Pedoman praktik klinis dan Clinical pathway

advertisement
PEDOMAN PRAKTIK
KLINIS
DAN
CLINICAL PATHWAY
DR. SITA AR SP THTKL
Latar Belakang
Untuk penyelengaraan pelayanan medis yang efektif dan
berkualitas
dibutuhkan :
• Sumber daya manusia
• Fasilitas
• Peralatan
• Dana sesuai dengan prosedur
• Metode yang memadai
Maka di buat undang undang n0. 29 tahun 2004 mengenai
undang undang praktik kedokteran.
Undang undang no. 29 tahun 2004 pasal 44,
pada ayat:
• 1) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik
kedokteran wajib mengikuti strandar pelayanan kedokteran
atau kedokteran gigi
• 2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud dibedakan
menurut jenis dan srata fasilitas kesehatan
• 3) Standar pelayanan untuk dokter dan dokter gigi tersebut
diatur dengan Peraturan Menteri
• Standar pelayanan kedokteran dalam Undang Undang Praktik
Kedokteran  Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
•Pada tingkat nasional ada Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran (PNPK)
•Pada tingkat rumah sakit ada Panduan Praktek
Klinis (PPK)
Di sesuaikan pada keadaan masing masing
rumah sakit, yang mengacu pada PNPK
•Tidak semua penyakit ada PNPK
PNPK mempunyai persyaratan tertentu:
• Jumlah kasus nya banyak (high volume)
• Mempunyai risiko tinggi (high risk)
• Cenderung memperlukan biaya tinggi/banyak sumber
daya (high cost)
• Terutama bila terdapat variasi yang luas (high
variablity) di antara para praktisi untuk penanganan
kasus yang sama
Karakteristik PNPK
• sahih/ valid
• Reproducible
• Cost-efective
• Representatif, sering harus multidisiplin
• Dapat diterapkan dalam praktik
• Fleksibel
• Jelas
• Terjadwal untuk dilakukan revisi
• Dapat digunakan sebagai kriteria untuk audit klinis
•Pembentukan PNPK yang di cantumkan
dalam undang undang no. 29 tahun 2004
tentang praktik kedokteran bertujuan
untuk memberi perlindungan pada
pasien, mempertahankan dan
meningkatkan pelayanan, serta memberi
kepastian hukum kepada masyarakat dan
dokter/dokter gigi.
Panduan Praktik Klinis (PPK)
• PPK adalah istilah teknis sebagai pengganti istilah
SPO (standar prosedur operasional) yang
digunakan dalam UUPK 2004
• PNPK harus diterjemahkan sesuai dengan kondisi
dan fasilitas setempat menjadi PPK
• Terutama karena perbedaan fasilitas yang amat
lebar antar fasyankes
• Tidak diperlukan untuk negara yang:
 Geografi kecil
 Fasilitas lebih kurang sama
 Sistem rujukan bagus
Panduan Praktik Klinis (PPK)
•Bila tersedia PNPK, PPK dibuat dengan
rujukan utama PNPK
•Karena PNPK hanya dibuat untuk
sebagian kecil penyakit, maka sebagian
besar PPK dibuat dengan rujukan lain
Panduan Praktik Klinis (PPK)
• PPK dapat sama/berbeda di RS yang beda:
PPK untuk DBD tanpa syok, mungkin bersifat sama, di
rumah sakit tipe, A, B, C, D.
Di RS tipe A tertentu PPK untuk Otitis Media Supuratif
Kronis (OMSK) dari Dx sampai bedah, namun di RS
tipe A yang lain hanya Dx lalu rujuk
Di RS tipe B clinical pathway untuk stroke melibatkan
bedah saraf, namun di RS B yang lain tidak
• Jadi PPK bersifat hospital specific.
