Kebijakan Ekonomi Konvensional dalam Mengatasi Inflasi

advertisement
Kebijakan Ekonomi Konvensional dalam Mengatasi
Inflasi
Makalah disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ekonomi Mikro-Makro Islam
Dosen pengampu : Anas Malik, M.E.Sy
Disusun Oleh :
Annisa Dwi Antari (1502080081)
Blog: annisa56.school.blog
Kelas B
PROGRAM STUDI D3 PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DANNEKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Ekonomi Mikro-Makro Islam.
Pemakalah mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Anas Malik, M.E.Sy.
Selaku dosen pembimbing serta seluruh pihak yang membantu memberikan
dukungan dan do’anya kepada pemakalah sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
sehingga penulis mampu memperbaikinya dalam pembuatan makalah selanjutnya,
dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Metro,
November 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................i
Kata Pengantar ....................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................2
A. Kebijakan ekonomi konvensional dalam mengatasi inflasi ....................2
1. Kebijakan moneter ............................................................................3
2. Kebijakan fiskal ................................................................................5
3. Kebijakan bukan moneter dan bukan fiskal ......................................6
BAB III PENUTUP ............................................................................................9
A. Kesimpulan .............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, masalah-masalah yang terjadi saat
ini sangatlah kompleks. Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai
macam masalah. Terlebih lagi jika suatu negara memiliki jumlah penduduk yang
sangat tinggi seperti Indonesia. Salah satu permasalahan nya mengenai tentang
permasalahan ekonomi yaitu inflasi. Masalah tersebut menimbulkan beberapa
efek buruk yang bersifat ekonomi, politik, dan sosial. Masalah tersebut
membutuhkan solusi yang tepat utuk menyelesaikannya. Agar tidak menghambat
langkah untuk menjadi negara yang lebih maju lagi.
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya hargaharga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang
dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Inflasi juga merupakan proses menurunnya
nilai mata uang secara kontinu. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara ekonomi konvensional dalam mengatasi inflasi?
2. Bagaimana cara mengatasi inflasi dengan kebijakan moneter?
3. Bagaimana cara mengatasi inflasi dengan kebijakan fiskal?
4. Bagaimana cara mengatasi inflasi dengan kebijakan bukan moneter dan
bukan fiskal?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui ekonomi konvensional dalam mengatasi inflasi
2. Agar mengetahui cara mengatasi inflasi dengan kebijakan moneter
3. Agar mengetahui cara mengatasi inflasi dengan kebijakan fiskal
4. Agar mengetahui cara mengatasi inflasi dengan kebijakan bukan moneter
dan bukan fiskal
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebijakan Ekonomi Konvensional dalam Mengatasi Inflasi
Inflasi adalah naiknya harga-harga komoditi secara umum yang
disebabkan oleh tidak sinkronnya antara program sistem pengadaan komoditi
(produksi, penentuan harga, pencetakan uang, dan lain sebagainya) dengan tingkat
pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat. Sebenarnya inflasi bukan masalah
yang terlalu berarti apabila keadaan tersebut diiringi oleh tersedianya komoditi
yang diperlukan secara cukup dan ditimpali dengan naiknya tingkat pendapatan
yang lebih besar dari presentase tingkat inflasi tersebut (daya beli masyarakat
meningkat lebih besar dari tingkat inflasi).
Akan tetapi manakala biaya produksi untuk menghasilkan komoditi
semakin tinggi yang menyebabkan harga jualnya juga menjadi relatif tinggi.
Sementara disisi lain tingkat pendapatan masyarakat relatif tetap, maka barulah
inflasi ini menjadi sesuatu yang “membahayakan" apalagi bila berlangsung dalam
waktu yang relatif lama dengan porsi berbanding terbalik antara tingkat inflasi
terhadap tingkat pendapatan (daya beli).
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum
dan terus menerus.1 Berbagai macam harga-harga barang yang naik tidak selalu
sama presentase nya. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara
terus-menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali
saja (meskipun dengan presentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu kelebihan likuiditas/ uang/ alat tukar
dan kurangnya produksi dan distribusi. Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi
oleh peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), dan sebab yang kedua
lebih dipenngaruhi dari peran negara dalam kebijakan yang dipegang oleh
Pemerintah, seperti fiskal.
