TUGAS INDIVIDU OAKS Cara Membuat Karyawan

advertisement
TUGAS INDIVIDU
CARA MEMBUAT KARYAWAN
MENJADI RAJIN
(Makalah)
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
ORGANISASI DAN ADMINISTRASI
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Dosen :
Drs. Catur HW, MM
Disusun oleh :
Kelas 2-C REHSOS
Joko Setiawan
(08.04.100)
SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2010
CARA MEMBUAT KARYAWAN
MENJADI RAJIN DALAM BEKERJA
Pekerjaan seorang manajer di tempat kerjanya adalah melakukan penyeliaan terhadap para
karyawannya dengan intensif. Tujuannya, agar karyawan bekerja dan berkinerja sesuai
standar yang sudah ditentukan perusahaan. Untuk itu manajer harus mampu memotivasi
mereka. Namun itu mudah diucapkan, sulit diterapkan. Motivasi sebagai teori merupakan hal
yang tidak sederhana untuk diparaktekan karena ia menyangkut beragam disiplin ilmu.
Kegagalan dalam memotivasi bisa jadi karena lemahnya dalam berkomunikasi dengan
karyawan yang antara lain dicerminkan oleh sikap manajer.
Sikap manajer dalam berkomunikasi, termasuk sikap terhadap diri sendiri dan sikap terhadap
lawan bicara, sikap terhadap konten (materi pesan) dan penguasaan terhadap konten yang
akan disampaikan, serta level pengetahuan karyawan sebagai penerima pesan terhadap materi
tersebut. Manajer harus memiliki pengetahuan yang lebih baik dari karyawan atau
memahami apa yang telah diketahui oleh karyawan agar dapat menentukan cara efektif
penyampaian pesan dan sekaligus menentukan konten yang masih perlu disampaikan.
Pertimbangan terhadap semua ini akan dapat membantu manajer menyampaikan pesan yang
dapat dimengerti dan dipahami oleh karyawan. Jika tidak, kegiatan komunikasi lebih
mungkin menjadi gagal. Banyak kegiatan komunikasi menjadi tidak menyenangkan hanya
karena pihak-pihak yang berkomunikasi, dalam hal ini karyawan, tidak mengerti apa yang
dimaksud oleh manajer. Akibatnya pihak karyawan sebagai penerima pesan tidak atau kurang
punya motivasi
Karyawan adalah ujung tombak dari berjalannya suatu perusahaan, oleh karena itu baik
buruknya perilaku karyawan akan berpengaruh sangat besar terhadap kelangsungan hidup
suatu perusahaan. Dengan alasan tersebut di atas, maka kami akan mencoba menyajikan
sebuah cara yang bisa ditempuh untuk menjadikan sang karyawan menjadi rajin dan
produktif serta inovatif dalam bekerja.
A. Memberikan Motivasi
Motivasi diibaratkan sebagai jantungnya manajemen karyawan. Motivasi merupakan
dorongan yang membuat karyawan melakukan sesuatu dengan cara dan untuk
mencapai tujuan tertentu. Tidak ada keberhasilan mengerjakan sesuatu, seperti
mengelola karyawan, tanpa adanya motivasi baik dari manajer maupun dari
karyawan. Manajer membutuhkan ketrampilan untuk memahami dan menciptakan
kondisi dimana semua anggota tim kerja dapat termotivasi. Ini tantangan besar karena
tiap karyawan memiliki perbedaan karakteristik dan respon pada kondisi yang
berbeda. Sementara, kondisi itu sendiri termasuk jenis masalah selalu berubah-ubah
sepanjang waktu. Semua itu sebagai prasyarat mencapai motivasi karyawan yang
efektif
yang
didukung
lingkungan
manajemen,
suasana
komunikasi, dan
kepemimpinan yang nyaman. Sebaliknya karyawan yang tidak memiliki motivasi
dicirikan antara lain oleh sering stres, sakit fisik, malas bekerja, kualitas kerja rendah,
komunikasi personal yang kurang, dan masa bodoh dengan tugas pekerjaannya
Menurut Martoyo (2000) motivasi pada dasarnya adalah proses untuk mencoba
mempengaruhi seseorang agar melakukan yang kita inginkan. Dengan kata lain
adalah dorongan dari luar terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.
Motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja bersama demi
tercapainya tujuan bersama ini terdapat dua macam, yaitu:
a. Motivasi finansial, yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan
finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut insentif.
b. Motivasi nonfinansial, yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk
finansial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan
manusia dan lain sebagainya (Gitosudarmo dan Mulyono , 1999).
B. Menciptakan Keharmonisan Hubungan Kerja
Setiap karyawan dan pimpinan selalu menginginkan sebuah keharmonisan hubungan
kerja dengan setiap stakeholders. Tetapi, fakta menunjukkan bahwa kepentingan dan
persaingan kerja telah menciptakan hubungan kerja yang kurang harmonis. Perasaan
takut kehilangan pekerjaan dan persaingan di internal perusahaan yang ketat membuat
karyawan dan pimpinan terpaksa mengabaikan etika dan moral demi mengamankan
kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Sudah seharusnya pemimpin sebagai koordinator semua fungsi dan peran kerja dapat
menjadi contoh positif bagi semua karyawan untuk membangun sebuah hubungan
kerja yang harmonis dan dinamis.
Kepemimpinan yang hebat akan selalu melahirkan karyawan dan pemimpin unggul
yang mampu menciptakan keharmonisan hubungan kerja melalui cara kerja yang
transparan, beretika, jujur, adil, mandiri, dan bertanggungjawab. Tanpa pernah
memojokkan
siapa
pun
atas
sebuah
proses
manajemen
yang
gagal.
