laporan praktikum pengaruh suhu terhadap gerakan

advertisement
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
“PENGARUH SUHU TERHADAP GERAKAN OPERKULUM PADA IKAN MAS”
Disusun oleh:
Arif Misrulloh
NIM. 4001415010
JURUSAN IPA TERPADU
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
1. Judul Percobaan
Pengaruh Suhu terhadap Gerakan Operkulum pada Ikan Mas
2. Kompetensi Inti
Mencoba, mengolah dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang atau teori.
3. Kompetensi Dasar
Menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
sekitarnya.
4. Indikator
Menjelaskan pengaruh suhu terhadap gerakan operkulum pada ikan mas.
5. Tujuan
a. Mengetahui perubahan gerakan operkulum ikan mas terhadap perubahan suhu air.
b. Mengetahui tingkah laku ikan mas akibat perubahan suhu.
6. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perubahan gerakan operkulum ikan mas terhadap perubahan suhu air?
b. Bagaimana respon tingkah laku ikan mas akibat perubahan suhu?
7. Landasan teori
Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi
mencerminkan keseluruhan toleransinya terhadap seluruh kumpulan variabel
lingkungan yang dihadapi organisme tersebut (Campbell,2004). Artinya bahwa setiap
organisme harus menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya. Adaptasi
tersebut berupa respon morfologi, fisiologis dan tingkah laku. Pada lingkungan
perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam pengaturan homeostasis
yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi biota perairan.
Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan. Kenaikan suhu air
akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. Ikan yang hidup
di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami kenaikan kecepatan
respirasi. Hal tersebut dapat diamati dari perubahan gerakan operkulum pada ikan
(Kanisius,1992).
Kisaran toleransi suhu antar spesies ikan satu dengan yang lainnya berbeda,
misalnya pada ikan salmonid suhu terendah yang dapat menyebabkan kematian
berada tepat di atas titik beku, sedangkan suhu tinggi dapat menyebabkan gangguan
fisiologis ikan (Tunas,2005).
Reaksi enzimatis sangat bergantung pada suhu, karena aktivitas metabolisme di
berbagai jaringan atau kehidupan suatu organisme bergantung pada kemampuan untuk
mempertahankan suhu yang sesuai dalam tubuhnya. Terhadap berbagai jenis hewan,
bila terjadi kondisi luar yang kurang cocok atau stress, misalnya terjadi perubahan
suhu lingkungan (dingin atau panas) akan menimbulkan usaha (secara fisiologi atau
morfologi) untuk mengimbangi stress tersebut. Suhu air dipengaruhi oleh suhu udara.
Tinggi rendah suhu juga berpengaruh terhadap aktivitas ikan. Tingginya suhu air akan
mengurangi kadar oksigen terlarut. Keadaan suhu air berkaitan erat dengan
konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsumsi oksigen hewan air. (Yuliani dan
Rahardjo,2012). Dari hal-hal yang telah diuraikan di atas, kami akan melakukan
percobaan dengan judul “Pengaruh Suhu terhadap Gerakan Operkulum pada Ikan
Mas”
Adapun klasifikasi Ikan Mas sebagai berikut:
Subphylum :Vertebrata
Superclass
:Pisces
Class
:Osteichthyes
Subclass
:Actinopterygii
Ordo
:Cypriniformes
Subordo
:Cyprinoidea
Family
:Cyprinidae
Subfamily
:Cyprinidae
Genus
:Cyprinus
Species
:Cyprinus carpio Linn.
Nama Asing :Common carp
Nama Lokal :Ikan Mas, tombro, masmasan
(Khairul Amri,S.Pi,M.Si. dan Khairuman,S.P,2008)
8. Alat dan Bahan
a. Alat
No.
Nama Alat
Jumlah Alat
Fungsi Alat
3
Untuk menempatkan (wadah) ikan
1. Toples
1
Untuk mengukur air
2. Termometer
1
Untuk mengukur waktu
3. Stopwatch
1
Untuk memanaskan air
4. Heater
b. Bahan
No. Nama Bahan
Ikan Mas
1.
Air
2.
Es
3.
Jumlah Bahan
3 ekor
2,5 liter
5 balok
9. Cara Kerja
a. Menyiapkan tiga buah toples. Mengisi air ke dalam masing-masing toples
sebanyak 750 mL
b. Mengukur suhu air pada toples II (suhu normal, terukur 28°C).
c. Memasukkan es secara perlahan ke dalam toples I sampai suhu air menjadi 10°C.
d. Memasukkan air hangat secara perlahan ke dalam toples III sampai suhu air
menjadi 40°C.
e. Memasukkan satu ikan mas ke dalam masing-masing toples.
f. Mengamati dan menghitung jumlah pembukaan operkulum (penutup insang) pada
menit pertama dan kedua.
g. Mengisi data pengamatan.
