Pelaksanaan Upacara Adat Tradisional Merti Dusun dan Nilai

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning
bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu
bangsa). Hal ini mempunyai makna bahwa setiap bangsa atau suku bangsa memiliki
kebudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan bangsa atau suku yang lainnya,
sehingga peradaban suatu bangsa atau suku bangsa memiliki pengetahuan, dasardasar pemikiran dan sejarah peradaban yang tidak sama antara satu dan yang lain
(Herusatoto, 2008 : 1)
Hubungan manusia dengan kebudayaan sangatlah erat, sehingga manusia pada
hakikatnya disebut makhluk budaya. Menurut Koentjoroningrat dalam Herusatoto
(2008 : 10) kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk
jamak dari buddhi yang berarti akal. Jadi budaya sendiri dapat diartikan hal-hal yang
bersangkutan dengan budi dan akal. Hasil akal atau pemikiran cipta dan karya
manusia merupakan kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat. Cipta dan
karya yang dilakukan terus menerus pada akhirnya akan menjadi sebuah tradisi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1483), dijelaskan bahwa tradisi yaitu
adat kebiasaan turun-temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat. Menurut
1
Koentjoroningrat dalam Herusatoto (2008-164), tradisi atau adat istiadat disebut juga
adat tata kelakuan.
Tradisi adalah kesamaan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu
namun masih ada hingga kini dan belum dihancurkan atau dirusak. Tradisi dapat di
artikan sebagai warisan yang benar atau warisan masa lalu. Menurut Hanafi (2003 :
2) tradisi lahir dan dipengaruhi oleh masyarakat, kemudian masyarakat muncul, dan
dipengaruhi oleh tradisi. Tradisi pada mulanya musabab, namun akhirnya menjadi
konklusi dan premis, isi dan bentuk, efek dan aksi pengaruh dan mempengaruhi.
Upacara tradisonal merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan.
Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga masyarakat
pendukungnya dengan cara mempelajarinya. Ada cara –cara atau mekanisme tertentu
dalam tiap masyarakat untuk memaksa tiap warganya mempelajari kebudayaan yang
terkandung didalamnya norma-norma serta nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam
tata pergaulan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Mematuhi norma serta
menjunjung nilai-nilai itu penting bagi warga masyarakat demi kelestarian hidup
masyarakat.
Namun dewasa ini mulai muncul permasalahan, yaitu bersamaan dengan
kemajuan teknologi informasi yang telah mengglobal, mampu membuka cakrawala
pengetahuan dunia luar yang dapat mempengaruhi tata kehidupan masyarakat di
Jawa. Modernisasi cenderung memicu suatu persaingan, khususnya dalam bidang
2
ekonomi sehingga membuat masyarakat bersaing untuk tetap bertahan dalam
kehidupan mereka. Untuk dapat bertahan, tentunya pilihan yang berguna dan efisien
menjadi prioritas utama. Sehingga ketika ada hal-hal yang dianggap kurang sesuai
dengan perkembangan jaman tidak dianggap penting lagi. Ajang persaingan
kebutuhan telah seringkali membuat masyarakat menjadi praktis.
Prioritas kebutuhan dan gaya hidup telah mengikis nilai-nilai budaya yang
sebenarnya telah dilakoni secara turun-temurun oleh nenek moyang mereka. Identitas
kebersamaan dalam bentuk budaya yang mengikat masyarakat perlahan mulai
merenggang dan luntur. Lunturnya kebudayaan sering kali disebabkan karena para
generasi penerus tidak mampu untuk melestarikan budaya mereka sendiri. Terutama
kelunturan dalam nilai budaya yang dianut dan berbagai warisan bentuk kebudayaan
yang mulai ditinggalkan. Penanaman nilai-nilai dan falsafah hidup yang telah turuntemurun dilakukan pada akhirnya menemui kesurutan. Hanya sedikit generasi yang
masih mampu untuk menjunjung tinggi budaya asli mereka dalam tatanan yang
seutuhnya.
Tidak semua daerah mudah melepaskan tatanan kebudayaan mereka meskipun
modernisasi sudah mereka rasakan. Mereka adalah masyarakat yang mengerti dengan
baik apa yang telah diyakini dan dilaksanankan oleh para pendahulu-pendahulu
mereka dimasa lalu dan masih dipertahankan dari generasi ke generasi sampai
sekarang. Mereka masih menghormati dan menjaga keluhuran serta kesucian budaya
yang mereka yakini.
3
Terdapat beberapa masyarakat yang masih memelihara dan mempertahankan
warisan budaya mereka. Mereka menganggap bahwa budaya tersebut adalah suatu
kebiasaan yang harus dilestarikan keberadaannya meskipun telah mengalami banyak
tantangan internal maupun eksternal. Salah satunya adalah masyarakat di Desa
pinggiran danau Rawapening, yaitu dusun Sumurup, desa Asinan, kecamatan Bawen,
kabupaten Semarang.
