Rekonstruksi sistem pemikiran dan pendidikan Islam

advertisement
Isu-isu Penelitian
Kebijakan dalam
Pendidikan
Oleh: Prof. (E.m.) Suyata, M.Sc.,Ph.D
Diskusi Selasa 12 Mei 2015
Aneka Istilah Ttg Riset Kebijakan
J. Nisbet dlm Keeves & Lakomski






Policy oriented research vs fundemental research
Applied vs basic research
Policy vs curiosity-oriented research
Inxtrumental vs enlightment function
Work directed toward knowledge/ “academic” research
Cronbach & Suppes mengritisi semua itu dalam
mengajukan istilah decision vs conclusion oriented
research (Nisbet, dlm Keeves & Lakomski 1984, 64-65)
Ragam Definisi Riset Kebijakan-1


Nisbet: RK berfungsi instrumental yaitu mana kala riset dalam
pendidikan dirancang, dikelola, dilaporkan dengan maksud
khusus menginformasikan suatu keputusan kebijakan atau
membantu atau memantau penerapannya atau mengevaluasi
efeknya… ini dapat diperluas cakupannya untuk riset terkait
dengan praktik pendidikan maupun kebijakan
Cooley & Bickel mendefinisikan riset berorientasi pengambilan
keputusan sebagai suatu bentuk riset pendidikan yang dirancang
agar mampu secara langsung relevan kebutuhan informasi
sekarang untuk siapa saja yang ikut membentuk kebijakan
pendidikan atau mengelola sistem pendidikan (Nisbet, 1999)
Ragam Definisi Riset Kebijakan-2


Riset berorientasi keputusan pendidikan seperti dikemukakan Cooley & Bickel
adalah untuk membantu tidakan keseharian berurusan dengan pendidikan di
berbagai unit sistem. Untuk itu riset jenis ini bukanlah riset lazim dikenal
dengan riset ilmiah. Riset dikerjakan di dalam setting sekolah, misal, dikenal
dengan evaluasi internal (Love) yaitu riset yang dikendalikan oleh kebutuhan
informasi bagi para orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap sistem.
Riset seperti ini dilakkan oleh para petugas atau pegawai sistem pendidikan
atau oleh para peneliti yang bekerja erat dengan sisyem pendidikan tersebut.
Sistm pendidikan dengan layanan siswa jumlah tertentu biadanya memiliki
unit ini dengan nama pusat penelitian dan evaluasi, unit penelitian dan
pengembangan, lembaga penelitian, kantor perencanaan, pengujian dan
evaluasi, sistem informasi dan sebagainya (Cooley & Bickel, 1986, 4). Untuk
sistem dengan layanan 50 000 atau lebih siswa memiliki unit semacam itu.
Ragam Definisi Riset Kebijakan-3


Ann Majchrzak bahwa RK adalah proses
melaksanakan penelitian tentang atau analisis
terhadap suatu problem sosial fundamental agar
dapat menyediakan rekomendasi pragmatis,
berorientasi aksi untuk menghilangkan problem
kepada para pembuat kebijakan (1984,12).
Fokusnya haruslah problem-problem sosial atau
pendidikan fundamental dengan orientasi aksi
tinggi.
Tipe Penelitian
Ann Majchrzak, 1984, 13






Tipe penelitian ditinjau dari fokus meliputi dua hal: teknis dan fundamental
Dari dimensi adalah tingkat orientasi aksi: rendah dan tinggi
Jika pilihan fokus teknis dengan orientasi aksi rendah peneliti memilih tipe
Analisis Kebijakan.
Jika pilihan fokus teknis dengan orientasi aksi tinggi peneliti memilih tipe
Penelitian Teknikal
Jika pikihan pada fokus fundamental dengan orientasi aksi rendah
menghasilkan tipe Penelitian Dasar Analisis Kebijakan
Jika pilihan pada fokus problem fundamental dengan orientasi aksi tinggi
peneliti memilih tipe Penelitian Kebijakan
Tipe Penelitian dalam Figure
Ann Majchrzak, 1984, 13
Fokus
Orie
ntasi
Teknika;
Fundamental
Aksi Rendah
Analisis Kebijakan
Riset dasar analisis
kebijakan
Riset teknika;
Riset Kebijakan
Tinggi
Model Penggunaan Penelitian
Kebijakan-1
Carol H. Weiss dalam Anderson & Biddle berdasarkan proses dan
maksud gambaran penggunaan penelitian kebijakan mengajukan
tujuh model: knowledge-driven model, problem solving model,
interactive model, political model, tactical model, enlightment
model, and intellectual pursuit/enterprise model
 Knowledge-driven model. Ini mengikuti proses yang berlaku
dalam lmu-ilmu alamiah berangkat dari penelitian dasar, terapanpengembangan –pelaksanaan. Dalam ilmu alamiah proses ini
dapat terjadi, tetapi dalm ilmu sosial temuan penelitian mungkin
tak diterima
 Problem solving model. Simpulan dan bukti-bukti empirik
penelitian mungkin membantu pemecahan masalah kebijakan
dan ketiadakan atau kekosongan pengetahuan untuk solusi
disediakan oleh penelitian dan dengan itu keputusan dapat
diambil
Model Penggunaan Penelitian
Kebijakan-2




