FRAUD AUDITING

advertisement
FRAUD AUDITING
1
JENIS AUDIT



Audit Kepatuhan (Complience Audit).
Audit Operasional (Operational Audit)
Audit Laporan Keuangan (Financial
Statement Audit).
2
AUDIT LAPORAN KEUANGAN

Menghimpun dan mengevaluasi buktibukti mengenai Laporan Keuangan suatu
entitas dengan tujuan untuk
memberikan pendapat apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar
sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
3
AUDIT OPERASIOANAL

Menghimpun dan mengevaluasi buktibukti mengenai kegiatan operasional
organisasi yang dirancang untuk menilai
efisiensi, keekonomisan, dan efektifitas
dari prosedur operasi manajemen.
4
AUDIT KEPATUHAN

Mencakup penghimpuanan dan
pengevaluasian bukti dengan tujuan
untuk menentukan apakah kegiatan
finansial maupun operasi tertentu dari
suatu entitas sesuai dengan kondisikondisi, aturan-aturan,dan regulasi
yang telah ditentukan
5
AUDIT KECURANGAN

Penerapan keahlian finansial dan
mentalitas investigatif untuk memecahkan
kasus penjimpangan, yang dilaksanakan
dalam konteks ketentuan bukti
6
Keahlian yg diperlukan
Bidang-bidang keahlian yang diperlukan dalam
fraud auditing

Finansial

Pusdiklatwaskecurangan
Pengetahuan mengenai

Pengetahuan dan pemahaman realitas bisnis

Mekanisme kerja sistem hukum
Copright ©
Pusdiklaytwas BPKP
7
DEVINISI FRAUD


Penyimpangan/perbuatan melanggar hukum, dilakukan
dengan sengaja, untuk tujuan tertentu untuk
keuntungan pribadi atau kelompoknya secara tidak fair,
yang lansung / tidak langsung merugikan pihak lain
Perbuatan curang yang dilakukan dng berbagai cara
secara licik, bersifat menipu, dan tidak disadari oleh
pihak yang dirugikan
8
Karakteristik Fraud ?
• Deception/trickery
• Hidden
• intentionally
• Damage
Actus Reus
Mens Rea
9
9
Penipuan
FRAUD
Penyembunyian Fakta
Pemanfaatan Hasil
10
METODE INVESTIGASI
THEFT ACT INVESTIGATE METHOD
• SURVEILANCE & COPERT OPERATION
• INVIGILATION
• PHISICAL EVIDENCE
CONCEALMENT INVESTIGATE METHOD
•
•
•
•
DOCUMENT EXAMINATON
AUDIT
COMPUTER SEARHES
PHYSICAL ASSET COUNT
CONVERSION INVESTIGATE
METHOD
• PUBLIC RECORD SEARCHES
• NET WORTH ANALYSIS
11
JENIS KECURANGAN:






Employee Embezzlement
Management Fraud
Investment Scam
Vendor Fraud
Customer Fraud
Computer Fraud
12
PRESSURE/DORONGAN
FRAUD
OPPORTUNITY/
KESEMPATAN
RATIONALIZATION/
PEMBENARAN
13
FAKTOR TEKANAN (PRESSURE)

Masalah Keuangan:
Tamak, hidup melebihi kemampuan,banyak hutang

Penyakit Mental:
Penjudi, peminum, pecandu narkoba

Work Related Pressure:
Kurang mendapat perhatian, kondisi kerja yang buruk,
Career Path yang tidak jelas
14
FAKTOR KESEMPATAN (OPP0RTUNITY)






Sistem Pengendalian Intern yang lemah
Karena tidak mampu menilai kualitas kerja
Kurang adanya akses terhadap innformasi
Tindakan disiplin lemah thd pelaku fraud
Kewenangan & tanggungjawab tidak jelas
Lalai, apatis
15
FAKTOR RATIONALIZATION:





Mencontoh atasan atau teman sekerja
Merasa sdh berbuat banyak kped
perusahaan
Menganggap yang diambil tdk seberapa
Dianggap meminjam, nanti dikembalikan
Umum dilakukan
16
MENCEGAH KECURANGAN:


Menjaga moral / mental pegawai agar
bersikap jujur, disiplin, berdedikasi
Membangun sistem pengendalian
intern yg efisien dan efektif
17
MEMBANGUN BUDAYA JUJUR,
TERBUKA DAN PENBERIAN BANTUAN




