamilu = orang-orang yang beramal
Ash-shoolihaat = yang sholeh
Disini banyak sekali pelajaran yang akan kita petik. Insya Allah. Apa
saja?
Yang bisa kita pelajari adalah secara ringkas sbb:
1. Bila ada kata Inna .... Illa ..., maka pemberian Inna itu mendukung
adanya pengecualian (dengan Illa).
2. Kita pelajari isim mashul, yaitu alladziina. Apa kedudukan dan
fungsinya.
3. Kita akan sebutkan lagi ciri-ciri fiil madhy (KKL) untuk pelaku orang
ketiga jamak, yaitu adanya waw alif
4. Kita akan pelajari bentuk jamak muannats salim (jamak perempuan
beraturan).
212
Wuih banyak juga ya. Padahal ini hanya penggalan pertama ayat 3 lho...
Insya Allah kita akan tuntaskan pembahasannya dalam topik ini.
Oke, kita lihat yang pertama. Jika kita membaca ayat Al-Quran ada kata
Inna .... Illa ... maka ayat tersebut menekankan bahwa sesuatu itu
sungguh (inna) akan terjadi demikian, kecuali (illa) suatu kondisi.
”Sesungguhnya manusia itu sungguh dalam kerugian”, kecuali (kondisi).
Biasanya ayat ayat Al-Quran menggunakan illa dalam kondisi seperti ini:
Inna (kata benda + keterangan) Illa (kondisi)
Laa (kata benda + maujuudun) Illa (kondisi)
Laa (KKS) Illa (kondisi)
Maa (KKL) Illa (kondisi)
Contoh:
Inna Illa
َ‫عدو لي إ َّال َربَّ ْالعَالَمين‬
َ ‫فَإنَّه ْم‬
karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku,
kecuali Tuhan Semesta Alam (Asy-syuara : 77)
Laa Illa
‫ – ال أستاذ إال عمر‬laa ustaadza illa Umaar (tidak ada Ustadz (yang hadir)
kecuali Umar)
Laa Illa
َ ‫سه إ َّال ْالم‬
َ‫ط َّهرون‬
ُّ ‫َّال َي َم‬
213
Tidak ada yang menyentuhnya, kecuali orang yang disucikan (AlWaqiah:79)
Maa Illa
َ‫ضلَّنَا إ َّال ْالم ْجرمون‬
َ َ ‫َو َما أ‬
Dan tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa
(Asy-syu’ara:99)
Oke saya rasa kita sudah cukup melihat contoh-contoh pemakaian Illa.
Sekarang kita masuk ke topik berikutnya yaitu tentang isim maushul
(kata penghubung).
ISIM MAUSHUL
Dalam bahasa Indonesia kata penghubung ini disebut kata sambung,
dalam bahasa Arab contohnya ‫ الذي‬-alladzi dan ‫ – الذين‬alladziina.
Terjemahan yang pas untuk kedua ini adalah: "yang" untuk alladzi dan
"orang-orang yang" untuk alladziina. Bentuk lainnya banyak ada
alladzaani (untuk 2 orang, atau 2 hal), allati (untuk yang – perempuan)
dst.
Tapi yang banyak adalah alladzii dan alladziina.
Contohnya:
‫ – أنت مجتهد‬anta mujtahidun : Anda orang yang ulet
‫ – أنت تدرس دائما‬anta tadrusu daaiman: Anda senantiasa belajar
Jika digabung:
Anda yang senantiasa belajar adalah orang yang ulet.
‫ – أنت الذي يدرس دائما مجتهد‬anta alladzii yadrusu daaiman mujtahidun
214
Perhatikan bahwa kalimat pertama dan kalimat kedua jika digabung
maka perlu isim maushul. Dalam bahasa Inggris, isim maushul ini sering
kali adalah: that, which, who, dsb.
You are diligent.
You always study.
Digabung:
You who always study are diligent.
Shilah
Apa itu shilah? Shilah yaitu kata atau kalimat setelah isim maushul,
yang jenisnya harus sama dengan jenis isim maushulnya. Contohnya:
Jika kita pakai alladzii, maka ini merujuk kepada orang ke-3 tunggal,
maka shilahnya juga orang ke-3 tunggal. Lihat bedanya:
‫ – تدرس‬tadrusu: belajar (orang kedua tunggal)
‫ – يدرس‬yadrusu: belajar (orang ketiga tunggal)
Pada kalimat awal: kita pakai tadrusu. Tetapi tadrusu berubah menjadi
yadrusu, karena dia terletak setelah alladzii. Yadrusu adalah shilah bagi
alladzi.
Perhatikan lagi kalimat setelah digabung:
‫ – أنت الذي يدرس دائما مجتهد‬anta alladzii yadrusu daaiman mujtahidun :
Anda yang senantiasa belajar adalah orang yang ulet.
Perhatikan dalam kalimat (yang panjang) diatas, mubtada nya anta, dan
khobarnya adalah mujtahidun. Sedangkan alladzii yadrusu daaiman
adalah pelengkap. Jadi terkadang kalimat yang panjang dalam bahasa
215
Arab itu bisa kita "peras" menjadi hanya mubtada + khobar, sisanya
adalah pelengkap kalimat saja. Mengetahui mubtada dan khobar ini
akan membantu kita dalam menerjemahkan bahasa Arab al-Quran.
Insya Allah akan kita lanjutkan dengan pembahasan mengulagi fiil
madhy dan bentuk jamak muannats salim.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/26/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-latihan-surat-al-ashrayat-2-dan.html
216
Topik 62: Lanjutan Latihan Surat Al-‘Ashr ayat 3
Bismillahirrahmanirrahim
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita telah membahas separoh
dari ayat 3 surat Al-Ashr. Kita ulangi lagi ya.
‫ – إال الذين آمنوا وعملوا الصالحات‬illa alladziina aamanu wa ‘amilu ashshoolihaat
Illa = kecuali
Alladziina = orang-orang yang
Aamanuu = (orang-orang yang) beriman
Wa = dan
‘aamilu = orang-orang yang beramal
Ash-shoolihaat = yang sholeh
Yang bisa kita pelajari adalah secara ringkas sbb:
1. Bila ada kata Inna .... Illa ..., maka pemberian Inna itu mendukung
adanya pengecualian (dengan Illa).
2. Kita pelajari isim mashul, yaitu alladziina. Apa kedudukan dan
fungsinya.
3. Kita akan sebutkan lagi ciri-ciri fiil madhy (KKL) untuk pelaku orang
ketiga jamak, yaitu adanya waw alif
4. Kita akan pelajari bentuk jamak muannats salim (jamak perempuan
beraturan).
217
Pembahasan 1 dan 2 sudah kita selesaikan pada topik 61. Pada topik ini
kita akan bahas mengenai pembahasan 3 dan 4. Insya Allah.
Oke baiklah, kita mulai.
Ambil kata ‫( = آمنوا وعملوا‬mereka) (telah) beriman dan (mereka) (telah)
beramal. Kenapa saya tambahkan (mereka) dan (telah)? Karena kata
tersebut menunjukkan pelakunya orang ke 3 jamak (mereka) dan kata
kerjanya kata kerja lampau KKL. Sehingga paling pas ditambahkan
"telah".
Kita ulang-ulang lagi mengenai jenis-jenis fi’il (verb) atau kata kerja.
Dalam bahasa Arab fi’il hanya dibagi dua:
1. KKL (Kata Kerja Lampau) Fi’il Madhy
2. KKS (Kata Kerja Sedang) Fi’il Mudhori’
Kita ambil contoh yang sering kita pakai: to write (menulis) : ‫ كتب – يكتب‬:
kataba – yaktubu
Kata KATABA-YAKTUBU itulah entri pertama yang kita lihat dalam
kamus. Oh ya, bagi yang belum pernah melihat kamus bahasa Arab,
dijamin akan bingung pada awalnya untuk mencari kata dalam kamus
tsb. Perlu pembiasaan, dan keterampilan untuk mencari akar kata. Oh
ya, akar kata dalam tulisan disini sering disebut juga KKL. Seperti to
write (menulis) KKL nya adakah kataba ‫ كتب‬, maka kita cari di KAF ‫ ك‬.
Hampir semua (atau sebagian besar) kata dalam bahasa arab,
khususnya kata kerja dan kata benda terdiri dari akar kata (KKL) tiga
huruf. Seperti to write (menulis), KKL nya ‫ – كتب‬kataba, dan KKS nya ‫يكتب‬
– yaktubu.
218
Oh iya ingat-ingat kembali bahwa kata kerja itu dalam bahasa Arab,
aslinya kebanyakan berbentuk 3 huruf. Sedangkan dari kata kerja asli
itu bisa kita bentuk KKT – Kata Kerja Turunan. Ada 8 jenis bentuk kata
kerja turunan. Sehingga secara pola kata ‫ كتب‬- kataba itu bisa kita
bentuk menjadi 8 bentuk kata kerja baru, yang kita sebut KKT-1, KKT-2,
dst, sampai KKT-8.
Balik lagi ke fungsi kamus, dan cara membaca kamus bahasa Arab. Di
kamus bahasa Arab, kata-kata disusun berdasarkan entri KKL dari Kata
Kerja Asli. Contoh: kalau kita menemukan kata ‫ – قاتل‬qoo ta la, maka
bagaimana cara mencari di Kamus?
Atau kalau kita menemukan kata ‫ – ينزل‬yunzilu, nah bagaimana cara
mencari arti kata itu di Kamus?
Ini perlu latihan. Sekali lagi latihan. Apa? Latihan. Hehe... Ya, practice
makes perfect, kan. Oke kalau kita lihat lagi contoh soal:
Kata ‫– قاتل‬qootala, maka kita tahu bahwa ini adalah bentuk dari KKT-2
(artinya bukan Kata Kerja Asli, tapi KK Turunan). Lho-lho ntar dulu, kok
Mas tahu ini KKT-2. Hmm ini sudah dijelaskan dulu rasanya. Tapi
baiklah, mengulang-ulang pelajaran itu membuat lebih ingat. KKT-2 itu
ada tambahan alif setelah huruf pertama dari KKL nya.
Kalau ‫ – قاتل‬qootala, adalah KKT-2, dan katanya KKT-2 itu ada tambahan
alif, berarti alif dalam qootala itu adalah tambahan. Kalau saya buang
maka dia berubah jadi KK Asli. Benar gak? Benar! Anda tepat sekali.
Dengan kata lain kata ‫ – قاتل‬harus dicari di entri ‫ – قتل‬qotala. Kalau
ketemu, telusuri kata-kata dibawahnya, niscaya dikamus Anda akan
bertemu entri ‫ – قاتل‬qootala, nah lihat deh tuh artinya apa. Kurang lebih
di kamus urutannya spt ini:
219
‫ – قتل‬qotala : membunuh
dibawah entri qotala itu akan ditemukan:
‫ – قاتل‬qootala: berperang
Oke untuk anzala, lihat lagi topik2x yang lalu, sudah panjang lebar
dibahas.Tapi saya ringkas saja, kalau mencari anzala ‫ أنزل‬jangan cari di
ALIF ‫أ‬, tapi carilah di huruf ‫ن‬. Kenapa, karena alif itu huruf tambahan
bagi KKT-1. Sama juga dengan mencari yunzilu ‫ ينزل‬- jangan cari di ‫ ي‬,
karena ya itu tambahan bagi fi'il mudhori' (ingat tambahan YA ANITA di
fi'il mudhori'). Ah... belum ngerti... oke... baca lagi dari topik 1 ya...
pelan-pelan...
Kembali ke laptop… Kita kembali ke ayat :
‫ آمنوا وعملوا‬- aamanuu ‘amiluu
Ini adalah ciri-ciri KKL yang akan sering kita temukan di dalam Al-Quran.
Apa itu yaitu adanya waw alif. ‫ وا‬.
Eit bentar dulu. Huruf Waw Alif itu, tidak hanya mengindikasikan KKL
lho... Setidaknya jika ketemu Waw Alif, maka itu hampir pasti Kata
Kerja, dan bisa menjadi salah satu dari hal-hal berikut ini, yaitu dia:
1. KKL untuk orang ke 3 atau 2 jamak, atau
2. KKS untuk orang ke 3 atau 2 jamak yang kena huruf amil jazm
3. KK Perintah (fi’il amr) untuk orang ke 2 jamak
4. KKS untuk orang ke 3 atau 2 jamak dalam kalimat syarat jawab
Oke banyak buaaanget sih... puzinggg... Tenang-tenang... yang paling
banyak itu adalah no.1. Jadi kalau ketemu kata yang akhirnya adalah
220
waw alif, maka kita bisa duga dia adalah KKL untuk orang ketiga jamak.
Contoh surat Al-'Ashr ayat 3 ini.
Contoh Kasus no. 2:
‫ فليعبدوا رب هذا البيت‬- falya'buduu rabba hadzaa al-bayti (QS. 106:3)
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini
(Ka'bah).
Perhatikan kata falya'budu itu asalnya sbb:
‫ يعبدون‬- ya'buduuna = mereka menyembah (KKS)
Karena kemasukan amil jazm (huruf yang menjazmkan) yaitu ‫ ل‬- li :
hendaklah, maka kata itu berubah menjadi
‫ يعبدوا‬+ ‫ل‬
atau menjadi ‫ ليعبدوا‬- liya'buduu = hendaklah mereka menyembah. Oh
ya huruf LI (=hendaklah) ini dalam bahasa Arab disebut Harf LI AMR
(huruf Li perintah, untuk orang 3 tunggal atau jamak).
So,lihat lagi contoh 1, 2 diatas, perhatikan lagi kata yang ada waw alif
(‫ ) وا‬di-akhir kata, maka dapat dipastikan itu adalah kata kerja kata kerja
yang jika diterjemahkan mereka .... Tinggal dilihat jika depannya ada YA
ANITA maka dia KKS. Tapi jika tidak ada YA ANITA seperti ‫آمنوا وعملوا‬
(aamanuu atau 'amiluu), maka kata itu adalah KKL (Kata Kerja Lampau),
sehingga kalau mau nerjemahin letterlej: mereka (telah) beriman,
mereka (telah) beramal.
Contoh Kasus no. 3:
‫ اعيدلوا هو أكرب للتقوى‬- i'diluu huwa aqrabu littaqwaa (QS 5:8)
221
Berbuat adillah kalian, karena dia lebih dekat kepada taqwa.
Perhatikan pada kata i'diluu, ada waw alif disitu, menandakan dia kata
kerja untuk orang ke 2 / ke 3 jamak. Dan lihat ada tambahan Alif Amr
sebelum ain, menandakan ini Kata Kerja Perintah, untuk orang ke 2
(Ingat Alif Amr itu merujuk kepada perintah bagi orang ke 2, sedangkan
LI AMR merujuk kepada orang ke 3 - lihat kasus no. 2).
Contoh Kasus no. 4:
‫ فأينما تولوا فثم وجه هللا‬- fa ainamaa tuwalluu fa tsamma wajhu allahi (QS
1:115)
Maka kemanapun kamu memalingkan mukamu, maka disana (ada)
wajah Allah.
Perhatikan disini, ada kalimat syarat: kemanapun kamu memalingkan
mukamu, dan ada kalimat jawab: maka disana (ada) wajah Allah.
Perhatikan bahwa asal katanya sbb:
‫ تولون‬- tuwalluuna : kalian memalingkan, karena dalam posisi kalimat
syarat, maka dia berubah menjadi: ‫ تولوا‬- tuwalluu
Atau contoh lain:
‫أجلس‬
‫ إن يجلسوا‬- in yajlisuu ajlis : jika mereka duduk, (maka) aku(pun)
ْ
duduk.
Asal kalimatnya begini:
‫ يجلسون أجلس‬- yajlisuuna ajlisuu : mereka duduk, saya duduk.
Kalau kita hendak mengatakan: jika mereka duduk, saya(pun) duduk,
maka kedua Kata Kerja tersebut harus di Jazm-kan.
222
Perhatikan asalnya adalah ‫ يجلسون‬- yajlisuuna = mereka duduk, karena
menjadi bagian dari kalimat syarat (jika mereka duduk), maka
yajlisuuna, berubah menjadi ‫ يجلسوا‬- yajlisuu (ada waw alif nya). Dan
kalimat jawabnya adalah ‫أجلس‬
- ajlis (maka sayapun duduk). Lihat kata
ْ
ini JAZM, maka huruf terakhir harokatnya mati, sehingga dibaca ajlis
(tidak boleh ajlisu).
Demikianlah sudah kita bahas dengan panjang lebar, apa faedah
melihat adanya ‫ وا‬dalam di sebuah akhir kata. Dimana adanya waw nun
ini, kita jadi tahu, itu adalah Kata Kerja untuk pelaku jamak (orang ke 3
atau orang ke 2). Sedangkan apakah dia KKL atau tidak tinggal dilihat,
apakah ada tambahan-tambahan YA ANITA didepannya. Nah, yang
terjadi disurat Al-'Ashr ayat 3 ini, ayat yang sedang kita latih, adalah
kasus waw alif sebagai ciri dari Kata Kerja Lampau (KKL) / fi'il madhy,
untuk orang ke 3 jamak (mereka).
Perubahan dari waw nun ‫ ون‬ke waw alif ‫ وا‬pada KKS, secara ringkas
disebabkan 2 hal:
1. Kemasukan amil (huruf yang bertugas) menashobkan fi'il mudhory,
seperti ‫ أن‬- an, ‫ حتى‬- hatta , dll
2. Kemasukan amil (huruf yang bertugas) menjazmkan fi'il mudhory,
seperti ‫ لم‬- lam, ‫ ل‬- li (amr), ‫ ال‬- laa (laa nahi), dll
Selain dari hal itu, maka ‫ وا‬itu ada karena memang bagian dari KKL
(bukan karena KKS yang kemasukan amil nashob atau amil jazm.
Bingung gak ya? Semoga gak ya... Next time saya akan usahakan deh
mbahas yang mudah-mudah dulu...
223
Insya Allah topik selanjutnya kita akan bahas Jamak Muannats Salim
(Jamak Perempuan Beraturan).
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/05/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-61-lanjutan-latihansurat-al-ashr.html
224
Topik 63: Jamak Muannats Salim
Bismillahirrahmanirrahim
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Pada topik ini kita akan bahas
mengenai Jamak Muannats Salim. Apa itu?
Sebagaimana diketahui jenis kata benda dalam bahasa Arab ada 2,
yaitu:
1. Mudzakkar (pria)
2. Muannats (wanita)
Pembagian tersebut berdasarkan sima’i (apa yang didengar) dari
perkataan orang Arab. Contoh kata benda yang berjenis Mudzakkar:
‫ – البيت‬al-baytu : rumah
‫ – الولد‬al-waladu : anak laki-laki
‫ – الرجال‬ar-rijaalu : laki-laki dewasa
‫ – الباب‬al-baabu : pintu
‫ – الكتاب‬al-kitaabu : buku
‫ – القلم‬al-qolamu : pena
‫ – الفتى‬al-fataa : pemuda
Semua kata benda diatas adalah kata benda berjenis mudzakkar. Dan
semuanya adalah kata benda tunggal.
Bagaimana bentuk dual (dua buah/dua orang)? Oh ya, bentuk dual ini,
saya baru tahu loh, ada. Karena selama ini hanya kenal bahasa Inggris
dan Indonesia saja, saya kaget juga begitu tahu, ooo... ternyata di
225
bahasa Arab ada bentuk dual. Dan bentuk dual ini, alhamdulillah, bukan
sima’i (alias ada rumusnya). Rumusnya sederhana, tambahkan alif dan
nun ( ‫) ان‬. Sehingga kalau diterapkan di contoh-contoh diatas:
‫ – البيت‬al-baytu : satu rumah, menjadi ‫ – البيتان‬al-baytaan : dua rumah
‫ – الولد‬al-waladu: satu anak laki-laki, menjadi ‫ – الولدان‬al-waladaan : dua
anak laki-laki
‫ – البنت‬al-bintu : satu anak perempuan, menjadi ‫ – البنتان‬al-bintaan : dua
anak perempuan (eh ngomong2x pulau bintan itu, apa ngambil dari
bahasa Arab ya?)
