proposal pengembangan kreativitas mahasiswa kajian lgbt (lesbian

advertisement
PROPOSAL PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA
KAJIAN LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL DAN TRANSGENDER)
MENURUT PERSPEKTIF BUDDHIS
BIDANG KEGIATAN:
PKM – GAGASAN TERTULIS
Oleh :
TARA TIANA
NPM : 2013101015
Program Study Dharma Acarya
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha
JINARAKKHITA
BANDAR LAMPUNG
2016
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS
1. Judul Kegiatan
2. Bidang Kegiatan
3. Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. PTKB
e. Alamat Rumah dan No HP
f. Alamat email
4. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIDN
c. Alamat Rumah /No HP
: Kajian LGBT Menurut Perspektif Buddhis
: PKM-GT
: TARA TIANA
: 2013101015
: Dharma Acarya
: STIAB Jinarakkhita Bandar Lampung
: Adirejo Kec. Pekalongan Lam-Tim (085758953931)
: [email protected]
: Agus Susilo, S.Pd.B., M.M
: 2908088901
: Teluk Betung, Bandar Lampung/081379130589
Bandar Lampung, 23 Juni 2016
Menyetujui
Ketua Program Studi
Penulis
Taridi, S.Ag., M.Pd., M.Pd.B
NIDN. 2908078501
Tara Tiana
NPM. 2013101015
Ketua Sekolah Tinggi
Dosen Pendamping
Wandi, M.Si., M.Pd.B
NIDN. 2931128701
Agus Susilo, S.Pd.B., M.M
NIDN. 2908088901
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iii
RINGKASAN .................................................................................................. iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................... 2
C. Manfaat .................................................................................................. 2
GAGASAN
A. Pengertian LGBT ................................................................................... 3
1. Lesbian ............................................................................................... 4
2. Gay ..................................................................................................... 5
3. Biseksual ............................................................................................ 5
4. Transgender ....................................................................................... 6
B. LGBT Dalam Perspektif Buddha ........................................................... 6
KESIMPULAN ............................................................................................... 12
DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................... 13
BIODATA PENULIS ..................................................................................... 14
iii
RINGKASAN
Kondisi mental setiap manusia berbeda-beda. Ada yang normal, bahkan ada
juga yang abnormal. Normal disini maksudnya adalah kondisi mental manusia
yang terbentuk sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sedangkan Abnormal
merupakan kondisi mental yang tidak selayaknya terjadi atau dalam kata lain
tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kondisi mental abnormal
merupakan kondisi yang menyimpang. Penyimpangan ini lebih kepada
penyimpangan seksual.
Penulis mengangkat permasalahan ini dikarenakan adanya perbincangan dan
kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang yang menderta penyimpangan
seksual. Penyimpangan seksual yang akan dikupas pada artikel ini adalah
penyimpangan homoseksual yang lebih spesifik kepada jenisnya yaitu LGBT.
LGBT adalah kepanjangan dari lesbian, gay, biseksual dan transgender. Kondisi
tersebut terjadi karena banyak faktor. Ada yang disebabkan karena keluarga dan
ada pula yang disebabkan karena lingkungan dan pergaulan yang kurang baik
sehingga berakibat demikian.
Menurut pandangan agama Buddha, hal tersebut merupakan salah satu
hambatan bagi setiap individu dalam mencapai tingkat kesucian. Dalam agama
Buddha, nafsu merupakan salah satu hambatan terbesar. Akan tetapi, agama
Buddha tidak terlalu membesarkan masalah tersebut. Permasalahan ini tidak
tercantum didalam sutta. Akan tetapi, didalam sutta Sang Buddha hanya
memberikan petunjuk kepada umat manusia bagaimana cara membangun sebuah
hubungan. Hubungan tersebut adalah hubungan yang normal, bukan sesama jenis.
