Modul Etika Filsafat [TM5].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
ETIKA DAN FILSAFAT
KOMUNIKASI
Modul Standar untuk
digunakan dalam Perkuliahan
di Universitas Mercu Buana
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Btoadcasting
Tatap Muka
05
Kode MK
Disusun Oleh
85009
Dr (C) Afdal Makkuraga Putra, M.Si
Abstract
Kompetensi
Pada bab ini mehasiswa akan
mempelajari tentang pengertian etika
dan moral
Setelah mengikuti mata kuliah ini
mahasiwa diharapkan dapat
menjelaskan kembali tentang
pengertian etika dan moral
KOMUNIKASI DAN PENGETAHUAN
1. Ilmu Pengetahuan
Dahulu kala, semua ilmu pengetahuan yang dikenal dewasa ini pernah menjadi bagian dari
filsafat, yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan (mater scientiarium).
Filsafat masa itu mancakup pula segala usaha-usaha pemikiran mengenai masyarakat.
Lama kelamaan, dengan perkembangan zaman dan tumbuhnya peradaban manusia,
pelbagai ilmu pengetahuan yang semula tergabung dalam filsafat memisahkan diri dan
berkembang mengejar tujuan masing-masing. Astronomi (ilmu tentang bintang-bintang) dan
fisika (ilmu alam) merupakan cabang-cabang filsafat yang pertama-tama memisahkan diri
yang kemudian diikuti oleh kimia, biologi dan geologi.
Pada awal ke 19 dua ilmu pengetahuan baru muncul, yaitu psikologi (ilmu yang
mempelajari perlakuan dan sifat-sifat manusia) dan sosiologi (ilmu yang mempelajari
masyarakat. Astronomi, pada mulanya merupakan bagian dari filsafat yang bernama
kosmologi, sedangkan filsafat alamih, kejiwaan dan social masing-masing menjadi fisika,
psikologi dan sosiologi.
Apakah ilmu pengetahuan itu? Agust Comte berpendapat bahwa ilmu pengetahuan
mempunyai urutan-urutan tertentu berdasarkan logika, dan bahwa setiap penelitian
dilakukan melalui tahap-tahap tertentu untuk kemudian mencapai tahap terakhir, yaitu tahap
llmiah.
Menurut Moh Hatta (pendiri Republik Indonesia), definisi ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan
masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun
menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam). Defenisi tersebut dapat dimaknai sebagai
akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan --Suatu pendekatan atau metode
pendekatan terhadap seluruh dunia empiris.Ilmu dapat diamati panca indera manusia -Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan -suatu
proposisi dalam bentuk: "jika,...maka..."
Menurut Soerjono Soekanto ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge)
yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan mana
selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin
mengetahuinya.
‘13
2
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dari definisi yang diungkapkan Mohammad Hatta di atas, kita dapat melihat bahwa sifatsifat ilmu merupakan kumpulan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu yang...
1. Berdiri secara satu kesatuan,
2. Tersusun secara sistematis,
3. Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan
disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data),
4. Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset.
5. Communicable, ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat dimengerti
dan dipahami maknanya.
6. Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di mana saja
dan kapan saja di seluruh alam semesta ini.
7. Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan-pengatahuan dan
penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu menciptakan pemikiranpemikiran yang lebih berkembang dari sebelumnya.
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto unsur-unsur ilmu pengetahuan adalah sebagai
berikut:
1. Pengetahuan
2. Tersusun sistematis
3. Menggunakan pemikiran
4. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (objektif)
Pengetahuan adalah kesan di dalam fikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca
inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), tahkhyul dan peneranganpenerangan lain yang keliru (misinformation). Misalnya ada kepercayaan sebagaian
masyarakat kita, bahwa gerhana bulan adalah peristiwa dimana seekor naga menelan
bulan. Untuk melepaskannya maka manusia harus membunyikan kentongan sekeraskerasnya agar sang naga mau melepas bulan sehingga bisa kembali menyinari bumi di
malam hari. Kepercayaan seperti itu tidak bisa dibuktikan kebenarannya, karena
sesuangguhnya gerhana bulan adalah fenomema alam biasa yang terjadi ketika bumi
berada di antara matahari dan bulan serta berada dalam satu garis. Hal ini menyebabkan
hanya sebagian kecil sinar matahari yang mencapai bulan. Tujuan pengetahuan adalah
mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka sebagai akibat ketidak pastian
tersebut di atas.