Dan seterusnya. Nah bagaimana, bentuk 3 buah atau 3 orang atau
lebih. Ini disebut jamak. Nah kata-kata diatas, bentuk jamaknya,
susaaaaaah…. Harus diahafalin… wekk… Orang udah umuran kayak saya
ini paling sukar ngafal hik hik… So, singkat kata, jamak mudzakkar itu
ada 2 macam. Ada yang teratur (ada rumusnya), ada yang tidak teratur
(tidak ada rumusnya, alias harus dihafal jek!!!)
Nah yang beraturan itu disebut: Jamak Salim. Sedangkan yang tidak
beraturan disebut Jamak Taksir.
Contoh kata-kata diatas:
‫ – البيت‬al-baytu : satu rumah. Banyak rumah? ‫ – البيوت‬al-buyuut : banyak
rumah. (Ngomong-ngomong dibahasa kita bapaknya kakek disebut
buyut, kan?)
Gimana aturannya dari baytu menjadi buyuut? Gak ada. Alias harus
dihafal. Jadi singkat cerita, kalau bicara Jamak Mudzakkar, itu lebih
kompleks fren... Kudu musti minum gingobiloba (obat vitamin otak red)... hehehe... Sangking rada kompleks biasanya buku bahasa Arab,
226
misahin dalam satu atau dua bab sendiri, untuk mbahas jamak
mudzakkar ini.
Leh leh leh... BTW, kita kan harusnya ngomogin Jamak Muannats Salim
(Jamak Perempuan Beraturan) ya...? Eh iya...ya... Kan kita lagi bahas
surat Al-Ashr ayat 3...Oke oke... Kembali ke jalan yang benar...
Ingat lagi ayat 3 Surat Al-‘Ashr:
‫ – وعملوا الصالحات‬wa ‘amiluu ash-shoolihaati
Nah kita sudah bahas kan, masalah waw alif pada kata ‘aamiluu.
Sekarang kita bahas kata ‫ – الصالحات‬ash-shoolihaat: yang sholeh-sholeh.
Ini adalah kata jadian dari kata kerja ‫ – صلح‬sholiha : sholeh (kata kerja).
Lalu isim fai’il (kata kerja pelaku) dari kata sholih tersebut adalah: ‫ صالح‬shoolihun: yang artinya yang sholih. Kata ini sebenarnya adalah kata
shifat, yang setara dengan isim fa’il.
Oke, kita kembali:
‫ الصالح‬- ash-shoolih: yang sholeh (tunggal)
‫ الصالحان‬- ash-shoolihaan: dua yang sholeh
‫ – الصالحون‬ash-shoolihuun : yang sholeh-sholeh – Jamak Mudzakkar
Salim
Sekarang kalau kata ‫ – الصالح‬ash-shoolih jika berbentuk Muannats,
maka perubahannya sbb:
‫ الصالحة‬- ash-shoolihah: yang sholeh (tunggal)
‫ الصالحتان‬- ash-shoolihataan: dua yang sholeh
‫ – الصالحات‬ash-shoolihaat : yang sholeh-sholeh – Jamak Muannats Salim
227
Lihat bahwa membentuk Jamak Muannats Salim, sangat sederhana
rumusnya. Apa itu? Huruf ta marbuthoh nya ( ‫ )ـة‬diganti menjadi ‫ ات‬.
Contohnya:
‫ – مسلمة‬muslimatun (bisa juga dibaca muslimah): 1 orang wanita muslim
‫ – مسلمات‬muslimaatun (bisa juga dibaca muslimaat): banyak wanita
muslim
‫ – الكرة‬al-kurah : 1 buah bola
‫ – الكرات‬al-kuraat : banyak bola
‫ – مسرورة‬masruuratun : 1 wanita bahagia
‫ – مسرورات‬masruuraatun : banyak wanita bahagia
‫ – شيارة‬sayyarah : 1 buah mobil
‫ – شيارات‬sayyaraat : banyak mobil
Dan banyak lagi kata-kata jamak muannats salim yang bisa dibuat.
Intinya kalau bertemu dengan satu kata yang diakhiri dengan tamarbuthah ‫ة‬atau ‫ ـة‬maka dapat diduga itu adalah kata benda untuk
muannats (wanita) tunggal. Jika ingin membentuk kata jamaknya maka
tinggal diubah menjadi ‫ ات‬.
Dalam kalimat kita bisa buat sbb:
This is a car: ‫ – هذه شيارة‬hadzihi syayyaarah : ini sebuah mobil
These are two cars: ‫ – هاتان شيارتان‬haataani syayyaarataan : ini dua buah
mobil
These are cars : ‫ – هآأْلء شيارات‬haaulaa-i syayyaaraat : ini banyak mobil
228
Lihat bahwa kata benda penunjuk (isim isyaroh) mengikuti bentuk kata
bendanya.
Jika kalimatnya kita buat panjang, artinya kata benda tersebut kita
tambahkan lagi shifat, maka contohnya sebagai berikut.
This is the new ball: ‫ – هذه الكرة الجديدة‬hadzihi al-kuratu al-jadiidatu : ini
sebuah bola baru.
Lihat juga bahwa shifat (‫ – الجديد‬al-jadiid) juga mengikuti kata yang dia
shifati. Karena kata al-kuratu (bisa dibaca al-kurah) adalah muannats,
maka kata shifat nya juga harus muannats. Muannatst nya ‫ – الجديد‬aljadiid, adalah ‫ – الجديدة‬al-jadiidah (atau al-jadiidatu). Lebih lanjut untuk
dual dan jamaknya, sbb:
These are the two new balls: ‫ – هاتان اكرتان الجديدتان‬haataani al-kurataan
al-jadiidataan: ini dua buah bola baru.
These are the new balls: ‫ – هآأْلء الكرات الجديدات‬haaulaa-i al-kuraat aljadiidaat : ini bola-bola baru.
Kembali ke topik kita tentang surat Al-Ashr ayat 3:
‫ – وعملوا الصالحات‬wa ‘amiluu ash-shoolihaati : dan mereka mengerjakan
(amalan) yang sholeh-sholeh.
Kita sebutkan ciri-ciri jamak muannats salim yaitu adanya huruf ‫ ات‬pada
akhir kata benda tersebut.
Demikianlah telah kita bahas ayat 3 ini, dan kita segera masuk ke
penggalan ke dua ayat ini yaitu ‫ – وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر‬wa
tawaashaw bil-haqqi wa tawaashaw bish-shobri. Insya Allah.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/08/2007
229
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-63-jamak-muannatssalim.html
230
Topik 64: KKT-4
Bismillahirrahmanirrahim
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan segera mengakhiri
latihan surat Al-‘Ashr ini. Sengaja surat ini saya pilih, karena banyak
pelajaran bahasa Arab yang kita bisa dapatkan. Oke sebelum masuk ke
penggalan terakhir ayat 3 surat Al-‘Ashr, kita ingat-ingat lagi apa saja
yang kita sudah pelajari dalam surat Al-‘Ashr ini.
Oke, kita sudah bahas, ciri-ciri waw dalam kedudukan sumpah (waw
qosam). Wal ‘ashri. Demi masa. Demi disitu adalah waw dalam
kedudukan sumpah.
Kemudian kita membahas panjang lebar penggunaan Inna, dan
saudara-saudara Inna. Dimana kita bahas bahwa Inna itu menashobkan
mubtada, dan merofa’kan khobar. Innal insaana (insan, dalam harokat
nashob / fathah). Karena Inna ini belawanan secara tugas/fungsi
dengan Kaana, maka kita bahas juga mengenai fungsi dan peranan
Kaana.
Kemudian kita bahas juga mengenai Illa, dan macam-macam
kemungkinan pemakaian kata Illa. Terakhir kita bahas mengenai ciri
kata kerja lampau (KKL) untuk jamak yaitu dengan adanya huruf waw
alif. Dan kita bahas juga mengenai kata shoolihaat, yaitu mengenai
aturan Jamak Muannats Salim.
Sampailah kita pada penggalan terakhir surat Al-‘Ashr ini.
‫ – وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر‬wa tawaashau bi al-haqqi wa tawaashau bi
ash-shobri : dan mereka saling bernasehat dengan kebenaran (haq) dan
mereka saling bernasehat dengan kesabaran
231
Apa yang kita akan pelajari? Disini kita akan membahas mengenai KKT4. Hmmm... sound interesting... Ya, kita akan bahas KKT-4. Ingat kita
sudah bahas KKT-1 dan KKT-2, serta KKT-8 (lihat lagi topik-topik
terdahulu). Oke... kita singgung sedikiiiiit saja mengenai KKT-1 dan 2.
KKT-1 contohnya ‫ – أنزل‬anzala : menurunkan, atau ‫ – أكتب‬aktaba:
menuliskan, dll. Ciri KKT-1 yaitu ada tambahan alif dari KK Asli (3 huruf).
Sedangkan KKT-2, adalah KK Asli yang huruf ke duanya di tasydid.
Contohnya: ‫ – نزل‬nazzala : menurunkan, atau ‫ – كتب‬kattaba :
menuliskan. Atau ‫‘ – علم‬allama : mengajarkan, dll.
Sedangkan contoh KKT-8 adalah ‫ – استغفر‬istaghfara : minta ampun. Ciricirinya, ada tambahan alif sin ta.
Bagaimana dengan KKT-4? Eh, ntar dulu, kok KKT-3 nya gak kita
pelajari? Hmm... Pada saatnya nanti kita akan singgung ya (revisi: KKT-3
sudah kita singgung pada contoh qotala: membunuh, dan qootala (ada
tambahan alif): berperang). Sekarang kita bahas saja KKT-4... Oke?
KATA KERJA TURUNAN ke 4 (KKT-4)
Misalkan begini. Saya buat kalimat:
Umar bertanya: ‫ – سئل عمر‬sa-a-la Umar
Zaid bertanya: ‫ – سئل زيد‬sa-a-la Zaid
Laili bertanya: ‫ – سئلت ليلي‬sa-a-lat Laili
Nah kalau kita bayangkan mereka bertanya ke ustadnya, kita bisa
mengatakan:
‫ – هم سئلوا‬hum sa-a-luu : mereka bertanya.
232
Nah, kalau mereka itu saling bertanya kepada satu sama lain, maka kita
mengatakan:
‫ – هم تسائلوا‬hum tasaa-a-luu : mereka saling bertanya.
Kata ‫ – تسائلوا‬tasaa-a-luu, adalah KKL KKT-4, sedangkan bentuk KKS KKT4 nya adalah
‫ – هم يتسائلون‬hum yatasaa-a-luun: mereka saling bertanya.
Nah, kira-kira kebayangkan apa itu KKT-4.
Kita kasih contoh lain ya, KKT-4 itu dalam surat An-Naba’ ayat 1.
‫‘ – عم يتسائلون‬amma yatasaa-a-luun : tentang apa mereka saling
bertanya.
Perhatikan kata ‫عم‬
َ – ‘amma, asalnya adalah:
‫ = عن‬tentang
‫ = ما‬apa
Jika digabung, alif pada maa hilang sehingga menjadi ‫‘ – عم‬amma. Nah
‫ – يتسائلون‬yatasaa-a-luun :mereka saling bertanya, adalah KKT-4 dari ‫سئل‬
sa-a-la.
Apa esensinya? Perhatikan bahwa KKT-4 ini dipakai untuk menjelaskan
suatu kata kerja yang dilakukan oleh beberapa orang dalam makna
saling (saling berinteraksi).
Contoh di surat Al-‘Ashr ini juga begitu. Lihat kembali:
‫وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر‬
233
Kata ‫ – تواصوا‬tawaashaw, diatas adalah KKL KKT-4 dari kata ‫– وصى‬
washaa : dia menasehati, atau ‫ – وصوا‬washaw : mereka menasehati.
Nah kalau “mereka saling menasehati”, kita tambahkan awalan ‫ ت‬dan
sisipan ‫ ا‬, sehingga menjadi ‫ – تواصوا‬tawaashaw.
Contoh lain dari KKT-4 ini ada di surat Al-Muthaffifin (83) ayat 30
‫مروا بهم يتغامزون‬
َ ‫ – وإذا‬wa idzaa marruu bihim yataghaamazuun : Dan
apabila (orang-orang yang beriman) lewat di hadapan mereka, mereka
saling mengedipkan matanya.
Lihat disitu kata ‫ – يتغامزون‬yataghaamazuun, adalah KKS KKT-4,
sedangkan KKL KKT-4 nya ‫ – تغامزوا‬taghaamazuu. Ada tambahan ta
diawal dan sisipan alif setelah gho. Yang artinya saling mengedipkan
mata. Sedangkan kalau tambahan ta dan alif itu dibuang, maka artinya
“mengedipkan mata” (tidak “saling mengedipkan mata”).
Demikianlah telah kita tuntaskan pembahasan surat Al-‘Ashr ini. Insya
Allah kita akan lanjutkan dengan topik-topik lainnya.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/09/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-64-kkt-4.html
234
Topik 65: An si Jembatan
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Karena ada sedikit waktu luang,
ْ - an. Saya kasih judul An si
saya coba sisipkan satu materi mengenai ‫أن‬
Jembatan. Hehe...
Kenapa disebut Jembatan?
Nah gini... Itu istilah saya saja ya... gak akan ditemukan di buku-buku
bahasa Arab lho...
Fungsi AN.
An itu berfungsi layaknya jembatan pada 2 kata kerja. Jadi ceritanya,
biasanya kalau kata kerja sesudahnya membutuhkan kata benda.
Misalkan:
Saya suka sama pakaian Anda - I love your dress
‫ أحب لباسك‬- uhibbu libaasaka
Nah perhatikan polanya:
Uhibbu: adalah kata kerja (fi'il mudhori' - KKS). Setelahnya adalah
Libaasaka (isim - kata benda)
Nah gimana kalau saya berkata begini:
Saya suka kamu pakai baju ini - I love (that) you wear this dress
‫ أحب أن تلبس هذا اللباس‬- uhibbu an talbasa hadza al-libaas
235
Perhatikan. Mestinya talbasu (You Wear), tapi berobah menjadi
talbasa, karena kemasukan An (kita akan perdalam mengenai masalah
ini di topik 66, Insya Allah).
Ada 2 kata kerja. Padahal setelah kata Uhibbu (I Love), maka kata ini
mengharapkan Isim (Kata Benda). Jadi mestinya begini:
‫ أحب تلبس هذا اللباس‬- uhibbu talbasu hadza al-libaas
Perhatikan bahwa, dua kata kerja yang berdekatan, ini janggal (bisa
dikatakan menyalahi aturan). Ada 2 kata kerja yaitu uhibbu (I love), dan
talbasu (You wear), yang berdekatan. Ini gak boleh fren... So, solusinya
gimana?
ْ diantara ke dua kata kerja tersebut.
Ini dia solusinya: Kasih saja AN ‫أن‬
Sehingga kalimatnya menjadi:
‫ أحب أن تلبس هذا اللباس‬- uhibbu an talbasa hadza al-libaas
Gitu mak cik...
Contoh-contoh di Qur'an cukup banyak. Ambil saja akhir surat Yasin
(yang Insya Allah, Bapak2x kita banyak yang hafal surat Yasin ini).
ْ ‫ إنما أمره إذا أراد شيئا‬- innamaa amruhu idzaa araada syai‫أن يقو َل له كن فيكون‬
an an yaquula lahu kun fayakun - Sesungguhnya kedaannya jika Dia
menghendaki sesuatu, hanyalah Dia berkata kepadanya : "jadilah",
maka jadilah ia.
Perhatikan bahwa sesudah kata araada (menghendaki) memang ada
kata benda syai-an, maka setelah syai-an itupun harus kata benda,
sebagai keterangan pelengkap bagi syai-an. Masalahnya adalah setelah
syai-an itu ada yaquulu (Dia berkata). Ini adalah fi'il. Masalah kan?
236
Solusinya adalah, diberikan AN didepan fi'il tersebut. Sehingga menjadi
An yaquula (ingat yaquulu, kemasukan An, berubah menjadi yaquula).
Hukumnya gimana?
Oke, kalau kata kerja kemasukan An didepannya maka An+Kata Kerja
tersebut, dihukumi sebagai Kata Benda.
Demikian, semoga menjadi jelas ya, kalau ketemu AN di dalam AlQuran, atau text bahasa Arab, maka itu untuk "membendakan" kata
kerja setelahnya.
Kita bisa bikin contoh lain.
I want to (go to) terminal: Saya ingin ke terminal
‫ أريد إلي المحطة‬- uriidu ila al-mahaththah
Perhatikan setelah uriidu (saya ingin), ada kata JER+MAJRUR. JER=ilaa
(ke) MAJRUR=Mahaththah (terminal). Ingat lagi hukum JER+MAJRUR =
Isim. Sehingga kalimat diatas gak masalah.
Kalau kalimat diatas saya ubah:
‫ أريد أذهب إلي المحطة‬- uriidu adzhabuu ila al-mahaththah
Perhatikan ada 2 kata kerja yang berdekatan (uriidu = saya ingin) dan
(adzhabu = saya pergi). Ini masalah. Maka perlu disisipkan AN, sehingga
menjadi:
‫أذهب إلي المحطة‬
‫ أريد أن‬- uriidu an adzhaba ila al-mahaththah : saya ingin
َ
(bahwa) saya pergi ke terminal.
Nah kalimat ini sudah ok, karena sudah di jembatani oleh An.
Demikian, penjelasan mengenai AN.
237
Allahu A'lam.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/17/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-65-si-jembatan.html
238
Topik 66: KKS Nashob
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita dalam topik ini akan masuk
membahas bentuk KKS Nashob. Loh apa lagi nih?
Begini. Kemaren kita sudah kasih contoh:
‫ أحب أن تلبس هذا اللباس‬- uhibbu an talbasa hadza al-libaas : saya senang
Anda memakai baju ini.
Nah, bentuk ‫تلبس‬
- talbasa itu adalah bentuk KKS Nashob dari ‫ تلبس‬َ
talbasu. Secara arti tetap sama. Talbasa dan Talbasu artinya: memakai
(mengenakan - pakaian). Kenapa ada bedanya?
Jadi ceritanya begini. Asal dari KKS itu adalah KKS Rofa'. Nah bentuk
dari KKS Rofa' diatas dapat berubah menjadi 2 bentuk:
- KKS Nashob
- KKS Jazm
Hmm... agak membingungkan... It's ok. Intinya ingat saja bahwa, satu
KKS itu, dia berubah bentuk menjadi KKS Nashob atau KKS Jazm, jika
ada kata pengubahnya (yang disebut Amil, yaitu Amil Nashob dan Amil
Jazm).
Dalam kalimat diatas, kata talbasu, berubah menjadi talbasa karena ada
Amil Nashob, yaitu AN ‫أن‬.
Nah Amil Nasho lain, yaitu ‫ لن‬- lan : tidak akan (never)
Kata diatas kita bisa coba ganti AN dengan LAN
239
‫ أحب لن تلبس هذا اللباس‬- uhibbu lan talbasa hadza al-libaas : saya senang
Anda tidak pernah memakai baju ini (I love that you never wear this
dress).
Perhatikan bahwa LAN juga membuat KKS yang awalnya Rofa' (talbasu),
menjadi Nashob (talbasa).
Di Quran contohnya sbb (Al-Baqaroh:55):
‫ وإذ قلتم يا موسى لن نؤمن لك حتى نرى هللا جهرة‬- wa idz qultum yaa Musa lan
nu'mina laka hattaa nara Allaha jahrah : dan ingatlah (ketika) kalian
berkata "yaa Musa, kami tidak akan beriman kepada mu, sampai kami
melihat Allah".
Perhatikan bahwa kata nu'minu berubah jadi nu'mina.
‫ نؤمن لك‬- nu'minu laka : kami beriman kepada mu
‫ لن نؤمنَ لك‬- lan nu'mina laka: kami tidak akan pernah (never) beriman
kepada mu.
