BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu penyakit dengan tingkat insidensi yang
cukup tinggi. Secara global diperkirakan 3,3 milyar orang berisiko terinfeksi
malaria, dan diantaranya 1,2 milyar berisiko tinggi (>1 per 1000/ tahun).
Berdasarkan perkiraan terakhir, 198 juta kasus malaria terjadi secara global pada
tahun 2013 dan menyebabkan 584 ribu kematian. Indonesia (21%) menduduki
peringkat ketiga jumlah kasus malaria tertinggi setelah India (55%) dan Myanmar
(21%) di regio Asia Tenggara (WHO, 2014).
Malaria disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium. Parasit tersebut
ditularkan melalui vector (perantara) nyamuk Anopheles Sp. betina. Terdapat 4
spesies Plasmodium yang diketahui memiliki sifat patogenik (menyebabkan
penyakit) dalam tubuh manusia, yaitu P. falciparum, P. vivax, P. ovale, dan P.
malariae, namun dalam beberapa tahun terakhir ditemukan juga infeksi P.
knowlesi yang biasanya hanya menyerang kera (Humardewayanti, 2012). Dari
semua spesies Plasmodium diatas, P. falciparum memegang angka kematian yang
paling tinggi sedangkan P. ovale memiliki distribusi yang lebih luas (WHO,
2014).
Program penanggulangan malaria telah dilakukan dengan berbagai upaya,
antara lain pelaporan kasus malaria, pemberantasan vektor, dan pengobatan
1
2
penyakit (WHO, 2014). Klorokuin selama ini dipercaya sebagai terapi pilihan
utama (first line) untuk infeksi malaria.Beberapa jenis Alkaloid Kinin terbukti
memiliki aktivitas antiplasmodium.Proguanil dan Pirimetamin dapat menghambat
pertumbuhan parasit Plasmodium dalam tubuh manusia. Senyawa seperti 4Aminokuinolin dan 8-Aminokuinolin mempunyai efek yang toksik terhadap
parasit Plasmodium (Brunton et al., 2011). Guideline Treatment Malaria (WHO,
2010) merekomendasi Artemisin-based Combination Therapy (ACT) sebagai
terapi malaria P. falciparum tanpa komplikasi.
Pada dua dekade terakhir dari abad dua puluh, angka kematian global dari
malaria meningkat sedangkan mortalitas dari penyakit infeksi lain (terkecuali
HIV) secara umum menurun.Hal ini diakibatkan secara langsung oleh resistensi
obat (Farrar et.al, 2014). Resistensi terhadap obat antimalaria sudah dilaporkan
untuk P. falciparum, P. malariae dan P. vivax.Pada P. falciparum, resistensi
sudah diobservasi pada semua antimalaria yang digunakan (amodiakuin,
klorokuin, meflokuin, quinin, dan sulfadoksin-pirimetamin) dan belum lama pada
turunan artemisin. Hal ini menjadi ancaman besar untuk upaya kontrol malaria
(WHO, 2010).
Saat ini banyak dikembangkan obat malaria baru, baik secara sintetik
maupun ekstrak. Aktivitas kalkon sebagai antimalaria dilaporkan oleh Ming Chen
et al. (1994) sebagai Licochalcone A yang diisolasi dari akar Chinese licorice
(Glycyrrhiza spp.). Licochalcone A menginhibisi pertumbuhan kedua strain P. falciparum
sensitif klorokuin (3D7) dan resistan klorokuin (Dd2) secara in vitro. Penelitian
`
3
selanjutnya dari Ming Chen et al. (1997) menguji analog Licochalcone A, 2,4Dimethoxy-4’-Butoxychalcone (2, 4 mbc) pada parasit tikus Plasmodium berghei dan
Plasmodium yoelii in vivo. Selama 5 hari pemberian, 2, 4 mbc terbukti melindungi tikut
dari infeksi letal parasit tersebut.
Suwito et al .(2014b) melakukan desain dan sintesis senyawa turunan
kalkon.Didapatkan tujuh belas senyawa turunan kalkon dan dilakukan doking
molekuler secara in silico. Senyawa-senyawa tersebut berhasil disintensis di
Laboratorium Kimia Universitas Gadjah Mada, salah satu diantaranya yaitu
senyawa (E)-1-(4-aminofenil)-3-(2,5-dimetoksifenil)prop-2-en-1-one). Secara in
silico
senyawa
turunan
kalkon
tersebut
mempunyai
potensi
aktivitas
antiplasmodium melalui penghambatan interaksi antara Ferredoxin dengan
Ferredoxin NADP+ reductase. Namun senyawa tersebut belum diketahui aktivitas
antiplasmodiumnya
B. Perumusan Masalah
Apakah senyawa (E)-1-(4- aminofenil)-3- (2,5- dimetoksifenil) prop-2-en1-one memiliki aktivitas antiplasmodium terhadap Plasmodium falciparum (FCR3) secara in vitro?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui aktivitas antiplasmodium dari senyawa (E)-1-(4- aminofenil)3- (2,5- dimetoksifenil) prop-2-en-1-one
`
4
D. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang senyawa turunan kalkon sudah dilakukan oleh beberapa
peneliti. Chen et al. (1997)menunjukkan analog Licochalcone A, 2, 4-dimethoxy4’-butoxychalcone menghambat pertumbuhan in vitro kedua strain P. falciparum
sensitif klorokuin(3D7) dan resistan klorokuin(Dd2). FrÓ§lich et al. (2005)
menunjukkan adanya kemampuan turunan kalkon dalam mengganggu proses
degradasi hemin pada strain P. falciparum sensitif klorokuin pOW dan klan
multiresisten DD2. Smit & N’Da (2014) dan Smit et al. (2015) menunjukkan
aktivitas antiplasmodium dari senyawa hasil sintesis turunan kalkon terhadap
Plasmodium strain 3D7(sensitif klorokuin) dan W2 (resistan klorokuin). Pada
penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas antiplasmodium senyawa (E)-1-(4aminofenil)-3- (2,5- dimetoksifenil) prop-2-en-1-one terhadap P .falciparum strain
FCR-3 secara in vitro.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar dapat
memberikan kontribusi ilmiah mengenai efek senyawa turunan kalkon (E)-1-(4aminofenil)-3- (2,5- dimetoksifenil) prop-2-en-1-one terhadap P. falciparum
secara in vitro. Hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan masukan
berharga dalam pengembangan obat antimalaria.
`
Download