PDF - Jurnal UNESA

advertisement
MATHunesa
Volume 1 No.6 Tahun 2017
Jurnal Ilmiah Matematika
ISSN 2301-9115
MODEL INFEKSI HIV DENGAN PENGARUH PERCOBAAN VECTORED
IMMUNOPROPHYLAXIS
Ayuningtyas Dwitya Putri
(S1Matematika, Fakultas MAtematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Negeri Surabaya)
e-mail : [email protected]
Abstrak
HIV merupakan penyakit mematikan. Penyakit ini tidak hanya dapat menginfeksi orang dewasa, tetapi
juga anak-anak dan balita. Untuk mengurangi tingkat infeksi dan kematian karena HIV, , David
Baltimore dan Robert Andrew melakukan sebuah percobaan. Percobaan tersebut menunjukkan bahwa
tikus percobaan yang terjangkit di injeksi dengan VIP dapat terlindungi dari infeksi HIV. Berdasarkan
percobaan tersebut tersebut didapat model matematika dari infeksi HIV dengan pengaruh percobaan
Vectored Immunoprophylaxis. Model tersebut memiliki dua titik kesetimbangan, yaitu kesetimbangan
bebas infeksi dengan jenis kestabilan Node dan stabil asimtotik sedangkan kesetimbangan model yang
terdapat virus bebas memiliki kestabilan Saddle dan tidak stabil. Kesetimbangan kedua titik tersebut bisa
dianalisis dari grafik yang dibuat dengan menggunakan software MatCont.
Kata Kunci: HIV, Vectored Immunoprophylaxis, MatCont.
Abstract
HIV is a deadly disease.This disease infects not only dults but also children and infant. To reduce the rate
of infection and death those caused by HIV, David Baltimore and Robert Andrew make an experiment.
That experiment shows mice that receiving VIP can be protected from HIV. Based on this experiment, we
have a mathematical model of HIV infection that effected by vectored immunoprophylaxis experiment.
The model has two equilibrium points namelly, free infection equilibrium model, type Node and
asymptotically stable, and equilibrium model with free-virus, type Saddle and unstable. Both of
equilibrium points can be analyzed trough graphs those created by using software MatCont.
Keywords: HIV,Vectored Immunoprophylaxis, MatCont.
Penelitian yang dilakukan oleh David Baltimore dan
Robert Andrews tersebut mulai diamati dan dimodelkan
dalam matematika oleh Bonhoeffer et al.(1997).
Berdasarkan penelitian tersebut, dalam skripsi ini
mengkaji model matematika dari infeksi HIV dengan
pengaruh pemberian VIP (Vectored Immunoprophylaxis).
2. KAJIAN TEORI
2.1 Sistem Persamaan Diferensial
Sistem persamaan diferensial adalah suatu sistem yang
memuat n buah persamaan diferensial, dengan n buah
fungsi yang tidak diketahui, dimana n merupakan
bilangan bulat positif lebih besar sama dengan dua.
(Finizio dan Ladaz)
1. PENDAHULUAN
HIV adalah virus yang menyerang antibodi manusia,
sehingga manusia mengalami penurunan kekebalan tubuh.
Jika manusia yang terinfeksi HIV, mengalami sakit atau
terinfeksi virus lain seperti influenza maka orang tersebut
akan meninggal karena dalam tubuh orang tersebut terjadi
penurunan antibodi yang melindungi tubuh, sehingga
antibodi tidak mampu melawan penyakit tersebut.
Menurut Xiunan dan Wendi (2012:127), kasus AIDS
pertama kali didiagnosis pada Desember 1981. Pada
tahun 1981 angka kematian yang di sebabkan oleh AIDS
adalah 25 juta kematian dan angka infeksinya mencapai
34 juta.Untuk mencegah penyebaran HIV dan mengurangi
angka kematian yang disebabkan HIV dilakukan
penelitian
yang
menghasilkan
VIP
(Vectored
Immunoprophylaxis). VIP (Vectored Immunoprophylaxis)
terdiri dari kata vektor yang berarti pembawa, imun yang
berarti kekebalan dan profilaksis yang lebih mengarah
pada pencegahan.
Bentuk umum dari sistem persamaan diferensial orde
pertama dalam n fungsi yang tidak diketahui adalah
sebagai berikut:
1
Volume 1 No.6 Tahun 2017
𝑑π‘₯1
𝑑𝑑
𝑑π‘₯2
𝑑𝑑
𝑑π‘₯3
= 𝑓2 (𝑑, π‘₯1 , π‘₯2 , … , π‘₯𝑛 )
𝑑𝑑
= 𝑓3 (𝑑, π‘₯1 , π‘₯2 , … , π‘₯𝑛 )
..
𝑑π‘₯𝑛
.
= 𝑓𝑛 (𝑑, π‘₯1 , π‘₯2 , … , π‘₯𝑛 )
𝑑𝑑
𝑅0 = 𝑉 ∗ > 0
πœ‡
Dengan mensubtitusikan 𝐴 = , maka diperoleh:
𝑏
π‘π›½πœ†
𝑅0 =
π‘πœ‡
𝛾 (𝑐 + )
𝑏
Berdasarkan nilai 𝑅0 , maka diperoleh:
1. Jika 𝑅0 = 𝑉 ∗ < 1 maka kesetimbangan bebas
penyakit memiliki sifat stabil asimtotik lokal dan
tidak stabil ketika 𝑅0 = 𝑉 ∗ > 1.
