keputusan kepala dinas perkebunan dan kehutanan sebagai kuasa

advertisement
PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU
NOMOR 8 TAHUN 2012
TENTANG
PELAYANAN PERIZINAN DAN REKOMENDASI USAHA
DAN/ATAU KEGIATAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KAPUAS HULU,
Menimbang
: bahwa dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di Kabupaten Kapuas Hulu sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
maka setiap usaha dan/atau kegiatan yang memiliki dampak
terhadap lingkungan hidup harus mendapat izin dan
rekomendasi dari pejabat yang berwenang, perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Pelayanan Perizinan dan
Rekomendasi Usaha dan/atau Kegiatan di Bidang Lingkungan
Hidup;
Mengingat
: 1.
Pasal 18 ayat (6) Undang–Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun
1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di
Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1953 Nomor 9), sebagai Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1820);
3.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali dan yang terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
4.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4725);
5.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
6.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3815) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3910);
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 138,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4153);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4161);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah Antara
Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5285);
12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11
Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18
Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30
Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan
Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
serta
Pengawasan
Pemulihan
Akibat
Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh
Pemerintah Daerah;
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 1
Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian
Pencemaran Air;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Hulu Nomor 7
Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat
Daerah Kabupaten Kapuas Hulu sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas
Hulu Nomor 17 Tahun 2011;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU
dan
BUPATI KAPUAS HULU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
PERATURAN
DAERAH
TENTANG
PELAYANAN
PERIZINAN DAN REKOMENDASI USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Kapuas Hulu.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kapuas Hulu.
4. Bupati adalah Bupati Kapuas Hulu.
5. Instansi teknis bidang lingkungan hidup adalah badan/dinas/kantor yang
memiliki tugas pokok dan fungsi serta tanggung jawab di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
6. Pejabat yang berwenang adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang
perizinan dan/atau rekomendasi sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku.
7. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
8. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum.
9. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya
mahluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya.
10. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk, zat, energi
dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
11. Limbah cair adalah setiap bahan samping kegiatan ekonomi, jasa atau proses
produksi atau pemukiman yang masuk atau dimasukkan ke dalam sumber
air dalam jumlah atau kandungan tertentu dan diduga dapat menurunkan
kualitas sumber air.
12. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau,
situ, waduk dan muara.
13. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud
cair.
14. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan
pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air
agar sesuai dengan baku mutu air.
15. Izin pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi tanah atau izin land
application adalah izin pemanfaatan limbah cair ke lahan kebun kelapa sawit.
16. Izin pelaksanaan kajian pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi
tanah adalah izin untuk melakukan kajian pemanfaatan air limbah ke lahan
kebun kelapa sawit sebelum izin land aplication diterbitkan.
17. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, disingkat limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan
dan/atau
merusak
lingkungan
dan/atau
dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta mahluk hidup lainnya.
18. Izin Limbah B3 adalah izin pengumpulan, izin lokasi pengolahan dan izin
penyimpanan yang menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
19. Pemrakarsa adalah setiap orang atau instansi pemerintah yang bertanggung
jawab atas suatu usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
20. Usaha dan/atau kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat
menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta
menyebabkan dampak terhadap lingkungan hidup.
21. Rekomendasi adalah surat yang menjadi dasar pertimbangan untuk
penerbitan izin usaha dan/atau kegiatan.
22. Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi
teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan.
23. Perizinan adalah macam-macam izin yang menurut kewenangannya
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas Hulu.
24. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL
dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
25. Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disebut Izin PPLH adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagai salah satu kewajiban yang harus
ditaati dalam izin lingkungan yang telah diterbitkan.
26. Dampak penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar
yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.
27. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut
AMDAL, adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
28. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan
pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak
penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
BAB II
ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
Pelayanan perizinan dan rekomendasi usaha dan/atau kegiatan di bidang
lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas :
a. tanggung jawab daerah;
b. kelestarian dan keberlanjutan;
c. keserasian dan keseimbangan;
d. keterpaduan;
e. manfaat;
f. kehati-hatian;
g. keadilan;
h. ekoregion;
i. keanekaragaman hayati;
j. pencemar membayar;
k. partisipatif;
l. kearifan lokal;
m. tata kelola pemerintahan yang baik; dan
n. otonomi daerah.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Pelayanan perizinan dan rekomendasi usaha dan/atau kegiatan di bidang
lingkungan hidup bertujuan :
a. melindungi wilayah Kabupaten Kapuas Hulu dari pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan;
b. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
c. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai
bagian dari hak asasi manusia;
d. mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan;
e. mewujudkan pelayanan publik yang berasaskan keterbukaan, integritas,
akuntabilitas, legalitas, non diskriminasi, proporsionalitas dan konsisten.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 4
Pelayanan perizinan dan rekomendasi usaha dan/atau kegiatan di bidang
lingkungan hidup meliputi :
a. perencanaan;
b. pemanfaatan;
c. pengendalian;
d. pengawasan;
e. penegakan hukum;
f. evaluasi.
