UJI PENYISIHAN KADMIUM (Cd) DARI PASIR

advertisement
J.Tek.Ling
Vol .7
No. 3
Hal. 258-265
Jakarta, Sept. 2006
ISSN 1441 – 318X
UJI PENYISIHAN KADMIUM (Cd) DARI PASIR
TERKONTAMINASI (ARTIFICIAL CONTAMINATED SAND)
Wahyu Purwanta
Peneliti Pada Pusat Teknologi Lingkungan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Abstract
The experiment is trying to apply an alternatif method in remediation
electrokinetic by inserting conductive solution between cathode and treated
soil. This is purposed in keeping the pH in low condition and preventing the
precipitation of heavy metals in the soil adjacent to the cathode that often
happen in the previous electrokinetic methods. Concentration of Cd (C0),
period (t), concentration of conductive solution were selected as
parameters, with artificially contaminated sand. The experiment with sand/
soil C0 = 100 ppm gave lower efficiency at 15,98% when it compares with
C0 = 400ppm in the same condition and 24 hours period at 44,18%.
Concentration of KCl also influenced the performance of system which was
shown by the increasing in removal efficiency as refer to the previous
experiment. Teoritically as pH of soil decreases the mobility of Cd is
increases. This is due to Cd desorption is higher in the low pH. The
alternatif method here have to deep in search if would application in the
natural soil.
Key words : Contaminated soil, Cadmium (Cd), Electromigration
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan diberbagai sektor
baik industri, pertanian, pertambangan
dan
perikanan
telah
berubah
meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
meskipun disisi lain memberi dampak
bagi kualitas lingkungan akibat limbah
yang tidak dikelola baik perairan dan
daratan. Pencemaran ke perairan sudah
banyak mendapatkan perhatian bahkan
dari segi legal, tetapi pada kasus-kasus
pencemaran tanah, dirasa kan masih
tertinggal karena belum mendapat
perhatian serius termasuk sisi hukum dan
258
peraturannya. Masuknya polutan maupun
kontaminan ke dalam tanah berwujud
kontaminan anorganik, organik, material
radioaktif dan mikroorganisme. Khusus
yang
termasuk
dalam
golongan
anorganik antara lain garam-garaman,
senyawa nitrat, fosfat, dan trace element,
(1)
termasuk logam dan non-logam
Sejauh ini aspek hukum yang
mengatur kualitas tanah di Indonesia
belum ada, yang ada adalah peraturan
pemerintah mengenai limbah padat yang
boleh dibuang ditempat pembuangan
limbah B3. Sedangkan mengenai kualitas
air tanah, secara implisit termasuk dalam
Purwanta, W.,. 2006
penggunaan atau peruntukannya, seperti
misalnya untuk air minum atau untuk
keperluan spesifik lainnya.
Tanah
yang
terkontaminasi
logam
berat,
merupakan
masalah
lingkungan yang serius, sayangnya
sampai saat ini belum banyak tersedia
suatu teknologi pembersihan yang efektif.
Sekarang sedang berkembang suatu
teknik
baru
yakni
remediasi
elektrokinetika. Teknik ini cukup mudah
dalam
aplikasinya
dan
minim
menggunakan
bahan-bahan
kimia
sehingga
cukup
prospektif
dalam
pengembangannya.
Dalam metode ini suatu arus
searah
(DC)
dilewatkan
tanah
terkontaminasi sehingga menyebabkan
logam kontaminan bergerak pindah
kearah elektroda meninggalkan tanah.
Beberapa kontaminan yang pernah diteliti
(2)
antara lain Cd, Cr dan Cd , Zn dan
(3)
4)
(5)
Cd . Cd dan Hg(
serta Cd semua
dalam skala laboratorium serta skala
(6)
lapangan utk Asam Asetat dan Phenol .
Dalam
teknik
elektrokinetika
konvensional, elektroda disisipkan secara
langsung ke dalam tanah yang diolah,
akibatnya hidroksil yang timbul di katoda
bergerak ke tanah yang mengakibatkan
naiknya pH dekat/ sekitar katoda. Karena
logam berat terpresipitasi pada pH tinggi
dan lebih jauh lagi suatu pH tinggi
mendorong/ kondusif bagi sorpsi logam
berat di atas permukaan tanah, maka
logam berat terbanyak akan ditemui di
tanah dekat katoda setelah proses
remediasi. Disinilah letak permasalahan/
kelemahan metode terdahulu.
