kepartaian dan pemilu dalam sistem politik indonesia

advertisement
PENGERTIAN PARTAI POLITIK
Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotaanggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.
Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan
merebut kedudukan poltiik – (biasanya dengan cara konstitusionil) –
untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.
Carl J. Friedrich: partai politik adalah sekelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau
mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan, berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada
anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun material.
Sigmund Neumann: partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis
politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta
merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu
golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan
yang berbeda.
Partai politik merupakan kelompok anggota yang terorganisasi secara
rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi
tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan
dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna melaksanakan
alternatif kebijakan umum yang mereka susun.
George B. de Huszar dan Thomas H. Stevenson: partai politik adalah
sekelompok orang-orang yang terorganisir untuk ikut serta
mengendalikan suatu pemerintahan, agar dapat melaksanakan
programnya dan menempatkan anggota-anggotanya dalam jabatan.
Partai politik adalah sebuah organisasi permanen, tujuan utamanya
adalah untuk mengikuti pemilihan umum dan untuk mempergunakan
kekuasaan di dalam sebuah pemerintahan. partai menampilkan
banyak fungsi, termasuk memobilisasi partisipasi masyarakat di dalam
politik, recruitment elit, dan mewakili (bagian dari) masyarakat, tetapi
memenangkan pemilu dan mengontrol mesin kekuasaan negara
adalah yang utama. (barrie Axford dkk, an introduction secaond
edition politics, p. 360)
FUNGSI PARTAI POLITIK
Fungsi utama partai politik ialah mencari dan mempertahankan
kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun
berdasarkan ideologi tertentu.
1.
2.
Rod Huge dalam bukunya berpendapat bahwa fungsi partai politik
terdiri dari 4 hal, yaitu:
Partai berfungsi sebagai agen dari rekruitmen elite. Mereka melayani
sebagai mekanisme besar untuk menyiapkan dan merekrut kandidat
untuk jabatan publik. Jika kamu ingin memimpin negaramu, pertamtama kamu harus membujuk partai politik untuk mengangkatmu
sebagai kandidatnya.
Partai melayani sebagai agen dari aggregasi kepentingan. Mereka
mentranformasi banyak tuntutan spesifik ke dalam paket-paket usul
yang lebih mudah diatur. Partai-partai memilih, mengurangi dan
mengkombinasi kepentingan-kepentingan. Mereka bertindak sebagai
penyaring diantara masyarakat dan negara, memutuskan tuntutan
mana yang diizinkan melalui jaringan mereka.
3.
4.






Partai politik masih melayani sebagai “point of reference” untuk
para pendukung dan pemilih, memberikan masyarakat sebuah
kunci untuk mengintepretasikan sebuah dunia politik yang rumit.
Partai modern menawarkan ‘direction to government”,
menampilkan tugas penting dari mengendalikan kapal yang
bernama negara. Secara krusila, partai-partai menyediakan
kepemimpinan untuk memerintah.
Secara umum, partai politik dikenal menjalankan sejumlah fungsi
sebagaimana berikut ini:
Sebagai sarana komunikasi politik.
Sebagai sarana sosialisasi politik.
Sebagai sarana rekruitmen politik.
Sebagai sarana artikulasi dan agregasi kepentingan.
Sebagai sarana pembuatan kebijakan.
Sebagai sarana pengatur konflik.
TIPE PARTAI POLITIK
Tipologi partai politik adalah pengklasifikasian partai
politik berdasarkan kriteria, seperti:
Berdasarkan asas dan orientasi, partai politik
diklasifikasikan menjadi partai politik pragmatis, partai
politik doktriner, dan partai politik kepentingan.
Berdasarkan komposisi dan fungsi anggota, partai
politik diklasifikasikan menjadi partai massa/lindungan
dan partai kader.
Kebanyakan partai modern masuk ke dalam kategori yang
diistilahkan Otto Kirchheimer (1966) sebagai “catch all
parties”.
