BAB II Kajian Teori Biaya Konstruksi

advertisement
18
BAB II
II. 1
Kajian Teori Biaya Konstruksi
Pengertian Konstruksi
Dalam tahapan suatu pelaksanaan proyek, terdapat suatu tahapan yang disebut
proses konstruksi. Tahapan ini adalah suatu proses dimana berbagai jenis material
diolah dan dijadikan suatu produk, dalam hal ini berhubungan dengan bangunan.
Dalam mengakomodasi suatu kebutuhan, diperlukan studi kelayakan, proses
desain, pengadaan barang dan konstruksi, baru akhirnya diperoleh sebuah produk
yang dapat digunakan. Terkadang proses tersebut tidak berjalan linier, namun
terkadang juga dievaluasi dan mundur ke proses sebelumnya (feed back) untuk
mencapai hasil yang lebih baik. Proses evaluasi tersebut dilakukan berulang-ulang
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik daripada sebelumnya.
FS
Feasibility Study
Feed back
D/E
Design /
Engineering
P
Procurement
C
Construction
B
Bionomic
Feed back
Feed back
Feed back
Gambar 2 Daur Hidup Konstruksi
Sumber: Ari Pedju, 1998
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana.
Dalam sebuah bidang arsitektur, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan
atau satuan infrastruktur pada sebuah atau beberapa area. Walaupun kegiatan
konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi
merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang
berbeda. (http://id.wikipedia.org/wiki/Konstruksi)
Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur desain
atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan
pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang
19
mengawasi buruh bangunan, tukang kayu dan ahli bangunan lainnya untuk
menyelesaikan fisik sebuah konstruksi. Dalam melakukan suatu konstruksi,
biasanya dilakukan sebuah perencanaan terpadu. Hal ini terkait dengan metode
penentukan besarnya biaya yang diperlukan, rancang-bangun dan efek lain yang
akan terjadi saat pekerjaan konstruksi dilakukan.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Konstruksi)
Konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
membangun suatu bangunan yang menjadi fasilitas bagi kehidupan manusia
dalam jangka waktu tertentu (hingga puluhan tahun). Dalam tahapan konstruksi,
terkait beberapa unsur, yaitu:

Sumber daya manusia

Bahan-bahan/material

Peralatan

Metode kerja

Sumber dana

Waktu
(Modul Kuliah AR-6131, Manajemen Konstruksi, 2006)
Dalam suatu proyek, dibutuhkan manajemen konstruksi yang baik, sehingga
proyek dapat berjalan dengan lancar. Dengan perencanaan proses konstruksi yang
tepat, maka waktu dan biaya dapat ditekan.
II. 2
Pengertian Harga dan Biaya
Harga adalah suatu nilai tukar yang dapat disamakan dengan uang atau barang
lain untuk manfaat yang tiperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau
kelompok pada waktu dan tempat tertentu. (http://id.wikipedia.org/wiki/Harga)
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi (konstruksi), yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar
yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya terbagi
menjadi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya
20
yang terlihat secara fisik, misalnya berupa uang. Sementara itu, biaya implisit
tidak terlihat secara langsung, misalnya biaya keempatan dan penyusutan barang
modal. (http://id.wikipedia.org/wiki/Biaya)
II. 3
Perkiraan Biaya Konstruksi
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi dibutuhkan biaya untuk pengadaan bahan,
pengadaan sumber daya manusia dan biaya pengolahan bahan-bahan untuk
mencapai target yang diharapkan. Menurut Soeharto (1995), suatu perkiraan biaya
akan lengkap bila mengandung unsur berikut:
a) Biaya pembelian material dan peralatan
Menyusun perkiraan biaya pembelian material dan peralatan, mulai dari
membuat spesifikasi, mencari sumber, mengadakan lelang sampai kepada
membayar harganya. Material dan peralatan ini terdiri dari material curah,
peralatan utama yang akan terpasang sebagai bagian fisik, dan material
serta peralatan lain yang diperlukan dalam proses pelaksanaan proyek
seperti fasilitas sementara dan lain-lain
b) Biaya penyewaan atau pembelian peralatan konstruksi
Pengadaan peralatan konstruksi yang digunakan sebagai sarana bantu
konstruksi dan tidak akan menjadi bagian permanen dari fisik bangunan.
Contoh: truk, crane, fork-lift, grader, scraper, dan lain-lain.
c) Upah tenaga kerja
Terdiri dari tenaga kerja kantor pusat yang sebagian besar terdiri dari
tenaga ahli bidang engineering dan tenaga konstruksi plus penyelia di
lapangan.
d) Biaya subkontrak
Pekerjaan subkontrak umumnya merupakan paket kerja yang terdiri dari
jasa dan material yang disediakan oleh subkontraktor.
e) Biaya transportasi
Seluruh biaya transportasi material, peralatan, tenaga kerja yang berkaitan
dengan penyelenggaraan proyek.
21
f) Overhead dan administrasi
Pengeluaran operasi perusahaan yang dibebankan kepada proyek
(menyewa kantor, membayar listrik, telepon, biaya pemasaran) dasn
pengeluaran untuk pajak, asuransi, royalti, uang jaminan dan lain-lain.
g) Fee/laba dan kontigensi
Setelah semua komponen biaya terkumpul, kemudian diperhitungkan
jumlah kontigensi dan fee atau laba. Besarnya distribusi unsur biaya
tersebut berbeda antara satu dan lain proyek.
Anggaran biaya konstruksi dihasilkan dari perkiraan biaya komponenkomponennya dengan memperhatikan faktor waktu pelaksanaan pekerjaan. Sesuai
dengan namanya, yaitu perkiraan biaya, maka angka yang dihasilkan tidak akan
100% akurat. Meskipun demikian, diinginkan agar penyimpangannya tidak terlalu
jauh, sehingga fungsinya sebagai alat perencanaan dan pengendalian tetap
terpelihara. (Soeharto, 1995)
Kualitas suatu perkiraan biaya yang berkaitan dengan akurasi dan kelengkapan
unsur-unsurnya tergantung pada hal-hal berikut:

Tersedianya data dan informasi

Teknik atau metode yang digunakan

Kecakapan dan pengalaman estimator

Tujuan pemakaian perkiraan biaya
(Soeharto, 1995)
II. 4
Harga Bangunan
Harga bangunan dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu: (Sabaruddin, 2003)

Biaya fisik, adalah biaya yang dikeluarkan dalam konsekuansi mulai dari
persiapan, pekerjaan tanah, biaya pondasi, dinding, pekerjaan rangka,
penutup atap plafon termasuk biaya finishing, biaya perencanaan instalasi
dan pekerjaan halaman
22

Biaya non fisik, meliputi biaya overhead, biaya perencanaan, perizinan,
jaminan konstruksi, asuransi, pemeliharaan, pajak dan biaya tidak
langsung lainnya.
II. 5
Prosentase Komponen Pekerjaan Bangunan
Pada konstruksi bangunan, diperlukan sejumlah biaya tertentu dalam prosesnya.
Berdasarkan Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara yang
dikeluarkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, maka
bangunan rumah berpedoman pada prosentase komponen-komponen bangunan
terhadap komposisi biaya konstruksinya adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Bagan Prosentase Besaran Komponen Pekerjaan terhadap Komposisi Biaya
Komponen
Komposisi (%)
Pondasi
3–7
Struktur
20 – 25
Lantai
10 – 15
Dinding
10 – 15
Plafond
8 – 10
Atap
10 – 15
Utilitas
8 – 10
Finishing
15 - 20
Sumber: Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
II. 6
Kesimpulan Kajian Teori Biaya Konstruksi
Konstruksi merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan dayaguna suatu
material menjadi fasilitas yang diperlukan oleh manusia dalam beraktifitas.
Kegiatan konstruksi memerlukan sejumlah waktu dan biaya tertentu.
Berdasarkan literatur-literatur yang ada, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
biaya konstruksi adalah jumlah biaya yang diperlukan dalam proses konstruksi
bangunan.
23
Pada biaya konstruksi tercakup:

Biaya pembelian material dan peralatan

Biaya pengadaan peralatan konstruksi

Upah tenaga kerja

Biaya transportasi

Biaya operasional

Laba
Prosentase besaran komponen rumah sederhana, sebagian besar sama dengan
yang tergambar pada Tabel 1, namun terdapat sedikit perbedaan pada komposisi
komponen finishing. Komponen finishing rumah sederhana pada umumnya lebih
rendah dari 15% biaya total konstruksi. Hal ini disebabkan penyederhanaan
komponen finishing yang dikenakan pada rumah sederhana. Dengan biaya
finishing yang rendah, kinerja bangunan tidak terganggu, karena sebagian besar
komponen pekerjaan ini hanya bersifat visual. Dengan turunnya prosentase
finishing, maka prosentasenya terdistribusi pada komponen-komponen bangunan
yang lainnya, terutama yang berkaitan dengan struktural bangunan, seperti atap,
pekerjaan beton dan dinding pengisi.
Download