‘13
3
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sangat penting untuk digaris bawahi, pengetahuan berbeda dengan buah pikiran
(ideas), oleh karena tidak semua buah pikiran merupakan pengetahuan. Pernah ada pikiran
bahwa untuk menghemat uang negara maka presiden dipilih seumur hidup. Nanti sang
priseden meninggal baru diadakan pemilihan umum. Buah pikiran seperti ini tentu tidak bisa
disebut sebagai pengetahuan, karena bertentangan dengan niai-nilai demokrasi.
Tidak semua pengetahuan merupakan suatu ilmu; hanya pengetahuan yang tersusun
secara sistemetis saja yang merupakan ilmu pengetahuan. Sistematis artinya urutan-urutan
tertentu
dari unsure-unsur yang merupakan suatu kebulatan, sehingga dengan adanya
sistematika tersebut akan jelas tergambar apa yang merupakan garis besar dari ilmu
pengetahuan yang bersangkutan.
Sistem tersebut adalah suatu kontrstruksi yang abstrak dan teratur sehingga merupakan
keseluruhan yang terangkai. Artinya setiap bagian dari suatu keseluruhan dapat
dihubungkan satu dengan yang lainnya. Abstrak berarti bahwa konstruksi tersebut hanya
ada dalam pikiran dan tidak dapat diraba ataupun dipegang. Sistem dalam ilmu
pengetahuan harus bersifat dinamis artinya, system tersebut harus menggunakan cara-cara
yang selalu disesuaikan dengan taraf perkembangan ilmu pengetahuan pada suatu saat.
Tak kalah penting Ilmu pengetahuan tersebut harus dapat dikemukakan dan diketahui
oleh public, sehingga dapat diperiksa dan ditelaah oleh umum yang mungkin berbeda
pikiran dengan ilmu pengetahuan yang dikemukakan. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan
yang ditelaah oleh public berkembang terus menerus.
Apakah Komunikasi merupakan suatu ilmu pengetahuan? Untuk menjawab criteria
tersebut bias dilihat denga menggunakan criteria sebagai berikut:
1. Kriteria yang pertama disebut sebagai Objektif. Artinya objek kajian yang terdiri dari
suatu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun dari dalam.
Apa objek ilmu komunikasi? Pertama adalah masyarakat yang melakukan pengriman pesan
(objek material pertama) dan media ( objek material kedua)
2. Metodis, artinya pengetahuan yang didapat secara metodis merupakan syarat ilmu
yang kedua.1 Ilmu komunikasi memiliki
metede tertentu. Secara umum metode itu
termaktub dalam metode-metode ilmiah ilmu social.
1
Metodis berasal dari bahasa Yunani, Metodos yang artinya cara atau jalan. Dalam bahasa umum metodis
artinya metode ilmiah. Lihat Elvinaro Ardianto dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, 2007 hal 23.
‘13
4
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Sistematis artinya kontrstruksi yang abstrak dan teratur sehingga merupakan
keseluruhan yang terangkai. Pengertian-pengertian dalam Ilmu komunikasi pada prinsipnya
sudah mencapai kesepakatan.
4. Universal artinya kebenaran yang hendak dicapai bukan kebenaran yan tertentu
melainkan bersifat umum, artinya dapat digeneralisasi.
2. Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi
Meskipun komunikasi telah dipelajari semenjak dahulu kala, namun baru menjadi
topik
penting setelah abad ke 20. W. Barnet Pearce menjelaskan perkembangan
komunikasi sebagai penemuan yang revolusioner (revolutionary discovery) dengan ditandai
oleh maraknya penemuan teknologi komunikasi seperti radio, televisi, telepon, satelit dan
jaringan computer yang selanjutnya berkembang menjadi industri, bisnis dan politik global.
Intinya komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini.
Intensitas ketertarikan terhadap studi komunikasi dimulai setelah PD I.
Akibat
maraknya penemuan pelbagai teknologi yang barengi oleh meningkatnya tingkat melek
huruf membuat komunikasi menjelma sebagai topik yang hangat. Tak bisa dipungkiri bahwa
ilmu komunikasi maju dan berkembang pesat akibat pengaruh filsafat progresif dan
pragmatis yang memang berkembang di abad ke 20. Kecenderungan itu memicu munculnya
keinginan untuk memperbaiki masyarakat (civil society) melalui perubahan-perubahan sosial
yang meluas.
Dasar-dasar Ilmu komunikasi berkembang pesat dalam tradisi akademik di Amerika
Serikat sepanjang abad ke 20. Sepanjang abad itu, negara yang kerap dijuluki Paman Sam
itu “bergerak maju” dalam kerangka penemuan-penemuan teknologi tinggi, meningkatkan
kualitas masyakat, melawan tirani dan membangun kapitalisme. Ilmu komunikasi menjadi
figur sentral dalam gerak maju tersebut yang ditandai dengan: propaganda dan pembetukan
opini public; pemajuan ilmu-ilmu sosial; penguatan peranan media dalam bisnis, pemasaran
dan periklanan.
Setelah PD II legitimasi disiplin ilmu sosial diakui secara penuh, hal tersebut berbuah
pada meningkatnya minat terhadap studi komunikasi. Banyak universitas dan sekolahsekolah membuka jurusan komunikasi atau komunikasi massa, meskipun kajiannya masih
eklektif dan multidisiplin.
Peneliti-peneliti dalam berbagai bidang pun mempertimbangkan komunikasi sebagai
proses kedua. Misalnya psikologi mempelajari perilaku individu dan melihat komunikasi
‘13
5
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sebagai prilaku khusus. Sosiolog yang fokus pada masyarakat dan proses sosial
memandang komunikasi sebagai salah satu faktor sosial. Antropolog yang mengkaji budaya
juga memandang komunikasi sebagai sebuah tema yang besar.
Pendekatan terhadap studi komunikasi juga bebeda diberbagai belahan dunia.
Begitupula antara teori komunikasi di Amerika dan Eropa juga berbeda. Peneliti-peneliti di
Amerika mengkaji ilmu komunikasi dengan pendekatan kuantitif untuk mencoba mencapai
objektivitas. Meskipun memang belum ada kesepakatan di antara para peneliti apa itu
objektivitas, tetapi metode kuantitatif menjadi standar untuk beberapa tahun.
Di sisi lain, investigasi orang-orang Eropa tentang teori komunikasi dipengaruhi oleh
sejarah, budaya dan sikap kritis yang ilhami oleh tradisi marxisme. Hal itu menyebabkan
muncul dua cara yakni prosedur ilmiah yang kuat di Eropa, dan sikap kritis dan perspektif
kualitatif berkembang serius di Amerika Utara.
Sarjana-sarjana komunikasi juga sudah membedakan antara teori komunikasi dari
pespektif Timur dan Barat. Teori komunikasi Timur cenderung fokus pada “keseluruhan dan
kesatuan”. sedangkan di Barat mengukur bagian-bagian tanpa selalu mengintegrasikan
bagian-bagian itu ke dalam satu proses kesatuan yang utuh. Kemudian, teori
Barat
didominasi oleh pandang-pandangan individualime dengan menganggap manusia aktif
memenuhi keinginan-keinginan pribadinya. Teori Timur umumnya memadang hasil-hasil
komunikasi sebagai sesuatu yang berlangsung secara alamiah tanpa direncanakan.
