Kehamilan Ektopik Ectopic Pregnancy

advertisement
Gusti | Kehamilan Ektopik
Kehamilan Ektopik
Gusti Ayu Putu Kriswedhani, Novita Carolia
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum
uterus. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga
terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.Kehamilan ektopik terganggu (KET)
merupakan penyebab 1 dari 200 (5-6%) mortalitas maternal di negara maju.Dengan 60.000 kasus setiap tahun atau 3% dari
populasi masyarakat, angka kejadian KET di Indonesia diperkirakan tidak jauh berbeda dengan negara maju, menurutWorld
Health Organization(WHO). Faktor resiko kehamilan ektopik terganggu antara lain usia, ras, faktor paritas, faktor
kontrasepsi. Wanita, 32 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut kiri tengah dan bawah sejak 1 minggu yang lalu dan
dirasakan makin memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku tidak mengalami menstruasi sejak 3
bulan yang lalu dan sering mengalami mual dan muntah. Pasien menyangkal adanya riwayat perdarahan dari kemaluan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, komposmentis, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi
o
96 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,5 C. Pada status generalis didapatkan konjungtiva anemis, pada pemeriksaan
abdomen ditemukan adanya tanda cairan bebas dan tanda akut abdomen namun fundus uteri sulit dinilai.Pada status
ginekologi didapatkan portio livid, ostium uteri eksternum tertutup, adneksa prametrium kanan dan kiri tegang serta pada
pemeriksaan kuldosintesis memberikan hasil negatif.Pasien didagnosis sebagai kehamilan ektopik terganggu dengan
anemia berat, dengan penatalaksanaan stabilisasi keadaan umum dan tindakan operatif. Etiologi yang mungkin dari pasien
ini adalah tingkat pendidikan, sosio-ekonomi, faktor paritas, dan riwayat kontrasepsi.
Kata kunci: Ginekologi, kehamilan ektopik, kuldosintesis
Ectopic Pregnancy
Abstract
Ectopic pregnancy is a pregnancy where the fertilized egg to implant and grow outside the uterine cavity endometrium.
Ruptured ectopic pregnancyis a state in which problems arise in such pregnancies resulting in abortion or rupture causing a
decrease patient's general condition. Ectopic Pregnancy Impaired is the cause of 1 in 200 (5-6%) of maternal mortality in
developed countries. With 60,000 cases each year, or 3% of the population, the incidencein Indonesia is not much different
from the developed countries, according toWorld Health Organization(WHO). Ruptured ectopic pregnancy risk factors
include age, race, parity factors, contraceptionfactors. Woman, 32 years old, came with complaints of abdominal pain and
lower middle left since one week ago and felt increasingly become heavy from 1 day before entering the hospital. Patients
admitted to not having periods since 3 months ago and often experience nausea and vomiting. Patient denied any history
of bleeding from the genitals. On physical examination found the general state of being unwell, compos mentis, blood
o
pressure 100/70 mm Hg, pulse 96 x/min, breathing 20 x/min, the temperature 36,5 C. On the generaliststatus obtained
conjunctival pallor, the abdominal examination found signs free fluid and signs of acute abdomen but the uterine fundus
difficult to assess. In gynecology status obtained Livid portio, cervix closed eksternum, adnexal prametrium strained right
and left as well as on kuldosintesis examination gave negative results. Patients didagnosis as ruptured ectopic pregnancy
with severe anemia, with the stabilization of general state management and operative measures. Possible etiologic of these
patients is the level of education, socioeconomic factors parity and contraceptive history.
Keywords: gynecology, ectopic pregnancy, culdocintesis
Korespondensi : Gusti Ayu Putu Kriswedhani, S.Ked., alamat Jl. Sumantri Brojonegoro No. 12 Asrama Tiara, Bandar
Lampung, HP 08575956235, [email protected]
Pendahuluan
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di
mana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di luar endometrium kavum uterus.
