View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia
berasal dari bahan bakar fosil, yaitu bahan bakar minyak, batubara, dan gas.
Kerugian penggunaan bahan bakar fosil ini selain merusak lingkungan, juga
tidak terbarukan (nonrenewable) dan tidak berkelanjutan (unsustainable).
Distribusi BBM untuk memasok kebutuhan masyarakat di daerah terpencil,
khususnya minyak tanah, masih belum jelas. Peningkatan harga BBM
menyebabkan sumber energi ini menjadi tidak lagi murah. Selain BBM,
sumber energi yang juga mengalami peningkatan harga adalah elpiji. Oleh
karena itu perlu diciptakan sumber energi lain yang dapat digunakan untuk
mengganti peran BBM dan gas. (Erwandi,2005)
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan produsen kacang tanah terbesar
di luar jawa dengan produksi di tahun 2011 mencapai 55.179 ton atau sebesar
4,3% dari total produksi nasional. Hasriani (2011), menyatakan Kulit kacang
tanah merupakan limbah dari kacang tanah yang melimpah dari 55.179 ton
kacang tanah yang di hasilkan, sekitar 20% -30% dari buah kacang tanah
berupa kulit, selama ini limbah hanya dijadikan pakan ternak atau di bakar.
Penanganan limbah kulit kacang tanah yang kurang tepat akan menimbulkan
pencemaran udara.
Beberapa jenis limbah seperti limbah industri dan limbah pertanian
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif pengganti BBM dan gas.
Pari (2002) menyatakan bahwa untuk mengolah limbah tersebut menjadi
lebih bermanfaat maka diperlukan teknologi alternatif. Salah satunya
pembuatan briket dari kulit kacang tanah. Briket kulit kacang tanah yang
dihasilkan dapat menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomis. Briket
kulit kacang mampu mengubah limbah pertanian menjadi bahan bakar dengan
efisiensi konversi cukup baik.
1
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian tentang studi pembuatan
briket dari bahan utama kulit kacang tanah sebagai sumber energi alternatif .
Dengan memafaatkan kulit kacang tanah menjadi briket, diharapkan mampu
mengubah limbah pertanian menjadi bahan bakar dengan efisiensi konversi
cukup baik, densitas energi (kandungan energi per satuan volume) cukup
tinggi, serta kemudahan dalam hal penyimpanan dan pendistribusian.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu briket kulit kacang
tanah berdasarkan perbedaan densitas ditinjau dari nilai kalor, daya patah dan
daya bakar.
Kegunaan penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi bagi
masyarakat umum yang tertarik untuk menggunakan briket sebagai
bahan bakar.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Energi
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), energi adalah
tenaga atau gaya untuk berbuat sesuatu. Defenisi ini merupakan perumusan
yang lebih luas daripada pengertian-pengertian mengenai energi pada
umumnya dianut di dunia ilmu pengetahuan. Dalam pengertian sehari-hari
energi dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu
pekerjaan (Kadir, 1995).
Energi merupakan sektor utama dalam perkonomian Indonesia dewasa
ini dan akan mengambil peranan yang lebih besar diwaktu yang akan datang
baik dalam rangka penyediaan devisa, penyerapan tenaga kerja, pelestarian
sumber daya energi, pembangunan nasional serta pembangunan daerah.
Situasi energi di indonesia tidak terlepas dari situasi energi dunia. Konsumsi
energi dunia yang makin meningkat menimbulkan kesempatan bagi Indonesia
untuk mencari sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri. Untuk itu perlu untuk mengidentifikasi sektor mana yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber daya energi alternatif (Abdullah, 1980)
2.2 Biomassa
Biomassa didefenisikan sebagai material tanaman, tumbuh-tumbuhan,
atau sisa hasil pertanian yang digunakan sebagai bahan bakar atau sumber
bahan bakar. Secara umum sumber-sumber biomassa antara lain tongkol,
jerami, dan lain sebagainya; material kayu seperti kayu atau kulit kayu, dan
sebagainya; sampah kota misalkan sampah kertas tanaman sumber energi
seperti minyak kedelai, alfalfa, poplars dan lain sebagainya (Silalahi, 2000).