Selanjutya, perbedaan antara Timur dan Barat berkaitan dengan bahasa dan
gagasan. Teori Barat didominasi oleh Bahasa. Sedangkan di Timur, simbol verbal,
khususnya ucapan dimainkan dan dilihat dengan keragu-raguan (skepticisms). Bagi filusuf
Asia, apa yang disebut pengatahuan atau intuisi diperoleh dari pengalaman langsung
manusia. Dalam perspektif Barat, hubungan (relationship) itu berarti berada di antara dua
atau lebih dua manusia. Sedangkan di Timur, hubungan itu bermakna lebih kompleks,
karena menyangkut status, peranan, dan kekuasaan seseorang dalam kehidupan sosialnya.
3. Teori
Apa yang dimaksud dengan teori? Teori dapat diartikan sebagai konseptualisasi atau
penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena. Bisa juga berati terdiri dari
sekumpulan prinsip-prinsip dan defenisi-defenisi yang secara konseptual mengorganisasi
aspek-aspek dunia empiris secara sistematis.
Teori berfungsi sebagai petunjuk untuk memahami, menjelaskan, mengartikan,
menilai sesuatu hal. Abraham Kaplan mengatakan bahwa formasi sebuah teori bukan hanya
‘13
6
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menemukan
fakta
yang
tersembunyi,
tetapi
merupakan
cara
melihat
fakta,
mengorganisasikan fakta dan mewakili fakta tersebut.
Sebuah teori sesungguhnya bukan hanya sebuah penjelasan, tetapi sebuah cara
dalam memaket realitas (packaging reality) dan sebuah cara dalam memahami sesuatu.
Teori adalah sebuah sistem pemikiran atau cara pandang. Kita tidak pernah memandang
realitas secara murni. Sebenarnya, kita harus menyusun konsep dan simbol untuk
mendefinisikan apa yang kita lihat, dan teori menyediakan lensa untuk mengamati dan
mengalami sesuatu.
Terdapat Empat elemen yang harus dilihat memenuhi sebuah teori:
1. Asumsi filosofi (philosophical assumption), asumsi filosofi terdiri atas tiga tipe
utama, yakni epistimologi (epistemology), ontologi (ontology) dan aksiologi
(axiology).
2. Konsep (concept) atau kategori. Konsep adalah sesuatu yang dikelompokkan
kedalam kategori konseptual sesuai dengan sifat yang diamati. Konsep
menjelaskan kepada kita, apa yang teori pandang dan apa teori anggap penting.
3. Penjelasan (explanation). Ini adalah bagian lain dari teori yang mengidentifikasi
pola hubungan diantara variable-variabel. Ada dua jenis penjelasan; penjelasan
sebab-akibat (causal explanation) dan penjelasan praktis (practical explanation).
4. Prinsip
atau asas (principles). Sebuah prinsip adalah petunjuk yang dapat
menafsirkan sebuah kejadian, membuat penilaian apa yang sedang terjadi dan
memutuskan tindakan apa yang akan diambil. Prinsip terdiri dari tiga bagian: (1)
identifikasi kejadian (2) menyusun serangkaian norma atau nilai dan (3)
penegasan sebuah hubungan antara tingkatan sebuah tindakan dengan
kemungkinan akibat yang ditimbulkan.
Menurut Little John terdapat dua tipe teori:
Pertama Nomothetic theory yang didefenisikan sebagai untuk mencari universalitas
atau hukum-hukum umum. Secara tradisional terdapat empat langkah yang lazim ditempuh:
(1) membuat pertanyaan (2) menyusun hipotesis (3) menguji hipotesis tersebut dan (4)
merumuskan teori. Pendekatan ini sering disebut sebagai
metode hipotetis-deduktif
(hypothetic-deductive method) atau tradisi variable analitis (variable-analytic tradition).