Berdasarkan basis sosial dan tujuan, partai politik
diklasifikasikan
menjadi:
partai
politik
yang
beranggotakan lapisan sosial dalam masyarakat, partai
politik yang anggotanya berasal dari kalangan
kepentingan tertentu, berasal dari pemeluk agama
tertentu, dan berasal dari kelompok budaya tertentu.
Berdasarkan tujuan partai politik, partai politik
diklasifikasikan menjadi partai perwakilan kelompok,
partai pembinaan bangsa, dan partai mobilisasi.
Berdasarkan basis orientasi ideologis, partai politik
diklasifikasikan menjadi partai sayap kiri dan partai
sayap kanan.
SISTEM KEPARTAIAN
Sistem kepartaian mengacu kepada sejumlah dan tipe dari partai
yang bekerja di dalam sistem politik.
Cara yang paling umum dalam membedakan tipe sistem partai
politik adalah dengan referensi jumlah partai yang berkompetisi
dalam memperebutkan kekuasaan.
Sistem kepartaian yang kebanyakan ditemui dalam politik modern
saat ini adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
SISTEM SATU PARTAI
Jerzy J. Wiatr, seorang ahli politik kebijakan, membedakan sistem
partai tunggal kedalam tiga sub tipe, yaitu:
Sistem monopartai, dimana hanya ada satu partai yang secara
resmi diizinkan untuk berdiri.
Sistem hegemoni, dimana ada beberapa aprtai yang diizinkan
untuk berdiri tetapi mereka dapat mengajukan kandidat hanya
ketika mereka diizinkan untuk melakukannya oleh seorang
petugas partai senior, dan tidak ada persaingan antar partai yang
diperbolehkan.
Sistem dominan, dimana beberapa partai poltiik boleh
mengorganisasi dan mengajukan kandidat, tetapi sebuah partai
yang memangkan hampir semua semua suara dan posisi karena ia
memegang “kesetiaan” para pemilih.
1.
2.
3.
SISTEM DUA PARTAI
Sebuah sistem dua partai adalah duopolistic yangmana
didominasi oleh dua partai besar yang secara kasar
memiliki prospek yang seimbang dalam memenangkan
kekuasaan pemerintah. dalam bentuk klasiknya, sebuah
sistem dua partai dapat diidentifikasi dengan tiga criteria,
yaitu:
Meskipun ada sejumlah partai kecil, hanya dua partai yang
menikmati kekuasaan electoral dan legislatif yang cukup
untuk
memiliki
prospek
yang
realistik
dalam
memenangkan kekuasaan pemerintah.
Partai yang lebih besar dapat memerintah sendirian
(biasanya pada basis mayoritas legislatif) dan yang lain
menjadi oposisi.
Alternatif kekuasaan diantara partai-partai ini adalah
menjadi partai yang terpilih utnuk menjalankan
pemerintahan atau memainkan peranan sebagai sayap
oposisi dalam pemeritnaha partai yang sedang berkuasa
tersebut.
SISTEM PARTAI DOMINAN
Sistem partai dominan adalah sistem kepartaian yang kompetitif
dalam pengertian bahwa sejumlah partai berkompetisi pada
pemilu reguler dan populer, tetapi didominasi oleh partai besar
yang tunggal yang secara konsekuen menikmati periode
kekuasaan yang panjang.
Contoh: LDP di Jepang, Congress party di India, SAP di Swedia,
dan DC di Italia.
SISTEM MULTI PARTAI
Sebuah sistem multi partai dikarakterkan dengan
kompetisi diantara lebih dari dua partai, mengurangi
kesempatan pemerintahan oleh satu partai dan meningkatkan
kemungkinan koalisi.
Keunggulan dari sistem multi partai, yaitumereka dapat
menciptakan “checks and balances” internal di dalam
pemerintahan dan menunjukkan sebuah bias dalam debat yang
menguntungkan, konsolidasi dan kompromi.
Kritik mendasar dari sistem multi partai berhubungan
dengan perangkap dan kesulitan-kesu;itan dalam pembentukan
koalisi. Lebih serius, pemerintahan koalisi dapat retak dan tidak
stabil, memebrikan perhatian yang lebih besar pada
pertengkaran diantara partner koalisi daripada menjalankan
tugas pemerintahan.
