tinjauan pustaka

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
SISTEM SARAF AMPHIBIA (Sistem Saraf Pada Katak) Rana
sp
AMPHIBIA
Klasifikasi
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Upafilum
: Vertebrata
Superkelas
: Tetrapoda
Kelas
: Amphibia (Linnaeus, 1758)
Subkelas dan Ordo
Ordo
:Temnospondyli (Punah)
Subkelas
: Lepospondyli
Subkelas
: Lissamphibia
Ordo
: Anura (Tidak memiliki ekor)
Ordo
: Caudata/Urodela
Ordo
: Gymnophiona/ Apoda (tidak memiliki kaki)
Amfibia atau amfibi (Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan
bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam; yakni di air dan di
daratan. Amfibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab
dan basah. Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau
tempat basah tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama,
berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa,
yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan
bernapas dengan paru-paru.
Amfibia mempunyai ciri-ciri:

Tubuh diselubungi kulit yang berlendir

Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)

Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan
satu bilik

Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput
renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi
untuk melompat dan berenang

Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans
yang sangat berfungsi waktu menyelam

Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa
alat
pernapasannya
berupa
paru-paru
dan
kulit
dan
hidungnya
mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut
ketika menyelam

Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh
yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).
B. Sistem Saraf Amphibia
Semua penyebab terjadinya perubahan dalam tubuh atau bagian tubuh
disebut rangsang. Alat yang mampu menerima rangsang dinamakan Indera
(Reseptor). Rangsangan dapat berasal dari luar tubuh, misalnya berupa Bau,
Rasa, Sentuhan, Cahaya, Suhu, Tekanan ataupun Gaya Berat. Indera yang
mampu menerimanya disebut Reseptor Luar (Ekteroseptor). Rangsangan dari
dalam tubuh sendiri antara lain dapat berupa rasa lapar, kenyang, nyeri, dan
kelelahan. Indera penerimanya disebut Reseptor dalam (Interoseptor). Jadi
Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi
mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh.
Rangsangan yang diterima oleh reseptor akan dihantarkan ke system
saraf pusat oleh neuron sensori dan tanggapan akan disampaikan oleh neuron
motor ke effektor, misalnya otot dan kelenjar. Jadi Efektor adalah sel atau organ
yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan.
1. Sel Saraf Amphibia (Neuron)
Bagaimana Amphibia bisa merasakan sakit ketika terluka?, bagaimana
terjadi reflex pada Amphibia ketika terdapat Predator seperti Ular?, bagaimana
Amphibia dapat melihat, mendengar dan lain sebagainya??? Semua pertanyaan
tersebut jawabannya terdapat dalam materi Sistem Saraf pada Amphibia. Sistem
saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya,
saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara
reseptor dan efektor. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron), neuron
adalah kesatuan structural dan fungsional system saraf. Fungsi sel saraf adalah
mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya mengandung
Inti sel yang besar dan berbentuk seperti pembuluh dengan membrane yang
tipis. Inti sel mengandung satu anak inti besar yang kaya akan RNA (Asam Ribo
Nukleat) dan Sitoplasma yang disebut Neuroplasma.
Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson
(neurit). Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit.
Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel.
- Dendrit
Dendrit merupakan serabut saraf yang pendek, biasanya bercabangcabang seperti pohon dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Dendrit
berfungsi untuk menerima impuls (ransang) yang datang dari ujung akson neuron
lain. Kemudian impuls dibawa menuju ke badan sel saraf.
- Akson (Neurit)
Akson (neurit) merupakan serabut yang panjang dan umumnya tidak bercabang.
Fungsi akson ialah meneruskan impuls yang berasal dari badan sel saraf ke
kelenjar dan serabut-serabut otot. Panjang Akson mencapai ratusan meter.
Selubung sel saraf yang mengelilingi akson (bagian luar akson) terdiri dari
substansi lemak sehingga bewarna putih. Selubung ini tidak berinti dan
dinamakan selubung mielin. Selubung mielin ini merupakan kumpulan sel
Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang
membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel
Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan
memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus
Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.
Sistem saraf tersusun dari berjuta-juta sel saraf. Berdasarkan struktur dan
fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel saraf sensori, sel
saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).
• Sel saraf sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke
sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula
spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi
(intermediet). Aksonnya pendek sedangkan dendritnya panjang. Badan selnya
bergelombang membentuk ganglia.
• Sel saraf motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke
otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan
(effektor). Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat
pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat
sangat panjang.
• Sel saraf intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat
ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf
motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang
ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari
reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya. Dendritnya pendek dan
aksonnya ada yang pendek ada yag panjang.
Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam
satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul
membentuk ganglion atau simpul saraf.
2. Susunan Sistem Saraf Amphibia
Sistem saraf pada Amphibi berdasarkan topografinya dibedakan menjadi sistem
saraf pusat (sentral) dan sistem saraf tepi (perifer).
a. Sistem saraf pusat
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang
(Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi
yang sangat penting maka perlu perlindungan.
Otak dan medulla spinalis pada amphibi,selain dilindungi oleh tengkorak
dan ruas-ruas tulang belakang, juga dilindungi oleh 2 lapisan selaput meninges.
Dua lapisan meninges pada amphibi dari luar ke dalam adalah duramatar (yang
berupa jaringan ikat dan melekat pada tulang) dan pia-arakniod yang vascular. Di
antara dua lapisan tersebut terdapat spatium subdurale, diantara keduanya
terdapat cairan cerebrospinalis. Bila membran ini terkena infeksi maka akan
terjadi radang yang disebut meningitis.
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
· Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
· Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
· Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di
dalam sistem saraf pusat
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama
tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau
kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang
belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan
bagian korteks berupa materi putih.
1. Otak
Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh, yang terletak didalam
tulang tengkorak dan diselubungi oleh jaringan, berupa jaringan meninges
Otak pada semua mahluk bertulang belakang (vertebrata) berkembang dari tiga
bagian utama (lihat gambar):
1. Forebrain (pink)
2. Midbrain (gray)
3. Hindbrain (red)
Pada otak amphibi terdapat bagian-bagian
a. Lobus olfaktorius
Lobus olfaktorius pada amphibi memiliki trunckus bulbus olfaktorius.
Lobus ini tidak terlalu berkembang. Oleh karenanya berbentuk relative kecil dan
merupakan penonjolan dari bagian yang disebut hemisperium serebri. Kurang
berkembangnya lobus olfaktorius yang berperan sebagai pusat pembau pada
amphibi, berhubungan dengan cara hidupnya yang tidak terlalu banyak
membutuhkan peran dari lobus olfaktorius sebagai pusat pembau.
b. Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan atau gerakan sadar
atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks
otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian
penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor
yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu
terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik.
Serebrum pada amphibi terdiri atas sepasang hemispermiun serebri.
Pada serebrum memungkinkan terjadinya aktivitas-aktivitas yang kompleks,
misalnya pembiakan dan macam-macam gerak.
c. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil. Di depan otak tengah terdapat
talamus dan kelenjar hipofisis. Thalamus amphibi terletak di bagian dorsal otak
dan merupakan jembatan antara serebrum dan mesenshefalon. Sedangkan
kelenjar hipofisis terletak pada bagian ventral otak yang berfungsi mengatur kerja
kelenjar-kelenjar endokrin. Oleh karenanya dikatakan sebagi Master of Glands.
Pada bagian atas (dorsal) otak tengah juga terdapat lobus optikus dan
sepasang nervus optikus yang saling bersilangan. Pertemuan atau persilangan
antara dua nervus optikus disebut sebagai chiasma. Lobus ini merupakan pusat
penglihat, karena semua nervus optikus bermuara pada lobus ini. Stimulus yang
berupa cahaya dan diterima oleh mata sebagai reseptor diubah menjadi impuls
dan disalurkan ke nervus optikus yang akhirnya diterjemahkan pada lobus
optikus, sehingga timbul sensasi penglihatan. Lobus ini juga berfungsi mengatur
refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat
pendengaran. Lobus optikus pada amphibi lebih berkembang daripada lobus
olfaktorius. Hal ini karena amphibi, contohnya katak merupakan hewan
Nokturnal. Hewan-hewan Nokturnal lebih banyak melakukan aktivitas pada
malam hari, sehingga lobus optikus lebih dibutuhkan oleh amphibi.
Selain itu, pada bagian dorsal otak tengah juga terdapat kelenjar epifisis.
Kelenjar ini disebut juga Badan pineal yang berfungsi ketika terjadi pembentukan
pigmen pada permukaan tubuh.
Pada bagian ventral, selain terdapat kelenjar hipofisis juga terdapat
kelenjar hypothalamus dan infundibulum. Pada kelenjar hypothalamus terdapat
sel-sel neurosekretori (sel saraf yang menghasilkan secret). Secret dari sel ini
berupa neurohormon yang berfungsi untuk mempercepat penyampaian impuls
dari sinapsis yang satu ke sinapsis yang lain. Sedangkan infundibulum,
merupakan tangkai dari hipofisis yang berfungsi menghubungkan hipofisis
dengan hypothalamus.
d. Otak Kecil (Serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan. Serebelum pada amphibi mereduksi, karena aktifitas otot relative
berkurang.
e. Sumsum lanjutan (medulla oblongata)
Sumsum lanjutan berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula
spinalis menuju ke otak. Sumsum lanjutan juga mempengaruhi refleks fisiologi
seperti detak jantung (pusat pengatur percepatan dan penghambat denyut
