STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

advertisement
LAPORAN
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
TAHUN 2014
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN
KANTOR LINGKUNGAN HIDUP
Jl. Raya Ponorogo No. 104 Kertosari, Madiun
Telp./Fax. (0351) 463352
E-mail : [email protected]
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014.
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh karena atas
limpahan rachmat serta hidayah-Nya sehingga Penyusunan Laporan Penerapan
dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun 2014 Bidang
Lingkungan Hidup di Kabupaten Madiun ini dapat terselesaikan.
Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Tahun 2014 Bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten Madiun ini dibuat sebagai
laporan wajib dalam rangka menyediakan data,
informasi dan dokumentasi
lingkungan hidup sebagai sarana publik untuk melakukan pengawasan dan
penilaian pelaksanaan Tata Pengelolaan Lingkungan (Good Environmental
Governance) di daerah. Disamping itu SPM Bidang Lingkungan Hidup disusun
dalam upaya meningkatkan kualitas pengambilan keputusan pada semua tingkat
dengan memperhatikan aspek daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
daerah. Dengan disusunnya Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM) ini akan dapat diketahui penyebab, dampak dan
langkah-langkah penanggulangan
serta rekomendasi dari adanya kerusakan
lingkungan hidup.
Laporan ini kiranya masih belum sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan adanya saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan
laporan ini pada masa mendatang.
Madiun,
Maret 2014
KEPALA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN MADIUN
Ir. BAMBANG BRASIANTO, S.Pd, M.Si.
Pembina Tingkat I
NIP. 196306051995031002
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014.
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................
2
DAFTAR ISI ....................................................................................................
3
DAFTAR TABEL .............................................................................................
4
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................
B. Dasar Hukum .......................................................................
C. Kebijakan Umum ...................................................................
D. Arah Kebijakan .....................................................................
BAB
II
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM
BIDANG URUSAN LINGKUNGAN HIDUP
A. Pencegahan Pencemaran AIr ………………………………....
B. Pencegahan Pencemaran Udara dari
Sumber Tidak Bergerak ………………………………………...
C. Penyediaan Informasi Status Kerusakan Lahan
dan/atau Tanah untuk Produksi Biomassa .…………………
D. Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat Akibat Adanya
Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan
Lingkungan Hidup ……….......................................................
BAB III
BAB IV
6
7
8
8
PROGRAM DAN KEGIATAN
A. Pelayanan Pencegahan Pencemaran AIr …………………....
B. Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari
Sumber Tidak Bergerak .......................................................
C. Pelayanan Informasi Status Kerusakan Lahan
dan/atau Tanah Untuk Produksi Biomassa ..............................
D. Pelayanan Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat
Akibat Adanya Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan
Lingkungan Hidup .................................................................
9
12
15
17
20
35
45
57
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran ....................................................................................
66
66
LAMPIRAN .......................................................................................................
68
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014.
3
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
.
Tabel 3.4.
Halaman
Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair Industri
Pabrik Gula Pagottan Tahun 2014 ........................................... 25
Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair Industri
Pabrik Gula Kanigoro Tahun 2014 ………………………………..
26
Baku mutu kualitas limbah cair Industri atau Kegiatan
Usaha Lainnya di Jawa timur pada lampiran I untuk kegiatan
Industri Gula menurut SK Gubernur Jawa Timur Nomor 45
Tahun 2002. …………………………………………………………
27
Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair Industri
PT Sejahtera Usaha Bersama Dolopo Tahun 2014 ....................
28
Tabel 3.5.
Baku mutu kualitas limbah cair Industri Kayu Lapis
menurut SK Gubernur Jawa Timur Nomor 45 Tahun 2002 ……. 29
Tabel 3.6.
Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair Industri
PT Selo Manunggal Sejati Madiun Tahun 2014 .........................
30
Tabel 3.7.
Baku mutu kualitas limbah cair Industri
menurut SK Gubernur Jawa Timur Nomor 45 Tahun 2002 ……. 30
Tabel 3.8.
Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair Industri
PT Digjaya Mulia Abadi Madiun Tahun 2014 ..............................
31
Baku mutu kualitas limbah cair Industri Rokok
menurut Permen LH Nomor 6 Tahun 2010 ………………….….
32
Tabel 3.9.
Tabel 3.10. Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair RS Paru
Desa Dungus, Kec Wungu Madiun Tahun 2014 .........................
33
Tabel 3.11. Baku mutu kualitas limbah cair kegiatan Rumah Sakit
menurut SK Gubernur Jatim Nomor 61 Tahun 1999 ……………
33
Tabel 3.12. Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair
Hotel ASRI Kec. Mejayan Kab Madiun Tahun 2014 ...................
34
Tabel 3.13. Baku mutu kualitas limbah cair kegiatan Hotel
menurut Keputusan MenLH Nomor 52 Tahun 1995 ……………
34
Tabel 3.14. Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair Rumah Makan
Sop Ayam P.MIN, Ds. Jiwan Kab Madiun Tahun 2014 ..............
34
Tabel 3.15. Baku mutu kualitas limbah cair kegiatan Rumah Makan
menurut Keputusan MenLH Nomor 112 Tahun 2003 …………… 35
Tabel 3.16. Data Hasil Pemantauan Emisi Udara Industri
Pabrik Gula Pagottan Tahun 2014 ……………………………...... 42
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014.
4
Tabel 3.17. Data Hasil Pemantauan Emisi Udara Industri
Pabrik Gula Kanigoro Tahun 2014 ……..………...………………. 43
Tabel 3.18. Baku Mutu Emisi Udara menurut Peraturan
Gubernur Jatim No 10 Tahun 2009 untuk Industri Gula ………..
43
Tabel 3.19. Data Hasil pemantauan Emisi Udara Industri
PT Sejahtera Usaha Bersama Dolopo Tahun 2014 ....................
43
Tabel 3.20. Data Hasil pemantauan Emisi Udara Industri
PT Selo Manunggal Sejati Tahun 2014 ....................................... 44
Tabel 3.21. Data Hasil pemantauan Emisi Udara Industri
PT Digjaya Mulia Abadi MPS Tahun 2014 ..................................
44
Tabel 3.22. Baku Mutu Emisi Udara menurut Peraturan
Gubernur Jatim No 10 Tahun 2009 untuk Industri lain ………....
44
Tabel 3.23. Ambang Kritis dari Hasil Pengamatan menurut
Parameter di Lahan Kering di Kec. Geger ................................... 52
Tabel 3.24. Ambang Kritis dari Hasil Pengamatan menurut
Parameter di Lahan Kering di Kec Balerejo ..............................
53
Tabel 3.25. Ambang Kritis dari Hasil Pengamatan menurut
Parameter di Lahan Basah ........................................................
54
Tabel 3.26. Kategori Indeks Bahaya Erosi di Kabupaten Madiun ..................
54
Tabel 3.27. Keadaan Topografi dan Kelas Lereng di Kabupaten Madiun ...... 55
Tabel 3.28. Sifat Kimia Tanah di Kabupaten Madiun .....................................
55
Tabel 3.29. Karakteristik Kemampuan Lahan/Tanah
di Kabupaten Madiun .................................................................. 56
Tabel 3.30. Pengaduan Masyarakat Akibat Dugaan Adanya
Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Tahun 2014......
65
Tabel 3.31. Tindak Lanjut Penanganan Pengaduan Masyarakat Akibat
Dugaan Adanya Pencemaran dan/atau Perusakan
Lingkungan Tahun 2014............................................................... 65
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014.
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan
meningkatnya
berbagai
usaha
dan/atau
kegiatan
yang
menimbulkan pencemaran air, pencemaran udara, kerusakan lahan dan/atau
tanah, serta meningkatnya pengaduan masyarakat terkait adanya dugaan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup pada Pemerintah Kabupaten
Madiun, maka diperlukan pengelolaan lingkungan hidup yang optimal agar
masyarakat mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Oleh karena itu
Pemerintah Kabupaten Madiun perlu memberikan pelayanan dasar sesuai dengan
standar pelayanan minimal bidang lingkungan hidup.
Dalam rangka pencapaian penerapan standar pelayanan minimal bidang
lingkungan hidup Kabupaten Madiun yang terkait erat dengan permasalahan
lingkungan di daerah, diperlukan upaya pengelolaan lingkungan hidup secara
efektif dan efisien melalui upaya pencegahan dan penanggulangan berdasarkan
data hasil pemantauan, pengawasan dan tindak lanjut.
Jenis-jenis pelayanan dasar bidang lingkungan hidup Kabupaten Madiun
yang telah ditetapkan SPM-nya yaitu :
1. Pencegahan pencemaran air.
2. Pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak.
3. Penyediaan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi
biomassa.
4. Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Kondisi Geografis Kabupaten Madiun.
Kabupaten Madiun memiliki luas wilayah sebesar 1.010,86 Km2 atau 101.086 Ha,
secara administratif pemerintahan terbagi ke dalam : 15 Kecamatan, 8 Kelurahan
dan 198 Desa. Secara astronomis terletak pada posisi 7 o12’-7o48’30” Lintang
Selatan dan 111o25’45”-111o51” Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :
• Sebelah Utara
:
Kabupaten Bojonegoro
• Sebelah Barat
:
Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi
• Sebelah Selatan
:
Kabupaten Ponorogo
• Sebelah Timur
:
Kabupaten Nganjuk
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014.
6
Bentuk permukaan lahan wilayah Kabupaten Madiun sebagian besar (67.576 Ha)
relatif datar dengan tingkat kemiringan lereng 0 - 15%.
Secara terinci kemiringan lereng Kabupaten Madiun sebagai berikut :
0-12 %
seluas 44.278,375 Ha (43,80 %)
2-15 %
seluas 23.298,92
Ha (23,05 %)
15-40 %
seluas 15.585,00
Ha (15,59 %)
dan > 40%
seluas 17.140,00
Ha (16,85 %)
Berdasar penggunaan lahan Wilayah Kabupaten Madiun terinci sebagai berikut :
• Pemukiman/Pekarangan
: 15.322,26 Ha
(15,16 %)
• Sawah
: 30.951,00 Ha
(30,62 %)
• Tegal
: 7.091,54 Ha
(7,02 %)
• Perkebunan
: 2.472,00 Ha
(2,45 %)
• Hutan Negara
: 40.511,00 Ha
(40,08 %)
• Perairan (Kolam/waduk)
: 836,00 Ha
(0,83 %)
• Lain-lain (jalan,sungai,makam) : 3.0902,20 Ha
(3,86 %)
B. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang digunakan dalam penerapan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) yaitu :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah
Provinsi
dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan dan Penetapan SPM.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008
tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota.
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008
tentang
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah
Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014.
7
C. KEBIJAKAN UMUM
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Lingkungan Hidup ini adalah
perangkat untuk mencapai harmonisasi perencanaan pembangunan lingkungan
hidup di Kabupaten Madiun secara menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergi
dengan sektor lain dalam mewujudkan Visi Kabupaten Madiun.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Lingkungan Hidup ini akan
digunakan sebagai arahan kebijakan dan strategi pembangunan Lingkungan hidup
di Kabupaten Madiun.
D. ARAH KEBIJAKAN
Kebijakan dari SPM bidang lingkungan hidup ini diarahkan pada :
1. Peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.
2. Terselenggaranya good governance dalam bidang lingkungan hidup,
melalui peningkatan kualitas pelayanan publik.
3. Tumbuhnya peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam melestarikan
lingkungan hidup.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014.
8
BAB II
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM
BIDANG URUSAN LINGKUNGAN HIDUP
Jenis-jenis pelayanan dasar bidang lingkungan hidup Kabupaten Madiun yang
telah ditetapkan SPM-nya yaitu :
1. Pencegahan pencemaran air.
2. Pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak.
3. Penyediaan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi
biomassa.
4. Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
A. Pencegahan pencemaran air.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air, bahwa Pengendalian Pencemaran Air didefinisikan sebagai upaya
pencegahan dan penanggulangan pencemaran air pemulihan kualitas air
untuk menjamin kualitas agar sesuai dengan baku mutu air.
Dari definisi di atas, salah satu upaya pengendalian pencemaran air adalah
upaya pencegahan. Pencegahan pencemaran air dapat dilakukan dengan
cara membatasi jumlah air limbah yang dibuang dilakukan dengan cara
menetapkan baku mutu air limbah dari masing-masing sumber pencemar.
Setelah baku mutu air limbah ditetapkan, pencegahan dilakukan melalui
kegiatan pengawasan untuk melihat tingkat penaatan tanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan terutama yang
berkaitan dengan pengendalian pencemaran air.
Beberapa pengertian terkait SPM pelayanan dasar pencegahan pencemaran
air yaitu :

Pencegahan adalah suatu tindakan secara manajemen/administratif dan
secara teknik yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan dalam rangka mencegah terjadinya pencemaran.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014.
9

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia,
sehingga kualitas air turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan air
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Pencegahan pencemaran air adalah tindakan secara manajemen /
administratif dan secara teknik yang dilakukan oleh penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan dalam rangka mencegah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke
dalam air oleh kegiatan manusia.