2. Sifat kesetimbangan yang terdapat virus bebas adalah
tunggal ketika 𝑅0 = 𝑉 ∗ > 1, dan memiliki dua sifat
kesetimbangan ketika 𝑅0 = 𝑉 ∗ < 1.
(Wang dan Wendi Wang,2012)
2.5 VIP
Vectored
immunoprophylaxis
atau
vektor
imunoprofilaksis berasal dari kata vektor, imun dan
profilaksis. Vektor adalah organisme
yang tidak
menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya dengan
membawa pathogen dari satu inang ke inang yang
lainnya.
Pada umumnya vektor berasal dari arthropoda akan tetapi
dalam terapi gen vektor yang digunakan adalah virus.
Virus bisa menjadi vektor apabila virus tersebut telah
direkayasa ulang dan digunakan untuk mengirim suatu
gen ke sel target. Jadi bisa disimpulkan bahwa vektor
merupakan media perantara.
Imun berasal dari bahasa latin “imunitas” yang berarti
kekebalan dan profilaksis lebih mengarah pada
pencegahan. Menurut Rahayu (2012) imunoprofilaksis
adalah pencegahan penyakit infeksi terhadap antibodi
spesifik. Imunoprofilaksis berfungsi untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit, kekebalan
terhadap penyakit dapat dipacu dengan pemberian
imunostimulan.Jadi vektor imunoprofilaksis merupakan
pencegahan kekebalan atau daya tahan tubuh terhadap
foktor-faktor pembawa virus.
3. PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan diketahui model matematika dari
infeksi HIV dengan pengaruh pemberian VIP dan simulasi
numeriknya.
3.1 Model Matematika
Antibodi yang diproduksi oleh tubuh dari stimulus virus
HIV tergolong dalam antibodi yang lemah karena tidak
bisa menghancurkan virus HIV dalam tubuh sehingga
menyebabkan penurunan sel CD4+ T secara drastis,
sedangkan antibodi yang diproduksi dengan stimulus
Vectored Immunoprophylaxis dapat melindungi tubuh
dari HIV dan mencegah penurunan CD4+ T secara
drastis. Dengan demikian bentuk aAV dapat diabaikan.
Produksi antibodi yang dipengaruhi oleh Vectored
Immunoprophylaxis dilambangkan dengan µ, kematian
alami antibodi yang di pengaruhi oleh VIP adalah bA dan
antibodi yang melakukan kontak secara langsung dalam
respon imun terhadap virus dapat dihilangkan karena
antibodi tersebut terikat pada antigen khusus, dalam
bentuk pengendapan atau kumpulan sel yang kemudian di
telan oleh phatogen. Antibodi tersebut dilambangkan
dengan qAV.
= 𝑓1 (𝑑, π‘₯1 , π‘₯2 , … , π‘₯𝑛 )
(1)
Dengan dengan π‘₯1 , π‘₯2 , π‘₯3 ∈ ℝ adalah variabel terikat dan
𝒕 ∈ ℝ adalah variabel bebas, sehingga π‘₯1 = π‘₯1 (𝑑), π‘₯2 =
π‘₯2 (𝑑), π‘₯3 = π‘₯3 (𝑑) = β‹― = π‘₯𝑛 (𝑑),
dimana
𝑑π‘₯1 𝑑π‘₯2 𝑑π‘₯3
𝑑π‘₯𝑛
,
,
…
merupakan
turunan
fungsi
𝑑𝑑
𝑑𝑑
𝑑𝑑
𝑑𝑑
π‘₯1 , π‘₯2 , π‘₯3 , … , π‘₯𝑛 terhadap 𝑑 dan 𝑓1 , 𝑓2 , 𝑓3 , … , 𝑓𝑛 merupakan
fungsi yang bergantung pada 𝑑 dan variabel
π‘₯1 , π‘₯2 , π‘₯3 , … , π‘₯𝑛 .
2.2 Titik Kesetimbangan
Misalkan suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan
sebagai ,
𝑑𝒙
= 𝒙̇ = 𝑓(𝒙), 𝒙 ∈ ℝ𝑛 , 𝑓 ∈ ℝ𝑛
(2)
𝑑𝑑
∗
𝒙 merupakan titik kesetimbangan dari sistem persamaan
𝑑𝒙
(2) jika 𝑓(𝒙∗ ) = 0, atau
= 0 . (Tu, 1994)
𝑑𝑑
2.3 Teori Kestabilan
Penentuan kestabilan titik equilibrium suatu sistem
diperoleh dengan menentukan nilai eigen dari sistem
tersebut. Misalkan diberikan sistem:
π‘₯Μ‡ = π‘Žπ‘₯ + 𝑏𝑦 π‘‘π‘Žπ‘› 𝑦̇ = 𝑐π‘₯ + 𝑑𝑦
(3)
dengan π‘Ž, 𝑏, 𝑐, π‘‘π‘Žπ‘› 𝑑 adalah konstanta. Misal, π‘Žπ‘‘ − 𝑏𝑐 ≠
0 maka titik (0,0) merupakan satu-satunya titik
kesetimbangan dari sistem persamaan (3).