Penerimaan pegawai yang jujur
Menciptakan suasana kerja yang positif
Penerapan Aturan Perilaku dan Kode Etik
Pemberian Program bantuan bagi pegawai
yang membutuhkan
18
MEMBANGUN SISTEM PENGENDALIAN
INTERN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sarana pengendalian:
Struktur Organisasi
Kebijakan
Prosedur Kerja
Perencanaan Kerja
Pencatatan
Pelaporan
Personalia
Review Intern
19
LIMA KOMPONEN STRUKTUR
PENGENDALIAN INTERN :

Lingkungan Pengendalian (control
environment)



Penilaian Resiko (risk assessment)
Aktivitas Pengendalian (control activities)
Informasi dan komunikasi (information
and communication)
20
AKTIVITAS PENGENDALIAN





Pemisahan Tugas
Sistim Otorisasi
Pengecekan Independen
Pengamanan Phisik
Dokumentasi dan Pencatatan
21
KELEMAHAN YG MELEKAT PADA SISTEM
PENGENDALIAN INTERN:



Sistem yang baik tidak dapat berfungsi
dengan baik bila terjadi kerjasama yang
tidaksehat
Sistem yang dirumuskan merupakan hasil
kompromi antara benefit dan cost
Kesalahan / kelalaian pegawai yang
menjalankan sistem
22
RED FLEGS



Situasi Pribadi yg mengakibatkan timbulnya
tekanan yg tidak diharapkan
Keadaan Perusahaan yg mengakibatkan
timbulnya tekanan yyg tidak semestinya
Resiko pengendalian yg spesifik
23
GEJALA KECURANGAN






Terdapat perbedaan angka laporan yg
mencolok dng tahun-tahun sebelumnya
Perbedaan antara buku besar dengan buku
tambahan
Perbedaan yg terungkap dari hasil konfirmasi
Transaksi yg tidak didukung dng bukti yang
memadai
Transaksi yg tidak dicacat sesuai dng otorisasi
manajemen
Terdapat perbedaan kepentingan pada tugas
pekerjaan karyawan
24
KONDISI TERTENTU YG DAPAT MENJADI
PEMICU FRAUD :




Sistem Pengendalian Intern yg tidak
memadai
Prosedur penerimaan pegawai yg kurang
mempertimbangkan kejujuran dan
integritas
Model managemen yg cenderung korup,
kurang efisien dan tidak cakap
Karyawan yg yerlalu banyak problem
terutama masalah-masalah keuangan
25
GONE
G – Greed (Keserakahan)
O – Opportunity
(Kesempatan)
N – Need (Kebutuhan)
E – Exposure
(Pengungkapan)
26
Greed dan Need – Faktor yang
berhubungan dengan individu pelaku
kecurangan (Faktor Individu)

Opportunity dan Exposure – Faktor
yang berhubungan dengan organisasi
korban kecurangan (Faktor Generik)
27
GREED

Berkaitan dengan perilaku
serakah yang potensial ada dalam
diri setiap orang.
28
OPPORTUNITIES

Berkaitan dengan keadaan
organisasi, instansi,
masyarakat yang sedemikian
rupa sehingga terbuka bagi
seseorang untuk melakukan
kecurangan terhadapnya.
Copyright ©
Pusdiklatwas BPKP
29
NEED

Berkaitan dengan
faktor-faktor yang
dibutuhkan oleh
individu untuk
menunjang hidupnya
secara wajar.
Copyright ©
Pusdiklatwas BPKP
30
EXPOSURE

Berkaitan dengan kemungkinan dapat
diungkapnya suatu kecurangan dan sifat
serta beratnya hukuman terhadap
pelaku kecurangan. .
31
EXPOSURE



Semakin besar kemungkinan suatu kecurangan
dapat
diungkap/ditemukan,
semakin
kecil
dorongan seseorang untuk melakukan kecurangan
tersebut.
Pengungkapan suatu kecurangan belum menjamin
tidak terulangnya kecurangan tersebut,baik oleh
pelaku yang sama ataupun oleh pelaku yang lain.
Semakin
berat
hukuman
kepada
pelaku
kecurangan akan semakin kurang dorongan
seseorang untuk melakukan kecurangan.
32
TEKNIK MENDETEKSI KECURANGAN:

Critical Point Auditing
Melalui pemeriksaan atas cacatan pembukuan gejala
suatu manipulasi dapat diidentifikasi

Job Sensitivity Analysis
Didasarkan pada suatu asumsi, bila seseorang bekerja
pada posisi tertentu. Tindakan/peluang negatif apa saja
yg dapat dilakukannya
33
EMPAT PILAR DALAM MEMERANGI
KECURANAGN:




Pencegahan kecurangan
Pendeteksian dini kecurangan
Investigasi kecurangan
Penegakan Hukum atau penjatuhan sanksi
34
PERANAN FRAUD AUDITOR
Preventing Fraud
Detecting Fraud
Investigating Fraud
Copyright ©
Pusdklatwas BPKP
35
Pencegahan kecurangan


Membentuk lingkungan kerja yang yang
menghargai kejujuran.
Menciptakan sistem pengendalian intern
yang memadai
36
DETECTING FRAUD dan INVESTIGATING

DETECTING
Melakukan langkahlangkah dengan
tujuan dapat
menjawab pertanyaan
“apakah fraud benar-
benar terjadi”

INVESTIGATING
Melakukan langkah –
langkah pendalaman
terhadap fraud yg
terjadi, dengan tujuan
dapat menjawab
pertanyaan apa,
siapa,
dimana,bilamana dan
bagaiman fraud
terjadi
37
AUDIT INVESTIGASI


INVESTIGATIVE AUDITING “INVOLVES REVIEWING
FINANCIAL DOCUMENTATION FOR A SPECIFIC
PURPOSE, WHICH COULD RELATE TO LIGITATION
SUPPORT AND INSURANCE CLAIMS, AS WELL AS
CRIMINAL MATTER”
Investigasi merupakan penerapan kecerdasan,
pertimbangan yg sehat dan pengalaman, selain
juga pemahaman thd ketentuan perundangan
dan prinsip-prinsip investigasi guna pemecahan
permasalahan yg dihadapi
38
PENDEKATAN INVESTIGASI

Pendekatan audit investigasi didasarkan
pada penilaian yg logis thdp individu dan
segala sesuatu/benda yg terkait dng
tindak kecurangan tersebut.
39
ALUR PIKIR
AUDIT INVESTIGATIF
PENGERTIAN
KARAKTERISTIK
FRAUD
AKSIOMA
AUDIT INVESTIGATIF
PRINSIP DAN
PENDEKATAN
TAHAP-TAHAP AUDIT INVESTIGATIF
(PROSES AUDIT INVESTIGATIF)
PRA
PERENCANAAN
SUMBER
INFORMASI
TELAAH
KEPUTUSAN
PENANGANAN
PERENCANAAN
PENGUMPULAN
BUKTI
HIPOTESA
BUKTI
AUDIT
PROGRAM
RENCANA SUMBER
DAYA (SMEAC)
PENUGASAN
TEKNIK
PENGUMPULAN
BUKTI
EVALUASI
BUKTI
PELA
PORAN
TINDAK
LANJUT
ANALISA
BUKTI
PRINSIP
PELA
PORAN
KETER
AHLI
REVISI
HIPOTESA
FORMAT
KERUGIAN
KEUANGAN
UNSUR
DELIK
SUBS
TANSI
40
PRINSIP-PRINSIP INVESTIGASI






Investigasi adlh tindakan mencari kebenaran, dng memperhatikan
keadilan, dan berdasarkan ketentuan perundangan yg berlaku
Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber2 bukti yg dpt
mendukung fakta yg dipermasalahkan.
Semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kecurangan
dng wkt utk merespon,maka kemungkinan dpt terungkap akan
semakin besar.
Investigator mengumpulkan fakta2 sedemikian rupa hingga bukti2
yg diperolehnya dpt memberikan simpulan sendiri.
Bukti fisik merupakan bukti nyata yg sampai kapanpun akan selalu
mengungkapkan hal yg sama.
Penggunanaan tenaga ahli merupakan bantuan bagi pelaksanaan
investigasi, bukan merupakan pengganti dari investigasi.
41
LANJUTAN (prinsip2 investigasi)




Informasi yg diperoleh dari hasil wawancara dng saksi akan sangat
dipengaruhi oleh kelemahan manusia. Investigator harus selalu
berusaha utk mengkonfirmasikan setiap pernyataan dan keterangan
yg diberikan saksi.
Jika investigator mengajukan pertanyaan yg cukup kpd sejumlah
orang yg cukup, dpt diharapkan memperoleh jawaban yg benar.
Informasi merupakan nafas dan darahnya investigasi. Investigator
harus mempertimbangkan segala kemungkinan utk dpt memperoleh
informasi.
Pengamatan, informasi dan wawancara merupakan bagian yg
penting dalam investigasi.
42
TAHAP-TAHAP INVESTIGASI

PERENCANAAN.