Usaha dan/atau kegiatan adalah setiap jenis usaha dan/atau kegiatan
yang potensial menghasilkan air limbah yang dapat mencemari air.
1. Indikator dan Nilai SPM serta Batas Waktu Pencapaian pelayanan dasar
pencegahan pencemaran air.
Indikator SPM pelayanan dasar pencegahan pencemaran air yaitu :
Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administratif dan
teknis pencegahan pencemaran air.
Nilai SPM dan Batas waktu pencapaian SPM pelayanan dasar pencegahan
pencemaran air secara nasional :
1. Sampai dengan tahun 2009 : 20 %
2. Sampai dengan tahun 2010 : 40 %
3. Sampai dengan tahun 2011 : 60 %
4. Sampai dengan tahun 2012 : 80 %
5. Sampai dengan tahun 2013 : 100 %
6. Sampai dengan tahun 2014 : 100 %
2. Target Pencapaian SPM pelayanan dasar pencegahan pencemaran air
Kabupaten Madiun
1. Sampai dengan tahun 2009 : 20 %
2. Sampai dengan tahun 2010 : 40 %
3. Sampai dengan tahun 2011 : 60 %
4. Sampai dengan tahun 2012 : 80 %
5. Sampai dengan tahun 2013 : 100 %
6. Sampai dengan tahun 2014 : 100 %
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 10
3. Realisasi pencapaian SPM pelayanan dasar pencegahan pencemaran air.
Di wilayah Kabupaten Madiun terdapat usaha/kegiatan yang berpeluang
mencemari air. Pada Tahun 2014 ini yang diawasi meliputi 5 (lima) jenis
usaha/kegiatan, yaitu :
a. Kegiatan Industri :
i. Pabrik Gula Pagotan
ii. Pabrik Gula Kanigoro
iii. PT Budi Acid Jaya, Desa Candimulyo, Kec. Dolopo.
iv. PT Sari Kulit Asli, Leather & Finishing, Kec. Dolopo.
v. PT Sejahtera Usaha Bersama, Kec Dolopo (Industri Kayu Lapis)
vi. PT Aquama, Air Minum Dalam Kemasan, Desa Sangen.
vii. CV Pabrik Es Batu Gunungsari, Desa Gunungsari.
viii. PT Digjaya Mulia Abadi, Ds. Nglames (Industri Pelintingan Rokok)
b. Kegiatan Rumah Sakit : Ruah Sakit Paru, Dungus, Kec. Wungu
c. Kegiatan Rumah Makan : Rumah Makan Sop Ayam P.Min Klaten, Ds
Jiwan, Kec. Jiwan dan Rumah Makan Utama, Ds Kaligunting, Kec Saradan
d. Kegiatan Penginapan/Hotel : Hotel Asri, Jl P.Sudirman, Kec. Mejayan
e. Kegiatan Perumahan : Perumahan Griya Wilis Permai, Ds. Bader, Kec.
Dolopo.
Saat ini jumlah kegiatan/usaha tersebut berpotensi menghasilkan limbah
dalam jumlah yang besar, sehingga harus di monitoring dan diawasi secara
rutin, dengan menguji parameter kualitas limbah cair yang dihasilkan.
Sampai tahun 2014 ini untuk memenuhi target 100% maka kelima kegiatan
tersebut akan diawasi dalam SPM pelayanan dasar pencegahan pencemaran
air karena berskala besar dan berpotensi mencemari lingkungan.
Perhitungan :
Prosentase (%) jumlah
usaha dan/atau kegiatan
yang mentaati persyaratan
5
=
administratif dan teknis
X 100 % = 100%
5
pencegahan pencemaran air
Sehingga
realisasi
pencapaian
SPM
pelayanan
dasar
pencegahan
pencemaran air Kabupaten Madiun tahun 2014 adalah sebesar 100 %.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 11
4. Alokasi Anggaran
Anggaran dalam rangka penerapan dan pencapaian SPM pelayanan dasar
pencegahan pencemaran air oleh Pemerintah Kabupaten madiun bersumber
dari APBD Kabupaten Madiun.
5. Dukungan Personil
Jumlah personil yang terlibat dalam proses penerapan dan pencapaian SPM
pelayanan dasar pencegahan pencemaran air di Kabupaten Madiun adalah
sebanyak
7 orang, yang terdiri dari 6 orang PNS dan 1 orang Non-PNS.
6. Permasalahan dan Solusi
Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan dan pencapaian SPM
pelayanan dasar pencegahan pencemaran air yaitu antara lain :

Belum adanya sarana sistem informasi manajemen yang dapat membantu
mempercepat proses monitoring dan evaluasi.

Belum adanya sistem penanganan pelaporan yang terintegrasi dan
terotomatisasi.

Tidak tersedianya data dan informasi baik bagi pemerintah, pelaku
ekonomi maupun masyarakat mengenai berbagai aspek atau dimensi
penyelenggaraan pemerintahan daerah,
Solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam penerapan dan
pencapaian SPM yaitu antara lain dengan :

Menyediakan sistem dan prosedur, serta manual pelaporan, penerapan
dan pencapaian SPM.

Menyediakan aplikasi sistem informasi manajemen SPM.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 12
B. Pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak.
1. Indikator dan Nilai SPM serta Batas Waktu Pencapaian Pelayanan dasar
Pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak
Indikator SPM Pelayanan dasar Pencegahan pencemaran udara dari sumber
tidak bergerak yaitu :
Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administratif dan
teknis pencegahan pencemaran udara.
Nilai SPM dan Batas waktu pencapaian SPM pelayanan dasar Pencegahan
pencemaran udara dari sumber tidak bergerak secara nasional :
1. Sampai dengan tahun 2009 : 20 %
2. Sampai dengan tahun 2010 : 40 %
3. Sampai dengan tahun 2011 : 60 %
4. Sampai dengan tahun 2012 : 80 %
5. Sampai dengan tahun 2013 : 100 %
6. Sampai dengan tahun 2014 : 100 %
2. Target Pencapaian SPM pelayanan dasar Pencegahan pencemaran udara dari
sumber tidak bergerak di Kabupaten Madiun
1. Sampai dengan tahun 2009 : 20 %
2. Sampai dengan tahun 2010 : 40 %
3. Sampai dengan tahun 2011 : 60 %
4. Sampai dengan tahun 2012 : 80 %
5. Sampai dengan tahun 2013 : 100 %
6. Sampai dengan tahun 2014 : 100 %
3. Realisasi pencapaian SPM pelayanan dasar Pencegahan pencemaran udara
dari sumber tidak bergerak.
Di wilayah Kabupaten Madiun, kegiatan yang berpotensi mencemari udara
adalah kegiatan industri skala besar. Saat ini industri yang diawasi di
Kabupaten Madiun yaitu : PG. Pagottan dan PG. Kanigoro, dimana industriindustri tersebut berpotensi menghasilkan limbah udara dalam jumlah yang
besar, sehingga harus di monitoring dan diawasi secara rutin, dengan menguji
parameter kualitas limbah udara yang dihasilkan.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 13
Untuk memenuhi target 100% maka kedua industri tersebut akan diawasi
dalam SPM pelayanan dasar Pencegahan pencemaran udara dari sumber
tidak bergerak karena berskala besar dan berpotensi mencemari lingkungan.
Perhitungan :
Prosentase (%) jumlah
usaha dan/atau kegiatan
yang mentaati persyaratan
2
=
administratif dan teknis
X 100 % = 100%
2
pencegahan pencemaran
udara dari sumber tidak bergerak.
Sehingga
realisasi
pencapaian
SPM
pelayanan
dasar
Pencegahan
pencemaran udara dari sumber tidak bergerak Kabupaten Madiun tahun 2014
adalah sebesar 100 %.
4. Alokasi Anggaran
Anggaran dalam rangka penerapan dan pencapaian SPM pelayanan dasar
Pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak oleh Pemerintah
Kabupaten madiun bersumber dari APBD Kabupaten Madiun.
5. Dukungan Personil
Jumlah personil yang terlibat dalam proses penerapan dan pencapaian SPM
pelayanan dasar Pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak
di Kabupaten Madiun adalah sebanyak 7 orang, yang terdiri dari 6 orang
PNS dan 1 orang Non-PNS.
6. Permasalahan dan Solusi
Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan dan pencapaian SPM
pelayanan dasar Pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak
yaitu antara lain :

Belum adanya sarana sistem informasi manajemen yang dapat membantu
mempercepat proses monitoring dan evaluasi.

Belum adanya sistem penanganan pelaporan yang terintegrasi dan
terotomatisasi.

Tidak tersedianya data dan informasi baik bagi pemerintah, pelaku
ekonomi maupun masyarakat mengenai berbagai aspek atau dimensi
penyelenggaraan pemerintahan daerah,
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 14
Solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam penerapan dan
pencapaian SPM yaitu antara lain dengan :

Menyediakan sistem dan prosedur, serta manual pelaporan, penerapan
dan pencapaian SPM.

Menyediakan aplikasi sistem informasi manajemen SPM.
C. Penyediaan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk
produksi biomassa.
1. Indikator dan Nilai SPM serta Batas Waktu Pencapaian Pelayanan dasar
Penyediaan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi
biomassa
Indikator SPM Pelayanan dasar Penyediaan informasi status kerusakan lahan
dan/atau tanah untuk produksi biomassa yaitu :
Prosentase luasan lahan yang telah ditetapkan status kerusakan lahan
dan/atau tanah untuk produksi biomassa yang diinformasikan :
a. Penetapan status kerusakan lahan dan/atau tanah melalui keputusan
bupati Madiun (masih belum ada), untuk sementara mengacu pada
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah.
b. Penyampaian informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah melalui
media cetak dan/atau papan pengumuman.
.
Nilai SPM dan Batas waktu pencapaian SPM pelayanan dasar Penyediaan
informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa
secara nasional :
1. Sampai dengan tahun 2009 : 20 %
2. Sampai dengan tahun 2010 : 40 %
3. Sampai dengan tahun 2011 : 60 %
4. Sampai dengan tahun 2012 : 80 %
5. Sampai dengan tahun 2013 : 100 %
6. Sampai dengan tahun 2014 : 100 %
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 15
2. Target Pencapaian SPM pelayanan dasar Pencegahan Penyediaan informasi
status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa di Kabupaten
Madiun
1. Sampai dengan tahun 2009 : 20 %
2. Sampai dengan tahun 2010 : 40 %
3. Sampai dengan tahun 2011 : 60 %
4. Sampai dengan tahun 2012 : 80 %
5. Sampai dengan tahun 2013 : 100 %
6. Sampai dengan tahun 2014 : 100 %
3. Realisasi pencapaian SPM pelayanan dasar Penyediaan informasi status
kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa.
Sampai tahun 2014 ini pencapaian SPM pelayanan dasar Penyediaan informasi
status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa di Kabupaten
Madiun adalah sebesar 100%.
4. Alokasi Anggaran
Anggaran dalam rangka penerapan dan pencapaian SPM pelayanan dasar
Penyediaan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi
biomassa oleh Pemerintah Kabupaten madiun bersumber dari APBD
Kabupaten Madiun.
5. Dukungan Personil
Jumlah personil yang terlibat dalam proses penerapan dan pencapaian SPM
pelayanan dasar Penyediaan informasi status kerusakan lahan dan/atau
tanah untuk produksi biomassa di Kabupaten Madiun adalah sebanyak
7
orang, yang terdiri dari 6 orang PNS dan 1 orang Non-PNS.
6. Permasalahan dan Solusi
Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan dan pencapaian SPM
pelayanan dasar Penyediaan informasi status kerusakan lahan dan/atau
tanah untuk produksi biomassa yaitu antara lain :

Belum adanya sarana sistem informasi manajemen yang dapat membantu
mempercepat proses monitoring dan evaluasi.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 16

Belum adanya sistem penanganan pelaporan yang terintegrasi dan
terotomatisasi.

Tidak tersedianya data dan informasi baik bagi pemerintah, pelaku
ekonomi maupun masyarakat mengenai berbagai aspek atau dimensi
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam penerapan dan
pencapaian SPM yaitu antara lain dengan :

Menyediakan sistem dan prosedur, serta manual pelaporan, penerapan
dan pencapaian SPM.

