BARCODING ELANG JAWA (Nisaetus bartelsi)

advertisement
BARCODING ELANG JAWA (Nisaetus bartelsi)
BERDASARKAN GEN CYTOCHROME-B SEBAGAI
UPAYA KONSERVASI GENETIK
Dina Ayu Valentiningrum1, Dwi Listyorini2, Agung Witjoro3
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
E-mail korespondensi: [email protected]
ABSTRAK: Elang Jawa merupakan salah satu raptor endemik di Pulau Jawa yang populasinya
semakin menurun. Habitat yang semakin sedikit, perdagangan ilegal dan perburuan Elang Jawa
menjadi penyebab menurunnya populasi ini di alam. Penyebaran yang terbatas menyebabkan
terkonsentrasinya populasi pada wilayah tertentu dan meningkatkan resiko perkawinan satu
keturunan. Akibat dari perkawinan satu keturunan ini dapat menurunkan keragaman genetik Elang
Jawa yang berpengaruh pada kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Dengan adanya konservasi genetik dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan mempertahankan keberadaan suatu spesies di alam. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik Elang Jawa dan menentukan kekerabatan Elang
Jawa berdasarkan gen Cyt-b. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif exploratif meliputi
menganalisis keragaman genetik dan menganalisis sekuen sampel Elang Jawa dari Malang dan
Solo berdasarkan gen Cyt-b. Data yang diperoleh berupa sekuen konsensus hasil sekuensing yang
dianalisis menggunakan software FinchTV, DNA Baser, Basic Local Aligment Search
Tool(BLAST), Clustal-X, BioEdit, MEGA 6 dan DnaSP 5.10. Hasil penelitian menunjukan bahwa
secara genetik Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dari Malang dan Solo berkerabat dekat dengan
Nisaetus alboniger isolate Salb1 dan Salb2. Nilai keragaman genetik Elang Jawa menunjukan
dalam kategori sedang dengan nilai 0.600. Nilai tersebut menunjukan populasi Elang Jawa dan
habitat yang tersedia masih seimbang.
Kata kunci: Elang Jawa, Barcoding DNA, Cytochrome-b (Cyt-b), Konservasi Genetik
ABSTRACT: The Javan Hawk Eagle is one Javan endemic species, the population of which
decreases. Habitat destruction, hunt and illegal trade Javan Hawk Eagle cause reduce the
population in the wild. Limited deployment led to concentration of population in certain region
and increasing the risk of inbreeding. As a result of inbreeding can reduce genetic diversity affects
the ability to adapt to environmental changes. With the genetic conservation can be considered in
the decision that relates to defending the existence of a species in nature. This study aims to
determine the genetic diversity and determine kinship Java Eagle Hawk Java based gene Cyt-b.
This is a descriptive explorative research include genetic diversity analyzing and analyzing sample
sekuen Javan Hawk Eagle from Malang and Solo base on Cyt-b gene. Data obtained sequence
consensus sequencing result were analyzing using software FinchTV, DNA Baser, Basic Local
Aligment Search Tool(BLAST), Clustal-X, BioEdit, MEGA 6 and DnaSP 5.10. The results showed
that the consensus sequences Javan Eagle from Malang and Solo closely related isolates Nisaetus
alboniger Salb1 and Salb2 based on Cyt-b. Value of genetic diversity showed Javanese eagle in
the medium category with a value of 0.600. The value indicates Javanese eagle populations and
habitat provided they balanced
Keywords: : Javan Hawk Eagle, DNA Barcoding, Cytochrome-b (Cyt-b), Genetic Conservation
Elang Jawa merupakan satwa endemik yang persebarannya terbatas di
Pulau Jawa. Saat ini keberadaan Elang Jawa di alam sudah jarang ditemukan,
yang menjadikan satwa ini sebagai satwa yang tergolong langka dan dilindungi
negara. Adanya aktifitas pengalihan fungsi hutan menjadi lahan permukiman dan
pertanian mengakibatkan pengurangan lahan hutan dan fragmentasi habitat yang
menyebabkan penyebaran Elang Jawa yang terbatas (Rahman, 2012). Penyebaran
yang terbatas mengakibatkan terkonsentrasinya populasi pada wilayah tertentu
yang meningkatnya resiko perkawinan sedarah. Akibat terjadinya perkawinan
sedarah memungkinkan keragaman genetik menjadi menurun menyebabkan
penurunan daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan (Frankham, 1999).
