Negara dengan Konstitusi - Administrasi Negara 2013

advertisement
NEGARA DAN KONSTITUSI
Pengertian Negara
Istilan negara merupakan terjemahan dari state (Inggris), staat (Belanda),
etat (Perancis). Istilah ini berasal dari bahasa latin klasik ”status” yang berarti
keadaan tetap atau tegak atau sesuatu yang memiliki sifat tetap dan tegak1. Dalam
Kaelan dan Achmad (2010 : 77-78), menurut Roger H. Soultau negara adalah
sebagai alat agency
atau wewenang (authority) yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.
Harold J. Lasky mengartikan negara adalah merupakan suatu masyarakat
yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan
yang secara sah lebih agung dari pada individu atau kelopok, yang merupakan
bagian dari masyarakat itu. Sedangkan masyarakat adalah suatu kelompok
manusia yang hidup dan bekerja sama untuk tercapainya suatu tujuan bersama.
Menurut Miriam Budiarjo berpendapat bahwa negara adalah suatu derah
teritorial yang rakyatnya diperintah (governed)
oleh sejumlah pejabat dan
berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundangundangannya melalui penguasaan (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah.
Dari sejumlah pendapat, pengertian negara dapat ditinjau dari empat sudut,
yakni2 :
a) negara sebagai organisasi kekuasaan;
b) negara sebagai organisasi politik;
c) negara sebagai organisasi kesusilaan; dan
d) negara sebagai integrasi antara pemerintah dan rakyat.
1
2
Idrus Afandi, Tata Negara (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997), hlm. 3.
ibid. hlm. 4.
1
Berdasarkan pengertian di atas, maka unsur-unsur yang mutlak harus ada
dalam sebuah negara adalah (1) Wilayah/daerah teritorial yang sah (2) rakyat
yaitu suatu suku bangsa sebagai pendukung pokok negara dan tidak terbatas
hanya pada salah satu etnis saja, dan (3) Pemerintahan yang sah dan berdaulat3.
Sifat Hakikat Negara
Idrus, (1997: 7-8) menjelaskan bahwa sebagai suatu organisasi, negara
memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki organisasi apapun. Sifat-sifat tersebut
disebut sebagai sifat-sifat hakikat suatu negara Sifat-sifat tersebut
meliputi
memaksa, memonopoli, dan mencakup semua.
1) Sifat memaksa, misalnya dalam hal peraturan, jika ada pelanggaran
peraturan, negara akan menindak dengan
dengan mengenakan sanksi
hukum sesuai peraturan perundang-undangan yang ada.
2) Sifat memonopoli, terlihat dalam hal menentukan tujuan bersama dalam
masyarakat. Karena sifat ini pula, negara dapat menyatakan bahwa suatu
aliran kepercayaan atau politik tertentu dapat dilarang karena dianggap
bertentangan dengan tujuan hidup bermasyarakat.
3) Sifat mencakup semua mengandung arti bahwa setiap peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan negara berlaku untuk semua orang,
tak seorang pun dikecualikan.
Negara Indonesia
Negara Indonesia tumbuh dan berkembang dilatarbelakangi oleh
kekuasaan dan penindasan bangsa asing seperti penjajahan Belanda dan Jepang.
Oleh karena itu Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatarbelakangi oleh
3
Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi (Yogyakarta:
Paradigma, 2010) hlm. 77-78.
2
adanya kesatuan nasib, yaitu bersama-sama dalam penderitaan di bawah
penjajahan asing.4
Prinsip-prinsip Negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang
terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 dari setiap alenianya. Alenia I
menjelaskan tentang latar belakang terbentuknya negara dan bangsa Indonesia
yaitu tentang kemerdekaan adalah kodrat segala bangsa di dunia dan penjajahan
itu tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Alenia II
menjelaskan
tentang
perjalanan
perjuangan
bangsa
Indonesia
dalam
memperjuangkan kemerdekaan. Alenia III menjelaskan tentang kedudukan
kodrat manusia Indonesia sebagai bangsa yang religius yang kemudian pernyataan
kemerdekaan. Alenia IV menjelaskan tentang terbentuknya bangsa dan negara
Indonesia, yaitu adanya rakyat Indonesia, Pemerintah Negara Indonesia yang
disusun berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara, wilayah serta dasar filosofis
negara yaitu Pancasila (Notonagoro, 1975 dalam Kaelan dan Acmad, 2010: 79).