Penyelesaian dari sistem persamaan (3) dicari dengan
mengubah sistem tersebut kedalam bentuk matriks,
seperti berikut:
π‘₯Μ‡
π‘Ž 𝑐 π‘₯
[ ]=[
][ ]
(4)
𝑦̇
𝑏 𝑑 𝑦
Kestabilan dari sistem persamaan (3) dicari dengan
π‘Ž 𝑐
menghitung nilai eigen dari matriks [
] yang diambil
𝑏 𝑑
dari (4). Dengan menggunakan persamaan (πœ”πΌ − 𝐴)π‘₯ =
0maka diperoleh:
πœ”−π‘Ž
−𝑐
|
|=0
−𝑏
πœ”−𝑑
yaitu, πœ” merupakan akar dari persamaan karakteristik
πœ”2 − (π‘Ž + 𝑑)πœ” + π‘Žπ‘‘ − 𝑏𝑐 = 0
(5)
kestabilan sistem (3) bergantung pada akar persamaan
(2.12), yaitu:
πœ”1 =
πœ”2 =
(π‘Ž+𝑑)+√(−π‘Ž−𝑑)2 −4(π‘Žπ‘‘−𝑏𝑐)
2
(π‘Ž+𝑑)−√(−π‘Ž−𝑑)2 −4(π‘Žπ‘‘−𝑏𝑐)
, dan
2
(Finizio dan Ladaz, 1988)
2.4 Bilangan Reproduksi Dasar
Bilangan reproduksi dasar atau 𝑅0 adalah bilangan yang
menyatakan ada atau tidaknya penyebaran virus dalam
tubuh. Bilangan reproduksi dasar dicari dengan
mengasumsikan populasi virus 𝑉 = 𝑉 ∗ > 0.
𝑁𝛿𝑇 ∗ − 𝑉(𝑐 + 𝑝𝐴) = 0
π‘π›½πœ† + 𝛾
= 𝑉 = 𝑉∗
𝛽(𝑐 + 𝑝𝐴)
2
Volume 1 No.6 Tahun 2017
𝑑𝑇 ∗
Dengan asumsi-asumsi tersebut dapat dibuat diagram
kompartemen dan model matematika dari infeksi HIV
dengan pengaruh Vectored Immunoprophylaxis, yaitu:
π‘΅πœΉT*
𝝀
πœ·π‘»π‘½
πœ·π‘»π‘½
V
T
πœΈπ‘»
pA
V
Untuk
= 𝛽𝑇𝑉 − 𝛿𝑇 ∗ maka diperoleh:
𝑑𝑑
𝛽𝑇𝑉 − 𝛿𝑇 ∗ = 0
𝛽𝑇𝑉
𝑇∗ =
𝛿
𝑑𝑉
Untuk
= 𝑁𝛿𝑇 ∗ − 𝑐𝑉 − 𝑝𝐴𝑉 maka diperoleh:
𝑑𝑑
πœ‡ − 𝑏𝐴 − π‘žπ΄π‘‰ = 0
𝐴(𝑏 + π‘žπ‘‰) = πœ‡
πœ‡
𝐴=
µ
𝜹T*
T*
bA
𝑏+π‘žπ‘‰
𝑑𝑉
A
Untuk
= 𝑁𝛿𝑇 ∗ − 𝑐𝑉 − 𝑝𝐴𝑉 maka diperoleh:
𝑑𝑑
𝑁𝛿𝑇 ∗ − 𝑐𝑉 − 𝑝𝐴𝑉 = 0
𝑉(𝑐 + 𝑝𝐴) = 𝑁𝛿𝑇 ∗
𝒄𝑽
qAV
𝑉=
Subtitusikan 𝑇 ∗ =
Gambar 1 Diagram kompartemen infeksi HIV dalam tubuh
manusia dengan pengaruh Vectored Immunoprophylaxis
𝑉=
𝑑𝑑
𝑑𝑉
𝑑𝑑
𝑑𝐴
𝛿
𝑐+𝑝𝐴
𝑉 (𝑐 + 𝑝 (
𝑉=0
𝑐 +𝑝(
= πœ† − 𝛾𝑇 − 𝛽𝑇𝑉
𝑑𝑑
𝑑𝑇 ∗
𝑁𝛽𝑇𝑉
𝛽𝑇𝑉
𝑉(𝑐 + 𝑝𝐴) − 𝑁𝛽𝑇𝑉 = 0
𝑉(𝑐 + 𝑝𝐴 − 𝑁𝛽𝑇) = 0
Model matematika dari diagram kompartemnen tersebut
adalah:
𝑑𝑇
𝑁𝛿𝑇 ∗
𝑐+𝑝𝐴
= 𝛽𝑇𝑉 − 𝛿𝑇 ∗
πœ‡
𝑏+π‘žπ‘‰
πœ‡
𝑏+π‘žπ‘‰
𝑐(𝑏+π‘žπ‘‰)+π‘πœ‡
= 𝑁𝛿𝑇 ∗ − 𝑐𝑉 − 𝑝𝐴𝑉
𝑏+π‘žπ‘‰
) − 𝑁𝛽 (
) − 𝑁𝛽 (
=
πœ†
𝛾+𝛽𝑉
πœ†
𝛾+𝛽𝑉
)) = 0
)=0
π‘π›½πœ†
𝛾+𝛽𝑉
(𝑐𝑏 + π‘π‘žπ‘‰ + π‘πœ‡)(𝛾 + 𝛽𝑉) = π‘π›½πœ†(𝑏 + π‘žπ‘‰)(π‘žπ‘π›½)𝑉 2 +
(𝑐𝑏𝛽 + π‘πœ‡π›½ + π‘π‘žπ›Ύ − π‘π›½πœ†π‘ž)𝑉 + (𝑐𝑏𝛾 + π‘πœ‡π›Ύ −
π‘π›½πœ†π‘) = 0
dimisalkan,
π‘š0 = π‘žπ‘π›½