Ancaman lain yang menyebabkan populasi Elang Jawa menurun adalah perburuan
dan perdagangan ilegal. Populasi Elang Jawa yang hilang di alam lebih dari 50%
dikarenakan oleh perburuan dan penangkapan liar untuk perdagangan (WCU,
2015). Pengambilan Elang Jawa di alam untuk memenuhi permintaan pasaran,
tidak sebanding dengan laju perkembangbiakanya, sehingga jika terus dibiarkan
maka populasi Elang Jawa akan semakin menurun dan akan meningkatkan
peluang menuju kepunahan (Rahman, 2012).
Salah satu upaya konservasi Elang Jawa yang dapat dilakukan untuk
mengurangi resiko kepunahan yaitu dengan konservasi secara genetik. Konservasi
genetik memiliki tujuan untuk mempertahankan keragaman genetik suatu
populasi, karena keragaman genetik yang tinggi akan membantu suatu populasi
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Cara untuk
mengetahui keragaman genetik suatu populasi dapat dilakukan dengan teknik
DNA barcoding. Pada penelitian ini gen pengkode yang digunakan adalah gen
Cyt-b yang memiliki panjang basa ± 1140 bp. Penelitian untuk mengetahui
keragaman genetik Elang Jawa berdasarkan gen Cyt-b masih jarang dilakukan
sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikannya
Berdasarkan urairan di atas, dapat diketahui status Elang Jawa terancam
punah. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menghindari hal tersebut dilakukan
konservasi genetik untuk mempertahankan keanekaragaman genetik Elang Jawa
sehingga keberadaannya di alam dapat dipertahankan. Penelitian menggunakan
gen Cyt-b juga untuk memastikan bahwa Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) yang
hidup di Pulau Jawa memiliki kekerabatan dengan elang genus Nisaetus yang
hidup di daerah lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperjelas
keragaman genetik, hubungan kekerabatan (filogenetic relationship), menambah
data base burung Endemik Indonesia serta sebagai data pendukung untuk
penelitian selanjutnya.
METODE
Pengambilan sampel dan pelaksanaan penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif yang dilaksanakan pada bulan
Februari – Mei 2016. Objek penelitian ini adalah 1 individu spesies Elang Jawa
(Nisaetus bartelsi) dari Eco Green Park Malang dan 1 individu Elang Jawa dari
Solo yang sudah di domestikasi di Tulungagung. Pada penelitian ini
menggunakan sampel darah dari objek penelitian yang diambil dengan bantuan
Dokter Hewan.
Pengamatan karakter genetik
Tahap pengamatan karakter genetik Elang Jawa meliputi isolasi DNA
menggunakan DNA Isolation Kit (Roche) dengan beberapa modifikasi protokol.
Uji kuantitatif DNA menggunakan UV spektrofometer NANO DROP 2000.
Amplifikasi gen Cyt-b dengan mesin PCR menggunakan sepasang primer dari gen
Cyt-b yang di desain sendiri menggunakan aplikasi Codon code yaitu NB_Cyt
2
b_F 5’- ACT AGC CAT GCA CTA CAC CG -3’dan Primer NB_Cyt b_R 5’TGG GAG GAC ATA GCC TAC GA -3’. Amplifikasi gen target dengan mesin
PCR dilakukan dalam 32 siklus, dengan denaturasi awal pada suhu 94ºC selama
2,5 menit, selanjutnya denaturasi pada suhu 93ºC selama 30 detik, annealing
dengan suhu 57 ºC selama 45 detik, ekstensi dengan suhu 70ºC selama 1,5 menit
dan final ekstensi pada suhu 72ºC selama 5 menit (Wink, 1995). Elektroforesis
untuk mengecek hasil amplifikasi PCR dengan gel agarosa 0,8%, serta proses
sekuensing untuk mengetahui sekuen gen Cyt-b Elang Jawa di First BASE
Laboratories Malaysia.
Analisis Data
Data genetik dianalisis dengan Clustal-X untuk membuat multiple alignment
antara gen Cyt-b sampel dengan data base dari kelompok ingroup genus Nisaetus
dengan outgroup Falcon rusticolus obsoletus yang diperoleh dari Gene Bank.