Tujuan PPK
• Meningkatkan kualitas pelayanan
• Mengurangi intervensi yang tidak perlu
• Memberikan opsi pengobatan terbaik
• Memberikan opsi terapi dengan risiko terkecil
• Tata laksana dengan biaya yang memadai
PPK untuk penyakit yang umum
Untuk penyakit yang tidak dibuat PNPK, atau yang
PNPK-nya belum ada, staf medis membuat PPK
dengan:
• mengacu pustaka mutakhir/PNPK negara lain
• panduan profesi / direktorat Kemenkes
• buku ajar, kesepakatan para staf medis
Di RSU: PPK penyakit-penyakit terbanyak untuk
setiap departemen, sedangkan untuk RS rujukan:
PPK untuk penyakit-penyakit tiap subdisiplin
Pembuatan PPK dikoordinasi oleh Komite Medis
setempat dan berlaku setelah disahkan oleh Direksi.
Perangkat untuk pelaksanaan PPK
•Dalam PPK mungkin perlu rincian langkah demi
langkah:
• Stroke iskemik: tata laksana multidisiplin dan dengan
pemeriksaan serta intervensi dengan urutan tertentu.
Karakteristik penyakit ini sesuai untuk dibuat alur klinis (clinical
pathway)
• Gagal ginjal kronik perlu hemodialisis. Uraian rinci tentang
hemodialisis dimuat dalam protokol hemodialisis pada
dokumen terpisah.
• Tonsilitis kronis yang terindikasi untuk tindakkan operasi
tonsilektomi , maka perlu di buatkan prosedur tindakan
tonsilektomi
• Kejang demam perlu pemberian diazepam rektal segera oleh
perawat bila dokter tidak ada; ini diatur dalam “standing
order”.
Isi PPK
1. Pengertian
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan fisis
4. Prosedur diagnosis
5. Diagnosis banding
6. Pemeriksaan penunjang
7. Terapi
8. Edukasi
9. Prognosis
10. Daftar isi
Perangkat untuk pelaksanaan PPK
• Dalam PPK mungkin diperlukan hal yang
memerlukan rincian langkah demi langkah. Sesuai
kebutuhan maka dapat dibuat:
• Clinical pathway
• Algoritme
• Protokol
• Prosedur
• Standing order
Clinical Pathway (CP)
• CP = critical pathway, care pathway, care map,
integrated care pathways, multidisciplinary pathways
of care, pathways of care, collaborative care pathways.
• CP merinci apa yang harus dilakukan pada kondisi
klinis tertentu. CP = rencana tata laksana hari demi
hari dengan standar pelayanan yang sesuai.
• CP bersifat multidisiplin sehingga semua dapat
menggunakan format yang sama.
• Perkembangan pasien dapat dimonitor setiap hari,
baik intervensi maupun outcome-nya.
• CP paling layak untuk penyakit multidisiplin, dan
perjalanan klinisnya dapat diprediksi (pada >70%
kasus).
• Perjalanan menyimpang ∞ varian
Apakah semua penyakit perlu CP?
• Tidak.
• Di RSU hanya 30% dirawat dengan CP, selebihnya
dirawat dengan usual care/perawatan biasa
• CP hanya efektif dan efisien apabila dilaksanakan
untuk penyakit atau kondisi kesehatan yang
perjalanannya predictable
• Harus ada faktor inklusi dan ekslusi yang jelas
• Bila terjadi jadi komplikasi atau terdapat komorbiditasi keluar dari CPjd perawatan biasa
Apakah CP dibuat untuk
memperoleh rincian biaya?
• Tidak. CP, seperti semua jenis PPK harus patientoriented
• CP tidak dibuat untuk memperoleh rincian biaya
perawatan, dengan konsekuensi dibuatnya secara
dipaksakan CP untuk semua jenis penyakit
• Bahwa CP dapat di buat sebagai perhitungan biaya ,
sah sah saja.
