askep lengkap post matur

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir (Prawiharjo, 2002). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu
maupun janin (Prawiharjo, 2002).
Dari survei demografi dan kesehatan indonesia (sdki) dan data biro pusat statistik
(bps), angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh dunia mencapai 515
ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena
komplikasi kehamilan dan persalinannya (dr. Nugraha, 2007).
Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai
usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut
dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh
masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya
disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan,
kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun
pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal kehamilan resiko
tinggi (krt) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi
(Syamsul, 2003).
Post matur merupakan kasus yang sering kali terjadi pada saat kehamilan yaitu yang
melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan
perhitungn usia kehamilan dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus
uteri ( Kapita Selekta Kedokteran jilid 1). Menurut (Achadiat 2004:32) Kehamilan
postmatur lebih mengacu pada janinnya, dimana dijumpai tanda-tanda seperti kuku
panjang, kulit keriput,plantara creases yang sangat jelas, tali pusat layu dan terwarnai oleh
mekonium.(Varney Helen, 2007).
Beberapa ahli dapat menyatakan kehamilan lewat bulan bila lebih dari 41 minggu
karena angka mordibitas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia 40 minggu.
2
Namun kurang lebih 18% kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu hingga 7% akan
menjadi 42 minggu bergantung pada populasi dan kriteria yang digunakan. Seringnya
kesalahan dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi sedini mungkin untuk
menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. Jika tapi telah ditentukan pada
trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan. D ata yang terkumpul
sering menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring peningkatan usia kehamilan
lebih dari 40 minggu.
B. TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Mengerti dan memahami mengenai konsep dan asuhan keperawatan pada resiko
tinggi persalinan post matur.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengerti dan memahami tentang konsep persalinan normal
b.
Mengerti dan memahami adaptasi Fisik dan Psikologis pada ibu selama
proses persalinan
c.
Mengerti dan memahami penatalaksanaan nyeri non farmakologi
d.
Mengerti dan memahami tindakan pembedahan pada persalinan
e.
Mengerti dan memahami resiko tinggi pada persalinan post matur
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Persalinan Normal
1.
Defenisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir (Prawiharjo, 2002).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawiharjo,
2002).
2.
Kala Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu :
a.
Kala I
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini
terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7
jam) serviks membuka dari 3 – 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu (Prawirohardjo, 2008) :
1)
Fase laten
Merupakan periode waktu dari awal persalinan pembukaan mulai berjalan secara
progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm
atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi
mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.
2) Fase Aktif
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi komplit dan
mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari 3-4 cm hingga 10 cm dan
berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama
akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan. Fase aktif dibagi dalam 3 fase , antara lain:
4
a)
Fase Akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b) Fase Dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9
cm.
c)
Fase Deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi lengkap
b.
Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Menurut Depkes RI (2007), beberapa
tanda dan gejala persalinan kala II adalah :
1) Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan terjadinya kontraksi
2) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya
3) Perineum terlihat menonjol
4) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka
5) Peningkatan pengeluaran lendir darah
Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala
janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang secara reflek timbul rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu seperti
ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai
terlihat, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin
akan lahir kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi: 1 ½ - 2 jam, pada
multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2003).
c.
Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit. Menurut Depkes (2007) tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup
beberapa atau semua hal dibawah ini :
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Sebelum bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh
(diskoit) dan tinggi fundus biasanya turun sampai di bawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan uterus terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada di
atas pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan).
5
2) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina (tanda
Ahfeld).
3) Semburan darah tiba-tiba
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang secara tiba-tiba menandakan
darah yang terkumpul diantara melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta
(darah retroplasenter) ke luar melalui tepi plasenta yang terlepas. Setelah bayi lahir
kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat,
dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his
pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong
ke dalam vagina akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus
uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2003).
d.
Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum (Prawiharjo,
2002).
B. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis pada Ibu Selama Proses Persalianan
1.
Adaptasi Fisiologis
Pemahaman yang mendalam tentang adaptasi ibu selama masa hamil akan membantu
perawat mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan wanita selama bersalin. Perubahanperubahan yang sering terjadi, yaitu:
a.
Perubahan Kardiovaskuler
Dalam sebuah persalinan akan ditemukan beberapa perubahan pada sistem
kardiovaskuler, pada setiap kontraksi 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke
dalam vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10-15% pada tahap
pertama persalinan dan sekitar 30-50% pada tahap kedua persalinan.
Perawat dapat mengantisipasi perubahan tekanan darah. beberapa faktor yang
mengubah tekanan darah ibu, yaitu:
6
1) Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi.
2) Jika wanita melakukan maneuver valsava (menahan napas dengan menegangkan otot
abdomen)
3) Adanya rasa cemas dan nyeri serta penggunaan analgesic dan anatetik dapat
menyebabkan hipotensi.
b.
Perubahan Pernafasan
Peningkatan aktifitas fisik dan peningkatan penahanan O2 terlihat dari peningkatan
frekwensi pernapasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH
meningkat), hipoksia dan hipokapnea (CO2 menurun). Pada tahap kedua persalinan, jika
wanita tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengkonsumsi O2 hampir 2x lipat.
Kecemasan juga meningkatkan pemakaian O2.
c.
Perubahan pada Ginjal
Selama persalinan, wanita dapat mengalami kesulitan berkemih secara spontan akibat
berbagai alasan: edema jaringan karena tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman,
sedasi, malu. Proteinuria = +1 dikatakan N dan hasil ini merupakan respon rusaknya
jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan.
d.
Perubahan Integumen
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas daerah
introitus vagina (muara vagina). Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda pada tiap
individu. Meskipun daerah itu dapat meregang, namun dapat terjadi robekan-robekan
kecil pada kulit sekitar introitus vagina sekalipun tak dilakukan episiotomy/tidak
terjadi laserasi.
e.
Perubahan Muskuloskeletal
Sistem muskoloskeletal mengalami stress selama persalinan. Diaforesis, keletihan,
proteinuria, (+1), dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan aktifitas otot
yang mencolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin)
terjadi sebagai akibat meregangnya sendi pada masa aterm. Proses persalinan itu sendiri
dan gerakan melurusnya jari-jari dapat menimbulkan kram tungkai.
7
f.
Perubahan Neurologi
Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stress dan rasa tidak nyaman selama
persalinan. Mula-mula wanita bersalin mungkin merasa euphoria yang mana membuat
wanita menjadi serius, kemudian mengalami amnesia diantara fraksi selama tahap kedua.
Akhirnya, wanita merasa sangat senang atau merasa letih setelah melahirkan. Endofrin
endogen (senyawa mirip morfin yang diproduksi tubuh secara alami) meningkatkan
ambang nyeri dan menimbulkan sedasi. Anastesi fisiologis jaringan perineum yang
ditimbulkan tekanan bagian presentasi menurunkan persepsi nyeri.
g.
Perubahan Pencernaan
Bibir dan mulut dapat kering akibat wanita hamil bernapas melalui mulut, dehidrasi,
respon emosi terhadap persalinan. Selama persalinan, mortilitas dan absorpsi saluran cerna
menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat. WAnita hamil seringkali mual
dan memuntahkan makanannya yang belum dicerna setelah bersalin. Mual dan sendawa
juga terjadi sebagai respon reflex terhadap dilatasi servik lengkap. Ibu dapat mengalami
diare pada awal persalinan.
h.
Perubahan Endokrin
Persalinan dapat diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar
estrogen, prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah
dapat menurun akibat proses persalinan (Bobak, 2005, hal. 248).
i.
Perubahan Sistem Reproduksi
 Segmen atas Rahim dan segmen bawah Rahim
Dalam persalinan, perbedaan antara segmen atas Rahim dan segmen bawah Rahim
lebih jelas. Segmen atas Rahim memegang peran aktif karena berkontraksi dan
dindingnya bertambah tebal dan mendorong anak keluar. Segmen bawah Rahim
memegang peranan pasif dan makin tipis karena mengadakan relaksasi dan dilatasi
menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui oleh bayi.
 Rahim (uterus)
8
Setiap kontraksi, sumbu panjang Rahim bertambah panjang sedang ukuran
melintang maupun ukuran muka belakang berkurang. Setiap kontraksi, uterus
mengalami retraksi.
 Ligamentum Rotundum
Otot-otot ligamentum rotundum ikut berkontraksi hingga menjadi pendek jika
uterus berkontraksi.
 Servik
Pembukaan servik didahului oleh pendataran. Pendataran dari servik ini terjadi dari
atas ke bawah. Awalnya bagian servik di daerah ostium internum ditarik ke atas dan
menjadi lanjutan dari segmen bawah Rahim, sedang ostium eksternum sementara
tak berubah. Servik mengalami dilatasi penuh.
 Vagina
o
Dalam kala I, ketuban ikut meregangkan bagian vagina
o
Dilatasi vagina yang cukup luas
 Vulva
o
Penonjolan vulva
o
Penipisan dan pemanjangan perineum
o
Dilatasi orifisium uretra eksterna
 Anus menonjol dan terbuka
j.
Tekanan Darah
Tekanan darah dapat meningkat lagi 15-25 mmHg selama kontraksi pada kala II. Rata-
rata peningkatan tekanan darah 10 mmHg diantara kontraksi.
k.
Metabolisme
Peningkatan metabolisme yang terus-menerus berlanjut sampai kala II diawali upaya
mendorong pada ibu menambah otot-otot rangka sehingga memperbesar peningkatan
metabolisme.
l.
Denyut Nadi
9
Frekwensi denyut nadi ibu bervariasi pada setiap kali upaya mendorong. Secara
keseluruhan, frekwensi nadi meningkat dan disertai takikardia yang nyata ketika mencapai
puncak pada kelahiran.
m. Suhu
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat pelahiran dan saat setelahnya.
Peningkatan N adalah 1-20F/0,5-10C.
n.
Pernapasan
Kebutuhan O2 naik sampai 100%
o.
Curah Jantung
Naik 80% di atas nilai sebelum proses persalinan.
p.
Tekanan Vena Sentral
Naik 4-6 cm H2O akibat kenaikan sementara volume darah ibu.
2.
Adaptasi Psikologis
a. Latar belakang budaya
Sikap negatif terhadap persalinan dipengaruhi oleh:

Persiapan persalinan

Upaya dukungan
o Partisipasi pasangan
o Partisipasi kakek-nenek
o Partisipasi saudara kandung
C. Penatalaksanaan Nyeri Non Farmakologi
Beberapa
hal
yang
dapat
dilakukan
dalam
mengatasi
(memanaje)
nyeri
saat persalinan, yaitu salah satunya dengan memberikan terapi non farmakologis. Terapi
non farmakologis yaitu terapi yang digunakan yakni dengan tanpa menggunakan obat
10
obatan, tetapi dengan memberikan berbagai
teknik
yang
setidaknya
dapat
sedikit
mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba. Beberapa hal yang dapat dilakukan ialah:
1.
Relaksasi
Relaksasi adalah metode pengendalian nyeri yang memberikan wanita masukan
terbesar. Relaksasi adalah metode pengendalian nyeri non farmakologis yang paling sering
digunakan. Bersamaan dengan pendidikan dan latihan pernapasan, relaksasi telah menjadi
landasan persalinan. Ibu dapat mengurangi nyeri dengan mengontrol intensitas reaksi
terhadap nyeri. Teknik yang dipelajari ibu dapat mencakup fokus atau relajsasi progresif
atau teknik relaksasinya lebih meditatif..
2.
Psikoanalgesia
Pada dasarnya cara yang dilakukan adalah melatih ibu agar mempunyai respon yang
positif terhadap persalinan sehingga nyeri persalinan tidak menimbulkan hal-hal yang
mempersulit
lahirnya
bayi.
Latihan yang diberikan dapat
mengadakan latihan pernapasan ataupun dengan
melakukan
konsentrasi
dengan
pada
saat
persalinan.
3.
Hipnoterapi
Adalah suatu penggunaan hiposis untuk membuat suatu kepatuhan dan kondisi seperti
tidur dalam terapi dalam kondisi-kondisi dengan komponen-komponen psikologis yang
besar.selama persalinan, hipnotis dianggap memungkinkan ibu untuk menginterpretasi
ulang nyeri kontraksi uterus sebagai sensasi lemah. Dengan cara ini gerbang pada
substansia gelatinosa dicegah oleh impuls yang turun untuk membuka dan menyebabkan
persepsi nyeri.seiring dengan relaksasi, respon stres otonom berkurang dan hormon stres
yang biasanya meningkatkan persepsi nyeri dalam persalinan tidak disekresi.
4.
Imajinasi
Imajinasi terbimbing melibatkan wanita yang menggunakan imajinasi untuk
mengontrol nyerinya.. Hal ini dicapai dengan menciptakan bayangan yang mengurangi
keparahan nyeri atau yang terdiri dari pengganti yang lebih dapat diterima dan tidak nyeri.
5.
Akupresur
11
Merupakan salah satu teknik nonfarmakologi yang paling efektif dalam manajemen
nyeri persalinan. Teknik ini menggunakan teknik penakanan, pemijatan, dan pengurutan
sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energi. Teknik akupresur ini dapat menurunkan
nyeri dan mengefektifkan waktu persalinan. Akupresur merangsang produksi endorfin
lokal dan menutup gerbang terhadap rasa nyeri.
6.
Masasse
Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada jaringanlunak, biasanya otot, atau liga
mentum, tanpa menyebabkangerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri,
menghasilkan relaksasi, dan/atau memperbaiki sirkulasi. Massase adalah terapi nyeri yang
primitif dan menggunakan refleks lembut manusia untuk menahan, menggosok atau
meremas bagian tubuh yang nyeri.
D. Tindakan Pembedahan Pada Persalinan
Tindakan operasi ini dikenal sebagai “bedah kebidanan” yaitu tindakan pembedahan
yang dilakukan pada wanita hamil berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan masa nifas
(pueperium).
1.
Tindakan pada janin
a.
Chorionic villus sampling (CVS): tindakan mengambil bagian korion/plasenta
janin untuk memeriksa kromosom janin yang dilakukan pada usia kehamilan 1013 minggu.
b.
Amniosentesis. tindakan mengambil air ketuban janin untuk memeriksa
kromosom janin pada usia kehamilan 16 minggu
c.
Pengambilan darah janin saat bersalin (Fetal blood sampling).
d.
Kordosintesis: tindakan pengambilan darah janin melalui tali pusat untuk
memeriksa darah janin
e.
Tranfusi darah pada janin, pada janin dengan masalah hidrops
f.
Feto-amniotic shunting : tindakan memasang alat untuk membuat saluran antara
organ janin dengan ketuban
2.
Dilatasi dan kuretase :tindakan pengeluaran jaringan konsepsi setelah keguguran atau
bagian selaput lendir rahim (endometrium ) pada kasus ginekologi
3.
Pengangkatan kehamilan di luar kandungan (kehamilan ektopik)