Kedua, Teori praktis (Practical theory). Teori praktis merupakan kebalikan dari
nomothetic teori. Practical theory dibuat untuk memahami banyaknya perbedaan tentang
sesuatu hal dan menyediakan pemahaman untuk mengambil tindakan guna mencapai suatu
tujuan.
‘13
7
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bila dilihat dari sudut epistimologi practical theory cenderung mengasumsikan
manusia berperan aktif dalam menciptakan ilmu pengetahuan. Dari sudut ontologi, practical
theory cenderung mengambil pendekatan tindakan dengan berasumsi bahwa manusia
menciptakan arti terhadap sesuatu hal, memperhatikannya, membuat pilihan dan dengan
sengaja melakukan tindakan. Sedangkan dari sudut axiologi teori menjadi penjelas dan
menunjukkan bagaimana manusia menerjemahkan dan bertindak dalam berbagai situasi
sosial dan budaya. Sementara lainnya lebih evaluatif, membuat penilaian umum tentang
pemahaman budaya yang umum.
Dari segi konsep,
practical theory umumnya tidak bersifat universal. Manusia
bertindak berbeda-beda sesuai dengan sitausi yang dihadapinya. Kata dan tindakan yang
digunakan manusia untuk menujukkan pemahaman terhadap sesuatu hal yang juga
berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Dari sudut explanation, practical theory cenderung menggunakan kepentingan praktis
sebagai dasar penjelasnya.
Sedangkan dari sudut prinsip (principles), practical theory
berbeda dengan nomothetic theory. Di sini practical theory memandang prinsip sebagai
petunjuk untuk pemikiran dan tindakan (reflection and action).
Terdapat tiga tingkatan dalam mengembangkan sebuah teori atau disebut sebagai
inquiry model. Pertanyaan (question), pengamatan (observation) dan teori (theory). Pada
level pertama (pertanyaan), pertanyaan dapat bermacam-macam bentuk. Pertanyaan
tentang defenisi membutuhkan konsep sebagai jawaban, mencari penjelasan apa yang kita
amati atau simpulkan.
Level kedua (pengamatan), disini ilmuwan-ilmuwan mencari
jawaban dengan memperhatikan fenomena-fenomena di bawah sebuah investigasi
(penelitian). Dalam melakukan penelitian ilmuwan biasanya menggunakan metode-metode,
misalnya; metode wawancara. Level ketiga, menyusun jawaban (construction answer), di
sini ilmuwan mencoba menjelaskan dan menerangkan sesuatu untuk menilai dan
menafsirkan apa yang mereka telah amati. Level ini sering disebut sebagai level teori.
Untuk menilai sebuah teori komunikasi, setidaknya dibutuhkan enam hal:
1. Theoretical scope (lingkup teoritis) adalah bersandar pada prinsip-prinsip
general (umum). Atau gagasan bahwa penjelasan teori harus bersifat umum
untuk memperluas sebuah observasi tunggal. Stanley Deets mengatakan
bahwa ada beberapa teori yang gagal bila dihadapkan pada kondisi di luar
teori tersebut dikembangkan.
2. Logical Consistency (Konsistensi Logis)
‘13
8
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Teori harus masuk akal dan mempunyai konsistensi logis internal yang jelas
dan tidak kontradiktif. Teori harus memberikan memberikan penjelasn yang
baik sehingga memperlihatkan kepada kita bagaimana konsep-konsep yang
ada di dalamnya bekerja bersama dan hasil apa yang mengikuti interaksi
tersebut. Konsistensi logis berarti bahwa teori tersebut “saling terkait” dan
tidak mengkontradiski dirinya sendiri, baik dengan mengemukakan
dua
proporsi yang saling bertentangan atau melalui kegagalan untuk beroperasi
sesuai dengan parameter asumsinya.
3. Heuristic Value, merujuk pada jumlah penelitian dan pemikiran baru yang
dimunculkan oleh suatu teori. Teori dinilai baik hingga pada batas di mana
teori tersebut dapat menghasilkan pandangan dan penelitian baru.