KKS Rofa' (nu'minu) berubah menjadi KKS Nashob (nu'mina).
Amil lain adalah hatta (sampai). Contohnya ada di surat Al-Baqarah:120.
‫ حتى تتب َع ملتهم‬- hatta tattabi'a millatahum : sampai kamu mengikuti millah
mereka
Perhatikan bahwa karena ada hatta, kata tatabi'u (KKS Rofa') berubah
menjadi tattabi'a. Asalnya sbb:
‫ تتبع ملتهم‬- tattabi'u millatahum : kamu mengikuti millah mereka.
Demikian contoh-contoh dapat kita berikan.
240
Kesimpulannya: sebuah kata KKS dapat berubah dari Rofa' (kondisi asal)
ْ
menjadi KKS Nashob, karena adanya huruf 'amil antara lain : AN (‫)أن‬,
ْ atau HATTA (‫)حتى‬.
LAN (‫)لن‬,
Insya Allah, kita akan kembali latihan surat-surat pendek, pada topiktopik berikut ini.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/19/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-66-kks-nashob.html
241
Topik 67: Latihan Surat An Nashr
Bismillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan memasuki latihan
surat Pendek yang baru yaitu surat An-Nashr (pertolongan). Surat ini
sengaja saya pilih, karena ada beberapa kaidah bahasa Arab yang
menarik untuk dipelajari atau diulang-ulang. Diantaranya topik
mengenai mudhof ilaih (kata majemuk), mashdar, isim haal (adverb),
dan lain-lain.
Surat An-Nashr ini dalam dalam pembahasan ilmu Tafsir, sering
diangkat sebagai contoh, bahwa Tafsir Al-Quranul Karim itu sudah ada
di zaman Shahabat RA. Tafsir Al-Quran yang paling awal ada pada
zaman Rasulullah SAW masih hidup. Shahabat RA, jika tidak tahu
pengertian suatu ayat, maka para shahabat RA bertanya ke Rasulullah
SAW. Rasulullah SAW kemudian menjelaskan maksud ayat yang
ditanya. Penjelasan Rasulullah SAW itu terekam dalam kitab-kitab
Hadist.
Generasi Tafsir selanjutnya adalah, Tafsir Shahabat.
Diceritakan dalam Shahih Bukhori:
Ibnu Abbas RA, berkata: Umar biasa membawa saya dalam
perkumpulan jamaah mantan tentara-tentara perang Badar. Akan
tetapi, ada seseorang yang seakan-akan tidak senang dengan kehadiran
saya dalam perkumpulan itu. Orang itu kemudian berkata: "Umar,
mengapa engkau membawa anak kecil ini yang seumuran anak-anak
kita(waktu itu Ibnu Abbas masih kecil -pen), berkumpul bersama kita?".
Lalu Umar berkata: "Sungguh, anak ini salah seorang yang kalian telah
kenal".
242
Suatu hari Umar mengundang mereka, dan saya, untuk duduk bersamasama dalam satu majelis. Dan saya tidak mengira, dia tidak
mengundang saya, kecuali hanya bermaksud untuk memperlihatkan
saya kepada mereka. Lalu Dia berkata: "Apa pendapatmu mengenai
firman Allah berikut:
‫صر ا َّّلل َو ْالفَتْح‬
ْ َ‫إذَا َجآ َء ن‬
(bila datang pertolongan Allah dan kemenangan)
Lalu beberapa orang dari mereka berkata: "(Ayat itu maksudnya) Kita
diperintahkan untuk memuji Allah dan mencari pengampunannya, pada
saat kita diberikan pertolongan dan kemenangan". Beberapa orang
yang lain diam saja, tidak berkata apa-apa. Lalu Umar berkata ke saya:
"Betul begitu yang engkau katakan, ya Ibnu Abbas?". Lalu aku jawab:
"Tidak". Dia kemudian bertanya: "(kalau begitu) Apa yang kamu
katakan?". Lalu saya jawab: "Itu adalah masa akhir kehidupan
Rasulullah SAW yang Allah SWT menginformasikan ke Beliau SAW. Allah
berfirman: Jika datang pertolongan Allah dan kemenganan, itu berarti
tanda-tanda dari akhir hayatmu (akhir hayat Rasulullah SAW-pen).
Maka bertasbihlah dengan memuji nama Tuhanmu, dan minta
ampunlah, sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat.
Kemudian Umar bin Khattab berkata: "Aku tidak tahu (penafsiran lainpen) selain yang engkau sebutkan itu".
Demikian, kutipan dari Tafsir Ibnu Katsir.
Sebagian ulama tafsir, menjelaskan pengertian yang dibawa oleh
Shahabat Ibnu Abbas RA diatas adalah ta'wil ayat.
243
Maka jelas bagi kita bahwa Tafsir Al-Qur'an (maupun ta'wil) itu telah
ada sejak zaman permulaan Islam sejak diturunkannya Al-Quran itu
sendiri.
Adapun asbabun nuzul (sebab turun surat An-Nashr ini), dari riwayat
Abburrazaq diceritakan bahwa ketika Rasulullah saw. masuk kota
Makkah pada waktu Fathu Makkah, Khalid bin Walid diperintahkan
memasuki Makkah dari jurusan dataran rendah untuk meggempur
pasukan Quraisy (yang menyerangnya) serta merampas senjatanya.
Setelah memperoleh kemenangan maka berbondong-bondonglah
kaum Quraisy masuk Islam. Ayat ini (S.110:1-3) turun berkenaan
dengan peristiwa itu sebagai perintah untuk memuji syukur dengan meMaha Sucikan Allah atas kemenangannya dan meminta ampunan atas
segala kesalahan.
Demikianlah secara singkat penjelasan mengenai surat An-Nashr ini.
Kita insya Allah akan masuk dengan latihan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/26/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-67-latihan-suratnashr.html
244
Topik 68: Mengulang Mudhof Ilaih
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan membahas mengenai
surat An-Nashr. Baiklah kita mulai.
‫ إذا جاء نصر هللا والفتح‬- idza jaa-a nasru allahi wa al-fathu
idza: jika
jaa-a: telah datang
nasrullahi: pertolongan Allah (Help of Allah)
wa: dan
al-fathu: kemenangan (victory)
Pembaca yang dirahmati Allah, ada yang perlu kita ulang-ulang disini
yaitu bentuk dari Mudhof Ilaih. Sudah kita singgung di beberapa topik
yang lalu, akan tetapi kita ulang lagi disini, biar lebih mantafff getoh...
Oke. Perhatikan kalimat diatas. Pertama, kita analisis dulu struktur
kalimatnya. Oke, kalimat diatas terdiri dari kata penghubung idza (‫)إذا‬.
Sekarang kalau kita buang kata idza kalimat tersebut akan menjadi:
‫ جاء نصر هللا والفتح‬- jaa-a nasrullahi wa al-fathu
Disini kita bertemu dengan kalimat fi'iliyyah (jumlah fi'liyyah). Eh
ngomong2x kita pernah bahas gak ya pembagian kalimat (aqsam aljumlah) dalam bahasa Arab? Belum atau sudah ya (maaf saya lupa,
maklum udah umuran).
Hmm anggaplah belum ya. Oke. Dalam bahasa Arab, kalimat dibagi 2,
yaitu:
245
1. Jumlah Fi'liyyah (kalimat yang dimulai kata kerja)
2. Jumlah Ismiyyah (kalimat yang dimulai dengan kata benda)
Nah kalimat ‫ جاء نصر هللا والفتح‬- jaa-a nasrullahi wa al-fathu , ini adalah
kalimat fi'liyyah, karena dimulai dengan Kata Kerja, yaitu KKL jaa-a
(datang). Siapa yang datang? Ingat setiap fi'il (Kata Kerja)
membutuhkan fa'il (pelaku alias subjek). Subjeknya biasanya setelah
fi'ilnya.
Kalimat diatas subjeknya adalah ‫ نصر هللا والفتح‬- nasrullahi wal fathu.
Itulah subjeknya.
Secara umum banyak pola kalimat dalam bahasa Arab, dimana dia
dibentuk dari jumlah fi'liyyah. Contohnya:
‫ ضرب زيد‬- dhoroba zaidun : Zaid telah memukul (jumlah fi'liyyah)
Agak sedikit beda dengan bahasa kita. Kalau kita letterleijk
menerjemahkan kalimat diatas, maka mestinya, di terjemahkan "Telah
memukul (sesuatu) si Zaid". Bedanya adalah dalam bahasa Indonesia,
struktur kalimat itu diawali dengan Pelaku diikuti kata kerja. Sehingga
kalau mengikuti ini kalimat diatas menjadi:
‫ زيد ضرب‬- Zaidun dhoraba : Zaid telah memukul (jumlah ismiyyah).
Perhatikan bahwa Kalimat diatas telah berubah menjadi jumlah
ismiyyah. Dalam bahasa Indonesia kita tidak memiliki "kebebasan"
seperti dalam bahasa Arab diatas.
Contohnya:
Zaid menulis --> (betul secara bahasa Indonesia). Dalam bahasa Arab:
‫ زيد كتب‬- Zaidun kataba.
246
Menulis Zaid --> (salah secara bahasa Indonesia). Sedangkan dalam
bahasa Arabnya tetap benar, yaitu ‫ كتب زيد‬- kataba zaidun.
Disitu letak bedanya. Di bahasa Arab, posisi subjek boleh sebelum kata
kerja, atau setelahnya.
Oke. Kembali ke topik utama... Kita mau bahas mengenai Mudhof Ilaih.
Perhatikan kata ‫ نصر هللا‬- nashru Allahi (dibaca cepat nashrullohi). Inilah
dia mudhof (kata majemuk). Pas belajar ini saya sendiri juga rada
bingung dengan definisi kata majemuk. Oke, tinggalkan yang susah,
ambil yang mudah, pakai cara saya saja. Hehe...
Paling gampang belajar mudhof ini kalau kita mengerti struktur bahasa
Inggris, tentang kepunyaan.
Misal kita katakan begini.
Umar's book (buku milik si Umar). Bisa kita jadikan dalam bentuk "OF",
yaitu:
book of Umar (buku milik si Umar).
Nah bentuk: book of Umar ini lah yang disebut Mudhof, dalam bahasa
Arab.
Contoh lain:
Allah's messenger (Rasul milik Allah / Rasul Allah). Bisa kita jadikan
dalam bentuk "OF", yaitu:
Messenger of Allah.
Bagaimana bahasa Arab nya : Messenger of Allah?
Oke.
247
Messenger : ‫ رسول‬- rasuulun
Allah: ‫ هللا‬- Allahu
Sehingga messenger of Allah = ‫ رسول هللا‬- Rasuulullahi.
Hmm... bentar-bentar kok bukan: ‫ رسول هللا‬- Rasuulun Allahu (atau
Rasuulullahu)?
Nah disini aturannya muncul (weleh aturan lagi... aturan lagi). Tenang,
banyak latihan saja. Aturan gak usah dihafalin.
Kata rasuulun disebut mudhof, sedangkan kata Allahu disebut mudhof
ilaih. Aturannya, Mudhof itu tidak boleh bertanwin, sehingga rasuulun
harus dhommah saja menjadi rasuulu. Trus, mudhof ilaihi itu harus
kasroh. Sehingga Allahu menjadi Allahi. Udah deh, cuman 2 itu
aturannyanya... gampang kan.
Contoh lain:
baytun : rumah = house ‫بيت‬
Allahu : Allah
house of Allah (rumah Allah)? --> baitu Allahi (baitullahi) ‫بيت هللا‬
Contoh lain:
qolamun : pen = pena ‫قلم‬
al-ustaadzu : ustadz ‫األستاذ‬
the pen of ustadz (pena ustadz)? --> qolamu al-ustaadzi (qolamul
ustaadzi) ‫قلم األستاذ‬
Nah dalam surat An-Nashr ini ada contoh lain:
248
Help of Allah.
Help = nashrun ‫نصر‬
Sehingga Help of Allah ‫ نصر هللا‬- nashru Allahi (atau nashrullahi) :
pertolongan Allah.
Demikian seterusnya. Kita telah ulang-ulangi topik mengenai mudhof
ilah ini, semoga dengan diulang-ulang tambah jelas ya. Insya Allah, kita
akan bahas mengenai adverb pada topik setelah ini.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/26/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-68-mengulang-mudhofilaih-adverb.html
249
Topik 69: Mudhof Ilaih (Lanjutan) - Pembesar Penjahat
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Seharusnya kita masuk ke surat
An-Nashr ayat 2, untuk kita membahas masalah isim haal atau adverb
(Kata Keterangan). Akan tetapi kita tambahkan sedikit mengenai
Mudhof di topik 69 ini. Biar tuntas gituh... (karena rasanya masih ada
yang perlu saya sampaikan).
Oke baiklah. Sekarang quiz dikit:
Apa bahasa Arabnya: The house of the big man is nice.
Jawab: Bahasa Arabnya:
‫ بيت الرجل الكبير جميل‬- baytu ar-rajuli al-kabiiri jamiilun (dibaca sambung:
baytul rajulil kabiir jamiil)
Bahasa Indonesia-nya:
Rumah laki-laki yang besar itu bagus.
Nah, yang menarik bagi saya (atawa kita-kita yang masih pemula ini
adalah), bahwa bahasa Inggris maupun bahasa Arab, tidak mengalami
kesulitan dalam mengidentifikasi:
1. Objek
2. Pemilik dari Objek
3. Sifat dari Pemilik Objek
4. Sifat dari Objek
Eh eh... kok rumit seh??? Ehm... maksudnya begini.
250
Coba baca kalimat ini:
Rumah laki-laki yang besar itu bagus.
Apa yang besar dan apa yang bagus? Apakah yang besar laki-lakinya
atau rumahnya? Yang hampir pasti tidak menimbulkan keraguan bahwa
kata "bagus" dalam kalimat diatas, tentulah sifat untuk Rumah. Bener
kan? Tapi bagaimana dengan kata "besar". Mensifati siapakah/apakah
kata "besar" disini?
Kalau ditelisik dari struktur bahasa Inggris-nya, kita tidak menemui
kesulitan:
The house of the big man is nice.
Terlihat yang "big" (besar) itu sifat dari "man" (laki-laki), sedangkan
"nice" (bagus) itu sifat dari "house" (rumah).
Jelas bahwa:
1. Objek: The house
2. Pemilik dari Objek: the man
3. Sifat dari Pemilik : big
4. Sifat dari Objek: is nice
So, kita mudah sekali menentukan 4 hal itu bukan?
Lalu dalam bahasa Arab, juga mudah.
‫ بيت الرجل الكبير جميل‬- baytu ar-rajuli al-kabiiri jamiilun (dibaca sambung:
baytul rajulil kabiir jamiil)
1. Objek: ‫ بست‬baytu
251
2. Pemilik dari Objek: ‫ الرجل‬ar-rajuli
3. Sifat dari Pemilik : ‫ الكبير‬al-kabiiri
4. Sifat dari Objek: ‫ جميل‬- jamiilun
Dari keterangan diatas kita bisa pelajari bahwa, susunan (Objek+Pemilik
Objek)rangkaian ini menjadi kata majemuk (mudhof), dimana bisa
diterjemahkan sebagai Objek "OF" Pemilik Objek.
Dalam contoh diatas:
‫ بيت الرجل‬- baytul rajuli -- house of the man -- rumah milik laki-laki itu
Adanya tambahan al-kabiiri ‫ الكبير‬- disini menjadi sifat dari the man AlRajul. Tahunya dari mana? Entar dulu, kok bisa tahu sih? Jawabnya:
Karena sama-sama ada AL (lihat AL-Rajuli & AL-Kabiiri) alias sama-sama
definitif/ma'rifah, dan sama-sama ber-i'rob (harokat akhir) kasroh
[yaitu rajulI dan kabiirI). Sehingga menjadi:
‫ الرجل الكبير‬- al-rajuli al-kabiiri (laki-laki yang besar itu)
Karena 2 faktor itu (sama i'rob, dan sama ma'rifah) --> dipastikan kabiir
itu sifat dari rajul.
Akan tetapi kalau i'rob beda:
‫ الرجل الكبير‬- Al-Rajuli Al-Kabiiru --> karena i'rob kabiir adalah dhommah
(kabiiru), berbeda dengan rajul yang kasroh (rajuli) --> maka kabiir disini
bukan sifat dari rajul lagi. Jika ini kasusnya maka kabiir menjadi sifat
dari baitu (rumah).
Sehingga kalau ditulis:
‫ بيت الرجل الكبير‬- baytu al-rajuli al-kabiiru
252
The house of the man is big. Rumah milik laki-laki itu besar.
Disini kabiir berfungsi sebagai sifat dari rumah, bukan laki-laki lagi.
Terlihat bahwa pengetahuan mengenai i'rob menjadi penting dalam
menentukan fungsi dan kedudukan suatu kata. Kita sudah lihat dengan
merubah i'rob kabiir, dari kabiiri menjadi kabiiru, maka dia berubah
fungsi, yang awalnya sebagai sifat dari Pemilik Objek (the man),
menjadi sifat objeknya (the house). Itulah inti pelajaran nahwu.
Makanya isinya pelajaran nahwu, itu adalah mengetahui i'rob. Karena
beda i'rob, maka beda arti.
Saya pernah dikasih kuiz oleh teman saya namanya Habib Fahmi. Coba
menurut antum kata-kata dalam surat 6 ayat 123, yaitu ‫ أكابر مجرميها‬akaabira mujrimiiha:
a. Penjahat-penjahat yang terbesar
b. Pembesar-pembesar Penjahat
Saya jawab: b. Alasan saya, karena kata akaabira mujrimiiha itu adalah
kata majemuk, dimana:
mudhof (Objek): akaabira = pembesar-pembesar
mudhof ilaih (Pemilik Objek): mujrimiiha = (pen)jahat
Saya bilang ke teman saya, fokus nya adalah Objeknya dong: yaitu
pembesar-pembesar.
Lalu teman saya itu mengatakan: Antum kayaknya salah. Coba check
Quran terjemahan. Disitu diterjemahkan: Penjahat-penjahat terbesar.
Saya check di Al-Quran digital di komputer saya, eh bener begitu
diterjemahin, sbb:
253
6:123. Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahatpenjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri
itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri,
sedang mereka tidak menyadarinya.
Hhmm saya sungguh penasaran. Lalu setelah memeriksa beberapa
kitab tafsir (seperti Ibnu Katsir, dll), memang jelas bahwa yang
dimaksud atau dituju oleh ayat itu adalah pembesar-pembesar
(penguasa negeri atau raja-raja -red). Artinya terjemahan bebasnya:
Pembesar-Pembesar Penjahat.
Kalau dipakai kaidah "OF/milik dari", maka bisa jadi artinya,
pembesar2x milik penjahat, raja-raja milik penjahat. Ini bisa bermakna
2 hal(maaf ini ta'wil saya saja, tidak ada landasan ilmiahnya), 1) rajaraja milik penjahat, artinya raja suatu negeri yang sudah dikuasai oleh
penjahat, atau raja suatu negri yang sudah bersekongkol dengan
penjahat, atau 2) kelompok penjahat yang memiliki ketua. Jika arti
kedua ini yang dipakai, maka sesungguhnya, terjemahan dari versi
Quran yang banyak beredar tidak masalah. Karena antara penguasa
suatu negri, tidak ada kaitan dengan ketua penjahat.
Masalahnya, kalau artinya yang pertama? Jika arti yang pertama, maka
bisa berabe juga. Karena dengan pengertian ini terkandung makna,
pembesar-pembesar (raja suatu negri), punya potensi berbuat yang
tidak baik, sehingga menjadi penjahat. Sehingga dia dinobatkan sebagai
raja (negeri itu) plus sekalian raja penjahat. Dalam kasus ini, raja itu
sekaligus penjahat (beda dengan yang tadi, antara raja dan penjahat,
dua orang yang berbeda).
Dengan model terjamah letterleijk (pakai kaidah Mudhof+Mudhof
Ilaih), ayat itu menjadi sbb:
254
6:123. Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri Pembesarpembesar (raja2x) Penjahat, agar mereka melakukan tipu daya dalam
negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya
sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.