Selain itu, hukum di Indonesia melarang adanya hubungan sesama jenis karena
hubungan yang normal telah diatur dalam Undang-Undang Hubungan sesama
jenis merupakan salah satu prilaku menyimpang. Jadi, idealnya manusia itu
menjalani hubungan lawan jenis dan bukan sesama jenis.
iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi mental setiap manusia berbeda-beda. Ada yang normal, bahkan
ada juga yang abnormal. Normal disini maksudnya adalah kondisi mental
manusia yang terbentuk sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Salah satu
contoh manusia yang normal yaitu seorang pria yang memiliki perilaku dan
sifat layaknya seorang pria. Abnormal merupakan kondisi mental yang tidak
selayaknya terjadi atau dalam kata lain tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Contohnya adalah seorang pria yang memiliki mental dan sifat
seperti seorang perempuan. Itulah salah satu kondisi abnormal dari manusia
yang merupakan contoh dari penyimpangan seksual.
Penyimpangan seksual tersebut tidak dapat terjadi dengan sendirinya.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal demikian bisa terjadi. Salah
satu penyebabnya adalah karena lingkungan atau pergaulan. Apabila manusia
dapat hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan lingkungan, maka hidup
manusia tersebut tidak akan bertahan lama karena manusia adalah makhluk
sosial.
Penyimpangan seksual yang akan dikupas pada artikel ini adalah
penyimpangan homoseksual yang lebih spesifik kepada jenisnya yaitu LGBT.
LGBT adalah kepanjangan dari lesbian, gay, biseksual dan transgender.Istilah
LGBT ini memang sudah ada sejak lama. Kemudian istilah tersebut muncul
kembali karena adanya perbincangan dan lebih tepatnya adalah adanya kasus
pembunuhan yang dilakukan oleh seorang gay terhadap pasangan sejenisnya.
Pembunuhan tersebut bukan berasal dari kaum awam, namun kasus tersebut
akhir-akhir ini menyeret seorang publik figur.
Penulis akan menguraikan bagaimana kasus tersebut dipandang
berdasarkan perspektif agama Buddha, apakah menolak, menerima atau
bahkan tidak memihak keduanya.
1
B. Tujuan
Sejalan dengan latar belakang diatas, penulisan artikel ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kajian LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan
Transgender) dalam perspektif agama Buddha.
C. Manfaat
Manfaat penulisan artikel ini terdiri dari manfaat akademis dan manfaat
praktis.
1. Manfaat teoritis
Hasil kajian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang
pandangan agama Buddha terhadap LGBT.
2. Manfaat praktis
a. Hasil kajian ini dapat dipergunakan sebagai bahan referensi bagi
pembaca yang membutuhkan.
b. Bagi umat Buddha diperoleh informasi tentang LGBT ini secara benar
sehingga dapat melakukan upaya-upaya untuk mencegah dan
menanggulangi masalah LGBT .
c. Merupakan bahan perbandingan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang
relevan dengan masalah LGBT.
2
GAGASAN
A. Pengertian LGBT
Manusia dilahirkan hanya memiliki dua macam jenis kelamin, yaitu
perempuan dan laki-laki. Perempuan yang identik dengan perasaan yang
lembut. Sedangkan laki-laki yang memiliki fisik lebih kuat dibandingkan
dengan perempuan. Namun, telah banyak di jumpai bahwa keadaan pada era
globalisasi sekarang ini terdapat banyak perubahan dan tidak semestinya
terjadi. Pada era sekarang ini, banyak perempuan yang merubah dirinya
menjadi laki-laki, begitu juga sebaliknya laki-laki juga mengubah dirinya
menjadi perempuan.
Kondisi yang demikian juga diperparah dengan perilaku tiap individu
yang berubah tidak semestinya sehingga dianggap telah melakukan
penyimpangan. Kondisi tersebut tidak terjadi begitu saja, terdapat banyak
faktor yang menyebabkan perilaku tersebut bisa berubah. Ada yang
disebabkan karena keluarga dan ada pula yang disebabkan karena lingkungan
dan pergaulan yang kurang baik sehingga berakibat demikian.
Merubah fisik dan perubahan perilaku merupakan hak tiap individu.
Namun, apabila menyalahi aturan dan norma maka itu dapat dikatakan
penyimpangan. Penyimpangan yang dimaksud disini adalah perilaku yang
tidak semestinya. Salah satunya adalah penyimpangan homoseksual.