Rekonstruksi topologi filogenetik dilakukan dengan menggunakan program
MEGA 6 dengan metode Minimum Evolution, Neighbor Joining dan Maximum
Likelihood dan analisis jarak genetik menggunakan metode Compute Within Mean
Group Distance dan Compute Between Mean Group Distance. Keragaman
genetik dianalisis menggunakan program DnaSP 5.10.
HASIL PENELITIAN
A. Karakter Genetik Elang Jawa berdasarkan Gen Cyt-b
Penelitian ini memperoleh sekuen konsensus gen Cyt-b Elang Jawa dari
Malang sepanjang 255 bp dan dari Solo 254 bp. Hasil analisis BLAST
menunjukkan bahwa sekuen konsensus yang diperoleh adalah benar sekuen gen
Cyt-b dengan tingkat homologi sampel Malang dan Solo sebesar 100% yang
dibandingkan dengan Nisaetus batelsi isolate Sbar4. Hasil pensejajaran
(alignment) sekuen gen Cyt-b Elang Jawa dari Malang dan Solo dengan Nisaetus
alboniger isolate Salb1 dan 2 menunjukkan perbedaan sekuen basa nukleotida
akibat adanya substitusi transisi pada basa nomor 200, 243, 248, 266. Hasil
analisis sekuen gen Cyt-b Elang Jawa Solo dan Malang dengan Nisaetus bartelsi
isolate Sbar1, 3 dan 4 menunjukkan tidak ada perbedaan basa nukleotida. Hasil
analisis sekuen gen Cyt-b Elang Jawa Solo dan Malang dengan Nisaetus kelaarti
isolate Skel2 dan 3 menunjukkan adanya perbedaan basa nukleotida akibat adanya
substitusi transisi pada basa nomor 149, 158, 191, 212, 227, 243, 248, 302, 314,
323, 347, 389. Hasil analisis sekuen gen Cyt-b Elang Jawa Solo dan Malang
dengan Nisaetus fokiensis isolate Snopfok1 dan Nisaetus nipalensis orientalis
isolate Snipori4, 5, 6, 7, 8, 9, dan voucher IPMB 25273 menunjukkan adanya
perbedaan basa nukleotida akibat adanya substitusi transisi pada basa nomor 152,
191, 227, 243, 248, 299, 323, 332, 347, 377, 389. Hasil analisis sekuen gen Cyt-b
Elang Jawa Solo dan Malang dengan Nisaetus nanus isolate Snan1, 2, 5, 6 dan 7
menunjukkan adanya perbedaan basa nukleotida akibat adanya substitusi transisi
pada basa nomor 149, 157, 158, 179, 183, 200, 224, 242, 248, 266, 281, 284, 311,
314, 332, 341, 347, 350, 351, 371, 377, 389. Sedangkan hasil analisis sekuen gen
Cyt-b Elang Jawa Solo dan Malang dengan Nisaetus nipalesis taiwanensis isolate
Snan1, 2, 3 dan 5 menunjukkan adanya perbedaan basa nukleotida akibat adanya
substitusi transisi pada basa nomor 191, 299, 323, 335, 377, 389.
3
Hasil rekontruksi topologi pohon filogenetik dari ketiga metode Maximum
Likelihood (ML), Neighbor Joining (NJ), dan Minimum Evolution (ME)
menunjukkan topologi yang tidak jauh berbeda. Hasil rekontruksi topologi pohon
filogenetik dengan metode ML, NJ dan ME menunjukkan bahwa terdapat dua
clade dalam satu satu cluster yaitu Elang Jawa dari Malang dan Solo yang diteliti
berada dalam clade yang sama dengan kelompok monofiletik Nisaetus bartelsi
isolate Sbal 1, Sbal3, dan Sbal 4 dengan nilai boostrap 95 (ML), 96 (NJ) dan 94
(ME), sedangkan clade kedua merupakan kelompok monofiletik Nisaetus
alboniger isolate Salb1 dan Salb2 dengan nilai boostrap 55 (ML), 53 (NJ dan
ME).
