Membangun Literasi Media, Kurangi Penyebaran

advertisement
Membangun Literasi
Kurangi Penyebaran
Palsu
Media,
Berita
UNAIR NEWS – Untuk mencegah penyebaran berita palsu atau hoax,
masyarakat perlu membangun budaya literasi media sosial. Hal
itu disampaikan oleh pakar komunikasi massa Drs. Suko Widodo,
M.Si.
Ketika ditemui di ruang kerjanya, Suko mengatakan,
budaya literasi media bisa dibangun dengan cara membiasakan
diri melakukan cek dan ricek informasi sebelum disebarluaskan
ke pengguna internet (netizen) yang lain.
“Orang harus memperhatikan etika, harus saring sebelum
sharing. Jadi, orang tidak asal. Ketahuilah apa yang anda
sampaikan, jangan sampaikan semua yang kita ketahui,” tutur
Suko.
Penyebaran berita palsu maupun ujaran kebencian (hate speech)
merupakan dampak dari perkembangan informasi yang sangat pesat
selama beberapa tahun terakhir. Perkembangan informasi itu
menyebabkan munculnya ruang publik baru yang disebut media
sosial. Ruang publik baru ini berbeda dengan ruang publik
nyata karena orang tak lagi perlu berinteraksi secara face to
face tetapi masih bisa mengekspresikan pikiran dan perasaan.
Munculnya ruang publik baru memberi dampak positif maupun
negatif. Dampak positifnya, media sosial dapat dimanfaatkan
untuk membangun koneksi dan menyebarkan gagasan-gagasan yang
benar. Dampak negatifnya, penyebaran berita palsu maupun
ujaran kebencian tak terkendali yang berpotensi memicu
gangguan terhadap ketertiban publik.
Penyebaran berita palsu maupun ujaran kebencian disebabkan
tiga faktor. Pertama, perkembangan teknologi memungkinkan
netizen lain untuk menambahkan atau mengedit teks yang telah
dipublikasikan netizen sebelumnya.
Kedua, tingginya jumlah pengguna internet. Seperti dilansir
Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII),
pada tahun 2016 mencapai 132,7 juta orang Indonesia telah
terhubung ke internet. Ketiga, tingkat interaksi yang tinggi
antarpengguna.
“Kalau media massa mainstream kan tidak bisa umpan balik.
Ruang pertikaian itu tidak terlalu ada. Ruang publik baru atau
medsos memungkinkan tingkat interaksi yang tinggi,” terang
Suko.
Beberapa waktu lalu, sejumlah kelompok masyarakat
tengah
gencar mendeklarasikan gerakan anti hoax yang didukung oleh
pejabat pemerintahan dan legislatif. Suko menilai, dalam
jangka pendek, membentuk gerakan-gerakan seperti itu sah-sah
saja. Yang terpenting, ia menekankan,
membangun budaya literasi media.
masyarakat
harus
Ia pun menambahkan, kehadiran Undang-Undang no. 11 tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jangan dijadikan
penghambat atau kendala bagi masyarakat untuk meluapkan
kebebasan berekspresi.
Penulis: Defrina Sukma S
Editor: Nuri Hermawan
Download