Melalui metode ini suatu larutan
penghantar (elektrolit) disisipkan diantara
katoda dengan tanah yang diolah.
Dengan cara ini logam berat dapat
berpindah keluar dari tanah sebelum
terpresipitasi sebagai hidroksida. Untuk
mempelajari kinetika dari metoda ini,
sejumlah percobaan dengan berbagai
kondisi
telah
dilakukan
dengan
menggunakan Kadmium (Cd) sebagai
kontaminan
serta
pasir
(artificial
contaminated sand) sebagai model
tanah tercemar dan KCl sebagai larutan
penghantar dan simulasi air tanah.
1.2. Dasar Teori
Kadmium (Cd) adalah logam
yang lunak dengan berat atom 112,40.
Umumnya ditemukan dalam kondisi stabil
pada valensi II, seperti misalnya CdS.
Logam ini mampu membentuk ion dalam
senyawa kompleks atau hidroksidanya,
seperti misalnya dengan ammonia,
43Cd(NH3)6 , dan sianida Cd (CN)4 . Cd
juga mampu membentuk senyawa
chelate.Ion Cd yang insoluble (tidak larut)
dapat tejadi bila terhidrasi oleh karbonat,
arsenate, atau fosfat. Dalam tanah Cd
ditemukan dalam bentuk dan spesies,
seperti misalnya (Fetter, 1999):
•
•
•
•
•
•
Spesies yang dapat dipertukarkan,
seperti misalnya bila teradsorpsi
karena gaya elektrostatis pada
permukaan lempung atau organic
particulate.
Fase yang dapat tereduksi (reducible
hydrous-oxide phase), misalnya bila
teradsorpsi
atau
kompresipitasi
dengan oksida, hidroksida dari Fe
dan Mn atau Al yang melapisi mineral
lempung.
Spesies karbonat, bila mengalami
presipitasi bersama karbonat dalam
kondisi pH tinggi.
Spesies organik, bila terkompleksasi
dengan zat organik.
Lattice fase, bila terfiksasi dalam
struktur kristal mineral.
Spesies
sulfida,
bila
bereaksi
membentuk senyawa insoluble yang
sangat stabil.
Cd berada pada larutan tanah
dalam bentuk ion ataupun dalam
senyawa kompleks dengan zat organik.
Uji Pemisahan Kadmium.....J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7(2): 258-265
259
-2
-1
-1
……….....……
Kadmium merupakan logam yang sangat
beracun bagi manusia. Selain diduga
karsinogenik,
logam
ini
dapat
menyebabkan
gangguan
pada
pencernaan, ginjal, dan kerusakan
tulang.
J = fluks bahan (mol m dt ) dan i adalah
-2
rapat arus (Amp m ) maka,
Dalam teknik penyisihan suatu
logam
berat
dengan
prinsip
elektrokinetika,
pemahaman
akan
proses-proses
elektrokimia
menjadi
penting. Seperti diketahui bahwa reaksi
elektrokimia merupakan reaksi-reaksi
elektroda yang digerakan oleh arus listrik
yang mengalir diantara anoda dan
katoda. Pada reaksi elektrolisis air,
reaksi-reaksi yang terjadi adalah;
Fluks bahan (J) akan terkait dengan
perpindahan massa.
+
Anoda : H2O ? 2H + ½ O2 ? + 2e
-
Katoda : 2H2O + 2e ? 2OH + H2 ?
Dalam reaksi ini anoda menghasilkan
ion-ion hidrogen, sedangkan katoda
menghasilkan ion-ion hidroksil yang
masing-masing menghasilkan pemukaan
(6)
asam dan basa disekitarnya .