Termasuk dalam kehamilan ektopik ialah
kehamilan tuba, kehamilan ovarial, kehamilan
intraligamenter, kehamilan servikal dan
kehamilan abdominal primer atau sekunder.1
Kehamilan ektopik terganggu (KET)
adalah keadaan di mana timbul gangguan
pada kehamilan tersebut sehingga terjadi
abortus maupun ruptur yang menyebabkan
penurunan keadaan umum pasien.2,3
Kehamilan ektopik merupakan salah
satu kehamilan yang berakhir abortus, dan
sekitar 16% kematian dalam kehamilan
J Medula Unila| Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 |61
Gusti | Kehamilan Ektopik
dikarenakan perdarahan yang dilaporkan
disebabkan kehamilan ektopik yang pecah.3
Gambar 1. Lokasi Kehamilan Ektopik
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
merupakan penyebab 1 dari 200 (5-6%)
mortalitas maternal di negara maju.4Dengan
60.000 kasus setiap tahun atau 3% dari
populasi masyarakat, angka kejadian KET di
Indonesia diperkirakan tidak jauh berbeda
dengan negara maju, menurut WHO.5
Berdasarkan data yang diapatkan dari
Dinas Kesehatan Provinsi pada tahun 2013, di
wilayah Jawa barat 2,7% penyabab kematian
ibu disebabkan oleh perdarahan antepartum
yang diantaranya mencakup kehamilan
ektopik.6
Faktor resiko yang berperan terhadap
kejadian Kehamilan Ektopik terganggu
diantaranya adalah faktor usia, faktor paritas,
penyakit ginekologi dan riwayat penggunaan
alat kontrasepsi.6-8
Kasus
Pasien perempuan, 32 tahun, pekerjaan
ibu rumah tangga, datang ke Rumah Sakit
Abdul Moeloek dengankeluhan nyeri perut
yang menjalar ke punggung, nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan sudah dirasakan sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengeluhkan nyeri dirasakan memberat sejak
1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengaku kemudian berobat ke puskesmas
terdekat dan dikatakan pasien mengalami
maag, pasien kemudian diberikan obat maag.
Namun pasien mengaku keluhan tidak juga
memberat.
J Medula Unila| Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 |62
Nyeri dirasakan makin lama makin
memberat 1 hari sebelum masuk rumah sakit,
nyeri diraskan seperti tertusuk tusuh pada
perut kiri tengah dan bawah. Pasien mengaku
tidak ada riwayat perdarahan dari kemaluan,
terlambat haid diakui pasien sudah sejak 3
bulan yang lalu. Pasien mengatakan payudara
dirasakan tegang dan pasien sering mengalami
mual dan muntah. Kehamilan ini merupakan
kehamilan ketiga, dimana pada kehailan
kedua pasien mengalami keguguran. Pasien
menggunakan kontrasepsi, yaitu KB spiral.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum tampak sakit sedang,
komposmentis, tekanan darah 100/70 mmHg,
nadi 96 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu
36,5oC. Pada status generalis didapatkan
konjungtiva anemis, pada pemeriksaan
abdomen ditemukan adanya tanda cairan
bebas dan tanda akut abdomen namun fundus
uteri sulit dinilai.Pada status ginekologi
didapatkan portio livid, ostium uteri
eksternum tertutup, adneksa prametrium
kanan dan kiri tegang serta pada pemeriksaan
kuldosintesis memberikan hasil negatif.
Diagnosis kerja pada pasien adalah
kehamilan ovarium sinistra.Penatalaksanaan
awal yang diberikan sudah tepat yakni dengan
pemberian cairan, oksigenasi dan injeksi
ceftriakson untuk menstabilkan kondisi
pasien.Sikap terhadap kasus ini adalah
rencana laparatomi. Prognosis pasien ini
secara umum baik.
Pembahasan
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di
mana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di luar endometrium kavum uterus.
Termasuk dalam kehamilan ektopik ialah
kehamilan tuba, kehamilan ovarial, kehamilan
intraligamenter, kehamilan servikal dan
kehamilan
abdominal
primer
atau
sekunder.Kehamilan ektopik terganggu (KET)
adalah keadaan di mana timbul gangguan
pada kehamilan tersebut sehingga terjadi
abortus maupun ruptur yang menyebabkan
penurunan keadaan umum pasien.1,2
Pada kasus ini, pasien perempuan, 32
tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, datang ke
Rumah Sakit Abdul Moeloek dengankeluhan
nyeri perut yang menjalar ke punggung, nyeri
Gusti | Kehamilan Ektopik
seperti ditusuk-tusuk dan sudah dirasakan
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Pasien
mengeluhkan
nyeri
dirasakan
memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien mengaku kemudian berobat ke
puskesmas terdekat dan dikatakan pasien
mengalami maag, pasien kemudian diberikan
obat maag. Namun pasien mengaku keluhan
tidak juga memberat.
