Dampak Modernisasi Terhadap Adat Istiadat

advertisement
DAMPAK MODERNISASI
TERHADAP ADAT ISTIADAT
Modernisasi Sebagai Bentuk Perubahan Sosial
Perubahan dalam masyarakat telah ada sejak zaman dahulu, namun dalam
perkembangannya ada yang berubah dengan cepat dan ada juga yang lambat.
Perubahan-perubahan tersebut sering berjalan terikat oleh waktu dan tempat
masyarakat itu tinggal, berdasarkan perubahannya masyarakat dapat dibagi
menjadi masyarakat statis dan dinamis. Soekanto (1990:334) memberikan
pengertian yaitu: ”Masyarakat yang statis dimaksudkan masyarakat yang sedikit
sekali menjalani perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat yang dinamis adalah
masyarakat-masyarakat yang mengalami berbagai perubahan yang cepat.”
Dewasa ini sulit untuk menentukan apakah suatu masyarakat berkembang
secara lambat dan melelui tahap-tahap tertentu, karena apakah tahap itu
merupakan tahap terakhir atau bukan. Selain itu juga kita sulit menentukan kearah
mana masyarakat akan berkembang, apakah akan lebih maju atau malah
mengalami kemunduran. Hal tersebut dikarenakan masyarakat itu selalu berubah,
Soekanto (1990:343) mengemukakan tentang cirri-ciri perubahan sosial, yaitu:
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap
masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau
secara cepat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan
diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial
lainnya. Karena lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya interdependen,
maka sulit sekali untuk mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga
sosial tertentu saja. Proses awal dan proses selanjutnya merupakan
mata rantai.
3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan
disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses
penyesuaian diri. Disorganisasi akan diikuti oleh suatu reorganisasi
yang mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang baru.
4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau
bidang spiritual saja karena ketua bidang tersebut mempunyai kaitan
timbal balik yang sangat kuat.
Perubahan yang terjadi itu bisa dikehendaki atau direncanakan dan bisa
tidak dikehendaki atau tidak direncanakan, perubahan yang dikehendaki
merupakan perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung diluar
jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan akibat sosial yang
tidak diharapkan.
Perubahan sosial dalam perkembangannya tidak langsung berubah tetapi
melalui proses perubahan dengan ide-ide baru diterapkan di dalamnya serta
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
Page 1
2
memerlukan adanya saluran berupa sistem hubungan sosial. Jadi dalam proses
tersebut memerlukan adanya suatu perencanaan matang supaya masyarakat dapat
menerima ide-ide baru tersebut.
Menurut Leibo (1994:71) ada 3 (tiga) kategori perubahan sosial:
1) Imanent change, yang merupakan suatu bentuk perubahan sosial yang
berasal dari dalam sistem itu sendiri yang sedikit atau tanpa inisiatif
dari luar.
2) Selective contact change, yaitu outsider secara tidak sadar dan spontan
membawa ide-ide baru kepada angota-anggota dari pada suatu sistem
sosial.
3) Directed contact change, yaitu ide-ide baru atau cara-cara baru
tersebut dibawa dengan sengaja oleh outsider.
Pengertian di atas menerangkan bahwa perubahan sosial itu dapat timbul
dari diri pribadi, lingkungan itu sendiri maupun pengaruh dari luar yang lambat
laun secara sadar atau tidak akan membawa perubahan kepada masyarakat lainnya
sebagai suatu sistem dan ada pula yang dengan sengaja membawa cara-cara atau
ide-ide baru yang diterapkannya dalam kehidupan baik secara sadar maupun tidak.
Modernisasi perubahan yang ada di masyarakat akan terwujud tanpa
meninggalkan tradisi-tradisi dan aturan yang telah lama dijalankannya,
modernisasi itu kita terima sebagai hal yang baru dan akan merubah kehidupan
menuju yang lebih baik. Tetapi penerimaan tersebut harus kita lihat mana yang
dapat diterima mana yang tidak, agar tidak merusak tatanan yang telah ada dalam
masyarakat. Sebagaimana diterangkan oleh Soedjatmoko (1987:49) bahwa
modernisasi adalah: “Proses pembaharuan masyarakat tradisional (konvensional)
menuju suatu masyarakat yang lebih maju dengan mengacu kepada nilai-nilai
modernitas yang bersifat universal tersebut.” Dan modernitas itu menurut Garna
(1987:49) adalah: “Nilai-nilai dasar yang penerapannya harus disesuaikan dengan
latar belakang dan pandangan hidup suatu bangsa.”