Allahu a'lam. Saya tidak ingin menta'wil terlalu jauh. Lagi pula, kita
hanya membahas masalah kaidah penerjemahan mudhof, kan... Yang
ingin saya sampaikan, pengetahuan mengenai mudhof ini membantu
"menajamkan" terjemahan yang pas. Lihat bahwa dalam kasus 6:123
diatas, dengan menggunakan kaidah mudhof ini, lebih mendekati
kepada apa yang tertulis dalam kitab-kitab tafsir tentang ayat ini. Allahu
a'lam (bisa jadi saya salah).
Oke, sampai disini dulu ya... Insya Allah kita akan lanjutkan.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/28/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-69-mudhof-ilaihlanjutan.html
255
Topik 70: Latihan Surat An-Nashr ayat 2, Adverb
Bisimillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah, kita akan masuk ke ayat 2 surat AnNashr. Pada ayat ini kita akan fokuskan pembahasannya mengenai Kata
Keterangan.
Baiklah kita mulai. Ayat 2 berbunyi:
‫ورأيت الناس يدخلون في دين هللا أفواجا‬
- wa ra-ai-ta an-naasa yad-khuluuna fii
َ
diini Allahi afwaajan
wa= dan
ra-aita= engkau lihat
an-naasa= manusia
yadkhuluuna= mereka memasuki
fii= kedalam
diini Allahi= agama Allah
afwaajan= secara berbondong-bondong (dalam keadaan berbondongbondong)
Oke baiklah ada dua point yang bisa kita lihat disini yaitu:
diini Allahi (dibaca sambung diinillahi), yaitu mengulang mudhof, dan
afwaajan= secara berbondong-bondong, yaitu Kata Keterangan.
‫ دين هللا‬- Diinillahi
256
Kata ini adalah mudhof. Dimana mudhofnya ‫ دين‬- diini dan mudhof ilaih
nya ‫ هللا‬- Allahi. Ingat lagi ciri-ciri mudhof yaitu:
- Jika ada 2 kata benda yang berdekatan,
- Kata benda pertama nakiroh (umum, dengan ciri tidak ada tanwin)
- Kata benda kedua harokat akhir kasrah, atau kasratain
Kata diatas memenuhi 3 syarat tsb, yaitu:
- ada 2 kata benda yang berdekatan (betul)
- Kata benda pertama nakiroh (betul), jadi bukan ma'rifah (‫الدين‬-ad-diini)
- Kata benda kedua harokat akhir kasroh (betul), jadi Allahi, bukan
Allahu, atau Allaha.
Baiklah, kita akan tinggalkan dulu mengenai mudhof. Ada topik lain dari
mudhof ini yaitu mengenai ke ma'rifatan atau ke-nakirohan mudhof
(bingung kan?) Hehe... Insya Allah kita bahas pada topik berikut.
Sekarang kita masuk ke kata keterangan.
Isim Haal
Apa itu isim haal? Lihat contoh diatas.
‫ورأيت الناس يدخلون في دين هللا أفواجا‬
- wa ra-ai-ta an-naasa yad-khuluuna fii
َ
diini Allahi afwaajan
afwaajan: secara berbondong-bondong, atau dalam bahasa Inggris-nya
in-crowd.
Nah, kata afwajaan ini adalah isim haal, yaitu isim yang menjelaskan
suatu keadaan (al-haal) dari Subjek, maupun Objek. Hmm... entar...
cerna dulu nih...
257
Agak sedikit beda dengan bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris, kata
keterangan itu yang biasa disebut adverb, biasanya melekat kepada
kata kerja. Artinya menjelaskan bagaimana pekerjaan itu dilakukan,
atau kualitas dari pekerjaan itu.
Seperti:
Talk to me softly please : Tolong dong, bicara sama saya dengan
lembut.
Nah softly itu menjelaskan talk (bicara). Dalam bahasa Inggris kata
keterangan "dengan lembut" itu dinisbatkan (di-referensi-kan) kepada
kata kerja (verb/fi'il) talk.
Dalam bahasa Arab, kata keterangan itu umumnya dinisbatkan kepada
pelaku/subjek (fa'il) atau kepada objek/korban (maf'ul).
Coba perhatikan lagi:
‫ يسافرون إلى جاكرتا أفواجا‬- yusaafiruuna ilaa Jakarta afwaajan
Mereka berpergian ke Jakarta secara berbondong-bondong.
Atau dalam Al-Quran, sewaktu Allah memerintahkan Adam & Siti Hawa
& Para Iblis turun:
‫ احبطوا منها جميعا‬- ihbithuu minha jamii'an
Turunlah (kalian) dari syurga ini secara bersama-sama
Terlihat disitu kata ‫ جميعا‬- jamii'an adalah isim haal.
Lalu bagaimana kita tahu bahwa itu isim haal?
Ini beberapa ciri isim haal:
258
1. Kalau isim haal itu dibuang, maka kalimatnya masih kalimat
sempurna (ada fi'il+fa'il, atau ada mubtada'+khobar)
2. Isim haal itu nakiroh (tidak ada al), dan nashob (fathhatain)
3. Isim haal itu biasanya dibentuk dari kata sifat (yang berasal dari isim
fa'il, isim maf'ul, maupun kata benda yang dianggap sifat).
Contohnya begini:
‫ ذهب إلى البيت راكبا‬- dzahaba ila al-bayti raakiban
Dia pergi ke rumah itu dengan menaiki kendaraan.
Lihat bahwa kata ‫ راكبا‬- raakiban, adalah isim fa'il dari KKL ‫ ركب‬- rakaba
(menaiki, menunggangi). Perhatikan bahwa kalau kata raakiban itu
dibuang, maka kalimatnya tetap menjadi kalimat sempurna:
‫ ذهب إلى البيت‬- dzahaba ila al-bayti
Dia pergi ke rumah itu
Ini adalah kalimat sempurna, karena telah ada fi'il (pergi) + fa'il (dia),
walau fa'il disini adalah fa'il tersembunyi.
Terkadang, isim haal itu dinisbatkan kepada Objek, contoh:
‫ جلق هللا اإلنسان ضعيفا‬- khalaqa Allahu an-insaana dho'iifan
Allah menciptakan manusia dalam keadaan lemah.
Kata dho'iifan disini adalah isim haal (kata keterangan) bagi Objek (yaitu
manusia).
259
Kata dho'iif disini adalah kata shifat yang menyerupai isim fa'il. Nah,
karena dia nashob, tidak ada al, dan layak diberi makna: dalam keadaan
...., maka dia adalah isim haal.
Sederhanya sih sebenarnya mengetahui apakah dia isim haal atau
bukan.
Oke ya, demikian dulu sudah kita selesaikan penjelasan dari ayat 2 surat
An-Nashr ini.
Insya Allah kita akan lanjutkan dulu dengan kembali membahas
masalah mudhof, tapi kali ini lebih seru lagi.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 1/08/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-70-latihan-surat-nashrayat-2.html
260
Topik 71: Haniifan Musliman
Bismillahirrahmanirrahim
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita seharusnya masuk ke
Latihan ayat 3 surat An-Nashr. Tapi sebelum kita masuk kesitu kita
tambahkan sedikit contoh-contoh mengenai isim haal.
Singkat cerita: Kira-kira beberapa tahun yang lalu, anak saya bertutur
kepada saya tentang sekolah dan teman-temannya. Salah satu yang dia
sebutkan adalah bahwa dia punya teman namanya Hanifan (yang
kadang kalau di-absen dilafadzkan oleh gurunya: Haniifan).
Waktu itu nama: Haniifan, agak asing ditelinga saya. Kita biasa
mendengar nama: Hanif (lurus). Ada teman saya namanya Muhammad
Hanif (Muhammad yang punya sifat Lurus). Tapi, Haniifan? Nah ini baru
kali ini saya dengar. Waktu itu saya belum begitu mengerti dengan
bahasa Arab.
Dalam hati saya hanya ingat: Hmmm... kata Haniifan, itu mungkin
diambil dari doa Iftitah:
‫ وجهت وجهي للذي فطر السماوات واألرض حنيفا مسلما‬- wajjahtu wajhiya lilladzi
fatharas samaawaati wal-ardha haniifan musliman.
Waktu itu saya belum bisa meng-artikan teks bahasa Arab (sekarang
masih belum juga sih, tapi alhamdulillah sudah bisa dikit-dikit ngerabaraba ding...) hehe.
Kala itu saya hanya hafal ejaan (latin)nya. Kalau disuruh nulis Arabnya,
weleh saat itu pasti gak bisa deh.
261
Nah, beberapa waktu yang lalu setelah membaca tentang isim haal, dan
ciri-cirinya maka saya sekarang jadi faham, bahwa Haniifan dan
Musliman itu adalah isim haal.
Jadi jika diartikan secara letterlijk:
‫ وجهت‬- wajjahtu : aku menghadapkan
‫ وجهي‬- wajhiya: wajahku
‫ للذي‬- lil ladzi: kepada Zat yang
‫ فطر‬- fathara: telah menciptakan
‫ السماوات‬- as-samaawaati: banyak langit
‫ و‬- wa: dan
‫األرض‬- al-ardha: bumi
‫ حنيفا‬- haniifan: dalam keadaan lurus
‫ مسلما‬- musliman: dalam keadaan berserah diri (muslim)
Aku menghadapkan wajahku kepada Zat yang telah menciptakan
banyak lagit dan bumi dalam keadaan lurus (lagi) berserah diri.
Nah, terlihat dari Doa Iftitah diatas, bahwa kata Haniifan, adalah isim
haal (kata keterangan). Kata Haniifan (dalam keadaan lurus) itu
dinisbatkan kepada "Aku". Demikian juga kata Musliman (dalam
keadaan berserah diri), juga dinisbatkan kepada "Aku". Artinya kedua
kata tersebut menjelaskan kondisi "Aku" sewaktu menghadapkan
"wajahku" kepada Allah SWT.
Lihat bahwa ciri-ciri isim haal terpenuhi dimana, yang tampak jelas: dua
kata tersebut harokat akhir fathatain (plus ada tambahan alif diakhir),
262
dan juga jika kata itu dibuang maka kalimatnya tetap menjadi kalimat
sempurna (ada fi'il+fa'il, atau ada mubtada+khobar).
"Ooo... Nama anak itu bukan Hanif, tapi Haniifan, itu mungkin maksud
orang tuanya, agar anaknya itu senantiasa dalam kondisi yang lurus",
begitu gumam saya dalam hati. Penekanannya adalah "dalam kondisi",
karena itu isim haal. "Hmm... pasti bapaknya jago bahasa Arab", kata
saya.
Sebagai penutup kita ambil contoh dalam Al-Quran yaitu kata WAHN
(Lemah)
‫ وهن‬- wahnun atau wahn adalah kata sifat (isim shifat) yang artinya
lemah.
Di Al-Quran diperintahkan agar manusia menghormati dan berbuat baik
kepada Ibu & Bapak. Ibu kita telah mengandung dalam keadaan
"wahnan 'alaa wahnin" - lemah diatas lemah (lemah yang super).
‫ حملته أمه وهنا على وهن‬- hamalat hu ummuhu wahnan 'alaa wahnin
hamalat: Dia (ibu) telah mengandung (manusia)
wahnan : dalam keadaan lemah
'alaa wahnin: diatas lemah
Sekali lagi terlihat bahwa kata wahnan diatas, ada tambahan alif dan
harokat akhir fathhatain, maka dapat "dipastikan" ini adalah isim haal
(kata keterangan terhadap kondisi si Ibu pada saat hamil).
Demikian telah kita tuntaskan pembahasan mengenai isim haal ini.
Insya Allah kita lanjutkan dengan Latihan surat An-Nashr kembali.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 1/09/2008
263
http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-71-haniifanmusliman.html
264
Topik 72: Latihan Surat An Nashr ayat 3
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita lanjutkan pembahasan kita
pada surat An Nashr ayat 3. Baiklah kita tuliskan ayat tersebut.
‫ فسبح بحمد ربك واستغفره‬- fasabbih bi hamdi rabbika wa istaghfir hu
maka bertasbihlah dengan pujian kepada Tuhanmu, dan minta
ampunlah kepada Dia.
Itu penggalan pertama ayat 3 surat An Nashr. Mari kita ulang-ulang
pelajaran-pelajaran yang sudah lalu-lalu.
‫ ف‬- fa : maka
‫ سبح‬- sabbih : bertasbihlah !
Disini kita jumpai bentuk fi'il amr (Kata Kerja Perintah). Dari mana
tahunya Mas? Masih ingat 6 langkah mudah membuat fi'il amr kan?
Kata sabbih ‫سبح‬, ini mengikuti wazan (pola) fa'-'a-la ‫ فع َل‬. Kok bisa sih? Ya
lihat saja ada tasyid (ّ ) di huruf kedua kan. Berarti ini KKT-2. Masih
ingat kan, karakteristik KKT-2? Oke, sekedar refreshing, KKT-2 ini:
- membuat fi'il yang tidak memerlukan objek menjadi memerlukan
objek. Contoh dalam bahasa kita: Saya lari. Nah "lari" tidak memerlukan
objek. Tetapi kalimat: Saya melarikan istri saya. Nah kata "melarikan"
disini adalah KKT-2, karena dia butuh objek.
- membuat fi'il yang memerlukan satu objek menjadi memerlukan 2
objek. Contoh dalam bajasa kita: Saya baca buku. Nah "baca" disini
memerlukan satu objek. Tetapi kalimat: Saya membacakan buku buat
anak saya. Nah kata "membacakan" disini perlu dua objek, yaitu "buku"
265
dan "anak saya". Kata "baca",
"membacakan" adalah KKT-2.
adalah
KK
Asal,
sedangkan
Tashrif Ishthilahi
Kita munculkan istilah baru disini: Tashrif Ishthilahi. Apa itu? Tashrif
Istilahi yaitu suatu urutan perubahan kata dari KKL, ke KKS, ke Masdhar,
dst. Urutan yang umum begini:
(baca dari kanan)
Zaman < Makan < Fi'il Nahy < Fi'il Amr < Maf'ul < Fa'il < Mashdar < KKS
< KKL
Kita belum bahas mengenai Isim Makan (tempat), dan Isim Zaman
(Waktu). Mungkin yang belum juga, bagaimana membetuk fi'il nahy
(kata kerja Larangan). Yang lain sudah kita bahas sebenarnya secara
terpisah-pisah.
Oke Isim Makan (tempat) dibentuk dengan menambah mim.
Contoh :
‫ طعم‬- tho-'a-ma : makan
‫ مطعم‬- math-'am : tempat makan (restoran)
‫ لعب‬- la-'i-ba: bermain
‫ ملعب‬- mal-ab : tempat bermain
Insya Allah kita akan bahas lagi jika bertemu ayat tentang isim makan
ini.
Kita kembali fokus ke tasrif isthilahi.
266
Kita sering mendengar kata: Ayo ber-tasbih. Nah kata TASBIIH itu
adalah mashdar dari sabbaha.
Tashrif ishthilahinya begini:
‫ سبح‬- sabbaha : telah melakukan tasbih (KKL)
‫ يسبح‬- yusabbaha: sedang melakukan tasbih (KKS)
‫ تسبيح‬- tasbiih : pentasbihan (hal yang berhubungan dengan aktifitas
tasbih) (Mashdar)
Hal yang sama dapat kita lihat:
‫ سلم‬- sallama : menyelamatkan
‫ تسليم‬- tasliim : penyelamatan
‫ كفر‬- kaffara : mengkafirkan
‫ تكفير‬- takfiir: pengkafiran
‫ رغب‬- raghghaba : mencintai
‫ ترغيب‬- targhib : pe-cinta-an (cinta)
‫ قدر‬- qoddara : men-takdir-kan
‫ تقدير‬- taqdiir: pentakdiran (takdir)
Dan seterusnya, bentuk mashdar dari KKT-2.
Kembali ke ayat 3, kata sabbih, adalah perubahan ke bentuk fi'il amr.
Kalau kita ambil contoh diatas.
Tashrif ishthilahinya begini:
‫ سبح‬- sabbaha : telah melakukan tasbih (KKL)
267
‫ سبح‬- sabbih: bertasbihlah ! (fi'il amr)
Hal yang sama dapat kita lihat:
‫ سلم‬- sallama : menyelamatkan
‫ سلم‬- sallim : selamatkanlah !
‫ كفر‬- kaffara : mengkafirkan
‫ كفر‬- kaffir : kafirkanlah !
‫ رغب‬- raghghaba : mencintai
‫ رغب‬- raghghib : mencintailah !
‫ قدر‬- qoddara : men-takdir-kan
‫ قدر‬- qoddir : takdir-kanlah !
Dan seterusnya.
Sallim
Kadang kita sering mendengar ustadz mengatakan kepada Anaknya:
Ayo Sallim nak... Sallim sama kakek!
Nah kata Sallim disini, maknanya adalah berikan salam. Lho bukannya
diatas dikatakan Sallim : Selamatkanlah ! Kok menjadi "bersalamanlah
!".
Begini ashal-ushulnya.
Satu kata kerja dalam bahasa Arab, bisa punya banyak makna.
Tergantung rangkaian huruf jar yang nempel ke dia. Memang betul asal
kata sallama - yusallimu (KKT-2) dari kata:
268
‫ سلم‬- salima (KKL) yang artinya: selamat, atau sentosa
Nah KKT-2 dari KKL tsb adalah:
‫ سلم‬- sallama (KKT-2) yang artinya: menyelamatkan.
Tetapi kata tersebut akan berubah artinya kalau ada huruf jer yang
nempel ke dia, seperti:
‫ زيد سلم على األستاذ‬- Zaid sallama 'alaal ustaadz : Zaid menyalami ustadz.
Terlihat kalau kata Sallama diikuti 'alaa, maka artinya menjadi :
memberi salam. Dari sinilah asalnya, mengapa perintah untuk memberi
salam itu : Ayo Sallim!
Beberapa hal yang mungkin dari sallama, adalah:
‫ سلم على‬- sallama alaa : memberi salam kepada
‫ سلم من‬- sallama min : menyelamatkan (sesuatu) dari
‫ سلم إلى‬- sallama ilaa: memberikan (sesuatu) ke
‫ سلم بـ‬- sallama bi: rela akan (sesuatu)
Terkadang artinya bertolak belakang:
‫ رعب عن‬- raghiba 'an : benci kepada
‫ رغب في‬- raghiba fii: cinta kepada
Makna-makna tersebut adalah sima'i (apa yang didengar), atau
ditentukan dalam kamus. Tidak terlalu banyak kata kerja yang seperti
tersebut (walau tidak bisa dikatakan juga terlalu sedikit). Kebiasaan
menggunakan akan melatih kita mengerti makna yang cocok.
Seperti kata raghiba 'an, terdapat dalam satu hadist yang poluper:
269
‫ فمن رغب عن سنتي فليس مني‬- fa man raghiba 'an sunnatii falaysa minnii :
siapa yang benci kepada Sunnahku (cara hidup Rasulullah SAW), maka
dia bukan bagian dariku (bukan bagian dari umat Rasulullah SAW).
Kata raghiba sendiri secara sendiri artinya: mencintai. Tapi kalau
bertemu dengan 'an, dia berubah menjadi: membenci.
Sama dengan bahasa Inggriss kan
look = melihat, look after = mengawasi, look for = mencari, dst.
Sebagai penutup untuk topik ini, kita kembali ke ayat 3 surat An-Nashr:
‫ فسبح بحمد ربك واستغفره‬- fasabbih bi hamdi rabbika wa istaghfir hu
maka bertasbihlah dengan pujian kepada Tuhanmu, dan minta
ampunlah kepada Dia.
Kita telah membahas kata FA SABBIH (SABBIH Fi'il Amr : Kata Kerja
Perintah). Insya Allah kita akan lanjutkan ke kata "bihamdi" dst.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 1/15/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-72-latihan-surat-nashrayat-3.html
270
Topik 73: The ustadz's book: Lanjutan topik Mudhof
Bismimillahirrahmaniraahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan bahas bagian setelah FA
SABBIH, yaitu masih di ayat 3 surat Al-Nashr.