1.
Giovanni Sartori mengemukakan adanya tujuh sistem kepartaian yang dapat
digunakan untuk mengamati perubahan sistem kepartaian disuatu negara
berikut segala konsekuensinya terhadap mekanisme pengambilan keputusan
politik. Ketujuh sistem itu adalah:
Atomized party system
Jumlah partai antara 10, 20, atau lebih.
2.
Polarized pluralism
Tipe polarized pluralism merupakan tipe sistem kepartaian yang diwarnai pola
fragmentasi yang tinggi. Fragmentasi tersebut mencakup jarak ideologi/polarisasi
berdasarkan ideologi. Tipe ini sering dikenal sebagai extreme pluralism.
3.
Moderate pluralism
Jumlah partai di legislatif antara 5-6. Partai yang ada terfragmentasi berdasarkan
parameter sosial ekonomi tertentu tetapi tidak terpolarisasi berdasarkan ideologi.
4.
5.
Two party system
Pre-dominant party system
Sistem partai pre-dominan bermakna ada partai besar yang secara konsisten didukung
oleh 50%+1 (absolute majority) suara dari pemilih. Sistem partai ini diakui terbentuk
minimal berdasarkan 4 kali hasil pemilu legislatif secara berurutan.
6.
Hegemonic party system
Ada 1 partai dengan kekuasaan yang sangat dominan (mayoritas dominan), jika suarasuara partai lain digabungkan, masih tidak dapat mengalahkan partai tersebut.
7.
Pragmatic hegemonic
a.
Pragmatic Hegemonic
b.
Ideological hegemonic
Single party system
a.
Totalitarian
b.
Authoritarian
c.
Pragmatic
 Giovanni Sartori dalam bukunya Parties and Party
System (1976) mengungkapkan bahwa sistem
kepartaian disuatu negara dapat berubah-ubah karena
variabel pembentuknya tidak bersifat diskrit. Sartori
menunjukkan adanya empat variabel pembentuk,
yaitu:
 Sistem dan mekanisme pemilu yang berlaku.
 Nilai demokrasi pada tataran operasional yang dipahami
oleh satu bangsa.
 Pola mekanisme pengambilan keputusan politik yang
dikenal dalam nilai kultural yang berlaku.
 Kuat atau tidaknya idelogi nasional.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan dari
sebuah partai politik untuk bertahan akan ikut
mempengaruhi evolusi dari sistem kepartaian yang
ada. Sebuah partai politik bisa bertahan apabila
mempunyai:
 Basis sosial yang berhubungan dengan indeks of




heterogeneity.
Basis ideologi.
Basis material.
Infrastruktur dan sebaran kader.
Program dan kandidat.
 Sarana legitimasi politik.
 Sirkulasi kekuasaan.
 Representasi politik untuk mengaktualisasikan
aspirasi dan kepentingan rakyat.
 Implementasi kedaulatan rakyat.
 Sosialisasi dan pendidikan politik masyarakat.
 Electoral Law: Aturan yang disepakati
berdasarkan prinsip-prinsip pemilih.
ex: simple majority .
Electoral Process: Metode yang mentransfer suara
menjadi kursi.
- OPOVOV (One person, One Vote, One Value).
- Bilangan Pembagi Pemilih.
 “First past the post” plurality system
 Pemilik jumlah suara terbesar yang memenangkan
kursi/pemilihan. Negara pengguna: Amerika, Inggris,
Kanada.
 Absolute majority system.
 Pemenang dalam pemilihan adalah yang
mengumpulkan suara 50% + 1. Negara pengguna:
Perancis, Rusia, Nigeria.
 Preferential ballot.
 Pemilih memberikan nomor urut pilihan pada setiap
kandidat disamping nama mereka. Contoh negara yang
menerapkan: Australia.
 Party list system.
 Pemilih memilih nama yang dinominasikan oleh partai
politik. contoh negara yang menerapkan: Israel, Swiss,
Indonesia (pada masa ORBA).