Konstitualisme
Pengertian Konstitusi
a. Sri Soemantri menyatakan konstitusi adalah suatu naskah yang memuat
suatu bangunan negara dan sendi-sendi sistem pemerintahan negara.
b. E.C.S. Wade mengartikan konstitusi sebagai naskah yang memaparkan
rangka dan tugas-tugas
pokok dari badan-badan pemerintahan suatu
negara dan menentukan pokok cara kerja badan tersebut.
Kadang kala konstitusi sering disamakan dengan Undang-Undang Dasar,
padahal pengertiannya lebih luas dari itu. Konstitusi dalam arti luas, berarti
keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar
atau hukum dasar. Artinya
keseluruhan peraturan yang mengatur penyelenggaraan hegara baik yang tertulis
maupun tidak tertulis. Sedangkan dalam arti sempit, berarti hukum dasar yang
4
ibid., hlm. 79
3
tertulis atau sering disebut Undang-Undang Dasar. Artinya UUD merupakan
konstitusi yang tertulis. (Sri Winarsih, et all 2011:11).
Basis pokok konstitualisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan
(consensus) di antara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan
berkaitan dengan negara. Konsensus yang menjamin tegaknya konstitualisme di
zaman modern ini pada umumnya dipahami berdasar
pada 3 (tiga) elemen
kesepakatan atau konsensus, yaitu:
1) Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama;
2) Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara; dan
3) Kesepakatan
tentang
bentuk
institusi-institusi
dan
presedur
ketatanegaraan.
Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi
Dasar negara merupakan pedoman atau landasan bagi penyelenggaraan
ketatanegaraan suatu negara. Salah satu perwujudannya adalah dengan
membentuk suatu konsitusi atau Undang-Undang Dasars. Hubungan antara dasar
negara dengan konstitusi dapat dilihat pada gagasan dasar, cita-cita, dan tujuan
negara yang tertuang di dalam Pembukaan UUD suatu negara. Dengan kata lain
pembukaan UUD memuat dasar-dasar penyelenggaraan negara baik itu berupa
ideologi negara maupun gagasan politiknya.
Sehubungan dengan hal tersebut Pembukaan UUD 1945 juga memiliki
hubungan yang sangat erat dengan dasar negara Pancasila. Selain Pancasila
sebagai dasar negara tercantum dalam alinea IV UUD 1945, juga karena dasardasar penyelenggaraan negara yang disusun dalam UUD 1945 tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila. (Sri Winarsih, et all 2011:12).
Penggolongan dan Fungsi Konstitusi
1. Penggolongan Konstitusi
4
a) Dilihat dari bentuknya, ada konstitusi tertulis (UUD) dan tidak tertulis
(konvensi)
b) Dilihat dari cara mengubahnya dan kemampuan konstitusi itu mengikuti
perkembangan jaman apakah mudah atau tidak, ada konstitusi fleksibel
(luwes) dan konstitusi rigid (kaku). Konstitusi fleksibel adalah konstitusi
yang dapat diubah melalui proses yang sama dengan UU atau tidak perlu
melalui proses dan prosedur yang sulit. Sedangkan konstitusi rigid adalah
konstitusi yang perubahannya harus dilakukan melalui cara atau proses
khusus yang lebih sulit daripada UU, karena proses khusus sulit inilah
maka konstitusi ini tidak mudah untuk disesuaian dengan perkembangan
jaman dan tuntutan masyarakat.
2. Fungsi Konstitusi
a) Membatasi
kekuasaaan
pemerintah
sedemikian
rupa
sehingga
penyelenggaraan kekuasaan negara tidak dilakukan secara sewenangwenang.
b) Sebagai hukum, UUD bersifat mengikat baik bagi pemerintah, setiap
lembaga negara, lembaga masyarakat, maupun warga negaranya.
c) Sebagai hukum, UUD berisi norma-norma, kaidah-kaidah, aturan-aturan
yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh semua pihak yang terikat dalam
negara.
d) Sebagai hukum dasar negara, UUD berfungsi sebagai sumber hukum
setiap produk hukum dan menjadi dasar
setiap tindakan pemerintah
dengan berbagai kebijakannya. Artinya UUD juga sebagai alat kontrol
atau alat untuk mengecek kesesuaian norma hukum yang berada di
bawahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, I. 1997. Tata Negara. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayan.
Kaelan, dan Acmad Zubaidi. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Paradigma.
5
Winarsih, S., Suharningsih, dan Ani Sudari. 2011. Modul Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Cetakan Kedua. Yogyakarta : Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Kewarganegaraan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
6
Download