‫ فسبح بحمد ربك واستغفره‬- fasabbih bi hamdi rabbika wa istaghfir hu
maka bertasbihlah dengan pujian kepada Tuhanmu, dan minta
ampunlah kepada Dia.
bi hamdi rabbika : dengan pujian kepada Tuhanmu
atau lebih pas lagi secara harfiah:
bi hamdi rabbika : dengan pujian milik Tuhanmu
Dalam tafsir kita baca terjemahannya sbb:
dengan memuji Tuhanmu
Sebenarnya, secara harfiah, terjemahannya itu:
dengan pujian (milik) Tuhanmu
Kenapa begitu?
Karena kata ‫ حمد‬- hamdi (atau hamdin) disitu adalah mashdar, artinya
dia kata benda, sehingga terjemahnya adalah pujian, bukan memuji.
Kalau di translate ke bahasa Inggris:
‫ بحمد ربك‬- bi hamdi rabika : with the praise of your lord
the praise (pujian) disini adalah Noun (Kata Benda).
Oke mari kita bahas struktur ‫ بحمد ربك‬- bi hamdi rabika.
271
Kembali lagi kita bertemu kasus Idhofah (Mudhof + Mudhof Ilaih).
Mudhofnya adalah ‫ حمد‬- hamdi (pujian/praise), dan mudhof ilaihnya
adalah ‫ ربك‬- rabbika : Tuhanmu (your Lord).
Dalam bahasa Inggris, polanya Mudhof (of) Mudhof Ilaih, sehingga
menjadi:
the Praise of your Lord.
Masalah Definiteness dari Mudhof
Apa itu definitness? Insya Allah Anda masih ingat bukan? Ya, contoh
gampangnya kalau saya buat kalimat:
1. I read the book
2. I read a book
Dalam kalimat 1, jika saya berkata "I read the book", maka dalam
kepala saya, para pendengar sudah tahu buku mana yang saya maksud.
Misalkan, saya ditengah percakapan dengan seorang sahabat:
"Kemaren saya beli buku La Tahzan, lalu saya baca buku itu".
"Yesterday I bought "La Tahzan". And, I read the book".
Karena kata "buku" itu teman saya tahu apa yang dimaksud, maka saya
pakai "the book". Artinya, kata "buku" itu sudah spesifik, atau sudah
definitive (sudah terdefinisi). Dengan kata lain: definitness-nya sudah
terdefinisi.
Dalam kalimat 2: I read a book. Buku disini belum terdefinisi. Bisa buku
apa saja.
A cup of coffee
272
‫ فنجان قهوة‬- finjaanu qahwatin
finjaanu : secangkir / a cup
qahwatin (qahwah): kopi /coffee
Kata diatas adalah idhofah. Bagaimana status "definitness" nya?
Dalam kaidah bahasa Arab, kata diatas belum definitive, sering disebut
Nakiroh.
Mungkin masih bingung ya? Oke saya kasih contoh lain:
‫ باب المسجد‬- baabul masjid : pintu masjid
Bagaimana hukum definitness-nya? Lihat bahwa karena mudhof-ilaihnya definitiv (Ma'rifah), maka kata diatas dianggap Ma'rifah. Artinya:
sudah jelas pintu yang mana, yaitu pintu masjid, bukan pintu rumah.
Kalau di translate ke bahasa Inggris, menjadi "the masjid's door", atau
"the door of the masjid", bukan "the door of a masjid". Karena dalam
hal ini masjid nya pun sudah definitif.
Masalah akan timbul, kalau kita mau bilang spt ini:
A door of the Masjid (sebuah pintu dari masjid itu)
Kalau kita pakai:
‫ باب مسجد‬- baabu masjidin : a masjid's door (a door of a masjid)
Padahal kita tahu bahwa masjidnya sudah definitif (the masjid). Saya
melihat dalam hal ini grammar dari bahasa Inggris, tidak apple-to-apple
dengan bahasa Arab. Artinya tidak bisa dipadankan langsung.
273
Jika yang mau ditekankan "a door", bahwa pintu dari masjid itu belum
pasti (apakah pintu depan, pintu samping atau pintu belakang), maka
dalam bahasa Arab, bisa kita berkata spt ini:
‫ باب من ابواب المسجد‬- baabun min abwaabil masjid (a door from the
masjid's doors)
sebuah pintu dari pintu-pintu masjid itu.
Disini masjidnya sudah jelas, tetapi pintu yang dibicarakan belum jelas
(belum terdefinisi).
Sebagai ringkasan:
1. Idhofah disebut definitif (ma'rifah), jika mudhof ilaihnya definitif
2. Idhofah disebut belum definitif (nakiroh), jika mudhof ilaihnya belum
definitif
Tambahan contoh:
‫ كتاب أستاذ‬- kitaabu ustaadz : sebuah kitab milik seorang ustadz
idhofah diatas adalah nakiroh.
‫ كتاب األستاذ‬- katabbul ustaadz: kitab (tertentu) milik seorang ustadz
idhofah diatas adalah ma'rifah.
‫ سيارة خالد‬- sayyaratu khaalid : Mobil Khalid (Car of Khalid). Karena
semua nama orang dihukumi sebagai definitif, maka idhofah dalam
contoh ini adalah ma'rifah.
‫ قلم إستاذي‬- qolamu ustaadzii: pena ustadzku (the pen of my ustadz).
Karena semua kata benda yang diimbuhi pemilik spt: ustadzku (my
274
ustad), adalah defititive, maka idhofah dalam kasus ini adalah definitif
(ma'rifah).
Kembali ke ayat 3 surat An-Nashr ini:
‫ بحمد ربك‬- bi hamdi rabbika: the praise of your Lord: Pujian (milik)
Tuhanmu, maka ini juga dihukumi sebagai ma'rifah. Hal ini disebabkan
kata rob (Tuhan) ditempeli oleh kata-ganti milik (ka)--> rabbika
(Tuhanmu).
Demikian penjelasan tambahan mengenai kasus Ma'rifah / Nakirohnya
suatu Idhofah.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 1/18/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-73-lanjutan-topikmudhof-struktur.html
275
Topik 74: Pertanyaan dari Malaysia
Bismillahirrahmanirrahim.
Ini sebuah tas guru. Bagaimana kesepakatan antara tas yang muannats,
dengan guru yang mudzakkar?
Begitu interpretasi saya terhadap pertanyaan Mbak Zarifah dari
Malaysia. Mbak ini, walau baru bergabung jadi pembaca setia blog ini,
kadang aktif berkirim pertanyaan. Saya yang juga baru alias pemula ini,
kadang merasa ragu untuk menjawab, apa betul apa tidak ya jawaban
saya. Tapi anggaplah media blog ini kita jadikan sarana belajar, artinya
saya juga belajar dengan pertanyaan tersebut, dan saya berharap ada
orang yang ahli berbahasa Arab, dapat memberikan koreksi dari
pembelajaran kita disini.
Baiklah pertanyaan Mbak Zarifah sbb:
salam, ada satu soalan ttg feminine and masculine..
hazihi haqibatu al-mudarrisah. wa haqibatuha ..........>soalan nya di
sinih! perlu maksuur @ maksuurah? apa perlu di setiap akhiran kata
adjective perlu ditambah ta marbutha sekiranya subjek ayat feminine?
maaf, saya tanya saja di sinih, kerna tidak tahu mahu diletak bawah
topik berapa.
syukran
Wuih, ada satu masalah disini: beda gaya bahasa, antara Indonesia dan
Malaysia. Tapi tak mengape lah.... Saya duga pertanyaan-nya sbb:
Soalan (catatan, orang Indonesia jarang menyebut soalan, tapi soal)
sbb:
276
‫ هذه حقيتة‬- hadzihi haqiibatun : Ini koper/tas
Atau jika dibaca cara lain: hadzihi haqiibah
‫ هذه حقيبة المدرس‬- hadzihi haqiibatu al-mudarrisi : Ini koper guru laki-laki
Atau jika dibaca langsung: hadzhihi haqiibatul mudarris.
Jika guru tsb guru perempuan ‫ المدرسة‬- al-mudarrisatu / al-mudarrisah,
maka kalimatnya:
‫ هذه حقيبة المدرسة‬- hadzihi haqiibatu al-mudarrisati /hadzihi haqiibatul
mudarrisah : Ini koper guru wanita.
Nah, pertanyaan Mbak Zarifah ini, menanyakan masalah adjective.
Sebenarya kasus diatas bukan kasus adjective. Tapi ada 2 kasus:
1. Kasus kata tunjuk muannats ‫ هذه‬- hadzihi atau pakai mudzakkar ‫ هذا‬hadza
2. Kasus idhofah yaitu: ‫حقيبة المدرس‬
Jabawan saya spt ini. Kalimat ismiyyah harus dipandang sebagai suatu
satuan mubtada dan khobar. Dalam kasus Mbak Zarifah, awal
pembicaraan ingin menyatakan: Ini koper.
‫ هذه الحقيبة‬- hadzihi al-haqiibatu
Mubtada' adalah hadzihi : ini
Khobar adalah al-haqiibatu : sebuah koper
Lihat bahwa koper yang dibicarakan sudah koper yang spesifik (ada
tambahan al).
277
Nah kalau kita lihat, bahwa jenis mubtada' harus cocok dengan khobar.
Kalau khobarnya muannats (lihat koper- ada ta marbutah-nya), maka
mubtada juga harus muannats. Sehingga kita pakai kata tunjuk (isim
isyarah) yang muannats juga.
Sekarang, kalau kita ingin menspesifikkan lagi, bahwa: ini adalah tas
milik ustadz, maka kata:
‫ الحقيبة‬al-haqiibatu, kita ubah menjadi
‫ حقيبة األستاذ‬- haqiibatu al-ustaadzi (haqiibatul ustaadz)
‫ حقيبة المدرس‬- haqiibatu al-mudarrisi (haqiibatul mudarris)
Karena suatu benda yang jenis-katanya perempuan bisa saja dimiliki
oleh orang laki-laki, jadi pasangan antara mudhof dengan mudhof ilaih
bisa saja beda jenis kata.
Contoh diatas:
‫ حقيبة المدرس‬- haqiibatu al-mudarrisi (haqiibatul mudarris)
Kata koper - haqiibah adalah muannats, sedangkan mudhof ilaihnya
adalah mudzakkar (al-mudarris).
Jadi kesimpulannya kata mudhof dan mudhof ilaih tidak mesti harus
sama-sama muannats atau mudzakkar.
Penentuan jenis kata idhofah:
Jenis kata idhofah ditentukan oleh jenis kata Mudhofnya. Tidak peduli
mudhof ilaih-nya berjenis apa.
Contoh:
‫ سيارة‬- sayyaratun : sebuah mobil --> muannats
278
‫ سيارة الولد‬- sayyaratul waladi : the boy's car --> sayyaratul waladi =
idhofah muannats, karena mudhofnya (sayyarah) adalah muannats.
‫ سيارة البنت‬- sayyaratul bint : the girl's car --> idhofah muannats
Jika kita tambahkan kata adjective: jamiil (bagus/keren)
‫ سيارة البنت جميلة‬- sayyaratul bint jamiilatun --> idhofah muannats
‫ سيارة الولد جميلة‬- sayyaratul walad jamiilatun --> idhofah muannats
Terlihat bahwa adjective nya mengambil patokan (referensi) ke
mudhof-nya yitu mobil yang muannats.
‫ المسجد‬- al-masjid --> mudzakkar
‫ مسجد ريد‬- masjidu zaidin --> Masjid (milik)Pak Zaid
‫ مسجد ليلي‬- masjidu layli --> Masjid (milik) Bu Lili
Perhatikan karena idhofaf kata-kata diatas adalah mudzakkar, maka
kata tunjuknya harus mudzakkar.
‫ هذا مسجد ريد‬- hadza masjidu zaidin --> ini masjid (milik)Pak Zaid
‫ هذا مسجد ليلي‬- hadza masjidu layli --> ini masjid (milik) Bu Lili
Terlihat bahwa kata tunjuknya mengambil patokan (referensi) ke
mudhof-nya yitu masjid yang mudzakkar.
Demikian kira-kira penjelasannya. Allahu a'lam.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 1/21/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-73-pertanyaan-darimalaysia.html
279
Topik 75: Istaghfir!
Bismillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan selesaikan latihan
surat An-Nashr. Terakhir kita sudah membahas penggalan pertama ayat
3. Kali ini kita akan tuntaskan pembahasan ayat 3.
‫سب ْح ب َح ْمد َرب َك َوا ْست َ ْغف ْره إنَّه َكانَ تَ َّوابا‬
َ َ‫ف‬
1. fa sabbih bi hamdi rabbika: maka bertasbihlah dengan memuji
Tuhanmu.
2. wa istagfir hu : dan minta ampunlah kepada Dia
3. Innahu : sesungguhnya Dia
4. Kaana : Dia adalah
4. Tawwaabaa: Maha penerima tobat.
Kita sudah membahas fasabbih. Topik kali ini kita akan membahas
mengenai point 2 sampai 4. Insya Allah.
Oke baiklah.
‫ واستغفره‬- wa istaghfir hu
Istaghfir, adalah KKT-8, dalam bentuk fi'il amr (kata kerja perintah).
Asalnya adalah sbb:
‫ غفر‬- ghafara - mengampuni (KK Asal)
‫ أغفر‬- aghfara - mengampunkan (KKT-1)
‫ غفر‬- ghaffara - mengampunkan (KKT-2)
280
‫ استغفر‬- istaghfara - minta ampun (KKT-8)
Sedangkan perubahan mendatar (tashrif ishtilahi) dari kata KKT-8 tsb
adalah:
1. KKL : ‫ استغفر‬- istaghfara (telah minta ampun)
2. KKS : ‫ يستغفر‬- yastaghfiru (sedang minta ampun)
3. Mashdar: ‫ استغفار‬- istighfaar (pengampunan)
4. Isim Fa'il: ‫ مستغفر‬- mustaghfir (orang yang minta ampun)
5. Isim Maf'ul: ‫ مستغفر‬- mustaghfar (orang yang diampuni)
6. Fi'il amar: ‫ استغفر‬- istaghfir (minta ampunlah!)
7. Fi'il nahy: ‫ ال تستغفر‬- laa tastaghfir (jangan minta ampun!)
8. Isim Zaman/Makan: ‫ مستغفر‬- mustaghfar (tempat / waktu memberi
ampun)
Jadi terlihat dalam susunan mendatar tersebut perubahan dari kata
istighfar menjadi istaghfir.
Hmm... gimana sih cara tahunya bagaimana tashrif (perubahan) suatu
Kata Kerja menjadi 8 macam tsb?
Gini, kalau KKT-1 sampai KKT-8, semua kata kerjanya, kalau mau dicari
perubahan bentuknya dari KKLnya sampai Isim Zaman/Makan nya,
maka perubahan tersebut mengikuti pola. Artinya, kalau kita tahu
polanya maka semua kata kerja tsb bisa kita buatkan perubahannya.
Yang repot adalah bagaimana perubahan dari KK Asal. Nah ini perlu
melihat di kamus perubahan (tashrif)nya.
281
Oke, kita sampai pada bagian terakhir.
‫ إنه كان توابا‬- inna hu kaana tawwaban
Kita sudah pernah membahas bentuk dan tugas Inna, yaitu
menashobkan mubtada' dan merafa'kan khobar. Tapi dalam kalimat
diatas, kok tidak terlihat ya dimana mubtada, dimana khobarnya?
Kita juga sudah pernah membahas bentuk dan tugas Kaana, yaitu
kebalikan dari tugas Inna. Kaana berfungsi merafa'kan mubtada' dan
menashobkan khobar. Tapi, ntar dulu... Dalam kalimat diatas dimana
mubtada' dan khobarnya?
Insya Allah kita akan bahas mengenai hal ini, dalam topik ini dan satu
topik setelah ini.
Oke, baiklah. Kita sudah tahu fungsi Inna. Contohnya:
‫ هللا عليم‬- Allahu 'aliimun : Allah Maha Mengetahui
Mubtada: Allahu
Khobar: 'aliimun
Sekarang kalau kita tambahkan Inna:
‫ إن هللا َعليم‬- inna Allaha 'aliimun : (sesungguhnya) Allah Maha Mengetahui
Terlihat disini tugas inna, yaitu merubah Allahu menjadi Allaha.
Sekarang dalam kalimat:
‫ إنه كان توابا‬- inna hu kaana tawwaban
Mubtada: hu (Dia / Allah) <-- isim dhomir
Khobar: kaana tawwaban <-- jumlah fi'liyyah
282
Nah ingat lagi, Inna itu menashobkan mubtada. Mubtada'nya mana?
Yaitu HU (kata ganti / isim dhomir).
Dalam kaidah bahasa Arab, isim dhomir shifatnya mabni (tetap). Oleh
karena itu dia tidak terpengaruh, walau dia kemasukan Inna. Alias
fungsi inna, yang menashobkan mubtada tidak "mempan" kena kepada
kata ganti.
Asal kalimat tsb adalah:
‫ هو كان توابا‬- huwa kaana tawwaba : Dia senantiasa Maha Penerima
taubat
Lalu kemasukan inna menjadi:
‫ إنه كان توابا‬- inna hu kaana tawwaban : Sesungguhnya Dia senantiasa
Maha Penerima Taubat.
Oke demikian dulu penjelasan mengenai mubtada dan khobar. Insya
Allah kita akan bahas bagaimana kasusnya kalau mubtada dan khobar
kemasukan kaana, tetapi khobarnya itu fi'il, atau jumlah fi'liyyah
(kalimat yang didahului kata kerja).
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 2/04/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/02/topik-75-istaghfir.html
Topik 76 : Past Perfect Tense
283
Bismillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Waktu pertama belajar kaana
‫ كان‬di hampir semua buku bahasa Arab menjelaskan dengan contoh
kalimat sempurna (ada mubtada dan khobar), dan efeknya setelah
dimasuki kaana.
Rata-rata diberi contoh seperti ini:
‫ – زيد جميل‬Zaidun jamilun : Zaid ganteng
dan jika kemasukan kaana menjadi:
‫ – كان زيد جميال‬kaana Zaidun jamiilan: (dulu) Zaid ganteng : Zaid was
handsome
Nah, contoh diatas tidaklah sukar untuk dilihat dan dipelajari polanya
bukan?
Ada sedikit soal yang muncul. Waktu saya membaca Al-Qur’an
terkadang yang muncul adalah kasus yang beda lagi. Ambil contoh,
waktu kita mencoba membaca surat 2 ayat 10:
َ‫عذَاب أَليم ب َما َكانوا َي ْكذبون‬
َّ ‫في قلوبه ْم َم َرض فَزَ ادَهم‬
َ ‫اّلل َم َرضا َولَه ْم‬
Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambahkan penyakit
(tsb) dan bagi mereka adzab yang pedih disebabkan apa-apa (yang
selama ini) mereka dustakan.
Perhatihakan kalimat terakhirnya:
‫ – بما كانوا يكذبون‬bimaa kaanuu yakdzibuuna
284
Perhatikan karena kalimat diatas adalah untuk orang-3 laki-laki jamak,
maka dipakai ‫ – كانوا‬kaanuu. Coba kita ganti menjadi orang-3 laki-laki
tunggal, maka kalimatnya menjadi:
‫ – بما كان يكذب‬bimaa kaana yakdzibu
Nah disini saya bingung. Kenapa?
Dalam buku-buku selalu diberi contoh setelah kaana selalu kata benda
(isim), kok di Al-Quran, banyak kalimat setelah kaana itu kata kerja
(fi’il).
Nah berikut penjelasannya.
Kalau saya berkata begini:
He studies Al-Quran – Dia belajar Al-Quran
Dalam bahasa Arab :
‫ هو يتعلم القران‬- huwa yata-‘allamu al-qur-aana
Kalau saya berkata:
He used to study Al-Quran : Dia (dulu) biasa belajar Al-Quran
‫ – كان يتعلم القوان‬kaana yata-‘allamu al-qur-aana
Nah bagaimana analisis mubtada khobarnya?