12
4.
Pengangkatan kista indung telur (ovarium) dalam kehamilan
5.
Tes douglas punksi (tes menilai adanya hamil luar kandungan )
6.
Versi kepala eksterna (External cephalic version): tindakan memutar janin dengan
presentasi bokong (sungsang) menjadi presentasi kepala
7.
Pengikatan mulut rahim (Cervical cerclage): dilakukan pada usia kehamilan 14-16
minggu pada kasus mulut rahim yang pendek
8.
Bedah sesar (Seksio sesarea): proses melahirkan janin melalui dinding perut
9.
Persalinan normal
10. Persalinan pervaginam pada sungsang (spontan atau bantuan)
11. Persalinan pervaginam dengan bantuan alat (vaginal assisted delivery), yaitu
persalinan dengan vakum (disedot menggunakan alat vakum) dan forcep (alat seperti
tang)
12. Episiotomi dan penjahitan mulut rahim (serviks) yang robek
13. Tindakan pembedahan untuk menghentikan perdarahan saat persalinan
a.
Kompresi bimanual pada rahim: tindakan penghentian darah pasca persalinan
dengan jalan menekan rahim dengan tangan yang diletakkan di luar perut dan di
dalam rongga rahim
b.
Pengikatan (Ligasi) arteri uterina: penghentian perdarahan pasca persalinan
dengan melakukan operasi membuka dinding perut dan mengikat pembuluh darah
rahim
c.
Pengikatan (Ligasi) arteri hipogastrika penghentian perdarahan pasca persalinan
dengan melakukan operasi membuka dinding perut dan mengikat pembuluh darah
hipogastrika
d.
Teknik B- Linch : tindakan menghentikan perdarahan dengan pengikatan rahim
dengan metoda tertentu (B-Linch)
e.
Bedah sesar dan pengangkatan rahim (Cesarean Hysterectomy): tindakan
penyelamatan nyawa pada kasus rahim yang tidak berkontraksi pasca persalinan
dengan jalan mengangkat seluruh atau sebagian rahim.
13
E. Resiko Tinggi Pada Persalinan Persalinan Post Matur
1.
Definisi
Post matur adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap.
Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan dengan rumus
Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri ( Kapita Selekta Kedokteran jilid 1).
Menurut (Achadiat 2004:32) Kehamilan postmatur lebih mengacu pada janinnya,
dimana dijumpai tanda-tanda seperti kuku panjang, kulit keriput,plantara creases yang
sangat jelas, tali pusat layu dan terwarnai oleh mekonium.(Varney Helen, 2007).
2.
Etiologi
Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang dikemukaan adalah
hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup
bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter,
karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu (Rustam, 1998).
Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh
dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan.
Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap
rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim (Manuaba, 1998).
Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar esterogen pada
kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat
turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin
berkurang. Factor lain adalah hereditas, karena post matur sering dijumpai pada suatu
keluarga tertentu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun
setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi
juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan
nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta
berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi.
Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian
perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu 30% prepartum, 55% intrapartum, dan
15% postpartum.
Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut :
14
a.
Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.
b.
Tidak diketahui.
c.
Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.
d.
Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab yang jarang
terjadi.
e.
Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.
f.
Faktor genetik juga dapat memainkan peran.
3.
Tanda dan Gejala
a.
Gerakan janin jarang ( secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau secara
objektif kurang dari 10x / menit.
b.
Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari:

Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas.

Stadium II : seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan mekoneum (
kehijuan di kulit.

Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada kuku,
kulit dan tali pusat.
a. Berat badan bayi lebih berat dari bayi matur.
b. Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur
c. Rambut kepala lebih tebal.
4.
Patofisiologi
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak menyebabkan
adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah
plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin
mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim (Manuaba, 1998).
Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas, tubuh
panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti orang tua, kuku panjang, tali
pusat selaput ketuban berwarna kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada
kehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan
postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan gawat janin.
15
Bila keadaan plasenta tidak mengalami insufisiensi maka janin postterm dapat tumbuh
terus namun tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat menyebabkan
distosia bahu.
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak menyebabkan
adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah
plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin
mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim (Manuaba, 1998).
Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas, tubuh
panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti orang tua, kuku panjang, tali
pusat selaput ketuban berwarna kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada
kehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan
postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan gawat janin.
Bila keadaan plasenta tidak mengalami insufisiensi maka janin postterm dapat tumbuh
terus namun tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat menyebabkan
distosia bahu.
5.
Pemeriksaan Penunjang

USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.

Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.

Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.

Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.

Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.

Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.

Pemeriksaan sitologi vagina.
6.
Pengaruh Terhadap Ibu dan Bayi
Ibu:
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena
kontraksi uterus tidak
terkoordinir, janin besar, molding kepala kurang, sehingga sering dijumpai partus lama,
kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, perdarahan post partum yag mengakibatkan
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas.
Bayi :
16
Jumlah kematian janin atau bayi pada kehamilan 42 minggu 3x lebih besar dari
kehamilan 40 minggu. Pengaruh pada janin bervariasi, biantaranya berat janin bertambah,
tetap atau berkurang,
7.
Penatalaksanaan
a.
Setelah usia kehamilan lebih dari
40- 42 minggu, yang terpenting adalah
monitoring janin sebaik – baiknya.
b.
Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat.
c.
Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik, apabila sudah
matang, boleh dilakukan induksi persalinan.
d.
Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang – kadang besar dan kemungkinan
disproporsi cephalopelvix dan distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu janin
post matur lebih peka terhadap sedative dan narkosa.
e.
Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada keadaan
onsufisiensi plasenta dengan keadaan cervix belum matang, pembukaan belum
lengkap, partus lama dan terjadi gawat janin, primigravida tua, kematian janin
dalam kandungan,pre eklamsi, hipertensi menahun, anak berharga dan kesalahan
letak janin.
8.
Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada bayi postmatur