Menurut prinsip hukum Faraday,
arus adalah fungsi perpindahan sejumlah
muatan (Q) per satuan waktu (t) atau
lebih sederhananya berupa jumlah
elektron yang berpindah selama proses
elektrolisis yang dinyatakan dengan;
J =
i
nF
dQ
dM
= nF
…..…….………… (2)
dt
dt
jika
260
dM
dQ
= J dan
= i dimana
dt
dt
(3)
Dalam praktek aplikasi prinsip
elektrolisis untuk penyisihan kontaminan
dari tanah di bawah pengaruh medan
listrik, dikenal 3 mekanisme utama, yakni
elektroosmotik,
elektroporesis
dan
elektromigrasi. Elektromigrasi
merupakan perpindahan suatu ion
bermuatan
dalam
suatu
larutan,
sedangkan pada elektro osmotik suatu
larutan yang mengandung ion bergerak
relatif
terhadap
suatu
permukaan
bermuatan yang stationer. Elektroporesis
kebalikan dari elektroosmotik, dimana
partikel bermuatan bergerak relatif
(3)
terhadap cairan yang stationer
Mempertimbangkan
kondisi
percobaan dalam penelitian ini maka
elektroosmosis dapat dieliminir dan
hanya
mempertimbangkan
proses
elektromigrasi saja. Laju fluks massa
seperti diuraikan dalam persamaan (3)
diatas sebenarnya juga menggambarkan
laju reaksi elektroda (rmt ) yang terjadi
dimana,
Q = n.F.M (coulomb) …..….....…. (1)
Q merupakan muatan yang terbentuk
2+
akibat ionisasi M mol bahan (misal Cd ,
dll) sehingga;
-2
mol m det
rmt =
I
-2
-1
mol cm det .............. (4)
nFA
Persamaan lengkap satu dimensi untuk
transfer
massa
dalam
proses
elektromigrasi
tersebut
diatas
diformulasikan oleh dan dikenal dengan
persamaan Nernst-Planck sbb;
Ji(x) = −Di
Purwanta, W.,. 2006
∂Ci(x) ni F
∂φ(x)
− DiCj
+CiV(x) ……(5)
∂x RT
∂x
dimana, J i(x) = fluks massa unsur –i (mol
-2
-1
2
m det ; Di = koefisien difusi unsur –i (m
-1
dt ); ni = jumlah muatan ion; Ci =
-3
konsentrasi unsur –i (mol m ) dan V(x) =
-1
kecepatan fluida (m dt ).
Dalam
banyak
penelitian
elektromigrasi (termasuk penelitian ini),
faktor Ci V(x) atau adveksi sering
(4)
ditiadakan
.
Dalam
pemahaman
(1)
persamaan (5), Bard . menyatakan
bahwa
arah
dan
besarnya
arus
(kontribusi) akibat difusi (id) dan migrasi
(i m) akan berbeda disetiap lokasi dan
waktu tertentu. Di dekat elektroda arus
bisa
disebabkan
oleh
keduanya
sementara di ruah larutan mungkin difusi
menjadi lebih kecil dibanding migrasinya.
Arah id dan i m akan sangat tergantung
pada arah medan listrik dan muatan listrik
ion yang bersangkutan.
Secara
lebih
sederhana
fenomena perpindahan massa pada
proses berdasar elektrolisis ini dapat
ditunjukkan oleh suatu koefisien transport
(7)
massa KL sebagai berikut,
i = n. F. KL. C
atau
I = n. F. KL. C. A ......................... (6)
1.3. Metodologi Penelitian
Dalam
penelitian
ini
akan
dilakukan percobaan dalam media pasir
(artificial contaminated sand) dimana Cd
sengaja dipaparkan pada media pasir
seragam pada konsentrasi C0 = 100, 400,
900 ppm, waktu percobaan t = 8, 24, 48
jam serta KCl 0,01 M.
a.
Peralatan dan Bahan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
b.
Tabung flexyglass 1 meter dan
Ø 5 cm
Elektroda karbon tebal 0,75 cm,
Ø 5 cm
Sumber arus (DC) 30 – 70 V
Multimeter
Conductivity meter
AAS
Pasir (silika) Ø 0,15-0,2 mm
Kadmium Nitrat [ Cd(NO3)2]
Asam Nitrat [ HNO3]
Asam Khlorida [HCl]
Asam demineral
Prosedur Percobaan
Secara diagramatis, penelitian
dilakukan sesuai gambar 1, dimana
penyiapan
masing-masing
langkah
penelitian adalah sbb;
-2
dimana, i = rapat arus (Amp m ), KL =
-1
koefisien transpor massa ( m dt ), I =
kuat arus (Amp), n = jumlah muatan
elektron, C = konsentrasi larutan (mol m
3
), F = konstanta Faraday, A = luas
2
elektroda (m ).
Dengan
mengacu
pada
persamaan (6) dimana I yang
digunakan adalah total I yang terbaca
melalui alat ukur sedangkan C adalah
konsentrasi ion Cd yang tersisihkan,
maka KL berma kna sebagai koefisien
transfer massa ion Cd dalam percobaan
baik akibat arus migrasi ionik maupun
arus akibat difusi.