Biomassa adalah campuran material organik yang kompleks, biasanya
terdiri dari karbohidrat, lemak, protein dan beberapa mineral lain yang
jumlahnya sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium dan besi. Komponen utama
tanaman biomassa adalah karbodihidrat (berat kering kira-kira 75%), lignin
(sampai dengan 25%) dimana dalam beberapa tanaman kompisisinya bisa
3
berbeda-beda. Keuntungan penggunaan biomassa untuk sumber bahan bakar
adalah keberlanjutannya, diperkirakan 140 juta ton matrik biomassa
digunakan pertahunya. Keterbasan dari biomassa adalah banyaknya kendala
dalam penggunaan untuk bahan bakar kendaraan bermobil (Silalahi, 2000).
Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti
bahan bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya
yang
menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang
dapat diperbaharui (renewable resources), relatif tidak mengandung unsur
sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian
(Widarto dan Suryanta, 1995).
2.3 Bioarang
Arang merupakan bahan padat yang berpori dan merupakan hasil
pengarangan bahan yang mengandung karbon. Sebagian besar pori-pori arang
masih tertutup oleh hidrokarbon, tar, dan senyawa organik lain yang
komponennya terdiri dari karbon tertambat (Fixed Carbon), abu, air, nitrogen
dan sulfur. Sedangkan, bioarang merupakan arang (salah satu jenis bahan
bakar) yang dibuat dari aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya
kayu, ranting, rumput, jerami, ataupun limbah pertanian lainnya. Bioarang
ini dapat digunakan dengan melalui proses pengolahan, salah satunya adalah
menjadi briket bioarang. (Pari dan Hartoyo, 1983).
Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau batanganbatangan arang yang terbuat dari bioarang (bahan lunak). Bioarang yang
sebenarnya
termasuk bahan lunak yang dengan proses tertentu diolah
menjadi bahan
arang
keras
dengan
bentuk
tertentu.
Kualitas
dari
bioarang ini tidak kalah dengan batubara atau bahan bakar jenis arang
lainnya (Joseph dan Hislop, 1981).
4
Pembuatan briket arang dari limbah pertanian dapat dilakukan dengan
menambah bahan perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu
kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik
maupun manual dan selanjutnya dikeringkan. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Hartoyo (1983) menyimpulkan bahwa briket arang yang dihasilkan
setaraf dengan arang buatan Inggris dan memenuhi persyaratan yang berlaku
di Jepang karena menghasilkan kadar abu dan zat yang mudah menguap
(volatile matter) yang rendah serta tinggi kadar karbon terikat (fixed carbon)
dan nilai kalor.
Briket arang yang baik diharapkan memiliki kadar karbon yang tinggi.
Kadar karbon sangat dipengaruhi oleh kadar zat mudah menguap dan kadar
abu. Semakin besar kadar abu akan menyebabkan turunnya kadar karbon
briket arang tersebut (Hendra dan Darmawan, 2000).
2.3.1
Karbonasi
Proses pengarangan (pirolisa) adalah penguraian biomassa
(lysis) menjadi panas (pyro) pada suhu lebih dari 1500C. Pada proses
pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses yaitu pirolisa primer dan
pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi
pada
bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah
pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer
(Abdullah, et al, 1991).
2.3.2
Bahan Perekat
Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah.
Dengan bantuan bahan perekat atau lem, butir-butir arang dapat
disatukan
dan
dibentuk
sesuai
dengan
kebutuhan.
Namun,
permasalahannya terletak pada jenis bahan perekat yang akan dipilih.
Penentuan jenis bahan perekat yang digunakan sangat berpengaruh
terhadap kualitas briket arang ketika dinyalakan dan dibakar. Faktor
harga dan ketersediaannya di pasaran harus dipertimbangkan secara
seksama karena setiap bahan perekat memiliki daya lekat yang
berbeda-beda karakteristiknya (Sudrajat, 1983).
5
Pembuatan briket dengan penggunaan bahan perekat akan
lebih baik hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan
perekat. Disamping meningkatkan nilai bakar dari bioarang, kekuatan
briket arang dari tekanan luar juga lebih baik (tidak mudah pecah)
(Sudrajat, 1983).