Modernisasi sebagai upaya pembaharuan dalam kehidupan suatu bangsa
dari masyarakat tradisional menuju masyarakat lebih maju yang berdasarkan atas
latar belakang bangsa itu sendiri dan nilai-nilai yang ada. Schrool (1991:69)
menyatakan bahwa:
Modernisasi disini diartikan sebagai suatu proses, dimana sebuah
masyarakat nasional (nyatanya, elit politik) menyadari ketinggalannya dari
masyarakat atau masyarakat-masyarakat lain dan mengadakan usaha yang
berhasil untuk mengurangi jarak ketinggalannya serta memaksimalkan
pangkat totalnya di dalam sistem stratifikasi internasional.
Modernisasi ini merupakan suatu proses untuk menuju perubahan dengan
mengadakan suatu usaha yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri secara
bertahap sesuai dengan kemampuannya. Proses modernisasi itu sendiri
memerlukan suatu perencanaan yang matang, jangan sampai terjadi hal-hal
negatif datang sebagai akibat berbenturnya pola hidup lama dengan pola hidup
baru.
Menurut Soekanto (1990:384) modernisasi adalah: “Mencakup suatu
transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
Page 2
3
teknologi serta organisasi sosial, kearah pola-pola ekonomis dan politis yang
menjadi cirri negara-negara barat yang stabil”. Pernyataan diatas menyatakan
bahwa modernisasi merupakan suatu perpindahan yang tradisional atau pra
modern ke arah yang lebih maju dalam hal ekonomi dan politik, serta ini
merupakan suatu ciri dari negara-negara maju seperti halnya di negara-negara
barat. Modernisasi dan aspirasi-aspirasi modernisasi merupakan persoalan
menarik dewasa ini, kebanyakan masyarakat di dunia dewasa ini terkait pada
jaringan modernisasi, baik yang baru memasukinya maupun yang sedang
meneruskan tradisi modernisasi. Secara historis modernisasi merupakan suatu
proses perubahan yang menuju pada tipe-tipe sistem sosial, ekonomi dan politik
yang telah berkembang di Eropa barat dan Amerika utara pada abad ke 17 sampai
abad ke 19, sistem sosial yang baru ini kemudian menyebar kenegara-negara
eropa lainnya serta juga ke negara-negara Amerika selatan, Asia dan Afrika pada
abad ke 19 dan 21 ini.
Menurut Soekanto (1990:386) bahwa: Modernisasi tidak sama dengan
reformasi yang menekankan pada paktor-paktor rehabilitasi. Modernisasi bersifat
prepentif dan konstruktif dan agar proses tersebut tidak mengarah pada anganangan, sebaliknya modernisasi harus dapat memproyeksikan kecenderungan yang
ada dalam masyarakat kearah waktu-waktu yang mendatang. Modernisasi disini
berarti membangun sesuatu yang baru dan harus menjaganya, serta dapat
membaca jauh kedepan tentang keadaan masyarakat untuk masa sekarang dan
yang akan datang sedangkan kalau reformasi hanya memperbaiki sesuatu yang
telah gagal dan perubahannya tidak menyeluruh.
Syarat kita ingin menuju kepada masyarakat yang modern, maka mutu
pendidikan harus lebih baik, baik itu dalam sistem pendidikan maupun pola
pengajarannya. Karena dengan pendidikan, maka masyarakat dapat memilih mana
yang baik dan mana yang tidak, serta dapat merencanakan modernisasi tersebut
selain pendidikan sistem administrasi negara juga perlu dibenahi dengan baik
guna memperlancar proses modernisasi diperlukan adanya suatu saluran atau alat
seperti media massa, baik media cetak atau elektronik.