Sampel pasir
-
-
-
Sampel pasir sebanyak 0,69 kg untuk
tiap percobaan dan
Cd(NO3)2
sebesar masing-masing 145,11mg,
580 mg dan 1306 mg agar diperoleh
C0 = 100 ppm, 400 ppm dan 900 ppm
per berat kering pasir.
Penyiapan larutan KCl 0,01 M.
Mencampurkan
masing-masing
takaran berat Cd(NO 3)2 ke dalam
pasir dan aduk rata.
Memasukan larutan KCl ke dalam
tabung flexyglass secara vertikal.
Memasukan
pasir
yang
telah
tercampur timbal nitrat ke dalam
Uji Pemisahan Kadmium.....J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7(2): 258-265
261
tabung, tunggu sampai gelembung
udara keluar semua lalu disisipkan
filterglass.
-
Memasukan sisa larutan KCl sampai
penuh seluruh tabung lalu ditutup
dengan
elektroda
karbon
dan
hubungan dengan sumber arus.
-
Pengamatan dilakukan tiap 1 jam
terhadap besaran arus dan pH baik di
titik dengan anoda (pH1), katoda
(pH2 )dan dekat filterglass (pH3).
pH point
Anoda
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara teoritis, konduktivitas
sistem
sangat
menentukan
dalam
pencapaian hasil akhir seluruh percobaan
elektromigrasi ini.
Pengukuran terhadap pH di titik
dekat katoda menunjukkan nilai rendah
(asam) pada awal pengukuran dan naik
tajam setelah 8 jam. Ini menunjukan
perbedaan pH yang tajam (pH jump)
terjadi di sekitar / dekat katoda di awal
percobaan. pH jump akan bergerak ke
arah
anoda
seiring
terdesaknya
permukaan asam oleh permukaan basa
yang dihasilkan di anoda.
Katoda
Pasir + Cd(NO 3) 2
Pada awal tiap percobaan ion
OH yang dihasilkan katoda, digunakan
untuk pembentukan presipitat oleh logam
(Cd) atau oleh kation-kation lain yang
mungkin ada di tanah serta telah
melampaui
tetapan
kelarutan
standardnya. Hal ini menyebabkan pH
jump masih berada dekat katoda.
KCL 0,01 M
Am
DC
Gambar 1. Rangkaian Percobaan
Adapun kondisi percobaan
keseluruhan adalah sbb:
secara
Gambar 2 menunjukan pola
kecenderungan perubahan pH baik pada
media
pasir
dan
pada
berbagai
konsentrasi Cd, dimana diukur pada titik
10 cm kaearah cairan dari filterglass.
Sementara Gambar 3 memperlihatkan
gambaran perubahan pH pada ke tiga
titik tinjau dalam kurun 48 jam.
Tabel 1. Kondisi /Variasi Percobaan
[Cd]
(ppm)
KCl
T
DC
[M]
(jam)
(V)
Pasir
100
0,01
8
40
2
Pasir
400
0,01
24
40
3
Pasir
900
0,01
48
40
4
Pasir
100
0,01
8
40
5
6
Pasir
Pasir
400
900
0,01
0,01
24
48
40
40
7
Pasir
100
0,01
8
40
8
Pasir
400
0,01
24
40
9
Pasir
900
0,01
48
40
No.
Media
1
262
Anoda yang terus menerus
+
menghasilkan ion H akan ditarik kearah
permukaan
partikel
tanah
yang
bermuatan
negatip,
akibatnya
+
konsentrasi ion H yang bergerak kearah
katoda sangat terbatas serta mobilitasnya
berkurang akibat keberadaan butiran
tanah. Dengan kata lain pergerakan ion
+
H
menjadi
lebih
lambat
bila
dibandingkan ion OH yang dihasilkan di
katoda. Pada percobaan ini KCl
ditambahkan guna mendapatkan suatu
larutan yang konduktif.
Purwanta, W.,. 2006
12
7
10
6
i (A/m2)
pH
8
6
4
3
2
4
1
2
0
0
0
0
6
Cd 100
12
18
24
30
Cd 400
36
Cd 900
42
48
Gambar 4.
Hasil percobaan yang mengacu
pada kondisi percobaan sesuai Tabel 1
memperlihatkan adanya perbedaan pola
rapat arus (i). Gambar 4 memperlihatkan
secara umum perbedaan pola rapat arus
yang dimaksud dalam skala waktu 48 jam
pada konsentrasi KCl 0, 01 M.