Nyeri dirasakan makin lama makin
memberat 1 hari sebelum masuk rumah sakit,
nyeri diraskan seperti tertusuk tusuh pada
perut kiri tengah dan bawah. Pasien mengaku
tidak ada riwayat perdarahan dari kemaluan,
terlambat haid diakui pasien sudah sejak 3
bulan yang lalu. Pasien mengatakan payudara
dirasakan tegang dan pasien sering mengalami
mual dan muntah.
Dari uraian diatas, keluhan yang muncul
sesuai dengan gambaran klinis kehamilan
ektopik
terganggu
dimana
pasien
mengeluhkan nyeri pada perut kiri tegah dan
bawah, tidak mengalami menstruasi sejak 3
bulan yang lalu dan mengalami keluhan mual
dan muntah. Sekitar 5% wanita dengan
kehamilan ektopik datang dengan keadaan
syok hemoragik. Pucat, takikardi, dan
hipotensi perlu dicurigai adanya perdarahan
abdomen.9Nyeri merupakan keluhan utama
pada kehamilan ektopik terganggu (KET). Pada
ruptur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi
secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai
dengan perdarahan yang menyebabkan
penderita pingsan, tekanan darah dapat
menurun dan nadi meningkat serta
perdarahan yang lebih banyak dapat
menimbulkan syok, ujung ekstremitas pucat,
basah dan dingin.
Perdarahan pervaginam merupakan
tanda penting kedua pada kehamilan ektopik
terganggu.Hal ini menunjukkan kematian janin
dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan
desidua. Perdarahan dari uterus biasanya
tidak banyak dan berwarna coklat tua.1,9,10
Hampir semua kehamilan ektopik
didiagnosis antara kehamilan 5 dan 12
minggu. Pada usia kehamilan 12 minggu,
kehamilan ektopik telah memperlihatkan
gejala-gejala sekunder terhadap terjadinya
ruptur atau uterus pada wanita dengan
kehamilan intrauteri yang normal telah
mengalami pembesaran yang berbeda dengan
bentuk dari kehamilan ektopik.10
Pada status generalis didapatkan
konjungtiva anemis, pada pemeriksaan
abdomen ditemukan adanya tanda cairan
bebas dan tanda akut abdomen namun fundus
uteri sulit dinilai.Pada status ginekologi
didapatkan portio livid, ostium uteri
eksternum tertutup, adneksa prametrium
kanan dan kiri tegang serta pada pemeriksaan
kuldosintesis memberikan hasil negatif.
Temuan-temuan
tergantung
pada
apakah ruptur telah terjadi.Wanita dengan
perdarahan intraperitoneal datang dengan
nyeri perut, bersama dengan berbagai derajat
instabilitas hemodinamik.Pada pemeriksaan
fisik umumnya, penderita tampak kesakitan
dan pucat, pada perdarahan dalam rongga
perut dapat ditemukan tanda-tanda syok.
Pergerakan serviks menyebabkan rasa
nyeri. Bila uterus dapat diraba maka akan
terasa sedikit membesar dan kadang-kadang
teraba tumor di samping uterus dengan batas
yang sukar ditentukan. Cavum douglas yang
menonjol dan nyeri raba menunjukkan adanya
hematocele retrouterina.10-12
Pada pasien dilakukan pemeriksaan pp
test yang menunjukkan hasil negatif dan
dilakukan pemeriksaan kuldosintesis namun
hasil negatif. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 5,7 g/dL.
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel
darah merah berguna dalam menegakkan
diagnosis kehamilan ektopik terganggu,
terutama bila ada tanda-tanda perdarahan
dalam rongga perut.3
Pemeriksaan
kadarβ-hCG
(Human
Chorionic Gonadotropin) penting untuk
memastikan kehamilan. Hormon ini dapat
dideteksi paling awal pada satu minggu
sebelum tanggal menstruasi berikutnya.