Begini mas dan mbak… Masih ingat kan bahwa tugas kaana adalah
merafa’kan mubtada menashobkan khobar?
Oke, sekarang kita lihat kalimat diatas:
‫ هو يتعلم القران‬- huwa yata-‘allamu al-qur-aana
285
Mubtada’ nya : huwa
Khobarnya: yata-’allamu al-qur-aana
Perhatikan khobarnya disini adalah sebuah kalimat sempurna yang
diawali dengan kata kerja sehingga sering disebut jumlah fi’liyyah.
Nah kalau khobarnya jumlah, maka pemasukan kaana kedalam susunan
mubtada dan khobar dalam kalimat diatas, mengakibatkan khobarnya
tidak kena efek apa-apa.
Oke coba kita masukkan kaaana:
‫ كان هو يتعلم القران‬- kaana huwa yata-‘allamu al-qur-aana
Karena setelah kata kerja tidak boleh ada dhomir (kata ganti) pelaku,
maka huwa dibuang, sehingga menjadi
‫ كان يتعلم القران‬- kaana yata-‘allamu al-qur-aana : He used to study AlQura’an
<>
Dari contoh ini jelaslah bagi kita bahwa, kalau setelah kaana itu ada
kata kerja, maka sebenarnya kata kerja itu adalah khobar dalam bentuk
fi’il, atau jumlah fi’liyyah.
Lalu apa fungsi Kaana terhadap fi’il tersebut?
Oke menariknya disini.
Kita sudah tahu bahwa dalam bahasa Arab, tenses hanya dibagi 2 saja,
yaitu:
- Imperfect Tense (pekerjaan yang masih berlangsung / belum selesai)
286
- Perfect Tense (pekerjaan yang sudah selesai)
Contohnya:
‫ – هو كتب كتابه‬huwa kataba kitaabahu : dia (telah selesai) menulis
bukunya.
‫ – هو يكتب كتابه‬huwa yaktubu kitaabahu : dia (sedang) menulis bukunya.
Nah dalam bahasa Inggris kita tahu, jumlah tenses banyak kan? Ada
present perfect, ada past perfect dsb. Nah sebenarnya kaana dan
yakuunu dapat berfungsi untuk memberi efek waktu terhadap suatu
perkerjaan yang mirip-mirip dengan bahasa Inggris.
Contohnya jika saya masukkan kaana.
‫ – كان كتب كتابه‬kaana kataba kitaabahu : He had written his book
‫ – كان يكتب كتابه‬kaana yaktubu kitaabahu: He had been writing his book
‫ – سيكون كتب كتابه‬sayakuunu kataba kitaabahu: He will have written his
book
‫ – سيكون يكتب كتابه‬sayakuunu yaktubu kitaabahu: He will be writing his
book
Walau dalam beberapa konteks tidak bisa disamakan persis, tetapi kirakira kaana bisa difungsikan untuk memberi efek waktu ”had” atau ”will”
kepada sebuah kata kerja.
Demikian telah kita bahas fungsi lain dari kaana. Semoga Anda yang
biasa belajar tenses bahasa Inggris, juga mengerti bahwa dalam bahasa
Arab, bisa juga dibentuk hal yang mirip dengan tenses bahasa Inggris
(walau tidak ”pas” 100%).
287
Allahu a’lam bishshowwaab.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 2/05/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/02/topik-76-past-perfecttense.html
288
Topik 77: Kalimat Pasif (lanjutan I)
Bisimillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Setelah off, beberapa lama,
kita coba lanjutkan pembahasan mengenai kalimat pasif. Mengapa
topik ini yang dipilih?
Ada beberapa alasan. Tetapi yang paling menarik untuk disampaikan
adalah, seringkali bagi pemula (saya Insya Allah juga termasuk pemula -don't worry), ada beberapa kesalahan pengertian dari orang yang
berbahasa non-arab (Indonesia, Melayu, maupun Inggris) dalam
memahami kalimat pasif dalam bahasa Arab.
Ambil contoh: Saya membaca buku.
Kita sudah paham, bahwa Subject, adalah saya, dan object adalah buku.
Kalau dalam bahasa Inggris juga begitu: I read a book.
Kalau dijadikan kalimat pasif, kita juga mengerti, kalimat itu menjadi:
Buku dibaca oleh saya.
A book was read by me.
Tapi dalam bahasa Arab, Subject dalam kalimat pasif tidak boleh
muncul. (pakai bahasa gaul sekarang) Dilarang muncul boo'!
Sehingga kalimat diatas, hanya bisa di-Arab-kan sbb:
Buku dibaca.
Sudah. Gitu aja.
Kok bisa?
289
Ya begitu peraturannya.
Dalam bahasa Arab, sebuah kalimat, jika hendak memunculkan Subject,
hendaklah dibuat dalam kalimat aktif.
Subject dalam kalimat pasif, mesti dihilangkan. Kata orang arab,
subjectnya: Majhul. Majhul artinya: tidak diketahui.
Jadi kalau kita buat contoh diatas:
‫الكتاب‬
‫ انا قرأت‬- ana qora'tu alkitaaba : saya membaca buku.
َ
Jika dibuat pasif:
‫ قرئ الكتاب‬- quri-a al-kitaabu : buku dibaca
Perhatikan hal-hal berikut:
1. Saya sebagai subject hilang (tidak ada dalam bahasa Arab: buku
dibaca oleh saya).
2. Kata kerja yang dalam kalimat aktif: qora'tu (ada tu = saya), maka
dalam kalimat pasif akhiran tu tersebut hilang.
3. Kata kerja dalam kalimat pasif, mengikuti dhomir dari naibul fa'il.
Karena naibul fa'il adalah al-kitaab (huwa), maka kata kerjanya kembali
ke KKA (Kata Kerja Asal), yaitu qora-a.
4. Cara membuat pasif qo-ra-a, adalah dengan men-dhommah kan kata
pertama, dan meng-kasrah-kan kata sebelum akhir. Sehingga aktif: qora-a, pasif: qu-ri-a.
5. I'rob (harokat akhir) dari al-kitaab, adalah dhommah, sehingga
dibaca: quri-a alkitaabu.
Weleh-weleh... banyak yang musti diperhatikan ya...
290
Ada yang kadang sering terlewatkan. Apa itu?
Perhatikan, bahwa dalam pelajaran tata bahasa Arab, biasanya pertama
yang dikenalkan adalah maf'ul (object) harus fathah.
‫الكتاب‬
‫ انا قرأت‬- ana qora'tu alkitaaba : saya membaca buku.
َ
Perhatikan, al-kitaab dalam posisi kalimat diatas adalah object. Maka
dia fathah, sehingga dibaca al-kitaa-ba.
Nah kadang dalam kalimat pasif seorang pemula akan membuat
kalimat sbb:
‫ قرئ الكتاب‬- quri-a al-kitaaba : mereka membaca al-kitaaba.
Kalau ditanya ke pemula tsb: kok dibaca al-kitaaba? Mereka akan
jawab, lha kan posisi al-kitaab dalam kalimat tersebut tetap Object
(maf'ul). Nah kalau maf'ul kan dibaca fathah.
Nah disini kita harus hati-hati. Walaupun suatu kata benda, berfungsi
sebagai Object, tapi lihat dulu, apakah dia ada dalam kalimat pasif.
Kalau dalam kalimat pasif, maka Object tsb, berubah menjadi Naibul
Fa'il, yang ber-'irob Dhommah.
Sehingga yang benar itu, membacanya:
‫ قرئ الكتاب‬- quri-a al-kitaabu : buku dibaca
Sekarang kita hendak lihat, salah satu contoh dalam Al-Quran surat 84
ayat 21:
‫ وإذا قرئ عليهم القران ال يسجدون‬- dan jika dibacakan Al-Quran kepada
mereka, mereka tidak sujud.
291
Lihat disitu, bahwa yang menjadi naibul fa'il adalah Al-Quran, dan i'rob
nya adalah dhommah. Sehingga dibaca:
wa idza quri-a alayhim al-quraanu (bukan al-quraana) laa yasjuduun.
Topik selanjutnya akan kita bahas Rumus mudah mengubah kata kerja
dari aktif ke pasif. Insya Allah.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/03/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/03/topik-77-kalimat-pasiflanjutan-i.html
292
Topik 78: Kalimat Pasif KKT 5
Bismillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Mohon maaf karena satu dan
lain hal frekuensi penulisan agak “slow” hehe… Kata salah seorang
teman saya, Pak Herry Sudjono: “wah… lagi nyari inspirasi ya…” hehe…
Sebenarnya bukan cari inspirasi, karena masih banyak materi di bukubuku bahasa Arab yang bisa diangkat disini untuk dibicarakan, termasuk
membahas ayat-ayat Al-Quran. Akan tetapi yang sebenarnya terjadi
adalah, saat ini saya merasa agak ”jenuh” untuk menulis. Tapi karena
satu dan beberapa email minta saya nulis lagi, menambah semangat
saya juga untuk terus menulis. Mungkin ini salah satu maksud mengapa
di ayat-ayat AQ, menggunakan KKT 4, wa tawaashaw bil haqqi
(tawaashaw, KKT 4 mendapat tambahan TA dan ALIF, yang artinya
saling mengerjakan sesuatu). Wa tawaashaw (saling ”washi” –
berwasiat), ya kita harus saling berwasiat, saling mengingatkan, saling
memberi semangat, untuk tetap istiqomah dijalan kebaikan.
Oke baiklah. Karena hari ini adalah hari libur nasional memperingati
Maulid Nabi besar Muhammad SAW, mari kita saling mengigatkan
untuk senantiasa mengikuti uswatun hasanatun kita Rasulullah SAW.
Ulama-ulama sholih mengingatkan kita untuk giat belajar bahasa Arab,
sebagai pilar untuk mempertahankan kemurnian ajaran Islam.
Dinasehatkan:
‫ – تعلموا اللغة العربية واعلموها الناس‬ta’allamuu al-lughota al-arabiyyata wa
’allimuuhaa an-naasa
Pelajarilah bahasa Arab dan ajarkanlah kepada manusia.
293
Umar RA juga mengingatkan kita untuk belajar bahasa Al-Quran ini. Dia
berkata:
‫ – تعلموا الغة العربية فإنها من دينكم‬ta’allamuu al-lughata al-‘arabiyyata
fainnahaa min diinikum
Pelajarilah bahasa Arab karena bahasa Arab itu bagian dari agamamu
Oke, baiklah kita segera mulai lanjutan pelajaran kita…
Aina washolnaa? (sudah sampai dimana kita kemaren?) Oh ya sudah
bahas mengenai Kalimat Pasif. Tapi yang sudah kita bahas itu hanya
kalimat pasif dari kata kerja 3 huruf asli. Contoh:
‫ – خلق هللا الناس‬kholaqo Allahu an-naasa (Allah menciptakan manusia)
‫ – خلق الناس‬khuliqa an-naasu (Manusia diciptakan)
Kalau ada waktu insya Allah kita bisa bahas, ragam kalimat dari satu
kalimat aktif menjadi 3 bagian:
1. Kalimat pasif
2. Kalimat berita tentang subject
3. Kalimat berita tentang object
Wah apa lagi nih… Gini Mas… Biar jelas, kita kasih contoh saja ya…
‫ – يفتح الموظف باب المكتبة صباحا‬yaftahu al-muwazhzhofu baaba almaktabati shobbaahan
Petugas itu membuka pintu perpustakaan pada pagi hari.
Oke kalimat diatas kalimat aktif kan? Oke... sekarang kita bisa membuat
3 macam kalimat dari kalimat diatas, yaitu:
294
‫ – يفتح باب المكتبة صباحا‬yuftahu baabu al-maktabati shobbaahan.
Pintu perpustakaan dibuka pada pagi hari.
Itu kalimat pertama yang bisa kita buat. Sekarang kalimat ke dua, yang
menjelaskan tentang subject. Siapa subjectnya : petugas. Ngapain dia?
Membuka pintu.
‫ – الموظف فاتح‬al-muwazzafu faathihun : petugas itu (adalah) orang yang
membuka (pintu)
Kalimat ketiga yang kita bisa buat, adalah kalimat tentang object, yaitu
pintu.
‫ – باب المكتبة مفتوح‬baabu al-maktabati maftuuhun: pintu perpustakaan itu
terbuka.
Terlihat kan bahwa dari satu kalimat aktif yang sempurna, kita bisa
membuat 3 macam kalimat baru. Insya Allah kita akan latihan hal ini
lagi di bagian-bagian lain.
Sekarang kita lihat hal yang sedikit lebih sukar. Apa itu?
Oke... Bagaimana membentuk kalimat pasif dari KKT 5. Oh ya KKT 5 itu
adalah KKT dengan wazan ‫ – تفعل‬tafa’-‘ala.
Contohnya:
‫ – تفكر في‬tafakkara fii : memikirkan
‫ – تفكر محمد في درسه‬tafakkara muhammadun fii darsihi : Muhammad
memikirkan pelajarannya.
Bagaimana pasifnya?
‫ درسه تفكر في‬-darsuhu tufukkira fii : Pelajarannya dipikirkan.
295
Oke, apa yang bisa dipelajari? Insya Allah mudah. Yaitu, jika kita
bertemu wazan KKT-5, maka urutan aktif pasif sbb:
‫ – تفعل‬tafa’-‘ala (aktif)
‫ – تفعل‬tufu’-‘ila (pasif)
Contoh lain:
‫ – تقدم الوالد أمام ولده‬taqoddama al-waalidu amaama waladihi : Bapak itu
berjalan mendahului anaknya.
Lihat KKT 5 nya: ‫ – تقدم‬taqoddama : berjalan mendahului
Jika dipasifkan, ingat ingat lagi wazannya: tufu’-‘ila, berarti taqoddama
menjadi tuquddima. Sehingga kalimatnya menjadi:
‫ – تقدم الولد‬tuquddima al-waladu : anak itu didahului.
Oke… Insya Allah mengerti ya… Kita akan lanjutkan lagi dengan topik
lain, dengan masih membahas seputar kalimat pasif. Insya Allah.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/20/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/03/topik-78-kalimat-pasif-kkt5.html
296
Topik 79: Format Baru
Bismillahirrahmanirrahim
Para pembaca yang dirahmati Allah. Untuk menambah variasi dalam
tulisan ini, saya akan coba “permak” format penulisan, Insya Allah mulai
tulisan topik ini. Saya akan bagi tiga bagian: (i) Ungkapan, (ii) Kosa Kata
Baru, (iii) Al-Quran.
Sampai kapan format ini akan bertahan? Allahu a’lamu. Yang jelas saya
mencoba mengubah format penulisan agar tetap segar. Baiklah kita
mulai.
I. Ungkapan
‫ – السالم عليكم‬assalamu ‘alaykum
‫ – وعليكم السالم ورحمة هللا وبركاته‬wa ‘alaykumussalaam warahmatullahi
wabarakaatuh
‫صبَاح ْال َخيْر‬
َ – shobbaahul khair : selamat pagi
‫صبَاح النُّ ْور‬
َ – shobbaahun nuur : selamat pagi juga (jawaban)
‫اك‬
َ ‫ – م ْنذ زَ َمان لَ ْم أ َ َر‬mundzu zamaan lam arooka : lama saya tidak berjumpa
Anda
‫ْف َحال َك‬
َ ‫ – َكي‬kaifa haaluk ? : bagaimana kabar Anda?
‫ – الحمد هلل أَنَا ب َخيْر‬Alhamdulillah ana bi khoir: Alhamdulillah saya baik-baik
saja
‫سعيْد بلقَائ َك‬
َ ‫ – أَنَا‬ana sa’iid biliqooik : saya gembira berjumpa denganmu
‫ – أَنَا فج ْور بلقَائ َك‬ana fuujuur biliqooik: saya senang berjumpa denganmu
297
‫سعيْدا َهذَا ْال َي ْو َم‬
َ ‫ – تَبْد ْو‬tabdu sa’iid hadzal yaum : Anda tampak gembira hari
ini
‫ – ش ْكرا‬syukran : terima kasih
‫ – تَفَض َّْل ب ْلجل ْوس‬tafaddhol bil juluus : silahkan duduk
‫ – ال َبيْت َب ْيت َ َك‬al-baytu baitak : (rumah ini rumahmu) = anggaplah rumah
sendiri
‫ش ْي‬
َ ‫ – َهيَّا نَ ْش َربْ ال‬hayya nasyrobis syaay : mari kita minum teh
II. Kosa Kata Baru
‫ – سعيد‬sa-‘iid : gembira
‫ – تفضل‬tafaddhol : silahkan
‫ – نشرب‬nasyrab : minum
III. Al-Quran
Baiklah kita coba lihat tiga kata baru yang kita pelajari tsb di Al-Quran.
Kata ‫ – سعيد‬sa’iid, dapat kita tebak, sebagai kata shifat. Loh… kok bisa?
Ya tampak dari adanya ya, yang menyebabkan bunyi iii panjang.
Contohnya kariim ‫( كريم‬mulia), kabiir ‫( كبير‬besar), jamiil ‫( جميل‬cantik),
dsb.
Kalau mau tahu kata kerjanya, maka buang ya nya, sehingga menjadi
sa-’i-da ‫سعد‬.
Kata sa-‘i-da : bahagia (happy, blessed) dalam Al-Quran ada di satu
surat 11:108
‫ – وأما الذين سعدوا‬wa ammal ladziina su-‘iduu : dan adapun orang-orang
yang dibahagiakan
298
Terlihat disini Al-Quran menggunakan bentuk
(dibahagiakan), atau su-‘i-duu (mereka dibahagiakan).
pasif:
su-‘i-da
Sedangkan kata sa’iid (bahagia, kata sifat) ada dalam satu surat di AlQuran, 11:105
‫ – فمنهم شقي وسعيد‬faminhum syaqiyyun wa sa-‘ii-dun : dan diantara
mereka ada yang syaqiyyun (celaka), ada yang sa-‘ii-dun (bahagia).
Selanjutnya, kata ‫ تفضل‬- tafadhdhol, adalah kata kerja perintah, yang
artinya: Silahkan. Ini adalah bentuk kata kerja turunan ke 5. Akar
katanya adalah:
‫ يفضل‬- ‫ فضل‬: fadhola - yafdhulu : lebih
‫ يتفضل‬- ‫ تفضل‬: tafadhdhola - yatafadhdholu : memberikan karunia, atau
melebihkan
‫ تفضل‬: tafadhdhol: silahkan
Di Al-Quran akar kata tafadhdhol ini kita jumpai dalam 2 ayat: yaitu
surat 13 : 4, dan surat 23 : 24. Akan tetapi bentuk yang dipakai adalah
kata kerja asal bukan KKT 2. Contohnya di surat 13: 4:
‫ ونفضل بعضها‬- wa nufadhdhilu ba'dhohaa : dan kami melebihkan
sebagian dari mereka.
Disini yang di gunakan adalah KKT-2. Ingat-ingat lagi fungsi KKT-2
adalah untuk mengjadikan fi'il yang tidak punya objek menjadi punya
objek. Dalam rumus praktis, KKT-2 itu adalah kata kerja yang mendapat
tambahan me....kan.
Contoh KK asal: fadhola = lebih, maka
KKT-2: fahddhola - yufadhdhilu = me-lebih-kan.
299
Kata terakhir yang hendak kita bahas adalah: nasyrob = kita minum.
Akar katanya adalah syariba - yasyrabu : minum.
Dalam AQ, kata syariba - yashrabu ini kita jumpai dalam banyak tempat.
Contohnya di surat 83:28.
‫ عينا يشرب بها المكربون‬- 'ainan yasyrabu bihaa al-mukarrabuun: mata air
yang a-lmukarrabuun meminum nya.
Terlihat disini yang digukakan adalah KK asal dalam bentuk present (fi'il
mudhori').
Dan masih banyak lagi kata yasrabu (minum) ini terdapat dalam AQ.
Sebagai penutup, ayat ini cukup sering digunakan untuk menasehati
teman/orang lain agar tidak berlebih lebihan dalam makan/minum,
surat 7:31.