PELAKSANAAN (pengumpulan dan
evaluasi bukti).

PELAPORAN.
43
PERENCANAAN AUDIT INVESTIGASI



Kecukupan informasi utk menjawab pertanyaan
tentang apa, siapa,dimana,bilamana, dan bagaimana,
terkait dengan adanya dugaan
penyimpangan/kecurangan.
SMEAC sistem merupakan model perencanaan dng
pendekatan terstruktur dan dapat digunakan sebagai
kerangka kerja utk mengembangkan rencana lebih
detil sesuai keadaan.
SMEAC merupakan akronim dari Situation, Mission,
Execution, Admistration & Logistic, Communication.
44
SITUATION


Memuat tentang apa yg telah terjadi dan
bagaimana keadaannya saat itu.
Dikaitkan dng Audit Investigasi, situasi
disini menggambarkan substansi
pengaduan/penyimpangan yg akan
dibuktikan melalui audit investigasi.
45
MISSION
Suatu pernyataan yg secara ringkas
mengganbarkan hasil yg diharapkan akan
dicapai dlm pelaksanaan investigasi
(sebagai upaya untuk membuktikan
hipotesis).
46
HIPOTESIS




Merupakan pernyataan sementara yg bersifat terkaan dari
hubungan antara dua atau lebih variabel.
Suatu taksiran yg dirumuskan serta diterima utk sementara yg dpt
menerangkan kondisi2 yg diduga mengandung penyimpangan dan
digunakan sbg petunjuk utk menentukan langkah2 audit investigasi
selanjutnya.
Disusun berdasarkan fakta2 dan data yg ada dlm surat pengaduan
setelah diolah dan dipadukan dng fakta2 dan data yg dikumpulkan
pada saat penelaahan dilakukan .
Dari hipotesis dpt diperoleh gambaran ttg apa yg terjadi, di mana,
kapan, oleh siapa dan mengapa suatu hal terjadi. Dari gambaran
tsb, investigasi dpt diarahkan sehingga batasan dan ruanglingkup
audit dpt dipersempit (efisien).
47
LANJUTAN (hipotesis)



Hipotesis juga dpt digunakan sbg pedoman dlm menguji
apakah antara fakta2 yg tekumpul dlm kegiatan
investigasi memiliki hubungan antara satu dng lainnya
atau hanya merupakan fakta2 yg berdiri sendiri tanpa
keterkaitan.
Dari hipotesis yg telah dikembangkan dlm tahap
perencanaan, dpt diidentifikasi dan di prediksikan hal2
yg berkaitan dng pelanggaran yg dilakukan, ketentuan2
yg dilanggar, siapa, kapan, bagaimana, dan dimana
terjadinya pelanggaran tsb.
Dari hipotesis tersebut selanjutnya disusun program
audit investigasi sebagai pedoman dlm pelaksanaan
audit.
48
EXECUTION
Memuat komponen2 perencanaan yg
menggambarkan secara rinci peran dan
tanggungjawab setiap individu,yaitu:



Penyusunan Program Audit Investigasi.
Penentuan komposisi Tim Audit
Investigasi.
Jangka Waktu dan Anggaran Biaya Audit
Investigasi.
49
ADMINISTRATION AND LOGISTICS
Memuat beberapa hal antara lain uraian
rinci mengenai nama, jabatan, dan lokasi
dari semua individu yg terlibat dalam
kegiatan audit investigasi, termasuk uraian
mengenai pendelegasian, pemisahan
tugas dan wewenang
50
COMMUNICATION

Diperlukan matrik komunikasi, yg
menguraikan sedcara rinci dari arus
informasi (siapa melapor kepada siapa),
waktu pelaporan serta kpd siapa laporan
harus dierahkan.
51
PENGUMPULAN DAN EVALUASI
BUKTI.
52
JENIS BUKTI AUDIT







Pengujian Fisik (Physical Examination)
Konfirmasi (Confirmation)
Dokumentasi (Documentation)
Observasi (Observation)
Tanya Jawab dng Auditan (Inquires of the
Client)
Pelaksanaan Ulang (Reperformance)
Prosedur Aanalitis (Analytical Procedures)
53
SISTEM PEMBUKTIAN MENURUT KUHAP.