Nisaetus bartelsi isolate Sbar4
Nisaetus bartelsi-Malang
95
55
Nisaetus bartelsi-Solo
Nisaetus bartelsi
Sampel- Eco Green Park
Sampel-Solo
Nisaetus bartelsi isolate Sbar1
Nisaetus bartelsi
Nisaetus bartelsi isolate Sbar3
Nisaetus bartelsi
Nisaetus alboniger isolate Sbal1
Nisaetus alboniger
50 Nisaetus alboniger isolate Salb2
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori8
Nisaetus nipalensis taiwanensis isolate Sniptai1
89
50
Nisaetus nipalensis taiwansis
Nisaetus nipalensis taiwanensis isolate Sniptai3b
Nisaetus nipalensis taiwanensis isolate Sniptai2
72
Nisaetus nipalensis orientalis
Nisaetus nipalensis fokiensis isolate Snipfok1
Nisaetus nipalensis taiwansis
Nisaetus nipalensis taiwansis
Nisaetus nipalensis fokiensis
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori6
Nisaetus nipalensis orientalis voucher IPMB 25273
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori7a
Nisaetus nipalensis orientalis
94 Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori4
55
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori5
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori9
Nisaetus kelaarti isolate Skel2
Nisaetus kelaarti
98 Nisaetus kelaarti isolate Skel3
Nisaetus nanus isolate Snan5
65 Nisaetus nanus isolate Snan2
Nisaetus nanus isolate Snan6
99
Nisaetus nanus
Nisaetus nanus isolate Snan7
Nisaetus nanus isolate Snan1
Falco rusticolus obsoletus voucher IPMB 9688
0.02
Gambar 1. Rekonstruksi Topologi Pohon Filogenetik dengan Metode Maximum Likelihood
(ML) dengan Nilai Bootstrap 1.000 Kali Ulangan.
4
Falco rusticolus obsoletu
Nisaetus bartelsi isolate Sbar3
Nisaetus bartelsi isolate Sbar1
96
Nisaetus bartelsi-Solo
Nisaetus bartelsi-Malang
53
Nisaetus bartelsi isolate Sbar4
Nisaetus alboniger isolate Sbal1
51
Nisaetus alboniger isolate Salb2
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori9
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori5
96
49
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori4
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori7a
Nisaetus nipalensis orientalis voucher IPMB 25273
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori6
72
Nisaetus nipalensis fokiensis isolate Snipfok1
Nisaetus nipalensis taiwanensis isolate Sniptai2
92
56
Nisaetus nipalensis taiwanensis isolate Sniptai3b
Nisaetus nipalensis taiwanensis isolate Sniptai1
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori8
Nisaetus kelaarti isolate Skel2
98
Nisaetus kelaarti isolate Skel3
Nisaetus nanus isolate Snan5
68
Nisaetus nanus isolate Snan2
Nisaetus nanus isolate Snan6
99
Nisaetus nanus isolate Snan7
Nisaetus nanus isolate Snan1
Falco rusticolus obsoletus voucher IPMB 9688
0.02
Gambar 2. Rekonstruksi Topologi Pohon Filogenetik dengan Metode Neighbor Joining (NJ)
dan Minimum Evolution (ME) dengan Nilai Bootstrap 1.000 Kali Ulangan.
5
Nisaetus bartelsi isolate Sbar4
Nisaetus bartelsi-Malang
94
Nisaetus bartelsi-Solo
Nisaetus bartelsi isolate Sbar1
53
Nisaetus bartelsi isolate Sbar3
Nisaetus alboniger isolate Salb2
50
Nisaetus alboniger isolate Sbal1
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori9
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori5
94 Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori4
50
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori7a
Nisaetus nipalensis orientalis voucher IPMB 25273
71
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori6
Nisaetus nipalensis fokiensis isolate Snipfok1
Nisaetus nipalensis taiwanensis isolate Sniptai2
54
89
Nisaetus nipalensis taiwanensis isolate Sniptai3b
Nisaetus nipalensis taiwanensis isolate Sniptai1
Nisaetus nipalensis orientalis isolate Snipori8
Nisaetus kelaarti isolate Skel2
97 Nisaetus kelaarti isolate Skel3
Nisaetus nanus isolate Snan5
68 Nisaetus nanus isolate Snan2
Nisaetus nanus isolate Snan6
99
Nisaetus nanus isolate Snan7
Nisaetus nanus isolate Snan1
Falco rusticolus obsoletus voucher IPMB 9688
0.02
Gambar 3. Rekonstruksi Topologi Pohon Filogenetik dengan Metode Minimum Evolution
(ME) dengan Nilai Bootstrap 1.000 Kali Ulangan.