Konsentrasi serum yang sudah dapat dideteksi
ialah 5 IU/L, sedangkan pada urin ialah 20–50
IU/L.Tes
kehamilan
negatif
tidak
menyingkirkan
kemungkinan
kehamilan
ektopik terganggu karena kematian hasil
konsepsi
dan
degenerasi
trofoblas
menyebabkan
HCG
menurun
dan
menyebabkan tes negativ.10,12
Kuldosintesis
ialah
suatu
cara
pemeriksaan untuk mengetahui apakah
J Medula Unila| Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 |63
Gusti | Kehamilan Ektopik
terdapat darah dalam kavum douglas. Cara ini
sangat berguna untuk membuat diagnosis
kehamilan ektopik terganggu.Hasil positif bila
dikeluarkan darah berwarna coklat sampai
hitam yang tdak membeku atau berupa
bekuan-bekuan kecil. Hasil negatif bila cairan
yang dihisap berupa:1
Cairan jernih yang mungkin berasal dari
cairan peritoneum normal atau kista
ovarium yang pecah.
Nanah yang mungkin berasal dari
penyakit radang pelvis atau radang
appendiks yang pecah (nanah harus
dikultur).
Darah segar berwarna merah yang dalam
beberapa menit akan
membeku,
darah ini berasal dari
arteri
atau
vena yang tertusuk.1
Gambar 2. Teknik Kuldosintesis
1
Pasien ini didiagnosis awal dengan
kehamilan ektopik terganggu dengan anemia
berat. Hal ini sesuai dengan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang didapatkan dari pasien dengan teori yang
telah diungkapkan diatas. Untuk menegakkan
dignosis lebih lanjut sekaligus untuk
tatalaksana pasien ini kemudian direncanakan
untuk dilakukannya laparatomi. Dari hasil
laparatomi didapatkan adanya perdarahan
abdomen yaitu ±500 cc darah dan kehamilan
ovarium sinistra dengan ditemukannya janin
mati dengan berat ±100 gram.
Kehamilan ektopik berdasarkan tempat
terjadinya implantasi dari kehamilan ektopik,
dapat dibedakan menjadi kehamilan tuba,
kehamilan ovarial, kehamilan servikal,
kehamilan inraligamenter, dan kehamilan
abdominal.1,12,13
J Medula Unila| Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 |64
Kehamilan Tuba. Kehamilan tuba meliputi
>95% yang terdiri atas: pars ampularis (55%),
pars ismika (25%), pars fimbriae (17%), dan
pars interstisialis (2 %). Setelah sel telur
dibuahi di bagian ampula tuba, maka setiap
hambatan perjalanan sel telur ke dalam
rongga rahim memungkinkan kehamilan tuba.
Kehamilan Ovarial. Kehamilan ovarial
merupakan bentuk yang jarang (0,5%) dari
seluruh kehamilan ektopik. Kehamilan ovarial
dapat terjadi apabila spermatozoa memasuki
folikel de Graaf yang beru pecah dan
membuahi sel telur yang masih tinggal dalam
folikel, atau apabila sel telur yang dibuahi
bernidasi di daerah endometriosis di
ovarium.1Diagnosis
kehamilan
tersebut
ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari
Spiegelberg, yakni (1) tuba pada sisi kehamilan
harus normal; (2) kantong janin harus
berlokasi pada ovarium; (3) kantong janin
dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum
ovarii proprium; (4) jaringan ovarium yang
nyata harus ditemukan dalam dinding kantong
janin.Pada kehamilan ovarial biasanya terjadi
ruptur pada kehamlan muda dengan akibat
perdarahan dalam perut.Hasil konsepsi dapat
pula mengalami kematian sebelumnya
sehingga tidak terjadi ruptur; ditemukan
benjolan dengan berbagai ukuran, yang terdiri
atas jaringan ovarium yang mengandung
darah, vili korialis, dan mungkin juga selaput
mudigah.
Kehamilan servikal. Kehamilan servikal pun
sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi
dalam kanalis servikalis, maka akan terjadi
perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan
muda. Jika kehamilan berlangsung terus,
serviks membesar dengan ostium uteri
eksternum
terbuka
sebagian.Kehamilan
servikal jarang melampaui 12 minggu dan
biasanya diakhiri secara operatif oleh karena
perdarahan.
Kehamilan
intraligamenter.
Kehamilan
intraligamenter biasanya terjadi sekunder dari
kehamilan tuba atau kehamilan ovarial yang
mengalami ruptur dan mudigah masuk di
antara 2 lapisan ligamentum latum.
Kehamilan abdominal. Kehamilan ini terjadi
satu dalam 15.000 kehamilan, atau kurang
dari 0,1% dari seluruh kehamilan ektopik.