Sistem pembuktian berdasarkan
Keyakinan Hakim.
Sistem pembuktian berdasarkan Undang –
Undang Secara Positif
Sistem Pembuktian berdasarkan Undang
Undang Secara Negatif
54
ALAT BUKTI
MENURUT KUHAP





Alat bukti diperlukan untuk membuktikan
adanya unsur tindak pidana. Pengertian alat
bukti yang sah menurut pasal 184 ayat (1)
KUHAP adalah :
Keterangan saksi
Keterangan ahli
Surat
Petunjuk
Keterangan terdakwa
Copyright ©
Pusdiklatwas BPKP
55
BARANG BUKTI
MENURUT KUHAP



Barang bukti adalah barang yang mempunyai kaitan
langsung dengan tindak pidana, dapat berupa :
Alat untuk melakukan tindak pidana
Hasil perbuatan tindak pidana
Obyek tindak pidana
Copyright ©
Pusdiklatwas BPKP
56
HUBUNGAN BUKTI AUDIT DENGAN ALAT
BUKTI HUKUM
57
METODE PENGUMPULAN BUKTI



Membangun circumstantial case melalui
interview saksi yg kooperatif dan dokumen yg
tersedia.
Menggunakan circumstantial evidence utk
mengidentifikasi dan beralih ke saksi internal yg
dpt memberi bukti langsung ttg pihak2 yg
terlibat.
Seal and Case, identifikasi dan tanggapi
bantahan pihak terlibat dan buktikan adanya
kesengajaan pelaku kecurangan melalui
pemeriksaan (examination) subyek atau sasaran
58
TEKNIK PENGUMPULAN BUKTI



Pengujian Fisik (Physical Examination)
Wawancara ( Interview)
Bukti dokumen (Document)))
59
EVALUASI BUKTI


Perlu dilakukan analisis utk menilai
kesesuaian bukti (relevansi) dgn hipoteis
yg diperlukan sbg landasan perlu tidaknya
pengembangan bukti lebih lanjut.
Dalam malakukan evaluasi bukti perlu
menilai kualitas bukti dan kuantitas bukti
yang diperoleh.
60
KUALITAS BUKTI



Relevansi
Materialitas
Kompetensi
61
RELEVANSI


Bukti dianggap cukup relevan jika bukti tersebut
merupakan salah satu bagian dr rangkaian
bukti2 yg menggambarkan suatu proses
kejadian atau jika bukti tsb secara tdk langsung
menunjukkan kenyataan dilakukan atau tdk
dilakukannya suatu perbuatan.
Suatu bukti mungkin awalnya dianggap tdk
relevan namun berdasarkan pengembangan
lebih lanjut ditemui relevansi bukti tsb dlm kasus
yg ditangani.
62
MATERIALITAS

Materialitas dlm audit invest. menekankan
pada hubungan bukti thd sangkaan yg
diindikasikan dan tdk melihat besaran dr
nilai yg terkandung dlm bukti tsb, karena
tdk seluruh bukti menunjukkan nilai suatu
transaksi.
63
KOMPETENSI
Dalam audit investigasi, kompetensi suatu bukti
tdk hanya didasarkan pada proses
pembuatannya, tetapi juga proses perolehan
bukti tsb oleh auditor. Bukti yg diperoleh secara
illegal, tdk diterima menurut hukum. Disamping
itu, kompetensi juga menyangkut
kewenanangan auditor utk memperoleh bukti.
Bukti2 yg secara hukum bersifat rahasia,
umumnya tidak kompeten, kecuali didukung dng
bukti lain yg secara hukum dpt diterima.
64
KUANTITAS BUKTI

Dalam audit investigasi, kuantitas bukti yg
diperoleh dianggap cukup apabila bukti
tsb dapat menggambarkan apa, siapa,
dimana, bilamana, dan bagaimana suatu
kejadian / tindak pidana dilakukan.
65
MATERI TEMUAN