Manusia modern lebih bersifat terbuka terhadap segala sesuatu yang
mereka anggap benar dan sesuai dengan kebutuhan mereka, rasa kepekaan tinggi,
berwawasan luas, berfikir terhadap masa yang sedang dialami sekarang dan masa
yang akan datang, sadar akan kemampuan yang dia miliki sehingga dengan
kemampuan itu dia akan mengembangkannya lebih baik terutama untuk
masyarakat sekitarnya. Manusia modern juga harus berjiwa besar tidak mudah
menyerah dan putus asa demi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan modal utama bagi manusia modern
dan harus bisa menghargai serta menghormati akan hak dan kewajiban orang lain
agar kehidupan berjalan dengan tentram dan damai.
Masyarakat modern sistem ekonomi mengejar pemuasan kebutuhan yang
berlimpah dengan mekanisme pasar yang berdasarkan intensif ekonomi, untuk itu
dalam masyarakat modern dituntut kemampuan untuk bekerja keras, sebab
pemenuhan kebutuhan hidup tidak berhenti pada kebutuhan dasar saja tetapi
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
Page 3
4
mempunyai alternatif yang relatif banyak. Pola perekonomian masyarakat yang
konsumtif bergeser kearah pola perekonomian yang produktif.
Adat Istiadat
Dengan beberapa pengecualian (sebagai kasus), tidak ada seorang
manusipun yang tidak tergolong sebagai mahluk sosial. Dengan perkataan lain
tiada seorang manusia yang tidak hidup dalam suatu lingkungan manusia lainnya,
apakah itu di dalam kesatuan sosial yang berskala keluarga, masyarakat, klen,
suku bangsa dan negara. Setiap kelompok manusia yang hidup memiliki
“warisan” kebudayaan ia disucikan agar arah perjalanan terjaga berdasar pada
tujuan kelompok tersebut. Warisan menjadi struktur sosial menjadi bagian dari
kelompok tersebut dan bentuk dari peradaban.
Jika komponen kebudayaan begitu penting peranannya bagi kehidupan
suatu masyarakat, maka penting juga untuk memahami apa sebenarnya
kebudayaan itu, menurut Suparlan (1982:3) Kebudayaan adalah:
Secara sederhana kebudayaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang digunakan untuk
menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan untuk
menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan.
Berdasarkan pengertian di atas bahwa kebudayaan merupakan seperangkat
sistem ide atau gagasan, maka satuan ide tersebut berlokasi atau berada di dalam
kepala masing-masing manusia artinya ia tidak dapat di lihat atau sesuatu yang
tampak oleh manusia.
Sedangkan menurut Soekanto (1996:188) Kebudayaan adalah: “Kata
Kebudayaan berasal dari (bahasa sansakerta) buddayah yang merupakan bentuk
jamak kata “buddhi” yang bearti budi atau akal. Kebudayaan diartika sebagai hal
yang bersangkutan dengan budi atau akal.”
Jadi kebudayaan itu sesuatu yang lahir dari diri manusia dengan
menggunakan akal dan pikirannya untuk melahirkan sesuatu hal yang baru.
Menurut E.B Taylor yang dikutip oleh Soekanto (1996:188) mendefinisikan
tentang kebudayaan adalah: ‘Kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang di dapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.’
Menurut William A. haviland yang dialih bahasakan oleh Soekadijo
(1998:333) kebudayaan adalah: ‘Seperangkat peraturan atau norma yang dimiliki
bersama oleh para anggota masyarakat yang kalau dilaksanakan oleh para
anggotanya, melahirkan perilaku yang oleh para anggotanya dipandang layak dan
dapat diterima.’
Kebudayaan dan masyarakat terdapat hubungan yang erat, masyarkat tidak
mungkin ada tanpa kebudayaan dan kebudayaan hanya mungkin ada dalam suatu
masyarakat. Kebudayaan dan masyarakat sebenarnya merupakan segi dari suatu
kenyataan kehidupan sosial manusia, dengan kondisi sosiologi dan psikologinya
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
Page 4
5
yang khusus itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain dalam ikatan
masyarakat untuk dapat melangsungkan kehidupan jenisnya.