Berdasarkan hasil rekontruksi topologi pohon filogenetik dari ketiga
metode menunjukkan bahwa Elang Jawa dari Malang dan Solo merupakan
kelompok monofiletik dengan Nisaetus bartelsi isolate Salb 1, 3, 4 dan masih
berada dalam satu genus dengan kelompok Nisaetus lainnya yaitu Nisaetus
nipalensis fokiensis isolate Snipfok1, Nisaetus nipalensis orientalis isolate
Snipori4, 5, 6, 7a, 8, 9, voucher IPMB 25273, Nisaetus nipalensis taiwanensis
isolate Sniptai 1, 2, dan 3b, Nisaetus kelaarti isolate Skel2, Skel3, Nisaetus
alboniger isolate Salb1, 2 dan Nisaetus nanus isolate Snan1, 2, 5, 6 dan 7 yang
membentuk satu cluster besar genus Nisaetus. Berdasarkan posisi sampel Elang
Jawa dari ketiga topologi pohon filogenetik, menunjukkan bahwa sampel Elang
Jawa dari Malang dan Solo serta Nisaetus bartelsi isolate Sbar1, Sbar3 dan Sbar4
merupakan satu spesies dan berkerabat dekat dengan Nisaetus alboniger isolate
Salb1 dan Salb2 yang berada dalam satu genus Nisaetus. Pada penelitian ini
6
dilakukan perhitungan jarak genetik dalam dua cara yaitu perhitungan jarak
genetik dalam satu genus Nisaetus dan perhitungan jarak genetik antar spesies
dalam satu genus. Berdasarkan perhitungan jarak genetik dalam satu genus
Nisaetus diperoleh nilai jarak genetik paling kecil yaitu dengan Nisaetus
alboniger sebesar 1,7% ± 0,017 dengan indeks similaritas 98,3% dan jarak
genetik terbesar dengan Nisaetus nanus sebesar 9,6% ± 0,096 dengan indeks
similaritas 90,4%. Sementara itu hasil perhitungan jarak genetik antar individu
dalam satu grup spesies Nisaetus bartelsi sebesar 0% ± 0,000 dengan indek
similaritas sebesar 100%. Berdasarkan hasil analisis menggunakan dua cara yaitu
perhitungan jarak genetik dalam satu genus Nisaetus dan perhitungan jarak
genetik antar spesies dalam satu grup spesies menunjukaan sampel Elang Jawa
pada penelitian ini merupakan dalam satu kelompok spesies Nisaetus bartelsi dan
berkerabat dekat dengan Nisaetus alboniger.
B. Keragaman Genetik Elang Jawa berdasarkan Gen Cyt-b
Berdasarkan hasil analisa keragaman genetik Elang Jawa dengan
menggunakan aplikasi DnaSp 5.10 menunjukkan bahwa Elang Jawa yang diteliti
memiliki keragaman genetik yang sedang (0.600). Nilai keragaman genetik
dengan kategori sedang berarti habitat yang tersedia masih dalam keadaan
seimbang dengan populasi yang ada saat ini. Pada penelitian ini sampel analisa
yang digunakan lima individu yaitu dua individu dari sampel penelitian (Elang
Jawa dari Solo dan Malang) dan tiga individu pembanding yang diambil dari Gen
bank (Nisaetus bartelsi isolate Sbar1, Sbar3 dan Sbar4). Secara umum sumber
variasi genetik disebabkan oleh perkawinan acak, ukuran populasi sangat besar,
migrasi, mutasi, rekombinasi dan seleksi alam (Hartl & Clark, 1997; Hartl &
Jones, 1998; Griffiths et al., 2000; Hamilton, 2009). Tingkat keragaman genetik
Elang Jawa yang dalam kategori sedang dimungkinkan terjadinya perkawinan
satu turunan yang menyebabkan menurunnya keragaman genetik Elang Jawa
sebagai akibat dari populasi Elang Jawa yang menurun. Kehilangan variasi
genetik diantara populasi diakibatkan dari pencampuran populasi satu turunan
(Cooper et al., 2009). Hal yang memungkinkan terjadinya perkawinan satu
keturunan karena adanya kerusakan habitat yang menyebabkan semakin sedikit
habitat yang sesuai dengan Elang Jawa. Penyebaran yang terbatas mengakibatkan
terkonsentrasinya populasi pada wilayah tertentu yang meningkatkan resiko
perkawinan sedarah (Syartinilia et al., 2010). Terjadinya perkawinan satu turunan
(Inbreeding) dapat menurunkan keragaman genetik dari Elang Jawa yang
berpengaruh terhadap kemampuan bertahan hidup dalam melawan penyakit dan
meningkatkan resiko kematian. Populasi dengan keragaman genetik yang tinggi
memiliki peluang hidup yang lebih baik, hal ini disebabkan karena setiap gen
memiliki respon yang berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan. Kehadiran
berbagai macam gen pada individu di dalam populasi memberikan peluang untuk
dapat bertahan terhadap berbagai perubahan lingkungan yang ada (Hartl & Jones,
1998).