Homoseksual adalah seseorang yang lebih menyukai sesama jenis yaitu
perempuan dengan perempuan dan laki-laki dengan laki-laki.Sejalan dengan
pengertian yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
bahwa homoseksual adalah keadaan tertarik terhadap orang dari jenis kelamin
yang sama.
LGBT adalah kepanjangan dari kata “Lesbian, Gay, Biseksual dan
Transgender”. Istilah ini telah digunakan semenjak tahun 1990-an dan
menggantikan dengan frasa “komunitas gay” karena istilah ini lebih mewakili
kelompok-kelompok yang telah disebutkan (Wikipedia Bahasa Indonesia,
Ensiklopedia bebas).
3
Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender atau LGBT dianggap sebagai
suatu kondisi penyimpangan orientasi seksual dan pengertiannya yaitu:
1. Lesbian
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi
seksualnya kepada sesama perempuan(Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas). Istilah ini juga mengarah kepada perempuan yang
mencintai perempuan lain dari berbagai segi (fisik, seksual, emosional,
spiritual dan lain-lain). Selain itu, istilah ini juga bermakna sebagai siri
objek atau aktivitas yang masih berkaitan dengan hubungan sesama jenis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lesbian berarti wanita yang
mencintai atau merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya, wanita
yang homoseks. Lesbian juga merupakan perilaku yang abnormal atau
tidak sewajarnya berperilaku seperti layaknya wanita. Banyak perempuan
beranggapan bahwa mereka menjadi Lesbian itu sejak lahir, sedangkan
yang lainnya beranggapan bahwa itu merupakan suatu pilihan dalam
kehidupan setiap orang. Lesbianisme juga bisa didefinisikan bukanlah
sekedar faktor alamiah, tetapi lebih kepada masalah preferensi seksual
berdasarkan pengalaman perempuan yang tidak terjadi pada suatu titik
spesifik dalam hidup seorang perempuan.
Menjadi Lesbian tidak mengenal kelas sosial, bisa jadi siapa saja,
guru, perawat, model, aktris, agamawan dan lain-lain. Beberapa istilah
yang dikenal dalam masyarakat Lesbian seperti Femme, Butchy dan
Andro. Femme merupakan istilah karakter lesbian yang menjadi
perempuan, Butchie adalah karakter lesbian yang menjadi laki-laki, serta
Andro merupakan karakter lesbian yang mempunyai dua kepribadian dan
bisa berperan menjadi laki-laki ataupun perempuan. Biasanya yang
berperan sebagai butchie dapat dilihat atau dibedakan dari cara
berpakaiannya yang cenderung seperti laki-laki, bahkan sudah bertingkah
laku seperti laki-laki. Sedangkan yang femme yaitu seperti perempuan
pada umumnya yang berpenampilan feminim, suka berdandan dan tampak
seperti perempuan normal pada umumnya. Andro lebih fleksibel lagi
4
tergantung dari peran yang dilakoni pada saat itu, akan berperan menjadi
perempuan atau laki-laki.
2. Gay
Kebanyakan orang mengenal bahwa gay adalah sebutan bagi seorang
pria yang memiliki ketertarikan emosi dan hubungan seksualnya terhadap
pria lain (sesama jenis). Gay adalah istilah yang umumnya merujuk kepada
seorang homoseksual atau seseorang yang memiliki sifat homoseksual.
Pada awalnya, istilah ini digunakan untuk mengungkapkan perasaan
“bebas/tidak terikat, bahagia dan menyolok”.
Gay adalah sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk
orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Istilah ini awalnya
digunakan
untuk
mengungkapkan
perasaan
"bebas/tidak
terikat",
"bahagia" atau "cerah dan menyolok". Kata ini mulai digunakan untuk
menyebut homoseksualitas mungkin semenjak akhir abad ke-19 M, tetapi
menjadi lebih umum pada abad ke-20. Dalam bahasa Inggris modern, gay
digunakan sebagai kata sifat dan kata benda, merujuk pada orang, terutama
pria gay dan aktivitasnya, serta budaya yang diasosiasikan dengan
homoseksualitas.