4. Validity
Validity secara umum diartikan sebagai kebenaran sebuah teori. Ada tiga
kriteria menilai sebuah validitas teori: (1) nilai (value), dalam hal ini merujuk
pada
kegunaan
atau
pentingnya
sebuah
teori.
(2)
kesesuaian
(correspondence), pertanyaan yang diajukan disini adalah, apakah konsep
dan
hubungan-hubungan
khusus
dapat
diamati
secara
nyata?
(3)
kemampuan mengeneralisasi (generalizability) .
5. Parsimony, adalah kesederhaan logis. Bila dua teori sama-sama valid, maka
yang paling sederhanalah yang paling baik. Inilah yang disebut sebagai
parsimony. Parsimoni merujuk pada kesederhanaan penjelasan yang
diberikan oleh sebuah teori.
6. Utility (Kegunaan)
Kriteria ini merujuk pada kegunaan teori, atau nilai praktisnya. Teori yang
baik
memiliki
kegunaan
(utility)
dalam
hal
teori
tersebut
dapat
memberitahukan banyak hal kepada kita mengenai komunikasi dan prilaku
manusia.
Kriteria untuk mengevaluasi Teori Komunikasi
Ruang Lingkup
:
Apa yang menjadi batasan-batasan dari penjelasan
sebuah teori?
Konsistensi Logis
‘13
9
:
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Apakah klaim-klaim yang dikemukakan teori sesuai
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan asumsinya? Apakah prinsip-prinsip teori
saling bertentangan?
Parsimoninya
:
Apakah teori dapat memberikan penjelasan mengenai
fenomena yang sedang diamati dengan sesederhana
mungkin?
Kegunaan
:
Apakah teori itu berguna atau praktis?
Keterujian
:
Dapatkah teori itu ditunjukkan kekeliruannya?
Heurisme
:
Apakah teori telah digunakan dalam penelitian secara
luas serta mendorong cara berpikir baru mengenai
komunikasi?
Pengujian Waktu
:
Berapa lama teori digunakan dalam melakukan
penelitian komunikasi?
4. Tahap-tahap Perkembangan Ilmu Komunikasi
Rangkuman berikut ini akan menceritakan tahap-tahap perkembangan ilmu komunikasi dari
tahun ke tahun:
A. Tahap Retorika dan Pidato (Rhetoric and Speech)
Tahap awal perkembangan ilmu komunikasi ditandai dengan maraknya studi pidato dan
retorika yang berkembang di Yunani kuno. Teori pertama yang muncul pada tahap ini
disebut Retorika (rhetoric) yang dikembangkan oleh Corax lalu disempurnakan oleh
muridnya bernama Tisias. Teori ini berhubungan dengan kecakapan berdebat di ruangruang pengadilan atau bisa disebut juga kecakapan melakukan persuasi. Corax dan Tisias
mengembangkan konsep-konsep dalam menata pesan. Mereka menyarankan agar sebuah
pesan hendaknya terdiri dari tiga hal: pengantar (introduction), batang tubuh (body) dan
penutup/kesimpulan (conclution). Georgia Leontini yang pertama kali menyarankan
penggunaan unsur gaya dan mimik emosi dalam berpidato. Sedangkan menurut Socrates
‘13
10
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bahwa pidato itu adalah sebuah seni, dan orator sebaiknya mendapatkan pelatihan
sehingga menjadi seorang orator yang handal
Cicero (106-43 sebelum Masehi) dan Quintilian (35-95 Masehi) turut memberikan kontribusi
bagi tumbuhkembangnya teori komunikasi. Seperti halnya Plato dan Aristoteles, Cicero juga
mengembangkan teori retorika dan memandang komunikasi dalam dua aspek yakni
akademika dan praktis.