Interactive model. Dalam model ini para peneliti dan para praktisi. Proses
interaksi dan interkoneksi terjadi mengahadapi permasalahan sosial dan hasil
penelitian menjadi salah satu pertimbangan menetaknan solusi
Political model. Pada satu keadaan aneka debat dan pertentangan tentang
tawaran solusi kebijakan diabaikan oleh pertimbngan ideologi, kepentingan
atau juga kepakaran, namun penelitian kebijakan menjadi alat pendukung
pengambilan keputusan.
Tactical model. Tidak jarang riset-riset ilmu sosial diguunakan pada hal secara
substantif itu tak relevan dengan cara menyatakan bahwa suatu riset sedang
diadakan sebagai jawaban terhadap desakan penangan suatu masalah oleh
umum. Hal demikian sekedar taktik mengulur waktu buat adanya aksi nyata,
Enlighhtenment model. Para pengambil kebijakan sering menengok konsepkonsep dan pandangan teoritik ilmu sosial dalam menghadapi masalah sulit di
masyarakat dengan menjadikan permalahan tersebut lebih difahami.
Masyarkat umum mendapatkan arahan mengerti masalah yang menjadi agenda
kebijakan dengan menddunakan implikasi temuan penelitian sosial.
Model Penggunaan Penelitian
Kebijakan-3


Tactical model. Hasil penelitian kebijkan
digunakan mendukung pengambilan keputusan
walaupn secara substantif tak relevan.
Enlightment model. Hasil-hasil penelitian
kebijakan dapat memberikan penecerahan
tentang hakikat masalah dan menggeser yang
tadinya masalah menjadi bukan masalah atau
juga masyarakat semakin faham terhadap
masalah yang ada
Model Penggunaan Penelitian
Kebijakan-4
Namun perlu juga diketahui bahwa generalisasi hasil, temuan riset
sosial yang tersebar luas tak terdeteksi dan terpandu dengan benar
kendati hal tersebut tak sepenuhnya benar. Hal demikian tentu
bukan pencerahan. Hasil riset sosial dengan sensasi tinggi dapat
memberikan gambaran keliru buat publik dan menyebar karena itu
hasil riset.
 Intellectual enterprise model. Di dalam kehidupan terjadi
interaksi antara riset ilmu sosial dengan kebijakan dan bahkan
dengan mode berpikir sosial yang ada di masyakatan yang
mereka saling berpengaruh. Masyarakat menyadari dan mencari
mengusahakan titik temu ketiganya Ketertarikan kepada ilmu
sosial mendorong adanya aliran dana riset dan hasil riset
memperluas pemahaman akan agenda kebijakan
Keterkaitan Proses Kebijakan dan
Penggunaan Riset
Perancangan
Pencerahan
Politikal
Pemecahan
masalah

Kputusan
Diambil
Implementas
i
V
V
V
Anne Klemperer, Henno Theisens, & Frans
Keiser (CER 45, 2001).
Tipe Riset Kebijakan
(Majchrzak, 1984, 15-18)





Riset kebijakan bervariasi oleh banyak hal:
Sumber pendanaan riset itu pengguna hasil atau
bukan pengguna hasil
Fokus pada definisi masalah ataukan
menemukan solusi
Tergantung setting keorganisasiannya, in house
vs external
Latar belakang disiplin akademik peneliti
Proses Riset Kebijakan
(Majchrzak, 1984, 20)





Persiapan
Konseptualisasi
Analisis Teknis
Analisis Rekomendasi
Komunikasi
Hasil Riset Masuk ke Debat Agenda
Kebijakan Sekolah





Sekolah tak banyak dapat berbuat dalam mengatasi masalah
pendidikan dan kemasyarakatan, school can do nothing (James
Coleman dkk).
Sekolah lembaga yang lemah jika brdiri sendiri, tetapi ia akan
amat kuat kalau didukung sistem kemasyarakatnnya (C. Arnold
Anderson)
Sekolah dan juga perguruan tinggi mengajarkan inert ideas
(gagasan, teori, pengetahuan yang kosong karena tak diuji
kegunaannya dan dipraktikkan segera. Hal-hal yang diajarkan
sekedar untuk menghadapi ujian (Alfred Whitehead)
Berbagai usaha reformasi sekolah cenderung memihak sekolahsekolah papan atas dan mengorbankan sekolah papan bawah
(John Goodlad)
Menjadikan anak cerdas mengabaikn menjadikan anak baik
(Amstrong)
Sekolah sebagai Sistem Keras Lebih
Diikuti Dp Sekolah Sistem Lunak