14
12
0 jam
10
2 jam
8
4 jam
6
8 jam
24 ja m
4
48 jam
2
0
10
50
4
8
100ppm
12 16 20 24 28 32 36 40 44 48
400ppm
900ppm
t (jam)
t (jam)
Gambar 2. pH dititik tinjau
pH
5
100
Jarak dari Anoda (cm)
Gambar 3. Kecenderungan pH selama 48
Jam
Dengan potensial tegangan sel
yang tetap, pada media pasir arus
meningkat di awal percobaan (+/- 8 jam)
kemudian menurun sepanjang sisa waktu
48 jam dan ada kecenderungan konstan
pada tingkat arus yang rendah. Naiknya
arus di awal percobaan disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi ion Cd akibat
proses desorpsi dari permukaan tanah
dan disolusi presipitat pada daerah pH
rendah (sekitar anoda). Konduktivitas
“sistem” tercermin dalam pola arus yang
terjadi sebagaimana dinyatakan dalam
persamaan (6) diatas.
Perbedaan pola rapat arus pada
konsentrasi KCl 0, 01 M.
Hasil
penelitian
sebelumnya
menunjukkan bahwa pada konsentrasi
Cd
yang
lebih
tinggi,
akan
membangkitkan arus awal (saat t ˜ 0 )
yang juga lebih tinggi bila dibandingkan
pada konsentrasi Cd yang lebih rendah
(Probstein, 1993).
Pada konsentrasi tinggi arus
dibangkitkan akibat kontrol kinetika yang
berlangsung
lebih
cepat
bila
dibandingkan pada konsentrasi yang
lebih rendah. Fluks (J) merupakan fungsi
dari konsentrasi ion Cd yang bermigrasi
(C), serta besarnya beda potensial listrik
(? ) sesuai persamaan (5). Nilai fluks Cd
yang
terus
meningkat
berlawanan
dengan arus total yang terukur yang
justru terus menurun. Ini bisa diartikan
peran ion Cd dalam arus total terus
meningkat seiring waktu percobaan.
Dengan kata lain di awal percobaan arus
lebih banyak dibangkitkan oleh ion-ion
lain selain ion Cd.
Turunnya arus seiring waktu bisa
diartikan sebagai mulai lambatnya laju
reaksi di elektroda. Diduga telah terjadi
deteriorasi di elektroda karbon (perlu
penelitian
lebih
dalam)
yang
menyebabkan
menurunnya
luas
permukaan efektif elektroda. Selain itu
juga diperkirakan telah terjadi kejenuhan
ion disekitar elektroda sehingga hanya
sedikit sekali ion yang masih tetap
bergerak dan terpindahkan ke elektroda
pada saat periode percobaan diatas 48
Uji Pemisahan Kadmium.....J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7(2): 258-265
263
jam. Kemungkinan lain yang turut
menyebabkan turunnya arus adalah
terjadinya fouling di elektroda (masih
harus dibuktikan) sehingga menghambat
transfer elektron ke elektroda.
Efisiensi (%)
100
80
60
40
20
0
8
100 ppm
24
400 ppm
48
900 ppm t (jam)
Gambar 5. Efisiensi Arus selama 48 jam
Seperti
telah
diuraikan
sebelumnya bahwa proses transfer
massa yang terjadi dalam proses
elektrokinetik sistem batch ini adalah
migrasi dan difusi ionik sebagaimana
persamaan (5). Apabila J i(x) adalah fluks
yang besarnya adalah i/nF, maka dapat
dipastikan bahwa arus yang terjadi
selama proses elektromigrasi adalah arus
akibat migrasi ionik (im ) dan arus akibat
difusi (id). Dalam suatu reaktor besarnya
perbandingan antara im dan id pada suatu
lokasi dan waktu tertentu akan sangat
bervariasi (Bard dkk, 1980).
yang turut mempengaruhi transfer massa
seperti model sorpsi kontaminan dengan
media pasir dapat dimasukkan sebagai
koefisien transfer massa (KL).
Nilai-nilai
KL
akan
sangat
bervariasi tergantung kondisi percobaan,
atau sangat spesifik untuk suatu keadaan
tertentu. Dari tabel L.3 terlihat bahwa
koefisien transfer massa (KL) untuk
-4
konsentrasi Cd 100 ppm = 4,16 x 10
m/dt (24 jam) yang lebih tinggi dari Cd
-5
900 ppm sebesar 1,58 x 10 m/dt.