B. Tahap Perkembangan Pidato dan Jurnalistik (1900an-1930an)
Pada awal abad ke 20 pidato menjadi studi yang menarik, yang ditandai dengan munculnya
berbagai perhimpunan para orator yang diikuti dengan pertemuan-pertemuan ilmiah studi
pidato, antara lain pertemuan tahunan Perhimpunan Nasional para Pengajar Pidato Umum
(The National Association of Academic Teacher of Public Speaking). Sejalan dengan hal
tersebut, muncul pula berbagai jurnal-jurnal pidato, misalnya, Quarterly Journal of Public
Speaking yang diterbitkan pertamakali tahun 1915 yang selajutnya diikuti dengan terbitnya
Quarterly Journal of Speech dan Communication Monographs yang diterbitkan tahun 1934.
Ditemukannya radio para tahun 1920 dan televisi pada tahun 1940 berpengaruh pada makin
meluasnya praktek-praktek jurnalistik. Kedua medium baru ini memiliki sumbangan yang
besar bagi tumbuhkembangnya ilmu komunikasi. Studi komunikasi tidak lagi terbatas pada
pidato dan jurnalistik. Banyak sekali ilmuwan di luar komunikasi yang mulai mengkaji ilmu
baru ini, misalnya antropolog, psikolog dan sosiolog yang menitikkan perhatiannya pada
komunikasi dan perannya dalam proses sosial. Sumbangan mereka makin memperkaya
studi ilmu komunikasi.
C. Tahap Pertumbuhan Lintas Disiplin (1940an dan 1950an)
Masuknya sejumlah ilmuwan diluar ilmu komunikasi yang mengkaji komunikasi di awal
tahun 1940an-1950an makin memperlebar bidang kajian ilmu komunikasi. Ilmu komunikasi
menjadi kajian lintas disiplin.
Antropologi misalnya, kajian yang khusus mengkaji pada posisi dan gerak-gerak tubuh
tertentu dalam konteks budaya merupakan dasar umum berkembangnya studi komunikasi
nonverbal. Demikian halnya dengan psikologi yang mengkaji tentang persuasi, propaganda
dan bagaimana membentuk opini public. Sama halnya dengan ilmu sosiologi dan politik
‘13
11
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang mengkaji peran media massa dalam berbagai aktivitas sosial dan politik. Di sini mulai
mengemuka, bagaimana peran media dalam membentuk prilaku pemilih (voting behavior).
Tak hanya Ilmu Zoologi (zoology) bahkan sudah meneliti bagaimana binatang saling
berkomunikasi.
Studi Pidanto dan Retorika juga mengalami pertumbuhan yang meluas, studi ini
memperlebar bidang kajiannya misalnya; suara, diksi, debat, teater, psikologi pidato dan
patologi pidato.
D. Tahap Penggabungan (1960an)
Pertumbuhan lintas disiplin yang terjadi di tahun 40-50an melahirkan penggabungan
(integration) yang melahirkan studi tersendiri dalam ilmu komunikasi. Misalnya ilmuwan
politik yang mengkaji peranan komunikasi dalam pemerintahan, opini public, propaganda
dsb menjadikan dasar berkembangnya studi komunikasi politik (political communication).
Demikian juga dengan ilmu administrasi yang mengkaji organisasi, manajemen, dan
kepemimpinan melahirkan studi komunikasi organisasi (organizational communication).
Antropologi dan linguistik melahirkan studi komunikasi lintas budaya (intercultural
communication).