Kehamilan abdominal ada 2 macam yaitu
Gusti | Kehamilan Ektopik
primer , dimana telur dari awal mengadakan
implantasi dalam rongga perut. Sekunder,
yaitu pembentukan zigot terjadi ditempat
yang lain misalnya di dalam saluran telur atau
ovarium yang selanjutnya berpindah ke dalam
rongga abdomen oleh karena terlepas dari
tempat asalnya.Tatalaksana pada pasien ini
adalah direncakan dilakukannya laparatomi.
Sebelum
tindakan
operatif
dilakukan
stabilisasi terhadap keadaan klinis pasien yaitu
pemberian cairan, oksigenasi, dan injeksi
ceftriakson untuk menstabilkan kondisi
pasien. Sikap terhadap kasus ini adalah
rencana
laparatomi.
Pada
laparatomi
didapatkan kehamilan ovarium sinitra dan
ruptur pada tuba sinistra sehingga diputuskan
tindakan yaitu Salphingo-Ooforektomi Sinistra.
Dalam menangani kasus kehamilan
ektopik, beberapa hal harus diperhatikan dan
dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada
saat itu, keinginan penderita akan fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik,
kondisi anatomik organ pelvis, kemampuan
teknik bedah dokter operator, dan
kemampuan teknologi fertilisasi invitro
setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan
apakah perlu dilakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba, atau dapat dilakukan
pembedahan konservatif dalam arti hanya
dilakukan salpingostomi atau reanastomosis
tuba. Apabila kondisi penderita buruk,
misalnya dalam keadaan syok, lebih baik
dilakukan salpingektomi.1,12
Salpingektomi dapat dilakuakn dalam
beberapa kondisi, yaitu kondisi penderita
buruk, misalnya dalam keadaan syok; kondisi
tuba buruk, terdapat jaringan parut yang
tinggi risikonya akan kehamilan ektopik
berulang; penderita menyadari kondisi
fertilitasnya dan mengingini fertilisasi invitro,
maka dalam hal ini salpingektomi mengurangi
risiko kehamilan ektopik pada prosedur
fertilisasi invitro; penderita tidak ingin
mempunyai anak lagi.1
Pada kasus kehamilan ektopik di pars
ampularis tuba yang belum pecah pernah
dicoba ditangani dengan menggunakan
kemoterapi untuk menghindari tindakan
pembedahan. Kriteria kasus yang diobati
dengan cara ini adalah: (1) kehamilan di pars
ampularis tuba belum pecah, (2) diameter
kantong gestasi ≤4 cm, (3) perdarahan dalam
rongga perut ≤100 ml, (4) tanda vital baik dan
stabil.
Obat
yang
digunakan
ialah
metrotrexate 1 mg/kg IV dan faktor sitovorum
0,1 mg/kg IM, berselang-seling setiap hari
selama 8 hari.Methotrexate (MTX) merupakan
pilihan terapi medisinal lini pertama pada
kehamilan ektopik yang belum terganggu dan
kondisi hemodinamik stabil.
Pada anamnesis lebih lanjut pasien
menyatakan sudah tidak megalami menstruasi
selama 3 bulan serta mual dan muntah namun
pasien tidak pernah memeriksakan dirinya
akan kemungkinan hamil, dan hanya minum
obat-obatan warung untuk mengatasi rasa
mual dan sakit perutnya. Pasien juga mengaku
memiliki
riwayat
menggunakan
alat
kontrasepsi yaitu alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) setelah melahirkan anak pertama.
Pada pasien ini dapat disimpulkan
etiologi yang memungkinan adalah tingkat
pendidikan ibu yang rendah yaitu SD sehingga
pengetahuan akan kesehatan yang sangat
kurang dan kondisi sosial ekonomi serta status
pasien
yaitu
multipara
(kehamilan
ketiga).Beberapa faktor resiko terjadinya
kehamilan ektopik antara lain adalah usia, ras,
patas, tingkat pendidikan, sosioekonomi,
riwayat
penyakit
terdahulu,
riwayat
kontrasepsi. 6-8
Usia. Sebagian besar wanita mengalami
kehamilan ektopik berumur 20-40 tahun
dengan umur rata-rata 30 tahun. Berdasarkan
bebrapa penelitian menyatakan bahwa
semakin bertambahnya usia maka semakin
tinggi angka kejadian KET yaitu 4 kali lebih
besar diatas usia35 tahun.