3. Biseksual
Biseksualitas merupakan ketertarikan romantis, ketertarikan seksual,
atau kebiasaan seksual kepada pria maupun wanita. Istilah ini umumnya
digunakan dalam konteks ketertarikan manusia untuk menunjukkan
perasaan romantis atau seksual kepada pria maupun wanita sekaligus.
Istilah ini juga didefinisikan sebagai meliputi ketertarikan romantis atau
seksual pada semua jenis identitas gender atau pada seseorang tanpa
mempedulikan jenis kelamin atau gender biologis orang tersebut, yang
terkadang disebut panseksualitas.
Biseksualitas adalah salah satu dari tiga klasifikasi utama orientasi
seksual, bersama dengan heteroseksualitas dan homoseksualitas, yang
masing-masing merupakan bagian dari Rangkaian kesatuan heteroseksual-
5
homoseksual. Suatu identitas biseksual tidak harus memiliki ketertarikan
seksual yang sama besar pada kedua jenis kelamin; biasanya, orang-orang
yang memiliki ketertarikan pada kedua jenis kelamin tetapi memiliki
tingkat ketertarikan yang berbeda juga mengidentifikasikan diri mereka
sebagai
biseksual.
Biseksualitas
umumnya
dikontraskan
dengan
homoseksualitas, heteroseksualitas, dan aseksualitas.
4. Transgender
Transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang
terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Transgender bukan
merupakan
orientasi
seksual.
Seseorang
yang
transgender
dapat
mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual,
biseksual, maupun aseksual. Beberapa menilai penamaan orientasi seksual
yang umum tidak cukup atau tidak dapat diterapkan terhadap kondisi
transgender.
Individu transgender dapat memiliki karakteristik yang biasanya
dikaitkan dengan gender tertentu dan dapat pula mengidentifikasi gender
mereka di luar dari definisi umum yaitu seperti agender, gender netral,
genderqueer, non-biner, atau gender ketiga. Seseorang yang transgender
dapat pula mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang yang bigender,
pangender, atau mencakup bagian-bagian dari beberapa rangkaian
kesatuan transgender yang umum atau juga mencakup bagian lainnya yang
berkembang dengan adanya studi-studi terkini yang lebih rinci. Lebih
lanjut lagi, banyak orang transgender mengalami masa perkembangan
identitas termasuk pemahaman yang lebih baik terhadap citra, refleksi,
serta ekspresi diri mereka. Secara lebih spesifik, keadaan seseorang merasa
lebih asli, autentik, serta nyaman terhadap penampilan luar mereka dan
menerima identitas asli mereka disebut sebagai keselarasan transgender.
B. LGBT Dalam Perspektif agama Buddha
Terlahir sebagai penderita homoseksual seperti LGBT adalah akibat
atau buah dari karma buruk yang telah dilakukan pada kehidupan lampau dan
6
karena pilihan serta kondisi lingkungan dari individu sendiri. Karma buruk
yang telah dilakukan pada kehidupan lampau seperti mengebiri atau
memotong alat vital orang lain/binatang, melanggar sila karena nafsu seksual,
merendahkan pertapa yang sedang menjalankan sila serta mengajak orang
lain untuk melakukan pelanggaran sila akibat nafsu seksual.
Ada pula yang menganggap bahwa homoseksual disebabkan sebagai
buah dari akusala kamma pada kehidupan lampau. Hal ini terjadi karena
kemelekatan seksual pada kehidupan lampau. Mungkin pada kehidupan
lampau penderita homoseksual terlalu melekat kepada seseorang yang
dipujanya. Hingga akhirnya keduanya terlahir dengan gender yang sejenis.
Itulah beberapa hal yang dilakukan oleh seseorang yang kemudian terlahir
sebagai homoseksual.
Selain itu, penderita homoseksual disebabkan karena pilihan. Pilihan
maksudnya adalah individu memutuskan secara pribadi untuk menjadi
seorang homoseksual. Pilihan itulah yang akan menentukan karma dimasa
atau kehidupan yang akan datang.