CLINICAL PATHWAYS
SMF THT
TONSILITIS/ ADENOIDITIS KRONIS
Tonsilitis Kronik (ICD 10 : J35.0), Tonsilitis Kronik Hipertrofi (ICD 10 : J35.1), Adenoiditis Kronik Hipertrofi (ICD 10 : J35.2),
Hipertrofi (ICD 10 : J35.3)
Tonsilo-Adenoiditis Kronik
TAHUN : …………
Nama Pasien:
Umur:
No. Rekam Medis :
Tinggi Badan:
DIAGNOSIS AWAL : TONSILITIS/ADENOIDITIS KRONIK
Kode ICD 10 :
AKTIVITAS PELAYANAN
tahun
cm
Berat Badan:
kg
Tgl/jam masuk :
Rencana Rawat: 3 hari
Tgl/jam keluar :
Ruamg Rawat :
Kelas :
Pra Rawat Inap
Hari Rawat 1
Hari Rawat 2
Hari Rawat 3
DM
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Hipertensi
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Asna
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Pneumonia
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Malnutrisi
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Lain-lain:
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Acute respiratory failure (J96.0)
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Peritonsillar abscess (J36)
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Dysphagia oropharyngeal phase (R13)
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Glomerulonefritis Akut (GNA)
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Kelainan Jantung Rematik
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
OSAS (G47.33)
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Otitis Media Efusi (H65.3)
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Rinosinusitis kronik (J32.9)
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Hari Rawat 4
Lama rawat :
hari
BIAYA (Rp)
Tarif/hari : Rp ……………………………..
Hari Rawat 5
Hari Rawat 6
Hari Rawat 7
………………………….
DIAGNOSIS
Penyakit Penyerta (ICD 10) :
Komplikasi (ICD 10) :
ASSESMENT KLINIS
Pemeriksaan Dokter
………………………….
Konsultasi :
………………………….
Anestesi
YA /TIDAK
………………………….
IPD/Anak
YA /TIDAK
………………………….
Kardiologi
YA /TIDAK
………………………….
Paru
YA /TIDAK
………………………….
Darah Rutin
YA /TIDAK
………………………….
BT/CT
YA /TIDAK
Ureum/creatinin darah
YA /TIDAK
………………………….
SGOT/SGPT
YA /TIDAK
………………………….
PT / APTT
YA /TIDAK
………………………….
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
YA /TIDAK
………………………….
Rhinopharyngolaryngoscope (RFL)
YA /TIDAK
………………………….
Rontgen nasofaring lateral
YA /TIDAK
………………………….
Polysomnography (PSG)
YA /TIDAK
………………………….
Foto Thoraks PA
YA /TIDAK
ASTO
YA /TIDAK
Kultur resistensi swap tenggorok
YA /TIDAK
Glukosa darah sewaktu
………………………….
………………………….
………………………….
YA /TIDAK
………………………….
Tonsilektomi (28.2)
YA /TIDAK
………………………….
Adenoidektomi (28.6)
YA /TIDAK
………………………….
Tonsiloadenoidektomi (28.3)
YA /TIDAK
………………………….
Histopatologi
TINDAKAN
Tindakan Bedah (ICD 9 CM) :
OBAT-OBATAN
Antibiotika injeksi :
YA /TIDAK
YA /TIDAK
………………………….
YA /TIDAK
YA /TIDAK
………………………….
YA /TIDAK
YA /TIDAK
………………………….
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Steroid injeksi:
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Lain-lain:
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Analgetik injeksi :
………………………….
………………………….
………………………….
………………………….
PEMBIUSAN
YA /TIDAK
Anestesi Umum
………………………….
NUTRISI
YA /TIDAK
Puasa
………………………….
YA /TIDAK
Diet biasa
Diet bubur saring/dingin
………………………….
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
………………………….
MOBILISASI
Bedrest
YA /TIDAK
Duduk
YA /TIDAK
Jalan
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Demam
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Muntah
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Nyreri menelan
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Suara sengau
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Perdarahan
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Sesak Napas
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Bekuan darah
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Fibrin
YA /TIDAK
YA /TIDAK
HASIL (OUTCOME)
EDUKASI/RENCANA PEMULANGAN (PROMOSI KESEHATAN)
Penjelasan Penyakit & komplikasi
YA /TIDAK
Penjelasan operasi & komplikasinya
YA /TIDAK
Ijin Operasi
YA /TIDAK
Ijin Pembiusan
YA /TIDAK
Kontrol 5 hari setelah pulang rumah sakit
YA /TIDAK
Penjelasan pemakaian obat di rumah
YA /TIDAK
Penjelasan pertolongan pertama bila perdarahan
YA /TIDAK
Penjelasan tentang nutrisi
YA /TIDAK
VARIAN
Perdarahan masif
………………………….
Edema laring
………………………….
Gangguan kardiovaskuler
………………………….
Sepsis
………………………….
JUMLAH BIAYA………………………….