Koentjaraningrat (1993:5) mengemukakan bahwa: “Kebudayaan itu
mempunyai paling sedikit tiga wujud, yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari idée-idee, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksaktivitas kelakuan berpola
dari manusia dalam masyarakat.
3. wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Ketiga wujud dari kebudayaan tersebut tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan dimasyarakat, kebudayaan ideel dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah kepada perbuatan dan karya manusia. Baik pikiran-pikiran dan ideide maupun perbuatan karya manusia menghasilkan benda-benda kebudayaan
fisik.
Adat istiadat yang terdapat di dalam masyarakat merupakan cermin
masyarakat, adat istiadat tumbuh dari suatu kebutuhan hidup yang nyata. Cara
hidup pandangan hidup yang keseluruhannya merupakan kebudayaan masyarakat
tempat adat istiadat itu berada, hendaknya kita mengerti bahwa adat merupakan
aspek kebudayaan dan penjelmaan kepribadian.
Adat merupakan bagian dari ideel kebudayaan yang mempunyai aturanaturan tata kehidupan dan peraturan-peraturan yang berlaku dimasyarakat. Normanorma dari golongan adat istiadat yang mempunyai akibat yang panjang juga
merupakan hukum, walaupun mores seperti norma-norma yang mengatur upacara
suci tertentu tergolong mores. Dengan demikian perlu kita ketahui secara cermat,
perbedaan antara norma-norma yang tergolong hukum dan norma-norma yang
tergolong hukum adat.
Perbedaan antara “adat” dan “hukum adat” (yaitu antara ciri-ciri dasar dari
hukum adat). Ada golongan ahli antropologi yang beranggapan bahwa dalam
masyarakat yang bernegara (misalnya kelompok-kelompok pemburu dan peramu,
serta para peladang yang hidup di daerah terpencil), tidak terdapat aktifitas
hukum.
Menurut A.R. Radcliffe-Brwn yang dikutip oleh Koentjaraningrat
(1996:79) menyatakan bahwa:
‘Masyarakat-masyarakat yang tidak memiliki hukum seperti itu mampu
menjaga tata tertib karena mereka memiliki suatu kompleks norma-norma
umum (yaitu adat) yang sifatnya mantap dan ditaati oleh semua warganya.
Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi secara otomatis akan menimbulkan
rekasi dari masyarakat, sehingga pelanggarannya akan dikenai hukum.’
Berdasarkan dari pengertian di atas jadi hukum adat itu lahir secara turun
temurun yang diaati oleh anggota masyarakat dan apabila ada yang melanggar
akan dikenakan sanksi secara langsung. Tiap-tiap adat yang meningkatkan
ketahanan suatu masyarakat dalam lingkungan tertentu merupakan adat yang
dapat disesuaikan, pada umumnya adat istiadat bersifat adaptif, karena adat
istiadat itu melengkapi manusia dengan cara-cara peneysuaian diri pada
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
Page 5
6
kebutuhan-kebutuhan fisiologi dari badan mereka sendiri, dan penyesuaian pada
lingkungan yang bersifat fisik –geografisnya, maupun pada lingkungan sosialnya.
Modernisasi suatu masyarakat yang merupakan proses transformasi dalam
segala bidang asfek-asfeknya yang dapat berarti pula proses pergeseran sikap dan
mentalitas pada sebagian anggota masyarakat untuk dapat menyesuaikan dengan
tuntutan masa kini. Di bidang kekeluargaan pergeseran ini misalnya dalam
masalah disiplin, pengambilan keputusan, sosialisasi, pendidikan dan juga
hubungan kekerabatan itu sendiri.
Kekerabatan asal kata dari kerabat berarti adanya hubungan keluarga atau
sedarah sedaging antara individu dalam suatu masyarakat, sejalan dengan itu
Parsudi (1988:42) menyatakan tentang jaringan kekerabatan adalah: “Suatu
pengelompokkan atas sejumlah orang yang dihubungkan satu dengan lainnya
menurut suatu sistem kekerabatan yang mencakup identitas dan peranan yang
digunakan oleh individu-individu dalam interaksi sosial.”