E. Tahap Perluasan dan Spesialisasi (1970-awal 1980an)
Tahun 70an dan awal tahun 80an menjadi awal perluasan dan spesialisasi dalam bidang
ilmu komunikasi. Studi baru dalam ilmu komunikasi yang lahir dari penggabungan lintas
disiplin, seperti komunikasi organisasi, komunikasi politik, komunikasi lintas budaya menjadi
makin menarik bagi para ilmuwan dan praktisi untuk mempelajarinya. Hal tersebut
mendorong munculnya berbagai macam publikasi dan jurnal-jurnal ilmu komunikasi. Bila di
awal tahun 1930-an, jurnal komunikasi yang bisa ditemui tak lebih dari 4 buah, maka di akhir
dekade tahun 1970-an, menurut Ulrich’s International Periodical Dictionary mencatat
setidaknya terdapat 137 jurnal dan publikasi ilmu komunikasi. Perluasan dan peragaman
studi komunikasi juga terefleksi di universitas dan sekolah-sekolah tinggi komunikasi. Bila
pada awalnya hanya disebut sebagai jurusan Pidato (speech), di era tahun 70-an berubah
menjadi jurusan komunikasi (communication). Kata komunikasi makin popular saja.
Makin populernya ilmu komunikasi memuat kebingungan mengartikan dan membedakan
makna komunikasi. Kata komunikasi menjadi multi tafsir. Komunikasi bisa bermakna “disiplin
ilmu,” “kegiatan,” atau “profesi”. Untuk memudahkan pengertian tersebut maka sejumlah
‘13
12
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ilmuwan mengusulkan misalnya kata ilmu komunikasi (communication science atau
communication studies) merujuk pada ilmu komunikasi sebagai disiplin ilmu. Sedangkan
profesi komunikasi (communication professional) merujuk pada komunikasi sebagai bidang
pekerjaan.
Sejalan dengan makin tingginya penemuan teknologi komunikasi, terjadi juga kekaburan
penggunaan kata “communication” dan “communications.” Communication artinya aktivitas
pengiriman dan penerimaan pesan, baik melalui media maupun tatapmuka.
Sedangkan
“communications” merujuk pada pengertian media atau pesan yang ditrasmisikan melalui
media.
F. Tahap Era Informasi (akhir tahun 1980an-1990-an)
Era informasi ditandai dengan dua hal pokok yakni: (1) informasi sebagai komoditi, (2)
terjadinya konvergensi media. Informasi sebagai komoditi bermakna informasi dijadikan
sebagai barang ekonomi yang dapat diperdagangkan. Komunikasi dan informasi kini
menjadi pusat dari bisnis telekomuniasi, penerbitan, internet dan industri computer.
Sedangkan konvergensi media merujuk pada meluasnya kegunaan suatu medium
komunikasi. Misalnya bila pada awalnya TV hanya digunakan untuk menyaksikan programprogram yang disiarkan oleh stasiun TV, kini TV melebar fungsinya menjadi alat untuk
menkmati internet, DVD, foto-foto pribadi, video games dsb. Telepon yang awalnya kabel
telepon hanya diperuntukkan
percakapan, kini bisa digunakan untuk
fax, internet,
modem,dsb.
Daftar Pustaka
Stephen W. Littlejhon & Karen A.Fross, Teori Komunikasi. Salemba Komunika: Jakarta,
2010
West, Richard & Lynn Turner, Pengantar Teori Komunikasi Salemba Komunika: Jakarta,
2009.
Black, James & Dean Champion, 1992 Metode dan Masalah Penelitian Sosial .
(terjemahan), Bandung : Eresco
Denzin, Norman & Yvonna. Lincoln, 2005, The Sage Handbook of Qualitative Research.
London : Sage Publication
‘13
13
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Moleong, Lexy J. 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya
Ritzer, George & Douglas J.Goodman, 2003, Teori Sosiologi Modern (terjemahan) Jakarta:
Kencana Prenada:
Haryatmoko, Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan, dan Pornografi. Kanisius:
Yogyakarta, 2007.
Suseno, Frans Magnis. Etika Dasar Kanisius: Yogyakarta, 1989.
West, Richard & Lynn H, Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi.
Salemba Humanika, Jakarta, 2008.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti, Bandung
2003
Ardianto, Elvinaro & Bambang Q-Anees. Filsafat Imu Komunikasi. Simbiosa Rekatama
Media, Bandung,
‘13
14
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download