π‘š1 = 𝑐𝑏𝛽 + π‘πœ‡π›½ + π‘π‘žπ›Ύ − π‘π›½πœ†π‘ž
π‘š2 = 𝑐𝑏𝛾 + π‘πœ‡π›Ύ − π‘π›½πœ†π‘
Maka diperoleh:
−π‘š1 ± √π‘š12 − 4π‘š2 π‘š0
𝑉=
2π‘š0
Ketika V=0 maka titik kesetimbangannya merupakan
titik kesetimbangan bebas infeksi atau 𝐸0 dan diperoleh:
πœ†
𝑇=
= πœ‡ − 𝑏𝐴 − π‘žπ΄π‘‰
π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘›,
πœ†
: tingkat produksi dari sel CD4+ T yang
tidak terinfeksi
𝛾
: tingkat kematian alami sel CD4+ T
𝛽
: koefisien infeksi
𝑇
: sel CD4+ T yang tidak terinfeksi
V
: partikel HIV yang bebas
𝛿
: tingkat kematian sel yang terinfeksi
𝑇∗
: sel CD4+ T yang terinfeksi HIV
𝑐
: tingkat kematian virus baru yang dilepaskan
dari sel CD4+ T yang terinfeksi
𝑁
: populasi virus baru yang dilepaskan dari sel
CD4+ T yang terinfeksi
p
: tingkat kematian virus karena serangan
antibodi
µ
: tingkat produksi antibodi dalam tubuh yang
distimulus oleh Vectored Immunoprophylaxis
b
: tingkat kematian alami antibodi
𝑑𝑑
𝑇=
𝑇=
∗
𝛾+𝛽𝑉
πœ†
𝛾+𝛽(0)
πœ†
(6)
𝛾
𝛽𝑇𝑉
𝑇 =
∗
𝛿
𝛽𝑇(0)
𝑇 =
𝛿
𝑇∗ = 0
(7)
πœ‡ − 𝑏𝐴 − π‘žπ΄π‘‰ = 0
πœ‡ − 𝑏𝐴 = 0
πœ‡ = 𝑏𝐴
πœ‡
𝐴=
(8)
𝑏
dari (6), (7), dan (8) bisa disimpulkan bahwa titik
kesetimbangan dari model sistem persamaan sebelum
πœ†
πœ‡
terjadi infeksi adalah 𝐸0 = ( , 0,0, ).
q
: tingkat kematian antibodi yang ditelan
oleh phatogen
3.2 Titik Kesetimbangan dan Analisis Kestabilan
Model
3.2.1 Titik Kesetimbangan
Penentuan titik kesetimbangan model dilakukan dengan
membuat ruas kanan persamaan dalam sistem sama
dengan nol.
𝑑𝑇
Untuk
= πœ† − 𝛾𝑇 − 𝛽𝑇𝑉 maka diperoleh:
𝑑𝑑
πœ† − 𝛾𝑇 − 𝛽𝑇𝑉 = 0
𝑇(𝛾 + 𝛽𝑉) = πœ†
πœ†
𝑇=
𝛾
𝑏
Ketika 𝑉 ≠ 0 maka diperoleh titik kesetimbangan yang
terdapat virus bebas atau 𝐸1 , yaitu:
πœ†
𝑇=
(9)
∗
𝛾+𝛽𝑉
𝛽𝑇𝑉
𝑇 =
𝛾+𝛽𝑉
3
𝛿
Volume 1 No.6 Tahun 2017
𝑇∗ =
𝑉=
𝐴=
π›½πœ†π‘‰
−π‘š1 ±√π‘š12 −4π‘š2 π‘š0
(11)
2π‘š0
πœ‡
𝛿(𝑏𝑐 + π‘πœ‡) π›½πœ†π›Ώπ‘
−
>0
𝑏
𝛾
𝑔2 > 0
nilai eigen untuk persamaan karakteristik (14)adalah:
−𝑔1 − √𝑔12 − 4𝑔2
πœ”3 =
2
−𝑔1 + √𝑔12 − 4𝑔2
πœ”4 =
2
Nilai eigen tersebut ditentukan oleh nilai D=𝑔12 − 4𝑔2 ,
saat D<0 maka πœ”3 dan πœ”4 mempunyai bagian real
negatif. Saat D>0 maka D < 𝑔12 sehingga membuat nilai
πœ”3 dan πœ”4 juga real negatif.