Hipoksia

Hipovolemia

Asidosis

Sindrom gawat nafas

Hipoglikemia

Hipofungsi adrenal.
17
9. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur,
minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1
kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga
(di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1
bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan
seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui
dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang
berbahaya.
Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan
merupakan perhitungan yang lebih tepat.. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal
hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari
pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya,
hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada 2 Januari 2011. Saat ini tanggal 4 Maret 2011.
Jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7
diperoleh angka 8,7. Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.
10. Asuhan Keperawatan Teoritis
a.
Pengkajian
Data Subjektif:
1) Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin,pekerjaan, status kewarganegaraan, suku bangsa,
pendidikan, alamat.
2) Keluhan utama
Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba dalam bukunya Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan (1998; hal 225)

Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu.

Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.

Berat badan ibu mendatar atau menurun.

Air ketuban terasa berkurang.

Gerak janin menurun.
18
3) Riwayat Menstruasi
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit
4) Riwayat Obstetri
Mengkaji riwayat obstetri dahulu meliputikehamilan, persalinan, nifas, anak serta KB
yang pernah digaunakan. Termasuk didalanya riwayat TT, serta penyulit yang dialami.
5) Riwayat kehamilan sekarang
Mengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien selama kehamilan ini. Digunakan
sebagai identifikasi masalah pasien. Banyaknya pemeriksaan antenatal yang dilakukan.
6) Riwayat kesehatan
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi terjadinya Postterm.
7) Riwayat kesehatan keluarga
Mendeteksi masalah yang berkaitan dengan factor genetic, sebagai indikasi penyakit
yang diturunkan oleh orang tua.
8) Pola kehidupan sehari-hari
Meliputi kebiasaan sehari-hari yang dilakukan pasien.
Data Objektif:
1) Pemeriksaan umum
Secara umum ditemukan gambaran kesadaran umum, dimana kesadaran pasien sangat
penting dinilai dengan melakukan anamnesa. Selain itu pasien sadar akan menunjukkan
tidak adanya kelainan psikologis dan kesadaran umum juga mencakup pemeriksaan tandatanda vital, berat badan, tinggi badan , lingkar lengan atas yang bertujuan untuk
mengetahui keadaan gizi pasien.
2) Pemeriksaan Fisik

Inspeksi
19
Mata
: Periksa konjungtiva dan sklera untuk menentukan apakah ibu anemia atau
tidak,
Muka
: edema atau tidak
Leher
: apakah terdapat pembesaran kelenjar baik kelenjar tiroid maupun limfe
Dada
: bagaimana keadaan putting susu, ada tidaknya teraba massa atau tumor,
tanda-tanda kehamilan (cloasma gravidarum, aerola mamae, calostrum),
Abdomen : dilihat pembesaran perut yang sesuai dengan usia kehamilan, luka bekas
operasi,
Genitalia : Dilihat genetalia bagian luar oedem atau tidak serta pengeluaran
pervaginam
Ekstremitas :Atas maupun bawah tidak oedem

Palpasi
Abdomen : Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali
(Menurut
Prof.
Dr.
Ida
Bagus
Gde
Manuaba
(1998;
hal
225).
Dengan menggunakan cara Leopold:
Leopold I :
Untuk menentukan TFU dan apa yang terdapat dibagian fundus (TFU dalam cm) dan
kemungkinan teraba kepala atau bokong lainnya, normal pada fundus teraba bulat,
tidak
melenting,
lunak
yang
kemungkinan
adalah
bokong
janin
Leopold II:
Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan bagian-bagian kecilnya. Pada
dinding perut klien sebelah kiri maupun kanan kemungkinan teraba, punggung,
anggota gerak, bokong atau kepala.
Leopold III:
Untuk menentukan apa yang yang terdapat dibagian bawah perut ibu dan apakah BTJ
sudah terpegang oleh PAP, dan normalnya pada bagian bawah perut ibu adalah kepala.
Leopold IV:
Untuk menentukan seberapa jauh masuknya BTJ ke dalam rongga panggul dan
dilakukan perlimaan untuk menentukan seberapa masuknya ke PAP.
20

Auskultasi
Untuk mendengar DJJ dengan frekuensi normal 120-160 kali/menit, irama teratur atau
tidak, intensitas kuat, sedang atau lemah. Apabila persalinan disertai gawat janin, maka
DJJ bisa kurang dari 110 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit dengan irama tidak
teratur.