1
Prahtama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikroekonomi
dan Makroekonomi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004)
2
Umumnya, otoritas yang bertanggung jawab dalam mencatat statistik
perekonomian suatu negara menggunakan ‘Consumer Price Index’ atau CPI dan
‘Producer Price Index’ atau PPI sebagai pengukur tingkat inflasi. Hanya saja,
kedua metode pengukuran tersebut mempunyai kelemahan-kelemahan, yang salah
satunya adalah karena menggunakan kumpulan yang mewakili sebuah subset dari
seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh keseluruhan perekonomian,
sehingga index harga tersebut tidak merefleksikan secara akurat seluruh
perubahan harga yang terjadi.2
Menurut Nopirin, 3ada beberapa iinstrumen untuk mengawasi inflasi.
Secara sederhana cara mengatasi inflasi tidak lain adalah dengan mengurangi M
(jumlah uang beredar) dan atau V (kecepatan peredaran uang) atau pula dengan
menaikkan T (barang yang diperdagangkan). Ada tiga kebijakan yang ditempuh
untuk mengurangi M dan mengurangi V serta menaikkan T, yaitu :
1. Kebijakan moneter
Kebijakan ini berkaitan dengan bidang keuangan dan perkreditan dan
sasaran utamanya adalah mengendalikan jumlah uang yang beredar. Ketentuan
tersebut dikeluarkan oleh otoritas moneter (bank sentral) agar ekonomi
tumbuh lebih cepat.
Untuk mengatasi inflasi, tentu digunakan kebijakan
moneter yang bersifat mengurangi jumlah uang beredar4, yang dilaksanakan
Bank Sentral, meliputi:
a. Kebijakan Pasar Terbuka , yaitu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi
jumlah uang beredar dengan cara menjual SBI (Surat Bank Indonesia).
Dengan menjual SBI, Bank Sentral akan menerima uang dari masyarakat.
Dengan demikian jumlah uang yang beredar di masyarakat berkurang
sehingga laju inflasi dapat lebih rendah. Sasaran kebijakan moneter
dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Salah satu komponen
jumlah uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi
2 Ir. Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2014), hal: 135-136.
3
Nopirin, Ph.D., Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, (Yogyakarta: BPFE, 2008)
4
Rusdi Rasjidin, dkk, Pelajaran Ekonomi Untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 2,
(Jakarta: Yudhistira, 1997), hlm 40.
3
melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke
bank dalam bentuk giro kemudian yang kedua apabila seseorang
memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas, tetapi dalam bentuk
giro.
b. Bank sentral menggunakan tingkat diskonto (diskon rate). Discount rate
adalah tingkat diskonto untuk pinjaman yang diberikan oleh bank sentral
kepada bank umum. Apabila tingkat diskonto dinaikkan dengan cara
menaikkan bunga pinjaman, maka gairah bank umum untuk meminjam
makin kecil, sehingga cadangan bank sentral akan menurun. Dan itu
membuat uang yang beredar turun. Sehingga inflasi dapat ditekan.
Sebaliknya, Bank sentral akan menurunkan suku bunga jika timbul deflasi.
Dengan diturunkannya suku bunga diharapkan masyarakat akan menarik
uangnya dari bank karena bunga tidak memadai. Tindakan Bank Sentral
selaku otoritas moneter untuk mengubah tingkat bunga: a. Diskonto naik
(tingkat bunga) maka dapat mengubah kecenderungan masyarakat untuk
menahan sejumlah uang yang beredar untuk di simpan di Bank. b.
Diskonto naik, maka ongkos pinjaman naik. Bila bunga pinjaman semakin
besar, maka ada kecenderungan tertahannya kegiatan yang pembiayaannya
berasal dari pinjaman kredit.
c. Kebijakan cadangan kas, Bank Sentral pada umumnya menentukan cash
ratio yaitu angka perbandingan minimum antara uang tunai yang dimiliki
oleh bank umum dengan jumlah uang giral (cek, giro, dan sebagainya)
yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan. Dengan menaikkan
cadangan kas, berarti kemampuan bank untuk menciptakan kredit akan
menurun, dan akibatnya uang yang beredar akan menurun.
d. Kebijakan Kredit Selektif, yaitu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar dengan cara memperketat syarat-syarat
pemberian kredit. Syarat pemberian yang ketat akan mengurangi jumlah
pengusaha yang bisa memperoleh kredit. Dengan demikian, jumlah uang
yang beredar dapat dikurangi.