𝐷>0
𝐷 < 𝑔12
√𝐷 < 𝑔1
−𝑔1 + √𝐷 < 0
−𝑔1 + √𝐷
<0
2
πœ”4 < 0
Seluruh nilai eigennya adalah real negatif maka dapat
disimpulkan bahwa jenis kestabilan 𝐸0 merupakan Node
dan stabil asimtotik.
B. Kestabilan titik kesetimbangan model saat terjadi
infeksi (𝐸1 )
Matriks Jacobian 𝐸1 diperoleh dengan mensubtitusikan
nilai parameter dan menentukan nilai N berdasarkan 𝑅0 ,
sehingga diperoleh:
π›½πœ†
−𝛾 − 𝛽𝑉 0
−
0
𝛾 + 𝛽𝑉
π›½πœ†
𝛽𝑉
−𝛿
0
𝛾 + 𝛽𝑉
𝐽(𝐸1 ) =
π‘πœ‡
−𝑐 −
𝑝𝑉
𝑏 + π‘žπ‘‰
0
𝑁𝛿
0
0 − π‘žπœ‡
−𝑏 − π‘žπ‘‰
[
𝑏 + π‘žπ‘‰
]
Nilai eigen dari matriks J(𝐸1 ) ditentukan dengan mencari
determinannya:
1 0 0 0
0 1 0 0
|πœ”πΌ − 𝐽(𝐸1 )| =πœ” [
]−
0 0 1 0
0 0 0 1
π›½πœ†
−
0
−𝛾 − 𝛽𝑉 0
(10)
𝛿(𝛾+𝛽𝑉)
(12)
𝑏+π‘žπ‘‰
Dari (9), (10), (11) dan (12) maka diperoleh titik 𝐸1 =
(
πœ†
,
π›½πœ†π‘‰
𝛾+𝛽𝑉 𝛿(𝛾+𝛽𝑉)
,
−π‘š1 ±√π‘š12 −4π‘š2 π‘š0
2π‘š0
,
πœ‡
𝑏+π‘žπ‘‰
).
Jadi
dapat
disimpulkan, terdapat dua jenis titik kesetimbangan, yaitu
titik kesetimbangan bebas infeksi atau 𝐸0 , dan titik
kesetimbangan terdapat virus bebas atau 𝐸1 .
3.2.2 Analisis Kestabilan
A. Kestabilan titik kesetimbangan model saat tidak
terjadi infeksi (𝐸0 )
Matriks Jacobian 𝐸0 diperoleh dengan mensubtitusikan
nilai 𝐸0 pada 𝐽(𝐸0 ), sehingga diperoleh:
π›½πœ†
−𝛾 0 −
0
𝛾
π›½πœ†
0 −𝛿
0
𝛾
𝐽(𝐸0 ) =
π‘πœ‡
−𝑐 −
0
0 𝑁𝛿
𝑏
π‘žπœ‡
0
0 −
−𝑏 ]
[
𝑏
Nilai eigen dari matriks Jacobian 𝐸0 diperoleh dengan
mencari determinan matriks J(E0), karena matriks 𝐽(𝐸0 )
merupakan matriks orde 4 × 4, maka digunakan metode
kofaktor dan diperoleh
(πœ” + 𝛾)(πœ” + 𝑏) (πœ”2 + πœ” (𝛿 + 𝑐 +
π›½πœ†π›Ώπ‘
𝛾
π‘πœ‡
𝑏
)+(
𝛿(𝑏𝑐+π‘πœ‡)
𝑏
)) = 0,
−
(13)
Dengan mensubtitusikan nilai parameter pada persamaan
(13) didapatkan nilai eigen sebagai berikut:
πœ”1 = −𝛾 = −0.08
πœ”2 = −𝑏 = −0.02
Persamaan karakteristik untuk dua nilai eigen lainnya
yaitu:
πœ”2 + 𝑔1 πœ” + 𝑔2 = 0
(14)
Dengan
π‘πœ‡
𝑔1 = 𝛿 + 𝑐 +
𝑏
𝛿(𝑏𝑐 + π‘πœ‡) π›½πœ†π›Ώπ‘
𝑔2 =
−
𝑏
𝛾
Ditunjukkan bahwa 𝑔2 > 0
Karena merupakan titik yang bebas infeksi, maka
menggunakan
π‘π›½πœ†
𝑅0 =
π‘πœ‡ < 1
𝛾(𝑐+
𝑏
𝛽𝑉
[
)
π‘π›½πœ†
π‘πœ‡ < 1
𝛾 (𝑐 + )
𝑏
π‘π›½πœ†
𝑏𝑐 π‘πœ‡
<( + )
𝛾
𝑏
𝑏
𝑏𝑐 + π‘πœ‡
π‘π›½πœ†
(
)−
>0
𝑏
𝛾
Kalikan kedua ruas dengan 𝛿, sehingga diperoleh:
0
0
𝛾+𝛽𝑉
π›½πœ†
−𝛿
𝑁𝛿
0
−𝑐 −
−
𝑏+π‘žπ‘‰
−𝛽𝑉
πœ”+𝛿
𝑝𝑉
=
−𝑏 − π‘žπ‘‰ ]
𝑏+π‘žπ‘‰
0
𝑁𝛿
0
π‘πœ‡
π‘žπœ‡
πœ” + 𝛾 + 𝛽𝑉
0
0
0
𝛾+𝛽𝑉
π›½πœ†
0
𝛾+𝛽𝑉
π›½πœ†
0
−𝛾+𝛽𝑉
πœ”+𝑐+
π‘žπœ‡
π‘πœ‡
𝑏+π‘žπ‘‰
−𝑝𝑉