Dokter Penanggung jawab Pasien (DPJP)
DPJP Anestesi
PPDS
Perawat (PPJP)
Pelaksana Verifikasi
Clinical Pathway
Tonsilitis/
Adenoiditis Kronis
CLINICAL PATHWAYS
SMF THT
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK TIPE BAHAYA
Chronic atticoantral suppurative otitis media (ICD 10: H66.2), Cholesteatoma of middle ear (ICD 10: H71), Attic perforation of tympanic membrane (ICD10:H72.1), Other
marginal perforations of tympanic membrane (ICD 10: H72.2), Total & multiple perforations of tympanic membrane (ICD 10: H72.8), Polyp of middle ear (ICD 10: H 74.4)
TAHUN : …………
Nama Pasien:
Umur:
No. Rekam Medis :
Tinggi Badan:
DIAGNOSIS AWAL : OMSK TIPE BAHAYA
Kode ICD 10 :
AKTIVITAS PELAYANAN
tahun
cm
Berat Badan:
kg
Tgl/jam masuk :
Rencana Rawat: 5 hari
Tgl/jam keluar :
Ruamg Rawat :
Kelas :
Lama rawat :
BIAYA (Rp)
hari
Tarif/hari : Rp ……………………………..
Pra Rawat Inap
Hari Rawat 1
Hari Rawat 2
Hari Rawat 3
Hari Rawat 4
Hari Rawat 5
DM
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Hipertensi
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Gagal ginjal kronik
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Lain-lain:
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Tuli sensorineural (H90)
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Labirinitis (H83.0)/paresis kanal (H83.2)
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Paresis Fasialis (H51.9)
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Abses Retroaurikuler (H 70.0)
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Fistula mastoid (H70.1)
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Intrakranial Komplikasi :
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Meningitis
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Abses Otak
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Hari Rawat 6
Hari Rawat 7
………………………….
DIAGNOSIS
Penyakit Penyerta (ICD 10) :
Komplikasi (ICD 10) :
Sepsis
ASSESMENT KLINIS
Pemeriksaan Dokter
Konsultasi :
………………………….
………………………….
Anestesi
YA /TIDAK
………………………….
IPD/Anak
YA /TIDAK
………………………….
Kardiologi
YA /TIDAK
………………………….
Paru
YA /TIDAK
………………………….
Saraf
YA /TIDAK
………………………….
Bedah Saraf
YA /TIDAK
………………………….
Darah Rutin
YA /TIDAK
………………………….
BT/CT
YA /TIDAK
Ureum/creatinin darah
YA /TIDAK
………………………….
SGOT/SGPT
YA /TIDAK
………………………….
PT / APTT
YA /TIDAK
………………………….
Glukosa darah sewaktu
YA /TIDAK
………………………….
Mikroskop/Endoskop
YA /TIDAK
………………………….
Foto Mastoid Schuller
YA /TIDAK
………………………….
HRCT Mastoid
YA /TIDAK
………………………….
Foto Thoraks PA
YA /TIDAK
………………………….
Audiometri/BERA
YA /TIDAK
………………………….
Tes Keseimbangan
YA /TIDAK
………………………….
Tes Fungsi Fasialis
YA /TIDAK
Kultur resistensi sektet telinga
YA /TIDAK
YA /TIDAK
………………………….
Histopatologi
YA /TIDAK
YA /TIDAK
………………………….
Radical mastoidectomy (20.42)
YA /TIDAK
………………………….
Simple mastoidectomy (20.41)
YA /TIDAK
………………………….
Atticotomy (20.23)
YA /TIDAK
………………………….
Atticoantrostomy, Modified RM (20.49)
YA /TIDAK
………………………….
Type I Timpanoplasty/Myringoplasty (19.4)
YA /TIDAK
………………………….
Type II Tympanoplasty (19.52)
YA /TIDAK
………………………….
Type III Tympanoplasty (19.53)
YA /TIDAK
………………………….
Type IV Tympanoplasty (19.54)
YA /TIDAK
………………………….
Type V Tympanoplasty (19.55)
YA /TIDAK
………………………….
Ossicuoplasty (19.3)
YA /TIDAK
Mastoid obliteration (19.9)
YA /TIDAK
Meatoplasty (18.6)
YA /TIDAK
Dresing Besar (97.16)
YA /TIDAK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
………………………….