Kurniawan dan Marsono (2008) menyatakan perekat aci
terbuat dari tepung tapioka yang mudah dibeli dari toko makanan dan
di pasar. Perekat ini biasa digunakan untuk mengelem perangko dan
kertas. Cara membuatnya sangat mudah, yaitu cukup mencampurkan
tepung tapioka dengan air, lalu dididihkan diatas kompor. Selama
pemanasan tepung diaduk terus-menerus agar tidak menggumpal.
Warna tepung yang semula putih akan berubah menjadi transparan
setelah beberapa menit dipanaskan dan terasa lengket di tangan.
2.3.3
Pengepresan
Tekanan
diberikan
untuk
menciptakan
kontak
antara
permukaan bahan yang direkat dengan bahan perekat. Setelah bahan
perekat dicampurkan dan tekanan mulai diberikan maka perekat yang
masih dalam keadaan cair akan mulai mengalir membagi diri
kepermukaan bahan. Pada saat yang bersamaan dengan terjadinya
aliran maka perekat juga mengalami perpindahan dari permukaan
yang
diberi perekat kepermukaan yang belum terkena perekat
(Kirana, dalam Agussalim 1995).
2.3.4 Pengeringan
Pengeringan ini bertujuan untuk menguapkan kembali air
yang telah ditambahkan pada proses pencampuran. Pengeringan
dilakukan terhadap briket, agar air yang tersimpan dalam briket dapat
diuapkan, sehingga tidak mengganggu pada saat briket di bakar
(Widayanti, 1995).
Penguapan ini terhenti bila tingkat kebasahan permukaan
“sama” dengan tingkat kebasahan udara disekelilingnya. Tidak ada
lagi sejumlah energi yang berpisah atau berpindah dari luar ke dalam
6
atau sebaliknya. Namun meskipun bahan telah dikeringkan hingga
mencapai kadar air yang minimum, kadar airpun akhirnya bisa
meningkat lagi bila kontak dengan media/udara yang kebasahannya
tinggi untuk menjadi seimbang. Keadaan ini di sebut kadar air
kesetimbangan (Widayanti,1995).
7
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2012 di Bengkel Mekanisasi
Pertanian BALITSERELIA Kab. Maros, Laboratorium Teknologi Hasil
Ternak Fakultas Peternakan, dan Laboratorium Proccsing, Program Studi
Keteknikan Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah pengarangan,
timbangan kasar, alat menumbuk, gelas ukur, mistar/meteran, wajan, kompor,
cetakan briket, pengaduk, baskom, timbangan analitik, panci, oven, kalori
meter, tekstur analiser dan ayakan.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit kacang tanah,
Tepung tapioka (kanji) dan air.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan 2 cara briket kulit kacang tanah yang
sudah diarangkan dan briket kulit kacang tanah yang tidak diarang dengan
memperlakukan 3 variasi densitas briket.
D1= 0,445 g/cm3
D2= 0,456 g/cm3
D3= 0,460 g/cm3
3.4 Prosedur Penelitian
A. Prosedur penelitian yang dilakukan untuk kulit kacang tanah yang diarang
adalah :
1.
Kulit kacang tanah sebanyak 2 kg diarangkan.
2.
Tumbuk kulit kacang tanah yang sudah menjadi arang dan haluskan
dengan menggunakan ayakan 50 mesh.
8
3.
Menyiapkan campuran perekat (kanji) yang dilarutkan dalam air
panas dengan perbandingan 1:10.
4.
Mencampur arang dengan adonan perekat (kanji) 10% dari berat
bahan.
5.
Mencetak briket arang dengan perlakuan 3 variasi kerapatan bahan
yaitu 0,445 g/cm3 , 0,456 g/cm3 dan 0,460 g/cm3.
6.
Briket dijemur sampai kering.
7.
Melakukan pengujian pada briket yang telah jadi sesuai dengan
parameter pengamatan.
B. Prosedur penelitian yang dilakukan untuk kulit kacang tanah yang tidak
diarang adalah :
1. Tumbuk 2 kg kulit kacang tanah dan haluskan dengan menggunakan
ayakan 70 mesh.
2. Menyiapkan campuran perekat (kanji) yang dilarutkan dalam air
panas dengan perbandingan 1:5.