‫ كلوا واشربوا وال تسرفوا‬- kuluu wasyrabuu walaa tusrifuu : makan dan
minumlah, tapi jangan berlebih-lebihan.
Demikian... Insya Allah kita akan lanjutkan pada topik berikutnya.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/28/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/03/topik-79-format-baru.html
300
Topik 80: Jawaban Pertanyaan
Bismillahirrahim.
Wah, tumben pagi ini saya terima Email di mailbox saya. Ada yang nulis
di bagian Comments (dibawah) bertanya, pada posting terakhir 1 bulan
yang lalu. Memang sudah agak lama saya tidak menulis di Blog ini.
Tetapi karena ada pertanyaan, saya sempatkan menuliskan
jawabannya.
Yang ditanyakan:
Apa fungsi wazan ‫ تفاعل‬- tafaa 'ala
Apa fungsi wazan ‫ استفعل‬- istaf 'ala
Dan apa beda keduanya.
Oke deh. Rasanya sudah pernah saya bahas, di topik-topik yang lalu ya.
1. Apa fungsi wazan ‫ تفاعل‬- tafaa 'ala
Secara teoritis nahwu, fungsi wazan tafaa 'ala: menunjukkan pekerjaan
itu terjadi antara 2 belah pihak (makna saling).
Contoh:
‫ تحاصم الكفار‬- tahaa-shoma al-kuffaaru : orang-orang kafir itu saling
bermusuhan
Atau contoh di AQ: Surat An-naba'
‫ عم يتساءلون‬- 'amma ya-tasaa-aluun : tentang apakah mereka saling
bertanya?
Akan tetapi dalam beberapa hal, wazan ini juga berfungsi untuk:
301
a. Menunjukkan pengertian pura-pura. Contoh:
‫ تمارض الكسالن‬- tamaaradha al-kaslaanu : orang malas itu pura-pura sakit
b. Menunjukkan pekerjaan yang terjadi berangsur-angsur. Contoh:
‫ توارد الزائرون‬- tawaarada adz-dzaa-i-ruuna : para pengunjung itu
berangsur-angsur datang.
c. Menunjukkan pengertian aslinya. Contoh:
‫ تعالى هللا‬- ta-'aa-lallahu : Allah ta-'aalaa. Kata ta-'aala disini sama
maksudnya dengan 'alaa (Maha Tinggi).
d. Menunjukkan akibat dari suatu perbuatan. Contoh:
‫ باعدت خالدا فتباعد‬- baa-'ad-tu Khoolidan fa tabaa-'a-da : aku menjauh dari
Kholid, maka dia(pun) menjauh.
Oke sekarang pertanyaan ke 2.
2. Apa fungsi wazan ‫ استفعل‬- istaf 'ala
Secara teoritis nahwu, fungsi wazan istaf 'ala: menunjukkan pekerjaan
yang meminta sesuatu ke pihak lain.
Contoh:
‫ استغفرت هلل‬- istaghfartu lillahi : Aku minta-ampun kepada Allah
Akan tetapi dalam beberapa hal, wazan ini juga berfungsi untuk:
Memiliki sifat atau menganggap. Contoh:
‫ هو استحل الحرام‬- huwa istahalla alharaama : dia mengganggap halal
(sesuatu yang) haram itu.
302
Dan beberapa fungsi lainnya. Sementara kita cukupkan sampai disini
dulu, pembahasannya.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/15/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/05/topik-80-jawabanpertanyaan.html
303
Topik 81: Sallim
Bismillahirrahmanirrahim.
Sudah lama sekali saya tidak menulis. Selain sedang ada tugas-tugas
kantor dan kuliah, juga tugas sebagai ayah dari anak-anak yang mulai
abg, juga tidak mudah :-) Disamping itu, saya juga ragu apakah
pembaca blog ini sudah pada belajar ke gurunya masing-masing,
sehingga belajar bahasa arabnya pun semakin bisa lebih kencang. Jika
ya alhamdulillah. Mari kita giatkan dan tularkan ke muslim lainnya agar
mau belajar bahasa Al-Quran ini. Saya dibilangin oleh seorang saudara
saya, bahwa dia mendengar sebuah hadist: ta'allamuu al-lughata alarabiyata wa 'allimuuha an-naasa (belajarlah bahasa Arab, dan
ajarkanlah dia kepada manusia).
Sallim
Mari kita ingat hal yang sederhana. Dulu waktu saya SMA, kadang
bertemu orang / saudara, dia berkata ke anaknya: "ayo sallim, ayo nak
sallim..." Waktu itu saya hanya sedikit bingung, karena terdengar asing
ditelinga. Yang sering diucapkan orang: "ayo nak, salam", atau "ayo
salaman nak".
Sebenarnya yang paling tepat memang: "ayo nak, sallim".
Kata sallim, adalah bentuk kata kerja perintah.
‫ سل ْم‬- sallim : beri salam!
Kata ini dibentuk dari kata sallama - yusallimu - tasliiman, yang artinya
menyelamatkan atau memberi salam.
304
Tapi jangan pula sampai "double L" nya tak terucap. Nanti artinya lain.
Kadang kita sering mendengar: "ayo salim". Nah salim atau saliim, ini
artinya selamat atau sentosa, bukan memberi salam. Jadi "ayo nak,
salim", beda dengan "ayo nak sallim".
Poster di pintu
Kadang untuk membiasakan seorang anak (saya sih belum
mempraktekkan, hanya dengar dari teman), maka di rumah bisa
dipasang poster yang ada tulisan arabnya.
‫ اطرق الباب أوال‬- uthruq al-baaba awwalan : ketok pintu ini terlebih
dahulu.
Kalimat ini bisa dipasang di pintu kamar orang tua.
Atau bisa juga dibiasakan, waktu kita mau masuk rumah orang kita
suruh anak kita: "uthtruq awwalan" - ketok dulu... dst
Menyuruh anak memperkenalkan diri
Selanjutnya waktu kita menyuruh si anak memperkenalkan diri, bisa
kita pakai ekspresi kalimat berikut:
‫ عرف نفسك‬- 'arrif nafsaka : perkenalkan dirimu
Kata 'arrif, berasal dari kata 'arrafa yu-'arrifu ta'riifan, yang artinya
mengenalkan, atau memberitahukan.
Kata 'arrafa ini kita temukan di Al-Quran surat 47 ayat 6:
‫ع َّرفَ َها لَه ْم‬
َ َ‫ َويدْخلهم ْال َجنَّة‬- wayudkhilhum aljannata 'arrafahaa lahum
dan Allah memasukkan mereka ke dalam surga (yang) Dia telah
memberitahukan (tentang)surga itu kepada mereka (sebelumnya).
305
Pola kata 'arrafa adalah KKT-2, yang biasanya dalam pola bahasa
Indonesia me+KataKerja+kan.
Ini yang membedakan 'arrafa (KKT-2) dengan 'arafa (KKT-1)
'arafa (KKT-1) artinya mengenal.
Seperti ‫ عرفت محمدا‬- 'araftu muhammadan : saya kenal muhammad
Sedangkan 'arrafa (KKT-2) artinya mengenalkan (sesuatu) kepada
(seseorang)
‫ عرفت هذا الكتاب لك‬- 'arraftu hadzal kitaaba laka : saya mengenalkan kitab
ini kepadamu.
Orang yang 'arif
Kita sering mendengar orang berkata: Ih dia orangnya 'arif banget ya?
Nah kata 'arif sudah diserap kedalam bahasa Indonesia, yang sering
diasosiasikan dengan arti: orang yang bijaksana.
Sebenarnya banyak sekali kata bentukan dari 'arafa ini, yand diserap ke
bahasa Indonesia.
Mari kita lihat tashrifnya:
'arrafa yu'rifu 'irfah 'irfan ma'rifah
3 kata terakhir adalah mashdar.
Kita sering mendengar, "oh dia itu ahli irfan", maksudnya dia itu orang
yang punya pengetahuan yang tidak dimiliki orang lain (atau
dipersepsikan orang yang bijak, orang yang bisa meramal masa depan,
mengerti maksud yang tersembunyi, dsb)
306
Kita juga sering mendengar, kata ma'rifah, yang artinya pengetahuan.
Seperti: "yang pertama kali mesti dipelajari adalah ma'rifatullah",
maksud ma'rifatullah adalah pengetahuan tentang Allah.
Ta'arruf
Nah kata ini lagi trend. Ta'arruf, adalah kata 'arafa (KKT-1) yang
kemudian berubah bentuk jadi KKT-5 dari wazan fa'-'ala, sehingga
menjadi ta-'arrafa, yang artinya berkenalan dengan.
Sebelum proses menikah, didahului dengan proses ta'arruf, artinya
proses mengenal calon istri.
Ma'ruf
Ma'ruf artinya sesuatu yang diketahui. Wazannya sama seperti
manshur ‫( منصور‬orang yang ditolong). Kalau orang yang menolong:
naashir ‫ ناصر‬. Dengan wazan yang sama, orang yang mengetahui
disebut 'aarif ‫عارف‬.
Mudah kan? Ya, kalau sudah kenal dengan wazan2x tsb maka lebih
mudah membentuk kata-kata dalam bahasa Arab. Insya Allah.
(se)Gitu dulu yah...
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/13/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/06/topik-81-sallim.html
307
Topik 82: Muhrim
Bisimillahirrahmanirrahim.
Kata muhrim sering kita pakai. "Eh awas... nanti whudhu'mu batal...
jangan dekat-dekat... bukan muhrim". Muhrim yang dimaksud disini,
adalah orang yang haram dinikahi.
Kata yang dekat dengan kata muhrim banyak. Antara lain: kata haram,
muharram, mahrum, mahram, dsb.
Haram dan Halal
Haram, ‫ حرام‬adalah lawan dari Halal ‫حالل‬. Sudah tidak kita perlukan
penafsiran apa-apa lagi kan. Haram artinya sesuatu yang dilarang. Halal
artinya sesuatu yang dibolehkan.
Dari mana asalnya kata Haram? Perhatikan kata haram dalam bahasa
Indonesia itu dalam bahasa Arabnya ‫ حرام‬. Ada 4 huruf kan. HA RO ALIF
dan MIM. Nah sebuah kata bahasa Arab umumnya terdiri dari 3 huruf
asli (yaitu huruf hijaiyah selain YA, WAW, dan ALIF).
Kalau begitu kata ‫ حرام‬- yang 4 huruf itu, karena ada ALIF, maka huruf
aslinya hanya 3, yaitu HA RO dan MIM. Jadilah dia: ‫حرم‬.
Nah yang jadi soal gimana mbacanya? Dia bisa kita baca harama,
haruma, harima. Ada 3 kemungkinan. Lho... kan bisa juga kita baca
hurima, hurimi, dsb? Ya Anda benar. Akan tetapi yang umum jadi entri
pertama di kamus adalah AWAL dan AKHIR fathah. Dengan demikian
tengahnya bisa fathah, kasroh, atau dhommah. So hanya 3
kemungkinan.
308
Okeh... sekarang kita lihat lagi. Kata ‫ حرم‬, jika mendapat alif sebelum
huruf terakhir, maka biasanya kata itu menunjukkan sifat, dan cara
bacanya tertentu. Jadi kata ‫ حرام‬, walau tidak ada harokatnya, dibaca
haraam. Yaitu sesuatu yg sifatnya haram.
Sama halnya dengan ‫ رحمان‬walau tidak ada harokatnya kita baca
rahmaan. Tidak bisa dibaca ruhmaan, atau rihmaan.
Sekarang balik lagi ke kata ‫حرم‬. Bagaimana cara membacanya, diantara
3 kemungkinan? Hanya ada 1 cara, yaitu lihat kamus... (hik.. only
that??? lah iya laaa...)
Di kamus ditulis:
‫ حرم يحرم حرما‬- haruma yahrumu hurman : haram, terlarang.
Berarti kita bacanya haruma (kata kerja).
Simple kan? Insya Allah ya...
Oke, dari KKL haruma itu, banyak kata yang terbentuk setelahnya,
seperti:
‫ حرم‬- harrama : mengharamkan (KKT-2)
‫ أحرم‬- ahrama : berihram (KKT-1)
TAHRIIM dan MUHRIM
Kata ahrama - berihram. Orang yang melakukan ihram disebut ‫ محرم‬muhrim (isim fa'il). Sama halnya dengan ‫ أسلم‬- aslama : berIslam, maka
orang yang Islam disebut ‫ مسلم‬- muslim.
Jadi kalau begitu kata MUHRIM lebih tepat diartikan orang yang
berihram (sedang melaksanakan ibadah haji).
309
Sedangkan kata ‫ محرم‬- mahram, adalah orang yang haram dinikahi.
Dalam AQ sesuatu yang dilarang disebut dengan mahruum ‫ محروم‬.
Kata tahrim artinya pengharaman. Kata ini adalah kata masdhar dari
harrama. Tashrifnya adalah: harrama yuharrimu tahriim.
Muharram
Muharram ‫ محرم‬adalah nama bulan. Secara letterleijk, muharram
adalah isim maf'ul (objek) dari kata harrama. Jadi kalau harrama
mengharamkan, muharrim adalah sesuatu yang mengharamkan,
sedangkan muharram artinya sesuatu yang diharamkan. Dari kacamata
sejarah bulan muharram adalah bulan dimana berperang dibulan tsb
diharamkan.
Kembali lagi ke konteks muhrim dan mahram. Kalau yang dimaksud
orang yang tidak boleh dinikahi maka disebut mahram, bukan muhrim.
Karena muhrim adalah orang yang berihram. Di Indonesia dan Malaysia
(kalo tidak salah), sering dijumpai perkataan muhrim, tapi maksudnya
mahram.
Allahu a'lam.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/17/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/06/topik-82-muhrim.html
310
IKLAN
َ‫اّلل َي ْعلَم َما يس ُّرونَ َو َما ي ْعلنون‬
َ ‫أ َ َوالَ َي ْع َلمونَ أ َ َّن‬
Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui segala apa
yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka) dan apa yang mereka
iklankan (dengan ucapan mereka) (QS 2:77).
Kata yu’linuun, terambil dari kata ‫‘ – علن‬alana, lalu mendapat tambahan
alif menjadi ‫ – أعلن‬a’lana.
Jika wazan ini kita teruskan:
َ‫ أ َ ْعلَنَ – ي ْعلن – إع َْالن‬: a’lana – yu’linu – i’laan,
mengumumkan/memberitahukan/menyatakan (to declare)
artinya
Bentuk ‫ – إعالن‬i’laan, diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi IKLAN.
Jadi (mungkin) hakekatnya sebuah IKLAN adalah sebuah pemberituan.
Demikian one word, kali ini.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/14/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/07/iklan.html
311
Topik 83: Sampai ke Aspal
Bismillahirrahmanirrahim.
Gatal juga tangan, di-tanyain di bagian komentar: "edisi Agustus
ditunggu" :)
Terus terang agak bingung juga, mau nyampaian apa ya? Karena tidak
ada yang nanya topik sebelumnya, jadi saya anggap kali sudah ngerti
bahasa Arab.
Oleh karena itu saya isi dengan selingan ringan saja.
"Sampai ke aspal"
Pernah dengar surat ini kan? Pastinya sudah hafal ya, Insya Allah.
Laqod kholaknal insaana fii ahsani takwiim
Ya surat At-Tin.
‫سن ت َ ْقويم‬
َ ‫سانَ في أ َ ْح‬
َ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإل ْن‬
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya
‫ لَقَ ْد‬laqod - sungguh sungguh
La disini adalah lam taukid (penegasan), yang artinya sesunggunhya,
benar-benar, atau sungguh.
Qod disini berarti: sungguh telah. Biasanya kata Qod, sering diartikan
sebagai bentuk penanda dari perfect tense. Artinya pekerjaan (katakerja/fi'il) sesudah qod itu telah sempurna di kerjakan.
312
Nah, laqod, artinya sungguh-sungguh sekali, atawa sungguh-sungguh
kuadrat, menandakan berita berikutnya adalah pekerjaan yang sangat
serius.
‫ َخلَ ْقنَا‬kholaknaa - kami telah ciptakan
Lihat bahwa sesudah qod biasanya (pasti) fi'il madhy. kholaknaa (we
had created)
َ‫سان‬
َ ‫ اإل ْن‬- insaana - insan / manusia
Lihat bahwa, karena posisinya adalah object, maka harokat akhir adalah
fathah, insaana, bukan insaani atau insaani
‫ في‬fii - dalam (huruf jer / kata depan)
‫سن ت َ ْقويم‬
َ ‫ أ َ ْح‬- sebaik-baik bentuk.
Kata ahsani, awalnya adalah ahsanu, karena setelah huruf jer, maka
berubah jadi ahsani, yang artinya paling baik. Wazannya mirip dengan
akbaru (paling besar), ajmalu (paling ganteng), dst.
Kata taqwiim, sepinta wazannya mirip dengan tasliim, berarti wazannya
adalah af-'ala. Kita cari dikamus pada kata ALIF QOF ALIF MIM.
Dikamus kata ini artinya: berdiri, tegak, panjang (tinggi).
Di AQ terjemahan banyak disebutkan kata takwiim ini artinya: bentuk.
Muhsin M Khan, menarjamahkan kata takwiim ini dengan "stature"
(panjang/tinggi/postur badan).
Kemudian ayat selanjutnya:
َ‫سافلين‬
َ ‫ث َّم َردَ ْدنَاه أ َ ْسفَ َل‬
313
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka)
Nah bagi orang Sunda (maaf ya) yang biasa melafalkan f dengan p, ayat
diatas dibaca:
tsumma radadnaahu aspala ...
Kata asfal terbaca aspal.
Kemudian Kami kembalikan dia sampai-sampai ke aspal-aspal.
Ya, awalnya manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk, lalu setelah
banyak bergelimang dosa maka mereka jatuh ke tempat yang paling
rendah (asfal).
Hehe... kata asfal diatas, bukan berarti aspal (cara baca orang Sunda),
akan tetapi maknanya dekat.
ASFALA
Kata ini berasal dari kata SIN FA LAM.
Kita mungkin sering mendengar hadist berikut:
‫ اليد العليا خير من اليد السفلى‬- al yadul 'ulyaa khairun minal yadis sufla
Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah
Nah kata "diatas" disini adalah "'ulya", dan "dibawah" disini adalah
"sufla".
Kata sufla, asfala menunjukkan ke tempat yang rendah, atau dibawah.
314
Jadi kalau aspal letaknya dibawah, maka yaa... mirip-mirip lah... Aspal
itu tempatnya dibawah (rendah), warnanya hitam (melambangkan
dosa), permukaannya kasar (hilangnya kelembutan), dst.
Kecuali nanti, entah ada aspal yang letaknnya diatas, warnanya putih,
dan permukaannya halus.
Wassalam.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/19/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/08/topik-83-sampai-keaspal.html
315
Topik 84: Kuntum Khaira Ummatin
Bismillahirrahmanirrahim.
Ada yang bertanya megenani QS 3:110, khususnya pada bagian
"ukhrijat".
Baiklah kita coba bahas, semampu saya ya... hehe...
Ayatnya sbb:
ْ ‫ك ْنت ْم َخي َْر أ َّمة أ ْخر َج‬
َ‫اّلل َو َل ْو آ َمن‬
َّ ‫عن ْالم ْن َكر َوتؤْ منونَ ب‬
َ َ‫ت للنَّاس تَأْمرونَ ب ْال َم ْعروف َوتَ ْن َه ْون‬
َ‫أ َ ْهل ْالكتَاب لَ َكانَ َخيْرا لَه ْم م ْنهم ْالمؤْ منونَ َوأ َ ْكثَرهم ْالفَاسقون‬
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.
Kita fokuskan pada 3 kata awal dulu, kemudian baru masuk ke kata
"ukhrijat".
Kuntum khaira ummatin.
Secara letterleij, kata ‫ كنتم‬- berarti You were - atau "Kalian dulu adalah"
Sama seperti kalau saya berkata ‫ كنت طفال‬- kuntu thiflan - I was a child
(dulu saya anak-anak).