 Single tranferable vote system.
 Pemilih dapat menentukan sendiri siapa kandidat yang akan




dia pilih (tidak ada pilihan nama kandidat di lembar
pemilihan).
Diberlakukannya electoral quota.
Suara yang dihitung adalah pilihan pertama dari pemilih.
Adanya transfer perolehan suara seperti disistem
proporsional.
Contoh negara yang menerapkan sistem ini: Irlandia.
 Approval voting.
 Pemilih tidak dibatasi dalam memberikan dukungan.
 Tidak ada pengurutan dalam proses memilih kandidat.
 Yang paling banyak dimuat namanya yang memenangkan
pemilihan.
 Contoh: pemilihan di lembaga pendidikan.
 Keunggulan:
 Wakil yang terpilih dapat dikenal oleh penduduk distrik
sehingga hubungannya dapat lebih erat.
 Mendorong kearah integrasi partai.
 Berkurangnya jumlah partai dan meningkatnya kerjasama
antar partai .
 Sederhana dan mudah diselenggarakan.
 Kelemahan:
 Kurang memperhitungkan partai kecil dan golongan
minoritas, apalagi jika tersebar di berbagai daerah pemilihan.
 Kurang representatif, partai/kandidat yang kalah akan
kehilangan suara pendukungnya.
 Keunggulan:
 Tidak ada suara yang hilang.
 Lebih representatif.
 Kelemahan:
 Mempermudah fragmentasi dan timbulnya partai-partai
baru.
 Wakil terpilih lebih terikat kepada partai.
 Sukar membentuk koalisi dan pemerintahan yang stabil.
 Sistem distrik cenderung menghasilkan sistem dua partai,
kecuali terdapat partai ketiga yang kuat di daeraha
tertentu.
 Sistem distrik cenderung diterapkan dalam masyarakat
yang memiliki homogenitas masyarakat yang tinggi, tidak
hanya dalam hal komposisi sosialnya, tetapi juga
budayanya.
 Sistem proporsional cenderung mempertahankan sistem
multi partai dan diterapkan oleh negara dengan
masyarakat yang tingkat kemanjemukannya relatif tinggi.
 Koalisi menjadi sebuah mekanisme yang dimiliki oleh
sistem proporsional. Sementara dalam sistem distrik, yang
mungkin terjadi adalah penggabungan partai atau
kandidat.
 Maklumat Wapres No. X tahun 1945.
 Munculnya sistem multi partai.
 Transisi presidensiil ke parlementer.
 Pelaksanaan pemilu 1955.
 Munculnya partai pemenang pemilu dan tidak adanya
partai dominan.
 Kepartaian yang terbelah secara ideologis..
 Pembatasan kebebasan berorganisasi.
 Pertentangan politik antara presiden dengan partai
politik tertentu.
 Pembubaran partai politik yang bertentangan dengan
rezim.
 Perkembangan PKI sebagai calon partai besar.
 Fusi partai politik.
 Penguasaan pemerintah terhadap lembaga pemilihan
umum.
 Rekruitmen elit politik melalui proses pemilihan dan
pengangkatan.
 Terbentuknya sistem kepartaian yang hegemonik.
 Kebebasan berorganisasi jilid 2.
 Menjamurnya partai politik.
 Pergeseran sistem pemilihan umum dari proporsional
tertutup menuju proporsional terbuka.
 Pengurangan militer dalam tubuh legislatif.
 Pergeseran sistem kepartaian.
 Adanya electoral treshold sebesar 2%.
 Pemilihan presiden secara langsung.
 Sejak 2005 sistem politik Indonesia melaksanakan




Pilkada Langsung baik di propinsi maupun
kabupaten/kota.
Pilkada untuk mengimbangi kekuasaan legislatif yang
besar.
Penggunaan simple majority system dengan ketentuan
minimal 25% untuk memenangkan pilkada,
menyisakan kelemahan pada sisi legitimasi pemenang
pemilu.
Pemilihan DPD.
Peningkatan electoral treshold menjadi 3%.
Download