BAB III
JENIS PERIZINAN DAN REKOMENDASI
Bagian Kesatu
Jenis Perizinan
Pasal 5
(1) Dengan Peraturan Daerah ini ditetapkan jenis usaha dan/atau kegiatan
perizinan bidang lingkungan hidup sebagai berikut :
a. izin lingkungan;
b. izin PPLH yang terdiri atas :
1. izin pembuangan limbah cair ke sumber air;
2. izin pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi tanah;
3. izin pelaksanaan kajian pemanfaatan air limbah ke tanah untuk
aplikasi tanah;
4. izin pengumpulan limbah B3;
5. izin penyimpanan sementara limbah B3.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang persyaratan yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 6
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL-UPL,
wajib memiliki izin lingkungan.
(2) Izin lingkungan diterbitkan pada saat proses perencanaan usaha dan/atau
kegiatan.
(3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh melalui
tahapan kegiatan yang meliputi :
a. penyusunan AMDAL dan UKL-UPL;
b. penilaian AMDAL dan pemeriksaan UKL-UPL;
c. permohonan dan penerbitan izin lingkungan.
(4) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan, pemrakarsa wajib
memiliki izin PPLH, maka setiap izin lingkungan harus mencantumkan
jumlah dan jenis izin PPLH.
Pasal 7
(1) Izin PPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) wajib dimiliki setiap
usaha dan/atau kegiatan dan diterbitkan pada saat proses operasional usaha
dan/atau kegiatan.
(2) Izin PPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui tahapan
kegiatan meliputi :
a. penyusunan kajian AMDAL atau kajian UKL-UPL atau kajian yang
dipersamakan dengan AMDAL atau UKL-UPL sesuai dengan jenis izin yang
diperlukan;
b. hasil kajian sebagaimana dimaksud pada huruf a akan dinilai atau
dievaluasi;
c. permohonan dan penerbitan Izin PPLH.
Bagian Kedua
Rekomendasi
Pasal 8
(1) Dengan Peraturan Daerah ini ditetapkan jenis rekomendasi terhadap usaha
dan/atau kegiatan di bidang lingkungan hidup sebagai berikut :
a. rekomendasi layak lingkungan yaitu keputusan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup terhadap suatu usaha dan/atau
kegiatan yang wajib AMDAL;
b. rekomendasi UKL-UPL yaitu surat persetujuan terhadap suatu usaha
dan/atau kegiatan yang wajib UKL-UPL.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang persyaratan yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 9
Bupati memberikan rekomendasi layak lingkungan dan rekomendasi UKL-UPL
kepada instansi teknis di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu yang
berwenang menerbitkan izin usaha dan/atau kegiatan yang mengeksploitasi
sumber daya alam dan memanfaatkan lingkungan hidup serta yang diperkirakan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan meliputi usaha dan/atau kegiatan
adalah sebagai berikut :
a. bidang
b. bidang
c. bidang
d. bidang
e. bidang
f. bidang
g. bidang
h. bidang
i. bidang
j. bidang
k. bidang
l. bidang
m. bidang
n. bidang
pertahanan;
pertanian;
perikanan;
kehutanan;
kesehatan;
perhubungan;
teknologi satelit;
perindustrian;
pekerjaan umum;
energi dan sumber daya mineral;
pariwisata;
pengembangan nuklir;
pengelolaan limbah B3;
rekayasa genetika.
BAB IV
OBYEK DAN SUBYEK PERIZINAN DAN REKOMENDASI
Bagian Kesatu
Obyek dan Subyek Perizinan
Pasal 10
(1) Obyek perizinan adalah setiap usaha dan/atau kegiatan
diperkirakan memiliki dampak penting terhadap lingkungan.
yang
(2) Subyek perizinan adalah orang pribadi, badan hukum dan
pemerintah yang telah memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
telah
instansi
Bagian Kedua
Obyek dan Subyek Rekomendasi
Pasal 11
(1) Obyek rekomendasi adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah
diperkirakan memiliki dampak terhadap lingkungan dan telah memenuhi
persyaratan.