TINDAKAN
Tindakan Bedah (ICD 9 CM) :
………………………….
………………………….
………………………….
YA /TIDAK
YA /TIDAK
………………………….
OBAT-OBATAN
Antibiotika injeksi :
Ceftazidim 2x1 gr
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
………………………….
Ciproflokasasin 2x400 mg
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
………………………….
Metronidazol 3x500mg
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
………………………….
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
………………………….
Steroid injeksi: Dexametason 3x5 mg
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
………………………….
Lain-lain:
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
………………………….
Analgetik injeksi :
………………………….
Tramadol 3x 100mg
PEMBIUSAN
YA /TIDAK
Anestesi Umum
………………………….
NUTRISI
YA /TIDAK
Puasa
YA /TIDAK
Makan Biasa
………………………….
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
………………………….
MOBILISASI
Bedrest
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Duduk
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Jalan
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Infeksi luka Insisi
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Perdarahan
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Tampon Basah /Bau
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Paresis Fasialis
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
Vertigo
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
YA /TIDAK
HASIL (OUTCOME)
EDUKASI/RENCANA PEMULANGAN (PROMOSI KESEHATAN)
Penjelasan Penyakit & komplikasi
YA /TIDAK
Penjelasan operasi & komplikasinya
YA /TIDAK
Ijin Operasi
YA /TIDAK
Ijin Pembiusan
YA /TIDAK
Kontrol 5 hari setelah pulang rumah sakit
YA /TIDAK
Penjelasan pemakaian obat di rumah
YA /TIDAK
Cara perawatan luka operasi
YA /TIDAK
VARIAN
Vertigo
………………………….
Paresis Fasialis
………………………….
Perdarahan
………………………….
Sepsis
………………………….
JUMLAH BIAYA………………………….
Dokter Penanggung jawab Pasien (DPJP)
DPJP Anestesi
PPDS
Perawat (PPJP)
Pelaksana Verifikasi
Clinical Pathway
OMSK Tipe Bahaya
Algoritme
• Algoritme merupakan format tertulis berupa
flowchart dari pohon pengambilan keputusan.
Dengan format ini dapat dilihat secara cepat apa
yang harus dilakukan pada situasi tertentu.
Algoritme merupakan panduan yang efektif dalam
beberapa keadaan klinis tertentu misalnya di ruang
gawat darurat atau instalasi gawat darurat. Bila
staf dihadapkan pada situasi yang darurat, dengan
menggunakan algoritme ia dapat melakukan
tindakan yang cepat untuk memberikan
pertolongan.
Protokol
• Protokol = panduan tata laksana untuk kondisi
tertentu. Misalnya bila pasien mengalami gagal
napas perlu pemasangan ventilasi mekanik.
• Protokol pemasangan ventilasi mekanik: dari
pemasangan endotracheal tube, mengatur konsetrasi
oksigen, kecepatan pernapasan, pemantauan, apa
yang harus diperhatikan, pemeriksaan berkala apa
yang harus dilakukan, dan seterusnya.
• Dalam protokol harus termasuk siapa yang dapat
melaksanakan, komplikasi yang mungkin timbul dan
cara pencegahan atau mengatasinya, kapan suatu
intervensi harus dihentikan, dan seterusnya.
Prosedur
• Prosedur merupakan uraian langkah-demi-langkah
untuk melaksanakan tugas teknis tertentu.
Prosedur dapat dilakukan oleh perawat (misalnya
cara memotong dan mengikat talipusat bayi baru
lahir, merawat luka, suctioning, pemasangan pipa
nasogastrik), atau oleh dokter (misalnya pungsi
lumbal atau biopsi laryngs dan tindakkan operasi).
Standing orders
• Standing orders adalah suatu set instruksi dokter
kepada perawat atau profesional kesehatan lain
untuk melaksanakan tugas pada saat dokter tidak
ada di tempat. Standing orders dapat diberikan
oleh dokter pada pasien tertentu, atau secara
umum dengan persetujuan komite medis. Contoh:
perawatan pascabedah tertentu, pemberian
antipiretik untuk demam, pemberian antikejang
per rektal untuk pasien kejang.