jantung) , tekanan darah (pusat pengaturan penyempitan dan pelebaran
pembuluh darah), volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan
sekresi kelenjar pencernaan.Selain itu, sumsum lanjutan juga mengatur gerak
refleks yang lain
2. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Medulla spinalis merupakan lanjutan dari medulla oblongata yang masuk
ke dalam kanalis vertebralis. Pada amphibi, medulla spinalis mengalami
pembesaran di bagian servikalis. Medulla spinalis berfungsi menghantarkan
impuls sensori dari saraf perifer ke otak dan menyampaikan impuls motoris dari
otak ke saraf perifer. Selain itu juga merupakan pusat dari refleks.
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar
berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna
kelabu.
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti
sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah
disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum
tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum
tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal
terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima
impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor.
Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut
saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak
merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah
dari otak merupakan saluran desenden.
b. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar
(sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya
diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat
diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi
keringat.
1. Sistem Saraf Sadar (Sistem Sensori Somatik)
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu sarafsaraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal),
yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Pada amphibi saraf Otak (Saraf Cranial) berjumlah 10 pasang
· Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
· Lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
· Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9,
dan 10
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus
vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut.
Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah
jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan
sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan.
Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas :
· 8 pasang saraf leher,
· 12 pasang saraf punggung,
· 5 pasang saraf pinggang,
· 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.
Salamander memanjang ke Post Columna Vertebralis, pada katak atau Toad
Memendek.
Satu Nervi spinalis (urat saraf sum-sum tulang belakang) terdiri dari sepasang
saraf yang terdapat pada tiap segmen tubuh. Nervi spinalis ini berpusat pada
Medulla Spinalis dengan perantaraan 2 akar, yaitu :
· Radix Ventralis, yang berpusat pada cornu ventralis bersifat efferent
· Radix Dorsalis, Berpusat pada Cornu dorsalis bersifat afferent.
Kedua akar ini bersatu menjadi nervi spinalis, yang segera akan bersatu menjadi
3 rumus, yaitu :
· Rumus dorsalis, yang mempengaruhi alat-alat dorsal tubuh.
· Rumus ventralis, yang mempengaruhi alat-alat ventral tubuh.
· Ramus Communicans, yang meluas ke ventro-median untuk kemudia berakhir
di dalam ganglia symphateticum.
Nervi spinalis ini menuju ke alat-alat somatic, ialah kulit, otot-otot rangka
yang bersifat serat lintang. Dengan demikian nervi spinalis ini sifatnya
somatomotoris, yang membawa rangsang dari pusat untuk otot serat lintang.
Sifat ini dimiliki oleh serabut-serabut saraf spinalis yang sifatnya efferent yang
berpusat pada cornu ventralis. Kemudian juga bersifat somatosensoris (sensible)
yang membawa rangsang terutama dari kulit ke pusat. Sifat ini dimiliki oleh
serabut saraf spinalis afferent yang menuju ke cornu dorsalis. Nervi spinalis ini
pada nomor-nomor tertentu didalam tubuh satu sama lain saling beranyaman
bersama membuat bangunan, yaitu pleksus.
Nervi spinalis, umumnya berjalan segmental dan jumlahnya sesuai
dengan jumlah vertebrae. Pada bagian caudal, nervi spinalis berjalan lurus
seakan-seakan sejajar dengan medulla spinalis, dan bangunan tersebut disebut :
Cauda equina. Caudata mempunyai nervus spinalis mereduksi sesuai dengan
segmen badan. Pada katak dan Bufo terdapat pleksus cervicobrachial dan
lumbosacral, cauda equina. Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan
urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.
· Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi
bagian leher, bahu, dan diafragma.
· Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
· Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.
2. Saraf Tidak Sadar (Sistem Sensori Autonom)
Sistem saraf Autonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak
maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan.
Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk
sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat
pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada
ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak
pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di
sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga
mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai
urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang
dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan
(antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan “nervus vagus”
bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan
saraf sumsum sambung.
Fungsi Saraf Otonom