(2) Subyek rekomendasi adalah orang pribadi, badan hukum dan instansi
pemerintah yang telah memperoleh rekomendasi lingkungan hidup.
BAB V
PERMOHONAN IZIN DAN REKOMENDASI
Bagian Kesatu
Permohonan Izin
Pasal 12
(1) Permohonan izin lingkungan dan izin PPLH diajukan secara tertulis oleh
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan selaku pemrakarsa kepada
Bupati sesuai dengan kewenangannya.
(2) Permohonan izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan bersamaan dengan pengajuan penilaian AMDAL atau
pemeriksaan UKL-UPL.
(3) Permohonan izin PPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
setelah persyaratan dinyatakan lengkap.
Bagian Kedua
Permohonan Rekomendasi
Pasal 13
(1) Permohonan rekomendasi diajukan secara tertulis oleh penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan selaku pemrakarsa kepada bupati sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Permohonan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
setelah persyaratan dinyatakan lengkap.
BAB VI
PEMBERIAN IZIN DAN REKOMENDASI
Pasal 14
(1) Bupati menerbitkan izin dan/atau rekomendasi terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang diajukan pemrakarsa setelah memenuhi persyaratan.
(2) Bupati dapat mendelegasikan pemberian izin kepada instansi teknis yang
terkait dengan tugas pokok dan fungsi perizinan.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang pendelegasian pemberian izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
(4) Bupati tidak dapat mendelegasikan pemberian rekomendasi layak lingkungan
untuk usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan hidup.
(5) Bupati dapat mendelegasikan pemberian rekomendasi UKL-UPL kepada
instansi teknis bidang lingkungan hidup.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pendelegasian pemberian rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VII
JANGKA WAKTU IZIN DAN REKOMENDASI
Pasal 15
(1) Jangka waktu proses penerbitan izin usaha dan/atau kegiatan adalah :
a. izin lingkungan dilakukan bersamaan dengan diterbitkannya rekomendasi
layak lingkungan dan rekomendasi UKL-UPL.
b. izin pembuangan limbah cair ke sumber air diterbitkan paling lambat 10
(sepuluh) hari kerja setelah persyaratan dinyatakan lengkap.
c. izin pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi tanah diterbitkan
paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak permohonan izin
diajukan oleh pemrakarsa.
d. izin pelaksanaan kajian pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi
tanah diterbitkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak usulan
pengkajian diterima.
e. izin pengumpulan limbah B3 dan izin penyimpanan sementara limbah B3
diterbitkan paling lambat 45 (empat puluh lima) hari kerja setelah
persyaratan dinyatakan lengkap.
(2) Jangka waktu proses penerbitan rekomendasi adalah :
a. rekomendasi layak lingkungan diterbitkan paling lambat 10 (sepuluh) hari
kerja setelah persyaratan dinyatakan lengkap.
b. rekomendasi UKL-UPL diterbitkan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
setelah persyaratan dinyatakan lengkap.
BAB VIII
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 16
(1) Setiap pemrakarsa mempunyai hak untuk memperoleh izin dan/atau
rekomendasi terhadap usaha dan/atau kegiatan apabila pemrakarsa yang
bermohon telah :
a. memenuhi persyaratan;
b. lokasi usaha dan/atau kegiatan tidak bertentangan dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu dan/atau peraturan perundangundangan yang berlaku.
(2) Setiap pemrakarsa yang telah memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban :
a. menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam izin lingkungan
dan izin PPLH;
b. membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan
dan kewajiban dalam izin lingkungan dan izin PPLH;
c. menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b disampaikan secara
berkala setiap 6 (enam) bulan.
(4) Dalam hal pemrakarsa yang melanggar persyaratan dan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dikenakan sanksi
administrasi berupa :
a. teguran secara tertulis;
b. apabila teguran sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak diindahkan,
maka izin lingkungan dan/atau izin PPLH akan dibekukan atau dicabut.
BAB IX
PENGAWASAN
Pasal 17
(1) Bupati sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan terhadap
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang
telah ditetapkan dalam izin lingkungan dan izin PPLH.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan terhadap
usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan
di luar pemegang izin lingkungan dan izin PPLH.