3. Mencampur dengan adonan perekat (kanji) 10% dari berat bahan.
4.
Mencetak briket dengan perlakuan 3 variasi kerapatan bahan yaitu
0,445 g/cm3 , 0,456 g/cm3 dan 0,460 g/cm3
5. Briket dijemur sampai kering.
6. Melakukan pengujian pada briket yang telah jadi sesuai dengan
parameter pengamatan.
3.5 Parameter pengamatan
3.5.1
Nilai Kalor
Pengukuran nilai kalor dilakukan dengan menggunakan alat bomb
kalorimeter.
𝑄 = 𝑚 × 𝑐𝑣 × (𝑇2 − 𝑇1)
Dimana ;
Q
= Nilai kalor (K/g)
T1
= Suhu awal sebelum dibakar 0C
T2
= Suhu akhir setelah dibakar 0C
Cv
= Panas jenis bom kalorimeter (kJ/kg 0C)
9
m
= Berat bahan yang dibakar (g)
3.5.2 Kekuatan Tekstur
Kekuatan bahan dalam menerima beban dihitung pada saat
bahan mengalami keretakan ketika ditekan. Pembacaan angka pada
pengukur tekanan dilakukan pada saat bahan retak.
3.5.2 Daya Bakar
Mengamati daya bakar dilakukan untuk mengetahui lama
waktu terbakarnya bahan, yaitu dengan membakar briket hingga
muncul bara. Perhitungan waktu dimulai pada saat briket membara
hingga menjadi debu.
10
3.6 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Pengarangan Kulit
Kacang Tanah 2 kg
Pemasakan Kanji
Dengan Air 1:20
Penghancuran Kulit
Kacang Tanah
Pencampuran
Pencetakan Briket Dengan 3 Variasi
Kerapatan, 0,445 g/cm3 ,
0,456
g/cm3 dan 0,460 g/cm3.
Pengeringan
Pengukuran :
 Nilai Kalor
 Kekuatan Tekstur
 Daya Bakar
Nilai Kalor Briket
Kekuatan Tekstur Briket
Daya Bakar Briket
Selesai
11
Gambar 1. Diagram Alir Prosedur Penelitian Briket Arang
Mulai
Penghancuran Kulit
Kacang Tanah 2 kg
Pemasakan Kanji
Dengan Air 1:10
Pencampuran
Pencetakan Briket Dengan 3 Variasi
Kerapatan, 0,445 g/cm3 ,
0,456
g/cm3 dan 0,460 g/cm3.
Pengeringan
Pengukuran :
 Nilai Kalor
 Kekuatan Tekstur
 Daya Bakar
Nilai Kalor Briket
Kekuatan Tekstur Briket
Daya Bakar Briket
Selesai
Gambar 2. Diagram Alir Prosedur Penelitian Briket Yang
Tidak diArang
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Nilai Kalor
Nilai kalor merupakan salah satu parameter utama dalam
menentukan kualitas briket. Semakin tinggi nilai kalor, maka panas yang
dihasilkan oleh bahan semakin tinggi pula. Dari hasil pengukuran nilai kalor
tertinggi briket arang terdapat pada densitas 0,460 g/cm3 dimana rata-rata
nilai kalornya adalah 23182,48 Joule/g. Lalu densitas 0,456 g/cm3 yaitu
23171,54 Joule/g dan terendah adalah densitas 0,445 g/cm3 yaitu 23058,24
Joule/g dan hasil pengukuran nilai kalor tertinggi padat briket yang tidak
diarang terdapat padat densitas 0,460 g/cm3 dimana rata-rata nilai kalornya
adalah 15344,92 Joule/g. Lalu densitas 0,456 g/cm3 yaitu 15201,07 Joule/g
dan terendah adalah densitas 0,445 g/cm3 yaitu 13514,79 Joule/g.