Ras.Kehamilan ektopik lebih sering di temukan
pada wanita kulit hitam dari pada wanita kulit
putih.Perbedaan ini diperkirakan karena
peradangan pelvis lebih banyak ditemukan
pada golongan wanita kulit hitam.
Paritas. Insiden kehamilan ektopik meningkat
seiring dengan pertambahan paritas.Kejadian
ini lebih banyak terjadi pada multipara.
Tingkat Pendidikan. Ibu dengan pendidikan
lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan
kesehatannya
selama
kehamilan
bila
dibanding dengan ibu yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
J Medula Unila| Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 |65
Gusti | Kehamilan Ektopik
Sosioekonomi. Derajat sosio ekonomi
masyarakat akan menunjukkan tingkat
kesejahteraan dan kesempatannya dalam
menggunakan dan menerima pelayanan
kesehatan.
Riwayat Penyakit Terdahulu. Riwayat
penyakit yang berhubungan dengan resiko
kehamilan ektopik adalah infeksi, tumor yang
mengganggu keutuhan saluran telur, dan
keadaan infertil.
Riwayat kontrasepsi. Pada kasus-kasus
kegagalan kontrasepsi pada wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral atau dengan
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), rasio
kehamilan ektopik dibandingkan dengan
kehamilan intrauterin adalah lebih besar
daripada
wanita-wanita
yang
tidak
menggunakan metode kontrasepsi.
Simpulan
Pasien Ny. R, perempuan berusia 32
tahun didiagnosis berdasarkan hasil anamnesa
dan pemeriksan fisik yaitu kehamilan ektopik
terganggu dengan anemia berat. Etiologi yang
memungkin pada pasien ini adalah riwayat
penggunaan
alat
kontrasepsi
yaitu
AKDR.Terapi yang telah diberikan berupa
antibiotik dan operatif yaitu SalphingoOoforektomi Sinistra.
Daftar Pustaka
1. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi
T.Ilmu bedah kebidanan. Cetakan ke-8.
Jakarta: PT Bina Pustaka; 2010.
2. Damayanti
I.
Kehamilan
ektopik.
Pontianak: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Tanjungpura; 2011.
3. Bangun R. Karakteristik ibu penderita
kehamilan ektopik terganggu (KET) di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2003-2008.Medan:
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas Sumatera Utara;2009.
4. Berek J. Berek & Novak’s Gynecology. Edisi
ke-15. Philadelphia: Lippincot Williams &
Wilkins; 2012.
5. Suryawan A, Gunanegara H, Sastrawinata
U. Profil penderita kehamilan ektopik
terganggu periode1 Januari 2003 – 31
Desember 2004 di RS Immanuel Bandung.
JKM. 2007;6(2):1-3.
J Medula Unila| Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 |66
6. Fitriany AN, Sukarya WS, Nuripah G.
Hubungan antara usia, paritas dan riwayat
medik
dengan
kehamilan
ektopik
terganggu. Prosiding pendidikan dokter.
Indonesia, Bandung, Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung; 2015.
7. Suryawan A, Gunanegara RF, Hartanto H,
Sastrawinata US. Artikel penelitian: profil
penderita kehamilan ektopik terganggu
Periode 1 Januari 2003 sampai 31
Desember 2004 di RS Immanuel
Bandung.JKM. 2007; 6(2):33-6.
8. Aling DMR, Kaeng JJ, Wanthania J.
Hubungan
penggunaan
kontrasepsi
dengan kehamilan ektopik terganggu di
BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
Periode 2009–2013. Jurnal e-Clinic (eCl).
2014; 2(3).
9. Institute
of
Obstetricians
and
Gynecologists, Royal College Physicians of
Ireland. The diagnosis and management of
ectopic pregnancy. 2014.
10. Widjajahakim G, Christina S. Kehamilan
Ektopik Terganggu di Abdomen.Jakarta:
Fakultas Kedokteran UKRIDA. 2008.
11. Hadisaputra
W.
Penatalaksanaan
kehamilan ektopik dengan kajian hasil
laparoskopi operatif.Maj Obstet Ginekol
Indones. 2008; 32(2):72-6.
12. Saifuddin
AB,
Rachimhadhi
T,
Wiknjosastro GH.Ilmu Kebidanan. Jakarta:
PT Bina Pustaka. 2010.
13. American Society for Reproductive
Medicine. Ectopic pregnancy. America:
American Society for Reproductve
Medicine.2014.
Download