Besaran koefisien transfer massa ini
berbanding terbalik dengan rapat arus
yang dibangkitkan dari kedua konsentrasi
Cd diatas. Pada Cd 100 ppm rapat arus
2
sebesar 4,27 A/m sedangkan pada Cd
2
900 ppm rapat arus sebesar 5,73 A/m .
Nilai rapat arus bila dibandingkan
dengan Cd yang berhasil disisihkan dari
pasir, yakni untuk Cd 100 ppm tersisihkan
8,95 ppm (8,95%) dan Cd 900 ppm
tersisihkan
sebesar
350,55
ppm
(38,95%). Ini memperlihatkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi semakin besar
arus yang dibangkitkan dan ketersisihan
juga meningkat. Nilai Cd tersisihkan,
rapat arus dan koefisien transfer massa
dapat dilihat selengkapnya di Lampiran.
3. KESIMPULAN
Dengan persamaan (5) fluks
yang sebenarnya dari ion Cd akan dapat
dihitung apabila diketahui diffusivity (D)
dan mobility (µ) dari ion Cd. Dalam
persamaan (5), mobility (µ) merupakan
fungsi dari (nF/RT) Di. Guna keperluan
praktis seperti aplikasi di lapangan maka
persamaan (6) lebih mudah digunakan,
yang formulasinya bisa disusun lagi
menjadi;
J i = K LCi
Dengan persamaan ini semua
penyimpangan yang terjadi antara nilai D
dan µ teoritis dengan yang terjadi di
dalam reaktor maupun faktor-faktor lain
264
Dengan metode elektromigrasi
yang diterapkan, Cd dapat tersisihkan
dimana konsentrasi awal Cd dalam media
(C0), periode percobaan (t), konsentrasi
larutan elektrolit (KCl), serta kuat arus (I)
mempengaruhi
tingkat
efisiensi
penyisihan dan koefisien transfer massa
(KL) Cd dalam sistem.
Pada media percobaan dengan
periose 24 jam, Cd 100 ppm diperoleh KL
-4
= 4,16 x 10 m/det dimana efisiensi
penyisihan Cd mencapai 15,98%. Pada
Cd 400 ppm dengan periose sama
-5
diperoleh harga KL = 4,03 x 10 m/det
dengan efisiensi penyisihan sebesar
Purwanta, W.,. 2006
44,18% atau lebih besar. Sementara
hasil penyisihan yang lebih besar lagi
diperoleh pada Cd 900 ppm dimana KL =
-5
1,58 x 10
m/det dengan efisiensi
78,74%.
Dari percobaan juga terlihat
bahwa Cd yang tersisihkan akan lebih
banyak didapati di sekitar katoda bila
dibandingkan di larutan. Sedangkan
semakin rendah pH pasir maka mobilitas
Cd makin tinggi, hal ini berkaitan dengan
tingkat desorpsi Cd yang tinggi pada pH
rendah. Dari percobaan terlihat bahwa
karena sistem tertutup, maka proses
penyisihan Cd dapat dilakukan dengan
elektromigrasi itu sendiri, sementara
proses seperti elektroosmosis dapat
diabaikan. Karena ion Cd terpresipitasi di
luar
tanah,
maka
porositas
dan
tortuositas media padat diharapkan tidak
banyak
berubah.
Penurunan
konduktivitas terjadi akibat berubahnya
atau menurunnya aktivitas dan mobilitas
ion serta meningkatnya resistensi sistem.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bard, A.J & Faulkner, L.R, 1980,
Electrochemical
Methods
–
Fundamentals and Applications, New
York, John Wiley & Sons. Goodridge,
1995,
Electrochemical
Process
Engineering – A guide to design of
lectrolytic plant, New York, Plenum
Press
Harrison, R.M & Laxen, D.P, 1984,
Lead Pollution – causes and control,
London, Chapman & Hall.
Li, Z., Ji Wei Yu, Neretnieks, 1997,
Removal of Cd (II), Cd (II), and Cr (II)
from sand by electromigration, Journal
of Hazardous Materials, 55 (295-304)
Probstein, R & Hicks, E., 1993,
Removal of Contaminants from Soils by
Electric Fields, Science Vol 260.
Purwanta, W., 2005, Penyisihan Timbal
(Pb) dari Tanah Terkontaminasi
Dengan Proses Elektromigrasi, JTL Vol
6., No. 3, September 2005.
Suprihanto, N. 2005, Pencemaran
Tanah dan Air Tanah, Penerbit ITB
Uji Pemisahan Kadmium.....J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7(2): 258-265
265
Download