25000
Nilai Kalor (Joule/gram)
23058.24
23171.54
23182.48
15201.07
15344.92
20000
15000
13514.79
Briket tidak di arang
10000
Briket Arang
5000
0
0.445
0.456
0.46
Densitas (gram/cm)
Gambar 3. Hubungan Antara Densitas Briket Terhadap Nilai Kalor
13
4.2 Kekuatan Tekstur
Dari hasil pengukuran yang dilakukan, terlihat bahwa densitas
0,460 g/cm3 memiliki ketahanan terhadap tekanan yang paling tinggi yaitu
115,954
Pa, lalu densitas 0,456 g/cm3 yaitu 88,399 Pa dan terendah pada
densitas 0,425 g/cm3 yaitu 80,256 Pa dan hasil pengukuran pada briket yang
tidak di arang terlihat bahwa densitas 0,460 g/cm3 memiliki ketahanan
terhadap tekanan yang paling tinggi yaitu 124,196 Pa, lalu densitas 0,456
g/cm3 yaitu 105,156 Pa dan terendah pada densitas 0,425 g/cm3 yaitu 89,341
Pa.
140
124.196
115.954
Keteguhan Tekan (Pa)
120
105.156
98.399
100
80
89.341
80.256
Briket Arang
60
Briket Tidak Di
Arang
40
20
0
0.445
0.456
0.46
Densitas (gram/cm3)
Gambar 4. Hubungan Antara Densitas Briket Terhadap Kekuatan
Tekstur
14
4.3 Daya Bakar
Pengukuran pada briket arang menunjukkan bahwa hasil terbaik di
peroleh
pada
densitas
pembakarannya yaitu
0,460 g/cm3
dimana
rata-rata
lama
0,20 g/menit, kemudian pada densitas 0,456 g/cm3
yaitu 0,21 g/menit dan densitas 0,445 g/cm3 yaitu 0,25 g/menit dan pada
pengukuran briket yang tidak diarang menunjukkan bahwa hasil terbaik di
peroleh
pada
densitas
pembakarannya yaitu
0,460 g/cm3
dimana
rata-rata
lama
0,52 g/menit, kemudian pada densitas 0,456 g/cm3
Daya Bakar (gram/menit)
yaitu 0,54 g/menit dan densitas 0,445 g/cm3 yaitu 0,60 g/menit
0.7
0.6
0.6
0.5
0.54
0.52
0.21
0.2
0.4
0.3
0.2
0.25
Briket Arang
Briket Tidak Di Arang
0.1
0
0.445
0.456
0.46
Densitas (gram/cm)
Gambar 5. Hubungan Antara Densitas Briket Terhadap daya Bakar
15
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Penelitian, maka penulis membuat beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Nilai kalor briket arang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kalor
briket yang tidak diarang.
2.
Kekuatan Tekstur briket yang tidak diarang lebih tinggi dibandingkan
dengan briket arang.
3.
Daya bakar briket arang lebih tinggi dibandingkan dengan daya bakar
briket yang tidak diarang.
5.2 Saran
1. Waktu proses pirolisis diusahan tidak ada oksigen yang masuk
kedalam kaleng. Juga, Pembakaran jangan hanya satu sisi saja, tetapi
harus merata agar arang yang dihasilkan bisa maksimal. Untuk
mencegah terjadinya asap yang terlalu besar dan tebal pada saat
karbonisasi, maka sebaiknya bahan harus benar-benar kering.
2. Jumlah bahan yang dimasukkan dalam cetakan dtimbang terlebih
dahulu agar mendapatkan densitas yang sama.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, 1980. Energi dan Tingkat Kemajuan Teknologi. Sinar Harapan.
Abdullah, K., A.K. Irwanto, N. Siregar, E. Agustina, A.H. Tambunan, M. Yamin,
dan E. Hartulistiyoso, 1991. Energi dan Listrik Pertanian, JICA IPB.
Bogor.
Anonim 2011a, Budidaya Kacang-Kacang. Yogyakarta :http://Budidaya Kacang
Tanah, (Agustus 2011).
Erwandi. 2005. Sumber Energi Arus : Alternatif Pengganti BBM, Ramah
Lingkungan, dan Terbarukan. www.energi.lipi.go.id.
Hasriani. 2011. Salawesi Selatan Diprediksi Menjadi Lumbung Kacang Tanah,
Tribun Timur. Makassar.
Hartoyo, 1983. Pembuatan Arang Dari Briket Arang Secara Sederhana Dari
Serbuk Gergaji Dan Limbah Industri Perkayuan. Puslitbang Hasil
Hutan. Bogor.