(3) Pengawasan dapat dilakukan Bupati bersama–sama Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah secara insidentil.
(4) Masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan dengan cara melaporkan adanya dugaan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan kepada Bupati melalui instansi
teknis bidang lingkungan.
(5) Ketentuan mengenai tata cara pengawasan sebagaimana dimaksud pada
pasal 17 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.
BAB X
MASA BERLAKU IZIN DAN REKOMENDASI SERTA DAFTAR ULANG
Pasal 18
Masa Berlaku Izin
Masa berlaku izin usaha dan/atau kegiatan adalah :
a. izin lingkungan berlaku selama usaha dan/atau kegiatan beroperasi serta
tidak mengalami perubahan;
b. izin pembuangan limbah cair ke sumber air berlaku selama 5 (lima) tahun
dan tidak mengalami perubahan serta dapat diperpanjang ;
c. izin pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi tanah berlaku selama 5
(lima) tahun dan tidak mengalami perubahan serta dapat diperpanjang ;
d. izin pelaksanaan kajian pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi
tanah berlaku sampai diajukannya permohonan izin pemanfaatan air limbah
ke tanah untuk aplikasi tanah dan dengan waktu pelaksanaan kajian
minimal 1 (satu) tahun ;
e. izin pengumpulan limbah B3 dan izin penyimpanan sementara limbah B3
berlaku selama 5 (lima) tahun dan tidak mengalami perubahan serta dapat
diperpanjang.
Pasal 19
Masa Berlaku Rekomendasi
Masa berlaku rekomendasi usaha dan/atau kegiatan berlaku selama usaha
dan/atau kegiatan beroperasi serta tidak mengalami perubahan.
Pasal 20
Daftar Ulang
Untuk registrasi, pengawasan dan pengendalian, pemegang izin usaha dan/atau
kegiatan harus melakukan daftar ulang setiap tahun.
BAB XI
PENYIDIKAN
Pasal 21
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana di bidang perizinan dan rekomendasi usaha dan/atau kegiatan bidang
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum
Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri
sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat
yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perizinan dan rekomendasi
usaha dan/atau kegiatan bidang lingkungan hidup agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang perizinan dan rekomendasi usaha
dan/atau kegiatan bidang lingkungan hidup;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang perizinan dan rekomendasi
usaha dan/atau kegiatan bidang lingkungan hidup;
d. memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana di bidang perizinan dan rekomendasi usaha dan/atau kegiatan
bidang lingkungan hidup;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidik
tindak pidana di bidang perizinan dan rekomendasi usaha dan/atau
kegiatan bidang lingkungan hidup;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang
perizinan dan rekomendasi usaha dan/atau kegiatan bidang lingkungan
hidup;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang perizinan dan rekomendasi usaha dan/atau kegiatan
bidang lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum
melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 22
(1) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) dan pasal 7 ayat (1) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kejahatan.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kapuas
Hulu.
Ditetapkan di Putussibau
pada tanggal 27 Desember 2012
BUPATI KAPUAS HULU,
A.M. NASIR
Diundangkan di Putussibau
pada tanggal 28 Desember 2012
Sekretaris Daerah Kabupaten Kapuas Hulu,
Ir. H.M. SUKRI
Pembina Utama Madya
Nip. 19590922 198903 1 004
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2012 NOMOR 14
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU
NOMOR 8 TAHUN 2012
TENTANG
PELAYANAN PERIZINAN DAN REKOMENDASI USAHA
DAN/ATAU KEGIATAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
I.
UMUM
Aktivitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk usaha
dan/atau kegiatan pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Dengan diterapkannya prinsip berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan dalam proses pelaksanaan pembangunan, dampak terhadap
lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai aktivitas pembangunan tersebut
dianalisis sejak awal perencanaannya sehingga langkah pengendalian dampak
negatif dan pengembangan dampak positif dapat disiapkan sedini mungkin.
Salah satu perangkat atau instrumen yang dapat digunakan untuk
melakukan hal tersebut sesuai dengan amanat dari Undang – Undang Nomor
32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada
pasal 14 yaitu AMDAL, UKL-UPL dan Perizinan yang terdiri atas Izin
Lingkungan dan Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Izin
PPLH).