Menyediakan aplikasi sistem informasi manajemen SPM.
D. Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
1. Indikator dan Nilai SPM serta Batas Waktu Pencapaian Pelayanan dasar
Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Indikator SPM Pelayanan dasar Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat
adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yaitu :
Jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti.
Nilai SPM dan Batas waktu pencapaian SPM pelayanan dasar Tindak lanjut
pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup secara nasional :
1. Sampai dengan tahun 2009 :
50 %
2. Sampai dengan tahun 2010 :
60 %
3. Sampai dengan tahun 2011 :
70 %
4. Sampai dengan tahun 2012 :
80 %
5. Sampai dengan tahun 2013 :
90 %
6. Sampai dengan tahun 2014 :
90 %
2. Target Pencapaian SPM pelayanan dasar Tindak lanjut pengaduan
masyarakat
akibat
adanya
dugaan
pencemaran
dan/atau
perusakan
lingkungan hidup di Kabupaten Madiun
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 17
1. Sampai dengan tahun 2009 :
50 %
2. Sampai dengan tahun 2010 :
60 %
3. Sampai dengan tahun 2011 :
70 %
4. Sampai dengan tahun 2012 :
80 %
5. Sampai dengan tahun 2013 :
90 %
6. Sampai dengan tahun 2014 :
100 %
3. Realisasi pencapaian SPM pelayanan dasar Tindak lanjut pengaduan
masyarakat
akibat
adanya
dugaan
pencemaran
dan/atau
perusakan
lingkungan hidup.
Tahun 2014 instansi Lingkungan Hidup Kabupaten madiun menerima 1
(satu) pengaduan dari masyarakat, dan pengaduan tersebut telah tertangani
dengan baik, sehingga prosentase Realisasi pencapaian SPM pelayanan
dasar
Tindak
lanjut
pengaduan
masyarakat
akibat
adanya
dugaan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup sebesar 100%.
4. Alokasi Anggaran
Anggaran dalam rangka penerapan dan pencapaian SPM pelayanan dasar
Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup oleh Pemerintah Kabupaten madiun
bersumber dari APBD Kabupaten Madiun.
5. Dukungan Personil
Jumlah personil yang terlibat dalam proses penerapan dan pencapaian SPM
pelayanan dasar Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup di Kabupaten Madiun
adalah sebanyak 7 orang, yang terdiri dari 6 orang PNS dan 1 orang NonPNS.
6. Permasalahan dan Solusi
Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan dan pencapaian SPM
pelayanan dasar Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yaitu antara lain :

Belum adanya sarana sistem informasi manajemen yang dapat membantu
mempercepat proses monitoring dan evaluasi.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 18

Belum adanya sistem penanganan pelaporan yang terintegrasi dan
terotomatisasi.

Tidak tersedianya data dan informasi baik bagi pemerintah, pelaku
ekonomi maupun masyarakat mengenai berbagai aspek atau dimensi
penyelenggaraan pemerintahan daerah,
Solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam penerapan dan
pencapaian SPM pelayanan dasar Tindak lanjut pengaduan masyarakat
akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
yaitu antara lain :

Menyediakan aplikasi sistem informasi manajemen SPM.

Menyediakan sistem dan prosedur, serta manual pelaporan, penerapan
dan pencapaian SPM.