Perkusi
Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan dengan kekurangan vitamin
B atau penyakit saraf, intoksikasi magnesium sulfat.
3) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer, Arif.. 2001; hal 275
a)
USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta.
b) KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin
c)
Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa tekanan,
dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin )
d) Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%
b. Diagnosa keperawatan
1) Dx. Post matur kehamilan

Ansietas b/d proses kelahiran lama

Nyeri b/d operasi sectio caesarea
2) Dx. Bayi Post matur

No
1
Kerusakan integritas kulit b/d maserasi
Diagnosa
Keperawatan
Kecemasan
berhubungan
dengan
Faktor keturunan,
Krisis
situasional,
Stress, perubahan
status kesehatan,
ancaman
kematian,
NOC
NIC
NOC :
- Kontrol kecemasan
- Koping
Setelah dilakukan asuhan selama
……………klien kecemasan teratasi
dgn kriteria hasil:
 Klien mampu mengidentifikasi
dan mengungkapkan gejala
cemas
 Mengidentifikasi,
NIC :
Anxiety
Reduction
(penurunan
kecemasan)
 Gunakan
pendekatan
yang
menenangkan
 Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
 Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur
 Temani pasien untuk memberikan
21
perubahan
konsep
diri,
kurang
pengetahuan dan
hospitalisasi
DO/DS:
- Insomnia
- Kontak mata
kurang
- Kurang
istirahat
- Berfokus pada
diri sendiri
- Iritabilitas
- Takut
- Nyeri perut
- Penurunan TD
dan
denyut
nadi
- Diare, mual,
kelelahan
- Gangguan
tidur
- Gemetar
- Anoreksia,
mulut kering
- Peningkatan
TD,
denyut
nadi, RR
- Kesulitan
bernafas
- Bingung
- Bloking dalam
pembicaraan
- Sulit
berkonsentrasi
2
Nyeri
akut
berhubungan
dengan:
Agen
injuri
(biologi, kimia,
fisik, psikologis),
kerusakan
jaringan
DS:
- Laporan secara
verbal
DO:
- Posisi untuk
menahan nyeri
- Tingkah laku
berhati-hati
- Gangguan
tidur
(mata
mengungkapkan
dan
menunjukkan
tehnik
untuk
mengontol cemas
 Vital sign dalam batas normal
 Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan








NOC :
 Pain Level,
 pain control,
 comfort level
Setelah
dilakukan
tinfakan
keperawatan selama …. Pasien tidak
mengalami nyeri, dengan kriteria
hasil:
 Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen
nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
keamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
Libatkan
keluarga
untuk
mendampingi klien
Instruksikan pada pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
Kelola pemberian obat anti
cemas:........
NIC :
 Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
 Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
 Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
 Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
 Ajarkan
tentang
teknik
non
farmakologi: napas dala, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/ dingin
 Berikan analgetik untuk mengurangi
22
-
-
-
-
-
sayu, tampak
capek,
sulit
atau gerakan
kacau,
menyeringai)
Terfokus pada
diri sendiri
Fokus
menyempit
(penurunan
persepsi
waktu,
kerusakan
proses
berpikir,
penurunan
interaksi
dengan orang
dan
lingkungan)
Tingkah laku
distraksi,
contoh : jalanjalan,
menemui
orang
lain
dan/atau
aktivitas,
aktivitas
berulangulang)
Respon
autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan
tekanan darah,
perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
Perubahan
autonomic
dalam tonus
otot (mungkin
dalam rentang
dari lemah ke
kaku)
Tingkah laku
ekspresif
(contoh
:
gelisah,
merintih,
menangis,
waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkel
uh kesah)
nyeri: ……...
 Menyatakan rasa nyaman setelah
 Tingkatkan istirahat
nyeri berkurang
 Berikan informasi tentang nyeri seperti
 Tanda vital dalam rentang normal
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
 Tidak mengalami gangguan tidur.
berkurang
dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali.
23
- Perubahan
dalam nafsu
makan
dan
minum
3.
Kurang
Pengetahuan
Berhubungan
dengan :
keterbatasan
kognitif,
interpretasi
terhadap
informasi yang
salah, kurangnya
keinginan untuk
mencari
informasi, tidak
mengetahui
sumber-sumber
informasi.
NOC:
 Kowlwdge : disease process
 Kowledge : health Behavior
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama …. pasien
menunjukkan pengetahuan tentang
proses penyakit dengan kriteria hasil:
 Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program
pengobatan
 Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
Pasien
dan
keluarga
mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya
NIC :
 Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga
 Jelaskan patofisiologi dari penyakit
dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan
cara yang tepat.
 Gambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
 Gambarkan proses penyakit, dengan
cara yang tepat
 Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat
 Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
 Sediakan bagi keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
 Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung
pasien
untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
NOC :
Tissue Integrity : Skin and Mucous
Membranes
Wound Healing : primer dan
sekunder
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama….. kerusakan
integritas kulit pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
 Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan
(sensasi,
elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
 Tidak ada luka/lesi pada kulit
 Perfusi jaringan baik
 Menunjukkan
pemahaman
dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya sedera
berulang
 Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami
Menunjukkan
terjadinya proses
NIC : Pressure Management
 Anjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang longgar
 Hindari kerutan pada tempat tidur
 Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
dan kering
 Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
setiap dua jam sekali
 Monitor kulit akan adanya kemerahan
 Oleskan lotion atau minyak/baby oil
pada derah yang tertekan
 Monitor aktivitas dan mobilisasi
pasien
 Monitor status nutrisi pasien
 Memandikan pasien dengan sabun dan
air hangat
 Kaji lingkungan dan peralatan yang
menyebabkan tekanan
 Observasi luka : lokasi, dimensi,
kedalaman luka, karakteristik,warna
cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal, formasi
traktus
DS: Menyatakan
secara verbal
adanya masalah
DO:
ketidakakura
tan
mengikuti
instruksi,
perilaku
tidak sesuai
4.
Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan :
Eksternal :
- Hipertermia
atau
hipotermia
- Substansi
kimia
- Kelembaban
- Faktor
mekanik
(misalnya :
alat
yang
dapat
menimbulkan
luka, tekanan,
restraint)
- Immobilitas
fisik
- Radiasi
- Usia
yang
24
ekstrim
Kelembaban
kulit
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan
status
metabolik
- Tonjolan
tulang
- Defisit
imunologi
- Berhubungan
dengan
dengan
perkembanga
n
- Perubahan
sensasi
- Perubahan
status nutrisi
(obesitas,
kekurusan)
-
penyembuhan luka
 Ajarkan pada keluarga tentang luka
dan perawatan luka
 Kolaburasi ahli gizi pemberian diae
TKTP, vitamin
 Cegah kontaminasi feses dan urin
 Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril
 Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawiharjo,
2002).
Postmatur menunjukan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir telah
melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi.
(Buku Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450). Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi
antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan kondisi
neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir.
Etiologi pada kelahiran lewat bulan ini masih belum pasti. Namun ada faktor yang
diduga bayi lahir lewat bulan atau postmatur, yang dikemukakan adalah faktor hormonal
yaitu kadar progesteron, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta. Bayi postmatur
menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput, mengelupas lebar-lebar,
sianosis, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena
bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan
telapak kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami
hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk
usia gestasinya. Banyak bayi postmatur Clifford meninggal dan sakit berat akibat asfiksia
lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak.
B.
Saran
Memperhatikan kondisi saat fase kehamilan sangatlah penting dengan gizi yang
cukup dan seimbang, oleh karena itu bagi ibu-ibu yang hamil hendaklah mempersiapkan
persalinan dengan sebaik-baiknya, serta dengan melakukan pemeriksaan rutin baik untuk
mengetahui kesehatan janin dan sang ibu, selain itu juga penting dalam mendeteksi sedini
mungkin umur kehamilan ibu untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia
kehamilan sehingga kehamilan post matur dapat diakhiri sehingga tidak menimbulkan
komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin.
Download