Jenis Penyimpangan
Pengungkapan Fakta-fakta dan Proses
Kejadian (Modus Operandi)
Penyebab dan Dampak Penyimpangan
Pihak Yang Diduga Terlibat/Bertanggung
Jawab
Bukti Yang Diperoleh
66
PELAPORAN





Pengungkapan atas arti penting
Kegunaan informasi dan ketepatan waktu
Obyektifitas informasi yg disajikan
Tingkat keyakinan penyajian
Ringkas, sederhana namun jelas dan
lengkap
67
Contoh :
BAB I
:
PELAPORAN HASIL AUDIT
Simpulan dan Rekomendasi
BAB II :
Umum
1. Dasar Penugasan Audit
2. Sasaran dan Ruang Lingkup Audit
3. Data Obyek/Kegiatan Yang Diaudit
BAB III :
Uraian Hasil Audit
1. Dasar Hukum Obyek dan atau Kegiatan Yang Diaudit
2. Materi Temuan
1). Jenis Penyimpangan
2). Pengungkapan Fakta-fakta dan Proses Kejadian
3). Penyebab dan Dampak Penyimpangan
4). Pihak Yang Diduga Terlibat/Bertanggungjawab
5). Bukti Yang Diperoleh
3. Kesepakatan dan Pelaksanaan Tindak Lanjut dengan
Obyek yang Diaudit (Auditan)
4. Kesepakatan dengan Pihak Instansi Penyidik
(untuk kasus yang berindikasi TPK dan Perdata)
68
IDENTIFIKASI KASUS
Adalah menetapkan penyimpangan
dipandang dari aspek hukum yakni
apakah kasus tersebut merupakan
kasus pidana, kasus perdata, atau
ketentuan hukum lainnya.
69
Hukum Perdata


Mengatur hubungan hukum privaat (pribadi)
masyarakat (sebagai pribadi atau badan hukum)
dengan masyarakat lain atau negara sebagai badan
hukum publik dengan masyarakat;
Semua sengketa yang terjadi dalam
hubungan hukum privaat diselesaikan di
Peradilan Umum atau Lembaga Arbitrase.
70
IDENTIFIKASI KASUS PERDATA
(Unsur Melanggar Hukum)




Harus ada tindakan melanggar hukum
Harus ada kerugian yang diderita
Harus ada hubungan kausal antara
perbuatan melanggar hukum dengan
kerugian yang diderita
Harus ada unsur kesalahan (disengaja /
tidak disengaja)
71
IDENTIFIKASI KASUS PERDATA
(Kerugian keuangan/kekayaan negara)
Pasal 1366 KUH Perdata;

“Setiap orang bertanggung jawab tidak
saja untuk kerugian yang disebabkan
karena perbuatannya, tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan karena
kelalaian atau kurang hati-hatinya”.
72
Hukum Pidana



Apabila terjadi tindak pidana, maka negara dapat
menuntut untuk diadili di peradilan umum.
Hukum pidana bersifat publik : walaupun pihak korban
tidak menuntut, negara tetap berhak untuk
menghukum orang yang melakukan perbutan pidana
tersebut.
Tuntutan pidana masih tetap berlaku meskipun para
pihak telah membuat perjanjian untuk tidak saling
menuntut atas perbuatan pidana yang dilakukannya
dalam proses pengadaan.
73
PENGERTIAN TINDAK PIDANA
KORUPSI


UNDANG-UNDANG NO. 31 TAHUN
1999)
Setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.
74
PENGERTIAN TINDAK PIDANA
KORUPSI (sambungan)


(UNDANG-UNDANG NO. 31 TAHUN 1999)
Setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan,
atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.
75
PENGERTIAN TINDAK PIDANA
KORUPSI (lanjutan)


(UNDANG-UNDANG NO. 31 TAHUN
1999)
Setiap orang yang melakukan tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam
pasal 209, 210, 387, 388, 415, 416, 417,
418, 419, 420, 423, 425, 435 KUHP
76
PENGERTIAN TINDAK PIDANA
KORUPSI (lanjutan)


(UNDANG-UNDANG NO. 31 TAHUN
1999)
Setiap orang yang memberikan hadiah
atau janji kepada pegawai negeri dengan
mengingat kekuasaan atau wewenang
yang melekat pada jabatan atau
kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah
atau janji dianggap melekat pada jabatan
atau kedudukan tersebut.
77
Download