Menyediakan kotak pemgaduan dan ditempatkan di wilayah-wilayah
Kecamatan dan disosialisasikan pada masyarakat.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 19
BAB III
PROGRAM DAN KEGIATAN
I.
PELAYANAN PENCEGAHAN PENCEMARAN AIR
A.
GAMBARAN UMUM
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air, bahwa Pengendalian Pencemaran Air didefinisikan sebagai upaya
pencegahan dan penanggulangan pencemaran air pemulihan kualitas air
untuk menjamin kualitas agar sesuai dengan baku mutu air.
Dari definisi di atas, salah satu upaya pengendalian pencemaran air adalah
upaya pencegahan. Pencegahan pencemaran air dapat dilakukan dengan
cara membatasi jumlah air limbah yang dibuang dilakukan dengan cara
menetapkan baku mutu air limbah dari masing-masing sumber pencemar.
Setelah baku mutu air limbah ditetapkan, pencegahan dilakukan melalui
kegiatan pengawasan untuk melihat tingkat penaatan tanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan terutama yang
berkaitan dengan pengendalian pencemaran air.
B.
PENGERTIAN
1. Pencegahan adalah suatu tindakan secara manajemen/administratif dan
secara teknik yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan dalam rangka mencegah terjadinya pencemaran.
2. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia,
sehingga kualitas air turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan air
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
3. Pencegahan pencemaran air adalah tindakan secara manajemen /
administratif dan secara teknik yang dilakukan oleh penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan dalam rangka mencegah masuknya atau
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 20
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke
dalam air oleh kegiatan manusia.
4. Usaha dan/atau kegiatan adalah setiap jenis usaha dan/atau kegiatan
yang potensial menghasilkan air limbah yang dapat mencemari air.
C.
INDIKATOR DAN CARA PERHITUNGAN
1. Indikator
Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administratif
dan teknis pencegahan pencemaran air.
2. Cara Perhitungan
Prosentase (%) jumlah
Usaha dan/atau kegiatan
Jumlah usaha dan/atau kegiatan
yang mentaati persyaratan administratif
yang mentaati persyaratan = dan teknis penceghahan pencemaran air x 100%
administratif dan teknis
Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang
pencegahan pencemaran air
diawasi
3. Perhitungan
Pada Tahun 2014 jumlah usaha dan/atau kegiatan yang diawasi 5(lima),
jumlah usaha yang mentaati persyaratan administratif dan teknis
pencegahan pencemaran air sebanyak 5 (lima), prosentase usaha
dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administratif dan teknis
pencegahan pencemaran air :
Prosentase (%) jumlah
usaha dan/atau kegiatan
yang mentaati persyaratan
administratif dan teknis
5
=
X 100 % = 100%
5
pencegahan pencemaran air
D.
SUMBER DATA
1. Laporan hasil pemantauan dan inventarisasi/identifikasi dari Kantor
Lingkungan Hidup kabupaten Madiun
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 21
2. Laporan instansi terkait bidang lingkungan di kabupaten Madiun.
3. Sumber lain yang relevan.
E.
F.
BATAS WAKTU PENCAPAIAN
1. Sampai dengan tahun 2009 :
20 %
2. Sampai dengan tahun 2010 :
40 %
3. Sampai dengan tahun 2011 :
60 %
4. Sampai dengan tahun 2012 :
80 %
5. Sampai dengan tahun 2013 :
100 %
6. Sampai dengan tahun 2014 :
100 %
LANGKAH KEGIATAN
1. Melakukan
inventarisasi
dan
identifikasi
sumber
pencemar
dan
kelengkapan persyaratan administratif.
2. Menentukan prioritas jenis usaha dan/atau kegiatan yang akan dipantau
dan diawasi berdasarkan hasil identifikasi persyaratan teknis (paling sedikit
lima usaha dan/atau kegiatan dan masing-masing jenis diambil paling
sedikit satu contoh air limbahnya dalam satu tahun). Parameter yang
diperiksa dan dianalisis datanya merupakan parameter kunci dari masingmasing jenis usaha dan/atau kegiatan.
3. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang diprioritaskan sebagaimana dimaksud pada angka 2 yang
diambil contoh air limbahnya paling sedikit satu kali dalam satu tahun.
Parameter yang diperiksa dan dianalisis datanya merupakan parameter
kunci dari masing-masing jenis usaha dan/atau kegiatan yang meliputi :
a. Kegiatan domestik, parameter yang diperiksa dan dianalisis sesuai
dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112
Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, yang meliputi :
pH, BOD, TSS, minyak dan lemak.
b. Kegiatan hotel, parameter yang diperiksa dan dianalisis sesuai dengan
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
52/MENLH/XII/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan
Hotel, yang meliputi : BOD, COD, TSS dan pH.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 22
c. Kegiatan Rumah Sakit, parameter yang diperiksa dan dianalisis sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
58/MENLH/XII/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan
Rumah Sakit, yang meliputi : BOD, COD, TSS dan pH.
d. Kegiatan Industri, parameter yang diperiksa dan dianalisis sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
51/MENLH/XII/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan
Industri.
4. Menyampaikan laporan hasil pemantauan usaha dan/atau kegiatan yang
mentaati persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air.
5. Menyampaikan informasi status penaatan usaha dan/atau kegiatan (taat
atau tidak taat).
G.
RUJUKAN/REFERENSI
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelayanan pencegahan
pencemaran air antara lain :
1. Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang pengembangan
sistem penyediaan air minum.
2. Peraturan Menteri/Keputusan Menteri
a. Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih (PROKASIH)
b. Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
Kep-
51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan
Industri.
c. Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
Kep-
52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan
Hotel
d. Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
Kep-
58/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan
Rumah Sakit
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 23
e. Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
Kep-
42/MENLH/10/1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan
Minyak dan Gas, serta Panas Bumi.
f. Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
Kep-
09/MENLH/4/1997 tentang Perubahan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor Kep-42/MENLH/10/1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
Kegiatan Minyak dan Gas, serta Panas Bumi.
g. Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
03/MENLH/1/1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan
Industri.
h. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002
tentang pedoman umum pengawasan penaatan lingkungan hidup bagi
pejabat pengawas.
i.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 57 Tahun 2002
tentang
tata
kerja
pejabat
pengawas
lingkungan
hidup
di
provinsi/kabupaten/kota.
j.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003
tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air
pada Sumber Air.
k. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003
tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta
Pedoman Pengkajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air.
l.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2003
tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata
Cara Perizinan serta Pedoman Pengkajian Pembuangan Air Limbah ke
Air atau Sumber Air.
m. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2008
tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusakan Dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 24
H. Hasil kegiatan dari program pencegahan pencemaran air.
1. Pabrik Gula Pagottan
Tabel 3.1.
Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair Industri Pabrik Gula
Pagottan tahun 2014.
Lokasi
Hasil; Analisa pda Bulan
Pengambilan
Parameter
Satuan
Sampel
Juli
Agustus
September
-
7,31
7,29
7,42
BOD
mg/L
112
760,6
552,6
COD
mg/L
887,6
1220
1758
TSS
mg/L
76,7
70
96,0
H2S
mg/L
0,032
0,036
0,040
Minyak Lemak
mg/L
6,0
< 1,7
3,7
-
7,29
7,31
7,41
BOD
mg/L
2,04
5,00
7,27
COD
mg/L
8,348
14,84
38,81
TSS
mg/L
< 3,6
< 3,6
5,0
H2S
mg/L
0,030
0,030
0,040
Minyak Lemak
mg/L
< 1,7
< 1,7
2,1
-
7,46
7,41
7,39
BOD
mg/L
1,55
4,18
6,51
COD
mg/L
3,731
8,116
23,52
TSS
mg/L
4,0
7,0
15,0
H2S
mg/L
0,035
0,038
0,042
Minyak Lemak
mg/L
TT
TT
1,8
-
7,42
7,38
7,13
BOD
mg/L
1,52
5,50
4,60
COD
mg/L
4,901
14,42
22,14
TSS
mg/L
< 3,6
6,0
< 3,6
H2S
mg/L
0,037
0,038
0,038
Minyak Lemak
mg/L
< 1,7
< 1,7
< 1,7
pH
Inlet IPAL
pH
Outlet IPAL
pH
Kondensor
pH
Air Abu
Ket : - TT = Tidak Terdeteksi.
- Cetak Tebal = Diatas Baku Mutu.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 25
2.
Pabrik Gula Kanigoro
Tabel 3.2.
Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair Industri Pabrik Gula
Kanigoro pada Tahun 2014
Lokasi
Pengambilan
Hasil; Analisa pda Bulan
Parameter
Satuan
Sampel
Juli
Agustus
September
-
6,56
7,31
7,30
BOD
mg/L
6,77
112
106
COD
mg/L
39,79
887,6
887,6
TSS
mg/L
6,0
76,7
76,7
H2S
mg/L
0,035
0,032
0,034
Minyak Lemak
mg/L
2,4
6,0
6,1
-
7,29
7,48
7,40
BOD
mg/L
2,04
6,68
4,11
COD
mg/L
8,348
20,63
23,38
TSS
mg/L
< 3,6
4,2
< 3,6
H2S
mg/L
0,030
0,042
0,038
Minyak Lemak
mg/L
< 1,7
< 1,7
< 1,7
-
6,89
7,48
7,53
BOD
mg/L
3,87
2,91
46,05
COD
mg/L
15,11
8,769
97,7
TSS
mg/L
< 3,6
< 3,6
10,5
H2S
mg/L
0,033
0,046
0,042
Minyak Lemak
mg/L
< 1,7
TT
2,8
-
7,11
7,39
7,51
BOD
mg/L
3,85
44,30
12,30
COD
mg/L
20,87
83,4
54,08
TSS
mg/L
< 3,6
25,3
7,0
H2S
mg/L
0,038
0,038
0,036
Minyak Lemak
mg/L
< 1,7
< 1,7
2,4
pH
Inlet IPAL
pH
Outlet IPAL
pH
Kondensor
pH
Air Abu
Ket : - TT = Tidak Terdeteksi.
- Cetak Tebal = Diatas Baku Mutu.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 26
Tabel 3.3.
Baku mutu kualitas limbah cair Industri atau Kegiatan Usaha Lainnya
di Jawa timur pada lampiran I untuk kegiatan Industri Gula menurut SK
Gubernur Jawa Timur Nomor 45 Tahun 2002.
Lokasi
Parameter
Satuan
pengambilan
Standar Maksimal
(Baku Mutu)
sampel
pH
Kondensor
-
6-9
BOD
mg/L
20
COD
mg/L
40
TSS
mg/L
20
H2S
mg/L
0,2
Minyak&lemak
mg/L
5
-
6-9
BOD
mg/L
60
COD
mg/L
100
TSS
mg/L
50
H2S
mg/L
0,5
Minyak&lemak
mg/L
5
-
6-9
BOD
mg/L
60
COD
mg/L
100
TSS
mg/L
50
H2S
mg/L
0,5
Minyak&lemak
mg/L
5
pH
Outlet
pH
Air Abu
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 27
3.
PT. Sejahtera Usaha Bersama, Dolopo
Tabel 3.4.
Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair Industri PT Sejahtera
Usaha Bersama Dolopo pada tahun 2014
Lokasi
Parameter
Hasil Analisa
Hasil Analisa
Pengambilan
pada
pada
Sampel
(semester I)
(semester II)
-
6,76
6,98
BOD
mg/L
17,88
19,71
Air Limbah
COD
mg/L
77,50
75,63
(INLET)
TSS
mg/L
45,7
50,0
HH3-N
mg/L
0,867
0,873
Phenol
mg/L
TT
TT
Minyak
mg/L
2,8
2,7
-
7,30
7,21
BOD
mg/L
3,98
3,76
Air Limbah
COD
mg/L
28,22
25,34
(OUTLET)
TSS
mg/L
24,5
22,0
HH3-N
mg/L
0,385
0,379
Phenol
mg/L
TT
TT
Minyak
mg/L
2,3
2,2
pH
Satuan
Lemak
pH
Lemak
Ket : - TT = Tidak Terdeteksi.
- Cetak Tebal = Diatas Baku Mutu.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 28
Tabel 3.5.
Baku mutu kualitas limbah cair Industri Kayu Lapis menurut SK
Gubernur Jawa Timur Nomor 45 Tahun 2002
Lokasi
Parameter
Satuan
pengambilan
Standar Maksimal
(Baku Mutu)
sampel
pH
Kondensor
-
6-9
BOD
mg/L
75
COD
mg/L
150
TSS
mg/L
75
HH3-N
mg/L
1
Phenol
mg/L
1
Minyak&lemak
mg/L
4
-
6-9
BOD
mg/L
75
COD
mg/L
150
TSS
mg/L
75
NH3-N
mg/L
1
Phenol
mg/L
1
Minyak&lemak
mg/L
4
pH
Outlet
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 29
Tabel 3.6.
Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair Industri PT Selo
Manunggal Sejati pada Tahun 2014
Lokasi
Hasil Analisa Pada
Hasil Analisa Pada
Satuan
(semester I)
(semester II)
-
6,9
6,5
BOD
mg/L
95,9
98,4
COD
mg/L
189
201
Air Limbah
TSS
mg/L
78
76
(OUTLET)
Besi
mg/L
0,824
0,815
Mangan
mg/L
0,211
0,201
Nitrat
mg/L
1,102
1,092
Nitrit
mg/L
0,475
0,487
Amoniak
mg/L
1,001
1,003
Sulfida / H2S
mg/L
0,071
0,069
Pengambilan
Parameter
Sampel
pH
Ket : - TT = Tidak Terdeteksi.
- Cetak Tebal = Diatas Baku Mutu.
Tabel 3.7.
Baku mutu kualitas limbah cair Industri Aspal menurut SK Gubernur
Jawa Timur Nomor 45 Tahun 2002
Lokasi
Parameter
Satuan
pengambilan
Standar Maksimal
(Baku Mutu)
sampel
pH
-
6-9
BOD
mg/L
150
Air Limbah
COD
mg/L
300
(OUTLET)
TSS
mg/L
200
Besi
mg/L
15
Mangan
mg/L
5
Nitrat
mg/L
30
Nitrit
mg/L
3
Amoniak
mg/L
5
Sulfida / H2S
mg/L
0,1
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 30
Tabel 3.8.
Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair Industri PT Digjaya Mulia
Abadi tahun 2014.
Lokasi
Para-
Pengambilan
meter
Satuan
Hasil Analisa pada
(semester II)
Sampel
pH
-
7,5
BOD
mg/L
32,1
Air Limbah
COD
mg/L
49,6
(INFLUENT)
TSS
mg/L
38
Amoniak
mg/L
1,045
Phenol
mg/L
0,000
-
6,0
BOD
mg/L
162,4
Air Limbah
COD
mg/L
259,1
(EFLUENT)
TSS
mg/L
86
Amoniak
mg/L
3,172
Phenol
mg/L
0,000
pH
Ket : - TT = Tidak Terdeteksi.
- Cetak Tebal = Diatas Baku Mutu.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 31
Tabel 3.9.
Baku mutu kualitas limbah cair Industri Pelintingan Rokok menurut
Permen LH Nomor 6 Tahun 2010
Lokasi
Para-
Pengambilan
meter
Satuan
Standar Maksimal
(Baku Mutu)
Sampel
pH
-
6-9
BOD
mg/L
80
Air Limbah
COD
mg/L
160
(INFLUENT)
TSS
mg/L
100
Amoniak
mg/L
2,0
Phenol
mg/L
0,5
-
6-9
BOD
mg/L
150
Air Limbah
COD
mg/L
300
(EFLUENT)
TSS
mg/L
100
Amoniak
mg/L
3
Phenol
mg/L
0,5
pH
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 32
Tabel 3.10.
Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair Rumah Sakit Paru
Dungus, Kab. Madiun Tahun 2014.
No
Parameter
Satuan
Hasil Analisa Pada Bulan
Pebruari
April
-
7,24
7,45
1
pH
2
BOD
mg/L
3,63
5,21
3
COD
mg/L
22,98
26,53
4
TSS / zat tersuspensi
mg/L
4,0
16,0
5
Deterjen (MBAS)
mg/L
<0,007
0,138
6
Amoniak bebas (NH3)
mg/L
0,028
0,035
7
Klor bebas
mg/L
TT
TT
8
Ortho Phosphat (PO4)
mg/L
1,174
1,885
9
Phenol
mg/L
TT
TT
10
Coli tinja
MPN/100ml
110
<2
Tabel 3.11.
Baku mutu kualitas limbah cair Kegiatan Rumah Sakit menurut SK
Gubernur Jatim Nomor 61 Tahun 1999.
No
Parameter
Satuan
Standar
maksimal
(baku mutu)
1
pH
-
6-9
2
BOD
mg/L
30
3
COD
mg/L
80
4
TSS / zat tersuspensi
mg/L
30
5
Deterjen (MBAS)
mg/L
0,5
6
Amoniak bebas (NH3)
mg/L
0,1
7
Klor bebas
mg/L
0,5
8
Ortho Phosphat (PO4)
mg/L
2
9
Phenol
mg/L
0,01
10
Coli tinja
MPN/100ml
40.000
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 33
Tabel 3.12.
Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair Hotel ASRI, Kec. Mejayan,
Kab. Madiun Tahun 2014.
No
Parameter
Satuan
Hasil Pemeriksaan
(semester II)
1
pH
-
2
Suhu
0C
3
BOD
mg/l
29
4
COD
mg/l
37,4
5
TSS
mg/l
24
Tabel 3.13.
7,0
28,0
Baku mutu kualitas limbah cair Hotel menurut Kepmen LH Nomor 52
Tahun 1995
No
Parameter
Satuan
Baku Mutu
1
pH
-
2
Suhu
0C
3
BOD
mg/l
30
4
COD
mg/l
50
5
TSS
mg/l
50
Tabel 3.14.
6,0 - 9,0
Suhu udara + 30C
Data Hasil pemantauan kualitas limbah cair Rumah Makan Sop Ayam
Klaten, kec. Jiwan, Kab. Madiun tahun 2014
No
Parameter
Satuan
Hasil Pemeriksaan
(semester II)
1
pH
-
7,1
2
Suhu
0C
29
3
BOD
mg/l
98
4
TSS
mg/l
86
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 34
Tabel 3.15.
Baku mutu kualitas limbah cair Rumah Makan menurut Kepmen LH
Nomor 112 Tahun 2003
No
Parameter
Satuan
Baku Mutu
1
pH
-
6,0 - 9,0
2
Suhu
0C
3
BOD
mg/l
100
4
TSS
mg/l
100
Suhu udara + 30C
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 35
II
PELAYANAN PENCEGAHAN PENCEMARAN UDARA DARI SUMBER
TIDAK BERGERAK
A.
GAMBARAN UMUM
Pencemaran udara diartikan dengan turunnya kualitas udara, sehingga udara
mengalami penurunan mutu dalam penggunaannya yang akhirnya tidak dapat
digunakan lagi sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya. Pencemaran
selalu terkait dengan sumber yang menghasilkan pencemaran udara, salah
satunya berasal dari kegiatan sumber tidak bergerak, dimana yang paling
dominan adalah industri. Pencegahan pencemaran udara dapat dilakukan
dengan mengurangi atau mencegah terjadinya pencemaran udara. Upaya
yang dilakukan oleh pihak industri untuk mengendalikan pencemaran udara
dengan cara tiga tahap dalam industri itu sendiri, yang meliputi :
1. Tahap pertama, pada input dengan cara menggunakan bahan bakar yang
ramah lingkungan seperti bahan bakar gas, batu bara yang mengandung
kadar sulfur rendah atau baggase yang telah dikeringkan (bila industri
tersebut menggunakan bahan bakar bio massa).
2. Tahap kedua, menggunakan proses gasifikasi, pirolisis atau exhaustgas
recirculation.
3. Tahap ketiga, merupakan teknologi tahap akhir berupa pemasangan
peralatan penyaring polutan debu dan gas-gas, seperti bag house, EP
(Elektrostatik Precipitator), cyclon untuk polutan debu dan De-Nox untuk
mengurangi kadar Nox dan FGD (Flue Gas Desulfurisasi) untuk
mengurangi kadar SO2.
Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota denghan
memberikan pengetahuan kepada industri agar menerapkan ketentuan
peraturan perundangan, khususnya yang diatur dalam Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 205 Tahun 1996 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak,
agar pelaksanaan pemenuhan standar pelayanan minimal bidang lingkungan
hidup dilakukan secara efektif dan efisien.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 36
Pengendalian pencemaran udara industri mencakup kegiatan :
1. Inventarisasi kualitas udara daerah dengan mempertimbangkan berbagai
kriteria yang ada dalam pengendalian pencemaran udara.
2. Penetapan baku mutu udara ambien dan baku mutu emisi yang digunakan
sebagai tolok ukur pengendalian pencemaran udara.
3. Penetapan mutu kualitas udara di suatu daerah termasuk perencanaan
pengalokasian industri dan/atau kegiatan yang berdampak mencemari
udara.
4. Pemantauan kualitas udara baik ambien dan emisi yang diikuti dengan
evaluasi dan analisis.
5. Pengawasan
terhadap
penaatan
peraturan
perundang-undangan
pengendalian pencemaran udara.
6. Peran masyarakat dalam kepedulian terhadap pengendalian pencemaran
udara.
7. Kebijakan bahan bakar bersih dan ramah lingkungan.
8. Penetapan kebijakan dasar baikm teknis maupun non teknis dalam
pengendalian pencemaran udara secara nasional.
B.
PENGERTIAN
1. Usaha dan/atau kegiatan adalah badan hukum atau perorangan yang
melakukan aktifitas yang menimbulkan pencemaran udara.
2. Sumber tidak bergerak adalah usaha dan/atau kegiatan yang aktifitasnya
secara menetap yang menghasilkan pencemaran udara.
3. Persyaratan administratif adalah persyaratan terkait sistem perizinan
antara lain izin usaha, analis mengenai dampak lingkungan hidup atau
upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan
hidup.
4. Persyaratan teknis adalah persyaratan sesuai dengan kelayakan prosedur
pengendalian pencemaran udara.
5. Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi
dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
6. Pencegahan
pencemaran
udara
adalah
tindakan
secara
manajemen/administratif dan secara teknik dilakukan oleh penanggung
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 37
jawab usaha dan/atau kegiatan dalam rangka mengendalikan pencemaran
udara dari jenis usaha dan/atau kegiatan dalam rangka mencegah
masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan/atau komponen lain ke
dalam udara ambien.
7. Pengendalian pencemaran udara tidak bergerak adalah kegiatan dalam
rangka menghendalikan pencemaran udara dari jenis usaha dan/atau
kegiatan.
Parameter emisi udara yang dipantau adalah parameter kunci dari masingmasing jenis industri spesifik yang diatur dalam :
a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 133 Tahun 2004
tentang Baku Mutu Emisi Bagi Kegiatan Industri Pupuk.
c. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995
tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan/atau kegiatan Minyak dan Gas
Bumi.
d. Sedangkan industri yang belum diatur baku mutu emisi spesifik
mengacu pada lampiran VB Bagi Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak, parameter yang dipantau merupakan
parameter yang berpotensi mencemari.
Usaha dan/atau kegiatan yang diawasi dan dibina untuk mentaati :
1. Persyaratan administratif antara lain izin usaha dan/atau kegiatan, analisis
mengenai dampak lingkungan hidup, upaya pengelolaan lingkungan hidup
dan upaya pemantauan lingkungan hidup.
2. Persyaratan teknis antara lain melakukan pengolahan emisi udara
sehingga memenuhi baku mutu emisi yang telah ditetapkan, cerobong
dilengkapi lubang sampling, lantai kerja, tangga dan pagar pengaman
limbah serta melakukan pemantauan emisi secara rutin atau sewaktuwaktu sesuai keperluan.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 38
C.
INDIKATOR DAN CARA PERHITUNGAN
1. Indikator
Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administratif
dan teknis pencegahan pencemaran udara.
2. Cara Perhitungan
Prosentase (%) jumlah
Jumlah usaha dan/atau kegiatan
Usaha dan/atau kegiatan
Sumber tidak bergerak
sumber tidak bergerak yang
memenuhi persyaratan administratif dan
yang memenuhi persya- = teknis pengendalian pencemaran udara
ratan administratif dan
Jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber
teknis pengendalian
tidak bergerak yang potensial mencemari
pencemaran
udara
x100 %
udara yang telah diinventarisasi
3. Perhitungan
Pada Tahun 2014 jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak
yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pengendalian
pencemaran udara sebanyak 2 (dua), sedangkan jumlah usaha dan/atau
kegiatan sumber tidak bergerak yang potensial mencemari udara yang
telah diinventarisasi sebanyak 2 (dua), prosentase jumlah usaha dan/atau
kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif
dan teknis :
Prosentase (%) jumlah
usaha dan/atau kegiatan
sumber tidak bergerak
yang memenuhi persyaratan
administratif dan teknis
2
=
X 100 % = 100%
2
pencegahan pencemaran udara
D.
SUMBER DATA
1. Laporan pengawasan lapangan, antara lain : laporan pemerintah daerah,
laporan PROPER.
2. Laporan instansi yang menangani bidang lingkungan hidup.
3. Sumber lain yang relevan.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 39
E.
F.
BATAS WAKTU PENCAPAIAN
1. Sampai dengan tahun 2009 :
20 %
2. Sampai dengan tahun 2010 :
40 %
3. Sampai dengan tahun 2011 :
60 %
4. Sampai dengan tahun 2012 :
80 %
5. Sampai dengan tahun 2013 :
100 %
6. Sampai dengan tahun 2014 :
100 %
LANGKAH KEGIATAN/RUJUKAN/REFERENSI
1. Tahap inventarisasi :
a. Inventarisasi industri yang potensial mencemari udara.
Industri yang telah ditetapkan baku mutu emisi spesifik sebagaimana
diatur dalam :
1). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun
1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
2). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 133 Tahun
2004 tentang Baku Mutu Emisi Bagi Kegiatan Industri Pupuk
3). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2007
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak bagi Ketel Uap.
4). Industri yang telah ditetapkan sebagai Program PROPER.
b. Inventarisasi cerobong yang potensial mencemari udara dalam 1 (satu)
industri, serta parameter dominan yang harus diukur.
2 Pelaksanaan Pemantauan
a. Secara manual ( dengan bantuan laboratorium eksternal yang sudah
terakreditasi atau rujukan gubernur).
b. Secara otomatis dengan peralatan Continous Emission Monitoring
(CEM) yang terpasang langsung di cerobong yang dapat langsung
menyajikan data kualitas emisi tiap jam.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 40
c. Pemeriksaan persyaratan teknis cerobong.
1) Pemeriksaan tersedianya sarana pendukung sampling emisi seperti
lubang sampling, tangga, lantai kerja, pagar pengaman dan sumber
listrik pada cerobong.
2) Untuk cerobong yang berbentuk lingkaran, penentuan titik lubang
sampling berada diantara minimal 8 x diameter stack (ds) untuk
down stream dan 2 x diameter stack (ds) untuk up stream.
3) Diameter lubang pengambilan sampel paling sedikit 10 cm atau 4
inchi.
4) Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistem
pelat flange yang dilengkapi dengan baut.
5) Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding cerobong.
6) Untuk cerobong diameter dalam lebih kecil (d) dari diameter dalam
aliran bawah (D) dapat ditentukan dengan diameter ekuivalen (De)
sebagai berikut :
3. Pengambilan contoh uji emisi udara
Pengambilan contoh uji emisi udara dilakukan oleh laboratorium yang
ditunjuk oleh tim pengawas untuk melakukan pengujian emisi udara
terhadap cerobong utama dan parameter dominan yang telah ditentukan
sebelumnya dengan ketentuan :
a. Jumlah titik 1 (satu) cerobong untuk setiap lokasi industri diambil
sampelnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
b. Parameter yang diukur tergantung dari industri jenis industri spesifik.
c. Pengambilan contoh uji emisi pada cerobong dan sampel yang
meliputi : pengumpulan sampel, analisa laboratorium, pembuatan
laporan dan evaluasi.
4. Pelaporan hasil pemantauan
a. Laporan 3 (tiga) bulanan, dari hasil pemantauan peralatan CEM.
b. Laporan 6 (enam) bulanan (manual), yang dilakukan oleh pihak
ketiga.
c. Laporan terjadinya kasus/kerusakan.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 41
G.
RUJUKAN/REFERENSI
Peraturan perundang-undangan, pedoman/standar teknis yang terkait dengan
pelayanan pencegahan pencemaran air antara lain :
1. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 41 ahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
2. Pedoman/Standar Teknis
a. Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
Kep-
13/MENLH/3/1993 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
b. Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
Kep-
15/MENLH/4/1996 tentang Program Langit Biru.
c. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2001
tentang Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah.
d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002
tentang Pedoman Umum Pengawasan Penataan Lingkungan Hidup
Bagi Pejabat Pengawas.
e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 2002
tentang
Tata
Kerja
Pejabat
Pengawas
Lingkungan
Hidup
di
Provinsi/Kabupaten/Kota.
f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 129 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas
Bumi.
g. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 133 Tahun 2004
tentang Baku Mutu Emisi Bagi Kegiatan Industri Pupuk
h. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2007
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak bagi Ketel Uap.
i.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor
Kep-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.
H. Hasil kegiatan dari program pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak
bergerak :
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 42
1. Pabrik Gula Pagottan
Tabel 3.16.
Data Hasil Pemantauan Emisi Udara Industri Pabrik Gula Pagottan
pada Tahun 2014.
Faktor Kimia :
Parameter
Nitrogen
Satuan
Boiler I
Boiler II
Boiler III
Boiler IV
mgr/Nm3
64,3
41,9
59,3
50,0
mgr/m3
10,23
1,50
3,00
2,34
mgr/m3
50,4
122
96,7
97,0
%
14,4
15,6
15
16,3
Dioksida
(NO2)
Sulfur
Dioksida
(SO2)
Total Partikel
Opasitas
Faktor Fisika :
Parameter
Sat-
Boiler I
Boiler I
Boiler I
Boiler I
14,10
15,93
13,08
17,53
0,4-3,5
0,5-3,7
0,4-3,8
0,8-4,1
utara
utara
utara
utara
uan
Kecepatan
m/
Aliran Gas
det
Kecepatan
m/
Angin
det
Arah Angin
-
ke -
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 43
2.
Pabrik Gula Kanigoro
Tabel 3.17.
Data Hasil Pemantauan Emisi Udara Industri Pabrik Gula Kanigoro
Tahun 2014.
Faktor Kimia :
Parameter
Satuan
C.Cheng
C.MAN
C.Genset
Nitrogen Dioksida (NO2)
Mg/m3
85,4
94,0
105
Sulfur Dioksida (SO2)
Mg/m3
2,90
18,6
5,25
Total Partikel
Mg/m3
43,4
125
250
%
9,2
10,8
4,2
Opasitas
Tabel 3.18.
Baku Mutu Emisi Udara menurut Peraturan Gubernur Jatim No 10
Tahun 2009 untuk Industri Gula
No
Parameter
Satuan
Baku Mutu
1
Nitrogen Dioksida (NO2)
Mg/m3
200
2
Sulfur Dioksida (SO2)
Mg/m3
700
3
Total Partikel
Mg/m3
700
4
Opasitas
%
15
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 44
III.
PELAYANAN INFORMASI STATUS KERUSAKAN LAHAN DAN/ATAU
TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA
A.
GAMBARAN UMUM
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 150 tahun 2000 tentang
Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa dan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah
Kabupaten/.Kota,
pelaksanaan
pengendalian
kerusakan
lahan
dan/atau tanah untuk produksi biomassa dilakukan sebagaimana di bawah ini
:
1. Penetapan kriteria baku kerusakan tanah daerah.
Untuk keperluan penetapan kondisi tanah dan status kerusakan tanah,
Pemerintah Daerah Kabupaten Madiun dapat menetapkan kriteria baku
kerusakan tanah daerah, jika kondisi tanah di wilayahnya lebih rentan
terhadap kerusakan dibandingkan dengan kondisi rata-rata nasional.
Dalam penetapan kriteria baku kerusakan tanah daerah tersebut mengacu
pada kriteria baku kerusakan tanah nasional dan berkoordinasi dengan
menteri.
