Batan dan B2P2VRP Kembangkan Serangga Mandul

advertisement
http://www.suarapembaruan.com/home/batan-dan-b2p2vrp -kembangkan-serangga -mandul/25079
Batan dan B2P2VRP K embangkan Serangga Mandul
Rabu, 26 September 2012 | 6:59
Batan dan B2P2VRP kerja sama kembangkan teknis serangga mandul. [SP/Ari Supriyanti
Rikin]
[SALATIGA] Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) kembali bekerja sama untuk
mengembangkan serangga mandul guna menanggulangi penyakit demam berdarah dengue
(DBD) di Salatiga, Jawa Tengah.
Kerja sama yang sudah digagas sejak tahun 2004 ini kembali diperbaharui untuk meneliti
lebih lanjut efektifitas populasi serangga mandul dengan penurunan kasus DBD. Pemandulan
nyamuk melalui teknik serangga mandul (TSM) ini dengan radiasi nuklir gamma dengan
dosis 70 Gy.
Kepala Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (Isotop) Batan Hendiq Winarno
mengatakan pemberian dosis 70 Gy atau setara 0,07 kilogram tidak berisiko terhadap
manusia.
"Dalam proses radiasi, terlebih dahulu diseleksi nyamuk jantan. Radiasi hanya beberapa
menit saja. Nantinya serangga jantan akan kawin dengan serangga betina dan memutus
pembiakan telur," katanya di sela penandatanganan nota kesepahaman TSM di B2P2VRP
Salatiga, Jawa Tengah, Selasa (25/9).
Penyakit DBD ditularkan oleh vektor (inang penular) nyamuk aedes aegypti. Untuk
mematangkan telur-telurnya nyamuk betina akan menghisap darah manusia secara berulangulang atau berganti ke manusia lain sampai yang dibutuhkannya tercukupi.
Selain di Salatiga, Jawa Tengah TSM telah berhasil dilaksanakan di Kabupaten Banjarnegara
(Jateng) dan Bangka Barat (Bangka Belitung).
Kepala B2P2VRP Bambang Heriyanto berharap TSM bisa menjadi andalan membasmi
nyamuk penyebab DBD. Meskipun penelitian melalui pelepasan nyamuk Februari 2012 lalu
di Salatiga belum bisa disimpulkan mampu menurunkan kasus DBD, namun terjadi
penurunan populasi vektor aedes aegypti.
"Untuk itu diperlukan penelitian yang harus dikaji lebih dalam lagi, sehingga bisa
disimpulkan apakah TSM bisa menurunkan kasus," ucapnya.
Senada denganya Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga Sovie Hariyanti mengungkapkan
ujicoba pelepasan serangga mandul dilakukan di dua kelurahan yakni Sidorejo dan
Glontongan. Dalam catatan, tren kasus DBD tahun 2010 mencapai 155 kasus dan hingga
September 2012 hanya 15 kasus.
Ia pun berharap di seluruh kelurahan di Salatiga yang berjumlah 22 kelurahan, kegiatan TSM
bisa diaplikasikan.
Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kementerian Kesehatan Winarno
menyatakan di World Health Organization penyakit DBD terbaikan berbeda dengan malaria
yang sudah mendapat dukungan dan perhatian banyak pihak.
Sehingga dalam penanganan penyakit ini dibutuhkan banyak aksi. Selain menangani
kasusnya, penanganan vektor pun menjadi unggulan saat ini untuk membatasi penyebaran
kasus.
"Ketika fogging (pengasapan) terus-menerus, dosis kurang sesuai justru akan membuat
nyamuk resisten. TSM inilah dimaksudkan untuk menanggulangi vektor yang resisten
terhadap insektisida," ungkapnya.
Sementara itu lanjutnya, Oxford University juga pernah menawarkan serangga mandul hasil
rekayasa genetik. Nantinya, nyamuk-nyamuk dari Amerika Serikat dikirim ke Indonesia.
Namun hal ini tidak masuk dalam pilihan penanggulangan.
Sesungguhnya tambah Winarno hampir semua kota/kabupaten di Indonesia endemis DBD.
Wilayah Jakarta dan sekitarnya secara nasional menyumbang 50 persen kasus DBD. Untuk
meneruskan pelaksanaan TSM di Indonesia harus diperhatikan keberlanjutan pembiakan
jantan mandul dan penerimaan masyarakat. [R-15]
Download