Hendra dan Darmawan, 2000. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat dan Tekanan
Kempa Terhadap Kualitas Briket Arang. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor
Joseph, S., dan D. Hislop, 1981. Residu Briquetting in Developping Countries.
Aplyed Sciense Publisher. London.
Kadir, A., 1995. Energi, Sumber daya, Inovasi, Tenaga Listrik, Potensi Ekonomi
.Cet. 1.Edisi Kedua/Revisi. UI-Press. Jakarta.
Kirana, M., 1985. Pengaruh tekanan pengempaan dan jenis perekat dalam
pembuatan briket tempurung kelapa dalam Agussalim, 1995. Pengaruh
ukuran butiran arang dan persentase perekat dalam pembuatan briket
arang kombinasi limbah tandan kosong kelapa sawit dengan arang
tempurung kelapa sawit, Laporan Hasil penelitian Mahasiswa Jurusan
Tekologi Pertanian, UNHAS
Kurniawan, O. Dan Marsono, 2008. Super karbon Bahan Bakar Alternatif
Pengganti Minyak Tanah dan Gas.Cetakan1. Penebar Swadaya.
Jakarta.
17
Pari, 2002. Teknologi Alternatif Pemanfaatan Sampah Industri Pengolahan Kayu.
Makalah Falsafah Sains (PPs 70 L) Program Sarjana/C3. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Pari, G., dan Hartoyo, 1983. Beberapa Sifat Fisis Dan Kimia Briket Arang Dari
Limbah Arang Aktif. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Bogor
Silalahi, 2000. Penelitian Pembuatan Briket Kayu dari Serbuk Gergajian Kayu.
Hasil Penelitian Industri DEPERINDAG. Bogor.
Sudrajat, 1983. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat, dan Tekanan Kempa
Terhadap Kualitas Arang Briket. Laporan LPHH No. 165. Bogor.
Widarto, L., dan Suryanta, 1995. Membuat Bioarang dari Kotoran Lembu.
Cetakan ke-6 Tahun 2008. Kanisius. Yogyakarta.
Widayanti, N., 1995. Pengeringan Hasil Panen dengan Tenaga Sekam. Penebar
Swadaya, Jakarta.
18
Lampiran 1. Dimensi Briket Dalam Percobaan
1.
Perlakuan Densitas (D1) 0,445 g/cm3 dengan berat bahan 8,518 g
1D
2.
Perlakuan Densitas (D2) 0,456 g/cm3 dengan berat bahan 6,940 g
1D
3.
Perlakuan Densitas (D3) 0,460 g/cm3 dengan berat bahan 8,129 g
3D
1D
19
Lampiran 2. Data hasil pengujian briket kulit kacang tanah
1. Kekuatan Tekstur Briket Arang Terhadap Tekanan (Pascal)
Ulangan
Perlakuan
Total
Rata-rata
81,957
240,769
80,256
93,425
93,041
295,198
98,399
106,450
119,963
347,864
115,954
Densitas
I
II
III
0,445 g/cm3
93,733
65.078
0,456 g/cm3
108,731
0,460 g/cm3
121,450
2. Kekuatan Tekstur Briket Yang Tidak diArang Terhadap Tekana (Pascal)
Ulangan
Perlakuan
Total
Rata-rata
98,428
268,025
89,341
97,921
109,219
315,468
105,156
125,039
121,891
372.589
124,196
Densitas
I
II
III
0,445 g/cm3
89,209
80,387
0,456 g/cm3
108,327
0,460 g/cm3
125,658
3. Nilai Kalor Briket Arang (kal/g)
Perlakuan
Densitas
0,445 g/cm3
Ulangan
(J/g)
5626,36
23551,95
2
5431,87
22737,82
3
5467,02
22884,95
5508,41
23058,24