2. Penetapan kondisi dan status kerusakan lahan dan/atau tanah
Penetapan kondisi dan status kerusakan lahan dan/atau tanah dilakukan
oleh bupati Madiun. Dalam penetapan kondisi dan status kerusakan lahan
dan/atau tanah tersebut, perlu dipetakan dengan skala minimal 1 :
100.000. Untuk pelaksanaan pemetaan dan penetapan kondisi lahan
dan/atau tanah pada Kabupaten Madiun dikoordinasikan dengan gubernur.
Berdasarkan peta kondisi lahan dan/atau tanah daerah Kabupaten Madiun,
selanjutnya gubernur menyusun peta kondisi lahan dan/atau tanah daerah
provinsi dengan skala minimal 1 : 250.000.
3. Pengawasan atas pengendalian kerusakan lahan dan/atau tanah
Pengawasan atas pengendalian kerusakan lahan dan/atau tanah dilakukan
oleh
bupati
Madiun,
gubernur
dan
menteri.
Dalam
pelaksanaan
pengawasan tersebut dilakukan berdasarkan informasi mengenai areal
yang berpotensi mengalami kerusakan, kondisi lahan dan/atau tanah dan
status kerusakan lahan dan/atau tanah.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 45
4. Pengaturan pengendalian kerusakan lahan dan/atau tanah
Untuk mengefektifkan dan mengsinergiskan pengendalian kerusakan
lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa diperlukan pengaturan di
daerah antara lain :
a. Penetapan kriteria baku kerusakan lahan dan/atau tanah.
b. Penetapan kondisi dan status kerusakan lahan dan/atau tanah.
c. Pelaksanaan pengawasan, terkait dengan usaha dan/atau kegiatan
yang berdampak lintas kabupaten Madiun.
d. Pengendalian kerusakan lahan dan/atau tanah yang dilakukan oleh
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
5. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan bertanggung jawab atas
pengendalian kerusakan lahan dan/atau tanah di arealnya dan wajib
melakukan pencegahan kerusakan, penanggulangan dan pemulihan
kondisi lahan dan/atau tanah.
Dalam upaya mengaktualisasikan hak masyarakat atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta keterbukaan informasi mengenai :
1. Kondisi lahan dan/atau tanah.
2. Status kerusakan lahan dan/atau tanah.
3. Rencana, pelaksanaan dan hasil pengendalian kerusakan lahan dan/atau
tanah.
4. Kegiatan-kegiatan
yang
berpotensi
menimbulkan
kerusakan
lahan
dan/atau tanah.
Standar pelayanan minimal bidang lingkungan hidup untuk pemerintah
kabupaten Madiun ini difokuskan pada pelayanan terhadap informasi status
kerusakan lahan dan/atau tanah.
B.
PENGERTIAN
1. Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya merangkum semua
tanda pengenal biosfer, atmosfer tanah, geologi, timbulan (relief), hidrologi,
populasi tumbuhan dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lalu,
masa kini yang bersifat mantap atau mendaur.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 46
2. Tanah adalah salah satu komponen lahan, berupa lapisan teratas kerak
bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai
sifat fisik, kimia, biologi dan mempunyai kemampuan menunjang
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
3. Biomassa adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya yaitu : bunga, biji,
buah, daun, ranting, batang dan akar termasuk tanaman yang dihasilkan
oleh kegiatan pertanian, perkebunan dan hutan tanaman.
4. Produksi biomassa adalah bentuk-bentuk pemanfaatan sumber daya tanah
untuk menghasilkan biomassa.
5. Kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah berubahnya sifat dasar
tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi
biomassa.
6. Lahan untuk produksi biomassa adalah areal yang telah ditetapkan dalam
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sebagai kawasan untuk
produksi biomassa (seperti lahan pertanian, perkebunan, kawasan hutan
tanaman, ruang terbuka hijau perkotaan).
7. Penyampaian informasi status kerusakan tanah untuk produksi biomassa
adalah
hasil
pengukuran
kriteria
baku
kerusakan
tanah
yang
diinformasikan kepada masyarakat melalui media cetak, media elektronik
atau papan pengumuman.
C.
INDIKATOR DAN CARA PERHITUNGAN
`
1. Indikator
Prosentase luasan lahan yang telah ditetapkan status kerusakan lahan
dan/atau tanah untuk produksi biomassa yang diinformasikan..
a. Penetapan status kerusakan lahan dan/atau tanah melalui Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Madiun.
b. Penyampaian informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah
melalui media cetak, elektronik dan/atau papan pengumuman.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 47
2. Cara Perhitungan
Prosentase (%) luasan
Luasan lahan yang ditetapkan dan
lahan yang ditetapkan
diinformasikan status kerusakan lahan
dan diinformasikan status
dan/atau tanah untuk produksi
kerusakan lahan dan/atau = biomassa pada tahun berjalan
tanah untuk produksi
Luasan lahan yang diperuntukkan
biomassa
sebagai lahan dan/atau tanah untuk
X 100 %
produksi biomassa
Keterangan :
Luas lahan yang diperuntukkan sebagai lahan dan/atau tanah untuk
produksi biomassa merupakan lahan yang diperuntukkan sebagai lahan
pertanian, lahan perkebunan dan kawasan hutan tanaman (produksi), serta
ruang terbuka hijau yang terdapat pada rencana tata ruang wilayah
kabupaten Madiun
3. Perhitungan
Kabupaten Madiun mempunyai luas wilayah 101.086 ha. Dalam rencana
tata ruang wilayah Kabupaten Madiun terdapat rencana pemanfaatan
lahan yang berfungsi untuk produksi biomassa (hutan produksi, lahan
pertanian, tanaman tahunan) seluas 72.000,00 ha.
Pada tahun 2014, luasan lahan yang telah ditetapkan (melalui rencana tata
ruang wilayah kabupaten Madiun) status kerusakan lahan dan/atau tanah
untuk produksi biomassa seluas 72.000 ha dan telah diinformasikan.
Dari data tersebut dapat dihitung prosentase luasan lahan yang ditetapkan
dan diinformasikan status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi
biomassa sebesar 100 %.
Prosentase (%) luasan lahan
yang ditetapkan dan
72.000
diinformasikan status kerusakan =
lahan dan/atau tanah untuk
X 100 % = 100 %
72.000,00
produksi biomassa
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 48
Pada tahun 2014, luasan lahan yang telah ditetapkan (melalui rencana tata
ruang wilayah kabupaten Madiun) status kerusakan lahan dan/atau tanah
untuk produksi biomassa seluas 14.400 ha dan telah diinformasikan melalui
papan pengumuman. Jadi pada tahun 2009 –Tahun 2014, luasan lahan
yang telah ditetapkan status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi
biomassa seluas 72.000 ha (14.400 ha + 14.400 ha + 14.400 ha + 14.400 ha
+ 14.400 ha)
Dari data tersebut dapat dihitung prosentase luasan lahan yang ditetapkan
dan diinformasikan status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi
biomassa sebesar 100 %.
Selanjutnya pada akhir tahun 2014 :
Prosentase (%) luasan lahan
yang ditetapkan dan
72.000
diinformasikan status kerusakan =
lahan dan/atau tanah untuk
X 100 % = 100 %
.
72.000,00
produksi biomassa
D.
SUMBER DATA
1. Rencana tata ruang wilayah kabupaten Madiun
2. Laporan hasil pemantauan kerusakan lahan dan/atau tanah daerah
kabupaten Madiun (oleh kantor lingkungan hidup kabupaten madiun).
3. Data statistik kabupaten madiun.
4. Sumber lain yang relevan.
E.
BATAS WAKTU PENCAPAIAN
1. Sampai dengan tahun 2009 :
20 %
2. Sampai dengan tahun 2010 :
40 %
3. Sampai dengan tahun 2011 :
60 %
4. Sampai dengan tahun 2012 :
80 %
5. Sampai dengan tahun 2013 :
100 %
6. Sampai dengan tahun 2014 :
100 %
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 49
F.
LANGKAH KEGIATAN
1. Identifikasi kondisi awal tanah.
Identifikasi kondisi awal tanah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
areal yang berpotensi mengalami kerusakan. Identifikasi kondisi awal
tanah dilakukan dengan cara :
a. Menghimpun data sekunder, untuk memperoleh informasi awal
mengenai sifat-sifat dasar tanah yang terkait dengan parameter
kerusakan lahan dan/atau tanah. Peta tanah dan peta lahan kritis
biasanya memuat informasi sifat dasar tanah.
b. Menghimpun data sekunder lain yang terkait dengan kondisi iklim,
topografi, penggunaan tanah dan potensi sumber kerusakan.
c. Menghimpun data sekunder lain yang dapat mendukung penetapan
kondisi tanah, seperti citra satelit, foto udara, data kependudukan dan
sosial ekonomi masyarakat serta pengaduan masyarakat. Data dan
informasi yang terhimpun kemudian dituangkan dalam peta dasar skala
minimal 1 : 100.000, jika memungkinkan peta tersebut didigitasi
sehingga menjadi peta-peta tematik tunggal.
d. Melakukan overlay atau superimpose atas beberapa peta tematik yang
telah dibuat guna memperoleh gambaran tentang areal yang berpotensi
mengalami kerusakan lahan dan/atau tanah.
Dari proses ini, suatu lahan dan/atau tanah memiliki potensi rusak yang
tinggi apabila :
a. Kondisi iklim atau curah hujan yang memiliki curah hujan tahunan >
2.500 mm, karena berpotensi sebagai agensia yang mampu merusak
tanah melalui kemampuan energi kinetiknya.
b. Tingkat kelerengan >40 %, karena memiliki potensi terjadinya erosi dan
longsor.
c. Jenis tanah yang memiliki kepekaan erosi tinggi seperti jenis regosol,
latosol, organosol dan renzina.
d. Penggunaan lahan yang penutupan lahan dan/atau tanahnya terbuka
(jarang), lebih mudah rusak daripada penutupan lahan dan/atau
tanahnya tertutup rapat.
e. Keberadaan kegiatan yang berpotensi sebagai sumber kerusakan
lahan dan/atau tanah disekitarnya, seperti lahan dekat kawasan
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 50
penambangan, dekat kawasan industri dan daerah yang sering
mengalami genangan/banjir.
2. Analisis sifat dasar tanah
Dari hasil identifikasi kondisi awal tanah, areal yang berpotensi mengalami
kerusakan tanah yang mengacu pada kriteria baku kerusakan tanah
sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 150
Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi
Biomassa.
Analisis sifat dasar tanah dilakukan melalui :
a. Pengamatan dan pengambilan contoh tanah.
b. Analisis contoh tanah.
Tata cara pengamatan, pengambilan contoh tanah dan analisa contoh
tanah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 7 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku
Kerusakan.
3. Evaluasi untuk penetapan status kerusakan lahan dan/atau tanah.
Evaluasi ini bertujuan untuk menentukan rusak tidaknya lahan dan/atau
tanah berdasarkan kriteria baku kerusakan tanah. Evaluasi dilakukan
dengan membandingkan hasil analisis sifat dasar tanah dengan kriteria
baku kerusakan tanah. Apabila salah satu ambang parameter terlampaui,
lahan dan/atau tanah dinyatakan rusak. Selanjutnya hasil evaluasi ini
digunakan untuk menetapkan status kerusakan lahan dan/atau tanah.
a. Evaluasi kerusakan lahan dan/atau tanah di lahan kering akibat erosi
air.
b. Evaluasi kerusakan lahan dan/atau tanah di lahan kering
c. Evaluasi kerusakan lahan dan/atau tanah di lahan basah
Dari hasil evaluasi tersebut, bupati/walikota selanjutnya menetapkan status
kerusakan tanah yang kemudian diumumkan pada masyarakat. Hasil
evaluasi juga digunakan untuk verifikasi atau dating status kerusakan
lahan dan/atau tanah pada setiap satuan peta kerusakan lahan dan/atau
tanah yang telah disusun sebelumnya atau dalam kurun waktu lima tahun.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 51
G.
RUJUKAN / REFERENSI
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelayanan informasi
status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomasa, antara lain :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 150 tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan Tanah Untuk Produksi
Biomassa.
Hasil kegiatan dari Inventarisasi pelaksanaan pemantauan status kerusakan lahan
dan/atau tanah untuk produksi biomassa di Kabupaten Madiun :
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 52
Tabel 3.23.
Ambang Kritis dari Hasil Pengamatan menurut Parameter di Lahan
Kering di Kec. Geger
No
Tebal Tanah
.
1
Ketebalan
Ambang
Kritis Erosi
(PP
150/2000)
Hasil Pengamatan /
Analisa
Melebihi / tidak
melebihi
L1
L2
Tidak melebihi
< 20 cm
30 cm
30 cm
Tidak melebihi
> 40 %
0%
0%
Tidak melebihi
%
25,38%
28,89%
Tidak melebihi
>80% pasir
18,09%
17,00%
solum
2
Kebatuan
permukaan
3
Komposisi
<
18
fraksi
koloid;
kuarsitik
4
Berat isi
> 1,4 g/cm3
1,22
1,13
Tidak melebihi
5
Porositas total < 30 % ; >
40,76
42,93
Tidak melebihi
6,24
6,24
Tidak melebihi
1,02
0,86
Tidak melebihi
35,5
46,5
Tidak melebihi
70 %
6
Ph (H2O) 1 : < 4,5 ; > 8,5
2,5
7
Daya
hantar >
4,0
listrik
mS/cm
8
Redoks
< 200 mV
9
Jumlah
< 102 cfu/g
mikroba
tanah
6,7 x 106
3,8 x 106
Tidak melebihi
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium, tahun 2014
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 53
Tabel 3.24.
Ambang Kritis dari Hasil Pengamatan menurut Parameter di Lahan
Kering di Kec. Balerejo
No
Tebal Tanah
.
1
Ketebalan
Ambang
Kritis Erosi
(PP
150/2000)
Hasil Pengamatan /
Analisa
Melebihi / tidak
melebihi
L1
L2
Tidak melebihi
< 20 cm
25 cm
25 cm
Tidak melebihi
> 40 %
0%
0%
Tidak melebihi
%
27,79%
29,83%
Tidak melebihi
>80% pasir
18,32%
15,42%
solum
2
Kebatuan
permukaan
3
Komposisi
<
18
fraksi
koloid;
kuarsitik
4
Berat isi
> 1,4 g/cm3
1,23
1,25
Tidak melebihi
5
Porositas total < 30 % ; >
42,52
33,15
Tidak melebihi
6,24
6,24
Tidak melebihi
2,54
1,16
Tidak melebihi
46,9
38,5
Tidak melebihi
5,8 x 106
4,9 x 106
Tidak melebihi
70 %
6
Ph (H2O) 1 : < 4,5 ; > 8,5
2,5
7
Daya
hantar >
4,0
listrik
mS/cm
8
Redoks
< 200 mV
9
Jumlah
< 102 cfu/g
mikroba
tanah
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium, tahun 2014
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 54
Tabel 3.25.
Ambang Kritis dari Hasil Pengamatan menurut Parameter di Lahan
Basah
Tebal Tanah
No.
1
Ambang Kritis
Hasil
Erosi
Pengamatan /
(PP 150/2000)
Analisa
< 35 cm/tahun
*
Subsidensi
gambut
di
atas untuk
pasir kuarsa
Melebihi
/ tidak
ketebalan
gambut > 3 m
atau
10%
tahun
/
5
untuk
ketebalan
gambut < 3 m
2
Kedalaman
lapisan
< 25 cm dengan
*
berparit pH < 2,5
dari
permukaan tanah
3
Kedalaman
air > 25 cm
*
untuk > - 100 mV
*
tanah dangkal
4
Redoks
tanah berparit
5
Redoks
untuk > 200 mV
*
gambut
6
pH (H2O) 1 : 2,5
< 4,0 ; > 7,0
*
7
Daya hantar listrik
> 4,0 mS / cm
*
8
Jumlah mikroba
< 102 cfu/g tanah
*
Ket : * = Di Kab. Madiun Tidak Memiliki Tanah Gambut
Tabel 3.26.
No
1.
2.
3.
4.
Kategori Indeks Bahaya Erosi di Kabupaten Madiun
Kondisi Lapangan
Pendugaan
Erosi
(ton/ha/thn)
14,46
21,51
23,42
13,37
TSL
(ton/ha/thn)
IBE
Tumpangsari
19,2
0,75
Teresan
19,2
1,12
Tebangan
19,2
1,22
KU I
(tanaman
19,2
0,70
muda)
5. KU V up (kontrol)
11,53
19,2
0,60
6. Tanah Kosong
6,74
19,2
0,35
7. Tanaman
21,43
19,2
1,12
Sumber : Data Evaluasi Kegiatan Bidang Lingkungan Tahun 2012..