Penerapan studi genetik penting diterapkan dalam permasalahan
konservasi seperti Elang Jawa ini, memahami dan mempertahankan keragaman
genetik suatu populasi sangat penting dalam konservasi karena keragaman genetik
yang tinggi akan sangat membantu suatu populasi beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya (Rhymer, 1999).
7
Dengan mengetahui status genetik suatu populasi, dapat dirancang suatu program
konservasi untuk menghindari kepunahan dan membantu pengembangan rencana
pengelolaan kelangsungan hidup yang lebih terarah sehingga identifikasi
kemurnian genetik dan mengetahui kekerabatan atau asal usul Elang Jawa secara
akurat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam konservasi genetik Elang
Jawa yaitu dengan menjaga keberadaan atau populasinya di daerah habitat aslinya
yaitu pulau Jawa, untuk mencegah terjadinya mutasi, rekombinasi, seleksi alam,
genetic drift, gene flow, dan perkawinan yang tidak acak yang memungkinkan
terjadinya mutasi dan penurunan keragaman genetik. Untuk memastikan bukti
awal tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat keragaman
genetik Elang Jawa yang tersebar di Pulau Jawa sehingga kergaman genetik Elang
Jawa saat ini dapat dipertahankan.
PENUTUP
Simpulan dan Saran
Keragaman genetik Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) sebesar 0.600 yang
termasuk dalam kategori sedang. Hal tersebut menunjukan habitat yang tersedia
masih dalam keadaan seimbang dengan jumlah populasi yang ada. Hasil topologi
pohon filogenetik Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) berdasarkan Cyt-b berkerabat
dekat dengan Elang Gunung (Nisaetus alboniger).
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sekuen gen mitokondria
lainnya seperti gen 12S dan 16S sehingga dapat diketahui posisi filogenetik Elang
Jawa dari gen yang berbeda. Perlu dilakukan penelitian terhadap keragaman
genetik Elang Jawa dari setiap daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa
Barat dalam upaya konservasi genetik.
DAFTAR RUJUKAN
Cooper, A.M., Miller, L.M. & Kapuscinski, A.R. 2009. Conservation of
Population Structure and Genetic Diversity Under Captive Breeding of
Remnant Coaster Brook Trout (Salvelinus fontinalis) Populations.
Conservation Genetic.
Frankham, R. 1999. Quantitative Genetic In Conservation Biology. Genetics
Research Committe, 74: 237-244.
Griffiths, A.J.F., Miller, J.H. & Suzuki, D.T. 2000. An Introduction to Genetic
Analysis (7th Edition). New York: W.H. Freeman.
Hamilton, M.B. 2009. Population Genetics. A John Wiley & Sons, Ltd
Publication.
Hartl, L.D. & Clark, G.A. 1997. Priciple of Population Genetics. Sunderland:
Sinauer Associates, Inc. Publisher.
Hartl, D.L. & Jones, E.W. 1998. Genetics: Principles and Analysis (4th Edition).
Canada and America: Jones and Bartlett Publishers, Inc.
8
Rahman, Z. 2012. Garuda Mitos dan Faktnya Indonesia. Bogor: Raptor
Indonesia.
Rhymer, J. 1999. Impacts of Genetic Engineering on Society Biotechnology (2th
Edition). United States: University of Maine.
WCU. 2015. Perdagangan Satwa Liar Semakin Menghawatirkan . (Online).
(http:// www. wildlifecrimesunit. org/tabid/0/language/en-US/ Default.
aspx? Search= elang%20 jawa), diakses pada tanggal 28 Januari 2016.
Wink, M. 1995. Phylogeny of Old and New World Vulture (Aves; Accipitridae
and Cathartidae) Inferred from Nucleotide Sequences of the Mitochondrial
Cytochrome b Gene. (Online),
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed8561830), Diakses 20 Maret 2015.
9
Download