Parasimpatik
· mengecilkan pupil
· menstimulasi aliran ludah
· memperlambat denyut jantung
· membesarkan bronkus
· menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
· mengerutkan kantung kemih

Simpatik
· memperbesar pupil
· menghambat aliran ludah
· mempercepat denyut jantung
· mengecilkan bronkus
· menghambat sekresi kelenjar pencernaan
· menghambat kontraksi kandung kemih
3. Mekanisme Penghantaran Impuls
Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel saraf
dan sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut.
1. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan
melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial
listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat,
kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian dalam
sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan
terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini
(depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan
gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai dengart 120 m per
detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin.
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui
oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula
(potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500
sampai 1/1000 detik.
Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan
oleh mitokondria dalam sel saraf.
Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan
menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila
kekuatannya di atas ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung
akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar
pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.
2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain
dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan
sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan
membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron
yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran
ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis.
Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur
dengan
membran
pra-sinapsis.
Kemudian
vesikula
akan
melepaskan
neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia
yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di
seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta
serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah
sinapsis dan menempel pada reseptor yang terdapat pada membran postsinapsis. Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel
saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan
diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran postsinapsis.
Bagaimanakah penghantaran impuls dari saraf motor ke otot? Antara saraf motor
dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan membran pra-sinapsis dan
membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang mengelilingi sel otot.
Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya.
4. Gerak Refleks
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan
penghantaran impuls oleh saraf.
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan
panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya
diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa
oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan
gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.
Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai
dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke
pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam
otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor,
yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks
dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di
dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar
dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam
sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.
Gambar: otak pada semua makhluk bertulang belakang
DAFTAR PUSTAKA
http://lenimaryati.blogspot.com/2011/06/sistem-saraf-amphibia.html
Pratiwi, DA.1996. Biologi 2. Jakarta. Erlangga
enzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang. Jurusan
Biologi UM
TINJAUAN PUSTAKA
SISTEM SARAF PADA KATAK ( Rana sp)
OLEH:
Kelompok VIII
Nama:
Ahmad Freddy
Etis Damayanti
Hairudin
Hanggara Wibowo
Novia Setiyorini
NPM:
12142013253
12142013234
12142013218
12142013249
12142013237
Kelas: Reg.A3/I
Dosen Pembimbing : dr. Alfarobi,M.Kes
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2012/2013
Download