Bagaimana dokter menerapkan PPK
• PPK harus diterapkan secara individual. PPK bersifat
rekomendasi atau advis, tidak harus diterapkan pada
semua pasien
• Harus ditulis eksplisit disclaimer/penyangkalan
PPK dibuat untuk ’average patients’.
PPK dibuat untuk penyakit tunggal.
Respons pasien terhadap prosedur diagnostik dan
terapeutik sangat bervariasi.
PPK dianggap valid pada saat dicetak.
Praktik kedokteran modern mengharuskan kita
mengakomodasi apa yang dikehendaki oleh keluarga
dan pasien.
Siapa yang menetapkan?
• Orang yang paling berwenang menilai secara
komprehensif keadaan pasien adalah dokter
yang bertugas merawat. Dialah yang akhirnya
menentukan untuk memberikan atau tidak
memberikan obat atau prosedur sesuai dengan
PPK. Bila ia tidak melaksanakan apa yang ada
dalam PPK, ia harus menuliskan alasannya
dengan jelas dalam rekam medis, dan siap
untuk mempertanggungjawabkan. Bila ini tidak
dilakukan maka ia dianggap lalai melakukan
kewajibannya kepada pasien.
If it is not written down,
it didn’t happen
Tambahan disclaimer:
• These guidelines are not intended to serve as a
standard of medical care. (MOH Singapore)
• … RWH provides these as a service and does not
warrant the accuracy of these guidelines (RWH,
Melb)
• ..… The CPGs do not necessarily represent the views
of all the clinicians in the RCH (RCH, Melb).
• The recommendations contained in these guidelines
do not indicate an exclusive course of action, or serve
as a standard of medical care (RCH Melb).
• … these guidelines are intended as a guide purposes
only and do not replace or remove clinical judgment
or the professional care and duty necessary for each
specific patient case (Qld CGL)
Revisi PPK
•Terkini
•Revisi periodik
•Lazimnya: 2 tahun
•Menghemat biaya: intranet
PNPK
Terutama untuk penyakit yang banyak,
mahal, risiko, bervariasi dalam praktik
Dibuat oleh pakar multidisiplin
Ideal, terkini, evidence-based, canggih
Dikoordinasi Kemenkes, disahkan
Menkes
Literatur:
Artikel asli
Meta-analisis
PNPK (asing)
Buku ajar, etc
Panduan profesi, Direktorat
Kesepakatan staf medis
Diterjemahkan ke fasyankes
menjadi:
Standar Prosedur Operasional = PPK
Sesuai dengan
Jenis dan strata
(hospital specific)
Dapat +
Pathways
Algoritme
Protokol
Prosedur
Standing orders
Dapat dilakukan
tanpa
menunggu PNPK
Ringkasan
• PNPK dibuat oleh pakar, koordinasi Kemenkes
• Standar prosedur operasional (SPO) adalah istilah
administratif, digunakan dalam UUPK. Dalam
tataran teknis disebut sebagai PPK
• PPK dibuat oleh staf medis, koordinasi Komite
Medis
• PPK dapat disertai pathway, algoritme, protokol,
prosedur, standing order
Beberapa pengertian yang perlu
diluruskan/disepakati/kesamaan persepsi:
• PNPK
High volume, high risk, high cost, high variability
Dibuat oleh tim pakar, hampir selalu multidisiplin
Informasi mutakhir, ideal, evidence-based
Disahkan Menteri
Harus diterjemahkan ke fasilitas pelayanan
menjadi PPK (dalam UU-PK disebut sebagai
Standar Prosedur Operasional)
Clinical pathways
 Merupakan bagian atau pelengkap PPK karenanya memiliki
karakteristik PPK termasuk:
• Hospital specific
• Dibuat oleh Staf Medis, koordinasi oleh Komite Medis
• Merujuk pada PNPK atau sumber pustaka lain
 Terbaik untuk penyakit / kondisi yang perlu penanganan
multidisiplin, dan perjalanan klinisnya predictable
 Jangan dipaksakan
 Tidak menggantikan clinical judgment
 Harus patient oriented, bukan diagnostic related grouporiented atau length of stay oriented
TERIMA KASIH
Download