4
e. Menarik atau memusnahkan uang lama, yaitu kebijakan bank sentral
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menarik atau
memusnahkan uang lama seperti uang logam Rp. 5,00; Rp. 10,00 dan Rp.
25,00 serta uang kertas Rp. 100,00.
f. Membatasi pencetakan uang baru
Untuk mengatasi inflasi, pemerintah harus membatasi pencetakan uang
baru, agar jumlah uang yang beredar tidak semakin bertambah
g. Moral situation merupakan kebijakan yang bersifat sugesti yang dilakukan
oleh Bank Sentral pada Bank Umum untuk menaikkan/ menurunkan
jumlah uang yang beredar.
Tujuan pemerintah melakukan kebijakan moneter antara lain sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan dan mengatur peredaran uang.
b. Menjaga dan memelihara kestabilan nilai uang, baik untuk dalam negeri
maupun untuk lalu lintas pembayaran luar negeri.
c. Memperluas, memperlancar dan mengatur lalu lintas pembayaran uang
giral.
d. Mencegah terjadinya inflasi.
Kebijakan moneter berbeda dengan kebijakan fiskal, yang dilaksanakan
melalui pembelanjaan pemerintah dan pajak. Kedua kebijakan digunnakan
untuk mengendalikan tingkat kegiatan ekonomi.5
2. Kebijakan Fiskal (Kebijakan Anggaran)
Kebijakan fiskal atau kebijakan anggaran adalah kebijakan yang
dilakukan dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran negara.
Penerimaan perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan
total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah
melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa
pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat
5
Nurul,Huda, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Media Grafika, 2013), hal. 183.
5
mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan. Untuk mengatasi
inflasi, pemerintah dapat melakukan kebijakan fiskal sebagai berikut:
a. Pengaturan pengeluaran pemerintah. Pengaturan pengeluaran sangat perlu
di lakukan. Dalam hal ini diharapkan penggunaan anggaran negara agar
sesuai dengan perencanaan. Kalau pembelanjaan Negara melampaui batas
yang telah ditentukan akan mendorong terjadinya pertambahan uang yang
beredar begitu juga sebaliknya.
b. Menaikkan tarif pajak. Saat terjadi inflasi uang beredar lebih banyak.
Jumlah uang beredar tersebut dapat dikurangi dengan jalan menaikkan
tarif pajak. Jika tarif pajak dinaikkan, uang yang dibelanjakan oleh
masyarakat berkurang. Namun harus diperhatikan agar tidak terjadi
ketimpangan atau ketidak adilan perlu diperhatikan golongan masyarakat
mana yang dinaikkan pajaknya.
c. Mengadakan pinjaman pemerintah. Pemerintah dapat mengadakan
pinjaman pemerintah baik dengan jalan paksaan ataupun tidak, untuk
mengurangi uang yang beredar di masyarakat. Cara yang paling ampuh
dilakukan untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan
membekukan simpanan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di bank.
Dapat juga ditempuh dengan jalan memotong gaji pegawai negeri untuk di
tabung.
3. Kebijakan bukan moneter dan bukan fiskal
Selain dengan kebijakan moneter dan fiskal, untuk mengatasi inflasi
pemerintah dapat menjalankan kebijakan berikut:
a. Menambah hasil produksi
Untuk menambah hasil produksi, pemerintah dapat memberikan subsidi
dan premi atau membuat peraturan yang mendorong pengusaha-pengusaha
menjadi lebih produktif sehingga mampu menambah hasil produksi berupa
barang dan jasa, diharapkan mampu mengimbangi jumlah uang yang
beredar.