πœ” + 𝑏 + π‘žπ‘‰ ]
[
𝑏+π‘žπ‘‰
dari matriks di atas maka diperoleh nilai eigen:
πœ”1 = −𝛾
πœ”2 = −𝛾 − 𝛽𝑉
πœ”3 = −𝑏 − π‘žπ‘‰
4
(15)
Volume 1 No.6 Tahun 2017
πœ”4 = −𝑏
nilai untuk setiap parameter adalah lebih dari nol, maka
setiap nilai eigen yang diperoleh bernilai negatif dan
merupakan sistem yang stabil dengan jenis kestabilan
Node. Ketika πœ”1 = −𝛾, terdapat kondisi 𝑏 = 𝛾 − 2π‘žπ‘‰,
dengan mengganti parameter 𝑏 untuk setiap nilai eigen
maka diperoleh:
πœ”1 = −𝛾
πœ”2 = −𝛾 − 𝛽𝑉
πœ”3 = −𝛾 + π‘žπ‘‰
πœ”4 = −𝑏
Terdapat nilai eigen yang
positif ketika π‘žπ‘‰ > 𝛾,
sehingga menyebabkan sistem tidak stabil dengan jenis
Saddle.
Contohnya ketika 𝑅0 > 1, ditentukan 𝑁 = 3400 dan π‘ž =
10−4 , maka diperoleh 𝑉 = 9,0875 × 10−16 dan nilai
eigennya adalah:
πœ”1 = −0.0080
πœ”2 = −7.3064
πœ”3 = 0.5064
πœ”4 = −0.0200
Jadi ketika 𝑅0 > 1, 𝐸1 memiliki kesetimbangan yang
bersifat tidak stabil dan jenis kestabilannya adalah
Saddle.
3.3 Simulasi Numerik
Berdasarkan hasil analisis kestabilan titik kesetimbangan
𝐸0 , diperoleh titik kritis tersebut stabil ketika 𝑅0 < 1,
untuk mengetahui grafik dari sel tak terinfeksi terhadap
waktu dipilih 𝑅0 = 0.7292 dan N=1400, dengan nilai
parameter πœ† = 50, 𝛽 = 5 × 10−7 , 𝛾 = 0.008, 𝛿 = 0.8,
c=3, 𝑝 = 5 × 10−3 , πœ‡ = 12, 𝑏 = 0.02, π‘ž = 10−4 dan
nilai
awal
𝑇(0) = 4400 , 𝑇 ∗ (0) = 9, 𝑉(0) =
7000, 𝐴(0) = 0
Setelah bermultiplikasi sel virus akan kembali aktif dan
keluar dari sel CD4+ , pada saat itulah VIP mulai
berpengaruh mencegah penurunan sel CD4+ T dan
antibodi secara drastis. Pada hari ke-300 karena pengaruh
VIP, maka antibodi dan sel CD4+ T tidak mengalami
penurunan, namun mengalami peningkatan hingga stabil
pada titik 6250 untuk sel CD4+ T dan 600 untuk antibodi.
100
90
80
SEL TERINFEKSI (T*)
70
60
50
40
30
20
10
0
0
0.5
1
1.5
2
2.5
VIRUS (V)
4
x 10
Gambar 3Trayektori sel terinfeksi (T*) terhadap virus (V)
dengan jenis node dan 𝑅0 = 0.7292, N=1400, 𝑇(0) = 4400 ,
𝑇 ∗ (0) = 9, 𝑉(0) = 7000, dan 𝐴(0) = 0
Dengan pengaruh VIP, virus dan sel CD4+ T yang
terinfeksi mulai menurun dan pada hari ke-300 mulai
stabil di titik nol, yang berarti tidak lagi terdapat virus
dan sel CD4+ T yang terinfeksi.
Untuk grafik pada titik kritis 𝐸1 , dengan mengambil 𝑅0 >
1 yaitu 𝑅0 = 1.7708 dan N=1400, serta menetapkan nilai
awal 𝑇(0) = 6000 , 𝑇 ∗ (0) = 0, 𝑉(0) = 10−6 , 𝐴(0) = 0.