Buddha tidak mengajarkan LGBT sebagai hal yang harus ditolak atau
dikecam dan dikucilkan. Umumnya umat agama Buddha memandang
homoseksual sebagai rintangan untuk seseorang dalam mencapai kesucian
batin dalam kehidupan pada saat itu juga, karena mereka yang homoseksual
tidak akan dapat mengembangkan pandangan terang (Vipassana) akibat
kekotoran batin yang selalu bergejolak dari waktu ke waktu (dalam
WorldPeace : 2012).
Homoseksual pada dasarnya telah ada sejak dahulu kala, ini terbukti
sejak peradaban Yunani kuno. Di India sendiri (zaman Sang Buddha) sudah
ada kaum homoseksual yang feminis yang didalam Vinaya disebut sebagai
Pandaka (Wijaya, 2007:29). Pandaka sering diterjemahkan sebagai banci
atau seorang homoseksual yang berperilaku seperti wanita. Sang Buddha
mengetahui bahwa pandaka adalah sifat dari manusia yang penuh dengan
nafsu seksual dan akan sulit untuk menjalankan kehidupan menjadi anggota
Sangha. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan besar pandaka bukan
7
mengacu kepada homoseksual secara umum, namun pada homoseksual yang
bertingkah seperti wanita dan penuh nafsu seksual.
Orang yang normal maupun tidak bukan menjadi penentu seseorang
mencapai tingkat kesucian. Seseorang yang mengidap LGBT atau
homoseksual tersebut masih bisa menanam benih kebajikan (KusalaKamma)
dengan cara berbuat baik, mengembangkan Sila, berdana dan sebagainya
untuk bekal dikehidupan akan datang yang lebih baik. Namun, apabila tidak
diiringi dengan perbuatan baik, maka akan dapat dipastikan, pada kehidupan
yang akan datang terlahir di alam yang menderita atau alam rendah.
Buddha telah menjelaskan dalam Nidhikanda Sutta bahwa dengan
beramal, dengan bermoral baik, dengan pengendalian diri, dan dengan
menjinakkan diri sendiri ini adalah harta karun yang telah ditimbun dengan
baik, cara menimbun harta karun yang baik dan sejati adalah dengan cara
melakukan kebajikan-kebajikan, pengendalian diri, terhadap nafsu indra dan
pemahaman tentang ajaran (Ismoyo, 2010)
Bagi seseorang yang tidak mengidap homoseksual atau normal juga
belum tentu mampu mensucikan hati dan pikirannya serta mengembangkan
pandangan terang. Seseorang akan mampu mencapai pandangan terang
apabila telah mampu menghilangkan hal-hal buruk yang ada didalam diri dan
memunculkan serta merealisasikan hal-hal baik. Pada intinya seseorang
tersebut harus menjalankan Dhamma yang telah diajarkan oleh Sang Buddha.
Yang terpenting adalah mampu menghilangkan nafsu indra seperti yang Sang
Buddha katakan dalam Mahagopalaka Sutta.
Khusus untuk pengidap homoseksual, itu berarti hal yang tidak baik.
Namun, apabila jika ada pengidap homoseksual ingin menjadi anggota
Sangha, akan sangat sulit baginya untuk menjalankan praktik Dhamma
karena seseorang tersebut masih diselimuti oleh nafsu indra. Apabila nafsu
indra tersebut tidak dengan segera diatasi dan dihilangkan maka penahbisan
sebagai anggota Sangha tidak bisa dilakukan, karena ada beberapa aliran
agama Buddha yang menolak keras adanya penahbisan bagi penderita
homoseksual.
8
Lain halnya dengan pendapat James (dalam Guhmanaff : 2012) yang
mengatakan bahwa “seksualitas bukanlah masalah besar dalam Buddhisme,
yang terpenting adalah tanggung jawab pada diri sendiri. Memberdayakan
diri dengan tidak menghakimi, pada hal-hal yang bersifat dogmatis membuat
ajaran Buddhisme menjadi agama yang bersifat dua arah”. Pendapat tersebut
senada dengan seorang biarawan Katolik Fransiskan bernama David. David
kecewa dengan gereja dan meninggalkan biara yang diperkirakan karena
agamanya tidak menerima dengan keadaan David. Kemudian David
memutuskan untuk memeluk agama Buddha dan menjadi seorang Bhikkhu
dengan perasaan yang bahagia (dalam Guhmanaff : 2012).