6
b. Mempermudah masuknya barang impor
Dengan masuknya barang impor, jumlah barang yang masuk ke dalam
negeri menjadi lebih banyak dan diharapkan mampu mengimbangi jumlah
uang yang beredar. Untuk mempermudah masuknya barang impor dapat
melalui penurunan bea masuk impor dan mempermudah aturan impor.
c. Tidak mengimpor barang-barang dari negara yang sedang mengalami
inflasi. Untuk mencegah menularnya imported inflation (inflasi dari luar
negeri), sebaiknya pemerintah tidak mengimpor barang-barang dari negara
yang sedang mengalami inflasi yang umumnya menjual barang dengan
harga lebih mahal.
d. Menetapkan harga maksimum
Agar harga tidak terus menerus naik, pemerintah dapat menerapkan harga
maksimum sehingga produsen (penjual) tidak bisa menjual melebihi harga
maksimum.
e. Melarang penimbunan barang yang biasa dilakukan pedagang
Penimbunan barang bisa menyebabkan langkanya barang di pasaran
sehingga memicu kenaikan harga-harga. Dengan melarang penimbunan,
berarti mencegah kenaikan harga-harga.
f. Menjaga kestabilan tingkat upah
Dengan menjaga kestabilan tingkat upah (tidak membiarkan upah naik
terus-menerus) maka kenaikan biaya produksi bisa ditekan. Dengan
demikian, pemerintah bisa mencegah naiknya harga jual barang-barang.
Dalam hal ini, pemerintah telah mencegah terjadinya cost push inflation
(inflasi dorongan biaya produksi).
4. Kebijakan penentuan harga dan indexing
Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta mendasarkan pada indeks
harga tertenu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/ upah secara
riil tetap). Jika indeks harga naik, maka gaji/ upah juga di naikkan.
5. Perbaikan perilaku masyarakat
Dalam mengatasi inflasi, selain kebijakan-kebijakan di atas perlu adanya
perbaikan perilaku masyarakat. Sesungguhnya stabilitas nilai mata uang
7
tidak didasarkan kepada zat mata uang, sehingga berefek pada tindakan
revolusioner yang mengubah seluruh zat mata uang dari kertas ke logam
mulia, emas, dan perak. Melainkan dengan perbaikan perilaku ekonomi
manusia yang berada di sekitar mata uang tersebut.
Ciri kerusakan mata uang dinar-dirham dan mata uang kertas adalah sama,
yakni sama-sama diakibatkan oleh perilaku ekonomi yang destruktif. Mata
uang dinar dirham pernah rusak karena penimbunan dan pemalsuan,
sedangkan mata uang kertas pernah rusak karena pembungaan dan
spekulasi. Krisis moneter di akhir tahun sembilan puluhan dan krisis
global yang terjadi baru-baru ini, bersumber dari pembungaan dan
spekulasi tersebut.
Sedangkan menurut M. Hatta setidaknya ada tujuh kebijakan moneter
islam yang dapat mengendalikan inflasi baik secara langsung maupun
tidak langsung, yaitu: dinar dan dirham sebagai mata uang, hukum jual
beli mata uang asing, hukum pertukaran mata uang, hukum bunga, hukum
pasar modal, hukum perbankan, hukum pertukaran internasional, dan
otoritas kebijakan moneter.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila terjadi inflasi ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif yang dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat
terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau.
Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi
dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.
Inflasi sangat memengaruhi kemajuan perekonomian suatu negara. Oleh
karena itu, inflasi perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dengan cara
mengeluarkan berbagai kebijakan ekonomi, yaitu kebijakan moneter, kebijakan
fiskal, dan kebijakan bukan moneter bukan fiskal.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ir. Adiwarman A. Karim. 2014. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Nopirin, Ph.D., 2008.
Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro.
Yogyakarta: BPFE.
Nurul,Huda. 2013. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Media Grafika.
Prahtama Rahardja dan Mandala Manurung. 2004. Pengantar Ilmu
Ekonomi Mikroekonomi dan Makroekonomi. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Rusdi Rasjidin, dkk, 1997. Pelajaran Ekonomi Untuk Sekolah Menengah
Umum Kelas 2. Jakarta: Yudhistira.
http://daneea.wordpress.com/2010/04/24/cara-mengatasi-terjadinyainflasi/
10
Download