Nilai untuk setiap parameter yang ditetapkan yaitu πœ† =
50, 𝛽 = 5 × 10−7 , 𝛾 = 10−21 , 𝛿 = 0.8, c=3, 𝑝 = 5 ×
10−3 , πœ‡ = 12, 𝑏 = 0.02, π‘ž = 10−4
700
800
700
600
600
500
ANTIBODY (A)
ANTIBODY (A)
500
400
300
400
300
200
200
100
100
0
3500
4000
4500
5000
SEL TAKTERINFEKSI (T)
5500
6000
0
Gambar 2 Trayektori antibodi (A) terhadap sel takterinfeksi (T)
dengan jenis node, dan 𝑅0 = 0.7292, N=1400, 𝑇(0) = 4400 ,
𝑇 ∗ (0) = 9, 𝑉(0) = 7000, dan 𝐴(0) = 0
2000
4000
6000
8000
10000
TIME (T)
12000
14000
16000
18000
Gambar 4 Trayektori antibodi (A) terhadap sel takterinfeksi
(T), dengan jenis center dan 𝑅0 = 1.7708, N=1400 dan nilai
awal 𝑇(0) = 1770 , 𝑇 ∗ (0) = 120, 𝑉(0) = 40392, 𝐴(0) = 0
Pada gambar tersebut, menunjukkan bahwa pada saat
terdapat sel CD4+ T yang terinfeksi maka sel CD4 + T
mulai membentuk antibodi untuk melawan virus. Namun
hal tersebut memicu terjadinya fase pertama infeksi HIV,
yaitu menderita sakit seperti flu. Gejala awal infeksi HIV
bukan hanya sakit yang menyerupai flu, namun juga
terjadi diare. Terjadinya diare menunjukkan bahwa virus
dalam aliran darah sudah semakin meningkat. Saat itulah
terjadi fase ke-2 yaitu virus dalam tidak aktif atau laten
namun virus masih terdapat dalam sel CD4 + T, sehingga
saat sel CD4+ T bermultiplikasi virus juga ikut
bermultiplikasi.
Dengan mengubah nilai dari 𝛾, maka diperoleh grafik
limit cycle yang tidak stabil. Gambar 4 menunjukkan
bahwa ketika antibody meningkat, maka sel tak terinfeksi
juga mengalami peningkatan, begitupun populasi virus
dan sel terinfeksi.
5500
5000
4500
5
SEL TERINFEKSI (T*)
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
Volume 1 No.6 Tahun 2017
Bonhoeffer, Sebastian, Robert M.May, George M. Shaw,
Martin A. Nowak. 1997. Virus Dynamic and Drug
Therapy. International Journal of Medical Sciences.
Vol. 94: pp 6971-6976.
Boyce, William E. and Diprima, Richard C.
2000.Elementary Differential Equation an Boundary
Value Problems. Seventh Edition. United State of
America:John Wiley & Sons, Inc.
Brooks, Geo.F, Janet S. Butel, L. Nicholas Ornston,
Ernest Jawetz, Joseph L. Melnick, Edward A.
Adelberg.
1995.
Mikrobiologi
Kedokteran.
Terjemahan Edi Nugroho dan R.F.Maulani. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Degeng, I Wayan.2007. Kalkulus Lanjut Persamaan
Diferensial dan Aplikasinya. Yogyakarta: Graha
Ilmu..
Finizio, N. dan Ladas, G.1998. Persamaan Diferensial
Biasa dengan Penerapan Modern. Edisi 2.
Terjemahan Widiarti Susanto. Jakarta: Erlangga.
Golubbitsky, M and Dellnitz,M. 1999. “ Linear Algebra
and Diferential Equation Using Matlab”.Brooks/Cole
Publishing Company.
Jati, Wijaya. 2007. Aktif Biologi. Jakarta: Ganeca Exact
Jonhy. 2011. Antibodi Pada Garis Depan Pertahanan
Kekebalan
Tubuh
Manusia,
(online),
(http://www.info-kes.com/2012/12/antibodi-padagaris-depan-pertahanan.html, diakses 5 February
2016)
Mujiono, Iwan M. 2013. HIV dan AIDS: Sel CD4 dan
Sistem
Kekebalan
Tubuh,
(online),
(http://aidstuberculosismalaria.blogspot.co.id/2013/01
/hivaids-sel-cd4-dan-sistem-kekebalan.html, diakses 3
Februari 2016)
Neuhauser, Claudia. 2004. Calculus for Biologi and
Medicine. New Jersey: Pearson Education.
Nugroho, Didit Budi. 2010. Persamaan Diferensial Biasa
dan Aplikasinya. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta:
Erlangga.
Rahayu, Seri. 2011. Imunoprofilaksis, (online)
(http://rijalmaterikuliah.blogspot.co.id/2012/09/imuno
logi-profilaksis.html, diakses pada 12 February 2016)
Setiawan,Marlyn. 2011. Antibodi Dari Tikus Dapat
Menetralisir
Virus
HIV,
Benarkah?,(online),
(http://hariankesehatan.blogspot.co.id/2011/12/pendekatan-baruuntuk-mencegah-hiv.html, diakses 5 February 2016)
Setiawan, Rubono. 2011. Center Manifold Dari Sistem
Persamaan Diferensial Biasa Nonlinear yang Titik
Ekuilibriumnya Mengalami Bifurkasi Contoh Kasus
Untuk Bifurkasi Hopf. Jurnal Matematika. Vol.1: pp
1-10.