1
5645,89
23633,7
2
5390,73
22565,63
3
5569,82
23315,3
5535,48
23171,54
1
5748,95
24065,12
2
5419,46
22685,86
3
5445,88
22796,47
Rata-rata
0,460 g/cm3
Kapasitas panas
1
Rata-rata
0,456 g/cm3
Nilai Kalor (K/g)
20
5538,09
Rata-rata
23182,48
4. Nilai Kalor Briket Yang Tidak diArang (kal/g)
Perlakuan
Densitas
Nilai Kalor (K/g)
Ulangan
0,445 g/cm3
(J/g)
1
3201,84
13402,9
2
3114,04
13035,37
3
3369,83
14106,11
3228,57
13514,79
1
3460,05
14483,78
2
3685,41
15427,15
3
3748,75
15692,3
3631,40
15201,07
1
3646,75
15265,3
2
3616,54
15138,84
3
3734,02
15630,61
3665,77
15344,92
Rata-rata
0,456 g/cm3
Rata-rata
0,460 g/cm3
Kapasitas panas
Rata-rata
5. Daya Bakar Briket Arang (gram/menit)
Ulangan
Perlakuan
Total
Rata-rata
0,23
0,76
0,25
0.21
0.23
0,64
0,21
0.20
0,20
0,61
0,20
Densitas
I
II
III
0,445 g/cm3
0.25
0,28
0,456 g/cm3
0.20
0,460 g/cm3
0.21
6. Daya Bakar Briket Yang Tidak diArang (gram/menit)
Ulangan
Perlakuan
Total
Rata-rata
0,61
1,82
0,60
0.52
1,62
0,54
Densitas
I
II
III
0,445 g/cm3
0,61
0,60
0,456 g/cm3
0,58
0,52
21
0,460 g/cm3
0,54
0,52
0,50
1,56
0,52
Lampiran 3.
Data hasil pengujian Lama bakar briket arang kulit kacang tanah
Perlakuan
Ulangan
Densitas
Lama Bakar
(sekon)
0,445 g/cm3
0,456 g/cm3
0,460 g/cm3
1
2005
2
1810
3
2152
1
2000
2
1928
3
1807
1
2330
2
2419
3
2410
. Data hasil pengujian Lama bakar briket kulit kacang tanah yang tidak diArang
Perlakuan
Ulangan
Densitas
Lama Bakar
(sekon)
1
0,445 g/cm3
2
3
1
3
0,456 g/cm
2
3
1
0,460 g/cm
3
2
3
830
845
835
710
792
800
895
925
968
22
Lampiran 4
1. Lama Pemasakan Air sebanyak 500 ml dengan Menggunakan Briket
Arang
Perlakuan
Densitas
0,445 g/cm3
Ulangan
Rata-rata
yang habis
terbakar (g)
313
5,511
2
282
5,120
3
271
4,111
288
4,914
1
257
4,914
2
265
4,819
3
236
4,520
252
4,751
1
199
4,600
2
191
4,225
3
185
4,030
191
4,285
Rata-rata
0,460 g/cm3
(sekon)
Berat briket
1
Rata-rata
0,456 g/cm3
Lama pemasakan air
23
2. Lama Pemasakan Air sebanyak 500 ml dengan Menggunakan Briket yang
tidak diArang
Perlakuan
Densitas
0,445 g/cm3
Ulangan
Rata-rata
yang habis
terbakar (g)
325
12,585
2
305
11,709
3
281
11,395
303
11,896
1
275
10,312
2
272
10,221
3
262
9,129
269
9,887
1
253
9,130
2
249
9,385
3
245
8,940
249
9,151
Rata-rata
0,460 g/cm3
(sekon)
Berat briket
1
Rata-rata
0,456 g/cm3
Lama pemasakan air
24
Lampiran 5. Gambar Selama Penelitian
Gambar 6. Kulit Kacang Tanah
ttTTTTTanah
Gambar 8. Proses Pencampuran Arang dengan Kanji
Gambar 10. Proses Pencetakan Briket
Gambar 7. Proses Pengarangan
Gambar 9. Proses Pengayakan
Gambar 11. Alat Pencet Briket
25
Gambar 12. Pengukuran Nilai kalor
Gambar 13. Briket Kulit kacang tanah
Gambar 15. Abu Briket
Gambar 14. Briket Arang
Gambar 16. Abu Briket Arang
Gambar 17. Pengukuran Kekuatan Tekstur
26
Gambar 18. Proses Pemasakan Air
27
Download