Izin bidang lingkungan hidup merupakan alat pemerintah yang bersifat
yuridis preventif, dan digunakan sebagai instrumen administrasi untuk
mengendalikan
lingkungan
perilaku
hidup.
dalam
Perizinan
rangka
sebagai
perlindungan
wujud
lingkungan hidup, tentu harus dilakukan
dan
penerapan
sesuai
pengelolaan
undang-undang
dengan undang-undang
yakni terpadu. Perizinan terpadu bidang lingkungan hidup tidak hanya tentang
teknis administrasi (prosedur, syarat, waktu dan biaya), juga berkaitan dengan
aspek subtansi perizinan bidang lingkungan hidup itu sendiri. Penyelenggaraan
perizinan
pada
seluruh
bidang
lingkungan
hidup,
seperti
kehutanan,
pertambangan, perkebunan dan bidang-bidang lainya, harus didasarkan pada
undang-undang lingkungan hidup sebagai payung.
II.
PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat 3
huruf b
Penilaian AMDAL dilakukan oleh Komisi Penilai AMDAL Kabupaten
yang telah mendapatkan rekomendasi gubernur dan ditetapkan
oleh bupati. Pemeriksaan UKL – UPL dilakukan oleh bupati melalui
instansi teknis bidang lingkungan hidup.
Pasal 7
Ayat 2
huruf a
Kajian yang dipersamakan dengan kajian AMDAL dan kajian UKLUPL tersebut seperti Audit Lingkungan, Analisis Resiko
Lingkungan Hidup, Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan (DPPL), Dokumen Evaluasi Dampak Lingkungan
(DELH) dan lain-lain yang dilaksanakan oleh pemrakarsa dengan
menitikberatkan pada kajian yang terkait dengan jenis izin PPLH
yang diperlukan sesuai yang tercantum dalam AMDAL atau UKLUPL.
Hasil kajian tersebut akan dinilai atau dievaluasi oleh Komisi
Penilai AMDAL Kabupaten untuk kajian AMDAL dan instansi
teknis bidang lingkungan hidup untuk kajian UKL-UPL.
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat 4
Penerapan sanksi administrasi didasarkan atas :
a. efektifitas dan efisiensi terhadap pelestarian fungsi lingkungan hidup;
b. tingkat atau berat ringannya jenis pelanggaran yang dilakukan oleh
pemegang izin lingkungan dan izin PPLH;
c. tingkat ketaatan pemegang izin lingkungan dan izin PPLH terhadap
pemenuhan perintah atau kewajiban yang ditentukan dalam izin;
d. riwayat ketaatan pemegang izin lingkungan dan izin PPLH;
e. tingkat pengaruh atau implikasi pelanggaran yang dilakukan oleh
pemegang izin lingkungan dan izin PPLH pada lingkungan hidup.
Pasal 17
Ayat 1
Pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan dilakukan oleh bupati dan dapat dilimpahkan kepada instansi
teknis bidang lingkungan hidup melalui Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup Daerah (PPLHD) yang telah ditetapkan. Hasil laporannya akan
diserahkan kepada kepala instansi teknis bidang lingkungan hidup yang
selanjutnya diinformasikan kepada Bupati.
Pasal 18
huruf a sampai dengan huruf e
Yang dimaksud dengan tidak mengalami perubahan usaha dan/atau
kegiatan adalah tidak adanya perubahan dalam hal :
1. perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatan;
2. perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup;
3. perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup, yang
memenuhi kriteria :
a) perubahan
dalam
penggunaan
alat-alat
produksi
yang
berpengaruh terhadap lingkungan hidup;
b) penambahan kapasitas produksi;
c) perubahan spesifikasi teknis yang mempengaruhi lingkungan;
d) perubahan sarana usaha dan/atau kegiatan;
e) perluasan lahan dan bangunan usaha dan/atau kegiatan;
f) perubahan waktu atau durasi operasi usaha dan/atau kegiatan;
g) terjadinya perubahan kebijakan pemerintah yang ditunjuk dalam
rangka peningkatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
h) terjadinya perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar
akibat peristiwa alam atau karena akibat lain, sebelum dan pada
waktu usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan.
4. terdapat perubahan dampak dan/atau resiko terhadap lingkungan
hidup berdasarkan hasil kajian analisis resiko lingkungan hidup
dan/atau audit lingkungan hidup yang diwajibkan; dan/atau
5. tidak dilaksanakannya rencana usaha dan/atau kegiatan dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya izin lingkungan.
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Download