Dusun Sumurup terletak diantara perbatasan kabupaten Semarang dengan kota
Salatiga. Masyarakat didaerah tersebut mayoritas adalah petani dan nelayan, karena
dusun tersebut berada dekat sekali dengan danau Rawapening. Masyarakat desa ini
masih sangat menghormati salah satu bentuk kebudayaan yang mereka miliki.
Kebudayaan atau adat tradisional yang masih mereka pertahankan adalah tradisi
Merti Dusun. Sebenarnya adat tradisional Merti Dusun adalah sebagai bentuk ucapan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena diberikan kelimpahan panen atas sawah
mereka. Inti dari tradisi ini sama dengan tradisi Sedekah Bumi dari daerah lain,
namun di dusun Sumurup ini masyarakat sekitar lebih mengenal istilah adat tradisi
Merti Dusun ini dengan sebutan Ka Deso. Ka Deso merupakan bentuk sederhana dari
kata Sedekah Desa atau Slametan.
Merti Dusun atau yang lebih dikenal masyarakat sekitar sebagai Ka Deso
dilaksanakan sekali dalam setahun pada penanggalan Senin legi jumadil akhir. Merti
Dusun dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta yang telah
memberi keselamatan dan hasil panen yangmelimpah. Sehari sebelum Upacara tradisi
4
Merti Dusun diawali dengan tirakatan di malam hari dengan mengundang Mubalek.
Acara dalam tirakatan setiap tahun bervariasi seperti tahlilan bersama, pengajian
ataupun mujahadah bersama, namun intinya sama yaitu memohon doa kelancaran
upacara tradisi Merti Dusun. Kemudian pada pagi harinya diadakan makan bersama
atau slametan di rumah Kepala Dusun. Puncak acara upacara tradisi Merti Dusun di
Dusun Sumurup ini adalah pergelaran wayang purwa pada malam hari sampai dini
hari. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik meneliti upacara tradisi merti dusun
di Dusun Sumurup karena (a) tradisi merti dusun ini unik, yaitu selain sebagai
ungkapan rasa syukur, merti dusun ini juga sebagai tolak-balak, (b) tradisi merti
dusun merupakan tradisi turun-temurun yang sudah ada sejak jaman dahulu yang
tetap terjaga meski melalui beberapa pergeseran makna, (c) upacara tradisional merti
dusun merupakan budaya asli masyarakat yang kemudian berinteraksi dan terjalin
dalam proses akulturasi dengan budaya Hindu dan Islam. Unsur yang identik dengan
budaya Hindu adalah adanya sesaji, yang meliputi bunga dan dupa, sedangkan
budaya Islam yang terlihat jelas adalah doa yang dipanjatkan dalam upacara tradisi
tersebut menggunakan doa-doa Islami.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang
“PELAKSANAAN UPACARA TRADISI MERTI DUSUN DAN NILAI-NILAI
YANG TERKANDUNG DIDALAMNYA (Studi Kasus Di Dusun Sumurup
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun 2016)”
B.
Rumusan Masalah
5
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka sub-sub masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan upacara tradisi Merti Dusun di Dusun Sumurup
Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang?
2. Apa saja nilai-nilai yang terkandung didalam tradisi Merti Dusun di
Dusun Sumurup, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang?
3. Apa saja manfaat dari upacara tradisi Merti Dusun yang rutin dilakukan
oleh masyarakat dusun Sumurup, Kecamatan Bawen, Kabupaten
Semarang?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mendiskripsikan pelaksaan upacara tradisional Merti Dusun di Dusun
Sumurup, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.
2. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat
tradisional Merti Dusun di Dusun Sumurup, Kecamatan Bawen, Kabupaten
Semarang.
3. Untuk mendeskripsikan manfaat upacara adat tradisional Merti Dusun yang
masih dipertahankan di Dusun Sumurup, Kecamatan Bawen, Kabupaten
Semarang.
D.
Manfaat Penelitian
6
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat secara teoritis
maupun secara praktis.
1. Secara teoritis
a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang antropologi budaya
khususnya dalam bidang kajian adat tradisional.
b. Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pembaca mengenai
salah satu tradisi budaya bangsa Indonesia yang masih terjaga
keberadaannya oleh masyarakat itu sendiri.
c. Memberikan gambaran yang jelas mengenai proses pelaksanaan tradisi
Merti Dusun dalam masyarakat desa Sumurup.
d. Memberikan gambaran jelas mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam
tradisi Merti Dusun.
2. Secara Praktis
a. Memberikan kesempatan bagi peneliti-peneliti lain untuk memperdalam
kajian mengenai penelitian tradisi Merti Dusun.
b. Turut mendokumentasikan budaya masyarakat desa Sumurup sebagai
salah satu warisan budaya bangsa Indonesia.
7
Download