10. Data pengamatan
No
Toples
Suhu
1
2
3
I
II
III
10°C
28°C
40°C
Jumlah pembukaan operkulum
1 menit pertama
1 menit kedua
63 kali
27 kali
142 kali
143 kali
152 kali
153 kali
11. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil Percobaan
Persiapan dan pengukuran suhu air
Aktivitas ikan pada masing-masing toples
b. Pembahasan
Sesuai dengan tujuan percobaan ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu
terhadap gerakan operkulum pada ikan mas. Maka pembahasan percobaan ini dapat
dikaitkan dengan pengaruh suhu terhadap aktivitas metabolisme tubuh ikan, karena
secara tidak langsung dengan mengamati gerakan operkulum ikan berarti kita
mengetahui bagaimana ikan tersebut bernapas (respirasi). Ketika kita membahas
respirasi maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah adanya gas yang berupa
oksigen (O2). Pada suhu air yang berbeda, kandungan oksigen dalam air tersebut
berbeda pula. Dengan hal-hal yang telah diuraikan di atas, percobaan ini dapat kami
bahas sebagai berikut:
1.) Pada toples I
Ketika ikan mas dimasukkan ke dalam toples I yang berisi air pada suhu rendah
(10°C), kita dapat menghitung frekuensi gerakan operkulum ikan mas tersebut. Pada
menit pertama diperoleh frekuensi atau jumlah gerakan operkulum sebanyak 65 kali
dan pada menit kedua sebanyak 27 kali. Hal ini terjadi karena aktivitas metabolisme
dalam tubuh ikan lambat, maka respirasinya pun berjalan dengan lambat karena
kebutuhan O2 menurun. Selain itu pada suhu yang rendah, gerakan molekul airnya
lambat sehingga kandungan oksigen (O2) terlarutnya tinggi. Hal tersebut akan
membuat ikan cenderung beradaptasi dengan lingkungan yang memiliki kandungan
oksigen (O2) terlarut tinggi. Sehingga dengan bernapas lambat pun, ikan mas tersebut
masih dapat memenuhi kebutuhan oksigen. Lalu mengapa gerakan operkulum
semakin lambat dari menit pertama ke menit kedua? Hal tersebut terjadi karena ikan
tidak bertahan hidup pada suhu yang rendah (10°C). Semakin lama ikan berada di
lingkungan tersebut ikan semakin lemah tak berdaya dan gerakan operkulumnya
semakin lambat pula. Dari hasil percobaan ikan mas yang berada di lingkungan air
yang memiliki suhu rendah ikan tersebut semakin lama semakin lemah dan
mengalami kejang-kejang. Apabila percobaan ini dilanjutkan sampai menit ketiga,
kemungkinan ikan mas tersebut akan mengalami kematian.
2.) Pada toples II
Ketika ikan mas dimasukkan ke dalam toples II yang berisi air pada suhu normal
(terukur 28°C), kita dapat menghitung frekuensi membuka dan menutupnya
operkulum ikan mas tersebut. Pada menit pertama diperoleh frekuensi gerakan
operkulum adalah 142 kali, kemudian pada menit kedua frekuensi gerakan operkulum
ikan bertambah sehingga menjadi 143 kali. Pada percobaan ini, walaupun frekuensi
gerakan operkulum berubah dari menit satu ke menit kedua, tetapi perubahannya
sangat sedikit maka dapat dikatakan konstan. Apabila dikaitkan dengan aktivitas
metabolisme dalam tubuh, maka ketika ikan berada pada suhu normal aktivitas
metabolisme ikan tersebut juga normal sehingga respirasinya pun berjalan dengan
baik. Selain itu, pada suhu normal molekul air bergerak secara normal dan kandungan
oksigen (O2) terlarut juga dalam keadaan normal (seimbang). Ikan mas beradaptasi
dengan lingkungan yang memiliki kandungan oksigen (O2) yang cukup sehingga
respirasi ikan mas berjalan dengan normal pula ditandai dengan frekuensi gerakan
operkulum ikan tersebut. Berdasarkan pengamatan, aktivitas ikan di lingkungan air
yang memiliki suhu normal adalah tenang dan tidak mengalami kejang-kejang.