Sekolah sistem keras dikendalikan dengan berpikir
sistem keras pula dengan pola berpikir linier analitis,
konvergen
Berpikir sistem lunak yang mengutamakan berpikir
divergen, interpretatif, reflektif, imaginatif, intuitif dan
hal sejenis diabaikan
Kebijakan, perencanaan, pemrograman linear
mendominasi praktik pendidikan dengan dukungan
sistem birokratis regulatif
Kegagalan pendidikan bagi mayoritas tak dapat
dihindari. Semua usaha untuk mensukseskan kegagalan
Kebijakan Pendd Mengantisipasi
Masa Depan-1



Datangnya krisis tahun 80an terlambat disiapkan
kmampuan menghadapinya. Ini mungkin
berulangnya kematiaan peradaban
Dunia pendidikan blm menyadari kegagalan
misinya bagi perbaikan semua lewat perbaikan
kelompok elit masyarakatnya
Di negeri ini hak-hak istimewa itu dituang dalam
undang-undang pendidikan yang secara tak sadar
menyiapkan benih ketidakadilan
Kebijakan Pendd Mengantisipasi
Masa Depan-2



Sekolah papan atas merasa dirinya dapat berbuat sendiri
tanpa memandang arti masyarakat dan sekolah papan
bawah merasa tak mampu berbuat banyak. Sebenarnya
sekolah tak memonopoli pemrosesan anak-anak
Hal-hal filosfis, historis, keyakinan, dan nilai-nilai tak
dijadikan rujukan dalam mengatasi masalah pendd Halhal teknis menjadi rujukan utama sekolah dan
birokratisasi pendukungnya dalam pelayanan pendd.
Pemahaman terhadap masalah pendidikan ibarat
luasannya hektaran kedalamannya sentinan
Kebijakan Pendd Mengantisipasi Masa
Depan-3




Para guru lebih disiapkan untuk keahlian mengajar
(teachingcraft) di ruang kelas dan tak disiapkan dalam
kemampuan membawa misi sekolah (schoolingcraft)
Dunia sekolah dan bahkan universitas tak menyadari
hilangnya 5 perkara: kemanusiaan, kemasyarakatan, jati
diri, nilai-nilai (kultur), dan spiritualitas oleh pola
kompetitif, inert ideas dan menekankan hal teknis serta
tekanan spesialisasi berlebihan
Mitos adanya anak pintar-anak bodoh menjadi asumsi
para guru dan masyarakat
Lemahnya kepemimpinan di tingkat tengah dan
kurangnya pemahaman respon kebijakan di tingkat aksi
menjadi sumber kegagalan kebijakan.
Kebijakan Pendd Mengantisipasi
Masa Depan-4



Kebijakan dan aksi pendidikan dikendalikan
oleh ideologi, kekuasaan/ kewenangan, dan
kepentingan. Informasi hasil kajian dan analisis
belum dimanfaatkan dalam proses kebijakan
dan aksi pendidikan.
Urusan pendataan dan litbang juga perpustakaan
menjadi tempat personnel buangan dan
terpinggirkan. Dokumen tak pernah dianalisis
secara sungguh-sunguh, temasuk di universitas
Program kemitraan dengan pusat-pusat
pengembangan informasi di luar sistem
Kebijakan Pendd Mengantisipasi
Masa Depan-5




Sekolah, para kepala sekolah, dan para guru perlu
diberdayakan dan dibekali dengan kompetensi dalam
teachingcraft dan schoolingcraft
Personnel birokrasi pendidikan perlu menjadi posisi
memberikan bantuan teknis dengan memberdayakan
diri mereka. Birokrasi perlu lebih dikendorkan agar
tidak mematikan oleh pikir di sekolah dan orang-orang
di dalamnya
Sekolah dengan bermitra akan menjadi makin kuat.
Penelitian dan produksi sistem informasi akan
membantu sekolah dalam urusannya.
Mengapa Kompetensi Semakin
Penting-1?




Sukses akademik di sekolah berkorelasi denga hadirnya
manusia anak baik di masyarakat
Dukungan orang tua saja tak cukup bagi perbaikan
mutu sekolah, memang itu keharusan, dukungan lain
dibutuhkan
Sekolah-sekolah dewasa ini hanya mampu melayani
pendidikan bagi sekitar 10-30% anak oleh birokrasi dan
sistem kompetisi yang luas
Tanpa pengembangan kapasitas tak akan ada perubahan
perbaikan (UNESCO)
Mengapa Kompetensi Semakin
Penting-2?




Kegagalan program-based education
Kegagalan Performance-based education
Orientasi perubahan dengan proses
restukturisasi pendidikan telah gagal juga
Competence-based education telah diputuskan
sebagai kebijakan nasional namun strategi
implemnetasinya perlu dipandu dengan aneka
riset
Ciri-ciri Riset Kebijakan
(Majchrzak, 1984, 28)





Fokus multidimensi
Berorientasi riset induktif-empirik
Melibatkan tinjauan ke depan dan ke belakang
Merespon pengguna studi riset
Secara eksplisit memasukkan nilai-nilai
Download