Keharmonisan hubungan kerja akan meningkatkan rasa percaya diri pemimpin untuk
mempercayai semua kekuatan manajemen, yang dikerjakan oleh para karyawan
unggul tersebut. Hal ini akan menjadikan manajemen perusahaan selalu fokus pada
strategi dan taktik memenangkan persaingan bisnis dengan modal dasar yang kuat,
yaitu daya tahan sumber daya manusia yang kuat, dan daya saing bisnis yang tinggi.
Keharmonisan hubungan kerja akan menghasilkan sumber daya manusia yang unggul,
dengan berbagai kekuatan dan kelebihan, yang akan membuat manajemen menjadi
lebih kuat untuk menjalankan rencana dan strategi perusahaan dengan sempurna.
Perilaku manajemen yang paling tidak efektif dalam membangun keharmonisan
hubungan kerja adalah dengan sering dan mudah dalam hal memecat, dan
memberhentikan karyawan, tanpa terlebih dahulu mempelajari dan mengasah semua
kekuatan potensi dan keunggulan karyawan tersebut. Dalam hal ini peran pemimpin
menjadi sangat penting, sebab seorang pemimpin yang cerdas tidak mau waktunya
habis hanya untuk mengotak - atik turnover karyawan, merekrut karyawan, mengganti
karyawan, yang semuanya terjadi oleh karena lalai membangun lingkungan kerja
yang harmonis dan dinamis.
Biaya untuk ketidakharmonisan hubungan kerja adalah sangat besar, dan biasanya
memang jarang sekali ada perusahaan yang menghitung untuk persoalan ini. Padahal
potensi kerugian akibat kelalaian membangun keharmonisan hubungan kerja adalah
sangat besar. Kerugian di sini tidak hanya berbentuk uang, tetapi juga dalam wujud
kepercayaan dan keyakinan para karyawan kepada manajemen dan pimpinan menjadi
turun, dan akibatnya jelas semua karyawan tidak akan bekerja dengan sepenuh hati
dan selalu ragu untuk membuat sebuah keputusan. Dan yang pasti para karyawan mau
bertahan dalam lingkungan kerja yang tidak harmonis lebih disebabkan oleh gaji dan
tunjangan, serta rasa ketakutan mereka untuk menjadi penganggur, sebab mereka
Semua memiliki tanggungan ekonomi terhadap keluarga yang harus mereka biayai.
Tetapi bagi perusahaan semua perilaku ini akan menjadi kontribusi yang sangat besar
bagi kemandulan manajemen dalam upaya melahirkan prestasi bisnis yang besar.
Turnover yang tinggi secara otomatis akan mendorong manajemen perusahaan untuk
selalu merekrut karyawan baru dalam upaya mengganti karyawan yang sudah keluar,
dan semua ini harus dikerjakan dengan biaya dan waktu yang tidak sedikit. setiap
karyawan baru jelas harus dikembangkan sedemikan rupa agar mereka mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja baru mereka. Semua proses ini bisa
berakibat kepada tidak terfokusnya manajemen terhadap grand strategi bisnis
perusahaan jangka panjang.
Keharmonisan hubungan kerja akan menciptakan rasa memiliki dan rasa peduli para
karyawan terhadap perusahaan mereka lebih dari apa pun, loyalitas terhadap
pekerjaan dan perusahaan akan memotivasi mereka semua untuk selalu belajar dan
melatih diri mereka masing - masing, untuk menjadi karyawan unggul yang berprinsip
kepada nilai - nilai positif agar mampu untuk mengimplementasikan keharmonisan
hubungan kerja yang sistematis diantara mereka, dan diantara mereka dengan para
pemimpin mereka di tempat kerja.
Etos kerja yang mengandung nilai -nilai positif dari budaya lingkungan kerja yang
berprinsip pada good corporate governance, kesetiakawanan di antara para karyawan
dan pimpinan, rasa simpati atas kerja keras rekan kerja, rasa bertanggungjawab penuh
atas pekerjaan, memberikan hormat dan penghargaan tulus terhadap sesama
karyawan, menjadikan diri berdisiplin tinggi, ulet, rajin, sabar, bersemangat, antusias,
dan tidak pernah masuk ke dalam perangkap gosip - gosipan. Adalah yang terbaik
untuk menciptakan keharmonisan hubungan kerja.
Keharmonisan hubungan kerja harus diciptakan melalui kesadaran tinggi, kerja keras
yang tulus dan sistematis dalam mengupayakan lingkungan kerja menjadi nyaman
dengan aura energi positif yang membimbing semua karyawan menuju pribadi pribadi unggul, yang siap berbakti dan berjuang bersama perusahaan dalam
mendapatkan prestasi dan kinerja kerja terbaik.
Jangan pernah berpikir dan berharap bahwa keharmonisan hubungan kerja akan
tercipta begitu saja dalam organisasi. Untuk membangun keharmonisan hubungan
kerja, perusahaan harus melakukan latihan dan pembelajaran melalui sebuah proses
panjang yang terencana dengan baik, untuk secara sadar menciptakan sebuah
lingkungan kerja dengan tingkat keharmonisan hubungan kerja yang tinggi.
Sumber :
http://harisahmad.blogspot.com/2010/05/teori-motivasi-dalam-manajemen-sdm.html diakses
pada 15 Mei 2010
http://ronawajah.wordpress.com/2008/11/25/motivasi-dan-komunikasi/ diakses pada15 Mei
2010
http://djajendra.blogspot.com/2010/03/keharmonisan-hubungan-kerja_23.html diakses pada
16 Mei 2010
Download