Nafsu merupakan rintangan dan menjadi halangan bagi seseorang
dalam mencapai kesucian batin. Nafsu pun berkaitan dengan homoseksual.
Tetapi, nafsu dapat dikendalikan atau tidak semua bergantung kepada diri
masing-masing. Apakah seseorang tersebut mampu mengendalikan dan
kemudian menghilangkan nafsunya atau tidak. Apabila seorang yang
mengidap homoseksual
telah mampu mengendalikan nafsunya
dan
mengalahkan hal-hal negatif lain maka itu bukanlah sebuah larangan bagi
agama itu sendiri dan tidak perlu dikecam atau dikucilkan.
Perilaku tersebut memang akan membuat seseorang sulit dalam
mencapai kesucian batin. Dalam Mahagopalaka Sutta menjelaskan bahwa
terdapat 11 kesempurnaan yang harus dimiliki oleh seorang Bhikkhu agar
mampu menambah pengetahuan dalam Dhamma dan disiplin. Sebelas
kesempurnaan tersebut salah satunya adalah seorang Bhikkhu harus mampu
menghilangkan nafsunya. Karena nafsu adalah musuh terbesar yang ada
dalam diri setiap manusia.Dengan demikian nafsu akan membawa manusia
menuju penderitaan dan menjadi penyebab menurunnya moral manusia.
Selain membawa penderitaan, perilaku menyimpang seksual juga akan
membuat umur kehidupan manusia menjadi menurun. Cakkavati Sihanada
Sutta menjelaskan bahwa perilaku menyimpang yang dilakukan manusia akan
mengakibatkan umur kehidupannya yang awalnya sepuluh ribu tahun hanya
hidup selama lima ribu tahun (D.III.26). Itulah mengapa nafsu merupakan hal
terpenting yang mempengaruhi seseorang dalam mencapai kesucian batin.
9
Apabila seseorang telah mampu mempraktikkan perbuatan baik,tetapi tidak
dapat mengendalikan hawa nafsu seksual maka semuanya akan menjadi siasia dan seseorang harus mampu mengendalikannya.
LGBT ini merupakan suatu penyimpangan yang dapat disembuhkan.
Karena penyebab dari penyimpangan ini yang paling mempengaruhi adalah
faktor lingkungan. Apabila lingkungan tempat tinggal bisa dirubah, maka
penyimpangan ini akan berangsur-angsur menghilang. Namun, apabila
penyebabnya adalah karena faktor biologis seperti karena pengaruh genetik
dan hormon maka itu kembali kepada individu tersebut.
Perilaku homoseksual atau LGBT ini didalam agama Buddha tidak
dapat disalahkan atau pun dibenarkan. Dikarenakan hal tersebut tidak terlalu
dibahas didalam sutta-sutta suci. Di dalam sutta hanya mencantumkan
penyimpangan homoseksual yang hanya mengacu kepada pelanggaran sila
ke-3
saja.
Tetapi,
penyimpangan
homoseksual
mengacu
kepada
penyimpangan yang menyukai kepada sesama jenis. Sedangkan di sila
pertama adalah penyimpangan seksual terhadap lawan jenis.
Penyimpangan atau pelanggaran sila ke-3 memang benar dilarang dan
ditolak oleh agama Buddha. Bukan hanya agama Buddha saja, tetapi semua
agama. Sang Buddha juga telah menjelaskan didalam sutta-sutta mengenai
bagaimana dasar-dasar perkawinan dalam agama Buddha, bagaimana syarat
dalam membina rumah tangga dan yang terpenting adalah pernikahan tersebut
hanya diakukan oleh seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang
artinya lawan jenis dan bukan sesama jenis.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan pada pasal 1 juga menuliskan bahwa perkawinan ialah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai sami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi artinya, di negara Indonesia
melarang dan menolak adanya hubungan sesama jenis yang berakhir kepada
sebuah pernikahan. Pernikahan di Indonesia hanya diperbolehkan oleh
individu yang berbeda jenis kelamin.