Kategori
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 55
Tabel 3.27.
Keadaan Topografi dan Kelas Lereng di Kabupaten Madiun
No Kemiringan Lereng
Kelas Lereng
Deskripsi
Luas(%)
1.
0–8%
A
Datar
14,31
2.
8 – 15 %
B
Landai
70,32
3.
15 – 25 %
C
Agak Curam
11,67
4.
25 – 45 %
D
Curam
2,74
5.
> 45 %
E
Sangat Curam
0,96
Jumlah =
100
Sumber : Peta Kelerengan Kabupaten Madiun Skala 1 : 100.000
Tabel 3.28.
Sifat Kimia Tanah di Kabupaten Madiun
Parameter
Kondisi Tegakan
Tanah Kosong
Tekstur
Tegakan Tua
Tegakan Muda
Nilai
Kelas
Nilai
Kelas
Nilai
Kelas
liat
halus
lempung
-
Lempung
-
liat
liat
P2O5 (ppm)
3
SR
5,16
SR
3,2
SR
Ca (mg/100gr)
-
-
24,8
ST
8,78
Sd
Mg (mg/100gr)
9,08
ST
0,36
SR
0,27
SR
K (mg/100gr)
0,24
R
0,08
SR
0,12
R
Na (mg/100gr)
0,12
R
-
-
-
-
Al (mg/100gr)
Tr
-
Tr
-
Tr
-
H (mg/100gr)
0,24
-
0,08
-
0,12
-
NO3- (ppm)
1761,04
-
2248,12
-
1883,56
-
NH4+ (ppm)
52,92
-
70,56
-
52,92
-
C (%)
0,8
R
0,72
R
0,8
R
N (%)
0,08
SR
0,08
SR
0,08
SR
10
R
9
R
10
R
269,81
-
487,19
-
384,91
-
C/N
C-mic
Ket : SR = sangat rendah, R = rendah, Sd =sedang, ST = sangat tinggi, Tr = tak
terdeteksi
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium oleh Perhutani KPH Madiun, 2014.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 56
Tabel 3.29.
Karakteristik Kemampuan Lahan/Tanah di Kabupaten Madiun.
No.
Variabel Lahan
Karakteristik Lahan
15 - > 100
1.
Kedalaman efektif tanah (cm)
2.
3.
4.
Tekstur
pH
Drainase
5.
6.
7.
Permeabilitas tanah (cm/jam)
Kemiringan lereng (%)
Keadaan erosi
0,275-3,61
> 70%
Ket
8.
9.
10.
Batu besar (%)
Batu kecil (%)
Muka air tanah (cm)
0 – 25
0 - > 15
< 50 – 75
ket
5,5 – 7,0
Ket
Keterangan
-Sangat dangkal – tidak
dalam
-Lempung hingga geluh
-Agak masam – netral
-Sangat lambat hingga sangat
cepat
-Sangat lambat – sedang
-tidak ada erosi yang sangat
berat
-Tidak ada – sedang
-Tidak ada – banyak
-Dangkal – agak dalam
Sumber : Hasil Analisa tahun 2012.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 57
IV.
PELAYANAN TINDAK LANJUT PENGADUAN MASYARAKAT AKIBAT
ADANYA
DUGAAN
PENCEMARAN
DAN/ATAU
PERUSAKAN
LINGKUNGAN
A.
GAMBARAN UMUM
Meningkatnya
pembangunan
diberbagai
sektor
telah
mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang semakin meningkat
dari waktu ke waktu. Kondisi tersebut dan didorong oleh meningkatnya
kesadaran masyarakat untuk mendapatkan haknya atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat menyebabkan makin meningkatnya pengaduan
masyarakat akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Salah satu upaya pemerintah kabupaten madiun untuk menyikapi kondisi
tersebut dengan peningkatan efektifitas pengelolaan pengaduan masyarakat.
Berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan telah mengatur dasar
hukum yang terkait upaya pemerintah ini. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, memberikan
hak kepada setiap orang atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pasal 7
ayat (1) Undang-Undang tersebut juga mengatur bahwa masyarakat
mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan
dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pelaksanaan peran tersebut salah
satunya dapat dilakukan dengan cara menyampaikan informasi dan/atau
perusakan lingkungan juga diatur dalam berbagai peraturan pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengendalian dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang meliputi :
1. Pasal 55 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun.
2. Pasal 17 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang
Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa.
3. Pasal 39 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang
Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang
Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan.
4. Pasal 27 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 58
Penjabaran lebih lanjut dari ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan
Pelaksanaannya tersebut telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Pengaduan
Kasus Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup. Berdasarkan
Peraturan ini setiap orang di wilayah Kabupaten madiun yang mengetahui,
menduga dan/atau menderita kerugian akibat terjadinya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup dapat menyampaikan pengaduannya secara
tertulis atau lisan kepada bupati Madiun atau kepala Kantor lingkungan hidup
kabupaten Madiun.
Untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan pengaduan masyarakat, kantor
lingkungan hidup kabupaten madiun melalui bupati atau kepala kantor
lingkungan hidup kabupaten madiun dapat membentuk pos pengaduan
lingkungan.
Pos
pengaduan
ini
berfungsi
sebagai
unit
kerja
yang
mengkoordinir pengelolaan lingkungan hidup, bagi instansi yang belum
memiliki unit kerja struktural yang bertanggung jawab untuk mengelola
pengaduan. Sedangkan bagi instansi yang memiliki unit kerja struktural
berperan dalam meningkatkan koordinasi kerja antar unit kerja yang terlibat
dalam pengelolaan pengaduan masyarakat.
Pengaduan masyarakat tentang kasus pencemaran dan/atau Perusakan
Lingkungan yang wajib dikelola oleh kantor lingkungan hidup kabupaten
madiun meliputi :
1. Usaha dan atau kegiatan yang lokasi dan/atau dampaknya berada pada
wilayah kabupaten Madiun
2. Pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup terjadi di wilayah 4
(empat) sampai dengan 12 (dua belas) mil laut.
3. Usaha dan/atau kegiatan yang penilaian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup oleh komisi penilai analisis mengenai dampak lingkungan
hidup kabupaten madiun
4. Usaha dan/atau kegiatan yang izin usaha dan/atau izin lingkungannya
diberikan oleh pejabat kabupaten madiun.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 59
B.
PENGERTIAN
1. Pengaduan adalah pemberitahuan secara tertulis dan/atau lisan mengenai
dugaan terjadinya pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup
kepada kantor lingkungan hidup kabupaten madiun.
2. Pengelolaan
pengaduan
adalah
upaya
terpadu
untuk
menerima,
menelaah, mengklarifikasi, memverifikasi serta menginformasikan proses
dan hasil pengelolaan kepada pengadu.
3. Mengklasifikasi
pengaduan
adalah
mengelompokkan
pengaduan
berdasarkan aspek pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
serta aspek kewenangan dari instansi penerima pengaduan.
4. Verifikasi pengaduan adalah kegiatan untuk memeriksa kebenaran
pengaduan.
5. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam air oleh
kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran lingkungan hidup mencakup pencemaran air, laut, tanah dan
udara termasuk dalam hal ini yang berbentuk debu, kebauan, getaran dan
kebisingan.
6. Perusakan
lingkungan
hidup
adalah
tindakan
yang
menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau
hayati yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam
menunjang pembangunan berkelanjutan. Perusakan lingkungan hidup
mencakup perusakan tanah, lahan dan hutan.
C.
INDIKATOR DAN CARA PERHITUNGAN
1. Indikator.
Jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 60
2. Cara Perhitungan
Prosentase (%) jumlah
Jumlah pengaduan masyarakat akibat
pengaduan masyarakat
adanya dugaan pencemaran dan/atau
akibat adanya dugaan
pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup
=
perusakan lingkungan
yang ditindaklanjuti
X 100%
Jumlh pengaduan yang diterima
hidup yang
kantor lingkungan hidup
ditindaklanjuti
kabupaten madiun dalam satu tahun
3. Perhitungan
Pada Tahun 2014 instansi Lingkungan Hidup Kabupaten madiun menerima
1 (satu) pengaduan, sehingga prosentase pengelolaan pengaduan sebesar :
Prosentase (%) jumlah
pengaduan masyarakat
akibat adanya dugaan
1
=
pencemaran dan/atau
=
X 100 %
= 100 %
1
perusakan lingkungan
hidup yang ditindaklanjuti
D.
SUMBER DATA
Data didapat dari berbagai sumber, baik lisan maupun tertulis antara lain :
1. Masyarakat.
2. Lembaga Swadaya Masyarakat.
3. Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
4. Instansi Lingkungan Hidup Provinsi.
5. Instansi terkait di tingkat pusat, provinsi atau kabupaten.kota.
6. Media cetak dan elektronik.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 61
E.
BATAS WAKTU PENCAPAIAN
1. Sampai dengan tahun 2009 :
50 %
2. Sampai dengan tahun 2010 :
60 %
3. Sampai dengan tahun 2011 :
70 %
4. Sampai dengan tahun 2012 :
80 %
5. Sampai dengan tahun 2013 :
90 %
6. Sampai dengan tahun 2014 :
100 %
F. LANGKAH KEGIATAN
Kantor lingkungan hidup kabupaten Madiun paling lama dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari telah menerima
pengaduan
dari masyarakat melakukan
pengelolaan pengaduan dengan tahapan :
1. Mencatat pengaduan dalam buku pengaduan.
2. Menelaah dan mengklasifikasi pengaduan. Telaahan dan klasifikasi harus
dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya pengaduan. Dalam
rangka telaahan dan klasifikasi, dapat dilakukan koordinasi dengan
dinas/instansi
terkait.
Berdasarkan
hasil
telaahan
dan
klasifikasi
pengaduan dapat dikategorikan :
a. Tidak termasuk pengaduan kasus pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup, segera diteruskan kepada instansi teknis yang
membidangi usaha dan/atau kegiatan dengan tembusan kepada
pihak yang mengadukan.
b. Termasuk dalam kasus pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup namun bukan merupakan kewenagan Kantor lingkungan hidup
kabupaten Madiun segera diserahkan kepada Kementerian negara
lingkungan hidup atau kepada instansi lingkungan hidup lingkungan
hidup
provinsi
pengaduan
ini
sesuai
dengan
dipantau
untuk
kewenangannya.
mengetahui
Penyerahan
perkembangan
penanganannya.
c. Termasuk dalam kasus pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup
dan
merupakan
kewenangan
Kantor
lingkungan
hidup
kabupaten Madiun, segera dilakukan verifikasi lapangan paling lama
14 (empat belas) hari sejak selesainya telaahan dan klasifikasi.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 62
3. Melakukan verifikasi pengaduan
Verifikasi harus diselesaikan dalam waktu paling lama 30 hari. Apabila
dalam jangka waktu tersebut pelaksanaan kegiatan verifikasi belum selesai
dapat dapat diperpanjang paling lama 30 hari. Verifikasi dilakukan dengan
berpedoman pada :
a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2004
tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran
dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup.
b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002
tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup
bagi Pejabat Pengawas.
c. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 2002
tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di
provinsi/kabupaten/kota.
d. Pedoman Verifikasi Pengaduan
4. Usulan tindak lanjut
Pejabat yang berwenang di Kantor lingkungan hidup kabupaten Madiun
harus memberikan keputusan menolak atau menerima usulan tersebut
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya usulan.
Usulan tindak lanjut penanganan dapat berupa pembinaan teknis atau
langkah penegakan hukum (administrasi, perdata dan pidana) sesuai
dengan
hasil
verifikasi.
Apabila
menyetujui
usulan
tindak
lanjut
penanganan tim/petugas verifikasi selanjutnya ditindaklanjuti, diajukan dan
diteruskan kepada pejabat yang berwenang untuk ditindaklanjuti. Usulan
tindaklanjut penanganan berdasarkan hasil verifikasi meliputi :
a. Diteruskan kepada instansi teknis yang berwenang apabila bukan
merupakan kasus pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
b. Dilakukan pembinaan teknis dan pemantauan apabila tidak terjadi
pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang pengendalian
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
c. Dikenakan sanksi administratif (oleh pejabat yang berwenang),
apabila telah terjadi pelanggaran peraturan dibidang pengendalian
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup tetapi tidak
mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 63
d. Dikenakan sanksi administratif dan/atau penyelesaian sengketa
lingkungan melalui pengadilan atau diluar pengadilan, apabila telah
terjadi
pelanggaran
pengendalian
peraturan
dan/atau
mengakibatkan
perundang-undangan
perusakan
terjadinya
lingkungan
pencemaran
dibidang
hidup
dan/atau
dan
perusakan
lingkungan hidup, serta telah menimbulkan kerugian bagi orang atau
linghkungan hidup.
e. Dikenakan sanksi administratif dan/atau penegakan hukum pidana
apabila telah terjadi pelanggaran peraturan perundang-undangan
dibidang pengendalian pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup atau ada indikasi tindak pidana sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
f. Direkomendasikan
kepada
pejabat
yang
berwenang
untuk
menetapkan atau meninjau kembali kebijakan pemerintah atau
pemerintah daerah apabila telah terjadi pelanggaran peraturan
perundang-undangan dibidang pengendalian pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup karena belum adanya atau kesalahan
kebijakan pemerintah atau pemerintah daerah.
G.
RUJUKAN/REFERENSI
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelayanan tindak lanjut
pengaduan masyarakat akibat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
antara lain :
1. Undang-Undang :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengendalian dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Pemerintah :
a. Peraturan
Pemerintah
Nomor
18
Tahun
1999
tentang
PengelolaanLimbah Beracun dan Berbahaya.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 64
c. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian
Kerusakan dan/atau Pencemaran.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
3. Peraturan/Keputusan Menteri :
a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2001
tentang Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah.
b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002
tentang Pedoman Umum Pengawasan Penataan Linkungan Hidup
Bagi Pejabat Pengawas.
c. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 2002
tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di
Provinsi/Kabupaten/Kota.
d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2004
tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran
dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup.
4. Peraturan/Keputusan Kepala Daerah :
Peraturan daerah kabupaten/kota atau keputusan bupati/wali kota yang
mengatur
tentang
pengelolaan
pengaduan
pencemaran
dan/atau
perusakan lingkungan hidup.
H. Hasil kegiatan dari Pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup selama tahun 2014, yaitu :