Lihat kembali mengenai topik kaana, dimana kaana me-rofa'kan
mubtada, dan menasabkan khobar. Mubtada (subjek) adalah Ana, jika
digandeng dengan kaana, menjadi kuntu. Dan khobarnya adalah thiflun,
jika digandeng dengan kuntu menjadi thiflan.
316
Kembali ke ayat, maka
‫كنتم خير أمة‬
khobarnya adalah : idhofah (kata majemuk) khairu ummatin. Karena
harus manshub, maka menjadi khaira ummatin.
Oke sekarang kata selanjutnya:
‫أخرجت للناس‬
Secara harafiah, artinya : dikeluarkan untuk manusia.
Kata ukhrijat, adalah bentuk pasif dari KKT-1.
KKA (Kata Kerja Asal) yaitu 3 huruf, ‫ خرج‬- kharija - yang artinya keluar.
Sedangkan KKT-1, dibuat dengan menambahkan alif ‫ أخرج‬- akhraja yang artinya mengeluarkan.
Nah ingat lagi rumus UA-UI, yaitu kalau ingin membentuk suatu Kata
Kerja Lampau menjadi pasif, maka gunakan rumus UA, yaitu huruf
pertama harokat U dan huruf sebelum terakhir harokat A.
Huruf pertama alif harokat U, dan huruf sebelum terakhir (yaitu huruf
ro) harokat A. Sehingga:
AKHRAJA - mengerluarkan, berubah menjadi
UKHRIJA - dikeluarkan
Menjadi ukhrijat (ada ta sukun) karena dinisbatkan kepada khaira
ummatin (kata yang muannats)
TAFSIR
317
Kita mungkin bertanya, secara letterleij AQ mengakakan bahwa: Hai
Umat Islam, dulu itu kamu umat terbaik yang dikeluarkan (dilahirkan)
untuk manusia, dimana kamu senantiasa mengajak kepada kebaikan,
dan mencegah kepada kemungkaran.
Sekarang, pertanyaannya: kalau secara tatabasa kata kuntum, artinya
"dulu kalian" atau past-tense, apakah artinya sekarang tidak berlaku
lagi?
Ada 2 jawabannya:
1. Secara bahasa, kata kaana (dulu dia adalah) tidak selalu artinya dulu,
tapi bisa juga berarti senantiasa. Contohnya, di AQ banyak ayat yang
menyebutkan sifat Allah dengan kata kaana:
wa kaanalaahu 'aliiman ghafuuran : dan senantiasa Allah bersifat maha
tahu dan maha pengampun.
Sehingga jika dipakai kaidah ini pada ayat tsb, bisa juga di tarjamahkan:
Senantiasa kalian umat muslim menjadi umat terbaik... dst
2. Ada juga yang menafsirkan bahwa, ayat tsb memang berlaku untuk
masa datang, tetapi bisa dibawa ke masa depan asal, syarat dilakukan.
Syaratnya yaitu dijelaskan diayat tsb, bahwa : Kalian akan jadi umat
terbaik selama kalian melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar.
Demikian kira-kira penjelasannya. Allahu a'lam.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/25/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/08/topik-84-kuntum-khairaummatin.html
318
Topik 84: Lam Yakun Alladzi
Bismillahirrahmanirrahim.
Pertanyaan dari Pak Amril tanggal 25/8/2008:
Tolong di bahas ayat berikut ini dong,
Lam yakunil .... dst.
Yang artinya:
Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik
(mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya)
sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, (QS. 98:1).
Saya kesulitan mengartikan "Lam Yakun" Kalau harfianya kan "Tidak
akan menjadi(dia sedang/akan membuat menjadi jadi)" tapi kok susah
banget nyambungin dengan terjemahan diatas?
Insya Allah saya akan jawab semampunya.
Memang urusan menarjamakan KAANA ini agak sedikit merepotkan di
awalnya. Tapi kalau sudah terbiasa, akan dapat "feeling"nya, dalam
menarjamah.
LAM YAKUN ‫لم يكن‬
Secara harafiah, LAM sering diterjemahkan dengan "tidak" atau
"belum". Sedangkan KAANA sering ditarjamahkan "adalah".
Nah, saya menduga penanya menganggap YAKUN sama dengan KUN,
yang artinya "menjadi". Seperti dalam kalimat KUN, FA YAKUUN
(Jadilah! Maka menjadilah dia).
319
Sebenarnya tidak demikian. Kalau secara harafiah: kata KUN FAYAKUUN
itu tarjamahnya: Menjadilah! Maka dia adalah. Hehehe... bingung kan?
Oleh karena itu kadang, lebih "aman" kata KAANA itu dibayangkan saja
dalam pikiran dengan sbb: seseorang/sesuatu menjadi pada kondisi
tertentu diwaktu lampau (KAANA) atau di waktu sekarang (YAKUUNU).
Sehingga, KUN FAYAKUUN, dapat dibayangkan: Jadilah! Maka benda itu
menjadi dalam kondisi tertentu.
Kalau kita lihat tashrif ‫ كان‬adalah:
‫ يكون‬- ‫ كان‬: kaana - yakuunu
Kaana, yakuunu sendiri bisa ditarjamah dengan banyak cara:
1. Tidak ditarjamahkan
2. Ditarjamah dengan kata "dulu dia ...", atau "senantiasa dia"
3. Ditarjamah dengan kata "adalah"
seperti: ‫ وكان هللا عليما حكيما‬- wa kaana Allahu 'aliiman hakiiman
Bisa diterjemahkan:
1. Dan Allah Maha Tahu lagi Maha Adil
2. Senantiasa Allah Maha Tahu lagi Maha Adil
3. Adalah Allah Maha Tahu lagi Maha Adil
Jika dilanjutkan, ke bentuk fi'il amr (perintah): berubah menjadi
‫ كن‬- kun : Jadilah (engkau)!
Kalau patokan utama kita KAANA ditarjamah "adalah", maka bentuk
perintah dari KAANA menjadi "Adalah!" atau "Senantiasalah!", yang
320
bisa diartikan sebagai perintah untuk menjadi ke dalam sesuatu kondisi.
Oleh karena itu fi'il amr-nya (yaitu ‫) كن‬: selalu diterjamahkan "Jadilah!"
'Ala kulli haal, kata KAANA itu selalu menceritakan tentang kondisi atau
situasi.
Jadi kalau yang ditanyakan:
Saya kesulitan mengartikan "Lam Yakun" Kalau harfianya kan "Tidak
akan menjadi(dia sedang/akan membuat menjadi jadi)" tapi kok susah
banget nyambungin dengan terjemahan diatas?
Maka kalau mau diperhalus, dapat ditarjamah: tidak akan menjadi
dalam kondisi sesuatu (dia).
Nah kata (dia) ini perlu di curigai, apakah betul (dia) atau (mereka).
Mengapa?
Karena kata kerja dalam bahasa arab jika diawal kalimat tidak
menggambarkan jumlah pelaku (selalu orang ke 3 tunggal).
Contoh:
‫ المسلمون يذهبون‬: al-muslimuuna yadzhabuuna - Orang-orang muslim telah
pergi.
Kalau kata kerjanya kita kedepankan, maka kata kerjanya berubah
menjadi orang ke 3 tunggal.
‫ يذهب المسلمون‬: yadzhabu al-muslimuuna - Orang-orang muslim telah
pergi.
Jadi dugaan dari Pak Amril:
"Tidak akan menjadi(dia sedang/akan membuat menjadi jadi)"
321
masih kurang pas, karena kata yang dalam kurung (dia), semestinya
dilihat dulu kedepan.
Ternyata didepannya ada kata ‫ الذين‬: alladziina - mereka yang.
Artinya kata YAKUN disini, walau secara individual merujuk kepada (dia
- satu orang [he]), akan tetapi karena letaknya diawal kalimat, maka
kita lihat dulu, kata kerja YAKUN ini menjelaskan kondisi siapa?
Ternyata yang dijelaskan kondisi orang-banyak (mereka [they]). Maka
lebih tepat YAKUN ini kita tarjamah: tidak akan mereka menjadi dalam
kondisi tertentu. Lihat bahwa subjeknya adalah "mereka", bukan "dia".
Nah, untuk memperhalus tarjamah kita, ingat lagi teori KAANA: Setiap
ada KAANA, pasti (atau biasanya selalu) ada MUBTADA (subjek) dan
KHOBAR (prediket) setelahnya.
Kalau kita lihat ayatnya:
‫لَ ْم يَكن الَّذينَ َك َفروا م ْن أ َ ْهل ْالكتَاب َو ْالم ْشركينَ م ْنفَكينَ َحتَّى تَأْتيَهم ْال َبينَة‬
Maka Mubtada berawal dari alladziina kafaruu min ahlil kitaabi wal
musyrikiina.
Itulah mubtada (subjek)nya. Lalu mana Khobar (prediket)nya?
Prediketnya adlaah kata ‫ منفكين‬- munfakkiina : tercerai, terbuka,
terlepas, terurai (Kamus Muh. Yunus).
Akar kata dari ‫ منفكين‬adalah ‫ فك‬- fakka, yang artinya menanggalkan,
melucuti, menceraikan (Kamus Muh. Yunus).
Lalu mendapat imbukah alif nun, menjadi ‫ انفك‬- in fakka (LIHAT
PEMBAHASAN KKT-6). Kata infakka ini artinya: tercerai, terbuka,
terlepas, terurai.
322
Sebagai tambahan informasi untuk KKT-6, biasanya tarjamah KKT-6 ke
bahasa kita mudahnya dengan menambah awalan ter-KataKerja.
Contoh: ‫ كسر‬- kasara: pecah, maka ‫ انكسر‬- inkasara: terpecahkan (tidak
sengaja pecah).
Nah kata ‫ انفك‬- infakka ini jika diteruskan tashrifnya pada bentuk isim
fa'il (pelaku) menjadi ‫ منفك‬- munfakki (orang yang terlepas, orang yang
tercerai [dari suatu tempat / keadaan]). Dan karena bentuknya jamak
maka menjadi munfakkina (orang-orang yang terlepas).
Sehingga, jika di terjamahkan secara lengkap, dengan pemaknaan
khobar dan mubtada yang sudah disusun ulang:
Tidak akan menjadi dalam keadaan terlepas (dari keyakinannya)
mereka - orang-orang kafir itu yaitu dari gologan ahli kitab dan orangorang musyrik, sampai datang kepada mereka al-bayyinah.
Demikian kira-kira penjelasannya. Semoga dapat dimengerti.
Allahu a'lam.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/26/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/08/topik-84-lam-yakunalladzi.html
323
Topik 85: Haram, Hurum, Ihram
Bismillahirrahmanirrahim.
Jawaban untuk pertanyaan Om Im.
Kata Haram, Hurum, Ihram, Muhrim, Mahrum, Mahram, dst berasal
dari akar kata yang sama, yaitu:
‫ حرم‬- haruma : menjadi terlarang
Bagaimana bentuk perubahan, atau tashrifnya?
Kata ‫ حرم‬- haruma, bentuk mudhory' (present tense) adalah ‫ يحرم‬yahrumu, dengan mashdar ada beberapa bentuk: ‫ حرم‬- hurmun , ‫ حرم‬hurumun, ‫ حرمة‬- hirmatun, dan ‫ حرام‬- haraamun. Semua ini artinya:
menjadi terlarang.
Nah, kata mashdar ‫( حرام‬haraam) ini yang sering dipadankan dengan
sebagai lawan kata dari ‫( حالل‬halaal)
Contoh penggunaan kata kerja-nya:
‫ حرمت السحور على الصائم‬: harumat assahuuru 'alaa asshooimi (Sahur itu
menjadi terlarang bagi yang berpuasa)
‫ حرمت المرأة على زوجها‬: harrumat al-mar-a-tu 'alaa zaujihaa (Wanita itu
menjadi terlarang bagi suaminya)
Sedangkan kata mashdar ‫ حرام‬- haraam, yang berarti "yang haram"
adalah bentuk singular, dan bentuk pluralnya adalah ‫ حروم‬- huruum.
Contohnya:
‫ االرضى الحرام‬- al-ardh al-haraam : tanah terlarang, tidak dikuasai,
neutral zone
324
‫ البيت الحرام‬- al-bayt al-haraam : rumah terlarang (Ka'bah), terlarang bagi
non-muslim
‫ الشحر الحرام‬- asy-syahr al-haraam : bulan haram, terlarang berperang
‫ االشحر الحروم‬- al-asyhur al-huruum : bulan-bulan haram
Kalau kita teruskan, maka kita dapatkan bentuk isim fa'ilnya (kata
benda pelaku) adalah ‫ حارم‬- haarimun, dan isim maf'ulnya (kata benda
objek) ‫ محروم‬- mahruum. Dan bentuk isim zaman (kata benda
keterangan terjadinya perbuatan) atau isim makan (kata benda tempat
terjadinya perbuatan) adalah ‫ محرم‬- mahram. Kata mahram ini artinya
"terlarang", juga berarti "orang yang haram dinikahi". Jamaknya ‫ محارم‬mahaarim.
KKT-1
Bentuk KKT-1 (kata kerja turunan ke 1), adalah:
‫ أحرم‬- ahrama : mengharamkan, dengan bentuk mudhory' ‫ يحرم‬yuhrimu, dan mashdarnya adalah ‫ إحرام‬: ihraam.
Kata mashdar ihraam, ini arti asalnya adalah "hal pelarangan", atau "hal
pengharaman". Kata ini, dipakai pada umumnya untuk menyebut:
‫ تكبيرة اإلحرام‬: takbiiratul ihraam
Takbir "pengharaman": artinya dari takbir ini sholat dimulai, dan
diharamkan melakukan yang membatalkan sholat.
Kata ‫اإلحرام‬ihraam juga berarti menyengaja untuk memulai ibadah haji
atau umrah. Di Al-Quran dikatakan, jika berhaji diharamkan (di-ihraamkan) perbuatan rafats (berkata kotor), fusuq (berbuat dosa), dan jidal
(berbantah-bantahan).
325
Kalau kita teruskan bentuk KKT-1 ini maka kita akan bertemu dengan
bentuk:
‫ محرم‬- muhrim (orang yang berihram), atau bisa juga menjadi isim fa'il
dari kata ahrama, yang bisa berarti "sesuatu yang mengharamkan".
KKT-2
Bentuk KKT-2 (kata kerja turunan ke 2), adalah:
‫ حرم‬- harrama : mengharamkan
Secara fungsi mirip dengan KKT-1. Sedangkan perubahannya:
mashdar: ‫ تحريم‬- tahriim : hal pengharaman
isim fa'il: ‫ محرم‬- muharrim : yang mengharamkan
isim maf'ul: ‫ محرم‬- muharram : yang diharamkan
Kata muharram ini kemudian diambil jadi nama bulan, yaitu bulan
pertama kalender Islam, yang mengharamkan terjadinya perang dalam
bulan tsb.
Sebenarnya masih banyak KKT berikutnya, tapi saya cukupkan 2 KKT
saja, dan itupun kata bentukan dari dua macam KKT tsb juga banyak
sekali.
Semoga Om Im tidak bingung. Kalau iya, silahkan bertanya lagi.
Wassalam.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/25/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/11/topik-85-haram-hurumihram.html
326
Topik 86: Apa itu tashrif?
Bismillahirrahmanirrahim.
Istilah Nahwu Shorof sering diidentikkan dengan tatabahasa arab.
Dunia seputar bahasa arab, sekurangnya meliputi tiga hal: nahwu,
shorof, dan balaghoh. Nahwu membicarakan mengenai hukum-hukum
huruf, kata, dan kalimat, dan bagaimana bunyi akhir dari sebuah kata.
Sedangkan shorof membicarakan bagaimana perubahan bentuk suatu
kata kerja dari bentuk past, present, dan perintah, dan perubahan
bentuk kata kerja ke kata benda turunan, dan juga perubahan bentuk
kata kerja sesuai pelaku dari perbuatan tsb. Sedangkan balaghoh
membicarakan tentang keindakan suatu bahasa, atau lebih
memperhatikan aspek sastra dari bahasa tsb.
Inti sari nahwu adalah i'rob. Sedangkan intisari shorof adalah tashrif.
I'rob ‫ إعرب‬berasal dari 'arab ‫عرب‬, sering disebut dengan "arabization"
atau "peng-arab-an". Mengapa disebut "peng-arab-an"? Karena bahasa
arab sangat kaya dengan perubahan bunyi akhir dari sebuah kata.
Ambil contoh.
‫ أذهب إلى المسجد‬- adzhabu ilal masjidi : saya sedang pergi ke masjid
Kata "masjid" disini dibaca "masjidi". Kenapa bukan "masjidu", atau
"masjida", atau "masjidun" atau bukan "masjidan", ataupun "masjidin"?
Karena begitulah aturan nahwu-nya.
Kalau kata masjid itu digunakan dalam kedudukan lain:
‫ المسجد كبير‬- al-masjidu kabiirun
327
Disini "masjid" dibaca, "masjidu". Tidak "masjidi", atau yang lainnya.
Kenapa bisa begitu? Ya karena begitulah peraturan nahwu arabic fusha
(tata bahasa Al-Quran).
Terlihat bahwa, yang jadi fokus adalah cara membaca dari akhir kata,
apakah berakhiran, "u" -- seperti "masjidu", atau "i" -- seperti "masjidi".
Ini lah yang kita sebut dengan i'rob (arabization).
Shorof
Mengetahui i'rob belum cukup. Kita harus mengetahui shorof. Shorof
ini menjelaskan perubahan bentuk kata kerja.
Seperti:
‫ أذهب إلى المسجد‬- adzhabu ilal masjidi : saya sedang pergi ke masjid
Disini digunakan kata ‫ أذهب‬- adzhabu untuk menekankan bahwa
pekerjaan "pergi" itu belum selesai.
Jika sudah selesai, maka kata kerja adzhabu berubah jadi dzahabtu.
‫ ذهبت إلى المسجد‬- dzhabtu ilal masjidi : saya sudah pergi ke masjid
Ada lagi perubahan dari kata kerja ke kata benda. Contoh:
‫ ذهب‬- dzahaba : pergi --> kata kerja
‫ ذاهب‬- dzaahibun : orang yang pergi --> kata benda
Nah perubahan dari bentuk adzhabu ke dzahabtu inilah yang dibahas
oleh Shorof. Demikian juga perubahan dari kata kerja ke kata benda ini
juga dibahas dalam Shorof.
Dua hal ini (perubahan kata kerja past ke present, dan, perubahan kata
kerja ke kata benda) disebut dengan Tashrif Ishtilahi.
328
Shorof, juga membahas perubahan bentuk kata kerja jika pelakunya
berubah. Seperti dalam contoh sebelumnya, untuk pelaku "kami".
‫ ذهبنا إلى المسجد‬- dzhabnaa ilal masjidi : Kami sudah pergi ke masjid
Perubahan yang seperti ini disebut Tashrif Lughowi (perubahan kata
kerja karena berubahnya pelaku).
Demikian sepintas tentang pembahasan, apa itu tashrif.
Wallahu a'lam.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/26/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/11/topik-86-apa-itu-tashrif.html
329
Video Pelajaran Bahasa Arab
Saya baru saja menemukan video pelajaran bahasa Arab lengkap
dengan buku text book (dari Madinah Islamic University). Hanya saja
video pelajaran ini disampaikan dalam bahasa Inggris. Akan tetapi
tutornya menjelaskan dengan sangat pelan sehingga, Insya Allah mudah
dicerna.
Silahkan visit link berikut:
http://www.kalamullah.com/learning-arabic.html
Video Pelajaran Bahasa Arab
Untuk melihat Video (DVD), pilih buku yang akan dipakai misal buku-1,
lalu pilih seri Video yang akan ditampilkan.
Dalam page ini juga dapat di download Kamus Arab - English dengan
cukup lengkap.
Semoga bermanfaat.
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/16/2005
http://arabquran.blogspot.com/2005/09/ringkasan-diskusi-hari-initanggal-16.html
330
331
Download