10
Agama Buddha sendiri, tidak bisa menolak dan menerima hubungan
sesama jenis. Akan tetapi, hubungan yang dikehendaki didalam agama
Buddha adalah hubungan yang berbeda jenis namun sudah memiliki ikatan
yang sah. Ikatan yang sah tersebut adalah sebuah pernikahan yang mengikat
keduanya. Jadi, idealnya adalah hubungan yang normal itu hanya dilakukan
oleh orang yang berbeda jenis kelamin namun telah mempunyai ikatan. Itulah
hubungan yang moral dan tidak termasuk kedalam penyimpangan
homoseksual.
11
KESIMPULAN
LGBT merupakan perilaku penyimpangan yang tidak normal dan menyalahi
norma-norma yang berlaku. Normalnya adalah perempuan yang menyukai lakilaki dan sebaliknya, laki-laki menyukai perempuan. Karena pada dasarnya,
manusia tercipta hanya ada dua jenis kelamin/gender, yaitu perempuan dan lakilaki. Selain itu, jika di pandang dari segi kenormalan hubungan, manusia
seharusnya berhubungan lawan jenis, antara laki-laki dengan perempuan, bukan
sesama jenis.
Pada dasarnya, di dalam agama Buddha Sang Buddha tidak terlalu
membesarkan masalah penyimpangan homoseksual. Penyimpangan Homoseksual
tersebut juga tidak terlalu dibahas didalam sutta-sutta, apakah penyimpangan
tersebut dipersalahkan atau dibenarkan dan ditolak atau diterima. Tetapi, idealnya
didalam agama Buddha dan hukum di Indonesia, suatu hubungan yang normal itu
dijalani oleh seorang perempuan dan laki-laki. Tujuan hubungan tersebut adalah
untuk memperoleh dan melangsungkan keturunan. Apabila hubungan tersebut
dijalani oleh sesama jenis, maka dipastikan hubungan tersebut tidak akan
memperoleh keturunan. Jadi, kesimpulannya adalah hubungan yang normal itu
hanya dijalani oleh seorang perempuan dan laki-laki saja.
12
Daftar Rujukan
Bhikkhu Bodhi. 2013. The Middle Length Discourses of the Buddha A
Translation of the Majjhima Nikāya.pdf.Trans. Bhikkhu Ñāṇamoli dan
Bhikkhu Bodhi. Jakarta Barat : DhammaCitta Press.
Guhmanaff. 2012. Mengapa Buddha Ramah Terhadap LGBT, (Online),
http://www.suarakita.org/2012/09/mengapa-buddha-ramah-terhadap-lgbt/.
Diakses : Rabu, 25 Mei 2016.
Ismoyo, Tejo. 2010. Kajian Perilaku Pria Metroseksual Menurut Pandangan
Agama Buddha. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Bandar Lampung : Sekolah
Tinggi Ilmu Agama Buddha Jinarakkhita Bandar Lampung.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Walshe, Maurice. 2009. The Long Discourses of the BuddhaA Translation of the
Dīgha Nikāya.pdf. Trans. Indra Anggara dan Sumedho Benny. Tanpa kota
:DhammaCitta Press.
Wijaya, Willy Yandi. 2007. Seksualitas Dalam Buddhisme.pdf.Trans. Amri.
Yogyakarta : Vidyāsenā Production.
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. 2016. LGBT (Lesbian, Gay,
Biseksual dan Transgender), (Online),https://id.wikipedia.org/wiki/LGBT.
Diakses : Rabu, 11 Mei 2016.
WorldPeace. 2012. Memerangi Invasi LGBT (1): Pandangan Agama Buddha,
(Online),http://worldpeace8281.blogspot.co.id/2012/08/memerangi-invasilgbt-1-pandangan-agama.html. Diakses : Jum’at, 13 Mei 2016.
13
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap
: TARA TIANA
Tempat, Tanggal dan Lahir
: Adirejo, 05 Januari 1995
NPM
: 2013101015
PTAB
: STIAB JINARAKKHITA
Jurusan
: DHARMA ACARYA
Alamat Rumah/No HP
: Adirejo Kec.Pekalongan/085758953931
Alamat E-mail
: [email protected]
14
Download