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 65
Tabel 3.30.
Pengaduan Masyarakat
Akibat
Dugaan Adanya
Pencemaran
dan/atau Perusakan Lingkungan Tahun 2014.
No.
1.
Nomor
Pengaduan
001/2014
Tanggal
19
Oktober
2014
Identitas
Pengadu
Materi yang diadukan
Wartawan
Radar Madiun
Ket.
Warga masyarakat Kel.
Mlilir mengeluhkan Bau
Busuk dari Blothong PG
Pagotan, yang sangat
mengganggu aktivitas
warga.
-
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup, Tahun 2014.
Tabel 3.31.
Tindak Lanjut Penanganan Pengaduan Masyarakat Akibat Dugaan
Adanya Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Tahun 2014.
No.
1.
Nomor
Pengaduan
001/2014
Temuan di Lapangan
-Ditemukan
adanya
timbunan blothong di
area PG Pagotan
-Ditemukan Setiap hari
sekitar
10
truk
menumpahkan timbunan
blothong
-Tinggi
timbunan
mencapai 2 meter.
Tindak Lanjut
Petugas
yang menangani
pengaduan
-Segera
dilakukan -Ir.Arif
pertemuan
antara -Purwoko
pihak PG Pagotan -Adityo P
dengan
perwakilan
masyarakat dan pihak
dari kelurahan.
-Menghimbau
pihak
PG Pagotan untuk
segera
mengelola
blothong tersebut agar
gangguan
terhadap
warga
bisa
diminimalkan.
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup, Tahun 2014.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 66
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Dari hasil Laporan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bisang Lingkungan
Hidup
di Kabupaten Madiun ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Dalam Standar Pelayanan Minimal terhadap Pencegahan Pencemaran Air
telah tercapai sesuai target yang ditetapkan untuk tahun 2014 yaitu
sebesar 100%.
2. Dalam Standar Pelayanan Minimal terhadap Pencegahan Pencemaran
Udara dari Sumber Tidak Bergerak telah tercapai sesuai target yang
ditetapkan untuk tahun 2014 yaitu sebesar 100%,
3. Dalam Standar Pelayanan Minimal terhadap Pelayanan Informasi Status
Kerusakan Lahan dan/atau Tanah untuk Produksi Biomassa telah tercapai
sesuai target yang ditetapkan untuk tahun 2014 yaitu sebesar 100%, dan
hasil analisa kualitas lahan/tanah telah dilaksanakan pada semester II
tahun 2014.
4. Dalam Standar Pelayanan Minimal terhadap Pelayanan Tindak Lanjut
Pengaduan Masyarakat Akibat Adanya Dugaan Pencemaran dan/atau
Perusakan Lingkungan hanya ada 1 (satu) pengaduan saja, dan telah
terselesaikan dengan bai, sehingga prosentasenya sesuai target tahun
2014 yaitu sebesar 100%.
IV.2. Saran
Dari Hasil Kesimpulan tersebut maka dapat disampaikan beberapa saran
dan masukan yaitu :
1. Untuk Standar Pelayanan Minimal terhadap Pencegahan Pencemaran Air
untuk lebih ditingkatkan pengawasannya terutama pada industri yang hasil
analisa kualitas airnya melebihi baku mutu yang ditetapkan, agar pada
tahun mendatang hasilnya tidak lagi di atas baku mutu.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 67
2. Untuk Standar Pelayanan Minimal terhadap Pencegahan Pencemaran
Udara dari Sumber Tidak Bergerak untuk tahun mendatang dapat
ditambah untuk usaha/kegiatan yang lain.
3. Untuk Standar Pelayanan Minimal terhadap Pelayanan Informasi Status
Kerusakan Lahan dan/atau Tanah untuk Produksi Biomassa pada
semester II tahun 2014 telah dilakukan analisa kualitas lahan/tanah sesuai
dengan parameter dalam Standar Pelayanan Minimal, dan telah dapat
diketahui hasil kualitas lahan di Kabupaten Madiun.
4. Dalam Standar Pelayanan Minimal terhadap Pelayanan Tindak Lanjut
Pengaduan Masyarakat Akibat Adanya Dugaan Pencemaran dan/atau
Perusakan Lingkungan untuk tahun mendatang diharapkan jika ada
pengaduan yang masuk agar dapat segera diselesaikan, sehingga target
di tahun mendatang tetap dapat terpenuhi.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 68
Lampiran
BUPATI MADIUN
PERATURAN BUPATI MADIUN
NOMOR 1 TAHUN 2012
TENTANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MADIUN
BUPATI MADIUN,
Menimbang
:
a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 11 ayat (4) UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Pasal 8 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang menyatakan
bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat
wajib berpedoman pada standar pelayanan minimal yang
dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh
Pemerintah;
b. bahwa urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup
merupakan salah satu kewenangan wajib pemerintahan
daerah kabupaten untuk menyelenggarakan pelayanan di
bidang lingkungan hidup sesuai dengan standar pelayanan
minimal bidang lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam
Pasal 3 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19
Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Lingkungan
Hidup
Daerah
Provinsi
dan
Daerah
Kabupaten/Kota;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b, menetapkan Peraturan Bupati tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup di
Kabupaten Madiun.
Mengingat
:
1.
2.
3.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 168, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah
kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 69
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);
4. Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang.
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4585);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan
Standar Pelayanan Minimal;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar
Pelayanan Minimal;
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota;
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008
tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten/Kota.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN BUPATI TENTANG STANDAR PELAYANAN
MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN
MADIUN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Madiun.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan di daerah.
3. Bupati adalah Bupati Madiun.
4. Kantor Lingkungan Hidup adalah Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Madiun.
5. Standar Pelayanan Minimal bidang lingkungan hidup yang selanjutnya disebut
SPM bidang lingkungan hidup adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu
pelayanan dasar bidang lingkungan hidup yang merupakan urusan wajib daerah
yang berhak diperoleh setiap waga secara minimal.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 70
6. Pelayanan dasar bidang lingkungan hidup adalah jenis pelayanan publik yang
mendasar dan mutlak untuk mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik dan
sehat secara berkelanjutan.
7. Indikator Standar Pelayanan Minimal adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan
kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak
dipenuhi dalam pencapaian Standar Pelayanan Minimal berupa masukan,
proses, hasil dan atau manfaat pelayanan.
8. Batas waktu pencapaian adalah batas waktu untuk mencapai target jenis
pelayanan bidang lingkungan hidup secara bertahap sesuai dengan indikator
dan nilai yang ditetapkan.
Pasal 2
(1) Dengan Peraturan Bupati ini ditetapkan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Lingkungan Hidup Kabupaten Madiun.
(2) Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pelayanan dibidang lingkungan
hidup sesuai dengan SPM lingkungan hidup.
BAB II
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 3
(1) SPM dibidang lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi:
a. pelayanan pencegahan pencemaran air;
b. pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak;
c. pelayanan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi
biomassa; dan
d. pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
(2) Pelayanan pencegahan pencemaran air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. indikator SPM yang menunjukkan prosentase jumlah usaha dan/atau
kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan
pencemaran air;
b. nilai pencapaian secara bertahap sampai dengan sebesar 100 %; dan
c. batas waktu pencapaian secara bertahap sampai dengan tahun 2013.
(3) Pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. indikator SPM yang menunjukkan prosentase jumlah usaha dan/atau
kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administrasi
dan teknis pencegahan pencemaran udara;
b. nilai pencapaian secara bertahap sampai dengan sebesar 100 %; dan
c. batas waktu pencapaian secara bertahap sampai dengan tahun 2013.
(4) Pelayanan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi
biomassa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. indikator SPM yang menunjukkan prosentase luasan lahan dan/atau tanah
untuk produksi biomassa yang telah ditetapkan dan diinformasikan status
kerusakannya;
b. nilai pencapaian secara bertahap sampai dengan sebesar 100 %; dan
c. batas waktu pencapaian secara bertahap sampai dengan tahun 2013.
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 71
(5) Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. indikator SPM yang menunjukkan prosentase jumlah pengaduan
masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup yang telah ditindaklanjuti;
b. nilai pencapaian secara bertahap sampai dengan sebesar 100 %; dan
c. batas waktu pencapaian secara bertahap sampai dengan tahun 2013.
BAB III
PENGORGANISASIAN
Pasal 4
(1) Bupati
bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan di bidang
lingkungan hidup sesuai dengan SPM bidang lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3.
(2) Penyelenggaraan pelayanan di bidang lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) secara operasional dilaksanakan oleh Kantor
Lingkungan Hidup.
BAB IV
PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN PELAPORAN
Pasal 5
(1) Kantor Lingkungan Hidup secara bertahap menyusun peencanaan pencapaian
dan penerapan SPM bidang lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3.
(2) Perencanaan pencapaian dan penerapan SPM bidang lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada Standar Operasional
Prosedur (SOP) sebagaimana Lampiran Peraturan Bupati ini.
Pasal 6
(1) Kantor Lingkungan Hidup menyampaikan laporan hasil pencapaian kinerja
penerapan SPM bidang lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 kepada Bupati.
(2) Berdasarkan laporan Kantor Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Bupati menyampaikan laporan hasil pencapaian kinerja penerapan
SPM bidang lingkungan hidup daerah kepada Gubernur Jawa Timur.
Pasal 7
Kantor Lingkungan Hidup dapat menetapkan rencana pencapaian dan penerapan
SPM bidang lingkungan hidup lebih cepat dari batas waktu yang ditetapkan Bupati
sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki daerah
BAB V
PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN EVALUASI
Pasal 8
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 72
(1) Dalam rangka penyelenggaraan SPM bidang lingkungan hidup, Bupati
melakukan:
a. pembinaan dan pengawasan penerapan SPM bidang lingkungan hidup
Daerah;
b. evaluasi teknis penerapan SPM bidang lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3.
(2) Pembinaan dan pengawasan penerapan SPM bidang lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dalam bentuk petunjuk
teknis, bimbingan teknis, dan pelatihan, yang meliputi:
a. penyusunan rencana pencapaian SPM dan penetapan target tahunan
pencapaian SPM bidang lingkungan hidup;
b. perhitungan pendanaan dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk
mencapai SPM bidang lingkungan hidup;
c. penilaian prestasi kerja pencapaian SPM bidang lingkungan hidup; dan
d. pelaporan prestasi kerja pencapaian SPM bidang lingkungan hidup.
(3) Hasil pengawasan serta evaluasi penerapan dan pencapaian SPM bidang
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan untuk:
a. bahan masukan bagi pengembangan kapasitas pencapaian SPM bidang
lingkungan hidup Daerah; dan
b. bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM
bidang lingkungan hidup Daerah.
Pasal 9
Pembiayaan penerapan pencapaian SPM bidang lingkungan hidup Daerah
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Madiun.
.
Pasal 10
Penerapan pencapaian SPM bidang lingkungan hidup dalam Peraturan Bupati ini
paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal diundangkan.
Pasal 11
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Madiun.
Ditetapkan di Madiun
pada tanggal : Januari 2012
BUPATI MADIUN,
Ttd
MUHTAROM
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 73
LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI MADIUN
NOMOR
: 1 TAHUN 2012
TANGGAL :
10 JANUARI 2012
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MEKANISME PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MADIUN
Mengacu pada
Ruang Lingkup SPM :
Jenis pelayanan,
Indikator dan Nilai SPM,
Organisasi & Batas
waktu pencapaian SPM
Pemerintah Kabupaten
Madiun munyusun
rencana pencapaian SPM
Dituangkan dalam
Target tahunan
pencapaian SPM
RPJMD
Renstra SKPD
KUA
RKPD
Renja SKPD
Klasifikasi belanja daerah
dengan perimbangan
kemampuan keuangan daerah
Berdasarkan
RKA SKPD
Ditetapkan di Madiun
Pada tanggal :10 Januari 2012
BUPATI MADIUN
Ttd
MUHTAROM
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 74
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENGADUAN MASYARAKAT AKIBAT ADANYA PENCEMARAN
DAN/ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
DI KABUPATEN MADIUN
Masyarakat
Pengaduan
secara tertulis
atau lisan
Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Madiun
Telaahan dan
klasifikasi pengaduan
Instansi terkait
di Kabupaten
Madiun
5 hari
Bukan
pengaduan
kasus
lingkungan
hidup
Instansi
teknis yang
berwenang
Pengaduan kasus
lingkungan hidup
Pengaduan kasus
lingkungan hidup
bukan
kewenangan
Kabupaten Madiun
Verifikasi
Kementerian
Negara
Lingkungan
Hidup
Instansi
lingkungan
hidup
Provinsi
Usulan
penanganan
oleh Tim
Menerima
Atasan pengawas /
pemberi perintah
Menerima
5 hari
Usulan
penanganan
kepada pejabat
yang berwenang
Arah
tindak lanjut
Selesai
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 75
Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun 2014
Pemantauan emisi udara di PG Pagottan
Pemantauan emisi udara dari industri
Pemantauan emisi/pencemaran udara dari sumber tidak bergerak
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 76
Pemantauan Pencegahan Pencemaran Air dari Sumber Tak Bergerak
Pemantauan Pencegahan Pencemaran Air dari Sumber Tak Bergerak
Pemantauan Pencegahan Pencemaran Air dari Sumber Tak Bergerak
Kantor Lingkungan Hidup Kab. Madiun – Laporan SPM Bidang LH Tahun 2014. 77
Download