Tendean, Herlina D., Hanna A. Parhusip, Bambang
Susanto.2014. Analisis Model Denyut Jantung
Dengan Menggunakan Teori Bifurkasi. Jurnal
Matematika Vol. 1: pp 1-13.
Tjolleng, Amir, Hanny A.H.Komalig, Jantje D.Prang.
2013. Dinamika Perkembangan HIV/AIDS di
Sulawesi Utara Menggunakan Model Persamaan
Diferensial Nonlinear SIR(susceptible, infectious, and
recorvered). Jurnal Ilmiah Sains Vol.13 N.1
Gambar 4.20 Trayektori sel terinfeksi (𝑇 ∗ ) terhadap virus (V),
dengan jenis center dan 𝑅0 = 1.7708, N=1400 dan nilai awal
𝑇(0) = 1770 , 𝑇 ∗ (0) = 120, 𝑉(0) = 40392, 𝐴(0) = 0
ketika virus meningkat maka sel CD4+T yang terinfeksi
juga meningkat, namun sel CD4+T dan antibodi
mengalami penurunan ketika sel virus meningkat.
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil rumusan masalah dan pembahasan
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Model infeksi HIV dengan pengaruh Vectored
Immunoprophylaxis dipengaruhi oleh sel CD4+T yang
tidak terinfeksi atau T, sel CD4+T terinfeksi atau (T*)
dan polpulasi virus (V) serta populasi antibodi (A)
yang dipengaruhi oleh Vectored Immunoprophylaxis,
sehingga membentuk suatu sistem persamaan:
𝑑𝑇
= πœ† − 𝛾𝑇 − 𝛽𝑇𝑉
𝑑𝑑
𝑑𝑇 ∗
𝑑𝑑
𝑑𝑉
𝑑𝑑
𝑑𝐴
= 𝛽𝑇𝑉 − 𝛿𝑇 ∗
= 𝑁𝛿𝑇 ∗ − 𝑐𝑉 − 𝑝𝐴𝑉
= πœ‡ − 𝑏𝐴 − π‘žπ΄π‘‰
2. Model infeksi HIV denga pengaruh Vectored
Immunoprophylaxis
memiliki
dua
titik
kesetimbangan, yaitu 𝐸0 = (𝑇, 𝑇 ∗ , 𝑉, 𝐴) dan 𝐸1 =
(𝑇1 , 𝑇1∗ , 𝑉1 , 𝐴1 ). 𝐸0 merupakan kesetimbangan model
yang bebas infeksi atau 𝑉 = 0, sedangkan 𝐸1
merupakan kesetimbangan model yang terdapat firus
bebas atau 𝑉 > 0. Analisis kestabilan kedua titik
kesetimbangan dipengaruhi oleh nilai eigen dari
masing-masing matriks Jacobianya. Kestabilan 𝐸0
merupakan stabil asimtotik dengan jenis Node, karena
semua nilai eigennya berbeda dan bertanda sama,
sedangkan 𝐸1 jenis kestabilan Saddle dan tidak stabil.
3. Simulasi numerik sistem 4.2 dengan menggunakan
software MatCont. Untuk titik kritis 𝐸0 , sistem 4.2
menunjukkan stabil pada titik 𝑇 = 6250, 𝑇 ∗ = 0, 𝑉 =
0 dan 𝐴 = 6000. Juga menunjukan limit cycle yang
stabil pada 𝐸1 dan ketika 𝑅0 = 1.7708.
4.2 Saran
Dari kesimpulan pada penelitian ini, maka diberikan
saran agar penelitian-penelitian selanjutnya dapat
dikembangkan lagi dengan menggunakan data yang lebih
banyak sehingga hasil yang diperoleh lebih mendekati
kondisi yang sebenarnya.
𝑑𝑑
DAFTAR PUSTAKA
Anton, Howard. 1987. Aljabar Linear Elementer. Edisi
Ke-lima. Terjemahan. Jakarta:Erlangga.
6
Volume 1 No.6 Tahun 2017
Tu, P.N.V.1994.Dynamical System: An Introduction with
Aplication in Economics and Biology. Second
Revised and Enlarge Edition. Germany: SpringerVerlag.
Verhulst, F. 1990. Nonlinear Differential Equation and
Dynamical System. Springer-Verlag: Berlin.
Waluyo, Stevanus Budi. 2006. Buku Ajar Persamaan
Diferensial,
(online)(https://uuniquee.files.wordpress.com/2010/0
9/persamaan_differensial_-_dr-_st-_budi_waluya.pdf
, diakses pada 4 April 2016)
Wang, Xiunan dan Wendi Wang. 2012. An HIV Infection
Model Based on a Vectored Immunoprophylaxis.
Journal of Theoretical Biologi. Vol 313:pp 127-135.
Wijaya, Awi Muliadi. 4 Desember 2012.Data dan Fakta
HIV
AIDS
di
Indonesia,
(online),
(
http://www.infodokterku.com/index.php/en/98-daftarisi-content/data/data-kesehatan/213-data-dan-faktahiv-aids-di-indonesia, diakses 5 February 2016)
7
Download