3.) Pada toples III
Ketika ikan mas dimasukkan ke dalam toples I yang berisi air pada suhu tinggi
(40°C), kita dapat menghitung frekuensi gerakan operkulum ikan mas tersebut. Pada
menit pertama diperoleh frekuensi atau jumlah gerakan operkulum sebanyak 152 kali
dan pada menit kedua sebanyak 153 kali. Gerakan operkulum ikan mas dari menit
pertama ke menit kedua mengalami perubahan, tetapi hanya sedikit sehingga dapat
dianggap konstan. Gerakan operkulum yang lebih cepat dibandingkan dengan gerakan
operkulum pada suhu normal terjadi karena aktivitas metabolisme dalam tubuh ikan
meningkat, maka respirasinya pun berjalan dengan cepat karena kebutuhan
oksigennya meningkat. Selain itu pada suhu yang tinggi, gerakan molekul airnya
cenderung lebih cepat sehingga kandungan oksigen (O2) terlarutnya rendah. Hal
tersebut akan membuat ikan cenderung beradaptasi dengan lingkungan yang memiliki
kandungan oksigen (O2) rendah. Sehingga ikan mas akan berusaha untuk tetap
memenuhi kebutuhan oksigen, yaitu dengan bernapas lebih cepat ditandai dengan
semakin cepatnya gerakan operkulum pada ikan mas. Berdasarkan percobaan,
aktivitas ikan mas yang berada pada suhu tinggi sangat aktif. Hal tersebut karena ikan
mas mengalami stress sebagai akibat dari perubahan suhu, yaitu dari suhu normal ke
suhu yang tinggi. Setelah mendekati dua menit, ikan mulai kejang-kejang dan hampir
mengalami kematian. Hal ini karena padas suhu yang tinggi, fisiologis ikan mas akan
terganggu sehingga ikan mas tidak mampu bertahan hidup di lingkungan air yang
memiliki suhu terlalu tinggi.
Sumber-sumber kesalahan dalam percobaan ini adalah pada bahan percobaan dan
praktikan. Bahan yang kami gunakan yaitu dalam hal ini ikan mas, akan
mempengaruhi hasil. Karena walaupun tiga ikan yang kami gunakan ukurannya relatif
sama tetapi kami tidak mengetahui umur dari masing-masing ikan tersebut. Karena
faktor umur berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme ikan mas. Kesalahan yang
dilakukan praktikan diantaranya es yang dimasukkan ke dalam toples I terlalu banyak
sehingga walaupun suhu yang terukur adalah 10°C tetapi ada beberapa balok es yang
belum mencair, sehingga menurut saya suhu air tersebut lebih dingin dari 10°C. Hal
ini membuat ikan kejang dan tidak bertahan di suhu tersebut. Selain itu
kekurangtelitian dalam mengamati dan menghitung gerakan operkulum pada ikan
juga berpengaruh terhadap hasil percobaan.
12. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
1.) Suhu mempengaruhi gerakan operkulum pada ikan mas. Semakin tinggi suhu
lingkungan air maka gerakan operkulum ikan semakin cepat karena aktivitas
metabolisme ikan meningkat sehingga kebutuhan oksigen meningkat pula. Dan
Sebaliknya, semakin rendah suhu lingkungan air maka gerakan operkulum ikan
mas semakin lambat karena aktivitas metabolisme ikan menurun sehingga
kebutuhan oksigen menurun pula.
2.) Aktivitas ikan mas :
Pada suhu normal (28°C) adalah tenang dan berespirasi dengan baik. Pada suhu
rendah (10°C), semakin lama keadaan ikan semakin lemah , mengalami kejang
dan berespirasi dengan sangat lambat. Pada suhu tinggi (40°C), ikan mas
bergerak sangat aktif karena mengalami stress dan kejang, ikan berespirasi
dengan sangat cepat.
b. Saran
1.) Praktikan hendaknya menguasai materi dan langkah kerja sebelum melakukan
praktikum.
2.) Praktikan hendaknya bekerjasama antar anggota kelompok.
3.) Praktikan harus teliti dalam mengamati dan menghitung jumlah gerakan
operkulum pada ikan, karena akan mempengaruhi hasil.
4.) Praktikan harus bekerja secara serius dan tenang tanpa senda gurau, karena
akan mempengaruhi konsentrasi praktikan yang lain.
Daftar Pustaka
Alfi.2013. Hubungan Suhu Air dan DO dengan Aktivitas Ikan Mas. Diakses melalui
http://alfibelajarbiologi.blogspot.co.id/2013/05/hubungansuhuairdandodengan.
html. Pada tanggal 29 November 2015
Campbell, N.A.Biologi.2004.Jakarta: Erlangga
Ikhsan Fathurrahman. 2010. Pengaruh Suhu terhadap Membuka dan Menutupnya
Operculum pada Ikan. Diakses melalui web https: //pengaruh-suhuterhadapmembuka-dan-menutupnya-operculum-pada-ikan/. Pada tanggal 30 Oktober
2015.
Kanisius. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogjakarta. Penerbis Kanisius
Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P. 2008. Klasifikasi Hewan. Jakarta :
Agro Media Pustaka
Yuliani, dan Rahardjo. 2012. Panduan Praktikum Ekofisiologi. Unipress, Universitas
Negeri Surabaya: Surabaya.
Lampiran
Download