Dampak Modernisasi Terhadap Adat Istiadat Masyarakat
Dalam masyarakat modern perekonomian itu identik dengan pemuasan
kebutuhan yang melimpah ruah sedangkan pada masyarakat tradisional asal cukup
untuk memenuhi kebutuhan dasar. Untuk itu dalam masyarakat dituntut
mempunyai kemampuan untuk bekerja keras, sebab pemenuhan kebutuhan hidup
tidak berhenti pada kebutuhan dasar saja tetapi mempunyai alternatif yang lebih
banyak sehingga tidak bersifat konsumtif tetapi harus bersifat produktif.
Guna menjadi bangsa yang modern, yang berdiri sama tinggi dan duduk
sama rendah dengan bangsa-bangsa lain, tetapi dengan tetap mempertahankan
cirri khas dan kepribadian sebagai bangsa Indonesia yang memiliki adat istiadat
yang perlu dilestarikan. Dalam pelaksanannya kita harus waspada jangan sampai
tergelincir kepada modernisasi sebagai hasil fotokopi dari perwujudan peradaban
bangsa lain tersebut bertentangan dengan hasrat dan kehendak masyarakat
Indonesia yang mempunyai cirri khas tersendiri.
Modernisasi merupakan suatu konsep kebudayaan yang tumbuh dalam
peradaban manusia sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang dimilki
manusia tersebut. Jika kita perhatikan modernisasi adalah proses pembaharuan
masyarakat tradisional menuju suatu masyarakat yang lebih maju dengan
mengacu pada nilai-nilai modernitas yang bersifat universal. Tetapi dalam
penerapannya nilai-nilai dasar modernisasi harus disesuaikan dengan latar
belakang budaya dan pandangan hidup bangsa, kalau di Indonesia berarti harus
disesuaikan dengan Pancasila. Perubahan persepsi tentang hidupnya dan
berkehidupan manusia sebagai hasil dari perkembangan pengetahuan, serta
keterkaitan dan ketergantungan umat manusia sebagai mahluk sosial, baik secara
ekonomis maupun sosial budaya merupakan penyebab dari timbulnya
modernisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan penopang utama dari
masyarakat modern yang menjadikan berubahnya pemikiran manusia terutama
masyarakat tradisional kearah pemikiran yang lebih maju.
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
Page 6
7
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, M. Francis. 1991. Modernisasi di Dunia ke Tiga Suatu Teori Umum
Pembangunan, Yogyakarta: PT. Tiara wacana Yogyakarta.
Andrian, F. Charles. (1992). Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: PT.
Tiara Wacana Yogya.
Dahl. A Robert. 1994. Analisis Politik Modern, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Garna,K. Judistira. (1992). Teori-Teori Perubahan Sosial, Bandung: Program
Pascasarjana-Universitas Padjadjaran.
Harjoso.(1996). Pengantar Antropologi, Bandung: Bina Cipta.
Koentjaraningrat. (1993). Bunga Rampai Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Indonesia.
Leibo, Setfa.(1994). Sosiologi Pedesaan Mencari Suatu Strategi Pembangunan
Masyarakat Desa Paradigma Ganda, Yogyakarta: Penerbit Andi Ofset.
Munawar, zaki.(2002). Cagar Budaya Candi Cangkuang dan sekitanrnya.
Myron weiner.(1994). Modernisasi Dinamika Pertumbuhan, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Sajogyo, pujiwati.(1985). Sosiologi Pembangunan, Jakarta: Fakultas Pascasarjana IKIP
Jakarta bekerjasama dengan Badan KoordinasiKeluarga berencana.
Schoorl, J.W. (1991). Modernisasi Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara
Sedang Berkembang, Jakarta: Gramedia.
Soedjatmoko, dkk.(1987). Masalah Sosial Budaya Tahun 2000 Sebuah Bunga Rampai,
Yogyakarta: PT. Bayu Indra Grafik.
Soekanto, Soerjono. (1996). Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Perkasa.
Suhendar, M.B. dan Pein Sanapiah. (1992). Ilmu Budaya Dasar suatu studi dan Aplikasi,
Bandung: Pionir Jaya.
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
Page 7
Download